TEKNIK KEAKTORAN TOKOH LIK BISMO DALAM NASKAH TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP Surya Krisna Wahyu Jati 12020134030
[email protected] Arif Hidajad, S, Sn. M, Pd
[email protected] Abstrak Tuk merupakan sebuah naskah yang menggambarkan tentang ketimpangan sosial. Naskah Tuk bercerita dengan tema realitas sosial dan ekonomi masyarakat pinggiran Magersaren yang dikemas dalam suatu drama berbahasa Jawa. Penulis menitikberatkan analisa pada tokoh Lik Bismo, seorang tokoh yang menginginkan kerukunan hidup berrmasyarakat secara beradab tanpa kekhawatiran penggusuran lahan oleh penguasa. Teknik yang digunakan dalam analisa keaktoran tokoh Lik Bismo adalah metode pelatihan W.S Rendra, yang dapat disebutkan sebagai berikut: a). Teknik muncul, b). Teknik memberi isi, c). Teknik membina puncak-puncak, d). Teknik timing e).Tempo permainan, f).Sikap badan dan gerak yakin, g). Menanggapi dan mendengar. Naskah Tuk berbentuk realis yang berarti naskah merupakan peristiwa sehari-hari dan dalam proses penciptaan membutuhkan interpretasi dan observasi. Seorang aktor merupakan penyampai pesan naskah kepada penonton. Metode pelatihan WS. Rendra berkontribusi dalam teknik Keaktoran tokoh Lik Bismo. Kata kunci : Keaktoran, Naskah “Tuk”
1
penonton,
PENDAHULUAN
karenanya
aktor
memerlukan
persiapan dan pelatihan, diantaranya olah Pada dasarnya Teater merupakan salah satu bentuk media yang menyampaikan pesan kepada para penonton. Pertunjukan teater merupakan kepada
sebuah
bentuk
penonton,
kenyataan
pembelajaran
tentang
yang
bagaimana
dihadirkan
dengan
pertunjukan diatas panggung. Penonton secara tidak sadar dituntut untuk memahami laku yang
dibawakan
dihadirkan
oleh
diatas
para
panggung.
aktor
dan
Terdapat
beberapa unsur pokok didalam seni teater, salah satunya adalah aktor. Tugas aktor adalah pembawa pesan yang disampaikan kepada
tubuh, olah vokal, dan olah rasa. Dalam naskah Tuk‟ karya Bambang Widoyo Sp terdapat banyak sekali pitutur Jawa yang saat ini sudah sangat jarang terdengar. Lakon Tuk‟ diciptakan dengan berlatar belakang daerah Magersaren, serta menceritakan tentang kondisi masyarakat Solo pada masa itu. Tokoh Lik Bismo adalah tokoh utama dalam cerita tersebut, penulis tertarik untuk memerankan tokoh Lik Bismo karena penulis
dalam
menyaksikan
masyarakat
sehari-hari membutuhkan
tuntunan yang baik sebagai pembelajaran.
dilaksanakan
PEMBAHASAN
kehidupan
dengan
waktu
yang
telah
ditentukan. 4.1
Teknik Keaktoran Tokoh Lik Bismo Dalam
proses
eksplorasi
Penulis menggunakan metode pelatihan
pencarian
milik W.S Rendra sebagai metode pencarian
tokoh Lik Bismo dalam naskah Tuk karya
karakter tokoh Lik Bismo dalam naskah Tuk
Bambang Widoyo Sp ini menggunakan teknik
karya Bambang Widoyo Sp.
pelatihan aktor W.S Rendra, karena penulis merasa bahwa teknik pelatihan tersebut cocok
4.1.1 Metode Pelatihan Rendra
dalam pembentukan karakter tokoh Bismo.
Rendra lahir di solo, 7 November 1935.
Dengan adanya metode tersebut maka penulis
Ia mulai menulis puisi dan drama sejak
mempunyai target yang harus dicapai untuk
remaja. Ketika duduk di SMA karya dramanya
menjadi seorang aktor dan memenuhi segala
Orang-orang di Tikungan Jalan mendapat
aspek yang dibutuhkan guna menciptakan
hadiah
karakter tokoh Lik Bismo dalam naskah Tuk
Departemen
juga harus sesuai dengan waktu yang telah
Yogyakarta. Rendra pernah menuntut ilmu di
ditetapkan
Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada,
sehingga
agar
terjadi
tahapan-tahapan
keseimbangan, tersebut
dapat
pertama
dari
Pendidikan
kantor dan
wilayah
Kebudayaan
kemudian pada tahun 1964 ia memperoleh undangan,
memberi
workshop,
dan
2
memperdalam
pengetahuannya
di
bidang
drama pada American Academy of Dramatical
Metode yang yang bisa dicapai agar teknik ini dapat berhasil diantaranya :
Arts di Amerika. Pada tahun 1967 Rendra pulang ke Jogja dan
1.
membentuk Bengkel
Latihan
muncul
dengan
penggambaran.
Teater di Yogyakarta.
a) Melakukan latihan muncul dengan menggambarkan usia karakter
Uraiannya
tentang
bermain
drama
b) Melakukan latihan muncul dengan
diterbitkan dengan judul Tentang Bermain
menggambarkan kecacatan karakter
Drama, memperoleh hadiah pertama dari
yang dimainkan, baik cacat fisik
yayasan buku utama 1967 untuk karya non-
maupun cacat psikis.
fiksi, selanjutnya terbit pula buku Seni Drama
c) Melakukan latihan muncul dengan
Untuk Remaja , 1980. Ia pun banyak menerjemahkan
drama
klasik
menggambarkan status sosial karakter
dunia,
2.
diantaranya yang sudah terbit trilogi karya
a) Melakukan latihan muncul dengan
Sophocles, yaitu Oidipus Sang Raja, Oidipus
rasa
di Kolonus, dan Antigone. Sedangkan karya
b) Melakukan latihan muncul dengan
Burung Kondor, Kisah Perjuangan Suku Panembahan
Reso
kesedihan,
dan lain-lain.
sutradara Bengkel Teater adalah Mastodon dan
Sekda,
kegembiraan,
kecapekan, kemarahan, kecurigaan,
asli dari tangannya sendiri selama menjadi
Naga,
Latihan muncul dengan sikap rasa.
ketergesa-gesaan, kepanikan, santai,
dan
keseriusan dan lain-lain.
sandiwara musikal anak-anak Tuyul Anakku.
3.
Latihan muncul dengan menyambung
Adapun teknik yang digunakan adalah sebagai
rasa, Mencoba untuk mengimprovisasi
berikut :
yaitu menyambung rasa lawan main. Misalnya lawan main muncul dengan
1.
Teknik muncul
marah-marah, maka aktor berikutnya
Kesan pertama seorang aktor pertama
juga muncul dengan emosi yang lebih
kali muncul ke panggung sangat lah penting
marah, begitu juga seterusnya.
ungkapan tersebut sangat berlaku dalam dunia pertunjukkan. Bagaimana mengemas awal pertunjukkan agar terlihat menarik perhatian penonton dan akan membuat penonton terus menerus penasaran tentang kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Hal ini dapat disebut dengan pencarian sebuah teknik muncul seorang aktor.
2.
Teknik memberi isi Naskah sandiwara yang mengandung
dialog-dialog yang bagus sekalipun, apabila dimainkan oleh pemain-pemain yang kurang mengetahui teknik memberi isi maka akan berakibat pada suatu bentuk pertunjukan yang tidak memikat karena terkesan datar serta
3
kurang hidup. Pada dasarnya teknik memberi
puncak. Ada lima macam teknik menahan
isi itu sama dengan teknik memberi hidup
sebelum
pada kalimat-kalimat dan perbuatan-perbuatan
menahan intensitas emosi, dan diluapkan pada
di dalam sandiwara. Dengan kata lain bahwa
saat sudah mencapai puncaknya, entah itu
teknik
kegembiraan
memberi
menonjolkan
isi
emosi
ialah dan
cara
pikiran
untuk dibalik
puncak,
dengan
yang
ataupun
pertama
kesedihan.
menahan
reaksi
dengan
Kedua, terhadap
kalimat yang diucapkan dan dibalik perbuatan-
perkembangan alur. Dengan tidak meluapkan
perbuatan yang dilakukan di dalam sandiwara.
segala bentuk ucapan juga perbuatan, dan
Tokoh Lik Bismo dalam naskah Tuk‟
menempatkannya tepat pada puncak. Karena
adalah cerminan dari seorang yang dituakan
kebanyakan sering terjadi pada saat terpancing
dalam suatu lingkungan tempat tinggal, dalam
oleh lawan bermain. Ketiga, dengan teknik
hal ini khususnya adalah wilayah Magersaren.
gabungan. Apabila pemain memakai suara
Di
yang
dalam
teknik
memberi
isi
untuk
lepas,
maka
hendaknya
menonjolkan perasaan dan fikiran dialog-
gerakannya
dialog didalam naskah itu terbagi menjadi dua
gerakannya yang keras maka suaranya yang
yakni dengan pengucapan dan dengan sikap
ditahan. Begitupun dengan teknik pengucapan
anggota badan. Metode pelatihannya dapat
yang
diuraikan kedalam tiga teknik pengucapan
gerakan tubuh tidak dipakai begitu sebaliknya,
yakni tekanan dinamik, tekanan nada dan
sampai pada akhirnya di puncak tanjakan
tekanan tempo.
semua dipakai dan digabungkan sehingga
dipakai
benar-benar 3.
ditahan,
apabila
gerakan-
sepenuhnya,
merupakan
maka
puncak.
gerakan-
teknik
Kelima,
Teknik membina puncak-puncak
adalah dengan teknik penempatan pemain.
Tanpa puncak sebuah sandiwara akan
Dengan cara perpindahan moving dalam
membosankan, oleh karena itu susunannya
blocking yang dilakukan oleh pemain diatas
harus memperhatikan puncak-puncak. Puncak
panggung, tetapi harus dengan ijin sutradara
tersebut dalam artian sebuah tanjakan besar
selaku pemimpin.
yang terjadi dan berasal dari tanjakan-tanjakan kecil,
puncak
perkembangan
sandiwara
terjadi
adegan-adegan
dari yang
4.
Teknik timing Timing
dapat
diartikan
sebagai
memuncak. Karena puncak adalah ujung
ketepatan dalam bermain, takaran-takaran
tanjakan,
tingkatan-tingkatan
yang dibutuhkan harus tepat dan tidak
perkembangan sebelumnya harus lebih rendah
berlebihan sesuai dengan kebutuhan diatas
dari ujung tersebut, bisa dikatakan bahwa
pentas. Teknik timing sangat dibutuhkan oleh
aktor harus bisa menahan perkembangan
seorang aktor guna menyampaikan maksud
tersebut agar tidak lebih tinggi dari pada
yang diinginkan, terdapat tiga macam teknik
maka
4
timing dalam bermain. Pertama, gerakan
menggabungkan
dilakukan
kesadaran dalam teknik bermain.
sebelum
kata-kata
diucapkan.
antara
penghayatan
dan
Kedua, bergerak sambil mengucapkan dialog. Ketiga bergerak setelah kata-kata dalam dialog
6.
diucapkan. Didalam timing terdapat alasan
Sikap badan dan gerak yakin Didalam
sebuah
permainan
semua
perbuatan, dapat dijadikan sebuah motivasi
gerakan harus mengandung alasan, jika tidak
didalam
tindakan.
timing
harus
memiliki alasan alangkah baiknya untuk diam
agar
tidak
dan tidak bergerak dalam mengucapkan
merusak suasana yang telah terbentuk dari
sesuatu maupun mendengar suatu ucapan.
perkembangan laku dramatik yang sudah
Seorang pemain harus berlatih relax untuk
dilakukan pada saat pentas, disini insting
menyeimbangkan sikap badan dalam adegan,
seorang aktor diuji dalam pertunjukan. Oleh
hal yang menjadi utama dalam berlatih relax
karena itu, seorang aktor dituntut harus
adalah cara bernafas, mengatur jalannya
memperhitungkan
permainan
pernafasan menjadi teratur dan dapat dikuasai
yang berhubungan dengan takaran, begitupun
sebagai suatu kebutuhan seorang aktor. Nafas
dengan teknik timing.
bukanlah hal aneh yang kita lakukan, dan
dipergunakan
Teknik
dengan
tepat,
teknik-teknik
menjadi hal yang lumrah bagi makhluk hidup 5.
Tempo permainan Tempo
tetapi jika seorang aktor dapat menguasai
adalah
cepat
lambatnya
teknik
ini
maka
akan
dengan
mudah
permainan, tempo harus diciptakan oleh
menempatkan sikap badan dalam bermain,
pemain berdasarkan kebutuhan penggambaran
tinggal
situasi perasaan dan kejiwaan peran, serta
menyesuaikan
sebagai penggambaran suasana cerita. Tempo
adegan marah, sedih, takut, gelisah dan lain
permainan perlu adanya penghayatan dari
sebagainya. Setelah itu teknik relax harus
pemain atau aktor, dengan begitu ia akan
didampingi oleh pemusatan fikiran, fokus
menciptakan
diatas
terhadap permainan. Menghayati setiap ucapan
panggung. Harus kembali diingat bahwa
yang dilakukannya, serta apa yang dilakukan
berperan
tentang
oleh lawan main dalam suatu adegan. Dasar
penghayatan tetapi perlu adanya kesadaran
dari sikap badan adalah relax dan pemusatan
dalam
bentuk
pikiran. Sedangkan gerak yakin ialah gerakan
pertunjukan. Seorang aktor dituntut cerdas
yang dilakukan beserta dengan alasan. Alasan
dalam membawakan sebuah peran diatas
yang tepat adalah bersifat logis dan kejiwaan.
panggung, teknik untuk menjaga
7.
tempo
bukan
peran,
yang
hanya
terkait
tepat
melulu
dengan
tempo
pertunjukan yang tepat adalah dengan cara
bagaimana
seorang
nafasnya
aktor
dengan
dapat
beragam
Menanggapi dan mendengar Mendengar dan menanggapi adalah dua
hal yang terkadang tidak banyak dihiraukan
5
oleh pemain tetapi menjadi dasar bermain
4.2.1 Bedah Naskah
peran dalam pertunjukan teater, tanggapan Proses bedah naskah ini bertujuan untuk
yang wajar dan tepat ialah tanggapan yang keluar dari penghayatan peran didalam cerita, semua harus sewajarnya tanpa berlebihan ataupun tidak ada respon dari lawan main. Disaat perkembangan cerita terdapat banyak ping-pong dialog antar tokoh, dan cara menanggapi harus sewajarnya tidak harus mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda untuk mengerti apa yang dikatakan lawan main atau mungkin agar dapat diketahui oleh penonton, secara terperinci terdapat tiga tanggapan
dalam
tanggapan
pada
teknik cerita,
bermain
yakni
tanggapan
pada
memberikan persamaan persepsi antara aktor dan juga sutradara serta tim yang mendukung diselenggarakannya
pertunjukan
ini
agar
nantinya berjalan dengan apa yang sudah direncanakan dan dapat memberikan berbagai pemikiran yang tersaji dalam satu tujuan yakni pertunjukan Tuk karya Bambang Widoyo Sp tersebut. Beberapa hal yang melatarbelakangi terbentuknya naskah Tuk dapat dibagi dalam 5W + 1H : 1. Dimanakah tempat terjadinya naskah ini dibuat ?
lingkungan, dan tanggapan pada temannya
2. Kapan naskah ini dibuat ?
bermain.
3. Siapakah pembuat naskah ini ? 4. Mengapa naskah ini dibuat ?
4.2
Pra Penciptaan
5. Apa yang membuat naskah ini menarik? 6. Bagaimana naskah ini dibuat, bersadarkan
Proses
awal
sebelum
memulai
apa?
penciptaan adalah mengenal naskah atau lakon Dalam proses pencarian latar belakang
yang akan dibawakan untuk dapat mengetahui tokoh yang akan dimainkan. Mengenal naskah dapat pula diartikan untuk memahami naskah, bukan hanya kulit luarnya saja tetapi juga memahami apa isi dari naskah yang sudah dipilih tersebut, memahami maksud yang tersurat maupun maksud yang tersirat, seorang aktor harus memahami naskah tersebut secara mendalam.
Tahapan-tahapan
memahami sebuah naskah antara lain :
dalam
terciptanya sebuah naskah perlu diperhatikan kembali tentang latar belakang penulis naskah tersebut, penulis naskah Tuk‟ adalah Bambang Widoyo Sp yang sebenarnya adalah seorang yang
berlatar
belakang
sebagai
pemain
karawitan Jawa tetapi dapat menciptakan beberapa naskah teater hal ini dikarenakan Bambang Widoyo Sp merasa bahwa seni pertunjukan khususnya teater dapat mewakili kegundahan yang sedang dirasakan oleh masyarakat sekaligus sebagai tontonan yang mengandung tuntunan sebagai pembelajaran.
6
4.2.2 Struktur Naskah
berikut adalah beberapa pendekatan untuk mencapai hal tersebut antara lain :
4.2.2.1 Alur dan plot a.
Pendekataan psikologi
Alur yang terdapat pada naskah Tuk karya Bambang Widoyo Sp adalah maju.
Lik Bismo adalah seorang tukang
Naskah ini menyampaikan suatu rangkaian
kelontong keliling dan seorang dalang gagal,
cerita yang tersusun tanpa mengulang masa
dari
lampau. Sedangkan Plot di dalam naskah Tuk
dilakukan bahwa seorang dalang yang pernah
karya Bambang Widoyo Sp ini plot yang
ditemui adalah sosok yang berjiwa santun dan
digunakan adalah linier, karena dijadikan satu
teguh dalam berpendirian, pembawaannya
rangkaian pertunjukan dan hanya terpisah dari
selalu ramah serta selalu membawa adat
pembabakan.
kebiasaan jawa, penuh dengan sopan santun
pengamatan
serta
observasi
yang
walaupun sudah berumur dan berhadapan 4.2.2.4 Pemahaman aktor terhadap tokoh
dengan penulis yang masih berumur 21 tahun aktor
tetapi selalu menjunjung tinggi adat kesopanan
terhadap karakter tokoh yang dimainkan
dan sangat menghormati orang yang jauh lebih
adalah langkah penting dimana ia harus masuk
muda darinya. Lik Bismo sangat menghormati
kedalam naskah. Dalam naskah Tuk karya
dan mengagumi tokoh-tokoh dalam lakon
Bambang Widoyo Sp penulis yang sekaligus
Mahabharata, pandhawa merupakan tokoh
menjadi tokoh Lik Bismo yaitu seorang tukang
yang sangat dikaguminya terutama Bisma
kelontong kolor keliling dan merupakan
yang merupakan kakek para pandhawa dan
seseorang yang telah gagal menjadi seorang
kurawa yang penuh kebijaksanaan dan tidak
dalang wayang, disini penulis harus sangat
mengharapkan keduniawian, sampai pada
memahami bagaimana karakter seorang dalang
akhirnya oleh tokoh Lik Bismo diterapkan
wayang meskipun gagal tetapi masa muda Lik
dalam kesehariannya.
Proses
pemahaman
Bismo
dihabiskan
sebagai
seorang
untuk dalang,
seorang
menimba
ilmu
hal
yang
ini
menjadikan tantangan tersendiri bagi penulis yang notabene bukan berasal dari lingkungan dalang dan adat Jawa yang utuh. 4.2.2.6 Analisis karakter
LIK BISMA : O, yen kuwi pancen wis dak niati. Genah nganti diparabi “Bisma”! lha kuwi wayange „potret diri‟ (NDUDINGI GAMBAR WAYANG BISMA SING ANA GEDHEG) Nanging pancen wis dak dhada ora arep sambat, aja nganti ngresula nadyan
Seorang aktor yang baik adalah yang
babak-bundhas
ora
kepetung
pitukone...!!
dapat memahami dengan utuh karakter tokoh yang akan dibawakan atau diperankannya,
7
Pada salah satu dialog Lik Bismo tersebut menjelaskan bahwa dia berkarakter nrimo ing
4.3.1 Reading I
pandhum dalam artian menerima segala kondisi yang sudah digariskan oleh sang pencipta, bersikap rendah diri serta berlapang dada
atas
setiap
peristiwa
yang
sudah
dilaluinya dengan cara mengambil hikmah atas
Pada tahapan awal ini adalah sebuah langkah awal seorang aktor menemukan karakter tokoh yang ia bawakan, pada tahap ini seorang aktor dapat secara tidak langsung berkenalan dengan tokoh yang akan dimainkan
setiap kejadian di dalam hidupnya.
hal yang dilakukan dalam proses adalah b. Pendekatan Fisiologi
membaca berulang-ulang naskah yang sudah dipilih oleh sutradara, hal ini dilakukan
Secara fisik Lik Bismo digambarkan sebagai seorang tokoh yang berperawakan besar dan kuat dikarenakan pekerjaannya sebagai tukang kelontong keliling, dituntut untuk giat dalam bekerja. Oleh sebab itulah
sebagai upaya memahami isi yang terkandung di dalam naskah beserta makna-makna yang terkandung di dalam dialog aktor tersebut. Beberapa
hal
yang
ada
dalam
proses
pemahaman dialog tersebut antara lain :
beberapa hal yang memperkuat fisiologi dari tokoh Lik Bismo selain didukung dari beberapa dialog yang menjelaskannya.
isi
cerita,
dengan
cara
membaca dialog secara berulang-ulang
LIK BISMA : “Uripku labur kanginan, keplayu keplantrang nganti tekan kene, wusanane mung adol karet kolor karo sumbu kompor.” 4.3
a. Memahami
maka pemain dapat memahami apa isi dari cerita tersebut. Didalam naskah Tuk karya Bambang Widoyo Sp menceritakan tentang perjuangan
hidup
masyarakat
daerah
Magersaren, kawasan sekitar keraton Solo
Proses Penciptaan Tokoh Lik Bismo
yang hidup dibawah garis kemiskinan dan bayang-bayang akan penggusuran yang
Di dalam proses penciptaan karakter
dilakukan
penguasa
beserta
pemilik
Magersaren
tersebut.
Mereka
tokoh Lik Bismo penulis mencanangkan
wilayah
beberapa
proses
hidup dan bertempat tinggal secara ilegal
proses
tanpa mempunyai surat kepemilikan tanah
tahapan,
mendasar,
dari
beberapa
pembentukan,
dan
memperhalus dalam penciptaan. Perlu adanya
yang
kerja
tahapan
menjadikan sengketa lahan meskipun telah
tersebut, demi kelancaran proses berkarya dan
bertempat tinggal selama bertahun-tahun
menemukan
sampai berpindah generasi.
keras
untuk
relevansi
menerapkan
gagasan
terhadap
penggarapan suatu naskah. Tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
mereka
tempati,
hal
tersebut
b. Mengetahui sudut pandang cerita, hal yang mendasar untuk dicari dalam permasalahan
8
naskah. Pada tahap ini dapat diketahui
berlangsung
bahwa kunci permasalahan didalam naskah
pertunjukan. Permasalahan yang terjadi
Tuk adalah penggusuran lahan yang masih
dalam naskah Tuk tidak berlangsung dalam
menjadi sengketa. Terutama dapat terlihat
satu hari saja, hal ini dapat dilihat dari
dari keinginan tokoh Lik Bismo yang
cerita yang dihadirkan berganti dari hari ini
berangan-angan agar lingkungan tempat
selanjutnya keesokan harinya, sama halnya
tinggalnya dapat tentram, rukun, sejahtera
dengan
seperti
sebelum
permasalahan yang terjadi. Pada setiap
kepemilikan tanah Magersaren berpindah
adegan juga memunculkan permasalahan
tangan dari Den Darso menuju ibu Menik
baru yang bisa dikatakan sebagai percikan-
yang merupakan istrinya Den Darso,
percikan api kecil menuju ke klimaks
permasalahan
setelah itu mereda kemudian terdapat
sedia
kala
yakni
yang
hadir
adalah
kesejahteraan masyarakat Magersarenyang
dikemas
kehidupan
kedalam
sehari-hari
sebuah
dengan
penyelesaian.
dulu dipimpin atau dimiliki oleh Den Darso dapat hidup makmur karena diperbolehkan bertempat
tinggal
secara
gratis
4.3.2 Reading II
di
Pada tahap ini dilakukan pengolahan
wilayahnya asalkan dapat hidup rukun,
cara berdialog yang sesuai dengan kebutuhan
berbanding terbalik sejak Den Darso
pementasan.
meninggal dunia serta berpindah tangan
pengucapan sesuai dengan kedalaman naskah,
kepemilikan menjadi milik istrinya yakni
agar nantinya tidak menyalahi pesan yang
ibu Menik semua orang yang bertempat
ingin disampaikan naskah lewat dialog-dialog
tinggal di wilayah Magersaren
serta perkembangan adegan, dalam latihan
harus
Aktor
pencarian
membayar uang sewa, tetapi yang menjadi
seringkali
puncak masalah adalah pada saat adanya
penggabungan
wacana bahwa wilayah Magersaren akan
dengan gerak anggota tubuh, dapat dilakukan
segera digusur oleh pemilik Magersaren
dengan menyanyikan dialog, mengucapkan
beserta para investor asing yang akan
dialog secara cepat dan lambat, mengucapkan
membuka lahan baru.
dialog
c. Menemukan Plot cerita. Plot dengan alur adalah
dua
hal
yang
berbeda,
plot
dilakukan
melakukan
dengan
antara
pemanasan pengucapan
memenggal
setiap
dengan dialog
suku
katanya. Di dalam tahap pengucapan dialog terdapat tiga macam cara yaitu dapat diuraikan
merupakan pembagian cerita sedangkan
sebagai berikut :
alur merupakan rangkaian keseluruhan dari
a. Kejelasan ucapan, didalam melakukan
sebuah cerita. Plot dalam naskah Tuk karya
teknik
ini
seorang
aktor
harus
Bambang Widoyo Sp ini adalah linier,
mengucapkan dengan jelas setiap suku
yaitu beragam masalah yang terjadi dan
katanya dan juga harus wajar. Apabila para
9
pemain tidak jelas mengucapkan dialognya,
Contoh latihan pada dialog dapat diuraikan
maka penonton tak akan bisa menangkap
sebagai berikut :
jalannya
cerita
sandiwara
yang
dipertunjukkan. Latihan kejelasan ucapan, latihan yang paling penting bagi seorang
1. Tekanan dinamik Lik Bismo: “ lha sampeyan yo ora duwe
aktor. Ucapan yang jelas ialah ucapan yang
cemeng,
bisa terdengar setiap suku kata-nya. Itulah
bedane? ”
ngerti
opo
sebabnya percakapan di dalam sandiwara
Kata “Cemeng” diberikan tekanan keras dalam
lebih lambat dibanding dengan percakapan
pengucapan kalimat dari dialog tersebut,
sehari-hari karena di dalam sandiwara
karena untuk membedakan kata yang lebih
dialog
penting dari yang lain.
pemain harus bisa didengar oleh
penonton dari penonton terdepan hingga yang duduk dideret kursi yang paling belakang. Oleh karena itu, dalam latihan
2. Tekanan tempo Lik Bismo : “ Soleman, jenenge ki soleman lempit ”
kejelasan ucapan aktor harus benar-benar diperhatikan
agar
aktor
dapat
Kata “Soleman” diberikan tekanan dengan
menyampaikan komunikasi dengan baik.
memperlambat
Didalam pola pelatihannya dapat dilakukan
memberikan
dengan
pengucapannya dan lebih indah.
cara
berdialog
keras
dengan
pemenggalan tiap katanya, contoh dialog:
pengucapan makna
kata
tersendiri
tersebut, dalam
3. Tekanan nada
Lik Bisma : “ sa-lah-e dha o-mah o-mah. Sa-lah-e dha a-nak – a-nak. En-thuk – en-
Lik Bismo : “ O, ponakan sampeyan ta!
thuk-a-ne rak ya mung pa-du-don pen-dhak
Lha
di-na. Mbok yen bu-tuh ki ja-jan ba-e. Ge-
dikukup Jupri lagi gelem ngaku anak. ”
nah a-man o-ra ka-keh-an tang-gung-an
Kata “ O, ponakan sampeyan ta! ” diberikan
wong ya pa-dha o-ra bi-sa nyem-ba-da-ni”
tekanan nada, karena kalimat tersebut bisa
enggih,
mencerminkan
bareng
perasaan
sakniki
jengkel,
sampun
tetapi
b. Tekanan ucapan, kalimat adalah ungkapan
tergantung kepada nada pengucapannya bisa
yang mengandung isi pikiran dan isi
diubah menjadi ungkapan perasaan kagum,
perasaan untuk disampaikan kepada orang
marah, sedih dan lain sebagainya. Tergantung
lain. Dengan tekanan ucapan tertentu, isi
dari nada pengucapannya.
pikiran dan isi perasaan bisa ditonjolkan.
c. Kerasnya ucapan, ucapan jelas setiap suku
Teknik tekanan ucapan ada 3 macam yaitu:
katanya dan juga harus wajar. Dalam
Pertama,
Kedua,
latihan ini penonton harus bisa mendengar
tekanan tempo. Ketiga, tekanan nada.
dengan utuh perbedaan antara makam dan
tekanan
dinamik.
10
makan, antara malam dan malang, dan lain-
memahami perbedaan dari setiap kata
lain. Jika ucapan yang terdengar kurang
dalam kalimat. Kegunaan dari berdialog
jelas
tersebut
dengan nada presenter adalah agar seorang
merupakan kesalahan aktor karena bisa jadi
aktor dapat membenahi setiap dialog
kurang keras dalam mengucapkan dialog.
dengan
Teknik pelatihannya adalah dengan cara
berbicaranya, dengan pengucapan yang
berdialog dengan jarak yang cukup jauh
sesuai diharapkan seorang aktor dapat
dengan
membenahi dialog yang dirasa kurang tepat
terdengar
lawan
maka
hal
mainnya,
mengucapkan
dialog atau ping-pong dialog secara jelas
memperhatikan
setiap
nada
dalam perkembangan cerita.
artikulasinya dengan jarak sekitar 20 meter,
c. Berdialog dengan cara dipuisikan, setiap
hal ini diperlukan latihan secara intensif
dialog memiliki irama nada yang berbeda-
agar nantinya seorang aktor dapat terbiasa
beda maka seorang aktor harus bisa
berdialog keras dan dapat terdengar oleh
mengatur cara untuk menyeimbangkan
penonton yang mendengarkan dengan jarak
setiap dialog dengan peran yang akan
yang cukup jauh.
dimainkan.
Berdialog
dengan
cara
dipuisikan adalah salah satu hal yang 4.3.3 Reading III
menjadi dasar pijakan untuk memberikan
Keterbacaan naskah merupakan tahap ketiga
dalam
proses
berdialog,
nantinya
seorang aktor dituntut untuk cerdas dalam
dibutuhkan sebagai inti dari memahami suatu
mempersentasikan nilai keindahan tersebut
naskah.
kedalam bentuk pertunjukan.
aktor
hal
dalam
ini
Seorang
reading,
keindahan
harus
bisa
menerjemahkan naskah tersebut agar dapat tersampaikan pada telinga penonton bukan
4.3.4 Reading IV
hanya membaca tetapi ikut serta masuk
Dalam menterjemahkan sebuah teks
kedalam dunia imajinasi naskah yang nantinya
menuju konteks tentu saja membutuhkan
diwujudkan dan dipindah dalam dimensi
pembiasaan, hal ini wajib dilakukan oleh aktor
panggung.
untuk
a. Menyanyikan dialog, dalam artian untuk
panggung. Pembiasaan dikhususkan untuk
menghancurkan teknik membaca yang
seorang aktor agar tidak canggung dan
monoton.
menginterpretasikan
bersikap sewajarnya dalam berdialog tanpa
sebuah dialog tentu saja perlu diperhatikan
membaca naskah, hal ini merupakan sebuah
irama yang dibangun agar sesuai dengan
langkah menghafal setiap dialog yang telah
perkembangan laku dramatik.
dibaca berulang kali sehingga dapat dengan
Dalam
b. Berdialog dengan nada presenter, hal ini dilakukan
agar
seorang
aktor
dapat
menunjang
permainannya
di
atas
luwes diperagakan didalam kehidupan seharihari. Dengan cara pembiasaan, maka seorang
11
aktor dapat berbicara sesuai dengan karakter
kelenturan (flexibility),
tanpa harus dibuat-buat atau dapat dikatakan
(balance).
bersikap sewajarnya. Begitupun dengan beban
a. Kekuatan
dan keseimbangan
(strength),
merupakan
yang dirasa berat seperti menghafal dialog
kemampuan otot merespon suatu ketahanan
yang begitu banyak tidak akan terasa karena
tubuh. Latihan kekuatan sangat penting
sudah
guna meningkatkan kondisi fisik tubuh
terbiasa
dan
telah
masuk
pada
keseharian masing-masing aktor. a. Dramatic
Reading,
secara keseluruhan. Seorang aktor haruslah membaca
memilik tubuh yang kuat dan kondisi fisik
disadari
yang prima guna menyelaraskan permainan
seorang aktor dapat menemukan kenyataan
dalam laku dramatik, latihannya dapat
tentang
berupa push up, sit up, pull up, berjalan
berulang-ulang
dengan
maka
karakter
tanpa
tokoh
yang
akan
dimainkan. Dramatic Reading digunakan
jongkok.
sebagai acuan pembiasaan tanpa moving
b. Kecepatan
(ability),
dan blocking. Membaca dengan cara
kemampuan
menyertai
dibawakan
mengikuti kelincahan pergerakan tubuh
masing-masing peran maka akan dapat
yang terkontrol. Seorang aktor dituntut
diketahui perkembangan masalah yang
untuk cepat dalam menanggapi adegan
terdapat didalam naskah sehingga nantinya
permainan, dalam aksi dan reaksi sangat
pada
dibutuhkan
saat
blocking
karakter
sudah
yang
menginjak
masing-masing
mengetahui
dengan
tahapan
aktor
dapat
menghadirkan
imajinasi yang sudah dilakukan pada saat
otot
dan
merupakan
kecepatan
sendi
tubuh
dengan
dalam
merespon dan peka terhadap lingkungan tempat bermain peran. c. Kelenturan,
merupakan
kemampuan
membaca dan divisualisasikan pada saat
mengolah tubuh dalam melakukan gerakan
latihan.
yang seluas mungkin dan tanpa mengalami cedera pada persendian serta otot. Latihan
4.3.5 Eksplorasi Bentuk Peran
kelenturan diberikan sebelum atau sesudah melatih kekuatan serta kecepatan hal ini
4.3.5.1 Olah tubuh
diperuntukkan agar tidak mengalami kaku
Tubuh adalah Merupakan modal utama
dalam otot.
bagi seorang aktor didalam teater, menjaga
d. Keseimbangan, adalah kemampuan dalam
stamina merupakan suatu kewajiban dalam
mempertahankan tubuh, tidak bergerak
rutinitas latihan. Pemanasan didalam latihan
maupun tergerak. Seorang aktor perlu
harus
yakni
memiliki keseimbangan yang baik diatas
(ability),
panggung oleh karena itu keseimbangan
memenuhi
kekuatan
beberapa
(Strength),
aspek
kecepatan
12
perlu dilatih untuk dapat terbiasa dengan
kenyataan panggung, perlu adanya distorsi
lingkungannya.
yang menyeimbangkan antara realita dalam segi
4.3.5.2 Olah vokal
kenyataan
panggung.
Dalam pertunjukan drama realis vokal
dengan
Penggambaran
daerah
bermain peran diatas panggung, seorang aktor
menghadirkan
harus
dituangkan diatas panggung.
dengan
verbal
untuk
di
setting
atas pada
pertunjukan Tuk‟ dihadirkan dengan suasana
merupakan salah satu bekal aktor dalam
berbicara
realita
magersaren
dengan
kenyataan
yang
mencoba ada
dan
menyampaikan maksud atau pesan yang ingin disampaikan
oleh
naskah
pertunjukan.
Latihannya
dalam
suatu
berupa
PENUTUP
latihan
Pada dasarnya seorang aktor haruslah
pernafasan perut, latihan intonasi, diksi, dan
memiliki intelektual tinggi, bukan hanya dapat
pressing.
bermain dengan baik tetapi juga sebagai penyampai pesan yang ingin disampaikan oleh
4.3.5.3 Olah rasa
penulis naskah dan juga sutradara. Oleh karena
Aktor harus dapat memahami karakter
itu seorang aktor harus dapat menerjemahkan
tokoh yang akan dimainkannya. Olah rasa
kandungan naskah dan berhadapan langsung
adalah
dan
dengan penonton. Penulis tertarik memainkan
aktor
dalam
tokoh Lik Bismo pada naskah Tuk karya
pikiran,
emosi,
Bambang Widoyo Sp ini
latihan
untuk
keterampilan
seorang
mewujudkan
berbagai
keindahan
dikarenakan Lik
perasaan, dan juga karakter tokoh yang
Bismo adalah Sosok Lik Bismo dalam naskah
dimainkannya.
sangat
ini lebih mengarah kepada orang Jawa yang
dibutuhkan imajinasi yang harus tertanam
benar-benar memahami kebudayaan Jawa itu
kedalam pikiran aktor sebagai penggambaran
sendiri. Sangat jarang kita temui sosok yang
awal karakter tokoh hasil pemahamannya.
demikian pada saat ini. Persoalan tersebut
Metode pelatihannya dapat berupa meditasi.
menjadi salah satu tantangan penulis untuk
Dalam
olah
rasa
mempelajari 4.3.4 Eksplorasi setting dan panggung
budaya
Jawa
dengan
memerankan tokoh Lik Bismo pada karya
Setting merupakan salah satu unsur
Tuk, yang berkarakter orang Jawa yang
penunjang yang sangat penting bagi aktor,
Njawani atau orang Jawa yang benar-benar
selain sebagai wujud imajinasi naskah yang
mempelajari tentang Jawa beserta adat istiadat
tergambar
secara
nyata
dan kebudayaannya
penunjang
laku
dramatik
tetapi bagi
menjadi sebuah
Teknik yang digunakan oleh penulis
pertunjukan. Setting merupakan gambaran
dalam mendalami tokoh Lik Bismo adalah
imajinasi naskah yang diangkat kedalam
menggunakan teknik keaktoran Rendra, karena
13
sosok Lik Bismo yang memiliki karakter kuat
Yudiaryani, MA Drs. 2002. Panggung Teater
maka yang dibutuhkan adalah inner action
Dunia. Yogjakarta. Pustaka Gendho
untuk mendapatkan gambaran tokoh yang
Suli
diinginkan dalam proses penggarapan serta latihan perlu adanya kerja sama yang solid antara sutradara, aktor, pemusik serta tim kreatif untuk membuat suatu pertunjukan yang dapat
Abdillah,
Autar.
2008.
Dramaturgi
1.
Surabaya: Unesa University Press Anirun, Suyatna. 2002. Menjadi Sutradara. Bandung: STSI Press Bandung
dinikmati karena hasil dari pemikiran sebuah Endraswara,
tim.
Suwardi.
2011.
Metode
Pembelajaran Drama. Yogyakarta: DAFTAR RUJUKAN Rendra, W.S. 2007. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta: Burung Merak
CAPS Harymawan,
RMA.
1993.Dramaturgi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Press
14