EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
TEKNIK MENENTUKAN BATASAN HUTAN MANGROVE LESTARI (Studi Kasus Pesisir Kabupaten Sidoarjo) Slamet Subari Dosen Jurusan Agribisnis Fak. Pertanian Unijoyo
Abstract The objectives of this research was to determine the minimum thickness of mangrove forest as a green belt that act as a bio-filter for coastal ecosystem to be sustainable and no negative impact to community’s economy. The research was carried out in Tambak Sedati Village, District of Sedati and Kupang Village, District of Jabon, Residency of Sidoarjo - East Java from November 2005 to March 2006. Aquadratic production function model that explained the relationship of biochemical compounds that had potential to reduce the quality of coastal ecosystem – the more distance from coastal line was the lower biochemical compound content – to the certain limit that was not dangerous to brakishwater ecosystem was emploiyed. The estimation of parameters was conducted by regression technique- OLS method. The result indicated that the minimum thickness of mangrove forest as a bio-filter was 105,68 meters measured from coastal line. Compared to Local Government Rule No. 17 in 2003 that the limitation of mangrove conservation area was 400 meters, the value found was far lower. If any of the local regulation is not implemented, there will a decrease of potential total profit that should be accounted for community at coastal zone of Sidoarjo equal to Rp 36.299.806.908 year-. Key words : Mangrove, Ecosystem, Coastal zone.
PENDAHULUAN
per tahun dihasilkan dari hutan mangrove. Sementara itu menurut laporan Dinas Kelautan
Salah satu kekayaan sumberdaya alam
dan Perikanan (DKP) Kabuaten Sidoarjo (2005),
yang paling menonjol di Kabupaten Sidoarjo adalah
sumberdaya
tambaknya
mencapai
pesisir 15
dengan
530,41
Ha
di kawasan tambak sendiri terdapat berbagai
luas
aktivitas masyarakat diantaranya :
dan
bandeng
sumberdaya hutan mangrove yang terbentang
(6481,8
Ha),
tumpanggilir bandeng dengan garam (12 Ha),
sepanjang lebih kurang 27 km dengan lebar atau ketebalan mencapai 100 s/d 200 meter
monokultur
budidaya
udang organik (8541,7 Ha), udang intensif (50
yang
Ha), dan udang semi intensif (680,7 Ha).
mampu memberikan kesejahteraan kepada 3 257
Berdasarkan
KK petani tambak (PT. Inter Multi Planindo,
Pemerintah
2004). Besarnya kontribusi subsektor perikanan
hal
Kabupaten
tersebut Sidoarjo
jajaran
khususnya
DPRD dan masyarakat Sidoarjo merasa perlu
laut dan pesisir terhadap PDRB sektor pertanian
memelihara kelangsungan produksi barang dan
mencapai 49,53% (BPS Kabupaten Sidoarjo,
jasa di kawasan pesisir Sidoarjo. Salah satu
2004). Tidak kurang dari 945.260 kg Kupang,
strategi yang diambil adalah dengan memelihara
267.460 kg Kerang dan 9 000 kubik kayu bakar
kualitas lingkungan pesisir sehingga ekosistem
77
Teknik Menentukan Batasan ...
77 – 87
(Slamet Subari)
tambak dan pantai tetap terjaga. Hal tersebut
sehingga fungsi dan manfaatnya dalam menjaga
bisa diwujudkan salah satunya dengan tetap
kualitas ekosistem pesisir tetap terjaga.
mempertahankan
mangrove.
tersebut mengamanatkan agar tegakan hutan
Langka yang diambil oleh Pemda Sidoarjo
mangrove sebagai kawasan lindung adalah
tersebut sangat beralasan, mengingat keberadaan
mencapai 400 meter dari garis pantai.
tegakan
hutan
hutan mangrove memiliki nilai yang sangat strategis.
Perda
Apa yang dilakukan oleh Pemerintah
Fungsi dan manfaat mangrove
dan DPRD Kabupaten Sidoarjo lebih dilatar
disamping sebagai peredam gelombang, angin
belakangi oleh ide besar terkait dengan isu
dan badai, dia juga sebagai tempat asuhan
pembangunan berkelanjutan. Menurut Western
(nursery groud), daerah tempat mencari makan
Cape Education Depertment/WECD (1987)
(feeding
dalam
groud)
dan
daerah
pemijahan
Siregar
(2004),
pembangunan
(spawning ground) berbagai jenis udang dan
berkelanjutan
ikan serta penghasil kayu bakar dan tempat
memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa
pariwisata.
merusak atau menurunkan kemampuan generasi
Menurut Leswara et al., (1987)
dalam Maryani (2003),
tumbuhan mangrove
mendatang
adalah
untuk
pembangunan
memenuhi
untuk
kebutuhan
dapat menghasilkan metabolit sekunder yang
hidupnya. Definisi ini mensyaratkan bahwa ada
berperanan
bagian tertentu dari suatu sumberdaya yang
dalam
mikroorganisme
pengendalian
dapat
perlu dipertahankan, namun hal itu belum
mempertahankan kelangsungan hidup biota
sampai pada pertanyaan sampai pada batas
terutama ikan dan udang yang hidup di dekat
berapa
hutan mangrove. Sementara itu hasil penelitian
Disinilah
Sukardjo (1982), yang dilakukan di muara
dipecahkan agar trade off antara kepentingan
Sungai Cimanuk, melaporkan bahwa tegakan
pembangunan lingkungan dengan pembangunan
mangrove
ekonomi dapat ditemukan solusinya.
dapat
patogen
populasi
megurangi
sehingga
kadar
bahan
pencemar – semakin masuk jauh dari garis
sumberdaya letak
Dalam
perlu
perdebatan
kasus
dipertahankan. yang
kawasan
harus
lindung
pantai kadar bahan pencemar akan semakin
mangrove di Sidoarjo, penetapan kawasan
menurun.
lindung mangrove selebar 400 meter dari garis
Sejalan dengan ide tersebut DPRD
pantai jelas hal itu akan merugikan kepentingan
Kabupaten Sidoarjo telah mengesahkan Perda
pembangunan ekonomi saat ini. Hal itu sejalan
No. 17 Tahun 2003 Tentang Kawasan Lindung
dengan temuan Subari (2006), bahwa dengan
Mangrove yang bertujuan untuk melindungi
mempertahankan luas hutan mangrove 1110 Ha
hutan mangrove dari ancaman penebangan liar,
atau setara 400 meter dari garis pantai, hal
78
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
tersebut
berpotensi
menurunkan
JUNI 2009
tingkat
ISSN 0216-0188
Kecamatan Sedati dan 12 titik contoh tersebar
keuntungan total yang diperoleh masyarakat
di
pesisir sebesar Rp 36.299.806.908,- / tahun.
Pengambilan titik contoh dilakukan masing-
Karena itulah diperlukan suatu penelitian yang
masing pada jarak 0 meter, 50 meter dan 100
bertujuan menenetukan batasan ketebalan hutan
meter dari garis pantai. Contoh air tanah juga
mengrove minimal sehingga keberadaannya
diambil dari tambak yang masing-masing 2 titik
tetap bermanfaat dalam menjaga ekosistem
contoh di Desa Tambak Cemandi Kec. Sedati
pesisir sementara kepentingan pembangunan
dan 2 titik contoh di Desa Kupang Kec.Jabon.
Desa
Kupang
Kecamatan
Jabon.
ekonomi tidak dirugikan. b. Metode Analisis Data Untuk menjelaskan fenomena hubungan
METODOLOGI
antara kadar senyawa biokimia yang berpotensi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
menurunkan kualitas eksosistem digunakan
November 2005 sampai dengan Januari 2006 di
model fungsi produksi kuadratik sebagaimana
Desa Tambak Cemandi Kecamatan Sedati dan
disajikan pada Gambar 1.
Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten
tersebut terdapat hubungan yang negatif, artinya
Sidoarjo – Jawa Timur.
semakin masuk kedalam hutan mangrove – semakin jauh dari garis pantai suatu senyawa
a. Metode Pengumpulan Data Data
yang diperlukan adalah
kualitas air tanah.
Dalam gambar
biokimia yang berpotensi merusak ekosistem
data
kandarnya semakin menurun.
Data ini diperoleh dari
Sampai pada
batas tertentu kadar senyawa biokimia tersebut
menganalisis contoh ait tanah di Laboratorium
tidak lagi mengancam ekosistem tambak. Hal
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo –
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Madura. Untuk memperoleh contoh air tanah
oleh Sukardjo (1982), di muara Cimanuk, bahwa
hutan mangrove ditentukan 24 titik contoh yang
semakin masuk ke dalam hutan mangrove –
terbagi dalam dua kelompok yaitu 12 titik
semakin jauh dari
contoh tersebar di Desa Tambak Cemandi
79
Teknik Menentukan Batasan ...
77 – 87
(Slamet Subari)
Kandungan Bahan Kimia (P) Kadar polutan P = a . J-b
P0
Toleransi Kadar Polutan Dalam Tambak 0 J ( Jarak Dari Garis Pantai )
J0 Ketebalan Minimal Hutan Mangrove
Gambar 1. Hubungan antara kadar bahan biokimia dengan jarak dari garis pantai. garis pantai, menunjukan kadar bahan pencemar
p = kadar bahan kimia tertentu dalam air
yang semakin menurun.
a = intersep
Dugaan model
bentuk hubungan antara jarak ketebalan hutan
b = koefisien regresi
mangrove dari garis pantai dengan kadar
j = Jarak (ketebalan) hutan mangrove
senyawa
biokimia
yang
berpotensi
dari garis pantai
mengganggu kualitas ekosistem adalah P = A . –b
J
.
u = error term
Penggunaan model diatas sejalan dengan
Setelah ditentukan modelnya, langkah
hasil penelitian Sukardjo (1982) di muara
selanjutnya adalah mensubstitusikan nilai rata-
Sungai Cimanuk.
Untuk bisa diregresikan
rata kadar bahan kimia tertentu kedalam
dengan metode OLS, maka persamaan harus
persamaan model. Dengan begitu maka akan
dilinearkan yaitu dengan merubahnya kedalam
bisa
bentuk logaritma, sebagai berikut :
mangrove yang perlu dipertahankan sebagai
log P = log A + (-b) log J atau p = a - b(j);
biofilter bagi ekosistem kawasan pesisir.
dimana p = log P; a = log A ; j
= log J.
diketahui
ketebalan
minimal
hutan
Nilai Rata-Rata Kadar Polutan Dalam
Sehingga dari hal tersebut diperoleh bentuk
Tambak :
persamaan statistik : p = a - b ( j ) + u.
Pt =
dimana :
80
1 24 ∑ Pti n n =1
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
dimana : P
ISSN 0216-0188
terutama di daerah estuaria khususnya pada : Kadar bahan kimia ke t ( t =
fitoplankton yang hanya bisa bertahan pada
Phospat, Nitrat, BOD, COD, Salinitas)
batasan salinitas yang sempit.
i : Tambak ke i ( i = 1, 2, …., n ; untuk
Sebaran kadar
salinitas di kawasan hutan mangrove berkisar
n = 24)
antara 20 – 30%o
masih dibawah rata-rata
n : Jumlah tambak yang diamati
kadar salinitas yang ada di tambak yang
Data utama yang dipergunakan adalah
mencapai rata-rata 30,25%o.
Menurut Kinne
data kualitas air tanah yang diambil dari lokasi
(1964) keragaman dan jumlah spesies berturut-
penelitian.
Untuk memperoleh data tersebut,
turut menurun pada perairan dengan salinitas
terlebih dahulu dilakukan analisis laboratorium
kurang dari 0,5%o ; 0,5 – 30%o ; dan 30 –
yang dilakukan di Lab. Pusat Universitas
80%o.
Trunojoyo – Madura (hasil terlampir).
sebagaimana tersaji pada Tabel 1. jelas bahwa
Tidak
Pada
contoh
data
kualitas
air
semua kadar bahan kimia dianalisis, tetapi
semakin
dipilih jenis-jenis tertentu yang memegang
mangrove – semakin tinggi kadar salinitasnya
peranan penting dalam menentukan kualitas air
semakin tinggi pula keragaman spesies-nya.
masuk
kearah
kedalaman
hutan
tanah, seperti: kebutuhan oksigen biokimiawi
Kebutuhan oksigen biokimiawi atau
atau Biological Oxygen Demend (BOD) dan
Biological Oxygen Demend (BOD) menunjukan
Salinitas.
jumlah oksigen yang dipergunakan dalam proses
Keterbatasan
biokimia yang
pemilihan
senyawa
dianalisis tersebut disebabkan
karena faktor keterbatasan dana.
oksidasi.
Bahan yang dapat diuraikan oleh
kegiatan
organisme
pembongkar
(bakteri)
secara tidak langsung merupakan indikasi HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah bahan organik. Laju pertambahan BOD
Menurut
kehidupan
di dalam air merupakan indikasi jumlah bahan
berbagai jenis fitoplankton dan juga zooplankton
organik yang telah diuraikan sesuai dengan
bergantung pada salinitas. Peranan salinitas di
keseimbangan kecepatan pemakaian oksigen
perairan lebih menentukan terjadinya suksesi
dalam
dari pada produktivitas secara keseluruhan.
kecepatan oksigen dalam air atau reoksigenasi.
Salinitas
Nilai standar pasti ukuran kualitas air yang
Nontji
merupakan
(2002),
salah
satu
parameter
menguraikan
sulit
organik
perairan yang berpengaruh pada fitoplankton.
didasarkan
Variasi salinitas mempengaruhi laju fotosintesis,
berkaitan dengan reoksigenasi (Boyd, 1989).
81
BOD
limbah
diterapkan,
dan
karena
Teknik Menentukan Batasan ...
77 – 87
(Slamet Subari)
Tabel 1. Data Kualitas Air Tanah (The Data of soil water quality) No.
Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
TM 1-0 TM 1-50 TM 1-100 TM 2-0 TM 2-50 TM 2-100 TM 3-0 TM 3-50 TM 3-100 TM 4-0 TM 4-50 TM 4-100 TM 5-0 TM 5-50 TM 5-100 TM 6-0
Analisis
Salinitas (%0) 20 25 30 20 25 32 22 25 32 22 26 31 23 26 30 23
No.
Sampel
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
TM 6-50 TM 6-100 TM 7-0 TM 7-50 TM 7-100 TM 8-0 TM 8-50 TM 8-100 ST0 ST1 ST2 ST3 SG AP1 AP2
Salinitas (%0) 25 32 25 25 30 25 25 29 30 30 29 32 35 39 41
BOD (mg/l) 0,1250 0,2000 0,1100 0,1175 0,6500 0,3725 0,3350 0,3050 0,3575 0,4025 0,2075 0,1850 0,3500 0,1175 0,2375
dengan metode OLS
tambak P = 30,25 %o terjadi pada ketebalan
dengan menggunakan paket program perangkat
mangrove 105,68 meter dari garis pantai.
lunak
Sementara untuk kebutuhan oksigen biokimiawi
SPSS
regresi
BOD (mg/l) 0,4625 0,4100 0,2825 0,4850 0,4100 0,2525 0,5525 0,4100 0,3125 0,4250 0,4025 0,2675 0,3650 0,2975 0,2600 0,2675
diperoleh
nilai-nilai
dugaan
parameter ; intersep dan koefisien regresi
(BOD) dugaan parameternya adalah ;
masing-masing senyawa biokimia (salinitas dan
33,26 mg/l ; b = - 0,001547. Sehingga pada
BOD).
tingkat kandungan BOD rata-rata air tambak
adalah ;
Untuk salinitas dugaan parameternya A = 22,55 %o ; b = - 0,001547.
sebesar 28,8 mg/l
Sehingga pada tingkat salinitas rata-rata air
terjadi pada ketebalan
mangrove 93,18 meter dari garis pantai.
82
A =
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
Curve Fit MODEL:
MOD_1.
Dependent variable.. Y1
Method.. EXPONENT
Listwise Deletion of Missing Data Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
.81130 .65821 .64267 .08538
Analysis of Variance: DF
Sum of Squares
Mean Square
1 22
.30884510 .16037572
.30884510 .00728981
42.36671
Signif F =
Regression Residuals F =
.0000
-------------------- Variables in the Equation -------------------Variable X (Constant)
B
SE B
Beta
T
Sig T
.002779 22.551643
.000427 .621442
.811300
6.509 36.289
.0000 .0000
Salinitas (0/00) 34 32 30 28 26 24 22 20
Observed
18
Exponential -20
0
20
40
60
80
Jarak Dari Grs Pantai
83
100
120
Salinitas (0/00)
Teknik Menentukan Batasan ...
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Curve Fit
77 – 87
(Slamet Subari)
y = 22.552e0.0028x R2 = 0.6582
-50
0
50
100
150
Jarak dari Garis Pantai (M)
MODEL: MOD_2. Dependent variable.. Y2
Method.. EXPONENT
Listwise Deletion of Missing Data Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error
.14038 .01971 -.02485 .46529
Analysis of Variance:
Regression Residuals F =
DF
Sum of Squares
Mean Square
1 22
.0957457 4.7628333
.09574567 .21649242
.44226
Signif F =
.5129
-------------------- Variables in the Equation -------------------Variable X (Constant)
B
SE B
Beta
T
Sig T
-.001547 .332658
.002326 .049956
-.140380
-.665 6.659
.5129 .0000
84
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
BOD(mg/lt) .7
.6
.5
.4
.3
.2 Observed .1
Exponential -20
0
20
40
60
80
100
120
BOD (mg/lt)
Jarak Dari Grs Pantai
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
y = 0.3327e-0.0015x R2 = 0.0197
-50
0
50
100
Jarak dari Garis Pantai (M) Perhitungan Jarak dari Pantai Jika Nilai Salinitas (Y) = 30.25 Y
= 22.5516exp (0.002779 X)
30.25
= 22.5516exp (0.002779 X)
30.25/22.5516
= exp (0.002779 X)
1.341366
= exp (0.002779 X)
Ln (1.341366)
= Ln (exp (0.002779 X))
85
150
Teknik Menentukan Batasan ...
77 – 87
0.293688
= 0.002779 X
X
= 0.293688/0.002779
X
= 105.6812 meter
(Slamet Subari)
Perhitungan Jarak dari Pantai Jika Nilai BOD (Y) = 0.288 Y
= 0.332658exp (-0.001547 X)
0.288
= 0.332658exp (-0.001547 X)
0.288/0.33266
= exp (-0.001547 X)
0.86575402
= exp (-0.001547 X)
Ln (0.865754)
= Ln (exp (-0.001547 X))
-0.1441545
= -0.001547 X
X
= -0.1441545/-0.001547
X
= 93.1832289 meter Ada dua nilai prediksi ketebalan hutan
yang ada sekarang yang mencapai 267,53 meter
mangrove, namun untuk tujuan penetapan
atau setara dengan 722,331 hektar apalagi jika
ketebalan minimal hutan mangrove harus dipilih
dibandingkan dengan amanat Perda No. 17
yang paling besar nilainya yaitu 105,68 meter
Tahun 2003 yang mengharuskan kawasan
dari garis pantai (untuk kasus kadar salinitas).
lindung mangrove mencapai ketebalan 400
Dengan begitu maka otomatis sudah menjamin
meter dari garis pantai atau setara dengan 1080
keamanan bagi senyawa biokimia pencemar
hektar.
lainnya khususnya BOD.
(2006),
Menurut hasil perhitungan Subari dengan
Programming,
Panjang garis pantai Kabupaten Sidoarjo
pendekatan
penetapan
model
kawasan
Goal lindung
adalah mencapai 27.000 meter, sehingga jika
mangrove sebesar 1110 hektar, berpotensi
ketebalan hutan tersebut dikonversi kedalam
mengurangi tingkat keuntungan total yang
satuan hektar mencapai; 105,68 meter x 27.000
diperoleh
meter = 285,33924 Ha.
Sidoarjo sebesar Rp 36.299.806.908,- / tahun.
Angka ini jauh lebih
kecil dari kondisi ketebalan hutan mangrove
86
masyarakat
pesisir
Kabupaten
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
Intermulti Planindo PT. 2004. Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Kabupaten Sidoarjo – Propinsi Jawa Timur. Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ambang
Kinne O. 1964. The Effect of Temperature and Salinity on Marine and Brackish Water Animal. George Allen and Uwin Ltd., London
batas minimal hutan mangrove yang diperlukan sebagai biofilter di Kabupaten Sidoarjo yaitu 105,68 meter dari garis pantai.
Ketebalan ini
jauh dibawah ambang batas hutan mangrove
Maryani. 2003. Peranan Ekstrak Kelopak dan Buah Mangrove Sonneratia caseolaris (L) Terhadap Infeksi Bakteri Vibrio Harveyi pada Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.). Tesis – Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
lestari yang diamanatkan oleh Perda Kabupaten Sidoarjo No. 17 Tahun 2003.
Artinya jika
amanat Perda dilaksanakan maka ada potensi kerugian
secara
ekonomis
sebesar
ISSN 0216-0188
Rp
36.299.806.908,- / tahun Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA BPS
Siregar, D.D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional Dalam Konteks Kepala Daerah Sebagai CEO’s Pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. PT. Gramedia, Jakarta.
dan BAPPEKAB. 2004. Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik dan BAPPEKAB Sidoarjo, Sidoarjo.
Boyd, C. E. 1989. Water Quality Management and Aeration in Shrimp Farming, American Soybean Association - US Wheat Association.
Sukardjo, S. dan S. Akhmadi. 1982. The Mangrove Forest of Java and Bali – Biotrop Special Publication 1982.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo. 2004. Laporan Tahunan Bidang Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo.
Subari S. 2006. Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Pengembangan Ekonomi dan Konservasi Sumberdaya Alam (Disertasi) – Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
87