Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
PILOT PLANT TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR Robertus Haryoto Indriatmoko Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi setiap mahkluk hidup. Masalah utama dari kekurangan air bersih di dunia adalah sumber air tersebut terdistribusi secara tidak merata secara ruang dan waktu dari sisi kualitas maupun kuantitas. Kondisi seperti ini terjadi juga di Indonesia, dengan wilayah yang terdiri dari banyak pulau besar dan kecil, dengan perbedaan topografi mulai dari bergunung-gunung hingga berbentuk datar. Setiap orang dapat berhak menikmati air bersih, untuk mengupayakan hal tersebutdibutuhkan segenap daya upaya seperti biaya, energi dan teknologi. Upaya untuk mendapatkan hal itu, diperlukansuatu perencanaan yang matang dan dengan satu kebulatan tekad bahwa pada akhirnya setiap orang berhak mendapatkan akses air bersih secara mudah dan murah. Akses semacam itu dirasa masih jauh dari harapan. Pemerintah melalui melalui Perusahaan Daerah, berupaya memenuhi kebutuhan air bersih di setiap daerah, dengan didirikannya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Di Jakarta
19
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan sendiri PDAM ternyata baru mampu melayani 56 % dari total kebutuhan air bersih bagi penduduknya, sisanya masih menggantungkan dari sumber yang lain seperti air tanah, air hujan atau air permukaan. Tidak optimalnya pelayanan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti: 1. Alasan ekonomis, 2. Produksi yang masih kurang, 3. Kualitas air baku, 4. Kebocoran, 5. Biaya produksi mahal, 6 Jaringan distribusi yang sudah tua, 7. Hambatan bersifat teknis dan non teknis. Untuk mengatasi hambatan tersebut diperlukan terobosan kebijakan dari pemerintah, sebab jika menggunakan model pengolahan terpusat dan berorientasi pada bisnis maka masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil dan di pulau-pulau terluar akan semakin susah untuk mendapatkan akses air bersih guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk mengatasi kendala ini diperlukan model pengolahan air setempat, mini, mandiri yang secara kualitas dan kuantitas mampu menghasilkan produk olahan yang dapat diandalkan. Model pengolahan semacam ini akan membantu masyarakat di wilayah terpencil memperoleh akses yang semakin mudah untuk air bersih. Model pengolahan air yang dibangun, harus dirancang secara mini, mandiri namun secara produk mampu mencukupi kebutuhan air bersih dimasyarakat. Secara kuantitas dan kualitas memenuhi standart yang diperlukan oleh masyarakat. Teknologi proses untuk dapat mengolah air dengan kualitas seperti diuraikan sebelumnya telah lama dikuasai oleh para peneliti BPPT. Untuk mengaplikasikan teknologi tersebut dibutuhkan sebuah program pembangunan yang mengitegrasikan peran pemerintah
20
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan sebagai pelaksana kebijakan dan para peneliti sebagai agen teknologi untuk diaplikasikan di masyarakat. Salah satu Work Breakdown Structure (WBS) dari Program efisiensi sumberdaya air adalah Pilot Plant Teknologi Efisiensi Pemanfaatan Sumberdaya Air Melalui Daur Ulang Air Limbah, program tersebut dilaksanakan dalam bentuk Work Package (WP) yang disebut Pilot Plant Teknologi Pengolahan Air. Pada tahun anggaran 2013. Pilot Plant Teknologi Pengelolaan Air ini di rancang untuk mengolah air menjadi air bersih dan air siap minum dengan memanfaatkan sumberdaya air setempat. Masalah kualitas air seperti air gambut, keruh, berwarna coklat, asam dan dengan salinitas tinggi sering menjadi kendala utama dalam pengolahan air. Pada Tahun Anggaran 2013 ini, Pilot Plant Teknologi Pengolahan Air, mengaplikasikan kegiatannya di 3 (tiga) desa yaitu: a. Desa Langkat, Kecamatan Sungai Siak Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau dan, b. Desa Simpang Nungki, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan, c. Desa Matang Cengai Kecamatan Langsa Timur, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dua desa yaitu Desa Langkat, Kecamatan Sungai Siak Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau dan Desa Simpang Nungki, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan mendapatkan masing masing 1 Unit Sistem Pengolahan Air Siap Minum menggunakan teknologi Reverse Osmosys (RO) sedangkan di Desa Matang Cengai Kecamatan Langsa Timur, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, telah dibangun sistem penyediaan air dengan menggunakan Teknologi Pompa Air Tanpa
21
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan Mesin atau pompa hidram dan Satu Unit Sistem Pengolahan Air Bersih. Aplikasi dari Pilot Plant Teknologi Lingkungan untuk pengolahan air ini diharapkan dapat menjadi Model pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan dasar manusia terutama yang berada di wilayah terpencil dan pulau-pulau terluar. Penerapan dari model ini diharapkan dapat menjadi sebuah Program Pembangunan untuk menciptakan ketahanan negara dan membangun kesatuan dan persatuan bangsa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. TUJUAN DAN SASARAN Aplikasi dari penerapan teknologi lingkungan untuk pembangunan Pilot Plant Teknologi Pengolahan Air ini mempunyai tujuan untuk: a. Menjadi model bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia, b. Pemanfaatan sumber daya air setempat, c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya air masyarakat, d. Mengatasi kelemahan sistem penyediaan air oleh PDAM, e. Sarana dan prasarana pembelajaran di masyarakat bidang teknologi, perkoperasian dan kerjasama Adapun yang menjadi sasaran dari kegiatan ini adalah: a. Semakin banyak warga yang dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya akan air bersih b. Semakin termanfaatkannya sumberdaya air setempat dengan teknologi yang semakin maju.
22
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
c. Semakin meningkat kesehatan masyarakat. d. Pelayanan pengolahan air bersih semakin menjangkau ke e. f.
pelosok wilayah di Indonesia. Semakin dikuasainya teknologi lingkungan. Semakin meningkatkan usaha kecil dan perkoperasian dari usaha pengolahan air siap minum di masyarakat.
HASIL KEGIATAN Pada tahun anggaran 2013 ini target kegiatan telah selesai dilaksanakan yaitu dengan telah dibangunnya: Dua unit sistem pengolahan air siap minum di dua lokasi yaitu Desa Langkat, Kecamatan Sungai Siak Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau dan Desa Simpang Nungki, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan. Satu unit sistem penyediaan air untuk pengairan dengan menggunakan pompa air tanpa mesin dan satu unit Pengolahan air sumur menjadi air bersih di Desa Matang Cengai, Kecamatan Langsa Timur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pembahasan atas hasil kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Untuk sistem pengolahan air siap minum di Desa Langkat dan Simpang Nungki. Hasilnya adalah bahwa sistem pengolahan air siap minum tersebut telah menghasilkan air siap minum dengan kapasitas produksi sebesar 10 m3/hari. Ini dapat mencukupi air minum sebanyak 2500 orang. Saat ini hasil produksi dari air siap minum tersebut telah dipasarkan ke masyarakat di kedua desa dengan harga 1 galon air sebesar Rp. 8.000-10.000,-. Keuntungan
23
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
b.
c.
d.
dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk biaya operasional. Untuk hasil pembangunan di Desa Matang Cengai, kapasitas produksi dari sistem penyediaan air yang telah dibangun adalah 4-5 liter/dt. Debit air yang dihasilkan dari pompa hidram ini dapat mengairi lahan pertanian seluas 4 ha. Sistem pompa air tanpa mesin ini berdasarkan kelayakan ekonomi diperkirakan akan dapat dioperasionalkan selama lima tahun dengan biaya operasional untuk penggantian kelep, karet dan perawatan pertahun antara 0,5 juta rupiah – 1,5 juta rupiah. Berdasarkan perhitungan ekonomi, per liter air tersebut dijual dapat dijual dengan harga Rp.1,(satu rupiah). Namun masyarakat bersama LKMD menetapkan satu model perawatan pompa hidram yaitu dengan cara menyetorkan 20 kg padi setiap kali panen. Keuntungan dari hasil penjualan ini akan digunakan untuk membayar biaya produksi dan membangun pompa air yang baru. Untuk menjaga agar kelangsungan produksi dari sistem yang telah dibangun agar dapat berjalan terus, maka diperlukan langkah sebagai berikut: 1. Pelatihan terhadap operator yang dilakukan dengan cara ikut terlibat dalam instalasi sistem pengolah air sampai dengan saat produksi. 2. Pelatihan tentang cara mengolah air yang baik. 3. Pelatihan manajemen produksi. 4. Meningkatkan jaringan kerja mulai dari pasar atau user, jaringan untuk mendapatkan suku cadang dan peralatan dan jaringan tenaga teknis atau ahli.
24
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan KESIMPULAN DAN SARAN Program yang telah dilaksanakan ini dinilai oleh masyarakat sebagai sangat baik karena disamping memberikan nilai tambah pada sumberdaya yang ada, ternyata dapat memberikan keuntungan baik materi maupun pemenuhan pada bidang yang sangat mendasar pada manusia. Program ini hendaknya tetap dapat bergulir di masyarakat bukan hanya menyangkut materi yang diberikan namun juga teknologi yang sudah diterapkan, dapat dikembangkan atau ditingkatkan kapasitas produksinya agar menjadi lebih besar. Dalam kaitannya dengan program tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Program ini dapat meningkatkan nilai tambah pada sumberdaya alam setempat. b. Program ini dapat diteruskan karena menjadi salah satu model pemenuhan kebutuhan dasar manusia. c. Program ini dapat memberikan nilai tambah terhadap kemanusiaan dari sisi teknologi, peningkatan kualitas air dan kualitas hidup manusia, sektor usaha kecil di pedesaan. Adapun terhadap program yang telah dan akan dikembangkan diberikan saran sebagai berikut : a. Agar dalam program ini, dapat ditambahkan kegiatan berupa praktek bersifat teknis termasuk kegiatan perakitan dan perbengkelan bagi operator agar bisa turut serta mengembangkan program di tempat lainnya.
25
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
b. Agar dalam program ini dibuat jaringan kerjasama dengan perguruan tinggi setempat, sehingga transfer teknologi ke masyarakat semaik cepat. LAMPIRAN
Foto 1: Aktifitas PembangunanPilotPlant Pengolahan Air Siap Minum Desa Langkat, Kabupaten Bengkalis Riau
Foto 2: Pilot Plant Pengolahan Air Siap Minum di Desa Langkat, Kab. Bengkalis Riau
26
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
Foto 3: Suasana usai peresmian PilotPlantTeknologi Pengolahan AirSiap Minum di Desa Langkat, Kabupaten Bengkalis Riau
Foto 4:Penjelasan Oleh Ir. P. NugroRahardjo, M.Sc kepada Camat Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Riau
Foto 5: Instalasi Pretreatmen Pilot PlantPengolahan Air Siap MinumDesa Simpang Nungki Cerbon Kalimantan Selatan
Foto 6:Unit RO Treatmen Pada Pilot Plant Pengolahan Air Siap Minum Desa Simpang Nungki Cerbon Kalimantan Selatan
27
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
Foto 7:Unit RO Pada Pilot Plant Pengolahan Air Siap Minum Desa Simpang Nungki Cerbon Kalimantan Selatan
Foto 8:Penjelasan oleh Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc Untuk Operator dan Wakil Masyarakat mengenai Pengolahan AirSiap Minum
Foto 9:Unit Pompa Air Tanpa Mesin untuk Desa Matang Ceungai Langsa Timur Aceh
Foto 10:Pembangunan Tanggul Untuk Menaiikkan Air Input Pompa AirTanpa Mesin
28
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan
Foto 11:Instalasi Pompa Air Tanpa Mesin untuk Desa Matang Ceungai Langsa Timur Aceh
Foto 12:Hasil Output Pompa Air Tanpa Mesin untuk Desa Matang Ceungai Langsa Timur AcehDebit 4 lt/dt
29