TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian BPTP Jambi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi PENDAHULUAN Penanganan panen dan pascapanen merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan produktivitas dan mutu kedelai. Penanganan pascapanen yang kurang tepat akan menyebabkan penurunan mutu dan kehilangan hasil yang tinggi, sehingga menurunnya harga jual dan pendapatan petani. Di tingkat petani, kehilangan hasil kedelai pada saat panen maupun pascapanen masih cukup besar dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup berarti. Kehilangan ini harus ditekan atau dikurangi sampai kebatas minimum. Kehilangan hasil ini disebabkan petani dalam penanganan panen dan pascapanen berada dalam tahap kritis dengan penguasaan teknologi yang lemah, disamping itu petani kurang menyadari adanya kehilangan hasil selama proses panen dan pascapanen. Disisi lain minimnya penggunaan alsintan pada penanganan panen dan pascapanen karena alsintan relatif mahal. Selama ini usaha tani kedelai masih terbatas pada peningkatan produksi, belum secara optimal melakukan upaya pemanfaatan dan
peningkatan mutu, serta nilai
tambah melalui penerapan inovasi panen dan pascapanen. Sistem panen yang dijemur tanpa lantai jemur dan alas menyebabkan biji tercecer cukup banyak, alat pengering dinilai masih cukup mahal bagi petani kedelai. Disamping itu, panen masih dengan cara konvensional dan proses pengeringan sebagian besar masih dilapang. Hal ini menyebab kan kehilangan hasil yang cukup besar dan proses produksi tidak efisien. Penanganan panen dan pascapanen yang baik dan benar (Good Handling Practices) ditingkat petani untuk menekan kehilangan hasil dan meningkatkan mutu kedelai harus dilakukan. Strategi yang dapat ditempuh untuk peningkatan mutu, dan menekan susut hasil dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan pascapanen yang baik dan tepat diantaranya melalui penentuan saat panen yang tepat, atau menghindari terjadinya penundaan waktu panen karena dapat menyebabkan
polong
pecah,
menghindari
penumpukan
dilapangan,
penerapan 1
pengeringan dengan prinsip GHP, perontokan dengan menggunakan power thresser , dan perbaikan teknologi penyimpanan. TEKNIK PASCAPANEN YANG DAPAT MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI Penanganan pascapanen kedelai merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak
panen
diikuti
dengan
pengeringan,
perontokan/pembijian,
pembersihan,
pengemasan dan penyimpanan. Rangkaian kegiatan tersebut saling berkaitan, hasil satu kegiatan mempengaruhi hasil tahap berikutnya. Teknik pascapanen yang dapat menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan kualitatif serta dapat menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu adalah : 1.
Pemanenan Kegiatan panen dimulai dengan menentukan umur panen yang paling tepat dan
menguntungkan. Waktu panen yang optimal adalah bila hasil panen dapat memberikan mutu yang baik dengan produksi tinggi dan cukup aman untuk proses selanjutnya. Mutu hasil panen akan baik bila kedelai dipanen pada umur atau tingkat kematangan yang tepat (matang optimal). Kedelai matang optimal atau siap untuk dipanen ditandai dengan perubahan warna polong dari kehijauan menjadi coklat kekuningan. Panen dilakukan bila lebih dari 95% polong kedelai sudah berwarna coklat kekuningan dan jumlah daun tersisa pada tanaman hanya sekitar 5-10%. Panen terlalu awal dapat menurunkan kualitas karena banyak polong hampa, banyak biji hijau dan keriput setelah dikeringkan, pengeringan lebih lama, kurang tahan disimpan dan kehilangan hasil mencapai 13%. Sedangkan panen terlambat susut tercecer tinggi karena banyak polong pecah, dan kerusakan dilapangan seperti biji berkecambah, berjamur, busuk dan berkutu. Keterlambatan panen atau panen terlalu awal merupakan awal dari terjadinya proses kehilangan hasil panen dan penurunan mutu. Umur Panen Kedelai umumnya dapat dipanen pada kadar air sekitar 20-24%, bahkan ada yang diatas 30% tergantung pada varietas, derajat kemasakan dan musim. Biasanya panen dapat ditandai dengan daun yang masih ada pada tanaman sekitar 5% dan 95% polong telah berwarna kecoklatan, pada keadaan ini kadar air berkisar 20-24%. Penentuan umur panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap kualitas biji yang 2
dihasilkan, apalagi bila biji akan dijadikan benih, karena mempunyai vigor benih lebih dari 95%. Waktu Panen Panen dilakukan pada cuaca cerah, dimulai sejak pukul 8.00 – 16.00, dimana embun telah kering, kadar air biji menurun sehingga kegiatan panen berjalan lancar. Kondisi cuaca waktu panen juga berpengaruh terhadap kualitas dan jumlah biji kedelai. Panen pada kadar air tinggi (30-40%) akan menyebabkan banyak butir hijau dan keriput dan waktu pengeringan lebih lama sehingga terjadi penurunan mutu kedelai. Pada kondisi normal, panen dapat dilakukan pada kadar air sekitar 20-24% (berat basah). Pada kondisi tertentu panen kedelai dianjurkan juga pada kadar air rendah (17-20%), pada kondisi ini kehilangan hasil saat panen dapat ditekan dan penanganan pascapanen lebih cepat sehingga dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Tetapi perlu dipertimbangkan panen kedelai pada kadar air rendah hanya dianjurkan pada cuaca kering. Cara Panen Cara panen kedelai yang dianjurkan adalah memotong pangkal batang dengan sabit tajam atau bergerigi (5 cm diatas tanah) dan ditempatkan diatas alas plastik atau tikar. Cara panen ini lebih menguntungkan karena lebih cepat, dapat diterapkan pada kondisi lapang yang kering maupun basah dan berangkasan bersih dari tanah serta Rhizobium tetap tertinggal didalam tanah. Untuk memperkecil kehilangan hasil maka ada beberapa hal penting yang diperhatikan waktu panen : 95% polong berwarna coklat Potong pada pangkal batang Jangan menumpuk brangkasan basah > 2 hari Gunakan alas plastik atau tikar saat panen Berangkasan segera dikeringkan sampai kadar air 14% 2. Pengeringan Tujuan utama pengeringan pada prinsipnya ada 3 yaitu : 1) Untuk mengeringkan berangkasan agar memudahkan perontokan biji. Tingkat pengeringan menurunkan kadar air dari 20-24% menjadi 17-18% 2) Pengeringan biji untuk tujuan perdagangan, menurunkan kadar air menjadi 12%. 3
3) Pengeringan untuk tujuan penyimpanan, menurunkan kadar air sampai 9-10% sehingga tahan untuk disimpan. Pengeringan dapat dilakukan secara konvensional dengan sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Pengeringan konvensional dengan sinar matahari : Pengeringan berangkasan biasa dilakukan oleh petani kedelai dengan bantuan sinar matahari, memerlukan waktu sekitar 2-3 hari (tergantung cuaca). Brangkasan dapat diikat menjadi satu dengan berat sekitar 1-1.5 kg untuk satu ikatan. Pengeringan dilakukan dengan cara dibalik dengan pangkal batang sebelah atas, penjemuran berangkasan sebaiknya menggunakan alas terpal. Cara lain dengan menggantung berangkasan pada penyangga rak pengeringan.
Pengeringan biji kedelai dengan sinar matahari sebaiknya menggunakan alas plastik kedap air, hal ini bertujuan agar biji kedelai tidak tercecer, menutup kedelai saat hujan, dan menghindari kotoran dari tanah. Biji kedelai dihampar dengan ketebalan 2-3 cm, dibalik-balik secara teratur. Pengeringan berlangsung 2-3 hari atau sampai kadar air sekitar 12%, bila terlalu kering justru akan menyebabkan biji kedelai pecah. Pengeringan dengan mesin pengering : Pengeringan brangkasan kedelai dengan mesin pengering sampai kadar air biji mudah untuk dirontokkan yaitu dengan mengatur suhu maksimum 600C. Untuk menyeragamkan kadar air biji maka harus dilakukan pembalikkan setiap 2 jam. Dengan pembalikan, kadar air rata-rata mencapai 17% selama 10 jam. Pengeringan berakhir ditandai dengan polong yang sangat mudah pecah bila ditekan dengan jari. Pengeringan dalam bentuk biji merupakan pengeringan lanjutan setelah pengeringan berangkasan sehingga daya simpannya lebih awet. Kadar air yang tepat untuk biji yang akan dipasarkan adalah sekitar 12-14%, sedangkan untuk keperluan benih dan 4
untuk disimpan sekitar 9-10%. Pengeringan kedelai dengan alat pengering dengan mengatur suhu sekitar 40-500C, berlangsung selama 6-8 jam. 3. Perontokan Perontokan dilakukan segera setelah pengeringan. Dapat dilakukan secara konvensional atau dengan alat perontok (thresser). Saat ini masih ada yang melakukan secara konvensional, dengan menggunakan pemukul dari kayu atau rotan. Pemukulan dilakukan beberapa kali dengan cara membalik tumpukan kedelai. Setelah biji terlepas dipisahkan dari sampah dan kotoran dengan cara ditampi. Perontokan secara konvensional memiliki kelemahan antara lain : membutuhkan waktu yang lama, tingkat persentase kotoran tinggi, banyak butir belah, kehilangan hasil mencapai 7% karena masih banyak biji tersembunyi dalam polong dan onggokan batang serta cabang tanaman kedelai. Perontokan dengan threser pada putaran silinder 400-500 rpm dan kadar air biji sekitar 14-15%, hal ini bertujuan untuk menghindari biji kedelai pecah atau retak yang dapat menurunkan mutu benih. Kapasitas threser bervariasi sesuai dengan jumlah bahan yang ada. Perontokan dengan threser mempunyai keunggulan antara lain : hemat tenaga, waktu, dan biaya; tingkat kotoran rendah (hanya 0.5%), serta kehilangan hasil dapat ditekan. 4. Pembersihan. Tujuan pembersihan biji adalah membuang semua kotoran yang tercampur dengan biji antara lain tanah, kerikil, potongan batang, tangkai atau daun. Pembersihan biji dapat dilakukan dengan penampi/nyiru atau dengan alat sederhana dan murah dengan menggunakan penampi dan memanfaatkan arah angin, yaitu penampi tipe OHYA. Dilakukan oleh dua orang yaitu satu orang untuk menuangkan biji dan satu lagi memutar kipas untuk menghembuskan angin yang menerbangkan kotoran dari biji kedelai. Biji kedelai yang sudah bersih selanjutnya disimpan dalam karung untuk dipasarkan ataupun disimpan. 5. Pengemasan dan Penyimpanan Daya simpan kedelai ditentukan oleh kondisi kedelai saat disimpan, cara dan alat penyimpanan, dan kondisi lingkungan. Daya simpan diukur dengan besarnya tingkat kerusakan dalam waktu tertentu. 5
Penyimpanan biji kedelai sebaiknya dengan sistem kedap udara, karena kedelai dapat terhindar dari kontaminasi kotoran, udara dan juga gangguan hama dan penyakit. Kedelai dikemas dalam kantong plastik yang dimasukkan kedalam karung plastik atau kaleng. Kedelai dapat juga dikemas dalam jirigen plastik yang berkapasitas 25-30 kg. Kemudian ditempatkan diatas rak-rak kayu yang berjarak 15 cm dari lantai. Ruang penyimpanan harus bersih, dan memiliki ventilasi udara alat penghalang tikus. Kadar air kedelai saat disimpan yaitu 9-10%, dan kadar air ini dapat dipertahan kan dengan menggunakan bahan penyerap didalam kemasan seperti abu sekam, kapur tohor dan bahan penyerap lainnya. Dengan demikian untuk meningkatkan daya simpan kedelai sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut : (1) kadar air kedelai rendah (9-10%), (2) menggunakan kemasan (kantong plastik dan jirigen), (3) kedelai bersih, (4) kelembaban rendah, (5) aerasi cukup dan, (6) bebas hama dan penyakit. Untuk lebih jelasnya alur penanganan pascapanen kedelai dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Alur Penanganan Pascapanen Kedelai PENGARUH PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU KEDELAI Upaya untuk mendapatkan biji kedelai bermutu tinggi dan menekan kehilangan hasil dapat dilakukan dengan cara penanganan pascapanen yang tepat. Penanganan yang kurang baik menyebabkan kerusakan biji sehingga menurunkan mutu dan harga kedelai. Oleh sebab itu penanganan pascapanen yang tepat merupakan usaha yang sangat berarti dan mutlak diperlukan untuk mempertahankan mutu kedelai. Mutu biji kedelai baik untuk konsumsi maupun untuk benih, bukan diperoleh secara kebetulan tetapi merupakan resultante dari perencanaan dan perhatian yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan biji-biji kedelai yang bermutu tinggi. Hal ini 7
penting terutama bagi pengelolaan biji untuk benih, untuk bahan baku industri pangan, dan bahan baku pakan ternak, yang menuntut benih bermutu tinggi. Mutu adalah sejumlah sifat karakteristik dari suatu komoditi yang membedakan suatu produk dan mempunyai nilai pasti dan mencerminkan tingkat penerimaan konsumen. Tidak semua sifat-sifat yang dimililiki suatu produk digunakan sebagai komponen mutu dalam standar mutu, hanya yang berkaitan dengan tingkat penerimaan konsumen dan untuk menentukan harga dalam perdagangan. Pada prinsipnya ada dua persyaratan faktor-faktor penentu mutu yaitu: Persyaratan Kualitatif :
Bebas hama dan penyakit Bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya Bebas dari bahan kimia yang membahayakan
Persyaratan Kuantitatif : Komponen Mutu (%)
Mutu-I
Mutu-II
Mutu-III
Kadar air maks
12
14
16
Kadar Kotoran maks
1
2
5
Butir Belah maks
2
3
5
Butir rusak maks
0
5
8
Butir keriput maks
1
3
5
Butir warna lain maks
0
5
10
Sumber : diolah dari berbagai sumber
8