Syarifudin Rosyid (085878309116)
Teknologi Pengomposan Sejarah Perkembangan pengomposan paling mencolok dimulai abad ke 10 ketika Sir Albert Howard menemukan metode baru dalam pengomposan yaitu dengan mencampurkan bahan organik yang berbeda ditambah kotoran ternak (Ball,1999). Selanjutnya tahun 60-an, dimana teknologi pengomposan digunakan secara besar-besaran dalam skala industri. Dan mikroorganisme seperti jamur, bakteri maupun aktinomisetes adalah mesin dekomposisi material organik selama pengomposan (Beffa et al., 1996;Bertoldi et al, 1983). Alasan Memilih Pengomposan Untuk Mengelola limbah Organik : 1. Bahan organik dalam jumlah besar yang dijadikan kompos dapat memperbaiki produktivitas tanah. 2. Sampah organik sering membawa bibit penyakit tanaman. Dengan adanya pemanasan dalam tumpukan kompos, maka sebagian patogen dan gulma, serta biji-bijian akan terbunuh, sehingga tidak menganggu pertumbuhan dan produksi tanaman. 3. Sampah organik yang masih utuh sangat disukai binatang-binatang sejenis serangga yang menganggu lingkungan, bila dikomposkan bahan-bahan tersebut tidak menarik lagi. 4. Pengomposan akan menghasilkan bahan mudah hancur, mudah dikelola, mengurangi risiko penyakit bila dibenakan dalam tanah. 5. Pengomposan tidak akan akan merugikan tanaman, atau lingkungan . 6. Pengomposan dianggap lebih menguntungkan bagi pemerintah. 7. Bagi anak-anak, pengomposan dapat menjadi sumber belajar mengenal dan mengkonversi lingkungan melalui program daur ulang. Definisi Pengomposan Proses biologi yang terkendali, dan memberikan nilai tambah pada substrat organik yang diprosesnya, yaitu bahan organik stabil (Michel et al., 1985; Mustin , 1987; Adani et al 1999 ; Tuomoela et al., 2000). Pengomposan adalah suatu proses dekompisisi bahan organik secara aerobik dengan bantuan mikroorganisme yang hasilnya adalah bahan-bahan organik stabil dan mempunyai manfaat bagi masyarakat untuk digunakan sebagai pupuk organik (Sharma et al., 1997 Harada, 1990;). Sementara Dalzell et al (1987) dan Gaur (1982), pengomposan adalah proses perombakan bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan yang lembab, panas, beraerasi dengan humus sebagai hasil akhirnya. Menurut Haugh (1980) pengomposan adalah penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dibawah keadaan temperatur termofilik sebagai akibat produk pemanasan secara biologis dengan hasil akhir bahan yanng cukup mantap untuk disimpan dan digunakan ke tanah tanpa merugikan pengaruh lingkungan. Berdasarkan temperatur yang muncul selama proses pengomposan dibedakan menjadi termofilik dan mesofilik.
Pengomposan termofilik(tradisional) waktunya lama, perlu pembalikan berkali-kali. Kompos yang dihasilkan sangat sehat, mengurangi bau, dan membunuh patogen-patogen yang berbahaya. Pengomposan mesofilik adalah dengan menggunakan bantuan cacing tanah selama proses dekomposisi limbah organik, dengan temperatur maksimun berada dibawah 35oC. Istilah lain dari mesofilik adalah vermikompos. Hasil biodegradasi bahan organik adalah vermikompos atau kasting(Kasprzak, 1982; Lee.1985; Anonim, 1986). Sasaran pengomposan pada umumnya adalah perubahan secara biologis dari bahan-bahan organik menjadi bentuk yang stabil dan untuk menghancurkan organisme patogen yang berbahaya abgi manusia. Dasar-dasar Pengomposan Bahan-bahan organik : sisa-sisa tanaman (jerami, daun, sekam padi, ampas tebu, sampah dan sebagainya), kotoran hewan, urine, limbah binatang, limbah sayuran). Berdasarkan sumbernya bahan berasal dari : limbah pertanian, limbah sisa tanaman sayur, limbah ternak, limbah rumah tangga, limbah sisa sayur, limbah gergajian kayu, sampah organik padat perkotaan, limbah industri sektor peternakan, limbah industri makanan, limbah usaha tani jamurkayu, limbah rumah sakit, rumput laut,/alga laut; lumpur instalasi perusahan air minum. Biokonversi bahan organik : dilakukan oleh mikroorganisme heterotropik, yaitu bakteri, fungi, aktinomisetes dan protozoa dan juga makroorganisme seperti serangga tanah, kaki seribu, kumbang, cacing tanah dan sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme diantaranya: kondisi alam dan struktur bahan alam, ukuran partikel yang dikomposkan, volume kompos, kelembaban udara, konsumsi dari biomasa mikroorganisme dan teknologi pengomposan. Faktor ini penting bila tidak maka pengomposan akan terjadi tidak sempurna dan menghasilkan Thermogenic anaerobic zones . Menurut Storm (1985) pengendalian pengomposan pada tingkat mikroorganisme meliputi 4 faktor yaitu : mengendalikan kelembapan, panas akibat metabolisme, temperature dan ventilasi. Dan faktor lain selain itu adalah ratio C/N dan kondisi bahan awal (De Bertoli et al,1983; Itavaara, 1995 ) Beberapa faktor lingkungan kunci dalam pengomposan: sifat alam substrat, temperatur, aerasi, kelembapan, pH dan waktu. 1. Bahan organik untuk C/N perbandingan yang ideal adalah sekitar 30 bagi pertumbuhan mikroorganisme, Nisbah C/N yang direkomendasikan adalah antara 2540. 2. Temperatur optimun berkisar antara 50-60oC. 3. Udara (Aerasi) dengan dibalik setiap seminggu sekali. 4. Ukuran partikel makin kecil ukuran partikel bahan organik makin luas daerah yang diserang oleh mikroorganisme, dan makin luas daerah yang diserang berkurang.
5. Kelembapan organisme dekomposer membutuhkan air untuk hidup. Kandungan air tersebut akan optimum bila berkisar antara 40-60%. 6. Volume adalah faktor penahan panas panas tumpukan , agar bisa menahan panas ukuran kompos sebaiknya harus 1m3. Membuat Tumpukan Kompos Tumpukan kompos dapat berupa dalam skala besar, skala kecil, dalam wadah tertutup(kontainer). Bahan yang digunakan dalam tumpukan kompos adalah bahan organik yang dikenal sebagi brown stuff misalnya: serutan kayu, daun-daun yang sudah jatuh , serbuk gergaji, jerami. Sedang material yang digunakan untuk sumber nitrogen (green stuff) adalah potongan rumput, pangkasan daun, kotoran ternak. Untuk skala besar dapat memunculkan panas thermofil, sedang skala kecil maupun kontainer tidak dapat memunculkan panas. Dan pada skala besar dapat mengadopsi model indore (Gaur, 1982). Model indore dikembangkan oleh Howard, Jackson dan Wad di India tahun 1924-1926. Dengan 2 macam pilihan yaitu indore heap method ( ditumpuk) dan indore pit method (dalam lubang). Untuk cara tumpukan maka persiapkan lapisan-lapisan dalam tumpukan dengan ukuran 1,5 x 5 x 1,5 m dapat berupa bahan mengandung nitrogen (nitrogeneus waste) kira-kira 10cm, dan bahan berkarbon (carbonaceus waste) kira-kira 20cm. Metode ini membutuhkan banyak air sehingga cocok untuk daerah dengan curah hujan tinggi. Lapisan teratas adalah tanah
Bahan berkarbon Bahan bernitrogen
20 cm Bahan Berkayu
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx 0000000000000000000000000000000000000000000000 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx 0000000000000000000000000000000000000000000000 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx 0000000000000000000000000000000000000000000000 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx 0000000000000000000000000000000000000000000000 ###############################################
20 cm 15 cm
2m
2m
Gambar susunan tumpukan kompos. Setiap 4-6 minggu lapisan dibalik dan setiap lapisan basahi dengan air secukupnya, hasil akhir dari proses ini bila elah terjadi perubahan warna, penampilan, strukturnya.
Untuk cara dalam lubang , persiapkan lubang dengan kedalaman 1m, lebar 1, 5-2m. Selama pengomposan bahan dibalik sebanyak tiga kali. Untuk memperepat pengomposan sering kali digunakan batuan fosfat atau superfosfat. Penggunaan cara ini sebaiknya dilakukan pada tempat yang terhindar dari curah hujan.
Tanah Bahan Organik Bahan Organik Batuan phospat
1m
Bahan Organik Bahan Organik 2m
Gambar susunan tumpukan kompos Setelah 15 hari, tumpukan dapat dibongkar dan dibalik. Setelah dibalik lalu diaduk, dan dibasahi dengan airsecukupnya. Pembongkaran selanjutnya dapat dilakukan setelah bahan berubah menjadi kompos, kira 1-2 bulan. Kompos Matang dan Kualitasnya Kompos yang sudah matang atau jadi dapat dilihat dari aspek fisik, khemis maupun biologik. Secara sederhana sifa, sifat fisik kompos yang matang warnanya lebih gelap, tidak panas, butirannya halus menyerupai tanah tidak berbau. Secara kimia yang kompos matang yang matang mengandung beberapa unsur kimia penitng seperti N, P, dan K dengan ukuran tertentu. Secara biologik kompos yang matang tidak lagi mengandung bibit penyakit atau jamur yang dapat menyerang tanaman yang ditumbuhkan, khususnya tananam yang masih muda. Kriteria kematangan kompos juga dapat dilihat pada indeks kematangan kompos, namun dapat dilihat juga dari parameter-parameter seperti : COD (chemical oxygen demand) Vm (Volatile material), amilum, cellulosa, rasio C/N, temperature, kelembapan, dan laju konsumsi air. Pada umumnya semakin tinggi suhu kompos dan semakin matang kompos maka bioavaibility menurun. Berdasarkan kualitasnya kompos terbagi menjadi 4 jenis.
Kompos kulitas kelas I yang penggunaan untuk rumah kaca atau kebun, yang umumnya dipakaiuntuk pertanian organik, dan tidak untuk campuran dengan lumpur aktif. Kompos kualitas kelas II yang dapat dicampur dengan tanah untuk produksi lapangan.contoh dilapangan, atau tempat bermain. Kompos kualitas kelas III adalah kompos yang memasukkan penggunaan lumpur aktif (slugde) dalam pertanian. Kualitas kompos ini dapat digunakan sebagai soil conditioner untuk produksi skala lapangan terutama bisa juga untuk landscaping. Kompos kualitas kelas IV adalah kompos yang menyertakan penggunaan lumpur aktif dalam pertanian utamanya sebagai bahan campuran dan kompos ini sangat cocok untuk landscaping dan landfilling. Ada pula kompos yang tidak layak digunakan misal kompos tersebut berasal dari sampah perkotaan yang mengandung bahan-bahan berbahaya karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit pada manusia, kerusakan lingkungan dan pencemaran, bila dalam penangannya tidak hati-hati. Manfaat Kompos Kompos sangat bermanfaat pada bidang agronomi, hortikultur, maupaun kehutanan. Dapat digunakan untuk tanaman, pembibitan, pembibitan pohon, tanaman yang dipotkan, tanaman yang ditanam di taman maupaun kontainer bunga dan rumpit-rumputan. Dapat digunakan untuk memelihara bahan organik tanah, menyuburkan tanah-tanah pertanian, mereklamasi tanah-tanah bekas penambangan, memantapkan landscape, dan menutup landfill .penambahan kompos memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kompos yang tidak memenuhi standart minimun dapat digunakan sebagai nursery stock dan pembibitan taanaman hutan, tanaman ornamen, untuk konstruksi jalan dan lapangan golf, untuk memelihara kebun milik publik dan pertamanan, reklamasi tanah terlantar. Kompos yang logam beratnya berlebihan hanya dapat digunakan untuk menutup landfill. Sebaiknya kompos digunakan dengan campuran-campuran bahan lain khususnya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan karbon dan nitrogen bagi mikroorganisme. Penggunaan dan Aplikasi Kompos Kompos dapat digunakan sebelum dan sesudah penanaman pada : 1. 2. 3. 4. 5.
Padang rumput diberikan setahun sekali dengan cara disebar. Pohon dan semak setahun sekali di tumpuk disekitar tanaman. Kebun di campur dengan tanah sebelum penanaman. Tananam dalam pot decampur dengan bahan lain dan kompos Tanaman padi sawah diberikan pada saat ketika akan diolah dengan disebar.
Cara Menngunakan Kompos Untuk Memupuk Tanaman Penghijauan. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Menentukan Lokasi Membuat lubang disesuaikan ukuran bibit tanaman. Pisahkan tanah bagian atas dan bawah Mengambil kompos (3kg per tanaman/bibit) dicampur dengan tanah galian lubang bagian bawah. Memasukkan kembali tanah bagian atas kedalam lubang terlebih dulu. Masukkan bibit tanaman Menutup lubang dengan campuran tanah dan kompos tadi Beri secukup air pada bibit tanaman tadi. Sebaiknya tanam pada waktu pagi hari atau sore hari.
Penanganan Kompos Kompos yang kurang baik dalam penanganannya, seperti pada waktu mengolah, menyimpan akan berbahaya bagi lingkungan. Apaila dalam penyimpanan kompos itu dibiarkan dalam keadaan terbuka butiran kompos yang terkena angin akan terhirup manusia dan itu akan menimbulkan penyakit. Pemanfaatan kompos yang berlebihan juga akan menghasilkan residu yang nantinya akan terakumulasi dalam air dan tanah serta kemungkinan menyebabkan polutan biologis maupun chemis..