Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR’EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV 1)
I Putu Dedy Sandana1) dan Hari Ginardi2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail:
[email protected]
ABSTRAK PT. PLN (Persero) Distribusi Bali menjadi pilot project penerapan EAM Distribusi atau Dr’EAM (Distribution Enterprise Asset Management). Penerapan Dr’EAM di perusahaan listrik (power utility) di Bali ini tidak saja merupakan yang pertama di Indonesia, tetapi juga yang pertama di ASEAN. Ini merupakan langkah strategis PLN dalam mewujudkan diri sebagai perusahaan kelas dunia. Dr’EAM merupakan pengembangan lanjut dari aplikasi eMap, yang merupakan nama atau istilah aplikasi pengelolaan aset jaringan distribusi berbasis peta jaringan digital yang berbasis web sehingga bisa diakses via internet. Sistem Dr’EAM mempunyai kemampuan integrasi dengan banyak aplikasi didalamnya. Maka dari itu untuk mengukur seberapa baik berjalannya proses dari Dr’EAM ini diperlukan tata kelola sistem informasi dengan menggunakan suatu metode. Metode yang digunakan disini adalah CMMIDEV (Capability Maturity Model Integration) for Development. Hal yang terpenting yang harus diukur adalah seberapa baik proses yang ada di dalamnya berjalan. Hasil penelitian menunjukan bahwa, sistem Dr’EAM berada pada Capability atau Tingkat Kemampuan Level 3. Ini dibuktikan dengan hasil Gap Analisis atau kesenjangan 10% dari harapan Capability yang ingin dicapai yaitu berada pada Capability atau Tingkat Kemampuan Level 5. Hasil akhir dari penelitian ini berupa rekomendasi tata kelola IT yang diberikan kepada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali sebagai acuan untuk pengembangan selanjutnya yaitu pencapaian Capability atau Tingkat Kemampuan Level 5 yang ditawarkan pada CMMI-DEV. Kata kunci: Tata Kelola IT, CMMI-DEV, PT. PLN Distribusi Bali.
PENDAHULUAN Pada era perkembangan zaman sekarang ini, teknologi informasi (TI) sudah menjadi bagian dalam suatu bisnis atau usaha dalam menghasilkan suatu produk ataupun dalam penyediaan layanan jasa. Proses otomasi terhadap proses yang berkaitan dengan data dan informasi (yang berarti penerapan TI secara luas) telah terbukti mempercepat kinerja operasional dari suatu proses bisnis apapun bentuk bisnisnya. Dengan demikian banyak pelaku usaha menjalankan proses bisnisnya, disertai dengan dukungan teknologi informasi (TI) dan bahkan terintegrasi dengan banyak aplikasi didalamnya, yang bertujuan untuk mempercepat proses pemasukan, pengeliatan, pengolahan, dan pengeluaran data dalam suatu system yang berbentuk informasi. PT. PLN (Persero) Distribusi Bali telah menerapkan teknologi informasi (TI) yang bahkan terintegrasi dengan aplikasi-aplikasi lain didalamnya, baik itu aplikasi yang berbasis desktop maupun berbasis web. Ini dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Bali untuk menjadi perusahaan listrik yang bertaraf kelas dunia. ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Akan tetapi, dalam pengembangan usahanya PLN mempunyai banyak keterbatasan, salah satunya adalah keterbatasan investasi. Maka dari itu, PLN melakukan pergerakan dalam bisnisnya melalui dua sisi. Sisi yang pertama, adalah perluasan aset untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, penerapan EAM (Enterprise Asset Management) untuk meningkatkan kinerja operasi, efisiensi dan menekan resiko bisnis baik di sisi distribusi, transmisi dan sisi pembangkitan. PLN Distribusi Bali menjadi pilot project penerapan EAM Distribusi atau Dr’EAM (Distribution Enterprise Asset Management). Pada tanggal 11 Desember 2013, PLN Distribusi Bali peresmian Go Live penerapan Dr’EAM secara menyeluruh di semua area dan kantor induk di PLN Distribusi Bali. Penerapan Dr’EAM di perusahaan listrik (power utility) di Bali ini tidak saja merupakan yang pertama di PLN, tetapi juga yang pertama di ASEAN. Ini merupakan langkah strategis PLN dalam mewujudkan diri sebagai perusahaan kelas dunia. EAM merupakan pengembangan lanjut dari aplikasi eMap, yang merupakan nama atau istilah aplikasi pengelolaan aset jaringan distribusi berbasis peta jaringan digital yang sebagian besar fiturnya berbasis web sehingga bisa diakses via internet atau intranet. Aplikasi eMap mengakomodasi fitur yang meliputi lima fungsi TUJ (Tata Usaha Jaringan) yakni, fungsi perencanaan, fungsi penyambungan, fungsi operasi, fungsi pemeliharaan, fungsi APP. Dan ditambah kemampuan integrasi dengan sistem-sistem lain seperti : Aplikasi P2APST (Pengelolaan dan Pengawasan Arus Pendapatan Secara Terpusat), aplikasi APKT (Aplikasi Pengaduan dan Keluhan Terpadu), aplikasi AP2T (Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat), aplikasi isms (Instant Sms), aplikasi AMR (Automatic Meter Reading), dan aplikasi SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition). Maka dari itu untuk mengukur seberapa baik berjalanannya proses dari Dr’EAM ini diperlukan tata kelola sistem informasi dengan menggunakan suatu metode. Metode yang digunakan disini adalah CMMI-DEV (Capability Maturity Model Integration) For Development. CMMI-DEV membantu perusahaan untuk meningkatkan performa dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan layanan yang diberikan. Hal yang terpenting yang harus diukur adalah seberapa baik proses yang ada di dalamnya berjalan. Salah satu pencapaian yang ingin dikaji atau dievaluasi saat ini adalah pencapaian Capability atau Tingkat Kemampuan Level 5 dimana pada level ini menawarkan fokus yang lebih strategis yang membangun dan mengelola kualitas dan kinerja proses yang sejalan dengan tujuan bisnis. METODE Penelitian ini akan diuraikan mengenai tahapan dari proses penelitian yang akan dilakukan. Tahapan yang dilakukan pertamakali adalah proses pengumpulan dan analisis data, proses perancangan solusi, penyajian CMMI-DEV, penyebaran kuesioner, penentuan gap analisis, dan pemberian rekomendasi kepada perusahaan. Proses Pengumpulan dan Analisis Data Proses pengumpulan dan analisis data adalah melakukan pengambilan data-data pada perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, selanjutnya dilakukan analisis yang disesuaikan dengan Tata Kelola TI yang mengacu pada proses penerapan dan penggunaan dari CMMI-DEV. Proses Perancangan Solusi Pada tahap proses perancangan solusi ini, yang dilakukan adalah menentukan responden yang akan disebarkan untuk pengisian dari kuesioner yang akan dibuat, menentukan pemilihan penyajian dari CMMI-DEV, proses pembuatan kuesioner, proses penyebaran kuesioner, menganalisa hasil penyebaran kuesioner yang selanjutnya diuji ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
reliabilitas dan validitasnya, setelah itu melakukan gap analisis dari tingkat kemangatan perusahaan saat ini dan pencapian Tingkat Kematangan yang ingin dicapai, setelah semua proses itu dilakukan selanjutnya pemberian rekomendasi kepada perusahaan. Pemilihan Penyajian CMMI-DEV Didalam CMMI-DEV (Capability Maturity Model Integration) for Development terdapat 22 Process Area didalamnya, semua praktik CMMI-DEV berfokus pada kegiatan pengembangan organisasi. CMMI-DEV adalah model refrensi yang mencangkup kegiatan untuk mengembangkan produk dan jasa dari berbagai industry termasuk aerospace, perbankan, perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi. Praktik-praktik yang terdapat didalam CMMI-DEV mencangkup manajemen proyek, manajemen proses, rekayasa system, rekayasa perangkat keras (hardware), rekayasa perangkat lunak (software), dan proses pendukung lainya yang digunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan. Penyebaran Kuesioner Setelah melakukan proses pembuatan kuesioner maka dilakukan proses penyebaran kuesioner kepada responden dari perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. Dari hasil penyebaran kuesioner ini adalah untuk dapat mengetahui Tingkat Kematangan dari system Dr’EAM saat ini, dengan harapan pencapaian Capability atau Tingkat Kemampuan level 5. Penentuan GAP Analisis Setelah melakukan perhitungan realibilitas dan validitas berdasarkan kusioner yang telah disebarkan, untuk mengetahui gap dari Tingkat Kematangan pada masing-masing proses. Berikut ini adalah desain dari gap analisis Tingkat Kematangan. Pemberian Rekomendasi Penulis menyimpulkan kondisi tata kelola perusahaan saat ini dan yang diharapkan serta tindakan perbaikan yang direkomendasikan. Penulis juga memberikan saran untuk peningkatan tata kelola perusahaan kepada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pengumpulan dan Analisis Data Proses Bisnis yang terdapat pada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, mempunyai kemampuan integrasi dengan aplikasi-aplikasi didalamnya. Berikut ini merupakan penjelasan dari proses bisnis yang terdapat didalam system Dr’EAM pada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. AP2T adalah aplikasi yang digunakan oleh PLN untuk Pelayanan terhadap Pelanggan. Contoh: pasang baru listrik, perubahan daya, billing dan lain sebagainya. P2APST adalah suatu aplikasi digunakan PLN untuk mempermudah perusahaan dalam mengelola dan mengawasi pendapatan perusahaan yang bertujuan untuk memperlancar cash flow (arus pendapatan) perusahaan. APKT adalah Layanan yang terintegrasi dan terpadu untuk mengelola informasi, keluhan pelanggan dan penyelesaiannya yang mencakup aspek teknis (penyaluran tenaga listrik) dan niaga. Contoh: putus-sambung aliran listrik, catat meter, invoice dan yang lainnya secara realtime dan online. I-SMS adalah aplikasi yang digunakan PLN untuk Pelayanan Pelanggan melalui media sms, Contoh: Informasi Tagihan. AMR adalah teknologi otomatisasi yang digunakan PLN untuk mengumpulkan konsumsi energi, data teknis serta data status dari perangkat meter yang dipasang. Data-data tersebut dikirim secara remote data database untuk proses penagihan dan analisa.
ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
SCADA adalah teknologi yang digunakan oleh PLN untuk pengambilan data teknis listrik, mengawasi serta mengendalikan jaringan listrik secara realtime. Proses Perancangan Solusi Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilanjutkan dengan proses pengumpulan analisis data, maka dari itu dibuatlah perancangan solusi untuk Tata Kelola Teknologi Informasi yang terdapat pada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. Penentuan RACI Berdasarkan struktur organisasi pada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, maka pihakpihak yang akan bertanggung jawab terhadap kesuksesan aktifitas di atas dapat dilihat di bawah ini. 1. Manager Bidang Perencanaan sebagai Informed karena pihak yang selalu menjaga kemajuan informasi atas aktifitas yang dilakukan dan sebagai penanggung jawab atas seluruh proses penentuan perencanaan dan pengembangan, baik itu dibidang asset management atau teknologi pada PT. PLN Distribusi Bali. 2. Manager Deputi IT sebagai accountable karena pihak yang mempunyai kewenangan untuk menyetujui atau menerima pelaksanaan aktifitas seluruh proses di department IT. 3. Supervisor Infrastruktur IT sebagai consulted karena sebagai pihak yang dimana pendapatnya dibutuhkan dalam suatu aktifitas dan sebagai pihak yang mengontrol proses berjalannya system IT di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. 4. Supervisor Aplikasi IT sebagai consulted karena sebagai pihak yang dimana pendapatnya dibutuhkan dalam suatu aktifitas dan sebagai pihak yang mengontrol proses berjalannya aplikasi di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. 5. Supervisor Infrastruktur IT sebagai consulted karena sebagai pihak yang dimana pendapatnya dibutuhkan dalam suatu aktifitas dan sebagai pihak yang mengontrol proses berjalannya system IT di PT. PLN Distribusi Bali. 6. Supervisor Pengendalian Susut sebagai consulted karena sebagai pihak yang dimana pendapatnya dibutuhkan dalam suatu aktifitas dan sebagai pihak yang mengontrol proses berjalannya system P2TL di PT. PLN Distribusi Bali. 7. Staff Area Distribusi Bali sebagai responsible karena sebagai pihak yang menggunakan atau mengoprasikan dari system Dr’EAM. Pemilihan Penyajian CMMI-DEV Didalam CMMI-DEV (Capability Maturity Model Integration) for Development terdapat 22 Proses Area didalamnya, yaitu: 1. Causal Analysis and Resolution (CAR) 2. Configuration Management (CM) 3. Decision Analysis and Resolution (DAR) 4. Integrated Project Management (IPM) 5. Measurement and Analysis (MA) 6. Organizational Process Definition (OPD) 7. Organizational Process Focus (OPF) 8. Organizational Performance Management (OPM) 9. Organizational Process Performance (OPP) 10. Organizational Training (OT) 11. Product Integration (PI) 12. Project Monitoring and Control (PMC) 13. Project Planning (PP) 14. Process and Product Quality Assurance (PPQA) ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
15. Quantitative Project Management (QPM) 16. Requirements Development (RD) 17. Requirements Management (REQM) 18. Risk Management (RSKM) 19. Supplier Agreement Management (SAM) 20. Technical Solution (TS) 21. Validation (VAL) 22. Verification (VER) Berdasarkan 22 Process Area yang ditawarkan oleh CMMI-DEV, maka penyesuaian Prosces Area yang sesuai dengan system yang terdapat pada perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali adalah Product Integration (PI) atau Integrasi Produk dan Validation (VAL) atau Validasi. Penyesuaian Proces Area ini sangat sesuai dengan system pada perusahaan karena pada Proces Area untuk Product Integration sangat sesuai dengan system Dr’EAM yang dimiliki oleh perusahaan yaitu dimana system tersebut mempunyai kemampuan integrasi dengan banyak aplikasi-aplikasi didalamnya. Untuk Proces Area pada Validation juga sangat sesuai dengan system Dr’EAM karena menawarkan bahwa suatu produk dalam hal ini aplikasi-aplikasi yang ada, memenuhi penggunaan dari perusahaan, hal ini dimaksudkan dari aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan, didalam penerapannya sesuai dengan harapan dari perusahaan. Uji Realibilitas dan Validitas Untuk pengujian realibilitas dan validitas disini menggunakan Cronbatch’s Alpha dengan menggunakan program dari Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Tabel 1. Uji Realibilitas dan Validitas
Gap Analisis Setelah semuanya dapat diketahui gap analisis dari masing-masing proses seperti, Process Area Product Integration (PI), Validation (VAL), Capability atau Tingkat Kemampuan Level 1, level 2, level 3, level 4, dan level 5, maka proses selanjutnya adalah menentukan pencapaian dari Capability atau Tingkat Kemampuan Level 5, yang dimana Tingkat Kemampuan ini merupakan tingkatan level tertinggi dari CMMI-DEV. Maka dari itu untuk mengetahui keberadaan dari pencapaian level perusahaan saat ini dan pencapaian level yang diinginkan yaitu Capability atau Tingkat Kemampuan Level 5, maka dilakukan kembali perhitungan dari Gap Analisis pada masing-masing level untuk mengetahui kesenjangan level dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi.
ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Berikut ini merupakan gap analisis dari masing-masing proses yaitu dimulai dari Process Area Product Integration (PI) dan Validation (VAL)
Gambar 1. Gap Analisis Product Integration
Gambar 2. Gap Analisis Validation
Berikut ini merupakan Gap Analisis dari masing-masing Capability atau Tingkat Kemampuan Level 1, level 2, level 3, level 4, dan level 5. Tabel 2. Gap Analisis Pada Masing-Masing Level
Berdasarkan Gap Analisis di atas, maka diketahui tingkat kesenjangan dari Capability atau Tingkat Kematangan pada tiap-tiap level. Kesenjangan yang dimiliki pada masingmasing level adalah level 1 mempunyai tingkat kesenjangan sebesar 30%, untuk level 2 mempunyai tingkat kesenjangan sebesar 32%, sedangkan level 3 mempunyai tingkat kesenjangan sebesar 10%, pada level 4 mempunyai kesenjangan sebesar 30%, dan tingkatan level tertinggi dari Capability yang ditawarkan oleh CMMI-DEV adalah level 5 yang disini mempunyai kesenjangan sebesar 40%. Dilihat dari kesenjangan dari tingkatan tertinggi sampai pada tingkatan terendah pada masing-masing level, maka dapat dilihat pada Tabel 3.
ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Tabel 3. Urutan Gap Analisis pada Masing-Masing Level
Gambar 3. Urutan Gap Analisis pada Masing-Masing Level
Berdasarkan pada hasil Gap Analisis yang didapatkan pada masing-masing level dari Capability atau Tingkat Kematangan pada system Dr’EAM yang dimiliki oleh perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, maka keberadaan level perusahaan yang sekarang adalah berada pada level 3, karena memiliki tingkat kesenjangan yang paling rendah. Pemberian Rekomendasi Rekomendasi yang diberikan pada perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali untuk pencapaian Capability atau Tingkat Kemampuan level 4 dan level 5 adalah: 1. Lakukan suatu pengelolaan yang baik dari system Dr’EAM. 2. Pastikan apakah proses berperilaku konsisten atau stabil. 3. Pastikan identifikasi proses di mana kinerja harus konsisten di seluruh proyek. 4. Mengidentifikasi aspek proses yang dapat ditingkatkan dalam organisasi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. 5. Mengidentifikasi pelaksanaan proses yang dilakukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. 6. Tinjau tujuan bisnis organisasi yang berkaitan dengan kualitas dan kinerja proses, agar system Dr'EAM dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 7. Memberikan produk dalam anggaran dan tepat waktu. 8. Meningkatkan kualitas produk dengan persentase tertentu dalam jangka waktu tertentu. 9. Meningkatkan produktivitas oleh persen ditentukan dalam jangka waktu tertentu. 10. Mempertahankan peringkat kepuasan pelanggan. 11. Penurunan biaya pemeliharaan dengan persentase dan dalam jangka waktu tertentu. 12. Tentukan tujuan kuantitatif organisasi untuk kualitas dan proses kinerja. 13. Tentukan prioritas tujuan organisasi untuk kualitas dan kinerja proses. 14. Review terhadap kualitas organisasi dan tujuan kinerja proses berdasarkan prioritas yang relevan dari pihak yang bertanggung jawab. 15. Merevisi sasaran kuantitatif organisasi untuk kualitas dan kinerja proses yang diperlukan.
ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Sedangkan rekomendasi yang diberikan untuk system Dr’EAM dalam pencapaian Capability atau Tingkat Kemampuan level 5 adalah: 1. Lakukan pengelolaan secara optimal terhadap system Dr'EAM agar dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan bisnis dari perusahaan. 2. Mengelola kinerja organisasi dengan iteratif, menganalisis data dari pelaksanaan proyek, mengidentifikasi kesenjangan dalam kinerja terhadap tujuan bisnis, dan memilih dan melakukan perbaikan untuk menutup kesenjangan. Ini harus dilakukan agar system Dr'EAM dapat mendukung kemajuan perusahaan yang disesuaikan dengan tujuan bisnis. 3. Mengevaluasi tujuan bisnis secara berkala untuk memastikan keselarasan dengan strategi bisnis. 4. Memastikan adanya suatu maintenance atau perbaikan pada system secara terusmenerus sampai pada akar penyebab dari kerusakan yang terjadi pada system Dr'EAM. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Process Area pada Product Integration (PI), dan Validation (VAL), telah memenuhi pencapaian Process Area pada Tingkat Maturity Level 3 (ML3). Ini dibuktikan dengan pencapaian ML3 yaitu Defined dengan hasil yang didapatkan dari Product Integration (PI) sebesar 3,54 dan Validation (VAL) dengan ranges option rata-rata dari 3,00 sampai 4,00. 2. Pencapaian dari Capability Level 1 sebesar 30%, Capability Level 2 sebesar 32%, Capability Level 3 sebesar 10%, Capability Level 4 sebesar 30%, Capability Level 5 sebesar 40%. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Saran untuk penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kekurangan pada bagian-bagian yang terdapat pada penelitian ini, yang dimana dapat disempurnakan didalam penelitian selanjutnya. 2. Untuk dapat menyempurnakan dari Capability atau Tingkat Kemampuan Level yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero), penelitian dapat dilakukan di beberapa regional yang ada di Indonesia. Maka dari itu akan dapat mengetahui perbandingan dari masingmasing regional untuk pencapaian Capability atau Tingkat Kemampuan Level dari CMMI-DEV yang dicapai pada masing-masing regional PT. PLN (Persero). DAFTAR PUSTAKA Ahern, D. M., Clouse, A., & Turner, R. (2003). CMMI® distilled: a practical introduction to integrated process improvement. Boston, Addison Wesley. Ahern, Dennis M., Clouse Aaron, Turner Richard. (2008). CMMI® Distilled: A Practical Introduction to Integrated Process Improvement. Addison Wesley Professional. Bicego, A. and Kuvaja, P., “Software process maturity and certification”, Journal of Systems Architecture, Volume 42, Issue 8 SPEC. ISS., 31 December 1996, pg. 611-620. Campo, Michael. Why CMMI Maturity Level 5?. Cross Talk. Januari/February 2012. Pg.1518.
ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Minghui, W., Jing, Y. and Chunyan, Y., “A Methodology and its Support Environment for Benchmark-based Adaptable Software Process Improvement”, IEEE lntemational Conference on Systems, Man and Cybernetics, 2004. Paulk, Mark C.; Curtis, Bill; Chrissis, Mary B.; & Weber, Charles V., Capability Maturity Model for Software (Version 1.1) (SEI/CMU-93-TR- 24, ADA263403). Paulk, M.C., The Capability Maturity Model for Software: Guidelines for Improving the Software Process, SEI Series in Software Engineering, Addison-Wesley, Reading, Mass., 1995. Gibson, Diane L., Goldenson, Dennis R., Kost Keith. Performance Results of CMMI®-Based Process Improvement. Technical Report.
ISBN: 978-602-70604-2-5 C-17-9