ANALISIS PENGARUH
lJPAH MINIMUM,
PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP PENYERAPAN 1'ENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
TE SIS Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gclar Mugister Sains (M.Si.)
.
pada
Program Studi llmu Ekonomi Bidang Kajian Utama Perencanaan SDM Program Pascasarjana Univcrsitas Sriwijaya
Oleh: DINA JUNITA NARA
Nil\1. 70072004<>54
PROGRAM PASCASARJANA UNlVERSITAS SRIWIJA YA
SEPTEMBER 2008
HALAMANPENGESAHAN Judul Tesis
: ANALISIS PENGARUH UP AH MINIMUM, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DI PROVINS! SUMATERA SELATAN
Na.ma Mahasiswa
: DINA JUNITA NARA
Nomor lnduk Mahasiswa
: 70072004054
Program Studi
: llrnu Ekonomi
Bidang Kajian Utama
: Perencanaan Surnber Daya Manusia
Menyetujui: Dosen Pembimbing Pertama
Dosen Pembimbing Kedua
Dr. Azwardi, M.Si
Drs. Abbas Effendi, M.Si NIP. 131476122
NIP. 132050494 Mengesahkan : Ketua Program Studi
Ilmu Ekonorni
11
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSIT AS SRIWIJA YA
PROGRAM PASCASARJANA
Padang Selasa No. 524, Bukit Besar Palembang 30139 Tel:(0711)354222,352132 Fax:(0711)317202,320310
JI. ~
1996
Email :
[email protected] Homepage : www pps unsn ac 1d
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI TESIS
Dr. Azwardi, M.Si
Ketua
(
NIP. 132050494 Sekretaris
Drs. Abbas Effendi, M.Si
(
NIP. 131476122 Anggota
(1 ).
Prof. Nurlina Tarmizi, M.Si, Ph.D
)
NIP. 130516788
(2).
Dr. Syamsurijal, A.K NIP. 130900942
(3).
Dr. Bernadette Robiani, M.Sc NIP. 131844038
lll
BUKTI TE.LAH MF,MPERBAIKI TESIS HASIJ. ll.llAN MAHASISWA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWl.IAYA 1996 Yang bertanda tangan Ji bawah ini: Tanggal
3.
Prof. Nurlin11 Tarrnizi, M.Si. Ph.U
4~~· Syamsurijal. A.K
.~i~·
Anggota
d/)--.·4·--'1 ~/1 r J
Angwoui
Bernadette R~~rnn_i_. l\._1_.s_·_c _ _._An&_· _ii_o111_
.--
-''--s_f_,._ac _ __J
Menerangkan bahwa: Nama
Dina Junita Nara
NIM
70072004054
Program Studi : Judul tesis
!lmu Ekonomi Analisis Pengaruh Upah Minimum, l'erlumlruhao Ekonomi dan Karakterisuk Pekerja Terhadap Penyerapan Tenaga Kcrja Pu.Ju
Sektor Industri c:li Provinsi Sumatera Selatan Telah mcmpcrbeikitesis hasil ujian
Palembang.
September 2008
Mengetahui, Ketua J'rofu ~tudi Ilmu Ekonomi, Dr. Bernadette R.obi~ni, M.Sc
NIP 131844038
IV
PERJ\"YATAA>J Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Dina Junita Nara
NIM
: 7007200·1054
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Bidang Kajian Utama : Perencanaan Sember Daya Manusia Menyatakan dengan sesungguhnya hahwa: l. Seluruh dsrt~, infmma~, interpr~tasi serta pernyataan dalam pembahasan dan
kesimpulan yang disajikan dalam karya rlmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya, adalah merupakan hasil pengamatan, penelidan, pengolahan scrta pemikiran saya dengan pengarahan dari pembimbing yang ditetapkan. 2. Karya ilmiah yang suya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajulcan untuk mcndapatkan gelar akndemik, baik di Univcrsitit~ Sriwijaya 111aupun di Perguruan Tinggi Iuinn; a. Demikian pcrnyetaan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila di kernudian hari di'cmukan bukti keddakbenaran dalam pemyataan tersebut diatas, maka saya berscdia menerlms ~wlksi akademis berupa pembatalan gelar yMg dipcroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini. Palembang, September 2008 Yang Membuat Pernyataan,
Dina Junita Nara
v
KATAPENGANTAR
Dalam iklim pertumbuhan ekonomi yang rendah seperti ini, kenailr.an upah minimum lcbih IW\iul mcmicu keprihatinan babwa hal tersebut mungkin akan menghambat upaya pemulihan ekonomi, mcmperlambat pcrtumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan mengurangi pertwnbuhan penyerapan tenaga .k.erja di sektor industri modem. Perkembangan scktor mtlustri mempunyai hubungan yang erat dengan sektor lainnya. Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dl!pat mennmpin sektor - sektor lainnya dalam suetu perekonomian eecara mcnyeluruh. Produk sektor industri selulu memiliki nilai tukar (term of trade) yang tinggi atau lebih mengunnmgkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk- produk sektor Iainnya Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan unruk mengkaji pengaruh upah minimum, PDRB, dan karaktcristlk pckerjn yang berdaserkan umur, pendidikan, serta status perkawinan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Provinsi Sumatera Selatan, Hasil penelitian
menuniukkan bahwa upah minimum akan mengurangi penyerapan tenaga kerj11 pada sektor industri sebesar 0,7 perseo, scdangkan dengnn kenaikan PDRB sebesar 0,005 persen hanya mampu menaikan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor indusui sebesar l orang. Hasil e~1in.1asi juga menyatakan bahwa upah minimum, PDRB, dan karakteristik pekerja yang berdasarkan umur, pendidikan, serta status perkawinan berpengaruh secara signifikar: terhadap penyerapan tenaga kerja pada scktor industri dengan nilai signiflkansi sebesar 0,000. Berdasarkan karakterisuk pekerjanya maim pekerja yang berdasarkan status perkawinan,
dan. pckcrja
yang usianye. lebih dari 30 tahun yang
lebih banyak
mempengaruhi penyerapan tenage kerja pada sektor indusni daripada pekerja yang
mcmpunyai pendidikan SMU plus. Dcrdasarkan penelitian teisebut, maka pemerintah sebaiknya mempertimbangkan kondisi ekonorni riil yang teriadi di masyarakat, sebelum membuat kebijskan menaikkan upah minimum yang baru. Karena kalau tidak, maka tujll3Jl dari penetapan upa.'l minimum untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja akan sia-sia dan justru menambah tingkat penganggura.n. Palembang,
September 2008
Ttd Penulis
UCAPAN TERThlA KASIH
Puji syukur kepada Allah SWT. karena hanya atas lunpahan rahmat dan hidayah!\ya, penulis mampu menyelesaikan tesis ini tcpat pada waktunya. Penulisan tesis ini rncrupakan salah sa1u pe~yaratan guna mecdapatken gelar t-.f.agister Sains pada Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Tentu saja banyak pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan balk moril maupun materil kepada ~aya selama proses perkuliahan dan penulisan tesis, untuk itu Penulis menyruupaikar. ucapan terirna kasih yang sebesarbcsamya kepada : I Bapak Dr. Azwardi, M.Si dan Bapak Ors. Abbas Effendi, M.Si, selaku pembimbing tesis yang telah memberikan arahan don bimbingan selama penyusunan tesis. 2. bu Prof. Nurlina Tannizi, MSi, Ph.D. Bapak Dr. Syamsurijal, A.K, dan lbu Dr. Bernadette Robiani, M.Sc, sclaku doscn pcngoji tesis yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran untuk penyempurnaan tests ini. 3. lbu Ketua Program Suidi llmu !;konomi Program Pasca Satjuna Univcrsitas Sriwijaya
ynng teiah banyak memberikan dukungan moril selama proses perk.uli.ahan. 4. Pihak Pusbindiklatren Bappenas selaku pemberi da.na beasiswa sehingga penulis dapet melanjutkan pendidikan ke tingkat S2.
S. Bapak Bupeti Ogan Ko mering llir yang telah memberikan izin kepeda penulis untuk melaksanakau tugas belaier pada Program Pasca Sarjaria. 6. Bapak-bapak clan lhu-ibu dosen pengajar pada program srudi llmu Ekonomi Pasc~a(j8.lla Universltas Sri~ijayu yang telah memberikan pcngctahuan den ibnwiya kcpndo. peo.ulis. 7. Kedua orang tua tercinta, Mama mertua tersayang, suami
sayang kalian. Kakak dan Ayuk mahasiswa Umu Ekenomi-Bappenas tahun 2007,Y lsmi, Y lei, Y Sri, Eti, K Ipul, K Adrian, dan K Ardison, terima k.asih untuk kebcrsamaan dan bantuan selama menjalani perkuliahan di PPs UNSR l.
Palembang,
September 2008
Dina Junita Nara
vii
Abstrak Penclitian ini l>crtujuan untuk mengetahui pengaruh upah minimum, PDRB, serta karaktcrlstlk pekerja yang berdasarkan umur, pendidikan, dan status perkawinan terhadap pcnycrupnn tenaga kcrja pada scktor industri di Provinsi Sumatera Selatan. Analisa didcsarkan pada data upa!i minimum dari Dinas Tenaga Kerja Sumatera Sclatan, serta Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakemas) tahun 1993-2007 yang dilakukan B11da11 Pusat Statistik (BPS). Data dianalisis secara regresi dilakukan unruk
mcngetahui arah dan mengukur kekuatan hubungan linear antara variabel upah minimum, PORB, dan varlabel karakteristik peker]a dengan variabel penyerapan tenaga k.erja sektor industri. Ilasil penelitian memmjukun bahwa k.enaikan upah mmnnum secara terus
mencrus akan mengurangi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Selatan. Kenaikan PDRB sebesar 0,005 person, haoya mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sebesar I orang, 13erdllsurkan knrakteristik pekerjanya maka pekerj11 yruig berdasarken status perkawinan, don pekerja yang usianya lebih dari 30 tahun yang lehih baoyak mempcngaruhi penycrapan tenaga kerja pade sclctor industrl daripada pekerja yang mempunyai peudidlkan SMU plus.
Kata-kata kunci: Upah Minimum. PDRB, Karukterlstlk Pekerja, Penyerapan Tenaga Ketja
viii
ABSTRACT
This research aim to to know the mrmmum wage mtluence, l'UltiJ, and also worker characteristic which is pursuant to age, coucaticn and marriage srsms to labour absorbtion at industrial sector in South Sumatra Provinsi Analyse pursuant to data ot muumum wage from On Duty Labour of 8outh
Sumatra and also Survey of Labor Force Netional (SAKERNAS) Year 1993 - 2007 conducted by a Statistical Center Body (BPS). Data analysed by regresi isconducted to know the direction and measure the strength of linear relation between minimum wage variable, PORB And variable of worker characteristic with the variable of Ah
SMAplus Keywords : Minimum Wuge. I'DRIJ, Worker Characteristic, Labour Absorbtiun
xi
DAFTARISI
Helaman Halaman J udul
··
·
•· • · • .. • ..
1 laiamen Pengesahan
ii
.
Halaman Persetujuan Tim }'enguji Tesis
,_
-
-
Bukti Tclah Mempetbaiki Tesis Hasil Ujian ..-·-·--·-········· -.-· .. ·-················~- .. ······••o········--··· -
Pernyateaa Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih
,.. _
Abstrak Abstrack
· .. · · .. ·
· .. · ·
· · .. · .. ·· · · ·
.
.Ill..
.
iv
.. ····.
v
·
vi
.
vu
.
viii
·· .
lX
Oaftar Isi
- ...• ,
.
x
Daftar Tabet
-
·
xii xiii
Daftar Gambar
-
.
I. Pendahuluan
-
.
I
.
I
1.2. Rumusan Masalah
.
a
1.3. Tujuan Penelitian
.
8
1.4. Manfaat Penelitian
.
8
·
10
- ·---·~·-···· .. ·················· ················~··· .
Jo
.
10
.
15
2.1.3. Teori Penyerapan dan Karakteristik Pekerja
..
17
2.1.4. Teori Penumbuhan F.konomi
.
l&
.
19
1.1. Latar Belakang
_ ,
Ii. Tinjauan Pustaka
2.1. T eori 2.1.1. Teori Upah
a.i.z,
Teori Permimaan dar. Penawaron Tenaga Kerja
2.2. Penelitlan Terdahulu
2.3. Kerangka Pemikiran
-
.
22
2.4. Hipotesis
-
.
22
.
23
.
23
.
23
I II. Mctode Pend itian
3.1.
Ruang Lingkup Penelitian
3 .2.
J enis dan Sumber Data
-
x
J. 3. Metodc Pengumpulan Data
.. . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
.
24
3.4. Definisi Operasional Variabe......................................................
14
3.5. Teknis Analisis
25
IV. Hasi\ 01111 Pembahasan 4.1.
··· ·
· .. · .. .
Analisis Model Regresi .. . . . .. . . .. . .. .. . . .. . .. .. . . .. . . . .. . .. . . . . . . .. ... . . .. .. .. .. . .
27 30
4.2. Analisis Upah Minimum, PDRB, clan Karakteristik Pekerja TerhadAp
Penyerapan Tenaga Kerja
• .. · · ·
34
V. Kesimpulan dan Saran .. . . .. . .. . .. . .. .. . . . .. .. .. .. . . . . . .. .. . .. . . .. .. .. .. . .. .. .. . . . .. .. . ...
41
5. I. Kesimpulan . . . .. . . .. . . . .. . .. . . .. . .. .. . .. . • . . .. . .. .. . .. . .. . .. . .. • • . .. .. .. .. . . . .. .. .. ..
41
5.2. Saran.................................................................................
41
:5.3. lmplikasi Kebijakan .. .. .. .. . ..
.
Daflar Pustaka
Lampiran . .. . .. •. ..
42 44
.. .. ..
. . .. .. . . . . . .. .. . . .
.. .. . . . .. .. .. . . .
.. .. ..
.. . .. .
47
xi
DAITAR TABEL Tabel I.
Tenaga Kerja pada lndustri Besar dan Sedang Sumatera Selatan Tahun 2002 s.d 2006..............................................................................
Tabel 2.
Perkembangan Upah Mioimum dnn Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektorlndustri sumatera Selatan .. .... ... . .. . .. .... ... .. .. .. .. . .. ... ... .. ...
Tabel 3.
5 28
Hasil Anali~is Regresi Upah Minimum Tcrharlap PenyerepanTenaga Kerja Pada Sektor Jndustri . .. ... . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . • . • .. .. .. • .. .. .• .. •••
JS
XII
DAFTAR GAMBAR
Gamber J.
Dampak Upah Minimum dalam Pasar Persaingan Sempurna..............
Garnbar 2.
Demand and Supply Theory of Rough Laborers \Vith Minimum Wage...........................
Gambar J. Kurva Pennintaan dan Penawaran Tenaga Kerja....... .............•. .. Gambar 4.
12 14 J6
Pcrkembangan Upah Muumum dan Pcnyerapan Tenaga Kerjo. Pada Sector Industri di Sumatera SeJatan Tahun 1993-2(107........................
30
Xlll
BABI PENDAIR:LUAN
1.1
Latsr Bebbng
DBl11m
beberapa
tahun
terakhir
ini,
pemerintah
lndonesil telah
mernberlakukan kenuikken tinglcat upah minimum. Secara riil tingle.at upah minimum yang berlaku saat ini sudah lebib tinggi daripada ting'Kai upah minimum tertinggi sebelum masa krisis yang dicapai poda tahun 1997. Kd>ijakan peningka1an upah
minimum yang culcup besar ini diiaksanakan kctilca Indonesia sedang berjuQOg keras untuk memulihkan pcrckonomiannya dari krisis ekoocml yang parah (SMERU, 2001: I). Priyono (2002) menyatakan bahwa
hin1n,a
saat ini kebijakan upah minimum
merupakan satu - satunya kebijakan pemenntah Indonesia yang secara langsung dan eksplisit
dikaitknn dengan upah burub. Tidak mengherankan jiSa semua pihak
(pemerintah, serikat buruh, LSM) menempetkannyc sebagai isu sentral. Bahkan tidak sedikit yang rnenganggap upah minimum merupekan obat mujarab bagi persoalan
kesejahteraan pekerja, dan pada gilirannya kesejahtcraa.o rakyaL Dalam iklim pertumbuhan ekonoml yang rendah seperti lnl, A::c:naikan upah
minimum lebih lanjut memicu lceprihatinan bahwa bal tersebut mungkin akan mcughambat upaya pemulihan ekooomi, memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan mcngurangi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di
sckior industri modern. Disamping
itu, scjak bulan Januari 2001 Indonesia tclah
mcnerapkan kebijakan dcscntralisasi dun otonoml daerah. Dengan adanya kebijakan ini. v.ewenang untul". me11eta1'kilil tingkat upah minimum dialihkan dari pemerintBh pusat ke pemerintah daerah di tingkat propinsi, kabuparen, dan kota. Terdapat tanda -
tanda awal bahwa pengalihan wewenang ioi mungkin akan semakin meningkatkan kenaikan upah minimum di bebeiapa daerah (SMF.RU, 2001: 3).
Penetapan tentang upah minimum provinsi ini ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 yang dibagi dalam 3 kriteria yaitu Upah Minimum R.cgiono.l, Upeb Minimum Sektor Regional clan Upah Minimum Sub Sektor Reglonal. Dalam perkembangannya, upah minimum dibagi dalam 2 kritcna yaltu Upah Minimwn Provinsi Win Upah Mlnlroum Kabupateu/Kota yang ditetapkan setahun sekali dengan SK Gubcrnur. Makna dll!'i upah minimum ini adalah sebagai jaring pengaman terhadap pekerjalburuh supaya ridak dil'ksploi1asi dahun bekcrja dan mendapai upah yang duput memenuhi kebutuhan hidup minimum (Nugroho, 2005). Penetapan upah minimum bcrtujuan untuk:
I. Menjamin agar pekerja/buruh menerima pada waktu dan tempat tertentu upah yang dianggap layak, 2
Menghapuskan eksploitesl.
3. Memelihara daya beli, 4. Menghapuskan persaingan yang tidakjujur.
5. Menjaminpemb11yar1111 yang sama untuk pekerjaan yang sama. 6. Pcnccgahan konflik industnsl.
2
7. Mendukllllg pertumbuhan dan pemetataen ekonomi. Upah minimum yang ditetap.k:m Departemen Tenaga Kerja di Sumatera
Selatan terus rnengalami peningkatan, hal ini dilakukan untuk melindungi hak-hak pekerja. Pada iahun 2001, upah minimum di Sumatera Selntnn mencapai Rp.
25.5.000,- per bulan, sementara pada tahun 200C hanya mcncapai Rp, 196.000,- per bulan, pada tahun 1999 sebesar Rp. 170.000,- per bulan, dan tahun 1998 sebesar Rp, 146.500,- per bulan, Persentase kenaikan upah minimum yang terjadi adalah berkisar antara 16 pcrsen sampai dengan :30 persen. Upah minimum sektoral Sumatera Selatan
untuk industri pengolahan adalah Jebih besar dibandingkan Upah Minimum Regional. Pada ta bun 200 I, upah minimum sektor industri pcngolahan Sumatera selatan adalah Rp. 286.000,- per bulan, sedangkan UMR Sumatera Selatan ada!ah Rp. 255.000,- per bu.an, sedangkan pada tahun 2004 upah minimum sel:.toral adalah Rp. 505.000,- per bulan, artinya 1crjadi kenaikan sebesar 76,25 persen dibandingkan upah minimum sektoral tahun 200 l. Mc:nurul statistik tahun 2002, selama kuartal 1 (1997) hingga kuartal 3 (200 l)
tren pada upah nominal maupuu riil ccndcrung meningkat secara bertahap. Upah riil berfluktuasi, meningkat di tabun 1997 sebesar Rp. 130.000,- lalu terjadi penurunan di tahun 1998 sebesar Rp. 12$.000,- Jan kemudian mulai menigkat lagi di tahun 1999 meniadi Rp. 185.000,-. Timbulnya Iluktuasi ini ruerupakan salali satu dampak krisis ekonomi yang dimulai tahun I 997, sehingga perusahaan - perusahaan mengambil kebijakan dengan merumahkan sebagian karyawan/buruh baik sementara ataupun hingga pemutusan hubungan keria (PHK). Kel>ijakan yang diambil perusahaan
3
terseout pada umurnnya bertujuan untUk merasionalisasi pegawai dalam mengatasi kesulitan ekonomi,
efisiensi, serta produktivitas perusanaan, ha! ini jelas ilrut
mempcngaruhi besar upah yang diterima para buruh,
Meskipun upah buruh sudah dicoba unmk diselamatkan melalui upah minimum Propinsi (UMP), yang tujuannya untuk meningkatkan taraf hidup buruh ianpa mengabaikan kepentingan perusahaan dan perekonomian pada umumnya,
namun ini belum dapat menyelesaiken persoalan. Berdasarkan hasil Survey Upah Buruh di sektor industri tahun 2001, masib banyak perusahaan yang memberikan upah burub di bawah mandor lebih kecil dari UMP. Scbagai gambaran pada triwulan I. sebesar 26o/o perusahaan masih memberikim upah Gi bawah UMP dan ini mencakup sekitar 16% dari total buruh. Untuk triw>..Jan ll dim lll berturut-turut 23% dan 22% perusaaaan memberikan upah di bawah UMP atau 14% clan 13% buruh yang masih mcnerima upah di bawah UMP. Dari uraian tersebut di ates ada faktor - faktor tcrtcntu yang menyebabkan terjadinya dilema bagi pcrusahaan sehingga mereka rnembayar upah di bawah UMP. Penurunan daya serap pekerja akibat kebijakan UMR ini lebih dirasakan oleh pekerja pada sector formal tcrutama pekerja yang berpendidikan rendah, yaitu mereka yang setinggi - tingginya tamat SD/MI. Peoururum jumlah buruh/karyawan perempuaa lebih cepat dibandingkan dengan pcnurunan jumlah buruh/karyawao laki
- laki selama kurun 5 tahun terakhir, Tmgkat pcnurunan pekerja perempuan sebesar 25%
sedangkan tingkat penu:unan bagi pekerja laki - lakl adalah J 4% (DPS,
Sakernas 2003 ).
4
Perkernbangan sektor industri mempunyai hubungan yang erat dengan sektor lainnyn. Sektor industri diyakini sebagai sektnr yang dapat memimpin sektor - sektor lainnya dalam suatu pcrekoncmian secara rnenyeluruh. Produk sektor industri selalu memihki nilai tukar (term of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk - produk sektor lainnya (Dumairy, 1999). Tahel l. Tenaga Kerja pada lndustri Besar dao Sedang Sumateru Selatao tahun 2002 s.d 2006
'"
'fahun
Jumlab To:oaga Kerja
2002
41.193
2003
21.950
2004
24.524
2005
24.537
2006
24.205
I
....
Sumber: Sakernes BPS, 2007
Penurunan daya serap pckcrja pada sektor industri paling besar terjadi pada tahun 2003, hampir
40% tenaga kerjanya berkurang. Meskipwt pada tahun
selanjutnya mengalami peningkataa akan tetapi tidak terlalu bcsar dan jumlahnya sarnpai tahun 2006 tidak meleb'hi jwnlah tenaga kc:iji:a pi1d& tahun 2002. Dalam kondisi makroekonomi yang maslh belum stabil benar yang ditandai dengan pertumbuhan
ekonomi yang rendah, merosotnya nilai tukar rnata uang
Rupiah, dan tingkat inflasi yang merambah
pada
semua komoditi,
sehingga
mcnyebabkan banyak indostri yang tidak mampu melangsungkan usahanya atau
s
memilih
untuk menutup pabriknya. Namun disisi lain, pemerintah mengesulka»
untuk meningkatkan
kebijakan upah minimum (UM) rata- rate sebesar 16,07%.
Kemungkinan kebijakan ini akan menyulitk.:m kelangsungan usaha dari industri, karena ukan meningkatkan biaya tenaga kerja sclama masa krisis ini berlangsung (Evi Subardi, KajiM Ekonorni dan Keuangan, Jnni 2000:67). Menurut Elfendri (2004), ada dua fektor yang memicu perubahan pennintaan tenaga keria, Pertama, semakin besamya pengcluaran untuk tenaga kerja aebagai akibat
diterapkannya
upah minimum
yang dilakukan pernerintah. Kedua,
ditcmukannya :cknologi yang dapat menghemat pemakaian lenaga kerja sehingga dapat mengurangi kehutuhan manusia untuk menghasUkan barang dan jasa melalui penguransan tcnaga kcrja. Kebijakan UMR hat.ya dapat dinilanati oleh pekerja buruhlkaryav.'llll yang bcrade di scktor formal, yaitu l)erjwnlah 23,3 juta pads tahun 2003. Sehaliknya, kebijakan UMR ini merupakan dorongan bogi para pengusaha untuk mengurangi bucuh/karyawan tetapnya, yaug meojadi salah :satu alasan meagap« jumlch buruh/karyawan disektor formal meu[!11!wn.i penurunan sejak tahun 2000. Pcnurunan daya serap sektor formal sclwna kW'Wl waktu 2000-2003 terul&ma tcjadi di sektor pertanian (-61%},
bsngunan (-33%), angkutan dan telcl
industri pengolahan (· ll o/o). Ainu) et.al (2004: 1) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa permintaan
tenaga kerja ahli [ustru re\atif meningkat bila ekspansi ekseor di!W..ukan dibandingkan dengan tenags kerja tidak ahli. Hal ini dapat dijelaskan oleh pengaruh
6
jenis perusahaen yMg bertahan pada saat krisis adalah termasuk industri besar dan sedang yang umumnya proporsi pekerja ahlinya lebih oesar caripada di industri kecil-
rumah tangga. Pendapat lain oleh SMERU (2001 ), sccam teoritis maupun pralctek peningkatan upab minimum mempunyai pengaruh yang tidal.: sama terhadap scmua karaktcristik pekerja. Pengaruh negatif termama terjadi pada tenaga kerja t.!o:nJ,1>111 tingkar upah yang rendah dan pada karaktenstik pekerja yang rentan terhadap perubahun dalam pasar tenaga kerja, mis.
odalah lingkat pcrtumbuhun penduduk yll!lg eukup tinggi,
penycbaran pcnduduk yang tidak meratu Jan rendahnya pennintallll tcnsgs kerju, yang ukan mcnycbabkan tingknt pengan~uron menjadi tinggi, Apubila keadaan seperti yang diuraikan di atas tidak dapat dikcndalikao dengan baik maka penduduk akan jadi beban yang menghambat proses pembangunan, Pada prinsipnya kegiatan ekonomi harus dapat turnbuh dan berkembang lebia cepat daripada pertembehan jumlah penduduk, pada sisi lain laju pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada
tingkat yang lebih tinggi daci penurubuhan pendoduk (Rosroiyati dan Bobby, 2002 ; :! 12). Pertumbuhan ekonomi diartikan seoagai pcniugkatan dalam kspasitas suatu
negara dalatn jangka panjang untuk mcnghasilkao barcng dan jasa, yang biasanya diukur dengan peningkatan
Produk Domestik Bruto {PDB) riil. Pertumbuhan
7
ekonomi Sumatera Selatan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 rata-rata
scbesar 18,72 persen (BPS, Sumsel DalamAngka 2007).
1.2.
Rumusan Mas>&bhPenelifi:an Bcrdasarkan uraian dan penjelasan pada lstar belakang
di atas dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah "bagaimana pengaruh upah minimum, pertumbuhan ekonomi dan knrakt«istik pekerja berdasarkan umur, pendidikan, dan sllitui; perkawinaa t¢tl>.ada.p penyerapan teaaga kerja pada sektor industri di Provinsi Sumatera Selatan",
1.3.
Tujuan Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan dari
pencliiiau ini adalah mcngidcntifikasi
dampak
kenaikan
upah
minimum,
perturnbuhan ekouonii, serta karakteristik pckcrjn berdasarkan umur, pendidikan, dan status perkawinan terhadap penyerapan tcnaga kerja pada scktor industri di Provinsi
S umatera Se Iatan.
1.4.
Manfaat Dengan penelitian ini diharapkaa dapat mcmberikaa manfaat sebagai berikut :
1.4.l
Manfaat Tcocitis:
&
I. Dapat me:nberikan
mformasi
serta bahan kajillll
mengenai pengaruh
kebjjakan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Selamn. 2. DiharD.p'knn dapat mcmbenkan kontribusi terhadap perkembangaa ekooomi lebih lanjut, tcrutama perencanaan sumber daya manusia. 1.4.2 Manfaat Praktis: l. Dapat dijadikan bahau masukan bagi pcmerintah dan pihak-pibak yang berkepentingan dalam rnerumuskan kebijakan upah minimum yeng bertujuan meningkatkan kesejahteraan pekerja di Sumatera Selatan, 2. Diharapl
9
BABD TINJAUAN PUST.AKA
2.1.
Teori
2.1.1. Teori Upah Definisi upah menurut
Uu N<'
13 Tahtm 2003 pada pasal I ayat .10 tentang
ketenagakerjaan yang berbunyi: "Cip(th ada1aJi hak pekerjalbwuh yang diterima don dinyatakan dalam benruk: uang sebaga! imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerfa!buruh ya>ig dlietapkan
daft
dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan. atau peraturan perUlldang-unc/(lf1gan, termasui:tunjangan bagi pekerja atau buruh den keluargonya atas Su.JIU pekerjaan danlarau jasa yang telun otuu akan dilakukan ", Dalam peraturan ketena~akerjaan, klta juga mengenal upah minimum yang diatur Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/MEN/1999. Pada pasal 1 ayat I disebutkan
bahwa: "Upah minimum adalah upah bulanan terendah
yang terdiri dori upah pokok. termasuk tunjongon tetop
H.
Makna dari upah minimum ini adalah sebagai jaring pengaman terhadap pekerja/buruh supaya tidak dieksploitasi
dalam bekerja dan meodapat upah yang
depat memenuhi Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Upah minimum juga hanya diberlakukan untuk pekerja lajang dcngan mesa kerja kureng dari satu tahun, Terkait dengan upah dan K.HM ada baiknya kita pcrbatlKan pula dari sisi perusahean yaitu seberapa mampu perusahaan untuk membayar upeh tcnaga kerja tanpa mcnghombat kegiatan usaha, Hal ini dimaksudkan
agar kegiatan usaha tetap terus berjalan
10
kepeetingan pckerja dalam job security, income security dan social security tetap terjaga
l)alam praktek dilapangan upah minimal kemudian dijadikan stander bagi kenaikan upah keseluruhan bagi suatu perusahaan dalam bsgian tertentu karena upah minimum dijadikan stander bagi sctiap perusahasn scbagai upah tercndah. Karena nilai upah terendah nailc maka akan mendnmng upah pada struktur diatasnya akan uaik. Fenornena ini yang kemudia lcbih dikenal dengan upah sundulan. Pcnentuan upah ini kemudian dlrasekar. tidak adil bagi pekerja bila temyata kenaikan upah minimal ternyata lebih kecil dsri naiknya pendapatan perusahaan yang dihasilkan dari
produktlfitas
pekerja. Arau juga ti
Minimum lebih besar dari pendapatan perusahaan yang didapat dari produktilitas
pekerja, Sisi
positif dari upah minimum adalah mcnjaga agar upah bagi pckcrja
pcmula clan tidak terampil tidak jatuh terlalu rendah. Sebaliknya sisi negatifnya dari segi ekonomi mcmpcrlambat la.ju kesempatan kerja, infiasi (cosh push inflation), dan
dalam jangka menengah mendorong perusahaan
melakukan susbtitusi, Upah
minimum akan berlaku untuk. seruua jeais iudustri dsn scruua skala industri, Upah minimum ruernatikan
sangat
menguntungkan
industri
deagan skala ekonomi tinggi, dan
perusahaan pemula dcngan skala kecil yang berjumlah banyak (home
industry). Model lain adalah model dual economy yang mengasumsikan perekonomian (pasar tenaga kerja) tersegmentasi meojadi dua sektor yaitu sektor formal den sektor
II
informal. Penerapan upah minimum akan roengurangi permintaan tenaga di sektor formal (minimal akan mengurangi tingkat penciptaan lapangan kerja). Kclebihan penawaran tenaga kerja ini akan diserap sektoc informal yang tingkat. upahnya tidak diatur oleh regulasi, dan paca gilirannya akan mengurangi tingkst upah sepeni yang ditunjukk:1n dalam gambar berilmt: (a). Scktor Formal W~(W)
(b). Sektor Informal Wage~
~,
Ou 1.,.
4
L~ .Labor
Garn bar I : Dampak Upah Minimum WliWD Pua. Pcrsaingan Seuipurna Sumber: Kaujina11. ]{)U(i:1li4
Pada gsmbar di atas, memperllhatkan permintaaa (D) dan pcnawaran (S) tenaga kerja baik pada se~ior format (covered sector)dan sektor informal (uncovered sector). Dalam pasar ini diasumslkao tldalc ada kebijab.n upah minimum, dan
penawemn tenaga kerja dan kesempatan kerja di masing - masing sektor dianggap sarna yang ditunjukkan
oleh W1• Apabila diasumsikan upah minimum dinaikkan
menjadi W2, rnaka dampak yang akan terjadi pertama, pengurangan tenaga kerja dari L, ke L2 dan titik keseimbangan berpindah dari A Ice B pada kurva permintaan De. Dalam jangka pendek, penguTitngan tcnaga kerja ini mcrupekan akibat dari scale
12
effect of labor demand, pada gambar !(
minimum akan menyebabken biaya tenaga kerja (lcbor cost) dan harga prodllk tinggi dan pada akhirnya meog-.tkibatkan penuruna.n penjualan dan pengurangan penggunaan tenaaa kerja. Dalam j1111gb. paujang, efek nega.tif teroodap pekerja Jebih luas, dimana kurva permintaan menjadi lebih elastis akibat efek substitwi sepni labor yang digantikan oleh kapital (modal). Pengaruh kedua, kenaikan upah minimum akan mcmperbeser tingkat pcng2.llgguran di sektor formal. Kenaikan upah minimum naik menjadi W2, perminlaan tenaga kctia mrun menjadi L2 tetapi penawaran tenaga k.;irja meningkat sebanyak L3 di titik C. Jika pekerja - pekerja ini terus aktif mencari kerja. sedangkan yang dipekcrjakon hanya sebanyak Lz, maka akan terjadi pengangguran
sebanyak selisih dari L3-Lz. Mereka ini alum me11cari lowongan kerja di sektor informal. Pengaruh k21iga, darnpak yang tcrjadi di sekrcr informoJ, di mana penawaran tenaga kerja meningkat pada tingkat upah W1. Hal ini menyebaoken
bcrgesemya kurva penawaran dari Su ke Su1 dan terjadi excess supply sebcsar Ls-~ atau dari titik E ke titik D. Akibatnya upah minimum akan lurun secara tleksibel meniadi Wi dan titik keseimbangan baru turun ke titi.k F dengon jwnlah pekerja
sebanyak L6. Jadi yang diuntangkan dengan adanya upah minimum adalah kelompok pekerja L2 di sektor formal yang ridak terkena PHK dan mendapat upah lebih tinggi dari sebclumaya, kelompok yang dirugikan adalah L1 - L2 (Kautman, 2006:284).
13
Wage
S1 (Domestic
Supply)
Demand
O
,__
S2 (Total Supply)
·--'--------'-----Number of
N
N'
Workers
Gambar 2: Demand and Supply Theory of Rough Laborers With Minimum Wage S111nbet: Ehnnberg, 1997::12.<
Teori Demand and Supply of Rough Laborers with minimum wage (Ehrenberg. 1997: 325) rneqjelaskan bahwa total penawaran teaaga kerja pada titik ACS2, yang pekerjanya berasal dari domcstik dan imignm. Nemun karena sdanyapenetapan upah
minimum maka jumlah pckerja yang tcrscrap banya scbesar N-N', Tuik B adalah perpotongaa antara demand dan supply tenaga kerja domestik, ha\ ini dilekukan untuk mencegah upah naik kembali yang akan berakibat pengurangan terhadap
tenaga kerja, Asumsi di atas mengabaikan bahwa upah pekerja imigrao lebih rendah dari pada upah pekerja dornestik sehingga peketja domestik yang tidak mempunyai skill bcrkompetisi dengan pekerja imigran yang t\dak mempunyai skill kapan pun juga.
Menurut Mc. Connel (1999: 7&), pada saat pekerja masuk ke pasar kerja, pekerja berusaha untuk memaksimalkan "fangsi utilitas" merekasehingga diharapkan
14
dapal membcrikan pekerjaan bagi mereka yang mencari pckerjaan clan pada akairnya menerima pendapatan/tingkat upah yang lebih baik.
Seorang pekerja akan
memaksimalkan utilitas mereka, dengan asurnsi bahwa pekerja tersebut tertarik pada aspek upah pekerjaan sebagai kompensasi (tirnbal balik) dari pengorbonan yang
dilakusan oleh pekerja seoelem memasuki pesar kerja. Asumsi bahwa pekerja berusaha memaksimalkaa uullity dalam hal ini tersirat hahwa: pertama, mereka tcrtarik dengan aspek uang dan
11011
oang darl pekel)aan
tersebut. Kedua. pekerja mengharapkan tingka; kompensasi yang lebih tinw untuk tingkat pekerjaan yang sama di mana pada tingkat kensumsi itu alcan rnenarik \ebih bnnyak pekerja (Ehrenberg, et al. 1997: 248).
2.1.2. Teori Perm in tu a dan Peaawan111 Tenaga Kerj~ Teori pcrmintaan dan penaw:uan teaaga kerja dikernbangkan oleh kaum NeoKlasik yang mengatakan bahwa jumlah orang yang bekerja sans;at ditentukan dari bcsarnya permintaan dalam ma.syarakat. Peanintaan itu dipengaruhi oleh kegiatan ckonomi dan tingkar upah,
Proses pcncmpatan atau hubungan kerja melalui
penyediaan tenaga kerja disebut pasar kcrja. Besamya jwnlah orang yang bekerja dipengaruhi oleh faktor kekuaian penyediaan dan permintaan terscbut,
Selanjutnya
besamya penyediaan tenaga k~a ditentukan oleh thigkat upah. Teori Neo-Klasik menyarakan bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bcrtambah apabila tingka; upah naik. ini dilukiskan dengan garis S1. Sebaliknya permintaan
tenaga kerja akan berkurang apabila tingkat upah meningkat,
ini
IS
dilukiskan dengan gans DL· Tenri ini beranggapan bahwa jwnlah penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan pi:nnintaan yang disebut titik keseimbangan (E). Tingkat upah W0 adalah upah kcseimbangan atau upah pasar (gambar 2). Dalam ha! ini penyediaan tenage kerja sama dengan penniotaan, tidak terjadi pengangguran. Namun apabile dalam keadaaa riil, tingkat uplh oerlaku adalah sebesar W1, maka akan terjadi apa yang disebut kelebihan permintaan tenaga kerja (Exce.fi: Demond). 5ebaliknya apabila 1ingkat upah sebesar W1, ma.'
w2
A - - • - - • - - - • ..
Excess • - - 8ujlp\y- - -
Wo
..........
' Excess Dcrnand ' '' •' N #'
..........
Laber
Gambar 3 : Kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja .<;umber: Simon}llfllok. 1998
Akan tetapi upah pada pasar tenaga k1;rja di negara - negara sedang berkembang mengalami distorsi. Khususnya undang - undang upah minimum
seningga mengakibatkan diperlakukennya tingkat upah yang cukup tinggi. Akibatnya
16
permintaan tenaga keria menjadi berkunng
dan berdampak deugan bertambahnya
pengangguran.
2.1.3.
Teori Penyerapao dan Karakteristik pekerja
Menurut Anonimous (1995: 54), Tolak ukur kcmajuan ckonomi dilihat dari tingkat penyerapan
tenaga !;C'rja. Penyerapan
te11aga kerja ini mcnggambarkan
banyaknya penduduk yang terserap dalam pasar kerja atau banyaknya lapa.ngankcrja yang terisi yang tercermin dari jwnlah penduduk yang berkerja. Selanjutoya, menurut
BPS, tiagkat penyerapan tenaga kerja ini merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang berkerja dengan jumlah angkatan kerja. Menurut Tambunan { 1995: 35), besamya penyerapan tenaga kerja antara lain tergantong dari pertumbuhan output, upah, dan harga faktor produksi laiMya. Hubuugan antara peztumbuhan output dengan pertumbuhan jumlah penyerapan
tenaga kcrja yang dapa! di:ihal melalui hubungan antara pasar output harang dan pasar tenaga kerja. Mclalui mekanisme pasar, terjadi pertemuan antara permintaan dan penawaran. Selain itu karakteristik - karakteristik pekt.rja jnga rncmpengaruhi penerapan
upah minimum oleh perusahaan. Hubungan U-terbalik sering ditemui antara usia dan upah, 11pah mula - mula meningkat sciring deagan meningkatnya umur, tetapi
kemudian menurun kembali pada tingkat um..ir yang semakin tua. Pendidilcan juga mcrupakan Iaktor penentu yang pentiog dalam penetapon upah. Mereka yang hanya
17
berpendidikan tidak lebih linggi dari sekolah lanjuta.-:i tingbl pertarna ra\a - rata
dibayar sekitar upah minimum. (SMERU, 2001: 6)
2.1.4
P~rtumbuhanEkonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan saleh satu indikator mclakukan anallsis tentang pembangunan
penting dalam
ekonomi suetu ncgarn atau dserah,
Pcnumbuhan ekonomi meuw1jokkru1 sejauh mana aktivit:as perekonomian akan 01en~hasilkan tambahan pendapamn masyarakat pada suatu periode tcrtcntu. Pi:rekonomian diange,ap me~alami peruimbuhan blla seluruh balas jasu rill terhadap penggunaan faktor produk ~i pada tabun tertentu lebih besar daripa.da tahun sebelumnya. Dengan adanya pcrtumhuhan ekonomi diharapkan pendapatan masyarakct sebegai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat (LPEM FF.Cl· BAPPENAS, 2003 : l - :1). lndikator yang digunakan m1tuk mengukW' pertumbuhan ekcncmi adalah
nngket pertumbuhan Prociuk Domestik Brute (f'DB). Dan pada level daerah lndikator yang digunakan adalah Produk Dornestik RegionalBnao (PDRB). Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan PDB ata\i PDRB sebagai
indikator pertumbuhan ekonomi dan bukan indikator lainnya, Alasan-alasan tersebut adalah : -
PDRB adalahjumlah nilah tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas
produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan PDRB
18
mencerminkao
peningkaian balas jasa faktor produksi yang digunak.an
dalam aktivitas produksi tersebut.
PDRB dihilung atas dasar konsep aliran (flow concept). Artinya PDRD hanya rnencakup nilai produk yang dihosilkan pada periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode sebeiumnya.
Pernanfaatan
konsep
aliran guna
menghitung
PDRB
memungkinkan kits unruk membandingkanjumlah output yang dihosilkan pada tahun sekarang dcngan tahun sebelumnya. PDB dan PDRD mcnyangkut
region tert.entu selringsa
blsa dilihat
efektivitas kebijakan ekonomi
terhadap aktivites perekcnomiaa
yang
dijalailklm seria dibandingkan dengan daerah/region atau negara lain unluk melihat dilerensiasi atas perekonomian yang dijalankan.
1..'2.
Penclltian Tcrdahulu
Sulistyaningsih (1997: 22<1-229), dengan penelitiannya mengenai dampak perubahan struktur ekonomi terhadap perebahan struktur penyerapan tenaga kerja di Jndonesle dengan pcndckatan /11p111-outp111 menyatakan babwa meskipwt belum Ilda pcrgcscran
dominasi
penyerapan
tenaga
kerja
dalam ekonomi, tetapi terjodi
pcrubahan pernnon penyerapan ten.aga kerja di masing-masing sektor, Peranan sektor pertanian ruenurun dalam penyerapan tcnaga kerja dari 57,7 persea pada tahun 1980
meniadi 44,8 persen di tahun 1993. Meskipun penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur dan jasa pada pcriode 1980 sampai 1993 rata-rata rno::ningli:.at, Letapi
19
per.ingkatan peranan sektor ini belum dapat mengimbangi peranan sektor pertanian. Apabila diamati menurut distribusi jenis pekerjaan, rnaka tenaga kerja profeslonal teknis dan tenaga kerja teknisi terkonsentrasi di sektor jasa, tenaga kerja terampil banyak terkonsentrasi
di scktor monufaklur dan tenaga manajemen clan klerk
terkonsentrasi di sektor pertanian. Bukti meagenai dampak upah minimum terhadsp lapangan kerja formel di Indonesia
bervariasi.
SMERU
(2001: 9) meJllllljt:kkan bahwa
kerullkan upah
minimum berdampak ncgatif pada \apangan kerja sektor formal di daerah perkotaan sctelah krisis, Efek negatif terbesar dirasaken oleh mereka yang rentan terhadap
perubahan kondisi pasar tenaga kerja, seperti lolllm wanita, pekerja muda, dan pekerja ~ang kurang pendidikan, Bagi pekerja perempusn dan muda usia, elastisitas
pcnyerapan tenaga kerja terhsdap vpah minimum lebib besar dari -0,3. l:nplikasinya adalah
bahwa setiap
penuruaan
penyerapan
10% kenaik.an upah minimum riil akan mengakibatkan tenaga kcrja perempuan dan muda usia lebih dari 3%.
Scmentara itu, elastisitas perrycrepea tenaga kcrja bagi mereka yang berpendidikan rendah juga cukup relatif besar deagan angka -0,2. Artinya., untul:: setiap I 0% peningkatan upah minimum maka penyerapau tellllga kerja berpcndidikM rendah
akan turun seki tar 2%. David NeUI11ark, et al (2004: 21) melakuXan penilitien tcrhedap pengaruh upah minimum pada jangka panjang aWi berpengeruf negatif bagi pekerja yang tidak rnernpunyai pendidikan yang tinggi dan akan berpengaruh positif bagi pekerja yang
20
mernpunyai
pendidilum tinggi terutama
unruk jumlah pekeria, jam kerja, dan
oendapetennve, Penelitian
sebelumnya
oleh
Fatmlt
El-Hamidi,et.al
(2001:
7) juga
menemukan nasil yang serupa, Hubungan antara "l-ekakuan" upah minimum dan tingka: pekerja adalah non tinier (untllk sektor fonnal dan informal), naiknya upah minimum yang "kaku" menyebabkan tw1mnya jumlah rata - rata pekerja, Kenaikan persentase pekerja sektor formal dalam iod~i
sebesar 0,29% setelah l taaun
kcnaikan upah minimum.
Untuk negara Timor-Leste ditemukan bahwa unruk upah pada pekerja tidak terampil, lebih dari separuh
dari mereka
memperoleh upah di bawah upah minimum
informal pada tahun 2001. Tingkat ~pi\!lll
rata masa pendidikan dan rnemiliki
Sll8!U
~endah yang diwaki\i oleh rata pengaruh terhadap produktivitas tenaga
kerja. Misalnya, tcnaga kerja pertanian yaog tidak terumpil mungkin rnemperoleh upah lebih rendah dibondingkan dengan merela yang bekerja di bidang manufakmr atau lconstruksi. (Maitteyi Bordia Das, 2004: 26) Subardi (2000: 93) dalam peneliliannya juga menyatakan bahwa kenaikan
UMR akan berdampak terhadap penUl'WWl penyerapan tcnap kerj a olell industri manufaktur. Penyerapan tenaga kerja di pedesaan m1am i.ndu.slri yang mengbosilkan produk primer akan berkurang sebesar 0,211
persen, sedangkan untuk wilayah
perkotaan menurun sebesar 0,02 persen, Peny::rapan tenaga kerja di pedesaan untuk industri rnanufaktur skala besar dan sedang menurun 0,226 persen, dan umuk wilayah perkotaan menurun scbcser 0.189 persen, l'enuronllll tersebul menunjukkan bahwa
21
i ndustri bersangkutan mengurangi penggunaan
tenaga kerja terutama di tingkat
pekerja buruh (manual}, karena rata -rata kenaikan dari biaya produksi yang semakin tinggi, misalnya pembayaran untuk total upah/gaji tenaga kerja meningkat sebesar 4,215 pcrsen; pembayaran uniuk modal meaingkat 3,971 persen; dan peningkatan ui<:ig sewa gedung (bangcnan) dan tanab ma - rata 1,249 persen,
Kerangka Pemikinm
2.3.
Dari teori dan basil peneliiian di alas, maka kerangka pcmikiran dari penclitian ini dapat digarnbarkan sebagai berikut:
• Upah Minimwn • PORE • Karakteristik Pekerja: • Umur
-'
Penycrapan tenaga kerja
Sektor industri
• Pcndidikan
- Status perkawinan
2.4.
Hip otesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis dalam penclitian ini adalah
diduga upah minimum, PDRB, dan kaiakterislik £-Ckerja yang berdasarkan
U111ur,
pendidikan, dan status perkawinan berpeugaruh slgnifikan terhadap pcnycrapnn tenaga kerja sektor iodustri.
22
8ABllJ
METODF. PF.NF.LITIAN
3.1.
Ru11ng Lingkup Peoelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pcnetapan upsh minimum sektoral di Sumatera Selatan mulai tahun 1993 sampai dengau tnhun 2007. Data PDRB sebagni
nilai rarnbah bruto produlcsi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor industri Provinsi Sumatera Selatan. Penyerapan tenaga kerja sektor indusrri manufaktur yang dilihat dari jumlah tenaga kerja berdasarkan umur, pendidikan, dan status perkawinan pada sektor tersebu; menurut data Sakernas tahun 1993 sampei dengan tahun 2007 di Provinsi Surnatcra Sclntan. lndustri yang dim.aksud adalah industri pengolahan ( 111~11ufok tur ).
3.2.
Jenis dsu Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
penetapan upah minimum sektoral tehun J 993 sampai dengan tahun 2007 dari Dines Tenaga Kerja Provinsi Sumstera Selatan. Data Survei Angkatan Kejja Nasional (Sakcrnas) dan PDRB tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 dari Badan Pusat
Statistik (BPS). Sakcrnes merupakan swvei khusus yani: dilakukan oleh BPS untek mengumpulkan data ketenagakcrjaan dengan pendekatan sampel n.unah tangga
terpilih.
23
3.3.
Metode Pengumpqlan 011h1 Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah deugan menggunakan data
publik.asi dan data mentan yang kemudian diolah kembali, yang diambil dari BPS Sumatera Selatan.
3.4.
Definilli Operasional Variabcl Definisi operasional dalam pcnelitian ini adalah: I. Upah minimum adalah upah minimum sektor industri manufaktur yang
berlnlrn di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 1993 sampai dcngan tahun 2007 yan2 bersumber dari Depnakertrans. 2. PORB, adalah jumlab nilei tambah brute produksi barang dan jasa akhir, dari output dacrah yang dihaiollkan pertahun, menurut sektoral yRng dinyataken
da'am Rupiah. 3. Penyerapen tenaga kerja adalah penduduk. usia kerj11 (15 tahun keates) yang
bekerja dan berpertisipasidalam kegiatan ekonomi di Sumatcra Sclatan. 4. Umur: Umur penduduk usia kl
5. Pendidikan, merupakan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk usia kerja, SLTA Plus. 6. Status perkawinan, dikategorikan meniadi dua kelompok yaitu: kawin dan tidak kawin. 7. Sektor Industri munufaktur udalah suetu keuiatan ekoncml yang melakukan kegiatan mengubah suam bara.ng dasar secara mckanis, kimia, atau dengan
24
tangan sehing~a meojadi barang jadi/sete11gah jadi, dan atau barang yang
kurang nilainya menjaJi barang yang lchih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih d~kal kcpada pcmakai ukhir. (01'8, 2001: I)
3.5.
Teknik Analisis Metode analisis y1111g digunakan adalah analisis regresi, Anallsis regresi
di lakukan umuk mengetahui arah dan mengukur kekuatan hubungan linear antara variubcl upah minimum, PDRB, dan karakteristik pekerja yang berdasarkan umur, pcndicikan, sorta status perkawinan dengan variabel penyerapan t.enaga kcrja sektor industri. Model yimg tligunakan dalwn penclitian ini adalah: Model yang digunakan dalam penelitian iul adalah:
(PTK1nd·.-)"' f (UM,., PC>RB,1, Ag, fd, Ms) PTK
"' Penycrapan tenaga kllrja pada sektor industri
UM,,
= Upah minimum pada tahun t
PDRB11
-
Ag
=Umur
Ed
• Peodidikan
Ms
= Status pcrkawinan
Produk domestik regional bruto pada tahun t
25
Model yang gunakan dalam penelitian ini adalah : PT~ "' Pu + ~. UM,.+
lh l'DIUJ,, + ~2
Ag+
p, Ed+ p,
Ms1 +
p, Ms2
+I;
Dimana: PT\
=Penyerapan Tenaga Kerja
Po
= Konstanta
P1 - P6 "' Parameter (koefislen regresi)
Um11
* Upah minimum sektor industri pada tahun t
PDRB11
•
Ag
"' 2:: JO tahun
Ed
• SLTA plus
Ms:
" Status belurn kawin
Msz
• Status sudah kswin
Produk domestik regional brute pada tahun
I
26
BADIV HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis ini bertujuan untuk mengidentlfikasi dampak kenaikan upah minimum. PDRB, serta karakteristik
pekerja berdasarkan
umur,
pendidikan, dan status
perkawinen terhadap penycrapan tensga kerja pada sektor industri. Analisa
didasarkan pada data Survei Angkatan Ketja Nasional (Sakcmas) tahun 1993 sarnpai dcngan 2007, ditambah dcngan data upah minimum dan PDRD sektor industri dengan tahun yang sama. Menganallsls upah minimum,
PDRB, clan karakterlstlk pekerje, terhedap
penyerapan tenaga kerja pada sektor industrl di Swnatera Selatan diperlukan data upah minimum, PDRB, jumlah pckerja yang bekerje pada sektor indusai serta jumlah karakteristik
pekerjanya yang dllihat berdasarkan umur, pendidikan, dan status
perkawi11annya secara time series dari tahun 1993 sampai dengan 2007. Karakteristik pekerja diambil sampel yang berdasarkan umur adalah ~ 30 tahun, pekerja y1111g
pendidikannya ?: SMU serta pekerja yang berstatus sudah menikah dan belurn rnenikah,
Dengan mempertimbangkan model analisls yang digunakan, seperti telah diuraikan dan dik.emukakao pada metodologi penelitian, maka untuk rnempermudah proses perhimngan dan untuk memperoleh cstimasi model serta besaran yang diinginkan menggunakan program SPSS 15.0.
27
Tabel 2. Perkembsngan Upah Minimum dao Peoyerapi1n Tenaga Kerja l'ada Sekter lndwitri Sumalera Selatan, 1 ahun 19:>3 s.d :i007
!
;
Kenallum
Tahun
Upah Minimum (Rp)
1993
57.500
-
1994
75.000
1995
Pcnduduk yang Bcrkerja Pada Sekt11r lndushi
Kenai~~
129.&35
.
30,43%
128.654
-0,91 o/o
87.500
16,66%
127.663
-1,08%
1996
115.500
32%
\24.372
-2,6%
1997
127.500
J0,39%
124.215
--0,12%
19')8
146.500
14,9%
118.284
-4,77%
1999
183.800
25,46%
139.355
17,81%
2000
286.500
55,117%
135.026
-3,1%
2001
286.SOO
e
89.489
-33,72%
2002
380.000
32,63%
117.978
31,83%
2003
425.000
11,84%
130.708
10,8%
2004
505.000
18,82%
114.480
-12,41%
:zoos
554.000
9,7%
120.615
5,36"..4
2006
661.000
19,31%
131.72'2
9,2%
2007
720.500
9%
154.879
17,58%
I
I
-1
-.
.. Sumhtr: Data Olahan Upa~-M.n1mum den Tenaga Kecya di Sektor lndustri SUJlllll,eca Selatan ...
Upah minimum adalah upah pokok ditambah dengan tunjWJgim tetap, dengan komposisi 75 persen upah pokok d1111 25 petsen ruajMg,an
tetap. Pada Tabet 2 terlihat
bahwa kenaikan upah minimum yang cukup besar terjadi pada tahw1 2000 yaitu sebesar 55,87 persen, Hal ini bisa diasumsikan bahwa pada saat itu terjadi krisls ckonomi yang sedang melanda Indonesia, dimana terjadi kerusehan, penjarahan. serta
tidak adanya keamanan di Indonesia yang menyebebkan banyak investor mengalami
28
kerugian pada sektor industri tersebut, Sehingga pemerintah melalrukan
kebijakan
dengan menaikan upah minimum lebih dari 50 persen, dengaa maksud sebagai jaring pengarnan agar pcker]a mendapat upah yang layak untuk kesejahteraannya. Adanya kehijakan pemerintah tcrseliut dengan menaikan upah minimum yang besar menyebahkanperusahaan-perusahaan yang maslh bcnahan justru mengurangi [umlah pekcrjanya karena ketidakmampuan perusahaan untuk membayar pekerja dengan upah yang tingg], Hal ini bisa terlihat dengan menurunnya penyerapan tenaga kerja pada scktor industri sebesar 3,1 pcrsen pada tahun 2000 dan melnnjak tunm lagi mc11jadi 33,72 persen pad11 tahun 2001.
Sehingga kebijakan pemeriatah yang tlldinya menaikan upah minimum untuk mcnsejahterak.an pekerja justru dlkelearkanoya
merijadi
men&engsaral
dari perusahaan sehingga menjadi pengangguran,
decgac
Akan tetapi
kebijakan pemerintah tersebut mungkin mulai dapat dirasakan oleh pekerja pada tahun 2007, dengan adanya pcningkatan penycrapan tenaga kerja p.lda sektor industri sebesar 17,58 persen. Derikut ini adalah grafik yang menggambarken perkembsnganupah minimum dan penyempWl tcn111,;a kerja pada sektor industri.
29
o:
0.1 0J
o~
'
\ ....:
I
.. '.
0 l
0 ·il I
·U
\I..
i
() .;
Sumocr S•kornas 199.l s J 2<)(.17 (dM> dio1J~1)
Ga.mbar 4 Perkembangan Upah Mini.mun• dan Penye
terus-menerus hanya mempengaruhi sedikit sel:ali terhadap tenega kerja yang terserap 1J~d1t scktor indust«. bnhkan deugan adanya kebijakan pemerintah dengan menaikan upah nuuimum yang cukup besar pada tahun 2000 dan 200 I berdempak terhadap penurunan
4.1
penycrapan tenag.i kt:ij•mya
Analisis Model H.ei:resi Hubungan antara variabel bebas dengan penyerapan tenaga kerja, seperti yang
dikemukakan sebelumnya adalah.
30
Dimana :
PTk
= Penyerapan Tenaga Kerja
13~
: Konstanta
131 • 136 = Parameter (koefisien regresi) Um,.
= l)pah minimum sektor iodustri µada uhun t
PDRB,. = Produk domestik regional bruto pada tahun t i\g
= ~ 30 tahun
Ed
• SLTA.plus
Ms1
- Status belum kawin
Msi
• Status sudah kawin
Hasil re~si pada per.elitian dapat diketahui telah Wllji sccara stttl~lil, maka dilakukan uji kriteria stJtti.~tik clan uji kriteria ekonometrika. Uji secara parsial yang dilalculcan dalam penelitian ini bertujuan untuk rncngetabui besamya pengaruh masing-masing variabel bebas terhad.ap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t, yaitu mernbandingken besamya nilai l· hitung denpn I-label, deni;an tingkat llignifilcanai 95 persen (ll-0,05) dan dcrajat kebebasan (df) adalah n - k -· 1 = 15 - 2 - J = 12 sehingga diperoleh nilai t-tabel
scbcsar 1,782.
Ilka t-hitung yang diperoleh lebih besar dari t-tabcl moka variabel
tersebut menunjukan hubungan yang signifikan. Jika nilai signifikansi masing-masing variabel semakin kecil daripada nilai tingklll kepercayaan yang dipakai rnaka
31
hubungan antara masing-masing
variabel bebas dengan variabel terikat semakin
tinggi, Pengujian koefisisen regrcsi sccara scrcaiak
yllllg juga dilakukan dalam
penelitian ini bertujua11 unruk mengetahui apakah semua koefisien estimasi variabel
bcbas yang digunakan dalam model secara \Jersama-sama mcmpunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan UjiFisher (Ftcst), dengan cara membandingkan F-hitu:ig de11gan
F-tabel. dengan tingkat
signifikansi 95 persen (n"'0,05) dan derajatkebebasan (df) N1 N1
"'
n - k - I - IS - 2 - l
r
-
k- I "'2 - I = l dsn
12 diperoleh nilai f-tabel sebesar 3,89. Hasil uji regresi
te1'$Cbut dapat dikatakan signifikllll apabila nilai P-hitung yang dipcrolcb lcbih besar
daripada F-tabcl. :>elaajutnya. sejauh mana estimasi persamaan regresi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunskan scbagai penaksir dasar analisis, perlu dilakukan penguiian terhadap asumsi dasar bcntuk fungsi regresi, yaitu pengujian (I) heteroskedastisitas dcngan residual plot, (2) autokorelasl dengan nilai DurbinWatson, dan (3) multikollnieritas dengan nilai R2• Uji heterosil.edutisitilll dia.njurkan olch Halbert White dalam Kuncoro (200 I:
96) yang berpendapat bahwa uji X2 merupakan uji umum ada tidaknya misspesifikasi 1110\lcl karcna hipotesis 1101 yang melandasi adalah asurnsi bahwa: (!)residual adalah
homoskedastis dan merupakan variabel independen, (2) spesiflkasi llnier alas model sudah benar. Dengan hipotesls noi tidak. ada heteroskedastisuas, [umlah observasi (n) dikalikau R2 yang diperoleh dari rcgresi auxiliary secara asimtous akan mengikuti
32
distribusi
Chi-square dengan degree of freedom sama dengan jumlah
variabel
independen (tidak termasuk konstanta). Bila salah satu atau kedua asumsi ini tidak
terpcnuhi akan mengakibetkae nilai statistik t yang signifikan. Namun bila ~~baliknya, nilai statistik
t
tidak sigoifikan bctarti kedua asumsi di atas dipenuhi.
Artinya model yang digunakan lolcs dari masalah heteroskedastisitas. Autokurelasi merupeken korelesi l1lau hubunganantara anggota seri observasi yang telah disusun menurut waktu atau ruang, Pada Supranto (2001: 270) mcnjclaskan bahwa umuk menguj i ada ndaknya 1tutokorelasi adalah dengan menggunakan staiistik d Durbin-Watson (The Durbin-Watson d Sratistics) yaitu mcmbandingkan d dengan dL. dengao keteatuan: (\) jika d -c d1, maka Ho ditolak dan menyimpulkan bahwa ada kcrelasi seral (z.ut.Okon:lasia).(2) jib. d > du maka Ila diterima dan menyimpulkan bahwa tidnk 8da autokor~lasi,dan (3) jika dL < d < du maka tidak dapar diam bi I kesimpulan apakah ada autokorelasiatau tidak, Multikolinieritus berani ada hubungan linier yang "sempuma" atau pasti diantara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Adapun
pendekresiannye adalah jika multikolinearitas tinggi, maka perhitungan tersebut mungkin memperolch nilai R2 yang Unggi tetapi tidak ~atupun a.tau sangal sedikit koefislen }·ang ditaksir yang peering seeara statistik (Sulaiman, 2002: 139).
33
4.2.
Analisis Ilpah MiQimum,
PDRB, Jan Karakreristik Pekerja Terbedap
Penyerapan Tenaga J(erja Setelah dilakukan uji model ternyata mengbasilkan nilai signifikan sebesar
0,000 lebih kecil dari ketentuan signitikan.<>i sebesar 0,05 yang aninya model tersebut bisa diterima. Analisis regresi yang dilakukan untuk rnengetahu; penyerapan tenaga kerja
pada sektor industri di Sumatera Selatan membcrikan hasil bahwa jika dilihat secara individu
dengan membandmgkan
signifikansi
sntara 1-hil\lJ\g dan t-iabel. Dengan tingkat
95 persen (a.• 0,05} l-tabel bcmtlal t.8;31. V11iabel upah minimum,
variabel PDRB dan variabcl karakteristik pekerja yang ben:bsarkan status perkawinan diperoleh nilai t-hit\111~ masing-masing sebesar 3,030, 3, l 17 !>er1:a 8,582 untuk pekerja dengan status bclum kawin, dan 29,041 untuk pckerja dengan status sudah lcawin. lni berarti nilai t-hitung variabel ini lebih besar daripada t-tsbel seh.ingga dapat dikatakan bahwa variabel upah minimum, PDRB, scrta kamkteristik pekerja yang berdasarkan status perkawinan secara slgnifikac beqx:nganih tcrhadap variabel terikat, scdangkan
untuk variabel karakteristik pekcrja )'llJlg berdasarkan peadidikan dan umur nilainya lebih kecil dari t-tabel, sehingga bisa dikatakan bahwa kedua variabel tersebut tidak
berpengaruh secara nyata terhadap peayerapan tenaga kerja pada sektor industri. Dari hasil analisis pada peoyerapan tenaga kerja di sektor industri yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS dapatdilihat pada Tabel 3:
34
Tabet 3. Hasil Aoalisis Re::;resi Upah Minimum, PDRB, dan Karakteristik Pekerja Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor milu$lri
I
Sig
T-valuc
Estimasi
Variabel Konstanta
-17803,895
3,030
0,023
UM
-0,007
),117
0,021
PDRB
0,005
8,,582
0,046
Ms! (belum kawin)
l,045
I 29,041
0,000
Ms2 (sudah kawio)
l,029
1,571\
0,000
l, 142
0,166
2,502
0,297
Ed (SL TA plus) Ag (umur ~ JOlhn)
. -0,172 0,134
Rvsquare • 0,998
.
' ·---
o-w·stAii:itfk" 3,119
R?. adjusted• 0,995
Pada hasil perhitungan yimg didapat, temyata oilai R2 ywig diperoleh adalah sebesar 0,998. Hal ini berarti variabel bebas :1ang dlgunakan pada penelitian ini mampu menjelaskao 99,8 persen dari jumlab peoyerapan tenaga kcrja di sektor industri yang terjadi di Sumatera Selatan, dan sisanya sebesar 1,2 persen dijela.skan oleh variabel-variabel lain yang tidak dltetiti, Dari nilai R2 ini maka uji kctepatan letak taksiran garis regresi cukup mcmperlihatlcan lceadaan yang sebenamya dan cukup dapat dipercays. Pada model regresi yang digunaknn ini tidak terjadi hetercskedastisites, hal ini tertihat dari garnbar plot yang dibasilkan, bahwa titik-titik tersebut mcnycbar di alas
35
dan di bawah anglca not, dan data mengikuti asumsi nonualitas karena data mengikuti
araa garis diagonal. Melihat adanya pelanggarsn autokorelasi adalah dengan melihat nilai dL dan du (dengn.n derajat kepen:ayaan 5%), diperoleh nilai dL = 0,95 dan du"" 1,54. Nilai besaran Du1bin-Wat.son slaiistik tes sebesar 3,179 dapat ditarik kesimp\llen bahwa model rcgresi ini tidak tcrjodi autokorelasi, karena berdasarkan ketentuan yang pertama menyatakan bahwa jika d lebih bcsar dnri du maka Ho diterima, dengan
demikian ridak ada autokoselasi, Hubungan antar varlabel upah minimum , variabel PDRB, dan variabel karakterisrik pekerja ternyata menghasillcan nilai yang leblh kecil daripada nllui R2 maka diasumslkan bahwa pada model regresi yang digunakan ini tidak terjadi multikolinicrites. Peda Tabel 3, rnaka model regresl yang menyatlllc.an hubungan antara varla.hel
bebas dengan penyerapan tenaga kcrja padn sektor industri menjadi: PTk = -17803,895 - 0,007 UM+ 0,005 PDRD -t- 1,045 Ms1 + 1,029 Ms2 - 0,172 Ed + 0,134 Ag Se
(5875,867)
(0,002)
{0,005)
(0,122)
(0,035}
(0,109)
(0, 118)
(0,991!) D-W statistik (3, 179) Pada masing-masing variabel yaitu variabel upah minimum, variabel PORB Jan variabel karakteristik pckcrja yang berdasarkan status perkawinan saja yang
36
bcrpengaruh secara signitikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri, Hal ini dapat dilihat dari nilai signitikansi yang masing-masing adalah sebesar 0,021, 0,046 dan 0,000. Dari nilai terscbut dapat dilibat bahwa nilainya kurang dari 0,05 sehingga variabel ini dianggap berpengeruh secara signifiksn terhadap penyerapan tenaga kcrja pcda sektor industn, Secara bersama-sama keenam variabel ini memilik:i nilai signifikansi sebesar 0,000 dan ini bcrarti bahwa seluruh variabel ini secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tcnega kerjo di sektor industri. Besaran koefisien upah minimum bemllaJ -0,007 dapat diartikan bahwa
dengan adanya kenaikan upah minimwn make akaz mengurangi penyerapan tenaga kerja sebesar 0,7 persen. Hal ini sesuai dengan teori "Dampuk Upah MiniD'lum dalam t•asar Pcrsoingon Sernpuma" (Kaufman, 2006: 284) yang menyebutkan bahwa dengan adanya kcnaikM upah minimum akan menyebabkan bjaya tenaga kerja (labor cQSI)
dau ha.rga produk tinggi dan pada akhimya mcagakibatkan penurunrut peujullit111
dun pengurangan peogguuaan tenaga kcrja. Dalam jangke pnnjang, efck ncgetif terhadap pekerja lebih luas, dirnana kurva perrnintaan meniadi lebih elastis akibat efek substitusi seperti labor yang digantikan oleh kapital (modal). Besaran koefisien PORB adalah sebesar 0.005 dapat diartikan bahwe dengan kenaikan PDRB sebesar 0,005 persen
JnHlca
akan menyebahkan bertambahnya penyerapan tenaga k.erja di
sektor industri sebanyak I orang. Nilai koefisicn karakteristik pekerja dengan status belum rnenikah adalah scbesar 1,045 dapal diartikan bahwa apabila jumlah pckcrja yang bcrstatus bclum
37
menikah bcrtambah sebanyak I 000 orang, maka akan menyebabkan bertambahnye
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri sebanyak l .045 orang. Simanjuntak (2001) menyatakan bahwa keputusan mengenai apakah seseorang harus bekerja clan berapa lama dalarn seminggu unruk berkerja bukanlah semata-mata ditetapkan oleh pribadi seseorang, akan tetapi bersama-sama dengan semua anggota keluarga khususnya pasangannya Hal ini merupakan strategi untuk memaksimumkan bagi tiap-tiap anggota keluarga dan keterbatasau yang dihadapi olch masing-masing
anggcte keluarga serta keluarga secara keseluruhan. Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa keputusan untuk bekerja di pasar kerja bukan semata-mata ditentukan oleh keputusan individu. Jdenya adalah bahwa daJam sebuah rum.ah tangge, proses pcngarnbilnn keputusan suami dan islri untulc bekerja juga dipengaruhi olch suarui
Senodn dengan yang diungkapkan oleh McConnell (1999) yaitu hahwa dari
segi status perkawinan, terlihat bahwa tingkat partisipasi pasar tenaga kerja untuk
38
status tidak kawin secara signifikan lebih kecil daripeda individu yang berstatus kawin. Walaupun demikian, pada sisi yang lain apabila wanita
yang sudah menikah,
yang suaminya punya pendapatan lebih rendab :iari garis kemiskinan cenderung masuk kedalam paser kerja (Winarsih, 2003).
Besaran koeflsiea karakteristik pcl.erja Yal\S mempunyai pendidilo.m SMU plus bernilai -0, 172 dapat diartikan bahwa apabila j;.unlllh pekerja yimg mempunyai
pendidikan SMU plus b.:rtambah se\iwiyak 1000 orang maka akan rnenyeoebkan berkurangnya penyerapen teaaga kerja pada sektor industri sebesar 172 orang. Maitrey (2004: 22) menyatakan bahwa pada banyak negara berkembang partisipasi aagkatan kerja yang paling tir.ggi adalah pada Ol'1i1Jg yang tidak terdidik, karena ruereka kurang sanggup j ika tidal: beketja dibandingken dengan rnereka yang terdidik. Hal ini sesuai dengan basil penelitian Lieberman d3;lam Boestami (2003). Lieberman meagemukakan bshwa tingkat penycrapan icnega kcrjatarnatan SMU kc bawah lebih tioggi daripada tamazan SMU kc ates, Seianjutoya Tirta nidayet dalain Boestami (2003) juga menggembarkan pcocari kerja dengan ti.nglca.t pendidikan SLTA adelah yang paling tinggi (14%) danjumlah pcncari kerja SD paling sedikit
yakni 2,5%. Kundisi ini disebabkan klll'elUl pekerja dengan pendldikan ya.'lg rendah yang lebih banyak terserap, Nilai koefisien karaklcristik pckerja yang berusia 2: 30 tahun bernilai 0,134 dapar diartikan bahwa apabila jurelah pelcerja yang mempunyai umur 2: 30 tahun hertambah sebanyak 1000 orang rnaka akan mcnycbabkan bertambahnya penyerapan
tcnaga l.crja pada sektor indusrri sebesar 134 orang. Hal ini dimungkinkan karena
pcrusuhaan-pcrusahaan ingin mercari pckcrja yang sudah mempunyai pengalaman schingga mereka tidak pcrlu lagi mcngeluarkan b.aya untuk melakukan training. Kondisi yang demikian sesuai dcngan yang diun~dpkan oleh Auanta dan Sugiharso dalam Simanjuntak (200 I) usia rnempengaruhi penyerapan tenaga kerja dan juga penghasilan yang berbentuk linier positif dlmana titik maksimum tereapai pada usia 49 tahun artinya individu akan mendapatkan penghasilan maksimurn pada usia tersebut.
Bila dilihat karakteeistik secara keseluruhan maka pekerja yang berdaserkan status perkawinaa, dan pekerjuyang usiooyn lebih dari 30 tahun yang lebih banyak mempengaruhi penyerapan tenag,e. k.erja pada M:k.t.or industrl daripada pckerja yang mempunyal pendidikan SMU plus,
40
BabV Kesim!)lllan dau Saran
5.1
Kl\.\impulao Kcnaikan upah minimum cukup tinggi yang dilalrukan oleh pemerintah
pada tahun 2000 dan 200 l sebesar 55,87 persen menyebnblcanturunnya penyerapan lt!nag;i kcrj11 pada sektor industti lebih dari 30 persen,
Hasil estlmasi rncnunjukan, upah minunum akan mcnguraogi penyerapan tenaga kerja pada sektor industd sebesar 0,7 persen, sedangkan dengan kenaikan
PORB sebesar 0,005 persen hanya maml)u menalkan jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor industri sebesar I orang. Hasil estimasi jugs menyatakan bahwa upah minimum, PDRB, dan karakteristik pekerja yang berdasarkan umur, pendidikan, serta steius perkawinan berpengaruh secara signifikan terhadap p~nyerapan tenaga kerja pada sektor industri dengan nilai signifikansi scbesar 0,000.
Berdasarkan karuluerii-tik pekerjanya maka pekerja yang berdasarkan status perkawinan, dan pekerja yang usianya lebih duri 30 tahun yang lebih banyak
mempengaruhi penycrapan tcnaga kcrja pada sektor indusui daripada pekerja yan11 mempunyai pendidikan SMU plus.
5.?
Saran
Pemerintah sebaiknya mempertimbangkan kondisi ekonomi riil yang terjadi di masyarakat, scbe!um memboat kebijakan menaikkan upah minimum yang
41
haru. Karena k.alau udak, maka tujuan daii penetapan upah minimum untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja akan sia-sia dan justru menambah tingka;
pengangguran, Untuk menetapkan upah minimum yang bijaksane, pemerintah sebaiknya mempertimbangkan sejumlah fakeor seperri tingkat pemeangunannya, rnasalahmasalah pertumbuhan dan kompetitivitas, distribusi upah, cekupan dan kepatuhan pada upah itu, dan para pekerja mana yang akan terpengaiuh oleh upah minimum itu. Diharapkan untuk pcnctitian yung skan dataag tidak hanya terfokus dalam satu sektor saja, sehingga dapat mclihat apaknh rnasalah penyerapan tenaga kerja
akibat adanya upah minirnuru yang terjadi pada sektor industri ini meniadi masalah yang sama juga pada sektor lain.
S.3
Implikas] Kebijakan Untuk mengarasi masalah kondisi ekonomi yang rendah dari para pekeria,
tidak cukup hanya dengan menaikan tingkat upah minimum. Sebaiknya dalam hal ini diusehakan agar didukung dengan kegiatan ekonomi yang aktif dan produktif,
sehinaao kcnaikan upah minimum dapat diiznbanal denian produktivitas Y&ni till&gi dan dapat mencapai tujuan dari upah minimum itu sendiri yaitu meningkatkan derajat dan kualitas kehidupan para pekerja.
Kcnaikan upah minimum
barus mempertimbangkan antara lain;
keburuhan hidup uunimum (K.HM), mdeks biaya hidup (laju inflasi}, kemarnpuan
42
tlnansial perusahaan dalam memenuhi kebntuhan tenaga kerjanya, dan tingkat upah priode sebcl umnya. Sebaiknya untuk menunjang kenaikan upah minimum yang terus menerus, dilakukan perbaikan sistem pendidikan dan kererlampilan yang terpadu dengan arah
perkembangan industri yang aJa Ji Indonesia. Dengan pendidikan dan keterlampilan sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan-perusnhaan dan industri, dihal"apl
43
DAFfAR l'USTAKA
Anonimous. 1995. Perencunaan Tenaga Kerja Nasional. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Radan Pusat Statistik. 2006. Sumsel Dalam Angka Tabun 1005. Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan. Palembang. Badan Pusat Statistik. 2007. Sumse! Dalam Angf
Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.
Bordia, Oas, Maitreyi. Juni 2004. Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Pasar renaga Kerja: KaS11s Tlmor-Le.s1e Dalam Perspekrlf Komparatlf. Bank Dunia,
Uo~jas, George. J. 200.S. Labor Economics. Penerbu. The McGntw·Hill Ccmpanies. New York.
Bruce 'E. Kauffman and Julie L. Hotchkiss. 2006. The Economics of Labor Markets. Swem Eduio». Pcnerbit : Thomson Ccrpcrancn. USA. Chapman, Jeff. 2006. Employmenl and The Minimum Wage: Evidence From Recent State Labor Markel Trends. Brlefing Paper htto;//www.epinet.org dlakses tanggal 20 Februari 2008. Depiutemen Tmap Ketja dan TrantmlfilJUI Tehw1 i99S, 2000, 200.5, 2006, 2007. Data dan lnformasJ Ketenagakerjaan Ragam Data, Informast dan Publikast
Ketenagakerjaan.
Dickens, Richard, Stephen Mach.in and Alan manning. Januari l 999. The Fffect on Minimum Wag~ on Employment: Theory umJ Evidence from Britain. Journal of Labor Economics.
Dumairy. 1999. Perekonomion Indonesia. Penerbit . Erlangga Ehrenberg, R, G, and Robert, S Smith. 2003. Modem Labour Economics. Theory and Public Theory. Eight Edition. Addison-Wesley.
44
Elfindri, 2001, Ekonomi Sumber Daya ManU$ia, Edisi Indonesia, Andalas. Padang,
Universitas
El-Hamidi, Patma, and Katherine Terrel. A(lril 2001. The Impact of Minimum Wages Inequality and Employmen: in the Formal Sector in Costa Rica. William Davidson Institute Worl<;ing Paper 479. Even, E, William, and David A. Macphf
Gindling, T.H, an
Jhingan, M, L. 2007. Ekonomt Pem/Jcu1gunun dun Perencanuan, Peuerblt: PT. Raja Grafindo Persada. Kuncoro, Mudrojod. Juni IW7. Ekonomi Pembangxnan, Teort, Masalah; dan Kebijakun. Penerhit: llnit Penerbit dan Percctakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Kuncoro, Mudrajat. Juni 200 I. Metode Kuamitattf:Teori dan Aplllcasi Untuk Bisnis dan Ekonoml, Penerbit: Cnit Pcnerbit dan perrr.~ AMP YKPN. Lehmann, S. Hana- Juni 2006. Minimum Wage Rules and Employmen: of Individuals
with Dtsabtlutes. Journal of Rehabilitation; Academic Research Library.
Mcconnel, Campbel! R etc .. JQ99. Contemporary Labor Economics. Fifth Edition. MacG raw-Hill Int' I Edition. Neumark, David and Olena Niralova, Desember 2004. Minimum Wu.ireF,ffects in the long Run. IZA Discussion Paper No. 1428. Ncurnark, David and William \Vas;:her. Agustus 1997. Do Minimum Wages Fight Povertyr, Working Paper Series.
45
PPPP-UI den KKPS DM-BAPl'ENAS,
1992, Model Terpadu Perencanaan Sumber
Daya Manusia Nasional, Jakarta. Priyono, Edy. Februan 2002. Siruasi Ketenagakerjaan Indonesia don Tinjauan Kritis Terhadap Keb/jalwn ( Ipah Minimum. Jumal Analisis Sosial Vol. 7. Rosmiyati Ch.S dan Bobby M.P, 2002, lnvessosi Sumber Daya Manusia lndonesia Ditinja« Dari Aspek Ekonnm1, Dalam Maja/ah Kajian Ekonomi, Vol 1. No.2 Tahun 2002 Halaman 212-238, Universitas Sriwijaya, Palembang. SMERU. Dampak Kebija/can llpah Minimum terhadap Tingkot Upah don Penyerapan Tenaga Kcrj« di Daerah Perkosaan Indonesia, Oktober 2001. Penerbit: Lembaga Penelitian SMERU. Jakarta,
Subardi, Evi. Juni 2000. Dampak Kenaikan Upah 114inimum (U.M) Terhodap Ketenagakeljaan di Sek/or Industri . .Kajian Eakonomi dan Keuangan T ahun IV
No.2.
Sulistyaningsih, Endang., 1997, Dampak Perubahan Struktur Ekonom! Terhadap
Struklur Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia 1980-20/9, Disertasi (tidak dipublikasib.n), : PPS IPB, Boger
Supranto, J. 2001. Statistik Teori don Apllkasi. Diterbitkan Oleh: Erlangga. Jabrlll Swinnerton, A. Kenneth. April 1996. Minimum Wages In an Equilibrium Search model with Diminishing Returns to Labor in Production. Journal of Labor
Economics.
Tambunan, Tulus. l 995. Kesempotan Kerja, Produaivitas dan Sumber Daya manusia. Media Ekonomi, Vol.N No. I: 321-339. Thompson, Jeff, and Anna Braun. Mari:l 1999. The Effect of the Minimum Wage
Increase on the Restaurant Industry. hup://v.ww.ocpp.org, diakses tanjgal 20 Februari 2008.
Triaswatl, Ninasapti. September 2004. Gambaran Pekerja Indonesia: Menurunnya Daya Serap Pekerja di Selao» Formaf?. Makalah Seminar INDEF. Winarsih, Wiwin. 2003. Analisis Fokior-fakior yang Mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja Wanita di Sumatera Selatan. Tes.is Program Pascasarjana. Universitas Sriwijaya Palembang
46
...
.....
.... '"e-
~~
6~
..
eo
8~
1 (.) u,
si
"'
j '
"'
.!.I ~l-.
"'
-- ·-
Ci5 l" ~ ~
<.J
"'
£;!
"'
~
l!
~c: g;
., "" ti ~ I()
LI.
§ ~ ~"" g~ a:'-'
·-
-e- ,, 8
o~.. ""<">...
E ,...: UJ il'.l ~ ~ (/) :ll " ::;
(/) = Q:
:a ~ ~
"' s: :i:>
JI -
0
0
<(
"'ii ::;;
; ~ 'i.ai ii
!I:
0::.:: Q. t-
(I)
!I:
-.. =-Q. "~
!I:
sn -~ .0 Cl>
;;
-g
::& ~
~
~ ~
Ji ~
.. .0
.
j ~
c: .
"'
~
°!'! ;:
_ .. a:: "a::
....
00
1L
5
------·-··-I
:
~
'.:)
~
<
----·--------
...._
_ _._
~
0
II.I
1----1---------·-
-.
.. Q
~
1--'---1--·
--
__,
l--+-+-----·-··---1
1~
.. 91
1-----1----------~
~ ,g1--1-------··---
f:'!• ;i; "' ~sa.a--s , __
.'S .. .,o cO :t
• "' n
m
0-.
"'
"'
~
I ~ 1-----+---------1~
~_ ::;:
al
.!?>1
~
I
L--.....:.1....--------l~
.Icc~
"'...
- - - - - ..
~("')
C'?
---
MMMMt"'>MMl">~
~
~~
.
e~ ~
..... ·-----------------!
0 111
.
~
ll:
c:i
0
-
a. ....
10 0
en
::l
1Z
"'
~
~ .ci
-
;;;
r:o ·;::
"'
~
c
...
0
Q)
-g
Cll a. 4.l
Cl
0
N
"'
0
"'
0
0
,,.
0
'
.. ..,
1enp!Sa}:j paz11uapn1s uo!ssa.i6a}:j
.... ~ '
) "C
..,iiic ~ c: ,Q
"'QI"'
~ C)
tt:
~~
cSS: i.--··-r--
- .. -
co ea "!
•c
-
-~
i-
6s: '-
u.
!I)
~
(.J
_g,
.... ~
., (ii
-
'""'·-
~
:i ~
s
.. =
~
..
0 u,
e::>
:IE
,_,
I "'.a:ii&: !
0 .!!
·----a:
~ ~
--
ll ;
i1 <
!! ~
~
a: a: ~
. ~
""
-
..
...
~~
:a
.t::
o
F
..I i
"'
u.
§g ~
~5
g_i "' :it
~
w ;i; ~
a:
....
r
;;;
"!
"' N
~ "!
j
,____
ss: ... ~
~! ~
Ill
il5
'O
"Z ~
~
]i i'ii
~
'.B (I)_~
I
~
0
-cE..
* till "' ~al:
~
0
u.
0 ;;
.. ~
.i ~
en ""
....
'°
(.J
Q:'.U
-g ,E.
...
'
"' "!
u.. ~ (/)
8c :I!~
~ ~2 er.,
(/)
~
fil
·-~
--- I.-···
i;
"8
sc-
t1
I
~
(i5
""O
~
.E
~~
-
81
"' !! ·c
o
.;i
!
"'
... t2 ~
ij
\i
.tl
jl
~
"'.
:i'i.s
~ ~ o u..
I
"' ~i as: 0)
i:: g ~
a:
..
"'
~~
"'.
er:
N
II :fO'J
"!
~~
!er
g
a: o;
~
~-
-
a:
~ .!. ~
....
i_
N
"'
...
t ~
'--
~~
~
"!
!
0
u,
IL
II..
(J)
~
.,;
~
...
-0
~
i...
-··
"'
t:--
{6!
8.
~-
,,
i:::
~ 2 u
~
0:
-
't; !l ~
-~ ~~
WW ~ SI .,
£
-~·- -0 0: -e
-
0 !! "' ..
~. i~ <
... ~
I.
"Ii! ~-
as-s
-·····
!I'
~ :! -
'O
.w..
t~ ~~
'
~ ~
!
= "'
0:
"'q"'
-
,._ • ,.,"':
~ "! ~
-~ ti)
a:
- . -~
"'
'<;
~ "" w ..
!i
0:
(')
oi (i)
...
.......
1!
(0
---
"'
;
"'...
~
0: ~
.....
~
~"'
~ 0:
t.)
..li!
!I.~
~
.
"'·-
i:i w~ . UI -c ..
I~
o:U
'§
9
6
:ri .,
ii 0:
- "'
OS ~
...
u,
~
ill
"'
0
~
i!
...
....
C!
(J)
«!
I
<.)
j,
~I6~ -°'
It)
.5 8
<'!
~g "' 6~
I
"'..,
~! -
....
<')
•C
"l
a:
s 0:
~
-.;
<;
::-
:::!:-
"8
"&