TEKNIK IMOTILISASI IKAN MAS (Cryprinus carpio) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG (Datura metel L)
HANDI FAUZI HARAHAP
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 28 April 2014
Handi Fauzi Harahap NIM C34090078
ABSTRAK HANDI FAUZI HARAHAP. Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan PIPIH SUPTIJAH. Kecubung (Datura metel L) merupakan tumbuhan yang tersebar di Indonesia terutama di daerah kering. Kecubung merupakan tumbuhan yang diduga memiliki kandungan bahan anestesi. Kandungan dari daun kecubung yaitu alkaloid dan saponin. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi ekstrak daun kecubung yang sesuai sebagai anestesi pada ikan mas dan tingkat kelulusan hidup ikan mas. Perlakuan pada penelitian ini adalah perbedaan pucuk daun kecubung 1-5 dan 6-10 dengan perbedaan konsentrasi yaitu 15%, 20%, dan 25%. Ekstrak daun kecubung terbaik adalah pucuk 1- 5 dengan konsentrasi 20%, waktu onset 61 menit dengan tingkat kelulusan hidup 87%, kualitas air sesudah pemingsanan pH 5,3, DO 2,9 ppm , dan TAN 3,4 mg/L. Waktu onset terlama adalah ekstrak kecubung 6-10 selama 116 menit dengan tingkat kelulusan hidup 97%. Kata kunci: alkaloid, anestesi, Datura metel L, kualitas air
ABSTRACT HANDI FAUZI HARAHAP. Imotilisation Technique (Cyprinus carpio) on Common Carp Fish using the extract of Kecubung Leaves (Datura metel L). Mentored by RUDDY SUWANDI and PIPIH SUPTIJAH. Datura metel L is a species of flora which destributed scattered around Indonesia, especially in dry areas, which contained anesthetic substances. The leaves contain alkaloid and saponion. The main objective of this research was to determine the concentration of Datura metel L leaves extract as an anesthetic for common carp fish and its survival rate. The treatment of this research is the differences between Datura metel L leaves from 1 through 5 and 6 through 10 with concentration differences of 15%, 20%, and 25%. The best Datura metel L leaves extract is on 1st through 5th leaf with the concentration of 20%, with 61 minutes of onset time with a life expectancy of 87%, with post anaesthesia water quality pH 5,3, DO 2,9 ppm, and TAN 3,4 mg/L. Leaf 6 through 10 performed with the longest amount of time, which is 116 minutes with the life expectancy of 97%. Keyword: alcaloid, anesthetic, Datura metel L, water quality
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
TEKNIK IMOTILISASI IKAN MAS (Cryprinus carpio) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KECUBUNG (Datura metel L)
HANDI FAUZI HARAHAP
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L) Nama : Handi Fauzi Harahap NIM : C34090078 Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, M.Phil Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr Pipih Suptijah, MBA Pembimbing II
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Teknik Imotilisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Daun Kecubung (Datura metel L)” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu : 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dr Ir Ruddy Suwandi, MS, M.Phil dan Dr Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Dr Mala Nurilmala, Spi, Msi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Dr rer nat Kustiariyah Tarman, SPi, MSi selaku wakil ketua program studi yang telah mewakili departemen pada saat ujian dan saran perbaikan. Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan. Staf dosen dan Tata Usaha THP yang telah memberikan bantuan terhadap penulis Ibu, Bapak, Adik, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Teman-teman THP 46 untuk kebersamaan dan bantuannya terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, 28 April 2014
Handi Fauzi Harahap
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii PENDAHULUAN……………………………………………………………….….…..1 Latar Belakang…………………………………………………………….……....1 Perumusan Masalah……………………………………………………………….1 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2 Bahan ............................................................................................................... 2 Alat .................................................................................................................. 2 Prosedur Penelitian .......................................................................................... 2 Aklimatisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) ....................................................... 3 Pembuatan Media Pemingsanan ...................................................................... 3 Pemingsanan Ikan ............................................................................................ 3 Pengujian Kualitas Air dan Glukosa Darah ..................................................... 3 Pengukuran Kandungan Oksigen Terlarut (APHA 1975) ...................... 3 Pengukuran Suhu (APHA 1975) ............................................................ 3 Pengukuran Derajat Keasaman (pH) (APHA 1975)............................... 4 Total Amonia Nitrogen (APHA 1975) ................................................... 4 Kadar Glukosa Darah ...................................................................................... 4 Analisis Data .................................................................................................... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5 Penelitian Tahap Pertama ................................................................................ 5 Persiapan Hewan Uji dan Bahan Pemingsan ................................................... 5 Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Mas .................................................... 5 Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Pemingsanan ................................... 6 Penelitian Tahap Kedua ................................................................................... 8 Waktu Onset Pemingsanan .............................................................................. 8 Waktu Sadar Ikan ............................................................................................ 9 Tingkat Kelulusan Hidup (survival rate) Ikan .............................................. 10 Penelitian Tahap Ketiga................................................................................. 11 Pengujian Kualitas Air................................................................................... 11 Kadar Glukosa Darah .................................................................................... 12 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 12 Kesimpulan .................................................................................................... 12 Saran .............................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13 LAMPIRAN .......................................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 17
DAFTAR TABEL 1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan mas ................................... 6 2 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dengan perlakuan pucuk 1-5 dan pucuk 6-10 ................................................................ 7 3 Hasil pengujian kualitas air sebelum dan sesudah proses pemingsanan .......... 11
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik perlakuan terhadap waktu onset .............................................................. 9 2 Grafik waktu sadar ikan mas setelah pemingsanan ........................................... 10 3 Grafik tingkat kelulusan hidup ikan mas pada waktu anestesi .......................... 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 Bobot ikan mas .................................................................................................. 15 2 Analisis data dengan One Way ANOVA SPSS 15 ........................................... 16
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan transportasi ikan hidup akhir-akhir ini banyak mengalami peningkatan. Pengembangan teknik dan metode sistem basah maupun sistem kering banyak dilakukan. Transportasi sistem basah biasa digunakan untuk jarak dekat dan menggunakan media air hingga 2-3 kali berat ikan. Penggunaan transportasi sistem kering lebih ekonomis, efesien dan aman walaupun beresiko tinggi. Penggunaan metode anastesi banyak digunakan pada transportasi kering untuk mempertahankan tingkat kemampuan hidup melalui perlambatan metabolisme tubuh. Pengunaan metode ini sering dilakukan oleh para pemilik hatchery. Golongan alkaloid dan senyawa aromatik sering digunakan sebagai bahan anestesi. Selama ini penggunaan bahan anestesi masih terbatas. Bahan anestesi alami yang telah diaplikasikan antara lain biji karet, minyak cengkeh dan ubi kayu (Habibie et al. 2006). Penelitian penggunaan bahan anestesi alami lain perlu dilakukan sebagai pengganti bahan-bahan sintesis. Ekstrak kecubung (Datura metel L) diduga dapat digunakan untuk memingsankan ikan. Kecubung merupakan tumbuhan yang tersebar di Indonesia terutama di daerah kering. Tumbuhan ini biasa tumbuh di tempat terbuka dengan tanah berpasir yang tidak begitu lembab. Kecubung tumbuh di daratan rendah hingga 800 m di atas permukaan laut (dpl). Penggunaan daun dilakukan karena memiliki rendemen terbanyak dibandingkan bagian tumbuhan yang lainnya. Buah dan bunga kecubung hanya ada pada musim-musim tertentu. Bagian dari kecubung terutama daun, mengandung alkaloid (sekitar 85% skopolamin dan 15% hyoscyamine), dan saponin. Isolasi senyawa alkaloid menghasilkan komponen kristal metil yang mengakibatkan relaksasi pada otot lurik (de Padua 1999, di dalam Aminah et al. 1999). Senyawa – senyawa tersebut diduga menjadi bahan anestesi yang baik. Ikan merupakan salah satu biota yang sering ditransportasikan, namun ikan rentan terhadap perubahan kondisi dalam pengangkutan. Salah satu jenis ikan yang sering ditransportasikan adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan air tawar yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah ikan mas. Hal ini karena ikan mas memiliki rasa daging yang enak dan gurih. Petani ikan mas telah banyak Indonesia, hal ini karena budidaya ikan mas menguntungkan. Ikan mas adalah ikan pemakan segala (omnivora) yang tidak tergantung pakan buatan yang harganya telah melambung naik (Nugroho dan Wahyudi 1991). Hal tersebut merupakan alasan penggunaan ikan mas dan perlu adanya penelitian mengenai bahan anestesi yang mudah didapat dan murah. Perumusan Masalah Penelitian daun kecubung di Indonesia belum begitu banyak, penelitian yang dilakukan mengenai pemanfaatan kecubung adalah sebagai insektisida nyamuk dan pertumbuhan rambut. Kandungan dari daun kecubung seperti saponin
2 dan alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai bahan anestesi ikan. Konsentrasi dari ekstrak daun kecubung yang sesuai sebagai anestesi akan bermanfaat terhadap kemunduran mutu selama transportasi ikan di Indonesia. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menentukan konsentrasi ekstrak daun kecubung yang sesuai pada anestesi ikan mas dan tingkat kelulusan hidupnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas air di Laboratorium Proling Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian anestesi menggunakan ekstrak daun kecubung ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dengan ukuran 157-223 gram/ekor yang diperoleh dari hasil budidaya. Daun kecubung diperoleh dari daerah Laladon dengan perbedaan perlakuan daun 1-5, dan 6-10. Bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah akuades. Ekstraksi dilakukan dengan cara memblender daun kecubung yang ditambahkan aquades lalu disaring menggunakan kain blacu. Alat Alat yang digunakan untuk aklimatisasi ikan adalah akuarium, dan aerator. Alat yang digunakan untuk pembuatan media pemingsan adalah blender, gelas ukur, kain blacu, botol, dan pengaduk. Alat yang digunakan untuk pemingsanan ikan adalah termometer, stopwatch, alat tulis, aerator, akuarium atau toples, spektrofotometer, DO meter, pH meter. Prosedur Penelitian Tahap penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian tahap pertama pencarian dosis anestesi, tahap kedua yaitu alkimatisai ikan, pembuatan media pemingsanan, dan pemingsanan ikan, tahap ketiga yaitu pengujian kualitas air terdiri dari DO, suhu, amonia dan uji glukosa darah ikan mas pada konsentrasi terbaik.
3 Aklimatisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Adaptasi ikan mas terhadap lingkungan yang baru dilakukan sebelum dilakukan penelitian. Penggunaan akuarium berukuran 60 x 30 x 30 cm3 sebagai wadah adaptasi ikan mas. Air yang digunakan pada penelitian ini merupakan air tanah yang telah diendapkan selama dua hari yang bersuhu 26 sampai dengan 28 oC. Aerasi dilakukan untuk meningkatkan kandungan oksigen. Pembuatan Media Pemingsanan Daun kecubung di ekstrak dengan jumlah kadar yang berbeda, dengan perbedaan perlakuan daun 1-5, dan 6-10. Daun kecubung ditambahkan akuades lalu diblender. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain blacu. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 %, 20 %, dan 25 %. Pembuatan 1 liter bahan pemingsan 20% adalah dengan mengekstrak 200 gram daun kecubung yang ditambahkan dengan 800 mL akuades. Pemingsanan Ikan Akuarium yang berisi 10 ekor ikan pada setiap perlakuan ditambahkan dengan ekstrak yang telah disediakan. Perbandingan antara banyaknya ikan (kg) dan volume air (liter) adalah 1:4. Penambahan ekstrak dilakukan hingga ikan pingsan. Parameter yang diamati adalah tingkah laku ikan, perubahan kualitas air sebelum ikan dimasukan dan setelah ikan pingsan, waktu onset (waktu yang dibutuhkan hingga ikan pingsan), waktu pulih (waktu yang dibutuhkan ikan hingga sadar), dan tingkat kelulusan hidup ikan (survival rate). Pemingsanan ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Pengujian yang dilakukan adalah kadar glukosa darah dan kualitas air. Uji kualitas air terdiri dari pengukuran oksigen terlarut, pengukuran pH, dan pengukuran kandungan amonia. Pengujian Kualitas Air dan Glukosa Darah Pengujian kualitas air terdiri dari pengukuran kandungan oksigen terlarut, suhu, derajat keasaman, dan kandungan amonia. Pengujian ini bertujuan mengetahui kualitas air. Pengukuran Kandungan Oksigen Terlarut (APHA 1975) Pengukuran ini dilakukan dengan DO-meter. Tahap yang dilakukan adalah pengkalibrasian alat, kemudian air sampel dimasukan ke dalam labu enlemeyer sebanyak 50 ml, larutan sampel dihomogenkan dengan magnetic stirrer, dan pengukuran oksigen terlarut. Pengukuran Suhu (APHA 1975) Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang berskala 80 oC. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukan ke dalam akuarium yang telah berisi air.
4 Pengukuran Derajat Keasaman (pH) (APHA 1975) Pengukuran pH diukur menggunakan pH-meter. Tahap yang dilakukan adalah pH-meter dikalibarasi dengan air yang ber-pH 6 dan 8. Pengukuran air sampel dilakukan dengan memasukan air ke dalam labu enlemeyer sebanyak 50 ml. Larutan sampel kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirrer. Larutan diukur dengan pH-meter setelah dihomogenkan. Total Amonia Nitrogen (APHA 1975) Proses pertama pada uji Total Amonia Nitrogen (TAN) adalah sampel sebanyak 10 mL didestilasi, lalu hasilnya ditambahkan 1 tetes MnSO4. Sampel ditambahkan 0,5 mL asam hypochlorous dan 0,6 mL reagen phenate, kemudian diaduk. Perubahan warna menjadi kebiruan akan terjadi karena penambahan reagen tersebut. Larutan blanko dan larutan standar dibuat selama pengukuran ini. Nilai absorban pada larutan blanko kemudian diukur menggunakan spektrofotometer OPTIMA SP-300 dengan panjang gelombang 630 nm. Kadar Glukosa Darah Pengujian kadar glukosa darah dilakukan menggunakan alat indikator glukosa darah. Tahap yang dilakukan yaitu dengan mengambil sampel darah mengunakan alat suntik, kemudian darah diteteskan ke alat indikator dan alat tersebut akan mengeluarkan data kadar glukosa darah.
Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis data Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial (3 x 2). Faktor pertama terdiri dari tiga pemberian dosis ekstrak daun kecubung 15%, 20% dan 25%. faktor kedua terdiri dari dua perbedaaan pucuk yaitu 1-5 dan 6-10. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dengan setiap perlakuan terdiri dari 10 ekor ikan mas. Dalam percobaan digunakan model persamaan sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan : Yijk µ αi βj (αβ)ij εijk i j k
: hasil pengamatan dari pengaruh konsentrasi taraf ke-i dengan letak daun pada pucuk ke-j yang mendapat ulangan ke-k : nilai tengah populasi : pengaruh konsentrasi ekstrak kecubung taraf ke-i : pengaruh letak daun pada pucuk ke-j : pengaruh interaksi antara konsentrasi ekstrak dengan letak daun pada pucuk : pengaruh galat dari satuan ulangan ke-k dari kombinasi perlakuan ij : konsentrasi ekstrak kecubung : letak daun kecubung pada pucuk : 1,2,3 adalah ulangan
5 Keberhasilan percobaan dibuktikan dengan perlakuan yang memberi pengaruh berbeda nyata, kemudian dianalisis dengan uji lanjut. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Tukey.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Pada tahap ini dilakukan pencarian konsentrasi anestesi yang cocok dan tidak menimbulkan banyak kematian pada ikan. Pengujian pertama dilakukan dengan menggunakan ekstrak 40%, tetapi seluruh ikan mengalami kematian. Pengurangan bahan anestesi dilakukan kembali dengan menggunakan ekstrak 30%, tetapi seluruh ikan mengalami kematian. Pada pengujian ekstrak 20% tingkat kelulusan hidup ikan mencapai 90%. Penggunaan ekstrak 20% digunakan dengan selang 5%. Penggunaan ekstrak pada penelitian ini adalah 15%, 20%, dan 25%. Persiapan Hewan Uji dan Bahan Pemingsan Ikan mas yang digunakan sebagai hewan uji memiliki interval berat sekitar 157-223 gram dengan berat rata-rata 189 gram. Hewan uji ini disimpan pada aquarium yang berukuran 60 x 30 x 30 cm3 yang diberi aerasi sebagai pemasok oksigen. Ikan mas memiliki kondisi yang baik, dibuktikan dengan pertahanan yang kuat saat diangkat dari air, pergerakan insang yang baik, aktif, dan agresif di dalam air. Kematian yang tinggi akan terjadi saat pengangkutan apabila ikan memiliki kualitas yang rendah (Berka 1988). Ikan diadaptasikan selama satu minggu sebelum dilakukan pemingsanan dengan pemberian pakan pelet, dan dilakukan pemuasaan selama dua hari. Pemuasaan dua hari sebelum pemingsanan bertujuan untuk mengurangi kotoran yang ada dalam perutnya, dan mengurangi aktivitas metabolisme (Suryaningrum et al. 1993). Daun kecubung mengandung alkaloid (sekitar 85% skopolamin dan 15% hyoscyamine) dan saponin. Isolasi senyawa alkaloid menghasilkan komponen kristal metil yang mengakibatkan relaksasi pada otot lurik (de Padua 1999, di dalam Aminah 1999). Ekstraksi daun kecubung dilakukan dengan cara memotong kecil-kecil daun lalu diblender. Hasil tersebut disaring menggunakan kain blacu sebanyak dua kali. Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Mas Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan. Parameter yang diuji adalah suhu, pH, DO, CO2, alkanitas, dan amonia. Air yang digunakan untuk media pemeliharaan menggunakan air yang tersedia di laboratorium yang diendapkan selama 2 hari. Pengendapan air ini bertujuan agar kotoran yang terdapat dalam air mengendap. Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan mas yang digunakan selama penelitian ditampilkan pada Tabel 1
6 Tabel 1 Hasil analisis kualitas air media pemeliharaan ikan mas Parameter Suhu pH DO CO2 Alkalitas Amonia
Kolam Budidaya 26 7,34 5,37 1,85 154,2 0,03
Laboratorium
Standar
27 7,40 6,31 3,96 94 0,05
25-30 oC 7-8 ≥5 ppm Maks 25 ppm 50-300 Maks 0,1 ppm
Sumber: Kordi (2011)
Hasil analisis data pada Tabel 1 menunjukan suhu air media kolam budidaya dan laboratorium adalah 26 oC dan 27 oC. Suhu tersebut masih baik digunakan sebagai media hidup ikan mas. Peningkatan suhu sebesar 10 oC dapat meningkatkan konsumsi oksigen akuatik 2-3 kali lipat (Effendi 2003). Sebaliknya penurunan suhu akan mengakibatkan penurunan aktivitas dan proses metabolisme ikan. Air kolam budidaya dan laboratorium memiliki nilai pH sebesar 7,3 dan 7,4. Nilai pH tersebut masih sesuai dengan standar lingkungan hidup ikan mas. Dissolve oxygen (DO) merupakan faktor penting dalam kehidupan ikan. Oksigen terlarut yang sedikit pada suatu perairan akan mengganggu kehidupan ikan. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air (Effendi 2003). Kandungan CO2 air kolam budidaya dan laboratorium adalah 1,85 ppm dan 3,96 ppm. Alkanitas pada kolam budidaya dan laboratorium bernilai 154,2 ppm dan 94 ppm, sedangkan nilai amonia 0,03 ppm dan 0,05 ppm. Hasil analisis kualitas air menunjukan bahwa air laboratorium masih aman digunakan sebagai media pemeliharaan karena masih dalam batas standar air dan tidak mempengaruhi kondisi fisiologis ikan mas sebelum atau sesudah diberi perlakuan. Pengamatan Tingkah Laku Ikan Selama Pemingsanan Ikan yang telah diadaptasikan dan dipuasakan kemudian diuji menggunakan bahan pemingsan. Pengamatan perubahan tingkah laku dilakukan setiap 15 menit, dimulai dari menit ke-0 hingga ikan tidak sadar. Ikan yang tidak sadar ditandai dengan posisi tubuh ikan roboh dan insang bergerak dengan lambat. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan pucuk daun kecubung 1-5, dan 6-10 sebagai bahan anestesi dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25%. Hasil pengamatan terhadap tingkah laku ikan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan pucuk 1-5 memberikan pengaruh yang lebih cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6-10. Hal tersebut dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan ikan uji untuk mencapai tahap pingsan yang lebih cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6–10. Pada perlakuan 20% ikan dimasukan ke dalam wadah pemingsan dengan keadaan normal. Ikan mengalami kehilangan keseimbangan pada menit ke 15-45 dan ikan mengalami tahap pingsan pada menit ke 61. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah pemingsan dengan keadaan normal, memasuki menit ke 15 ikan kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan menit ke 47. Pada perlakuan ekstrak daun kecubung 6-10
7 pada konsentrasi 20% ikan dimasukan ke dalam wadah dengan keadaan normal. Pada menit ke 15-45 ikan kehilangan keseimbangan dan mengalami pingsan pada menit ke 91. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah. Pada menit ke 15-45 ikan mengalami kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan menit ke-75. Semua bagian dari tumbuhan kecubung mengandung senyawa alkaloid, kandungan alkaloid terbanyak terdapat dalam akar dan bijinya. Daun kecubung muda lebih banyak mengandung racun dibandingkan daun tua, hal ini untuk melindungi dari serangan serangga (de Padua 1999, di dalam Aminah 1999). Tabel 2 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan dengan perlakuan pucuk 1-5 dan pucuk 6-10 Perlakuan Waktu (menit) 0-15 15-30
30-45
45-60 60-75 75-90 90-105 105-120
Pucuk 1-5
Pucuk 6-10
15%
20%
25%
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Kehila ngan keseimba ngan Kehila ngan keseimba ngan Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan (85,6)
Kehila ngan keseimba ngan Kehila ngan keseimba ngan Pingsan ringan Pingsan (61,5)
Kehilangan keseimba Ngan
Kehila ngan keseimba ngan Kehila ngan keseimba ngan Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan (116)
Kehilangan keseimba ngan
Kehila ngan keseimba ngan Pingsan ringan
Pingsan ringan
Pingsan (47,3)
15%
20%
Kehilangan keseimba ngan Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan (91)
25%
Pingsan ringan Pingsan ringan Pingsan (75)
Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan pucuk 1-5 memberikan pengaruh yang lebih cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6-10. Hal tersebut dapat dilihat dari waktu yang dibutuhkan ikan uji untuk mencapai tahap pingsan yang lebih cepat dibandingkan perlakuan pucuk 6–10. Pada perlakuan 20% ikan dimasukan ke dalam wadah pemingsan dengan keadaan normal. Ikan mengalami kehilangan keseimbangan pada menit ke 15-45 dan ikan mengalami tahap pingsan pada menit ke 61. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah pemingsan dengan keadaan normal, memasuki menit ke 15 ikan kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan menit ke 47. Pada perlakuan ekstrak daun kecubung 6-10 pada konsentrasi 20% ikan dimasukan ke dalam wadah dengan keadaan normal. Pada menit ke 15-45 ikan kehilangan keseimbangan dan mengalami pingsan pada menit ke 91. Pada perlakuan 25% ikan dimasukan ke dalam wadah. Pada menit ke 15-45 ikan mengalami kehilangan keseimbangan dan memasuki tahap pingsan menit ke-75. Semua bagian dari tumbuhan kecubung mengandung senyawa alkaloid, kandungan alkaloid terbanyak terdapat dalam akar dan bijinya. Daun
8 kecubung muda lebih banyak mengandung racun dibandingkan daun tua, hal ini untuk melindungi dari serangan serangga (de Padua 1999, di dalam Aminah 1999). Tabel 2 menunjukan ikan mengalami beberapa proses anestesi dari fase normal hingga mengalami fase pingsan. Tahap – tahap anestesi tersebut memiliki ciri-ciri sendiri. Fase normal ikan adalah ikan peka terhadap suatu rangsangan, kontraksi otot dan operculum normal. Fase kehilangan keseimbangan adalah saat gerakan dan respon terhadap rangsangan luar masih ada, dan posisi badan miring. Fase pingsan ringan ditandai dengan gerakan sirip dan tutup insang lambat, dan rangsangan terhadap sentuhan lambat. Fase pingsan adalah saat posisi tubuh ikan roboh, tutup insang ikan bergerak sangat lambat, dan saat diangkat tidak ada respon (Tidwel et al. 2004). Menurut Wright dan Hall (1961), proses pemingsanan menggunakan bahan pemingsan yaitu berpindahnya bahan pemingsan dari lingkungan ke alat pernapasan organisme, difusi bahan pemingsan dalam tubuh menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pemingsan ke dalam darah, sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebabkan bahan pemingsan menyebar ke seluruh tubuh. Overdosis dan kematian akan terjadi saat pemberian dosis yang berlebih (Arliansyah 2009). Penelitian Tahap Kedua Pada tahap ini dilakukan pengujian bahan pemingsan ekstrak daun kecubung 1-5 dan 6-10 pada waktu onset pemingsanan, waktu sadar, dan tingkat kelulusan hidup. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak kecubung terbaik. Waktu Onset Pemingsanan Waktu onset merupakan waktu yang dibutuhkan suatu biota keadaan normal mencapai kehilangan kesadaran (Mckelvey dan Wayne 2003). Waktu onset dicatat setiap 15 menit hingga ikan mengalami kehilangan kesadaran. Hal ini bertujuan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kecubung terhadap waktu yang dibutuhkan hingga ikan pingsan. Hasil pengamatan terhadap waktu onset dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1, waktu onset yang dihasilkan berbeda-beda karena pemberian kandungan ekstrak yang berbeda. Pembedaan yang digunakan adalah pada pucuk daun kecubung. Waktu onset yang paling cepat ditunjukan oleh perlakuan ekstrak pucuk 1-5 daun kecubung dengan konsentrasi 25% dengan waktu 47,3 menit. Waktu onset paling lama ditunjukkan oleh ekstrak pucuk 6-10 daun kecubung dengan konsentrasi 15% yaitu 116 menit. Waktu onset tercepat ditunjukan oleh perlakuan pucuk 1-5 dengan konsentrasi 25%. Hal tersebut diduga karena pada pucuk daun kecubung 1-5 memiliki kandungan bahan anestesi yang lebih tinggi dibandingkan pucuk daun kecubung 6-10. Kandungan yang terdapat pada daun kecubung yang menyebabkan pingsan adalah saponin, dan alkaloid. Saponin merupakan senyawa yang memiliki rasa pahit yang menyebabkan iritasi pada selaput lendir dan dapat mengakibatkan rusaknya butir darah merah dengan reaksi hemolisis. Senyawa yang bersifat racun pada saponin dikenal sebagai sapotoksin. Saponin yang bercampur dengan air akan menimbulkan busa stabil (Cheek 2005)
9
Gambar 1 Grafik perlakuan terhadap waktu onset ( = 15%, = 20%, = 25%). Huruf diatas balok data menunjukan perbandingan nilai tengah antarperlakuan analisis varian ANOVA Alkaloid merupakan senyawa organik yang utama. Isolasi dari senyawa alkaloid menghasilkan komponen metil yang mempunyai efek relaksasi pada otot lurik (de Padua 1999, di dalam Aminah 1999). Menurut Gunn (2001), anestesi yang baik adalah anestesi yang dapat memingsankan ikan kurang dari tiga menit. Waktu onset yang ditimbulkan akibat pemberian ekstrak daun kecubung dapat disimpulkan kurang memuaskan karena waktu yang ideal untuk memingsankan ikan adalah tiga menit. Berdasarkan hasil uji statistik analisis varian ANOVA pada taraf nyata 0,05, perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak daun kecubung memberikan pengaruh terhadap uji ini, pengaruh semua perlakuan terhadap waktu onset adalah signifikan satu sama lain. Waktu Sadar Ikan Waktu sadar ikan adalah waktu yang dibutuhkan ikan agar pulih kembali dengan bantuan aerator. Pemulihan ikan yang telah dianestesi adalah dengan cara memasukan ikan yang telah pingsan ke dalam aquarium yang telah diberi aerator. Hasil waktu sadar ikan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukan waktu sadar ikan setelah pemingsanan. Waktu sadar ekstrak kecubung pucuk 1-5 dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25% adalah 4,13 , 5,77 , 6,37 menit. Waktu sadar ikan yang dianastesi menggunakan ekstrak kecubung pucuk 6-10 dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25% adalah 3,03 , 4,97, dan 6,23 menit. Perbedaan waktu sadar yang ditunjukan menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh suatu biota untuk sadar. Ikan akan mengalami overdosis atau kematian saat dosis yang diberikan berlebih (Arliansyah 2009). Berdasarkan hasil uji statistik analisis varian ANOVA pada taraf nyata 0,05, perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak daun kecubung memberikan pengaruh terhadap uji ini, pengaruh semua perlakuan terhadap waktu sadar adalah signifikan satu sama lain.
10
Gambar 2 Grafik waktu sadar ikan mas setelah pemingsanan ( = 15%, =20%, = 25%). Huruf datas balok data menunjukan perbandingan nilai tengah antar perlakuan analisis varian ANOVA Tingkat Kelulusan Hidup (survival rate) Ikan Kelulusan hidup ikan ditentukan setelah ikan mas dibugarkan kembali dalam air dengan bantuan aerator selama beberapa menit. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi uji yang menimbulkan kematian yang tinggi pada ikan uji, mengetahui efektivitas penggunaan esktrak daun kecubung sebagai bahan anestesi, dan konsentrasi yang baik digunakan pada sistem transportasi ikan. Hasil nilai survival rate dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Grafik tingkat kelulusan hidup ikan mas pada waktu anestesi( = 15%, = 20%, = 25%). Huruf datas balok data menunjukan perbandingan nilai tengah antarperlakuan analisis varian ANOVA
11 Gambar 3 menunjukan tingkat kelulusan hidup ikan mas setelah pemberian ekstrak daun kecubung dengan konsentrasi berbeda. Tingkat kelulusan hidup ikan mas dengan pemberian ekstrak pucuk daun. Saponin dapat menghancurkan butir darah merah melalui reaksi hemolisis dan memiliki sifat racun terhadap hewan berdarah dingin (Cheek 2005). Konsentrasi yang semakin tinggi maka kandungan saponin pada ekstrak akan semakin tinggi. Tingkah laku saat diberi ekstrak anestesi adalah ikan akan melakukan gerakan yang berlebihan dan akan mengalami shock yang dapat menimbulkan kematian pada ikan, hal tersebut karena adanya peningkatan asam laktat dalam darah (Pratisari 2010). Berdasarkan hasil uji statistik analisis varian ANOVA pada taraf nyata 0,05, perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak daun kecubung memberikan pengaruh terhadap uji ini, pengaruh semua perlakuan terhadap tingkat kelulusan hidup adalah signifikan satu sama lain, kecuali ekstrak 15% dan 20%. Penelitian Tahap Ketiga Pada tahap ini bahan anestesi yang digunakan adalah ekstrak daun kecubung pucuk 1- 5 dengan konsentrasi 20%. Penggunaan ekstrak 20% karena dapat memingsankan ikan dengan waktu yang lebih cepat dan memiliki nilai kelulusan hidup yang tinggi. Pada tahap ketiga dilakukan perhitungan kualitas air saat perlakuan anestesi dan pengujian glukosa darah setelah anestesi. Pengujian Kualitas Air Pengujian kualitas air dilakukan sebelum dan sesudah proses pemingsanan. Pengujian kualitas air sebelum proses pemingsanan bertujuan mengetahui kelayakan air, sedangkan pengujian kualitas air sesudah pemingsanan bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pemingsan terhadap karakter kimia fisik air. Hasil pengujian kualitas air dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil pengujian kualitas air sebelum dan sesudah proses pemingsanan Perlakuan Parameter uji pH Sebelum Sesudah
7,4 5,3
DO (ppm) 6,3 2,9
TAN (mg/L) 1,4 3,4
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai pH sebelum diberi ekstrak kecubung sebesar 7,4 dan sesudah diberi ekstrak daun kecubung sebesar 5,3. Penurunan nilai pH terjadi karena air yang bercampur dengan karbondioksida yang menghasilkan asam karbonat. Nilai pH air setelah diberi ekstrak daun kecubung tidak dapat digunakan untuk pertumbuhan ikan karena dibawah batas normal pH air Perairan yang baik bagi pertumbuhan ikan yaitu dengan pH 6,5-9. Kandungan oksigen dalam perairan berlawanan dengan kandungan karbondioksida. Saat kandungan oksigen rendah biasanya kandungan karbondioksida tinggi. Kandungan oksigen yang baik untuk budidaya ikan minimal 4 mg/L (Arie 1999). Hasil dissolved oksigen yang didapatkan sesudah diberi ekstrak daun kecubung sebesar 2,9 mg/L. Penurunan ini terjadi karena pemanfaatan oksigen dari ikan mas. Ikan mas yang beradaptasi dengan
12 lingkungan baru yang tidak sesuai sehingga memerlukan kandungan oksigen yang lebih dari lingkungan yang standar. Ikan mas pada lingkungan yang memiliki nilai oksigen 1,0 ppm – 5,0 ppm dapat bertahan hidup tetapi pertumbuhannya terganggu (Swingle (1986) dalam Boyd (1990)). Total amonia air setelah diberi ekstrak daun kecubung sebesar 3,4. Tingginya amonia karena ikan mas yang stress akibat diberi bahan anestesi dan membuang metabolisme yang berlebihan. Ikan mas yang diberi bahan anestesi dengan ekstrak daun kecubung konsentrasi 20% memiliki waktu pingsan sekitar 60 menit. Waktu pemingsanan 60 menit ini membuat ikan mas terus melakukan metabolisme yang menyebabkan naiknya nilai amonia. Tingginya amonia pada air diakibatkan karena pembuangan metabolisme (Wedeyener 1996) Kadar Glukosa Darah Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah ikan mas dengan menggunakan alat indikator glukosa darah. Pengujian kadar glukosa darah dilakukan sebelum ikan pingsan dan setelah ikan pingsan. Hasil uji glukosa darah ikan sebelum diberi bahan anestesi adalah 127 mg/L dan sesudah pemingsanan 262 mg/L. Data ini menunjukan bahwa proses pemingsanan telah menyebabkan ikan stress. Menurut Subandiyono et al. (2003) Tingkat kestressan ikan dapat meningkatkan glukosa darah. Menurut Enriquez et al. (2009), proses perubahan kadar glukosa dimulai dengan informasi yang diterima oleh organ reseptor. Informasi tersebut sampai ke hipotalamus melalui sistem syaraf. Hipotalamus ini memberi informasi kepada sel kromafin untuk menghasilkan hormon katekolamin melalui serabut syaraf simpatik. Enzim-enzim akan aktif karena adanya katekolamin yang terlibat pada katabolisme simpanan glikogen, sehingga kadar glokusa darah meningkat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bahan pemingsan ekstrak daun kecubung menggunakan dua pembedaan letak daun 1-5 dan 6-10 yang memiliki pengaruh yang berbeda dalam penelitian ini. Konsentrasi terbaik yaitu ekstrak daun kecubung 1-5 dengan konsentrasi 20% menunjukan waktu onset selama 61 menit dengan tingkat kelulusan hidup 87%. Waktu onset paling lama ditunjukan oleh ekstrak daun kecubung 6-10 selama 116 menit dengan tingkat kelulusan hidup 97%. Berdasarkan hasil uji statistik, perlakuan perbedaan letak daun dan konsentrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap waktu onset, waktu sadar, dan tingkat kelulusan hidup. Saran Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian uji transportasi dan perlu dilakukan pengujian toksisitas daun, biji, dan bunga kecubung terhadap ikan air tawar lainnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Alabaster JS, Lyod R. 1980. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. London (UK): Biological Sciences Aminah NS. Chairul EW. Lestari. Agustus A. Ahyar. 1999. Senyawa aktif dari buah Lerak (Sapandius rarak De Candole) berpotensi sebagai pembunuh larva dan Nyamuk. Seminar Nasional Kimia Bahan Alam di Jakarta 24-25 September 1999. [APHA] American Public Health Association. 1975. Standar Methods for The Eximination of Water and Wastewater 14th Edition. New York (US): American Public Health Association. Arliansyah. 2009. Perbedaan Pengaruh pemberian propofol dan penthotal terhadap agregasi platelet. [Tesis]. Semarang (ID): Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik Dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Anestesiologi Universitas Diponegoro. Arie U. 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila PT Gift. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Berka R. 1986. The transport of live fish. A Review EIFAC Tech. Pap. FAO (48):52. Cheek PR. 2005. Applied animal nutrition: feeds and feeding thrid edition. Upper Sadle River 3(1): 45-56. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Enriquez RR, Marcel MP, Luis Rafael MP. 2009. Cortisol and glucose: reliable indicators of fish stress. Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2): 158178. Gunn E. 2001. Floundering in the foibes of fish anestesia. Water Science and Technology 15(8):15–21. Habibie. Agung, HA. 2006. Pengujian ekstrak ubi kayu (Manihot esculata) sebagai bahan anestesi pada transportasi udang galah (Macrobrachium rosenbegii) hidup tanpa media air. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna di Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Sarana Wana Jaya. Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. James TH, Coyle SD, Durborow RM. 2004. Anesthetics in aquaculture. SRAC Publication No.3900: 2-4. Kordi KM. Ghufran H. 2011. Budidaya Bawal Air Tawar. Jakarta : @kademia. Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Mckelvey D, Wayne K. 2003. Veterinary anesthesia and analgesia. Amerika: Occation the veterinarian. Nugroho E. Wahyudi NA. 1991. Seleksi Berbagai Ras Ikan Mas Koleksi dari Berbagai Daerah di Indonesia dengan Menggunakan “Skor-Z”. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor. Buletin Penelitian Perikanan Darat. 10(2): 49-53.
14 Subandiyono, Astuti SH, Supriyono E, Mokoginta I. 2003. Respon glukosa darah ikan gurami (Osphronemus gouramy,L\C.) terhadap stres perubahan suhu lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia (2): 73 -77. Suryaningrum ThD, Utomo BSB. 1999. Pengaruh suhu media serbuk gergaji dingin terhadap sintasan udang windu (Penaeus monodon) dalam kemasan kering. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Teknologi Budidaya Laut dan Pantai. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Swingle HS. 1986. Methods of Analysis for Water Organic Matter and Pond Bottom Soils. Used in Fisheries Research. Auburn University, Alabama. Tidwell H. James. Shawn D. Coyle, Robert M. Durborow. 2004. Anesthetics in Aquaculture. SRAC Publication No. 3900.7-11 Vickar M. 2012. Pengaruh cahaya terhadap aktivitas metabolisme ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada simulasi transportasi sistem basah tertutup. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. New York (USA): Aquacultural Enginering. Wright GJ, Hall LW. 1961. Veterinary Anaesthesia and Analogesia. London (UK): Aquacultural Science.
15
LAMPIRAN Lampiran 1 Bobot ikan mas (gram) 190 178 203 165 223 167 183 208 201 199 167 176 189 188 190 200 207 206 167 187
178 188 190 167 203 200 187 189 165 208 178 167 188 198 208 206 201 177 187 199
166 157 188 196 200 203 208 188 176 204 188 176 166 189 207 208 200 210 186 176
166 176 187 201 209 205 199 189 210 200 199 187 210 165 177 201 205 189 190 198
165 178 157 188 198 187 179 186 203 205 177 167 159 200 217 189 198 167 188 198
210 198 188 205 209 199 156 175 187 176 177 174 165 155 176 166 156 156 180 199
16 Lampiran 2 Analisis data dengan One Way ANOVA SPSS 15 Uji ANOVA
Uji Lanjut Tukey
Parameter Nilai Sig. 0 Waktu onset
15 %
20%
a
0
b
0 0 Waktu sadar
c a
0
b
0 0,056 SR
0,036 200
25%
c aa aa b
17
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Agustus 1991 dari ayah bernama Ir. Anwar Sofyan Harahap M.Si dan ibu yang bernama Endang Dwi Astuti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari TK Kuncup Harapan kemudian melanjutkan ke SD Negeri Polisi 4 Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM) di Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjalani pendidikan akademik di Institut Pertanian Bogor penulis pernah mengikuti organisasi Satuan Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila S1 IPB (SAPMA S1 IPB) divisi OKK tahun 2010/2012. Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah Teknologi Industri Tumbuhan Laut periode 2012/2013.