2015 ANALISIS PENGGUNAAN MAJAS DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI WANOJA 1 KABUPATEN BREBES ANALYSIS OF THE USES OF FIGURE OF SPEECH AMONG NARRATIVE WRITING IN FIFTH GRADE SD NEGERI WANOJA 1 KABUPATEN BREBES Teguh Iman Santoso S1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia,
[email protected] Aan Kusdiana Rustono WS ABSTRAK Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa. Sehingga pada pelaksananaannya, keterampilan menulis mendapatkan porsi khusus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Salah satu keterampilan menulis tersebut adalah menulis karangan narasi. Karangan narasi merupakan bentuk wacana yang berusaha memaparkan suatu peristiwa berdasarkan waktu sehingga ketika membaca karangan narasi, pembaca diajak merasakan peristiwa yang ada pada karangan narasi. Oleh sebab itu, tidak dipungkiri bahwa dalam karangan narasi ditemukannya majas. Majas dalam karangan narasi sendiri merupakan bahasa kias yang mewakili perasaan penulisnya. Guna mengetahui perbendaharaan majas penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model analisis konten. Berdasarkan hasil analisis terhadap 24 karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1, ditemukan majas yang sering digunakan adalah hiperbola sebanyak 12 buah, ekslamasio sebanyak 5 buah, koreksio sebanyak 4 buah, polsidenton sebanyak 3 buah, antithesis sebanyak 2 buah, dan sisanya berupa majas sinekdoke (totum pro parte dan pars pro toto), klimaks, depersonifikasi, pleonasme serta asidenton sebanyak 1 buah. Kata Kunci: Majas, Karangan, Siswa SD, Narasi.
9
2015 ABSTRACT Writing is one type of language skills. So that in practice, writing skills gets a special portion of the Education Unit Level Curriculum. One kind of the writing skills is to write a narrative writing. Narrative writing is a form of discourse that describe an event based on time so that when reading the narrative writing, the reader is invited to feels the existing events in the narrative writing. Therefore, there is no doubt that in the narrative writing seek so much figure of speeches. Figure of speech in a narrative writing itself is a language of metaphors which represent the feelings of the author. In order to know the treasury of this figure of speech study using qualitative research method with content analysis model. Based on the analysis of 24 narrative writing of fifth grade students in SD Negeri Wanoja 1, discovered the figure of speech is often used are hyperbole as many as 12 pieces, exlamasio of 5 pieces, correctio of 4 pieces, 3 pieces polsidenton, antithesis as much as two pieces, and the rest of the figure of speech sinecdoce (totum pro parte and pars pro toto), climax, depersonifikasi, redundancy, and asidenton many as 1 piece. Keywords: figure of speech, writing, elementary student, narrative.
Kemampuan seseorang dalam berbahasa salah satunya dapat diukur dengan menilai keterampilannya dalam menggunakan bahasa itu. Semakin baik keterampilan berbahasanya, semakin baik kemampuan berbahasa yang sejalan dengan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan baik, benar, dan berterima. Keterampilan berbahasa terdiri empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis sebagaimana yang dikemukan oleh Tarigan (1981, hlm. 1) sebagai berikut Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: a) keterampilan menyimak (listening skill); b) keterampilan berbicara (speaking skill); c) keterampilan membaca (reading skill); dan d) keterampilan menulis (writing skill). Setiap keterampilan berbahasa ini memiliki hubungan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Misalnya saja keterampilan menyimak dengan berbicara, tanpa ada yang berbicara, kegiatan menyimak tidak akan terjadi. Hubungan keterampilan membaca dengan menulis, dengan membaca terlebih dahulu keterampilan kita dalam menulis akan lebih mantap. Begitu pula sebaliknya, tanpa adanya kegiatan menulis, keterampilan membaca tidak akan terasah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang memiliki peran penting, dalam perkembangan emosional, sosial dan intelektual. Dalam aspek emosional, Bahasa Indonesia merupakan sarana dan bentuk seseorang untuk mengekspresikan jiwa dalam mengungkapan suatu kehendak
10
2015 batin dari seorang tersebut. Ditinjau dari perkembangan sosial, Bahasa Indonesia merupakan sarana dalam interaksi sosial, hal ini dijelaskan bahwa dalam melakukan interaksi sosial antara satu individu dengan individu yang lain selalu menggunakan bahasa, untuk seseorang yang tinggal di Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia merupakan sarana seseorang dalam melakukan interaksi sosial dalam lingkup masyarakat Indonesia. Berdasarkan telaah intelektual, Bahasa Indonesia menjembatani setiap pemikiran-pemikiran individu guna menyampaikan informasi kepada individu yang lain. Mengingat dalam penyampaian informasi tersebut individu menggunakan dua jenis bahasa, yaitu bahasa tulis maupun bahas lisan. Oleh sebab itu, intisari dari pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki fungsi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara baik dan benar, dan berterima baik secara lisan maupun tulis. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia menurut Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP, 2006) melingkupi beberapa aspek keterampilan bahasa diantaranya, membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis. Aspekaspek ini tercermin dalam empat Standar Kompetensi dalam KTSP, yaitu aspek membaca, aspek menulis, aspek berbicara dan aspek mendengarkan. Aspek membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam kemampuan membaca terdapat dalam tulisan. Selanjutnya aspek menulis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam menuangkan gagasan siswa ke dalam tulisan. Berikutnya aspek berbicara merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam memenuhi keterampilan berbicara, baik berbicara secara antar individu (peer to peer), maupun di depan khalayak umum (public speaker’s). dan yang terakhir aspek mendengarkan, merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam menyimak segala informasi yang disampaikan oleh orang lain kepadanya. Berikut ini adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V yang bersangkutan (KTSP, 2006). Standar Kompetensi : Menulis 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis. Kompetensi Dasar : 4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V, proses pembelajaran bahasa yang dilakukan oleh siswa melalui menulis karangan narasi didasarkan pengalaman pribadi maka penggunaan karangan Narasi sebagai proses pembelajaran sangatlah tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (2010, hlm. 136) yang menjelaskan bahwa karangan narasi adalah “suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi”. Pendapat di atas sesuai dengan Standar kompetensi pembelajaran bahasa yaitu kemampuan menulis sebuah gagasan dan informasi yang dialami siswa berdasarkan urutan
11
2015 waktu sejalan dengan uraian diatas, dalam penulisan karangan narasi sebagai sebuah wacana yang menjelaskan suatu peristiwa memiliki kekhasan dalam penulisannya terdapat kalimat kias. Majas adalah salah satu cara mengungkapkan pikiran secara khas yang menggambarkan jiwa dan pikiran penuturnya, baik secara tertulis maupun lisan. Sebagai salah satu bentuk ekspresi bahasa, majas memiliki berbagai jenis sesuai tujuan, isi, dan kondisi komunikasi. Umumnya, majas diajarkan dengan memberikan contoh kalimat, dan siswa pun lebih terbiasa membuat satu kalimat berisi majas tertentu. Namun demikian, sebenarnya majas sebagai bentuk ekspresi bahasa pasti ada dalam interaksi selama ini, baik disadari maupun tidak disadari oleh siswa. Misalnya jika ada siswa berbicara, “Ibunya Jihan cantik, seperti bidadari.”. Semua tuturan ini secara sekilas saja terdengar memiliki majas di dalamnya. Jika demikian, tentu dalam bahasa tulis pun siswa dapat mengungkapkan majas, khususnya dalam bentuk karangan. Pembelajaran menulis di SD umumnya menggunakan karangan narasi. Karangan ini lebih mudah dibaca dan dibuat oleh siswa karena memiliki alur dan konten yang dekat dengan siswa sendiri. Bahkan, karangan narasi memiliki potensi lebih banyak mengandung majas- majas di dalamnya. Namun demikian, setiap siswa memiliki keunikan masing- masing dalam membuat karangan narasi. Keunikan ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, perkembangan bahasa, dan lingkungan sosial. Sehingga dalam proses pembelajaran menulis karangan, khususnya karangan narasi guru seyogianya menelaah dan memberi penlilaian terhadapn struktur dan bentuk majas yang merupakan keunikan dalam penuturan siswa dalam menceritakan suatu peristiwa. Sehingga dalam pemebelajaran Bahasa Indonesia terpenuhi seluruh proses perkembangan sosial, emosional dan intelektual siswa. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran menulis karangan guru perlu mengkaji dalam penilaian majas. Selain pentingnya penilaian karangan melalui majas yang digunakan, penulisan karangan dengan menggunakan majas dapat meningkatkan dan mengasah kemampuan siswa dalam mengapresiasi dan berkreasi berkenaan dengan bahasa dan sastra Indonesia. Sehingga diharapkan ke depannya, setelah siswa dapat mengapresiasi bahasa dan sastra Indonesia, siswa akan lebih memiliki rasa bangga dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Berdasarkan studi pendahuluan menyatakan bahwa siswa kelas V di SD Negeri Wanoja 1 pernah melakukan pembelajaran terkait karangan narasi dan penggunaan majas. Kemudian, guru kelas V mengungkapkan bahwa terkait pembelajaran karangan narasi dan pembentukan majas sudah pernah disampaikan kepada siswanya. Namun, dalam proses penilaian guru hanya melakukan analisis terhadap struktur karangan narasi saja. Analisis penilaian penggunaan majas dalam karangan narasi siswa belum pernah dilakukan oleh guru. Maka dari itu fokus penelitian ini mengkaji tentang penggunaan majas dalam karangan narasi yang ditulis oleh siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1. Sehingga berdasarkan studi pendahuluan, dikhawatirkan siswa tidak mendapatkan porsi yang tepat dalam evaluasi menyeluruh terhadap karangan. Guru perlu memperhatikan penguasaan majas dan mempertimbangkan berbagai unsur lain dalam karangan narasi siswa untuk menentukan proses dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Mengingat majas merupakan salah satu materi
12
2015 pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, tentu akan leb ih mudah diajarkan dan dievaluasi dari karangan narasi siswa. Namun, guru perlu mengetahui kemampuan siswa kaitannya dengan penguasaan dan penggunaan majas dalam karangan narasi. Dengan pencapaian tertentu tingkat perkembangan bahasa siswa, tentu perlu ada deskripsi dan gambaran mengenai kekayaan atau perbendaharaan majas yang digunakan, majas apa saja yang umumnya dikuasai siswa, serta ketepatan penggunaan majas dalam karangan narasi. Oleh karena itu, perlu ada suatu penelitian yang menggambarkan penggunaan majas dalam bentuk karangan narasi siswa SD. Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang terdapat pada latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan tersebut kedalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yaitu (1) Bagaimana jenis majas yang digunakan dalam karangan narasi karya siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 tahun ajaran 2014/2015?; (2) Bagaimana perbendaharaan majas pada karangan narasi karya siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 tahun ajaran 2014/2015?. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis dan mendeskripsikan jenis majas yang digunakan dalam karangan narasi karya siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 tahun ajaran 2014/2015; (2) Menganalisis dan mendeskripsikan kuantitas penggunaan majas pada karangan narasi karya siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 tahun ajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan serangkaian teknik yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan atau mendeskripsikan hasil analisis terhadap suatu kejadian atau peristiwa secara alamiah yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini selanjutnya akan mendeskripsikan hasil analisis data sesuai dengan situasi dan kondisi sebenarnya. Analisis data dilakukan untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan atas suatu fenomena yang terjadi. Metode penelitian kualitatif bukan untuk menggeneralisasi hasil penelitian terhadap suatu populasi, tapi untuk menganalisis dan menggambarkan seluk beluk fenomena tertentu yang terjadi di suatu tempat penelitian. Masalah aktual yang diangkat dalam penelitian ini adalah penggunaan majas dalam karangan narasi siswa di kelas V SD Negeri Wanoja 1. Sesuai dengan rumusan masalah di Bab I, maka fokus penelitian ini adalah jenis, penguasaan, dan penggunaan majas dalam karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1. Sehingga, masalah yang akan diteliti me merlukan penelitian terhadap dokumentasi data tertulis berupa karangan narasi hasil karya siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1. Penelitian ini disusun dan dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif berdasarkan pedoman analisis melalui pendekatan kualitatif. Kirk dan Miller dalam Moleong (2007, hlm. 4) mendefinisikan bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”. Moleong (2007, hlm. 6) menegaskan bahwa:
13
2015
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Berdasarkan dua kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui bahkan memahami peristiwa yang terjadi di semesta alam baik makhluk hidup maupun benda mati dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks tertentu dan menggunakan metode alamiah. Penelitian kualitatif dilakukan pada latar alamiah, sesuai dengan pendapat Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2012, hlm. 8) yang menyebutkan “Karena antologi ilmiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya”. Maka dari itu, penelitian kualitatif merupakan deskripsi dari hasil pengamatan yang didasari pembuktian lebih riil dalam kenyataannya dari pemikiran. Deskriptif dalam penelitian kualitatif maksudnya mendeskripsikan apa yang dirasakan oleh peneliti ketika melakukan penelitian. Menurut Moleong (2012, hlm. 11), bahwa deskripsi dalam penelitian kualitatif, yaitu “Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya”. Sehingga dalam penelitian ini peneliti melakukan deskripsi terhadap hasil analisis penggunaan majas dalam dokumen pribadi berupa karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1. Desain penelitian merupakan rancangan alur kerja penelitian ya ng digunakan untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang diteliti. Oleh sebab itu, peneliti menyusun rancangan alur penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Studi pendahuluan merupakan langkah awal dalam penelitian, dalam memilih masalah terdapat poin penting diantaranya: apa yang diteliti; dan mengapa harus diteliti. Studi pendahuluan merupakan sebagai informasi awal terkait permalasahan yang akan diteliti. Apakah sudah ada peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap masalah yang akan di teliti saat ini, atau para peneliti sebelumnya masih mempermasalahkan terkait masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Merumuskan masalah. Tahapan menentukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab seputar mengenai permasalahan yang akan diteliti, setelah pertanyaan-pertanyaan (rumusan masalah) telah ditentukan selanjutnya memilih pendekatan yang digunakan untuk membedah setiap temuan yang didapatkan di lapangan. Memilih pendekatan. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualititif merupakan pendekatan yang digunakan guna memahami suatu proses dari fenomena yang dialami oleh subyek penelitian, dimana subjek penelitian fenomena yang diteliti sendiri adalah kemampuan menggunakan majas yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar.
14
2015 Pendapat penulis sejalan dengan pendapat dari Moleong (2012, hlm. 6) berpendapat bahwa (pendekatan) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll”. Menentukan sumber data. Pada tahap pengumpulan sumber data peneliti mengambil tiga metode yaitu observasi dan dokumentasi. Obervasi disini merupakan pengamatan secara langsung apa yang dilakukan siswa ketika siswa membuat karangan Narasi. Dokumentasi adalah hasil dari karya siswa berupa karangan narasi. Analisis data merupakan tahapan dimana data yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi diolah dengan menggunakan metode analisis data studi dokumentasi. Mendeskripsikan hasil analisis adalah tahapan akhir dari alur penelitian. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan hasil analisis dan temuan dari setiap data yang didapatkan oleh peneliti berdasarkan langkah- langkah sebelumnya, sehingga didapatkan sebuah laporan penelitian dan jawaban yang diharapkan dan sesuai dengan masalah penelitian. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1, yang terdiri 12 orang siswa, yaitu 9 siswa laki- laki dan 3 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wanoja 1 yang beralamat di Dusun Kandayakan RT/RW 02/01 Desa Wanoja, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Tempat penelitian ini dipilih oleh peneliti karena beberapa pertimbangan, yaitu diantaranya: a. Sekolah ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006. Oleh karena itu, siswa sudah mempelajari tentang majas di kelas IV. Dengan demikian, siswa sudah menguasai beberapa majas dan penggunaannya dalam beberapa contoh kalimat. b. Kelas V di sekolah ini sedang mempelajari materi menulis karangan narasi. Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh data karangan narasi siswa saat pembelajaran berlangsung. c. Guru kelas V di sekolah ini belum pernah menganalisis penggunaan majas dalam karangan narasi siswa. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1. Siswa kelas V tersebut diminta data berupa karangan narasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data, terutama tentang pola pikir siswa dalam mencurahkan pengalaman mereka dengan menggunakan majas dalam bentuk karangan narasi. Mengingat metode penelitian yang digunakan peneliti merupakan penelitian kualitatif, maka intrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2012, hlm. 168) “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia merupakan sekaligus perencana, pelaksana pengumpul data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah melalui menggunakan lembar observasi dengan menggunakan kalimat perintah. Adapun kalimat perintah yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: “Ceritakan pengalaman menarik kalian dalam bentuk Tulisan Karangan Narasi” Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai nonparticipant observer atau observer nonpartisipan (Creswell, 2009). Observer nonpartisipan ini adalah
15
2015 pengamat yang mengunjungi tempat penelitian dan membuat catatan tanpa terlibat dalam kegiatan partisipan. Observer ini merupakan orang luar yang duduk di luar atau di tempat yang strategis untuk melihat dan merekam fenomena yang terjadi (belakang ruang kelas). Observer nonpartisipan membuat individu di lokasi penelitian merasa lebih nyaman, karena observer tidak terlalu banyak ikut campur dalam aktivitas mereka di kelas. Proses observasi dalam penelitian kali ini dilaksanakan sebanyak tiga kali. Dimana pelaksanaan observasi ini dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2015, 13 Mei 2015, dan 15 Mei 2015. Observasi ini dilakukan peneliti dalam rangka menugasi siswa SD Negeri Wanoja 1 untuk membuat karangan narasi. Adapun aktivitas yang dilaksanakan dalam proses observasi pertama hingga ketiga adalah memerintahkan siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 untuk membuat karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi. Informasi berharga dari sebuah penelitian adalah sebuah dokumen yang bisa terdiri dari catatan pribadi atau milik publik sehingga dapat dikatakan bahwa peneliti kualitatif mendapat tempat dalam sebuah penelitian, misalnya koran, seminar, jurnal atau surat-surat. Sumber dokumen menyediakan informasi berharga agar peneliti mendapatkan fenomena sentral dalam penelitian kualitatif. Dokumen merepresentasikan sebuah sumber yang baik dari kumpulan data untuk penelitian kualitatif, siap dianalisis tanpa perlu ditranskripsikan, seperti observasi atau hasil wawancara. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan observasi partisipasi. Dokumentasi yang diambil berupa dokumen pribadi siswa. Moleong (2012 hlm. 217) memberikan penjelasan bahwa “Dokumen Pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindankan, pengalaman, dan kepercayaannya.” sehingga, bentuk dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk dokumen pribadi yang dimana pengumpulannya dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil karya siswa berupa karangan narasi. Peneliti akan menganalisis Majas yang terdapat dalam karya siswa berupa karangan narasi sesuai dengan tujuan penelitian ini. Dalam pengumpulan data kualitatif, seorang peneliti mencari gambaran yang luas tentang sebuah fenomena. Partisipan mungkin akan diminta untuk menceritakan beberapa detail pengalaman hidup mereka selama beberapa waktu. Hal ini memunculkan kemungkinan timbul masalah etika, maka peneliti perlu mengantisipasi dengan mempelajari panduan penelitian kualitatif, mengidentifikasi masalah yang biasa timbul (Creswell, 2009). Dengan demikian, peneliti perlu memastikan atau meminimalisir kemungkinan masalah etis yang muncul dalam penelitian, sehingga proses dan hasil penelitian ini tidak terganggu dan tidak mengurangi keabsahan data yang diperoleh. Berikut ini beberapa masalah etika yang mungkin timbul dan solusi untuk mengurangi masalah etis dalam penelitian ini, yaitu diantaranya: 1. Pada pengumpulan data dan analisis data, peneliti membutuhkan dokumen siswa berupa karangan narasi yang tentunya bersifat pribadi, hanya dapat diambil dengan seizin siswa dan guru. Untuk mengantisipasinya, peneliti meminta izin kepada guru untuk memperoleh data berupa dokumentasi dan observasi. Selain itu, untuk data berupa dokumentasi karangan narasi hasil
16
2015 karya siswa, siswa diminta kesediaannya untuk menyerahkan hasil karangan siswa kepada peneliti untuk dianalisis. Jika perlu, siswa yang ingin namanya tidak disebutkan dalam penelitian ini akan di-anonim-kan, dan setiap dokumen karangan narasi hasil karya siswa diberikan kode tertentu untuk menggantikan identitas asli siswa. 2. Ada kemungkinan ketika pengumpulan data, siswa menulis karangan narasi karena terpengaruh oleh teman-temannya. Hal ini tentu mengurangi orisinalitas tulisan siswa dalam dokumen karangan narasi. Untuk mengantisipasinya, peneliti perlu mengobservasi kegiatan di dalam kelas ketika siswa menulis karangan narasi dan memastikan siswa menulis karangan sendiri dan meminimalisir pengaruh teman-temannya saat menulis karangan narasi. 3. Pada saat observasi, keberadaan peneliti akan mengganggu proses pembuatan karangan narasi siswa, sehingga perlu disiasati dengan meminta izin kepada guru agar peneliti dapat mengobservasi kegiatan siswa di dalam kelas ketika menulis karangan narasi, tanpa mengganggu kegiatan siswa dan guru di dalam kelas. Oleh karena itu, observer bertindak sebagai observer nonpartisipan untuk mengurangi kemungkinan terganggungnya aktivitas siswa ketika menulis karangan narasi. PEMBAHASAN Penelitian mendapatkan data sebanyak 34 buah. Namun ada beberapa data yang tidak memenuhi kriteria sebagai karangan narasi. Mengingat yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah penggunaan majas dalam karangan narasi. Sehingga sebelum melakukan analisis terhadap majas, peneliti menganalisis karangan narasi terlebih dahulu. Apakah setiap data yang didapat memiliki karakteristik sebagai karangan narasi atau tidak. Oleh sebab itu, untuk bebrapa data yang tidak memenuhi kriteria sebuah karangan narasi didiskualifikasi sebagai data resmi dalam penelitian ini. Sebagaimana diketahui bahwa dalam karangaan narasi terdapat kriteria yang harus dipenuhi, hal tersebut sejalan dengan struktur dan ciri karangan narasi pada kajian teori bahwa, karangan narasi harus memuat tokoh, setting, tempat, alur, dan waktu. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Keraf (2010) bahwa karangan narasi sama dengan karangan yang lain. Namun, Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari karangan narasi yaitu (1) menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan; (2) dirangkai berdasarkan urutan waktu; (3) berusaha menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”. Sehingga dalam analisis karangan narasi, keseluruhan aspek berupa tokoh, tempat, waktu, latar dan alur harus termuat dalam karangan narasi tersebut. Majas merupakan bagian dari gaya bahasa yang menggunakan bahasa kias dengan cara penggunaan yang khas sehingga dapat menggambarkan perasaan penulisnya. (Keraf, 2010; Pradopo, 2008; Zaimar, 2002). Oleh sebab itu majas terkadang digunakan dalam karangan narasi yang merupakan karangan untuk menggambarkan rangkaian peristiwa secara urut sehingga pembaca seolah-olah merasakan peristiwa itu (Keraf, 2010). Berdasarkan hasil temuan, majas yang terdapat pada karangan narasi pada data penelitian adalah hiperbola seba nyak 12 buah, ekslamasio sebanyak 5 buah, koreksio sebanyak 4 buah, polsidenton sebanyak 3 buah, antithesis sebanyak 2 buah, dan sisanya berupa majas sinokdoke
17
2015 (totum pro parte dan pars pro toto), klimaks, depersonifikasi, pleonasme serta asidenton sebanyak 1 buah. Jadi siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 menguasai majas hiperbola, ekslamasio, koreksio, polsidenton, antithesis, sinokdoke totum pro parte, sinokdoke pars pro toto, klimaks, depersonifikasi, pleonasme dan asidenton. Namun demikian, ada 5 dari 24 karangan narasi siswa tidak ditemukan adanya penggunaan majas. Mengingat pada tahap penelitian sebelumnya, peneliti mendiskualifikasi beberapa karangan yang bukan karangan narasi. Sehingga penelitian ini hanyalah berfokus pada penggunaan majas dalam karangan narasi. Namun, ada beberapa karangan narasi yang tidak memiliki majas di dalamnya. Berangkat dari penelitian ini yang mengacu pada penggunaan majas dalam karangan narasi. Sehingga, karangan narasi yang tidak memiliki majas di anulir sebagai majas dalam karangan narasi. IMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 hampir semuanya mengandung majas. Majas yang terdapat pada karangan narasi hiperbola sebanyak 12 buah, ekslamasio sebanyak 5 buah, koreksio sebanyak 4 bua h, polsidenton sebanyak 3 buah, antithesis sebanyak 2 buah, dan sisanya berupa majas sinekdoke (totum pro parte dan pars pro toto), klimaks, depersonifikasi, pleonasme, serta asidenton sebanyak 1 buah. Jadi siswa kelas V SD Negeri Wanoja 1 menguasai majas hiperbola, ekslamasio, koreksio, polsidenton, antithesis, sinokdoke totum pro parte, sinokdoke pars pro toto, klimaks, depersonifikasi, pleonasme dan asidenton. Penelitian kualitatif mengenai penggunaan majas dalam karangan narasi anak kelas V SD Negeri Wanoja 1. Penulis mengharapkan pembaca untuk hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah kazanah penelitian mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis siswa Sekolah Dasar dan sebagai rujukan dan pengembangan pembelajaran majas yang tertuang dalam karangan narasi. Bagi peneliti selanjutnya perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan majas dalam karangan narasi maupun penelitian mengenai kesalahan berbahasa (failure) yang dianggap majas. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP. Keraf, G. (2010). Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. _______. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pradopo, R. D. (2010). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Zaimar, O. K. (2002). Majas dan Pembentukannya. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 6, NO. 2, DESEMBER 2002 , 45-57.
18