TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR DAN POTENSI PENGGUNAAN AIR LEDENG LAIK MINUM KOTA PRAHA PADA INDUSTRI PANGAN
ARGYA SYAMBARKAH
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknologi Pengolahan Air dan Potensi Penggunaan Air Ledeng Laik Minum Kota Praha pada Industri Pangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2013 Argya Syambarkah NIM F24070062
ABSTRAK ARGYA SYAMBARKAH. Teknologi Pengolahan Air Minum dan Potensi Penggunaan Air Ledeng Laik Minum Kota Praha pada Industri Pangan. Dibimbing oleh RIZAL SJARIEF dan C. C. NURWITRI. Kota Praha, Republik Ceko memiliki 3 instalasi pengolahan air, yaitu Káraný, Želivka, dan Podoli. Tiap instalasi pengolahan air menggunakan sumber air dan teknologi pengolahan yang berbeda. Standar hasil keluaran air pengolahan air tersebut mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan Republik Ceko No. 252/2004. Hasil pengukuran parameter kualitas air minum Kota Praha pada periode Mei 2012 hingga Juli 2012 telah sepenuhnya sesuai dengan nilai standar yang diacu. Kualitas air minum yang dihasilkan kemudian dibandingkan kesesuaiannya dengan kebutuhan industri pengawetan sayuran dan buah-buahan, industri pengalengan sayuran, dan industri keju. Kualitas air minum kota Praha memenuhi kebutuhan industri pengawetan sayuran dan buah-buahan, sedangkan industri pengalengan sayuran dan industri keju perlu mengurangi kandungan beberapa parameter. Industri pengalengan sayuran perlu mengolah air baku hingga kadar nitrat mencapai 5 mgl/l. Industri keju perlu mengurangi kandungan kalsium dan total mikroba dalam air baku. Kata kunci: air minum, air ledeng, Praha, industri pangan
ABSTRACT ARGYA SYAMBARKAH. Water Treatment Technology and Potential Use of Prague Tap Water in Food Manufacturing Industries. Supervised by RIZAL SYARIEF and C. C. NURWITRI. Prague, Czech Republic, has 3 different water treatment facilities, which are Káraný, Želivka, and Podoli. Each facility uses different source of water as well as water treatment technology. Water produced must be in accordance with standards set in Czech Republic Ministry of Health Decree No. 252/2004. Moreover, results of analysis on Prague tap water quality in the period of Mei 2012-Juli 2012 had shown that all parameters are fully comply with the standards. Furthermore, quality of the tap water is compared with what industries have prerequisited. Prague tap water fulfill the needs of vegetables and fruits industries, but haven’t meet vegetables canning industries and cheese industries requirements. Vegetables canning industry needs to reduce nitrate in Prague tap water until it comes to 5 mg/l, meanwhile cheese industry to reduce calcium and total microorganisms content in such water. Keywords: drinking water, tap water, Praha, food manufacturing
TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR DAN POTENSI PENGGUNAAN AIR LEDENG LAIK MINUM KOTA PRAHA PADA INDUSTRI PANGAN
ARGYA SYAMBARKAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Teknologi Pengolahan Air dan Potensi Penggunaan Air Ledeng Laik Minum Kota Praha pada Industri Pangan Nama : Argya Syambarkah NIM : F24070062
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Rizal Sjarief SN, DESS Pembimbing I
Ir. C.C. Nurwitri, DAA Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini adalah kualitas air minum, dengan judul Teknologi Pengolahan Air Minum dan Potensi Penggunaan Air Ledeng Laik Minum Kota Praha pada Industri Pangan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Rizal Sjarief SN, DESS, dan Ibu Ir. C. C. Nurwitri, DAA selaku pembimbing, Bapak Fahim M. Taqi, STP, DEA yang telah berkenan menjadi penguji, serta Bapak Dr. Yayan Satyakti yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ing. Jiří Patrovský dan Ibu Daniela Lukešová, PhD dari Czech University of Life Sciences (CZU). Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih pula kepada teman-teman setia: Andri, Daniel, Marissa, Punjung, Elisabeth, Iman, Adi, Dinda, Cipi, Puji, Arif, Cherish, Irsyad, Megawati, Amelinda, dan Titis yang selalu memberikan semangat hingga diselesaikannya skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2013 Argya Syambarkah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODOLOGI
2
Tempat dan Waktu
2
Metode
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Teknologi Pengolahan Air
7
Standar dan Kualitas Air Minum
15
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Rekomendasi dosis klorin berdasarkan sumber air Parameter large-mesh filter tiap levelnya Parameter prefilter pada pengolahan air Podoli Parameter fine filter pada pengolahan air Podoli Hasil monitoring kualitas air keran konsumen Kota Praha Nilai maksimal indikator kualitas air untuk industri pengawetan sayuran dan buah 7 Nilai maksimal indikator kualitas air untuk industri pengalengan sayuran 8 Nilai maksimal indikator kualitas air untuk industri keju
10 15 15 15 16 17 17 18
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Diagram alir deteksi lactose positive bacteria Diagram alir uji oksidase Diagram alir uji indol Diagram alir penghitungan bakteri enterococci Foto udara pengolahan air Zelivka Diagram alir produksi pengolahan air Zelivka Contoh teknologi saringan pasir cepat Pengolahan air Karany Skema penyerapan buatan pengolahan air Karany Alur produksi air pengolahan air Karany Alur produksi air pengolahan air Podoli Clarifier yang dimiliki pengolahan air Podoli
3 4 4 5 7 8 9 11 12 12 13 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kualitas air minum Kota Praha Mei 2012-Juli 2012
23
PENDAHULUAN Latar Belakang Air minum merupakan salah satu hal penting yang diperlukan manusia. Tidak hanya mengenai kesehatan, kebutuhan air juga mencakup penggunaannya dalam proses produksi makanan guna mencukupi keinginan manusia. Di banyak negara maju dapat kita jumpai negara telah dapat memberikan suplai air melalui pipa dengan standar air minum sehingga penduduknya mengenalnya dengan sebutan air minum. Hal berbeda ditemukan di negera berkembang, air ledeng laik minum jarang ditemukan sehingga penduduk negara tersebut mengenalnya dengan sebutan air baku atau air ledeng. Air baku tersebut dapat diminum apabila telah diolah terlebih dahulu, salah satunya adalah dengan merebusnya. Di lain pihak kualitas air yang baik tentunya akan menguntungkan industri pangan mengingat air menjadi salah satu faktor yang sulit dipisahkan darinya. Republik Ceko, dengan ibukotanya Praha, telah dapat memberikan penjaminan suplai air ledeng laik konsumsi dengan standar air minum, tercatat bahwa pada tahun 1990 negara tersebut telah dapat menyuplai air ledeng yang laik minum bagi 82.4% penduduknya (Czech Republic 2004). Diawali dengan ketidaksempurnaan, negara tersebut terus meningkatkan kualitas air ledengnya hingga akhirnya memenuhi standar kualitas air minum. Pencapaian tersebut tidak lepas dari teknologi dan juga pengaturan yang diterapkan oleh pemerintahnya. Saat ini memang Indonesia belum dapat memfasilitasi seluruh warganya dengan air ledeng dengan kualitas air minum, namun Indonesia telah berupaya memberikan fasilitas air ledeng yang aman dan bersih. Kualitas air ledeng Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan mengenai air untuk konsumsi tertuang dalam dua peraturan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/2010 tentang persyaratan kualitas air minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 tentang persyaratan air bersih. Sayangnya, mayoritas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum dapat memfasilitasi warga dengan air yang memenuhi standar air minum yang ditetapkan. Diharapkan di masa mendatang cita-cita untuk dapat memiliki fasilitas air ledeng dengan kualitas air minum dapat diwujudkan dan salah satu caranya adalah dengan terus belajar dari pihak yang telah terlebih dahulu berhasil merealisasikannya. Lebih jauhnya dalam penulisan, air ledeng laik minum akan disebut air minum. Perumusan Masalah Kota Praha memiliki 3 pengolahan air minum yang menggunakan teknologi yang berbeda. Pembelajaran terhadap ketiga teknologi tersebut dalam menghasilkan air minum dilakukan dan keluarannya dibandingkan kesesuaiannya dengan standar kualitas air yang diacu. Lebih jauhnya, potensi penggunaannya pada industri pangan perlu diketahui guna mengetahui kesesuaiannya dengan kebutuhan industri pangan.
2 Tujuan Penelitian 1. menerangkan teknologi pengolahan minum yang digunakan di Kota Praha, Republik Ceko, 2. mengevaluasi kesesuaian keluaran air minum yang dihasilkan pengolahan air Kota Praha berdasarkan standar yang diacu, 3. mengevaluasi potensi penggunaan air minum yang dihasilkan pada beberapa industri pangan berdasarkan pada kualitas air yang dibutuhkan pada industri tersebut. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan ataupun acuan berarti bagi pengembangan kualitas air ledeng dan air minum di Indonesia, dimana air bersih menjadi suatu perbincangan serius terutama di kota besar.
METODOLOGI Tempat dan Waktu Tempat : Pengolahan air Kota Praha, Republik Ceko Waktu : April 2012 – Juli 2012 Metode Pengambilan Sampel Sampel air minum diambil pada keran konsumen dengan mengacu pada ISO 5667-1, EN ISO 5667-3, ISO 5667-5, dan ISO 5667-14. Penetapan Nilai Indikator Kualitas Air Minum Beberapa indikator kualitas air minum dipilih untuk diketahui nilainya berdasarkan metode tertentu yang telah ditetapkan. Beberapa indikator tersebut dipilih berdasarkan atas Czech Republic Ministry of Health Decree No. 252/2004 Coll. Nilai indikator didapatkan dari data yang dihasilkan oleh laboratorium terakreditasi yang ditunjuk oleh Pražské vodovody a kanalizace (PVK) dengan mengacu pada standar metode yang ditentukan untuk masing-masing indikator. 1.
Jumlah Bakteri Coliform dan Escherichia coli (ISO 9308-1)
Bahan-bahan yang digunakan dalam penetapan jumlah bakteri coliform dan Escherichia coli adalah (1) Lactose 2,3,5-triphenyltetrazolium chloride agar, (2) tryptone soy agar, (3) tryptophan broth, (4) oxidase reagent, dan (5) reagen Kovak. Di lain pihak, alat-alat yang digunakan antara lain membrane filter, autoclave, loop okulasi, dan water bath bersuhu 360C dan 440C.
3
Gambar 1. Diagram alir deteksi lactose positive bacteria Perhitungan jumlah masing-masing jenis bakteri dilakukan melalui beberapa tahap. Awalnya akan dilakukan uji deteksi keberadaan lactose positive bacteria dengan mengikuti diagram alir yang tertera pada Gambar 1. Setelah koloni yang menunjukkan warna kekuningan terdeteksi, koloni tersebut diambil dan selanjutnya dilakukan uji oksidase dan indol padanya. Koloni bakteri coliform merupakan koloni yang menghasilkan reaksi negatif saat uji oksidase, sedangkan koloni bakteri E.coli merupakan koloni yang menghasilkan reaksi positif di uji oksidase dan reaksi positif saat uji indol. Hasilnya diekspresikan dalam Colony Forming Unit/ml (CFU/ml). Diagram alir uji oksidase dan uji indol dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.
4
Gambar 2. Diagram alir uji oksidase
Gambar 3. Diagram alir uji indol
5 2.
Jumlah Bakteri Enterococci (ISO 7899-2) Alat-alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah perlengkapan filtrasi membrane (0,45 μm) , inkubator 360C dan 440C, autoclave, dan hotplate. Bahan-bahan yang digunakan antara lain (1) media selektif yang mengandung natrium azide, (2) air destilata, (3) media Slanetz & Bartley, dan (4) bile-aesculin-azide agar.
Gambar 4. Diagram alir penghitungan bakteri enterococci Perhitungan bakteri enterococci mengikuti langkah-langkah yang diilustrasikan pada Gambar 4. Bakteri ini merupakan bakteri yang dapat mereduksi 2,3,5-triphenyltetrazolium chloride menjadi formazan dan menghidrolisis aesculin pada suhu 440C pada media Slanetz & Bartley dan bile-aesculin-azide agar. Hasil dari pengujian diekspresikan dalam CFU/ml.
6 3.
Jumlah Clostridium perfringens (Termasuk Spora) Penghitungan bakteri Clostrium perfringens mengacu pada Ministry of Health Decree No. 252/2004 Coll. Perhitungan bakteri Gram positif ini menggunakan filtrasi membran yang diikuti oleh inkubasi anaerobik pada media m-CP agar. Komposisi m-CP agar: Basal medium: Tryptose 30 g yeast extract 20 g sucrose 5g L-cysteine hydrochloride 1g MgSO4. 7 H2O 0.1 g Bromocresol purple red 40 mg Agar 15 g Air distilata 1000 ml Komponen-komponen tersebut dilarutkan dan pH diarahkan hingga 7,6. Larutan disterilisasi dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 0C. Selanjutnya medium didinginkan dan dicampurkan dengan bahan-bahan berikut: D-cycloserin 400 mg polymyxin B sulfate 25 mg indoxyl-beta-D-glucoside (dilarutkan dahulu dalam 8 ml distilata) 60 mg larutan 0.5% phenolphthalein 20 ml larutan 4.5% FeCl3. 6 H2O 2 ml Inkubasi dilakukan pada suhu 440C ± 10C selama 21 ± 3 jam. Jumlah koloni Clostridium perfringens dihitung dengan cara menghitung jumlah koloni kuning yang berubah warna menjadi merah jambu atau merah setelah terkena paparan ammonium hidroksida (NH4OH) selama 20-30 detik. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk mempelajari dan melihat langsung teknologi pengolahan air ledeng dengan standar air minum yang digunakan oleh Kota Praha. Observasi lapangan dipandu oleh perwakilan pengelola unit pengolahan air ledeng Kota Praha. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan membandingkan data indikator kualitas air ledeng yang diperoleh dengan standar yang diacu, yaitu Czech Republic Ministry of Health Decree No. 252/2004 Coll. Lebih jauhnya kualitas air akan dibandingkan kesusaiannya dengan persyaratan air bagi beberapa industri.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi Pengolahan Air Tiga instalasi pengolahan air yang menyuplai air untuk Kota Praha memiliki keunikannya masing-masing. Air yang diproduksi oleh Želivka, Káraný, dan Podoli telah disebutkan bersumber dari sumber air yang berbeda. Oleh karenanya, teknologi yang digunakan dalam produksinya pun berbeda. Pengolahan Air Želivka Pengolahan air Želivka memproduksi air yang bersumber pada air permukaan (surface water) dengan teknologi modern dan sekaligus menjadi pengolahan air terbesar di Kota Praha. Persentase air Kota Praha yang disuplai oleh pengolahan air ini besarnya mencapai 62%. Dengan produksi maksimumnya yang mencapai 7.000 liter/detik dan dengan rata-rata produksi sebesar 3.400 liter/detik, pengolahan air ini menjadi salah satu pengolahan air terbesar di Republik Ceko. Foto udara pengolahan air tersebut ditunjukkan Gambar 5.
Gambar 5. Foto udara pengolahan air Želivka Berawal dari bendungan, air dihisap dengan dukungan dari pompa-pompa menuju pipa. Melalui pipa tersebut air akan disalurkan ke tiga lini pengolahan air yang terpisah. Lini pertama terdiri koagulasi dan filtrasi dengan menggunakan 32 saringan terbuka berkecepatan tinggi (luas permukaan 99 m2, kecepatan filtrasi 3.8 - 4.4 m per jam), sedangkan lini kedua dan ketiga terdiri flash mixing yang dipadukan dengan saringan pasir cepat (luas permukaan 99 m2, kecepatan filtrasi 6-8 m per jam). Sebelum memasuki proses pencampuran, air baku dibubuhi koagulan yang akan meninisiasi proses koagulasi dan juga ditambahkan pula asam sulfat ( H2(SO)4 ) yang akan membantu pengendapan (Wardian 2010). Koagulan yang
8 digunakan dalam proses tersebut adalah alumunium sulfat. Alumunium sulfat ( Al2(SO)3 ) atau yang sering disebut Alum yang merupakan koagulan yang banyak digunakan dalam proses pengolahan air karena berbiaya murah, flok yang dihasilkan stabil, serta cara pengerjaannya mudah (Said 2004). Reaksi antara alum dan zat terlarut dalam air baku dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga sulit untuk memprediksi secara akurat jumlah alum yang sebaiknya ditambahkan agar bereaksi dengan senyawa basa dalam air baku. Perhitungan jumlah alum yang sebaiknya ditambahkan terhadap kondisi tertentu di lapangan dapat diketahui melalui jar test (Cheremisinoff 2002). Setelah dilakukan pencampuran, air akan dibawa ke proses selanjutnya yang terbagi menjadi dua jenis lini pengolahan sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 5. Lini pengolahan air di instalasi Želivka yang pertama menggunakan cara filtrasi langsung (direct filtration) sehingga dalam prosesnya tidak melalui sedimentasi. Proses sedimentasi yang umumnya dilakukan pada cara pengolahan air secara konvensional dapat dihilangkan dengan pertimbangan sumber air yang digunakan sudah cukup baik (Said 2004). Koagulan akan ditambahkan ke dalam air baku, mengalami flokkulasi dan nantinya air yang telah bercampur dengan koagulan langsung menuju 32 saringan terbuka berkecepatan tinggi. Jenis lini kedua yang dimiliki oleh pengolahan air ini adalah lini yang menggunakan metode saringan pasir cepat yang dipadukan dengan pencampuran cepat. Contoh saringan pasir cepat seperti yang tertera pada Gambar 7. Melalui Gambar 6 terlihat jelas perbedaan jenis lini pertama dan kedua. Adukan cepat dalam proses pencampuran cepat membuat koagulan yang dicampurkan terdispersi dengan baik di dalam air yang sedang diproses, sedangkan flokulasi yang terjadi di bak flokulasi membuat flok yang terbentuk menjadi lebih baik dengan dilakukannya pengadukan yang lebih lambat. (Spellman 2003). Flokulasi dilakukan lebih lama dibandingkan dengan pengadukan cepat yang hanya berlangsung 10-60 detik. Dalam hal ini waktu yang digunakan dalam flokulasi berkisar antara 15 sampai 45 menit. Lama waktu flokulasi bergantung kepada komposisi kimia air, suhu, dan juga intensitas pencampuran. (Spellman 2003).
Gambar 6. Diagram alir produksi pengolahan air Želivka
9 Pencampuran cepat atau flash mix dapat menghasilkan waktu pencampuran yang hampir seketika di seluruh bagian tangki pencampuran. Hal tersebut mengakibatkan air yang baru saja masuk ke dalam tangki tersebut seketika bercampur dengan air yang telah mengalami pencampuran sebelumnya. Proses tersebut akan berlangsung terus menerus selama proses pencampuran cepat berlangsung secara kontinu. Pencampuran semacam ini sering disebut dengan backmix reactor karena air yang telah terlebih dahulu diolah dicampurkan kembali dengan air yang baru saja memasuki tangki (Delphos & Wesner 2005).
Gambar 7. Contoh teknologi saringan pasir cepat (Cheremisinoff 2002) Dalam proses flokulasi, guna menghasilkan flok yang berukuran optimal, pengadukan dilakukan dengan cara yang halus dan lambat. Proses lanjutan yang akan air lalui setelah melalui proses flokulasi turut serta menentukan kecepatan pengadukan. Pengadukan dengan kisaran gradien energi tinggi dengan nilai input energi (G) berkisar antara 20 hingga 75 detik-1 diperlukan apabila air keluaran dari proses flokulasi akan akan dilalukan pada proses direct filtering (Delphos & Wesner 2005). Sebenarnya flok sudah terbentuk setelah 2 detik koagulan bercampur dengan air, namun proses flokulasi dengan perbedaan kecepatan pencampuran diperlukan guna menghasilkan flok yang nantinya secara efisien dapat mengendap. Flok semacam itu diperoleh melalui pencampuran dengan kecepatan yang menurun secara bertahap. Tiap tahapan terjadi di kisi atau ruangan yang berbeda satu sama lain. Walaupun berbeda, ruangan-ruangan tersebut masih terdapat dalam satu kolam flokulasi yang sama. Setelah selesai melalui proses flokulasi, air akan melalui proses penyaringan dan disinfeksi. Selesai dengan proses penyaringan, selanjutnya akan air diberi perlakuan ozonisasi dengan tujuan disinfeksi dan meningkatkan kualitas air. Penggunaan ozon untuk tujuan disinfeksi dan pengendalian rasa, aroma, dan warna memiliki
10 sejarah yang panjang di tanah Eropa. Senyawa ini juga merupakan senyawa biosidal dan agen pengoksidasi yang kuat (Praus 2003). Sebelum didistribusikan, air yang telah melalui ozonisasi akan dibubuhi klorin dan kalsium hidroksida. Pembubuhan klorin memiliki tujuan untuk memberikan efek disinfeksi dan menjaga kualitas air selama proses distribusi (Praus 2003), sedangkan penambahan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) atau yang sering disebut lime hydrate dilakukan apabila pengaturan pH air perlu dilakukan. Air yang terlalu asam dapat merusak pipa dan penambahan kalsium hidroksida dapat menaikkan pH (Horsley et al. 2005). Klorin tersedia dalam bentuk cairan bertekanan yang terdiri dari fraksi cair dan gas. Gas klorin yang bercampur dengan air akan berubah menjadi asam hipoklorit (HOCl) yang lebih lanjut akan terdisasosiasi menjadi ion hipoklorit (OCl-). Kumpulan asam dan ion hipoklorit tersebut disebut dengan sebutan free chlorine. Kedua bentuk hipoklorit tersebut sama-sama merupakan disinfektan, namun bentuk asamnya lebih efektif sehingga keefektifan free chlorine dalam proses disinfeksi amat ditentukan oleh jumlah asam hipoklorit yang dapat bereaksi. Bentuk asam hipoklorit 1000 kali lebih efektif dibandingkan bentuk ionnya (Hesby 2005). Jumlah klorin yang direkomendasikan untuk ditambahkan dalam proses disinfeksi berbeda-beda bergantung pada asal air yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan kualitas air tersebut. Salah satu teori yang masih diacu sampai saat ini adalah teori Chick-Watson yang apabila disederhanakan akan berbunyi laju pembasmian patogen dengan menggunakan disinfektan berbanding lurus secara proporsional dengan jumlah patogen dan konsentrasi disinfektan yang digunakan (Hesby 2005). Itu berarti semakin buruk kualitas air, dosis klorin yang digunakan pun akan meningkat. Pengolahan air Zelivka menggunakan penyaring pasir, maka penggunaan klorin berkisar 1-5 mg/l. Rekomendasi penggunaan dosis klorin berdasarkan sumber air tertentu tertera pada tabel 1. Tabel 1. Rekomendasi dosis klorin berdasarkan sumber air Source of Water
Chlorine Dosage (mg/l)
Raw Sewage
6-12
(Septic) Raw Sewage
12-25
Settled Sewage
5-10
Chemical Precipitation Effluent
3-10
Trickling Filter Effluent
3-10
Activated Sludge Effluent
2-8
Sand Filter Effluent
1-5 Sumber: (Cheremisinoff 2002)
Residu klorin dalam air minum merupakan salah satu hal yang diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Ceko. Residu klorin yang ada dalam air
11 minum diukur berdasarkan free chlorine yang telah terbentuk. Nilai maksimal dari klorin bebas yang diperbolehkan terkandung dalam air minum adalah 0,3 mg/l. Menurut United States Environmental Agency (EPA) klorin akan bertambah buruk bagi tubuh manusia apabila konsumsinya dalam air minum rata-rata sepanjang tahun melebihi 4 mg/l (EPA 2012). Pengolahan Air Káraný Pengolahan air Káraný memproduksi air minum yang bersumber pada air tanah (groundwater). Foto udara pengolahan air ini dapat dilihat pada gambar 8. Saat ini Káraný menyumbang sekitar 25% kebutuhan kota akan air minum dengan rata-rata produksi air minum sebesar 1.750 liter per detik. Secara garis besar ada tiga cara dalam pengambilan air baku yang dilakukan oleh pengolahan air Káraný, yaitu (1) penyerapan alami atau natural infiltration, (2) penyerapan buatan artificial infiltration, dan (3) air artesis. Ketiga cara pengambilan air tersebut berlangsung secara bersama-sama dengan melalui tahapan-tahapan proses yang berbeda.
Gambar 8. Pengolahan air Káraný Cara pertama adalah penyerapan alami. Proses infiltrasi yang secara alami terjadi membuat sejumlah air yang berasal dari Sungai Jizera terakumulasi di dalam tanah yang berlokasi di sekitar sungai. Air tersebut nantinya akan terakumulasi bersama air tanah yang semula sudah tersedia di dalam tanah secara alami. Salah satu poin pengambilan air tanah semacam ini terletak 250 m dari sisi Sungai Jizera. Cara yang kedua adalah penyerapan buatan atau artificial infiltration. Berbeda dengan penyerapan alami, air baku yang diambil dari Sungai Jizera dibawa ke pusat pengolahan air dimana kemudian disaring dengan menggunakan pasir penyaring berkecepatan tinggi. Keluaran yang dihasilkan kemudian dipompakan ke tempat penampungan air dimana terdapat lapisan pasir gravel. Air akan mengalir melalui celah-celah yang terdapat dalam pasir gravel tersebut yang menghasilkan perubahan karakteristik air yang mirip dengan air tanah alami. Peta
12 penempatan tiap tahapan proses pengambilan air baku melalui penyerapan buatan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Skema penyerapan buatan pengolahan air Káraný Cara yang terakhir adalah dengan air artesis. Sumber air jenis ini memiliki air dengan kualitas yang sangat baik. Sumber air artesis mengalir di lapisan tanah yang sangat dalam dari bagian Utara Republik Ceko yang sering disebut dengan “Bohemian Cretaceous (Ceska Krida)”. Air artesis ini kemudian dihisap melalui tujuh lubang hisapan. Air baku yang berhasil diambil akan diolah untuk menghilangkan kandungan besi di dalamnya dengan parameter yang serupa dengan makanan balita. Sebagian dari air yang dihasilkan pun digunakan sebagai bahan baku air minum dalam kemasan.
Gambar 10. Alur produksi air Pengolahan Air Káraný Berbeda dengan pengolahan air di Želivka, sumber air yang dimiliki Káraný lebih baik dalam hal kualitas sehingga dimungkinkan hanya menggunakan teknik klorinasi saja dalam pengolahan airnya. Alur produksinya dapat dilihat pada Gambar 10. Instalasi pengolahan air yang menggunakan teknik klorinasi saja
13 dalam pengolahan airnya pada umumnya memiliki kualitas air baku yang tetap dan tidak berubah sepanjang tahunnya (Said 2004). Sebelum didistribusikan, air baku yang telah dialirkan dari bak penerima akan dialirkan ke bak pembubuhan klorin untuk mengalami proses penjernihan sekaligus proses disinfeksi. Proses penjernihan termasuk proses oksidasi beberapa senyawa seperti senyawa besi dan mangan. Besi dan mangan terlarut di dalam air dalam bentuk tereduksi, yakni Fe II dan Mn II. Dengan melakukan oksidasi, besi dan mangan yang menjadi bagian dari senyawa tersebut akan berubah bentuk menjadi Fe III dan Mn IV. Endapan pun nantinya akan terbentuk, yaitu endapan Fe(OH)3 dan MnO2 (Hesby 2005). Pengolahan Air Podoli Teknologi yang digunakan oleh pengolahan air Podoli bersumberkan air Sungai Vltava dan terdiri atas penyaringan bertahap sistem Puech-Chaball. Air diproduksi melalui proses aerasi, penyaringan tiga kali, dan hingga akhirnya dijernihkan dengan menggunakan penyaringan biologi berkecepatan rendah. Diperkirakan sekitar 400 liter air berhasil diproduksi tiap detiknya.
Gambar 11. Alur produksi air pengolahan air Podoli Gambar 11 menggambarkan alur produksi air yang terjadi Air baku yang yang digunakan berasal dari air Sungai Vltava. Sungai hisapan dipompa dengan menggunakan pompa dan disaring dengan dua tahap penyaringan awal, yaitu saringan kasar dan saringan yang halus. Penyaringan awal ini dilakukan dengan alasan menyaring padatan-padatan besar ataupun sampah yang tentunya apabila tidak disaring akan menghambat laju produksi nantinya. Setelah melewati tahap ini air dikirim ke bak penampungan dengan bantuan empat pompa besar. Bak penampungan ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum air memasuki clarifier dan juga sebagai tempat penjernihan awal. Penjernihan awal ini bertujuan membantu penghilangan zat-zat organik dalam air, khususnya penghilangan warna dalam air. Penjernihan awal ini dilakukan dengan menambahkan klorin ke bak penampungan. Seringkali apabila penjernihan awal tidak dilakukan, warna pada air akan cukup sulit untuk dihilangkan saat proses penjernihan di clarifier nantinya (Cheremisinoff 2002).
14 Dari bak penampungan, air akan dialirkan menuju clarifier untuk mengalami proses penjernihan. Gambar 12 menggambarkan clarifier berdiamter 20 m yang dimiliki Podoli. Proses ini didesain untuk menghilangkan secara efisien kandungan-kandungan tidak larut air yang tersuspensi di dalam air. Pemisahan berdasarkan atas perbedaan densitas zat dengan air yang biasanya dibantu dengan penambahan zat kimia (Cheremisinoff 2002). Zat kimia yang digunakan sebagai koagulan pembantu pemisahan pada pengolahan air Podoli adalah ferri sulfat (Fe2(SO4)3). Ferri sulfat bekerja optimal pada pH antara 5,0-8,5. Umumnya pH yang digunakan adalah 5,5-6,0 (Cheremisinoff 2002). Pada kondisi tertentu penambahan senyawa kimia lainnya mungkin diperlukan guna memperoleh keasaman yang optimal bagi penggunaan ferri sulfat. Apabila air yang digunakan memiliki pH yang terlalu tinggi, maka penambahan karbon dioksida ataupun asam dapat dilakukan. Di lain pihak, penambahan kaustik soda ataupun kalsium hiidroksida dapat dilakukan untuk menaikkan pH apabila air dinilai terlalu asam. Meskipun begitu, dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan ferri sulfat adalah senyawa ini dapat menurunkan pH air sehingga pengaturan pH air lanjutan mungkin diperlukan dan penggunaan bahan kimia untuk mengatur pH sebisa mungkin dibatasi guna memperkecil biaya produksi (Cheremisinoff 2002).
Gambar 12. Clarifier yang dimiliki pengolahan air Podoli Penyaringan di pengolahan air Podoli dilakukan berdasarkan sistem PuechChabal yaitu dengan tiga penyaringan bertingkat yang diletakkan di lantai terpisah. Tiga penyaringan bertumpuk tersebut dilengkapi dengan tangki untuk menampung air bersih yang sekaligus menggenapkan sistem ini menjadi empat bagian penting, yaitu (1) large-mesh filter, (2) prefilter, (3) fine filter, dan (4) tangki air bersih (Drnek 2011). Large-mesh filter dan prefilter ditempatkan pada lantai teratas, fine filter ada di lantai dasar, sedangkan tangki air bersih berada di lantai bawah tanah. Perjalanan air akan dimulai dari bagian atas hingga ke bagian bawah. Penyaringan large-mesh filter terdapat tiga level penyaringan yang dilakukan, masing-masing dengan parameter masing-masing. Parameter tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Air akan terjatuh dari tingkat pertama ke tingkat kedua dan kemudian dari tahap kedua ke ketiga. Selanjutnya air akan menuju ke prefilter lalu
15 ke fine filter. Karakterisasi penyaringan prefilter dan fine filter masing-masing tertera pada tabel 3 dan tabel 4. Tabel 2. Parameter large-mesh filter tiap levelnya Tingkat Tingkat 1 Tingkat 2 3
Volume ruang
259,30 m
Tinggi penyaring Diameter pasir Kecepatan penyaringan
35 cm 2-2,5 cm 116 m3/hari
3
404 m
40 cm 1-2 cm 74 m3/hari
Tingkat 3 1.371 m3 50 cm 5-10 cm 22 m3/hari
Sumber: (Drnek 2011)
Tabel 3. Parameter prefilter pada pengolahan air Podoli Prefilter Volume ruang 2.625 m3 Tinggi penyaring 70 cm Diameter pasir maksimal 7 mm Kecepatan penyaringan 11,4 m3/24 hari Sumber: (Drnek 2011)
Tabel 4. Parameter fine filter pada pengolahan air Podoli Fine filter Volume ruang 5.604 m3 Tinggi penyaring 90 cm Diameter pasir maksimal 4 mm Kecepatan penyaringan 5,3 m3/hari Sumber: (Drnek 2011)
Air yang keluar sebagai hasil penyaringan cenderung memiliki pH yang rendah akibat penambahan ferri sulfat sebagai koagulan. Pengaturan pH dilakukan setelah penyaringan terakhir dengan menggunakan kalium hidroksida hingga pH berkisar antara 6 dan 9 (Cheremisinoff 2002). Pengaturan pH dilakukan setelah penyaringan terakhir dengan alasan apabila pengaturan pH dengan penambahan kalium hidroksida dilakukan di awal sebelum penyaringan, dikhawatirkan senyawa-senyawa organik yang menempel pada flok akan terlepas dan berhasil lolos dari penyaringan hingga akhirnya dikonsumsi manusia. Senyawa-senyawa organik tersebut diharapkan terus menempel pada flok karena flok akan tertahan pada proses penyaringan. Air yang selesai diproses akan dibawa ke penampungan air. Standar dan Kualitas Air Minum Uni Eropa mewajibkan beberapa indikator air untuk terus dimonitor, sedangkan penghitungan nilai indikator selengkapnya dilakukan dengan jumlah per tahun yang berbeda bergantung pada volume air yang disuplai oleh sistem distribusi air yang bersangkutan. Tabel 5 merepresentasikan kualitas air pada keran konsumen yang dimiliki Kota Praha secara keseluruhan. Indikator tersebut dipilih berdasarkan peraturan Uni Eropa dalam proses monitoring kualitas air
16 minum, namun nilai maksimalnya mengacu pada peraturan dalam negeri Republik Ceko. Hasil audit selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1. Tabel 5. Hasil monitoring kualitas air keran konsumen Kota Praha Nilai Indikator Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Maksimala Clostridium 0 0 0 0 perfringens E. coli 0 0 0 0 Coliform 0 0 0 0 bacteria Ammonium 0,02 0,02 0,02 0,05 Color 2 2 1 20 Nitrite 0,01 0,01 0,01 0,50 Alumunium 0,017 0,016 0,021 0,20 Taste 2 2 2 2 Conductivity 38,7 39 39,7 125,0 Odor 2 2 2 2 pH 7,54 7,59 7,60 6,5 – 9,5 Turbidity 0,41 0,33 0,39 5 Iron 0,08 0,06 0,08 0,20 a
Satuan CFU/100ml CFU/100ml CFU/100 ml mg/l mg Pt lmg/l mg/l 0
mS/m 0
NTU mg/l
Nilai maksimum parameter berdasarkan Ministry of Health Decree No. 252/2004
Terdapat 13 indikator yang nilainya dihitung selama rentang waktu 3 bulan. Dalam rentang waktu antara bulan Mei 2012 hingga bulan Juni 2012 nilai indikator-indikator tersebut tidak ada yang melebihi batas maksimal yang dicanangkan. Walaupun begitu, berdasarkan atas hasil pemantauan dan audit didapati bahwa derajat rasa (taste) dan bau (odor) dapat menjadi perhatian serius karena nilainya berada di nilai maksimal yang diperbolehkan dan dimungkinkan di masa depan nilainya dapat melebihi nilai maksimal. Bila sedikit membandingkan kualitas air di atas dengan kualitas air ledeng dimiliki Indonesia, beberapa perbedaan akan terlihat. Keluaran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) seringkali baru dapat memenuhi persyaratan air bersih yang dicanangkan. Sebagai contoh, studi di salah satu daerah di Kota Semarang menyebutkan bahwa persyaratan air ledeng telah memenuhi standar air bersih, namun pada musim penghujan nilai kekeruhan dan mangan (Mn) dapat melebihi batas. Kekeruhan mencapai 80-295 NTU dan Mn 0,62-0,66 mg/l, padahal standar yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 adalah maksimal sebesar 25 NTU untuk kekeruhan dan 0,5 mg/l untuk kadar Mn (Jaya & Suharyanto 2004). Potensi Penggunaan Air Minum Kota Praha Pada Industri Pangan Di berbagai industri keperluan air pun akan berbeda-beda bergantung pada penggunaannya. Kualitas air minum yang dihasilkan Kota Praha tentunya akan memudahkan industri dalam melakukan produksi karena air baku tidak membutuhkan proses lanjutan yang rumit sebelum digunakan dalam produksi. Kesesuaian air minum Kota Praha dengan persyaratan air baku industri
17 bergantung pada industri yang diacu. Masing-masing memiliki kebutuhan kualitas air yang berbeda. Tabel 6. Nilai maksimal indikator kualitas air untuk industri pengawetan sayuran dan buah (Tongeren 2006) Parameter Patogen Total mikroba Besi Mangan Kalsium Magnesium Klor Nitrat Nitrite Fosfat COD Warna Pestisida a
Satuan CFU/100 ml CFU/100 ml μg/l μg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 0
μg/l
Uap bertekanan
Pembersihan
Pencucian
0
0
0
Kualitas air Prahaa 0
100
100
100
64
200 50 150 50 150 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
200 50 150 50 200 150 0,1 2 5 20 2,5
200 50 150 50 200 150 0,1 2 5 20 2,5
73,3 4,3 45,4 7,3 21,2 26,6 0,01 0,88 1,7 0,022
Rata-rata nilai indikator terhitung pada keran konsumen Mei 2012-Juli 2012
Tabel 7. Nilai maksimal indikator kualitas air baku untuk industri pengalengan sayuran (Tongeren 2004) Parameter Pestisida Kalsium Klor Krom Fosfat Besi Timbal Magnesium Nikel Nitrate Nitrit a
Satuan μg/l mg/l mg/l μg/l mg/l μg /l μg /l mg/l μg /l mg/l mg/l
Pencucian
Blansir
0,5 150 200 50 2 Tidak ditetapkan 10 50 20 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
0,5 70 200 50 5 200 10 50 20 5 20
Standar kualitas 0,5 70 200 50 2 200 10 50 20 5 20
Kualitas air Prahaa 0,02 45,4 21,2 0,6 73,3 0,5 7,3 1,3 26,6 0,01
Rata-rata nilai indikator terhitung pada keran konsumen Mei 2012-Juli 2012
Potensi penggunaan air minum Kota Praha dalam beberapa industri ditampilkan melalui tabel 6, tabel 7, dan tabel 8. Dua nilai indikator bagi air minum Kota Praha, yaitu fosfat dan total N dengan metode Kjeldahl tidak dimiliki karena tidak dilakukan pengukuran terhadapnya. Fosfat termasuk ke dalam zat yang termasuk ke dalam kategori Generally Recognized as Safe (GRAS) dan kandungannya yang tinggi akan mempengaruhi turbiditas air sehingga dapat diperkirakan jumlahnya melalui kekeruhan air. Pengaturan jumlah fosfat di dalam air hasil pengolahan air minum hanya diatur bagi air minum bersuhu hangat. Hal
18 tersebut didasari penilaian bahwa penambahan fosfat seringkali dilakukan di industri yang menghasilkan air hangat. Keberadaan fosfat dalam air akan membantu penghilangan kerak yang ditimbulkan oleh air sadah dan juga mencegah korosi pipa (Cheremisinoff 2002). Penghitungan nilai N dengan metode Kjeldahl diperbolehkan boleh tidak dilakukan oleh instalasi pengolahan air, namun sebagai gantinya siklus nitrogen yang terjadi harus terus dipantau antara lain melalui indikator pH, alkalinitas, kadar ammonia, nitrat, dan nitrit. Bagi industri pengawetan sayuran dan buah-buahan yang ditampilkan pada tabel 6, kualitas air minum kota telah memenuhi standar air yang digunakan sehingga dalam memenuhi standar tersebut tidak diperlukan pengolahan air tambahan dalam mengolah air baku. Walaupun begitu, beberapa catatan diberikan apabila air akan digunakan bagi industri pengalengan sayuran dan keju. Industri pengalengan memerlukan pengolahan air baku untuk mengurangi kadar nitrat, sedangkan pada industri keju diperlukan pengurangan nilai kalsium dan total mikroba.
C mg/l mg/l mg/l mg/l
15 157 0,2 0,1 100 6,5-9
0,2 0.05 30 6,5-9
Klor Konduktivitas Total mikroba E. coli N-kj
mg /l μS/m n/ml
150 10
150 10
-
0 0,5
n/100ml mg/l
1,43 0,1 0,05 40 -
0,2 0,1 250 -
-
40 157 0,2 0,05 40 6,58,5 150 800 -
Air yang tidak kontak langsung 15 1,43 0,1 0,05 50 -
50
20
21,2 391,3 64
-
-
1 10
1
0 -
Clean in Place
0
Satuan
Air untuk evaporator
Air untuk produk
Temperature Kalsium Besi Mangan COD pH
Parameter
Air untuk pemanas
Air pendingin
Tabel 8. Nilai maksimal indikator kualitas air baku untuk industri keju (Arcadis 1999) Kualitas air Prahaa 13,4 45,4 0,06 0,004 0,88 7,58
a
Rata-rata nilai indikator terhitung pada keran konsumen Mei 2012-Juli 2012 (-) mengindikasikan indikator tersebut tidak ditetapkan nilainya
Kandungan nitrat yang tinggi dalam makanan kaleng akan mempercepat proses korosi dalam kaleng. Korosi yang dapat disebabkan oleh nitrat adalah “rapid detinning” yang seringkali terjadi pada produk kaleng yang memiliki pH di bawah 6 dan memiliki kandungan nitrat yang tinggi (CAC 2005). Alasan lainnya adalah nitrat termasuk zat yang mempercepat proses pembentukan karat. Di lain pihak, kandungan kalsium dan total mikroba yang tinggi dalam industri keju patut diwaspadai karena akan meningkatkan pembentukan kerak pada pemanas dan mempengaruhi perkembangan mikroba yang digunakan serta hasil
19 metabolismenya. Jumlah mikroba yang tinggi dalam air yang digunakan untuk industri keju harus dihindari karena akan menganggu kultur yang digunakan. Beberapa perlakuan dapat dilakukan terhadap air yang akan digunakan dalam industri pangan guna mengurangi kandungan nitrat, kalsium, dan juga total mikroba. Untuk mengurangi kandungan nitrat dalam air yang akan digunakan dalam industri pengalengan dapat dilakukan dengan teknik reverse osmosis, water softening-anion exchange, ataupun distilasi (DES 2010). Kadar kalsium dalam air baku untuk pemanas industri keju dapat dikurangi dengan metode kation exchange sebelum memasuki pemanas. Cara lain pun dapat dilakukan untuk mencegah kerak yang diakibatkan kandungan kalsium, salah satunya adalah dengan menambahkan senyawa fosfat ke dalam air (Donohue 1991) . Kandungan air ledeng Kota Praha lainnya yang harus dikurangi apabila air tersebut ingin digunakan pada industri keju adalah total mikroba. Pada umumnya cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroba tersebut adalah dengan teknik mikrofiltrasi, reverse osmosis, penambahan UV, atau dengan perlakuan panas (Bylund 1995). Tidak semua industri pangan memiliki kebutuhan akan air dengan parameter khusus, namun pengolahan pangan akan memerlukan air baku dengan syarat kualitas air minum. Dengan adanya perbaikan kualitas air ledeng Indonesia menjadi kualitas air minum, besar kemungkinan industri pangan di Indonesia akan dimudahkan dalam melakukan proses produksinya setidaknya dalam tiga kemungkinan. Hal yang pertama adalah industri memiliki pilihan untuk tidak membuat instalasi pengolahan air tersendiri karena sudah tersedia dalam sistem pipa PDAM. Dengan alasan tersebut, biaya pembuatan infrastruktur dapat ditekan. Hal kedua adalah bagi industri pangan yang masih membeli air dan distribusi air tersebut masih dilakukan lewat darat, hal tersebut dapat dicegah. Distribusi air melalui sistem pipa akan memiliki ketepatan waktu yang lebih baik, khususnya disaat kondisi lalu lintas memburuk. Hal yang ketiga adalah industri akan memiliki keleluasaan untuk memilih lokasi pabrik. Banyak industri pangan berpusat di tempat sumber daya air dengan kualitas cukup baik melimpah. Dengan kualitas air ledeng yang setara dengan air minum, tidak menutup kemungkinan industri pangan akan lebih tersebar keberadaannya.
20
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kota Praha memiliki tiga pengolahan air minum, yaitu Káraný, Želivka, dan Podoli. Tiap pengolahan air memiliki sumber air bakunya masing-masing. Pengolahan air Káraný bersumberkan air tanah (groundwater), Želivka bersumber pada air permukaan yang berasal dari dam, dan pengolahan air Podoli yang bersumberkan pada air permukaan yang berasal dari sungai Vlatava. Pengolahan air Káraný hanya menggunakan proses klorinasi dalam pengolahan airnya, namun penyaringan dengan pasir masih digunakan sebagai salah satu pengolahan air baku. Želivka menggunakan teknologi saringan pasir cepat, dipadukan dengan pencampuran cepat di beberapa lini produksinya, dan di tahap akhir ozonisasi dan klorinasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas air sekaligus sebagai salah satu upaya disinfeksi. Podoli menggunakan clarifier, penyaringan bertahap, dan ditutup oleh proses klorinasi. Selama periode Mei 2012-Juli 2012 kualitas air minum Kota Praha telah memenuhi kesesuaian 100% terhadap standar yang ditetapkan dalam Ministry of Health Decree No. 252/2004. Kualitas air minum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan minimal industri pengawetan sayuran dan buah-buahan, sedangkan bagi industri pengalengan sayuran dan keju nilai beberapa parameter kualitas air harus dikurangi karena akan menganggu proses produksi. Saran Peningkatan kualitas air minum harus senantiasa ditingkatkan guna mendukung industri pangan di Indonesia untuk menjadi lebih tersebar dan menghemat biaya produksinya. Pembandingan teknologi dan standar pengolahan air minum yang digunakan antara negara maju dengan Republik Indonesia dapat dilakukan guna mengetahui hal yang harus dikembangkan dan harus dipertahankan oleh Indonesia.
21
DAFTAR PUSTAKA Arcadis. 1999. Case study: water cycles in food industry. Closure of Water Circuits in Food industry. Netherlands: IMD BV Bylund G. 1995. Dairy Processing Handbook. Lund: Tetra Pak Processing Systems AB Cheremisinoff NP. 2002. Handbook of Water and Wastewater Treatment Technologies. Woburn: Butterworth-Heinemann. [CAC] Codex Alimentarious Commission . 2005. Code of practice for the prevention and reduction of inorganic tin contamination in canned foods. In: Prevention and Reduction of Food and Feed Contaminant (1st Edition). CAC. Czech Republic. 2004. Freshwater Country Profile. [e-book] United Nation. http://www.un.org/esa/agenda21/natlinfo/countr/czech/Czechfreshwater04f.pdf. [diacu 2012 Mar 17]. Delphos PJ & Wesner GM. 2005. Mixing, coagulation, and flocculation. In: Baruth, EE (ed). Water Treatment Plant Design 4th Edition. McGraw-Hill. [DES] New Hampshire Department of Environmental Services. 2010. Nitrate and Nitrite in Drinking Water. Environmental Fact Sheet [Internet]. September 2010 [2013 Pebruari 24]; WD-DWGB-3-9: New Hampshire. http://des.nh.gov/organization/commissioner/pip/factsheets/dwgb/documents/d wgb-3-9.pdf Donohue JM. 1991. Water conditioning, industrial. In: Betz Laboratories Inc. (Ed) Water Conditioning, Industrial. Betz. Drnek K. 2011. Prague’s Water Supply in Podoli – a Solution for The Problems of Clean Water in The 1930s. Acta Polytech 51(5): 33-38. [EPA] United States Environmental Protection Agency (US). 2012. Basic information about disinfection in drinking water: chloramine, chlorine, and chlorine dioxide [internet]. Tersedia dari: http://water.epa.gov/drink/contaminants/basicinformation/disinfectants.cfm. [diacu 2013 Jan 16]. Hesby JC. 2005. Oxidation and disinfection. In: Baruth, EE (ed). Water Treatment Plant Design 4th Edition. McGraw-Hill. Horsley MB, Elder DB, Harms LL. 2005. Lime softening. In: Baruth, EE (ed). Water Treatment Plant Design 4thEdition. McGraw-Hill. [ISO] International Organization for Standardization (CH). 1986. Water QualityDetermination of Ammonium. Geneva: International Organization for Standardization. Jaya AR & Suharyanto. 2004. Analisis pelayanan jaringan air bersih PDAM di kampung pesaten kelurahan Rejomulyo Semarang. PILAR vol. 13, no 2: 99104. Praus P. 2003. Drinking water disinfection and formation of by-products. Sborník Vědeckých Prací Vysoké Školy Báňské vol. XLIX no.2: 95-102. Said NI. 2004. Pengantar Umum Proses Pengolahan Air. Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Spellman F. 2003. Handbook of Water and Wastewater Treatment Plant Operations. United States of America: CRC Press LCC.
22 Wardian A. 2010. Pengaruh penambahan asam sulfat (H2(SO)4) Pada pengolahan air bahan baku di PT. Coca Cola Bottling Company Indonesia di Belawan [tesis]. Universitas Sumatera Utara. Tongeren WGJM. 2004. Case Study: Methology of Water Quality Management in Heinz HAK. Netherlands Organisation for Applied Scientific Research (TNO). Tongeren WGJM. 2006. Investigation Reuse Options Effluent WWTP Vegetables and Fruit Processing Company. Netherlands Organisation for Applied Scientific Research (TNO).
23 Lampiran 1. Kualitas air minum Kota Praha periode Mei 2012-Juli 2012 The Quality of Drinking Water in the Distribution Network of Prague in May 2012 - At the Consumer's Tap
No. 1
Pointer Clostridium perfringens
Units
Average Specified Value
Hyg. Limit
Typ. of Limit
CFU/100 ml
0
0
MH
2
Enterococci
CFU/100 ml
0
0
NMH
3
E. coli
CFU/100 ml
0
0
NMH
4
Coliform bacteria
CFU/100 ml
0
0
MH
5
Microscopic image
%
1
10
MH
Individuals/ml
1
50
MH
Individual/ml
0
0
MH
CFU/100 ml
43
200
MH
CFU/100 ml
4
20
MH
–abioseston 6
Microscopic image –
number
of
organisms 7
Microscopic image – living organisms
8
Number of colonies at 220C
9
Number of colonies at 360C
10
Pseudomonas
Valid only for bottled water
aeruginosa 11
1,2-dichloroethane
mg/l
0.03
3.00
NMH
13
Ammonium ions
mg/l
0.02
0.50
MH
14
Antimony
mg/l
0.0005
0.005
NMH
15
Arsenic
mg/l
0.0005
0.010
NMH
2
20
MH
mg Pt l
-
16
Color
17
Benzene
mg/l
0.03
1.00
NMH
18
Benzo(a)pyrene
ng/l
0.3
10.0
NMH
19
Beryllium
mg/l
0.05
2.00
NMH
20
Boron
mg/l
0.025
1.00
NMH
21
Bromate
μg/l
1.50
10.00
NMH
22
TOC
mg/l
1.97
5.00
MH
–
Total
Organic Carbon 23
Nitrate
mg/l
27.0
50.0
NMH
24
Nitrite
mg/l
0.01
0.50
NMH
24
26
Fluoride
mg/l
Average Specified Value 0.10
27
Aluminium
mg/l
0.017
0.20
MH
28
Magnesium
mg/l
7.4
20-30
DH
29
COD Mn
mg/l
0.85
3.00
MH
30
Free chlorine
mg/l
0.04
0.30
MH
31
Chloride
mg/l
21.6
100.0
MH
34
Chrome
mg/l
0.0006
0.05
NMH
0
2
2
MH
No.
Pointer
Units
Hyg. Limit
Typ. of Limit
1.50
NMH
35
Taste
36
Cadmium
mg/l
0.0001
0.005
NMH
37
Conductivity
mS/m
38.7
125.0
MH
38
Total cyanide
mg/l
0.001
0.050
NMH
39
Manganese
mg/l
0.005
0.050
MH
40
Copper
mg/l
0.005
1.00
NMH
42
Nickel
mg/l
0.0014
0.020
NMH
43
Lead
mg/l
0.0005
0.025
NMH
45
Odor
0
2
2
MH
46
Aldrin
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Dieldrin
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Metolachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Heptachlor
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Prometryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Acetochlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Dichlobenil
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Propachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Diazinon
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Heptachlorepoxid
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Hexachlorbenzen
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
p.p’-DDE
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
p.p’-DDT
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Lindane
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Methoxychlor
ng/l
2.5
100.0
NMH
46
Atrazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Desethylatrazin
ng/l
10.5
100.0
NMH
46
Simazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Propazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Terbuthylazin
ng/l
14.8
100.0
NMH
25
46
Cyanazin
ng/l
Average Specified Value 5.0
46
Hexazinon
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Alachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Metazachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Dimethoate
ng/l
10.0
100.0
NMH
46
Desmetryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Terbutryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Chlorfenvinphos
ng/l
5.0
100.0
NMH
47
Sum of pesticides
ng/l
23.46
500.0
NMH
48
pH
-
7.54
65-95
MH
No.
Pointer
–
Units
Water
Reaction
Hyg. Limit
Typ. of Limit
100.0
NMH
49
Sum of PAHs (4)
ng/l
0
100.0
NMH
50
Mercury
mg/l
0.0001
0.0010
NMH
51
Selenium
mg/l
0.0005
0.010
NMH
52
Sulphate
mg/l
55.6
250.0
MH
53
Sodium
mg/l
12.8
200.0
MH
54
Silver
mg/l
0.0005
0.050
NMH
55
1,1,2,2-
μg/l
0.03
10.00
NMH
μg/l
11.345
100.00
NMH
μg/l
0.03
10.00
NMH
tetrachloroethane 56
Trihalomethane
57
1,1,2trichloroethane
58
Chloroform
μg/l
4.8
30.0
MH
59
Calcium
mg/l
48.9
40-80
DH
60
Calcium
mmol/L
1.53
2-3.5
DH
and
Magnesium 61
Turbidity
NTU
0.41
5.00
MH
62
Iron
mg/l
0.08
0.20
MH
mmol/L
1.58
-
-
C
11.8
-
-
1.1-dichloroethane
μg/l
0.02
-
-
1.2-dichloroethane
μg/l
0
-
-
Dichloromethane
μg/l
0.25
-
-
Ethylbenzene
μg/l
0.03
-
-
Chlorobenzene
μg/l
0.02
-
-
O+m+p-xylene
μg/l
0
-
-
KNK 4.5 Water temperature
0
26
Styrene
μg/l
Average Specified Value 0.03
Tetrachloromethane
μg/l
0.03
-
-
Toluene
μg/l
0.04
-
-
Fluoranthene
ng/l
1.4
-
-
No.
Pointer
Units
Hyg. Limit
Typ. of Limit
-
-
The Quality of Drinking Water in the Distribution Network of Prague in June 2012 - At the Consumer's Tap No. 1
Pointer Clostridium perfringens
Units
Average Specified Value
Hyg. Limit
Typ. of Limit
CFU/100 ml
0
0
MH
2
Enterococci
CFU/100 ml
0
0
NMH
3
E. coli
CFU/100 ml
0
0
NMH
4
Coliform bacteria
CFU/100 ml
0
0
MH
%
1
10
MH
Individuals/ml
0
50
MH
Individual/ml
0
0
MH
CFU/100 ml
41
200
MH
CFU/100 ml
13
20
MH
5
Microscopic image –abioseston Microscopic image
6
–
number
of
organisms 7
8
9
10
Microscopic image – living organisms Number of colonies at 220C Number of colonies at 360C Pseudomonas
Valid only for bottled water
aeruginosa
11
1,2-dichloroethane
mg/l
0.03
3.00
NMH
13
Ammonium ions
mg/l
0.02
0.50
MH
14
Antimony
mg/l
0.0005
0.005
NMH
15
Arsenic
mg/l
0.0005
0.010
NMH
2
20
MH
mg Pt l
-
16
Color
17
Benzene
mg/l
0.03
1.00
NMH
18
Benzo(a)pyrene
ng/l
0.3
10.0
NMH
19
Beryllium
mg/l
0.05
2.00
NMH
20
Boron
mg/l
0.025
1.00
NMH
27 No. 21 22
Pointer Bromate TOC
–
μg/l
Average Specified Value 1.50
mg/l
1.86
5.00
MH
Units
Total
Organic Carbon
Hyg. Limit
Typ. of Limit
10.00
NMH
23
Nitrate
mg/l
26.6
50.0
NMH
24
Nitrite
mg/l
0.01
0.50
NMH
26
Fluoride
mg/l
0.09
1.50
NMH
27
Aluminium
mg/l
0.016
0.20
MH
28
Magnesium
mg/l
7.2
20-30
DH
29
COD Mn
mg/l
0.87
3.00
MH
30
Free Chlorine
mg/l
0.03
0.30
MH
31
Chloride
mg/l
20.5
100.0
MH
34
Chrome
mg/l
0.0006
0.05
NMH
0
2
2
MH
35
Taste
36
Cadmium
mg/l
0.0001
0.005
NMH
37
Conductivity
mS/m
39.0
125.0
MH
38
Total cyanide
mg/l
0.001
0.050
NMH
39
Manganese
mg/l
0.004
0.050
MH
40
Copper
mg/l
0.003
1.00
NMH
42
Nickel
mg/l
0.0012
0.020
NMH
43
Lead
mg/l
0.0005
0.025
NMH
45
Odor
0
2
2
MH
46
Aldrin
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Dieldrin
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Metolachlor
ng/l
5.2
100.0
NMH
46
Heptachlor
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Prometryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Acetochlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Dichlobenil
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Propachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Diazinon
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Heptachlorepoxid
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Hexachlorbenzen
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
p.p’-DDE
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
p.p’-DDT
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Lindane
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Methoxychlor
ng/l
2.5
100.0
NMH
28
46
Atrazin
ng/l
Average Specified Value 5.0
46
Desethylatrazin
ng/l
5.2
100.0
NMH
46
Simazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Propazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Terbuthylazin
ng/l
23.0
100.0
NMH
46
Cyanazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Hexazinon
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Alachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Metazachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Dimethoate
ng/l
10.0
100.0
NMH
46
Desmetryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Terbutryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Chlorfenvinphos
ng/l
5.0
100.0
NMH
47
Sum of pesticides
ng/l
23.30
500.0
NMH
-
7.59
6.5-9.5
MH
No.
48
Pointer
pH
–
Units
Water
Reaction
Hyg. Limit
Typ. of Limit
100.0
NMH
49
Sum of PAHs (4)
ng/l
0
100.0
NMH
50
Mercury
mg/l
0.0001
0.0010
NMH
51
Selenium
mg/l
0.0005
0.010
NMH
52
Sulphate
mg/l
50.7
250.0
MH
53
Sodium
mg/l
11.8
200.0
MH
54
Silver
mg/l
0.0005
0.050
NMH
μg/l
0.03
10.00
NMH
μg/l
12.920
100.00
NMH
μg/l
0.03
10.00
NMH
55 56 57
1,1,2,2tetrachloroethane Trihalomethane 1,1,2trichloroethane
58
Chloroform
μg/l
6.1
30.0
MH
59
Calcium
mg/l
39.6
40-80
DH
mmol/L
1.29
2-3.5
DH
60
Calcium
and
Magnesium
61
Turbidity
NTU
0.33
5.00
MH
62
Iron
mg/l
0.06
0.20
MH
mmol/L
1.33
-
-
C
13.3
-
-
μg/l
0.02
-
-
KNK 4.5 Water temperature 1.1-dichloroethane
0
29
1.2-dichloroethane
μg/l
Average Specified Value 0
Dichloromethane
μg/l
0.25
-
-
Ethylbenzene
μg/l
0.03
-
-
Chlorobenzene
μg/l
0.02
-
-
O+m+p-xylene
μg/l
0
-
-
Styrene
μg/l
0.04
-
-
Tetrachloromethane
μg/l
0.03
-
-
Toluene
μg/l
0.03
-
-
Fluoranthene
ng/l
1.7
-
-
No.
Pointer
Units
Hyg. Limit
Typ. of Limit
-
-
The Quality of Drinking Water in the Distribution Network of Prague in July 2012 - At the Consumer's Tap No. 1
Pointer Clostridium perfringens
Units
Average Specified Value
Hyg. Limit
Typ. of Limit
CFU/100 ml
0
0
MH
2
Enterococci
CFU/100 ml
0
0
NMH
3
E. coli
CFU/100 ml
0
0
NMH
4
Coliform bacteria
CFU/100 ml
0
0
MH
%
1
10
MH
Individuals/ml
0
50
MH
Individual/ml
0
0
MH
CFU/100 ml
107
200
MH
CFU/100 ml
12
20
MH
5
Microscopic image –abioseston Microscopic image
6
–
number
of
organisms 7
8
9
10
Microscopic image – living organisms Number of colonies at 220C Number of colonies at 360C Pseudomonas
Valid only for bottled water
aeruginosa
11
1,2-dichloroethane
mg/l
0.03
3.00
NMH
13
Ammonium ions
mg/l
0.02
0.50
MH
14
Antimony
mg/l
0.0005
0.005
NMH
15
Arsenic
mg/l
0.0005
0.010
NMH
30
mg Pt l-
Average Specified Value 1
Benzene
mg/l
0.03
1.00
NMH
18
Benzo(a)pyrene
ng/l
0.3
10.0
NMH
19
Beryllium
mg/l
0.05
2.00
NMH
20
Boron
mg/l
0.025
1.00
NMH
21
Bromate
μg/l
1.1
10.00
NMH
mg/l
1.88
5.00
MH
No.
Pointer
16
Color
17
22
TOC
–
Units
Total
Organic Carbon
Hyg. Limit
Typ. of Limit
20
MH
23
Nitrate
mg/l
26.2
50.0
NMH
24
Nitrite
mg/l
0.01
0.50
NMH
26
Fluoride
mg/l
0.09
1.50
NMH
27
Aluminium
mg/l
0.021
0.20
MH
28
Magnesium
mg/l
7.3
20-30
DH
29
COD Mn
mg/l
0.91
3.00
MH
30
Free Chlorine
mg/l
0.03
0.30
MH
31
Chloride
mg/l
21.5
100.0
MH
34
Chrome
mg/l
0.0005
0.05
NMH
0
2
2
MH
35
Taste
36
Cadmium
mg/l
0.0001
0.005
NMH
37
Conductivity
mS/m
39.7
125.0
MH
38
Total cyanide
mg/l
0.001
0.050
NMH
39
Manganese
mg/l
0.004
0.050
MH
40
Copper
mg/l
0.004
1.00
NMH
42
Nickel
mg/l
0.0013
0.020
NMH
43
Lead
mg/l
0.0005
0.025
NMH
45
Odor
0
2
2
MH
46
Aldrin
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Dieldrin
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Metolachlor
ng/l
5.2
100.0
NMH
46
Heptachlor
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Prometryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Acetochlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Dichlobenil
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Propachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Diazinon
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Heptachlorepoxid
ng/l
1.5
100.0
NMH
31
46
Hexachlorbenzen
ng/l
Average Specified Value 1.5
46
p.p’-DDE
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
p.p’-DDT
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Lindane
ng/l
1.5
100.0
NMH
46
Methoxychlor
ng/l
2.5
100.0
NMH
46
Atrazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Desethylatrazin
ng/l
5.7
100.0
NMH
46
Simazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Propazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Terbuthylazin
ng/l
18.8
100.0
NMH
46
Cyanazin
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Hexazinon
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Alachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Metazachlor
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Dimethoate
ng/l
10.0
100.0
NMH
46
Desmetryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Terbutryn
ng/l
5.0
100.0
NMH
46
Chlorfenvinphos
ng/l
5.0
100.0
NMH
47
Sum of pesticides
ng/l
18.20
500.0
NMH
-
7.60
6.5-9.5
MH
No.
48
Pointer
pH
–
Units
Water
Reaction
Hyg. Limit
Typ. of Limit
100.0
NMH
49
Sum of PAHs (4)
ng/l
0
100.0
NMH
50
Mercury
mg/l
0.0001
0.0010
NMH
51
Selenium
mg/l
0.0005
0.010
NMH
52
Sulphate
mg/l
53.1
250.0
MH
53
Sodium
mg/l
12.1
200.0
MH
54
Silver
mg/l
0.0005
0.050
NMH
μg/l
0.03
10.00
NMH
μg/l
14.771
100.00
NMH
μg/l
0.03
10.00
NMH
55 56 57
1,1,2,2tetrachloroethane Trihalomethane 1,1,2trichloroethane
58
Chloroform
μg/l
6.1
30.0
MH
59
Calcium
mg/l
47.7
40-80
DH
mmol/L
1.49
2-3.5
DH
60
Calcium Magnesium
and
32
61
Turbidity
NTU
Average Specified Value 0.39
62
Iron
mg/l
0.08
0.20
MH
mmol/L
1.60
-
-
C
15.1
-
-
1.1-dichloroethane
μg/l
0.02
-
-
1.2-dichloroethane
μg/l
0
-
-
Dichloromethane
μg/l
0.25
-
-
Ethylbenzene
μg/l
0.03
-
-
Chlorobenzene
μg/l
0.02
-
-
O+m+p-xylene
μg/l
0
-
-
Styrene
μg/l
0.03
-
-
Tetrachloromethane
μg/l
0.03
-
-
Toluene
μg/l
0.03
-
-
Fluoranthene
ng/l
1.6
-
-
No.
Pointer
KNK 4.5 Water temperature
Units
0
Hyg. Limit
Typ. of Limit
5.00
MH
Type of limit: DH - recommended value, MH - limiting value, NMH - maximum limiting value The numbers correspond to the numbering of the indicators according to the Ministry of Health Decree. No. 252/2004 Coll. as amended. Above is the Prague average water quality. Various locations in Prague may vary according to the type of water supplied (Želivka, Káraný, mix Želivka + Káraný).
33
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Argya Syambarkah yang dilahirkan di Bogor, 08 April 1989 dan merupakan anak kedua dari orang tua bernama Drs. Almasyhuri, Apt., Msi dan Ir. Erna Luciasari Sofiati, MP. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor dan melanjutkannya di departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan akademis dan nonakademis. Penulis aktif mengasah ketertarikannya akan ilmu pengetahuan dengan mempresentasikan buah pemikirannya di berbagai pertemuan internasional dan nasional. Beberapa diantaranya adalah di Chiang Rai (Thailand), Bangkok (Thailand), dan Semarang (Indonesia). Dalam kegiatan nonakademisnya penulis menjadi pengurus aktif Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (Himitepa) serta pernah diberikan amanah memimpin himpunan tersebut pada periode 2009-2010. Di luar kampus, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4). Selama menjadi mahasiswa, penulis mendapatkan beberapa penghargaan yang diantaranya adalah Djarum beasiswa plus, Nutrifood Leadership Award, hibah dana kewirausahaan dari CDA IPB, hibah dana Program Kreativitas Mahasiswa, finalis regional karya tulis beswan Djarum, dan beasiswa pertukaran pelajar dengan tujuan Republik Ceko.