Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides Linn) TERHADAP IKAN MAS ( Cyprinus carpio Linn.) SEBAGAI ORGANISME NON-TARGET
Ida Kinasih, Ateng Supriyatna, dan Roma Nugraha Rusputa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung email:
[email protected] ABSTRAK Daun babadotan (Ageratum conyzoides Linn) mengandung senyawa Pirolizidin alkaloida dengan struktur kimia berupa Lycopsamin dan Echinatin, yang telah dikembangkan sebagai pestisida alami walaupun masih dalam skala terbatas. Kedua senyawa tersebut bersifat toksik terhadap serangga Lepidoptera, larva nyamuk Aedes aegypti dan mampu membasmi hama penggerek pucuk mahoni. Akan tetapi pengaruh senyawa toksik daun A. conyzoides terhadap hewan non-target masih belum banyak diujikan. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji toksisitas ekstrak daun A. conyzoides terhadap organisme non-target yaitu ikan mas (Cyprinus carpio Linn). Metode yang digunakan meliputi dua tahapan yaitu uji pendahuluan, dan uji lanjut. Uji pendahuluan menggunakan konsentrasi berdasarkan seri logaritma yaitu 0,01 mg/L, 0,1 mg/L, 1 mg/L, 10 mg/L, 100 mg/L. Berdasarkan uji pendahuluan, maka pada uji lanjut tentukan 6 konsentrasi termasuk kontrol, yaitu kontrol, 15 mg/L, 22 mg/L, 32 mg/L, 46 mg/L, dan 68 mg/L. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa nilai LC50 dari ekstrak daun A. conyzoides adalah 32, 012 gr/L dan berada pada rentang 29,239-34,984 mg/L. Semakin tinggi konsentrasi yang dilarutkan pada media hidup ikan mas maka tingkat kelulusan hidup ikan mas akan semakin rendah. Kata kunci: Toksisitas, Ageratum conyzoides Linn, Cyprinus carpio Linn, Mortalitas, LC50
organisme lainnya di biosfer. Penggunaan
PENDAHULUAN Penggunaan
pestisida
membawa
pestisida
alami
dipandang
lebih
arif
bencana terhadap kesehatan petani dan
mengingat penggunaan pestisida sintetis
konsumen akibat mengkonsumsi produk
ternyata berdampak buruk antara lain
pertanian
munculnya
yang
mengandung
residu
ketahanan
hama
terhadap
pestisida. Dampak lain yang tidak kalah
pestisida, membengkaknya biaya produksi
pentingnya
untuk membeli pestisida serta timbulnya
adalah
menimbulkan
pencemaran air, tanah dan udara yang
dampak
dapat
terhadap manusia, lingkungan, dan ternak.
mengganggu
sistem
kehidupan
negatif
penggunaan
pestisida
121
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
Pengendalian hama dengan menggunakan
yang mampu mencegah hama mendekati
pestisida alami dapat dijadikan pilihan
tumbuhan
paling murah dan lestari. Pestisida alami
pertumbuhan larva menjadi pupa.
yang bersifat mudah terurai menjadi bahan
(penolak)
dan
penghambat
A. conyzoides mengandung senyawa
tidak berbahaya dan dapat dipergunakan
kimia
sebagai bahan pengusir/ repelen terhadap
Prepocene
serangga
Flavonoid, Polifenol, dan minyak atsiri
dan
hama
menjadikannya
tertentu,
alternatif
dalam
dari
golongan 2,
Precocene
senyawa
1,
Saponin,
(Okunade,2002; Pasaribu, 2009;
Shinta
pengendalian hama lestari yang ramah
dan Widiastuti, 2008). Aktivitas hormon
lingkungan.
antijuvenil dari Precocenes I dan II telah
Babadotan Linn) ternyata
(Ageratum
yang dianggap bermanfaat
conyzoides
sebagai
sebagai
gulma
pestisida
alami. Dengan perkembangan teknologi penggunaan pestisida alami yang aman
dibuktikan pada berbagai serangga yang meliputi
Sitophilus
oryzae,
Thlaspida
japonica, Chinesis leptocarsia (Pasaribu, 2009; Shinta dan Widiastuti, 2008). Ekstrak tumbuhan A. conyzoides juga
dan ramah lingkungan yang berasal dari
menghasilkan
bahan tumbuhan babadotan dapat menjadi
terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus.
pengganti pestisida kimia yang banyak
Di India, bila diterapkan pada larva instar
digunakan oleh petani, sekaligus dapat
keempat dan larva betina dewasa. Pada
mengurangi penggunaan pestisida kimia
larva individu mengalami metamorfosis
yang berlebihan.
memiliki
dini, pertumbuhan yang terhambat, serta
senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
pada nyamuk dewasa mengalami cacat
insektisida dan nematisida. Kandungan
pada otot sayap. Sedangkan pada nyamuk
senyawa bioaktif di antaranya saponin,
betina,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri
produksi telur yang lebih rendah, dan
Babadotan
adanya
efek
yang
kehilangan
signifikan
kesuburan,
122
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
produksi telur yang rusak. Hasil yang
hewan-hewan non target sehingga perlu
serupa
dilakukan
diamati
Anopheles
pada
larva
nyamuk
stephensi
dan
Culex
quinquefasciatus,
mengkonfirmasikan
pengujian
biopestisida
ini
terhadap non hama atau non target. Tujuan dari
penelitian
ini
adalah
menguji
potensi hormon antijuvenil dari tumbuhan
toksisitas ekstrak daun A. conyzoides
Ageratum conyzoides Linn (Ming, 1999).
terhadap organisme non-target (ikan mas).
Penelitian
mengenai
pengaruh
METODE PENELITIAN
pestisida alami terhadap hewan non target masih sedikit dilakukan. Hewan non
Tempat dan Waktu Penelitian
target, seperti ikan kecil, udang juga
Penelitian dilaksanakan di Komplek
memerlukan kondisi yang stabil untuk
Permata Biru Blok R. 127 Rt 03/06 Desa
kelangsungan hidupnya. Penelitian yang
Cinunuk Kecamatan Cileunyi Kabupaten
umum dilakukan pada biopestisida sampai
Bandung. Waktu penelitian kurang lebih
saat
tiga bulan yaitu bulan Nopember 2012
ini
adalah
pengujian
terhadap
organisme penggangu tumbuhan (hama).
hingga bulan Januari 2013.
Dengan asumsi bahwa akan aman untuk Alat dan Bahan lingkungan.
Pestisida
alami
biasanya
bersifat mudah terurai, sehingga tidak
Alat yang digunakan adalah aquarium
mencemari lingkungan dan relatif aman
berukuran 25cm x 25cm x 25 cm, blender,
bagi manusia dan ternak karena residu
neraca analitik, kertas saring, botol air
cepat hilang. Akan tetapi, senyawa aktif
mineral ukuran 1,5 L, gelas ukur (1000
dari biopestisida daun babadotan adalah
ml),
senyawa kimia organik dan terdapat
berukuran 30 cm x 10 cm x 5 cm, ember,
kemungkinan
dapat
saringan ikan, pH meter, thermometer, dan
menggangu keseimbangan habitat dan
mistar. Bahan yang digunakan dalam
senyawa
tersebut
aerator,
stopwatch,
nampan/baki
123
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
penelitian adalah ikan mas (C. carpio),
aklimatisasi hewan uji diberi pakan
daun babadotan (A. conyzoides), aquades,
pelet ikan serta diberi aerasi yang
pelet ikan.
cukup selama 5 hari. Air dalam aquarium diganti setiap 2 hari untuk
Prosedur Kerja
mengurangi endapan yang diakibatkan 1. Pembuatan Ekstrak Daun A. conyzoides Pembuatan ekstrak daun A. conyzoides
dari kotoran ikan mas dan pelet ikan. Pada tahap pengujian dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap I penelitian
adalah sebagai berikut:
pendahuluan yang terdiri dari uji nilai Mengambil daun A. conyzoides kisaran (ambang atas-ambang bawah) yang masih segar sebanyak 100 gr dan uji toksisitas akut. Tahap II yang
sebelumnya
dicuci
terlebih penelitian
dahulu
sampai
bersih,
lanjutan
yaitu
menguji
kemudian toksisitas ekstrak daun A. conyzoides
ditiriskan. Daun kemudian dihaluskan terhadap C. carpio sebagai organisme menggunakan
blender
dengan
menambahkan
aquades
dengan
non-target. Uji
pendahuluan
dilakukan
perbandingan 1:1. untuk menentukan batas kisaran kritis 2.
Tahapan Pengujian Pada Organisme
Non-Target (Ikan mas)
dasar dari penentuan konsentrasi yang
Awal dari pengujian ini yaitu dilakukan
(critical range test) yang menjadi
aklimatisasi
hewan
uji
digunakan dalam uji lanjutan atau uji toksisitas
sesungguhnya,
yaitu
untuk mengkondisikan ikan mas pada
konsentrasi yang dapat menyebabkan
media baru sehingga
hewan uji
kematian terbesar mendekati 50% dan
beradaptasi dengan lingkungan yang
kematian terkecil mendekati 50%
baru
(Koesoemadinata,
terlebih
dahulu.
Selama
1983
dalam
124
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 Rudiyanti,
2009).
ISSN 1979-8911
Hasil
uji
conyzoides
dilakukan
setelah
pendahuluan akan digunakan untuk uji
diaklimatisasi.
lanjut berdasarkan seri logaritma.
dilakukan selama 96 jam, dan
Uji lanjut dilakukan terhadap
Pengujian
dilakukan
pengambilan
data
ekstrak daun A. conyzoides, variasi
setiap
jam.
saat
konsentrasi yang berada pada rentang
pengamatan,
dimana nilai LC50 uji pendahuluan
kematian hewan uji, sedangkan
berada
lanjut
pengambilan data suhu dan pH
dilakukan dengan waktu pengamatan
dilakukan setiap 24 jam sekali.
96 jam. Uji lanjut dilakukan dengan
Sebagai data tambahan dilakukan
tahapan sebagai berikut:
pembedahan pada ikan untuk
a. Uji lanjut dilakukan terhadap C.
mengetahui
didalamnya.
carpio
Uji
sebanyak 6
perlakuan
6
Pada
mencatat
perubahan
Persentase
kali pengulangan. Setiap ulangan
dari (Effendie, 2003):
kematian
𝑁𝑡
digunakan
𝑁𝑜
berasal
dari
uji
diperoleh
SR=
terdapat sebanyak 5 hewan uji. yang
pada
sistem pencernaannya.
termasuk kontrol dan dilakukan 6
Konsentrasi
data
𝑥 100%
pendahuluan
dengan mengambil nilai ambang
Keterangan:
atas dan ambang bawah dan
hidup hewan Uji (%).
penentuan nilai untuk uji lanjut. Masing-masing media uji diberi
SR = Kelangsungan
Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor).
aerator sebagai supply oksigen selama percobaan berlangsung. Pengujian
ekstrak
daun
A.
No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
125
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
b. Nilai LC50 ditentukan dengan
pada konsentrasi 100 mg/L (ambang atas)
analisis probit 5% menggunakan
sedangkan pada konsentrasi 10 mg/L
SPSS. Hasil uji dapat diterima
semua hewan uji masih hidup selama
apabila 90% hewan uji pada
waktu dedah 48 jam (ambang bawah).
kontrol
Berdasarkan
masih
di
akhir
hidup.
pengamatan
Apabila
hasil
uji
pendahuluan,
yang
ditentukan lima konsentrasi media uji
bertahan hidup lebih kecil dari
untuk uji sesungguhnya yakni 0 mg/L
90% maka uji harus diulang.
(Kontrol), 15 mg/L, 22 mg/L, 32 mg/L, 46 mg/L, dan 68 mg/L.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan tentang uji toksisitas ekstrak daun A. conyzoides terhadap C. carpio sebagai organisme non target menunjukan bahwa
semua
hewan
uji
mengalami
Kelulusan hidup ikan mas (%)
mortalitas selama waktu dedah 24 jam
Hasil uji lanjut yang telah dilakukan dapat dilihat kelulusan hidup ikan mas pada berbagai konsentrasi ekstrak daun A. conyzoides yang diberikan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun A. conyzoides yang diujikan, semakin rendah kelulusan hidup C. carpio tersebut (Gambar 1).
100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
0
15 22 32 Konsentrasi A. conyzoides Linn (mg/L)
46
68
Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak daun A. conyzoides terhadap kelulusan hidup C. carpio 126
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
Dalam
uji
lanjut
mengenai
ISSN 1979-8911
uji
bahwa nilai LC50 pada uji lanjut adalah
toksisitas ekstrak daun A. conyzoides
32,012 mg/L, hal ini berarti ekstrak daun
terhadap C. carpio, diketahui bahwa
babadotan termasuk ke dalam toksik
ekstrak daun A. conyzoides dengan rentang
sedang. Kriteria ini berdasarkan kategori
konsentrasi 29,239 – 34,984 mg/L dapat
yang
mengakibatkan kematian 50% populasi C.
(Environmental Protection Agency) (Tabel
carpio. Hasil analisa probit menunjukan
1).
telah
ditentukan
oleh
EPA
Tabel 1. Kriteria tingkatan nilai toksisitas LC50-96 jam pada lingkungan perairan No 1 2 3 4
Kategori
Satuan > 100 mg/L 10-100 mg/L 1-10 mg/L < 1 mg/L
Rendah Sedang Tinggi Sangat Toksik
Sumber: EPA, 1999 dalam Rossiana, 2006
Persentase kelulusan hidup C. carpio
hidupnya. Akibatnya C. carpio tidak
terendah berada pada konsentrasi 68 mg/L
mampu
dengan angka kelulusan hidup sebesar
ditimbulkan dari ekstrak daun babadotan
16,7%, itu berarti dibawah angka 50%
yang terdapat dalam media uji.
kelulusan hidup, kemudian diikuti dengan uji dengan konsentrasi 46 mg/L dan 32 mg/L dengan angka kelulusan hidup sebesar
23,3%,
43,3%
Penurunan
kelulusan
diakibatkan
karena
(Gambar hidup
2).
tersebut
ketidakmampuan
adaptasi C. carpio terhadap ekstrak daun babadotan yang diberikan dalam media
menetralisir
pengaruh
yang
Penelitian lain menyebutkan bahwa tumbuhan A. conyzoides memiliki sifat toksik terhadap hama gudang Sitophilus zeamais dengan nilai LD50 sebesar 0,09% (v/w) dalam waktu 24 jam (Bouda et al., 2001).
Senyawa
terkandung
dalam
coumarin A.
yang
conyzoides
berpotensi sebagai insektisida melawan 127
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
dengan nilai LD50 2,72 - 39,71 mg/g
Rhyzopertha dominica dan S. zeamais
(Moreira et al., 2007).
Persentase kelulusan hidup ikan mas (%)
hama gudang Oryzaephilus surinamensis,
100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
68 mg/L 46 mg/L 32 mg/L 22 mg/L 15 mg/L kontrol 0
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
Waktu (jam)
Gambar 2. Presentase kelulusan hidup C. carpio setelah diuji dengan ekstrak daun A. conyzoides
Pengamatan secara visual penelitian,
C.
carpio
selama
mengalami
tidak teramati pada kontrol. Saponin merupakan
racun
bagi
organisme
perubahan tingkah laku, seperti pola
poikiloterm karena dapat menghemolisis
renang ikan mas yang tidak teratur,
sel
melonjak-lonjak ke permukaan air, pola
Hemolisis sel darah merah diduga terjadi
renang yang cenderung miring (ke kiri atau
di insang yang berakibat pada kelumpuhan
kekanan),
sistem saraf pusat, sehingga ikan mas tidak
kemungkinan
besar
darah
merah
bernafas
dan
(Susanto,
berakibat
2008).
penyebabnya adalah toksik dari ekstrak
dapat
pada
daun A. conyzoides. Perubahan tingkah
kematiannya. Hal ini diperlihatkan dengan
laku pada ikan mas diduga karena adanya
jelas oleh ikan mas melalui kegiatan yang
pengaruh pemberian ekstrak daun A.
paling menonjol dilakukan oleh ikan uji
conyzoides yang mengandung senyawa
tersebut, yaitu tingginya frekuensi muncul
saponin. Perubahan tingkah laku dimaksud
ke permukaan air sebagai upaya untuk 128
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 menghirup
atau
Pada saluran pernafasan pestisida
berenang diatas permukaan air). Rudiyanti,
dapat menyebabkan kerusakan pada bagian
et.,al (2009) menyatakan bahwa ikan yang
insang dan organ-organ yang berhubungan
terkena racun dapat diketahui dengan
dengan insang. Masuknya pestisida ke
gerakan yang hiperaktif, lebih sering
dalam insang melalui kontak langsung,
berada
menggelepar,
karena letaknya di luar. Hal ini dijelaskan
lumpuh sehingga kemampuan ikan untuk
oleh Kusriani et al., (2012), pengaruh zat
beradaptasi
toksik
di
udara
(loncat-loncat
ISSN 1979-8911
permukaan,
semakin
berkurang
dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Pestisida yang masuk dalam tubuh organisme akan mengalami proses-proses yang
sama
Proses-proses
dengan
benda-benda
tersebut
yaitu
asing.
absorpsi,
distribusi, dan akumulasi. Pestisida masuk
terhadap
morfologi
insang
ikan
menyebabkan
berubah
dan
tidak
menyebabkan kematian dalam periode pendek. Selain itu, zat toksik dapat merusak fungsi respirasi dari insang sehingga
proses
metabolisme
tubuh
terganggu.
dalam tubuh ikan dapat melalui saluran
Penyebab kematian ikan adalah
pencernaan, saluran pernafasan dan kulit.
diduga karena kerusakan ephitelium insang
Pada saluran pencernaan, pestisida yang ada
dan akibat penyumbatan saluran-saluran
dalam usus akan mengalami proses absorpsi dan distribusi, dengan adanya proses ini mengakibatkan kerusakan pada jaringan ikan. Proses distribusi terjadi dimana pestisida yang ada di usus dibawa oleh peredaran darah vena portal hepatis menuju ke hepar. Di hepar akan terjadi detoksikasi dan akumulasi racun
branchiola
sehingga
pertukaran
gas
terganggu dan ikan mati lemas. Rudiyanti et al., (2009) menyatakan kerusakan insang dapat berupa penebalan lamella, degradasi sel atau bahkan kerusakan dan kematian jaringan pada insang. Selain itu, kematian ikan uji tersebut disebabkan
(Rudiyanti et al., 2009).
karena
zat
toksikan
(ekstrak
daun 129
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
babadotan) yang terserap ke dalam tubuh
aktifitas, seperti berenang, pertumbuhan,
ikan berinteraksi dengan membran sel dan
reproduksi dan sebagainya. Oleh karena
enzim.
itu, kekurangan oksigen dalam tubuh ikan Dugaan penyebab lainnya adalah
ketersediaan ekstrak
oksigen
daun
konsentrasi
tinggi
terlarut,
babadotan akan
dimana
dapat
kehidupan
ikan
termasuk metabolisme ikan.
dengan
menghambat
mengganggu
Pada saluran pencernaan ikan mas mengalami
akumulasi
yang
masuknya oksigen dari udara ke dalam
berasal
larutan uji, sehingga ikan mas tersebut
walaupun hanya sedikit, pada makanan
lama
yang
kelamaan
kehabisan
oksigen.
dari ekstrak
pestisida
dimakan
daun babadotan
mengalami
perubahan
Kusriani et al., (2012) mengatakan bahwa
warna menjadi kehijauan. Selain itu pada
konsentrasi oksigen terlarut tergantung
insang bagian dalam yang berhubungan
pada tingkat kejenuhan air itu sendiri,
langsung dengan kerongkongan terdapat
kejenuhan air dapat disebabkan oleh
lendir
koloid yang melayang di air maupun
bercampur
jumlah larutan pestisida yang terlarut di
Dibawah ini merupakan gambar bagian
air. Biota air membutuhkan oksigen untuk
dalam dari ikan mas yang telah mengalami
pembakaran (makanan), untuk melakukan
akumulasi pestisida daun babadotan.
yang
menumpuk
dengan
yang
pestisida
telah
tersebut.
Gambar 3. Bagian dalam ikan mas yang telah mengalami akumulasi pestisida daun babadotan 68 mg/L (Pembesaran 10x). Ket: A (Insang), B (Kantung udara), C (Kantung empedu), D (Hati), E (Usus) 130
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
Hasil
pengamatan
ISSN 1979-8911
menunjukan
dapat mematikan C. carpio sebesar 32,012
adanya bintik-bintik pada bagian yang
mg/L. dan berada pada rentang 29,239-
ditunjukan oleh A. Bintik-bintik tersebut
34,984 mg/L. Semakin tinggi konsentrasi
terlihat berupa lendir yang bercampur
yang dilarutkan pada media hidup ikan
dengan toksikan yang berasal dari daun
mas maka tingkat kelulusan hidup ikan
babadotan.
mas
Selain
itu
pada
saluran
akan
semakin
rendah.
Perlu
pencernaan/usus (E) tidak normal karena
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
pada saluran ini makanan yang dimakan
melihat
oleh ikan mas berwarna kehijauan. Warna
menyebabkan toksik pada C. carpio serta
tersebut diduga diakibatkan karena ikan
pengaruh fisiologi dan sistem reproduksi
berada
dari C. carpio.
pada
lingkungan
yang
telah
senyawa
apa
yang
dapat
diberikan zat toksikan yang berasal dari daun babadotan. Pada bagian kantung empedu dan hati tidak terlihat adanya perubahan
yang
konsisten
Daftar Pustaka
yang
Bouda, H., Tapondjou, L.A., Fontem,
diakibatkan oleh pemberian ekstrak daun
D.A., Gumedzoe, M.Y.D. 2001.
babadotan.
Effect of essential oils from leaves of Ageratum
conyzoides,
Lantana
camara, and Chromolaena odorata KESIMPULAN
on
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
dapat
disimpulkan
bahwa
ekstrak daun A. conyzoides memiliki sifat toksik terhadap C. carpio. Nilai LC50 yang
the
mortality
of
Sitophilus
zeamais (Coleoptera, Curculionidae). J. stored Prod. Res., 37 (2):103-109. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan 131
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2
ISSN 1979-8911
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Jogjakarta
Products. Pesq. agropec. bras., Brasilia, V.42, n. 7., p.909-915.
Kusriani, Widjanarko, Rohmawati. 2012.
Okunade,
A.
L.
2002.
Uji Pengaruh Sublethal Pestisida
conyzoides
Diazinon 60 EC terhadap Rasio
Fitoterapia. Vol. 73(1):1-16.
Konversi
Pakan
(FCR)
dan
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio
L.).
Jurnal
Penelitian
Perikanan 1(1) (2012) 36-42
A
Tropical
Medicinal
Source
and
of
Agricultural
Products. J. Janick (ed.), ASHS Press, Alexandria, VA.
L.C de Almeida, Guedes, R.N.C, de Campos, M. R., Silva, G. A. and J.
C.
2007.
Pasaribu, 2009. The Bioactivity test On Secondary Metabolits Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Leaves.
Rudiyanti, Ekasari, Diana, 2009. Growth And Survival Rate Of Cyprinus carpio Linn Juvenile On Different Concentration
Of
Regent
0.3g
Pesticide. Journal of Aquacultur
Moreira, M.D., Picanco, M.C., Barbosa,
Martins,
(Asteraceae).
Journal of Chemistry Vol. 6, No. 2.
Ming, Chau. 1999. Ageratum conyzoides Linn
L.
Ageratum
Plant
Compounds Insecticide Activity Against Coleoptera Pests of Stored
Science Vol. 5, No. 1, 39 – 47. Shinta dan Widiastuti, 2008. Uji Efikasi Ekstrak Daun Babadotan Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Lalat Rumah
(Musa
Laboratorium.
domestica) Hasil
di
Penelitian,
007, No. 02, Des: 7-10.
132