TANYA JAWAB DI GROUP ABHIDHAMMA (Pada tanggal 30 Nopember 2016 terjadi tanya-jawab antara Ashin Kheminda dan murid-murid Abhidhamma. Tanya-jawab ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman para murid tentang materi-materi yang telah diajarkan. Dibawah ini adalah catatan dari rangkaian tanya-jawab tersebut.) AK (Ashin Kheminda): Seseorang sedang bermeditasi mengamati nafas dengan mudah dan penuh sukacita. Tetapi dia tidak mampu membedakan nafas tersebut apakah masuk atau keluar, panjang atau pendek. Citta apakah yang muncul pada saat itu? Cetasika apa saja yang muncul bersama dengan citta tersebut? M(Murid): Citta yang muncul adalah somanassasahagata ñānavippayutta asaṅkhārika ̣ citta. Cetasika yang muncul bersama dengan citta tersebut adalah 13 aññasamāna dan 19 sobhanasādhāran a, ̣ ̣ jadi total 32 cetasika yang muncul. AK : Cetasika apa yang mengingatkan citta untuk mengamati nafas? M: Sati yang mengingatkan citta untuk mengamati nafas. Tanpa paññā pun sati bisa mengingatkan citta tentang nafas (objek meditasi). Paññā yang melihat nafas masuk atau keluar, panjang atau pendek. Viriya yg membuat citta terus berusaha mengamati nafas. AK: Pelajaran apa yg anda dapat dari pertanyaan yang terakhir ini? Jawabannya: di dalam meditasi sati saja tidak cukup! Hal ini penting untuk diketahui karena banyak yogī yang hanya mengandalkan sati di dalam meditasinya tanpa mengetahui karakteristik, fungsi dan manifestasi dari sati.
Di dalam kitab terdapat istilah yang penting untuk anda ketahui dan pahami yaitu satinepakka (kebijaksanaan dan perhatian-penuh) yang merupakan kombinasi dari cetasika sati dan cetasika paññā. Kedua cetasika tersebut harus bisa bekerja bersama-sama. Mahāsatipaṭṭhāna Sutta mengajarkan kita beberapa poin yang bermanfaat untuk kesuksesan meditasi kita, yaitu ātāpī (usaha yg gigih, yang merupakan cetasika viriya, dalam mendukung citta untuk mengamati nafas), sampajāna (memahami nafas dengan baik = cetasika paññā), dan satimā (perhatian penuh terhadap nafas yang sedang keluar-masuk = cetasika sati). Kemudian, sutta tersebut juga mengajarkan vineyya loke abhijjhādomanassa “setelah menyingkirkan nafsu dan perasaan tidak senang di 5 agregat yang menjadi objek kemelekatan,” kalimat ini adalah ekspresi untuk samādhi atau cetasika ekaggatā. Kalimat tersebut mengajarkan kita untuk mampu menekan lima rintangan batin terlebih dahulu sebelum kita ber-vipassanā. Jadi, secara ringkas ada 4 cetasika yang harus dikembangkan dengan baik, yaitu viriya, paññā, sati dan ekaggatā. Keempat cetasika tersebut mewakili pañcaindriya (lima daya spiritual) yaitu saddhā, viriya, sati, samādhi dan paññā. Lau, kenapa di Mahāsatipaṭṭhāna sutta tidak memasukkan saddhā? Jawabannya adalah saddhā tidak perlu disebutkan di sutta tersebut karena para yogī bermeditasi karena saddhā! M: Mohon dijelaskan lagi tentang cara bekerjanya cetasika viriya. AK: Viriya memastikan dan mendukung semua cetasika untuk bisa terus melakukan fungsinya sampai selesai. Viriya seperti pilar yang mendukung bangunan supaya tidak ambruk. Karena viriya maka cetasika yang lain tidak ambruk di tengah jalan pada saat sedang melaksanakan fungsinya.
M: Bukankah cetasika yang mengamati napas adalah vitakka dan viriya hanya mendukung? AK: Yang mengamati nafas adalah manasikāra. Paññā yang memahami karakteristik dari napas tersebut, apakah nafas masuk atau keluar, panjang atau pendek, kasar atau lembut dll. Paññā memahami tekstur dari nafas yang sedang diamati. Vitakka yang menempelkan citta ke napas. Vicāra mempertahankan citta untuk terus berada/menempel ke nafas di setiap momen. Viriya mempertahankan citta dan cetasika yang lain agar dapat menyelesaikan fungsinya. AK: Pada saat anda bermeditasi ānāpanasati, mungkin selama 5 menit citta bersama dengan nafas masuk dan keluar. Tetapi setelah itu citta mengembara kesanakemari. Pada saat citta mengembara seperti itu apakah ada sati? M: Saat citta mengembara kesana kemari berarti tidak ada sati, karena karakterisik sati adalah tidak mengambang dan tidak mengembara; fungsi dari sati adalah "tidak lupa." Pada saat citta mengembara berarti citta sedang lupa mengamati nafas dan dengan demikian tidak ada sati atau tidak berperhatian-penuh. AK: Karena citta tidak disertai sati maka citta apakah yg sedang muncul saat itu? M: Yang muncul saat itu adalah Akusala citta
AK: Pada saat citta mengembara dan kemudian citta tersebut ingat bahwa dirinya sedang mengembara maka citta apakah yg muncul? M: Yang muncul saat itu dan ingat bahwa citta sedang mengembara adalah Mahākusala citta AK: Pada saat akusala citta muncul dan kemudian citta tidak tahu bahwa itu adalah akusala citta, maka citta apakah yg muncul? M: Citta yang tidak menyadari bahwa akusala citta sedang muncul adalah akusala citta juga. AK: Apabila terjadi pelanggaran sīla, kemudian muncul rasa jengkel, "Kenapa saya sudah belajar Dhamma bertahun-tahun masih saja bisa melanggar sīla!" Citta apakah yg muncul pada saat itu? M: Yang muncul saat itu adalah Dosamūla citta AK: Apa yang hendaknya dilakukan pada saat akusala citta sedang muncul? M: Yang harus dilakukan adalah memunculkan sati. Present moment awareness.
AK: Siapa yg akan lebih menderita seseorang yang tahu bahwa akusala citta sebagai akusala citta atau seseorang yang tidak tahu bahwa akusala citta adalah akusala? M: Yang lebih menderita pastilah yang tidak tahu bahwa akusala citta adalah akusala. Seperti perumpamaan dua orang memegang bola logam yang panas membara. Dia yang tidak tahu bahwa bola tersebut panasa membara pasti akan memegang bola tersebut dengan penuh semangat. Sementara teman yang satunya, karena dia tahu bahwa bola tersebut panas, akan memegangnya dengan hati-hati! AK: Dengan demikian apakah pernyataan, "langsung meditasi saja, tidak usah belajar teori. Buddhisme adalah agama praktik, bukan agama teori," benar dan bijaksana? M: Ucapan tersebut tidak benar dan tidak bijaksana. Hendaknya ada keseimbangan antara pariyatti dan paṭipatti. Pariyatti adalah fondasi untuk paṭipatti.
Buddhasāsanaṃ ciraṃ tiṭṭhatu! Sādhu…sādhu…sādhu! (Semoga ajaran Buddha bertahan lama)