PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII C SMP NEGERI 5 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh: TANTI SETYARINI NIM. K4305043 Pendidikan Biologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu pendidikan formal bertugas untuk menghasilkan peserta didik yang utuh dan berkualitas agar dapat berperan aktif di dalam masyarakat. Peserta didik yang utuh dan berkualitas adalah peserta didik yang seimbang antara kemampuan moral, intelektual, sikap, keterampilan dan mampu berpikir kritis yang didapatkan melalui proses belajar di sekolah. Sekolah bukan hanya bertugas menanamkan dan mewariskan ilmu pengetahuan akan tetapi juga harus memberi keterampilan tertentu serta menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai siswa. Proses tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang ada. Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,
keterampilan,
dan
keahlian
tertentu
kepada
siswa
untuk
menggali
dan
mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Siswa berusaha untuk mengembangkan diri dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu berinteraksi dengan lingkungan melalui pendidikan. Oleh karena itu, masalah pendidikan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan serius yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan relevansinya. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta sebanyak 41 siswa, diketahui bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi khususnya dalam proses diskusi belum optimal. Proses diskusi yang dimaksud adalah diskusi kelompok yang kemudian diikuti dengan presentasi kelompok. Siswa cenderung tidak memberikan perhatian ketika diskusi berlangsung maupun pada saat presentasi, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan dari guru, menyampaikan pendapat dalam diskusi dan memberikan masukan pada kelompok lain yang presentasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya pada saat pembelajaran berlangsung sebanyak 15 siswa (36,59%). Siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan pendapatnya pada saat diskusi kelompok sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan masukan kepada kelompok lain yang presentasi
sebanyak 10 siswa (24,39%). Siswa yang memberikan perhatian ketika diskusi
kelompok dan ketika kelompok lain presentasi sebanyak 12 siswa (29,27%). Siswa yang memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26 siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23 siswa (56,10%). Suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaktidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Siswa yang berpartisipasi aktif di kelas VII C ini masih di bawah 75%. Sebagian besar siswa (60%) belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada saat diskusi kelompok, guru hanya berkeliling di deretan kelompok paling depan. Apabila diadakan diskusi kelompok, sebagian besar siswa (56,10%) tidak setuju jika pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih anggota kelompok karena sudah mempunyai kelompok sendiri. Sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat dari teman lain dalam dalam satu kelompok. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, angket, dan keterangan dari guru menunjukkan bahwa partisipasi dan kecerdasan interpersonal siswa masih kurang. Kecerdasan interpersonal
merupakan
kemampuan
untuk
mengorganisasikan
orang
lain
dan
mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, kemampuan untuk mengamati, mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain, peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain serta mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode pembelajaran yang sesuai agar setiap siswa ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya pasif dan mendengarkan penjelasan dari guru. Partisipasi siswa mencakup pada keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan, dan tanggung jawab. Penelitian dibatasi pada perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation (GI) untuk meningkatkan partisipasi siswa. Perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI diharapkan agar: 1) siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) siswa mampu berinteraksi dengan teman kelompok yang baru, 3) mampu membentuk kelompok belajar yang kompak dan tidak menang sendiri, 4) mengeluarkan pendapat dalam diskusi, 5) memberi masukan pada kelompok lain yang presentasi, 6) menghargai pendapat teman dalam satu kelompok, 7) memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat, 8) mampu
mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, dan 9) memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi. Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam menyelidiki. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan diselidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya. Kelompok terdiri 5-6 orang, setiap siswa dalam kelompok mengerjakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan yang telah disiapkan sendiri dan teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk saling memberi kontribusi, saling tukar menukar dan mengumpulkan ide. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar. Metode GI diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam KBM, dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran biologi dan melatih kemandirian siswa di SMP N 5 Surakarta kelas VII C sebanyak 41 siswa tahun ajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PERANGSANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DENGAN PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII C SMP NEGERI 5 SURAKARTA”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas serta untuk memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut: Apakah perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi melalui perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan metode GI sebagai evaluasi guru dan siswa dalam meningkatkan partisipasi siswa. b. Memberikan masukan bagi guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa a. Dapat mengoptimalkan kecerdasan interpersonal siswa dengan metode pembelajaran yang tepat. b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih kooperatif atau bekerjasama dalam pembelajaran. 3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada tahap berikutnya. b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Partisipasi Siswa a. Pengertian Partisipasi Siswa. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai pengertian yang luas. Menurut Suryosubroto (1997: 278-279) “partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut”. Bloom (1964) dalam Suhaenah Suparno (2001:81) berpendapat bahwa ”Partipasi atau keterlibatan siswa diartikan sebagai kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka maupun tertutup. Jumlah keterlibatan siswa yang aktif dalam kegiatan belajar merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran”. Sedangkan partisipasi menurut Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) adalah ”Sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya
memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka”. Keith Davis (1985) dalam Suryosubroto (1997: 279) menyatakan bahwa “Participation is defined as a mental and emotional involed at a person in a group situation which encourager then contribut to group goal and share responsibility in them”. Di sini partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosional individu. Winkel (2005: 276) menyatakan bahwa ”Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, kesediaan ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan”. Pendapat tentang partisipasi juga disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994: 26) mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi memiliki aspek-aspek yaitu kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi atau keterlibatan dalam suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi Pendidikan adalah suatu gejala demokratis dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan (Suryosubroto, 1997: 279). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta pisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilancarkan, serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi siswa yaitu keikutsertaan atau keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, terutama dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Hal apapun yang dipelajari siswa dalam kegiatan belajar, siswa harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun yang dapat menggantikannya. Dewey (1859-1952) dalam Martinis Yamin (2007: 82) mengemukakan prinsip Learning By Doing yaitu bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa perlu terlibat dan partisipasi
secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa sacara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam pembelajaran. Peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan menciptakan suatu pengalaman yang bermakna. Dimyati dan Mudjiono (1994: 43) menjelaskan bahwa keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu, terutama adalah keterlibatan emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif, dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai, dalam pembentukan sikap dan nilai, serta pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. Berdasarkan kedua pendapat di atas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran mencakup dua hal pokok yaitu keterlibatan fisik dan psikis siswa. Keterlibatan secara fisik dapat dilihat dari kegiatan siswa seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan kegiatan psikis yang lain. Lebih jauh Dimyati dan Mudjiono (1994: 42-43) juga mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Dalam kegiatan belajar dan pembelajaran diharapkan adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa. Adanya keterlibatan siswa secara langsung ini secara logis akan menyebabkan siswa memperoleh pengalaman atau berpengalaman. b. Manfaat Partisipasi Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu: 1) Memperoleh keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, 2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas, 3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan perasaan yang diperlukan, 4) Melatih bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama. Lebih jauh Heidjrachman Ranupandojo (1986) dalam Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan bahwa dengan dijalankannya partisipasi akan bisa diperoleh beberapa manfaat seperti bisa dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan.
Partisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait. c. Pola Partisipasi Siswa Martinis Yamin (2007: 78-79) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan istilah yang menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya suatu indikator yang dikehendaki. Maka siswa sebagai aktor / subyek yang banyak berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, tidak hanya sebagai siswa pasif akan tetapi sebagai siswa yang juga berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil
(output) yang bertitik tolak pada
kreativitas dan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Guru
Merangsang peran aktif dan partisipasi
Siswa
Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi antara Guru dan Siswa. (Martinis Yamin, 2007 :79) Berdasarkan skema hubungan partisipasi antara guru dan siswa di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang guru diharapkan mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang dapat merangsang peran aktif dan partisipasi siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung harus berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara penuh di dalam kegiatan belajar yang dilakukan.
Pola aktivitas dan partisipasi siswa ini dijelaskan lebih lanjut oleh Martinis Yamin (2007: 79) yaitu “Peran aktif dan partisipasi siwa dalam proses pembelajaran adalah untuk tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dari materi pokok”, digambarkan sebagai berikut : Peran Aktif dan Partisipasi Siswa
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran. (Martinis Yamin, 2007 :79)
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru diharapkan mampu menemukan kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) yang dikembangkan dari materi pokok pembelajaran. Selanjutnya dari kompetensi dasar yang diperoleh, akan dapat dijabarkan beberapa indikator yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan partisipasi tersebut merupakan penekanan pembelajaran kompetensi, dimana proses yang dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. d. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa Martinis Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila tercipta suatu kondisi sebagai berikut: 1) Pembelajaran lebih berpusat pada siswa, 2) Guru sebagai pembimbing agar terjadi pengalaman belajar, 3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), 4) Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencipta siswa yang kreatif serta mampu
menguasai konsep-konsep, 5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83-84) untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui 9 aspek berikut: 1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa, 3) Mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari, 5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik (feed back), 8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur, 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta suatu kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi siswa. Seorang guru diharapkan memiliki keterampilan dalam merangsang tumbuhnya partisipasi siswa. Dengan demikian peran serta dan keterlibatan siswa dalm proses pembelajaran akan meningkat, yang pada akhirnya kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa. e. Jenis-Jenis Partisipasi Siswa Ada beragam aktivitas dan partisipasi dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan, di antaranya menurut Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2007: 84-86) adalah : 1) Kegiatan-kegiatan visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan instrupsi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4) Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket. 5) Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6) Kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun. 7) Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. 8) Kegiatan-kegiatan emosional Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas, partisipasi siswa dalam pembelajaran mempunyai jenisjenis kegiatan yang beragam. Partisipasi atau keterlibatan siswa dalam pembelajaran tersebut tidak hanya dalam hal keterlibatan fisik semata, tetapi juga mencakup keterlibatan mental dan emosional siswa dalam pembelajaran. f. Tingkatan Partisipasi Menurut Parietra Westra (1985) dalam Suryosubroto (1997: 283), tingkatan partisipasi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan anggota agar mengerti akan fungsi dan sikap masing-masing, 2) Tingkatan pemberian nasihat artinya setiap individu saling membantu untuk mengambil keputusan terhadap persoalan yang dihadapi dengan bertukar ide, 3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggota pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi. Pendapat lain dikemukakan oleh Jumrowi (1985) dalam Suryosubroto (1997: 283) yang menyatakan bahwa tingkatan partisipasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu : ”1) Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan progam lain, 2) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, 3) Partisipasi dalam pelaksanaan”. Dengan menyimak beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengukur partisipasi siswa dapat dilihat dari seberapa jauh keterlibatannya dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara garis besar, tingkatan partisipasi mulai dari tingkat rendah yaitu berbagi informasi, konsultasi, lalu ke tingkat yang lebih tinggi yaitu kolaborasi dan pemberdayaan atau keikutsertaan. 2. Pembelajaran Biologi Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau diajarkan. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru agar siswa belajar yaitu dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Di
dalam pembelajaran terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar. Perubahan yang terjadi adalah kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan diperoleh karena adanya usaha (Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan, 2000: 30-33). Pembelajaran berarti selalu memberikan stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat yang kita inginkan, hubungan stimulus S dan respon R bila diulangi akan menjadi kebiasaan (behavioristik). Pengaktifan indera siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap sesuatu. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menggunakan alat bantu belajar/media, misalnya media cetak, media elektronika, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan (kognitif). Guru sebagai pembimbing, memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktulisasikan dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada. Bimbingan dan pengarahan guru diperlakukan sekali oleh siswa agar siswa tidak merasa terancam oleh perubahan persepsi dari luar datangnya, dengan demikian siswa memperoleh pengalaman dengan berbagai cara sehingga proses belajar terjadi (humanistik). Jadi pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk selalu memberikan stimulus dan mengaktifkan indera siswa agar terjadi perubahan pada diri siswa (Gino dkk, 2000: 33-35). Ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak pada unsur-unsur dinamis dalam proses belajar yaitu: 1) Motivasi belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak senang atau suka itu. 2) Bahan belajar, bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. 3) Alat bantu belajar, alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat membentuk siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak, media elektronika dan lain-lain. 4) Suasana belajar, suasana belajar yang dapat menimbulkan aktivitas atau kegiatan dalam belajar siswa adalah adanya komunikasi dua arah, kegairahan dan kegembiraan belajar. 5) Kondisi siswa yang belajar. Ciri-ciri pembelajaran sebenarnya adalah upaya guru mengatur unsur-unsur dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai. Pembelajaran dapat terjadi apabila unsur-unsur dinamis dapat terpenuhi. Adanya motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi siswa belajar sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Untuk itu,
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peran dan partisipasi siswa, bukan pera guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk belajar), motivator dan sebagai pembimbing (memberi bimbingan kepada siswa yang memerlukan) (Gino dkk, 2000: 36-39). Pembelajaran
biologi
merupakan
wahana
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara yang bertanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi
bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Pembelajaran biologi
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung.
Karena itu, siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada dasarnya pembelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam (Edi, 2009). 3. Kecerdasan Interpersonal (Antar Pribadi) a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal Nuritaputantri (2007) mendefinisikan bahwa “Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteksnya”. Setiap anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol dan beberapa kecerdasan lain yang normal atau bahkan rendah. Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya. Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya
peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah. Pengertian tentang kecerdasan juga diungkapkan oleh David Wechsler (1958) dalam Safaria (2005: 20), yaitu “kecerdasan adalah kumpulan atau totalitas kemampuan individu untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif”. Gardner (1983) dalam Jasmine (2007: 14) mengidentifikasi tujuh kecerdasan pada manusia yaitu: 1) Kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa), 2) Kecerdasan logis-matematis (berkaitan dengan nalar-logika dan matematika), 3) Kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar), 4) Kecerdasan musikal (berkaitan dengan musik, irama dan bunyi/suara), 5) Kecerdasan badani-kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh), 6) Kecerdasan interpersonal (berkaitan dengan hubungan antarpribadi, social), 7) Kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi). Lwin, M., Khoo, A., Lyen, K., & Sim, C (2008: 197), menjelaskan pengertian kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekitar. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal mempunyai kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain serta bersedia untuk menaggapi secara layak. Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menghadapi perasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan interpersonat menuntut kemampuan untuk tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat dan hasrat dari orang lain. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal mempunyai rasa belas kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar, mampu memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut pandang orang yang bersangkutan (Armstrong, 2002: 4). ”Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain”. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan interpersonal memiliki
kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain (Anwarholil, 2008). Riyadi (2007) juga mendefinisikan pengertian kecerdasan interpersonal. ”Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain”. Seseorang yang menpunyai kecerdasan interpersonal akan peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa ”Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain”. Kemampuan ini melibatkan penggunaan berbagai keterampilan verbal dan nonverbal, kemampuan kerjasama, menejemen konflik, srategi membangun konsensus, kemampuan untuk percaya, menghormati, memimpin dan memotivasi orang lain untu mencapai tujuan umum (Jaisy, 2007). Kecerdasan interpersonal disebut juga people smart. Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Selain itu, seseorang yang cerdas secara interpersonal mempunyai kemampuan dalam hal berteman dan memahami orang lain (mampu menilai orang lain dalam waktu singkat). Kecerdasan interpersonal penting bagi setiap orang karena dalam kehidupan pasti melibatkan interaksi dengan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia. Kecerdasan interpersonal sebenarnya lebih penting bagi keberhasilan hidup daripada kemampuan membaca buku atau memecahkan problem matematika (Sri Joko Yunanto, 2004: 52).
b. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal tampak gembira dalam berteman dan berbagai macam aktivitas sosial, tidak menyukai dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang mempunyai jenis ini menyukai dan menikmati bekerja secara kelompok (bekerja
kelompok), belajar berinteraksi dan bekerja sama serta mampu bertindak sebagai penengah dalam sebuah perselisihan (Jasmine, 2007: 26). Anwarholil (2008) menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sangat penting, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri (no man is an Island). Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan interpersonal antara lain 1) Mudah menyesuaikan diri, 2) Menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, 3) Berhasil dalam pekerjaan. Ciri-ciri seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut : 1) Suka bersosialisasi dengan teman seusianya, 2) Berbakat menjadi pemimpin, 3) Mudah bergaul, 4) Senang mengajari anak-anak lain secara informal, 5) Suka bermain dengan teman seusianya, 6) Mempunyai dua atau lebih teman dekat, 7) Memiliki empati yang baik atau memberi perhatian lebih kepada orang lain, 8) Banyak disukai teman, 9) Berusaha untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan yang terjadi pada orang lain (Meta, 2009). Kecerdasan interpersonal memiliki ciri antara lain: 1) Mempunyai banyak teman, 2) Suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, 3) Banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, 4) Berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, 5) Berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, 6) Sangat menghargai orang lain, 7) Menikmati pekerjaan mengajari orang lain, 8) Berbakat menjadi pemimpin, 9) Berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial (Henry, 2006). c. Indikator Kecerdasan Interpersonal Lwin et al (2008: 205) menjelaskan indikator kecedasan interpersonal pada seseorang. Beberapa indikator seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang tinggi antara lain: 1) Berteman dan berkenalan dengan mudah, 2) Suka berada di sekitar orang lain, 3) Ingin tahu mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing, 4) Mengalah kepada orang lain, 5) Mengetahui bagaimana menunggu giliran. Sedangkan indikator kecerdasan interpersonal rendah pada seseorang adalah: 1) Tidak suka bergaul atau bermain dengan teman, 2) Lebih suka menyendiri, 3) Menarik diri dari orang lain, 4) Tidak suka bergiliran, 5) Tidak suka berbagi dan sangat posesif pada barang pibadi. Sukur (2007) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal tidak ada hubungannya dengan IQ. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam memahami perasaan, minat, keinginan dan maksud seseorang. Kelancaran dalam berkomunikasi dan bergaul dengan lingkungan cukup dipengaruhi oleh kecerdasan interpersonal ini. Setiap orang mempunyai cara
yang berbeda-beda dalam menyampaikan gagasan atau permasalahannya. Seseorang yang punya kecerdasan interpersonal tinggi senantiasa berpikir dua kali sebelum mengeluarkan kata-kata yang ingin diucapkannya. Dia pun tak serta merta menanggapi perkataan orang lain secara langsung tanpa dicerna, walaupun perkataan itu menurut orang lain cukup menyakitkan. Dan rata-rata orang seperti ini akan terampil membina hubungan dengan orang lain, pandai mempengaruhi dan tutur katanya lembut baik dalam lisan ataupun tulisan. Pendapat lain menyatakan bahwa karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal tinggi adalah: 1) Mampu menciptakan relasi sosial baru secara efektif, 2) Mampu berempati dengan orang lain, 3) Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif, 4) Mampu menyadari komunikasi verbal dan non verbal yang dimunculkan orang lain, 5) Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial, 6) Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif (Safaria, 2005: 25-26). 4. Metode Group Investigation (GI) a. Pengertian Group Investigation (GI) Group Investigation dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan. Metode GI merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. Pada metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok lalu mempresentasikan atau menampilkan hasil penemuan mereka di hadapan seluruh kelas (Slavin, 2008: 24-25). Group Investigation memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal di antara tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini adalah John Dewey. Pandangan Dewey terhadap kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif di mana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas dan kebutuhan masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap
apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses ini. Rencana kelompok adalah suatu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa (Slavin, 2008: 214-215). Group Investigation adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat membangun kerja sama antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Prosedur dalam perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Kelompok berfungsi sebagai wahana dalam berinteraksi sosial. Perencanaan kelompok dapat menjamin keterlibatan semua siswa secara maksimal dalam penggunaan metode ini. Metode GI adalah perpaduan antara bidang sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. GI tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif- sosial dalam pembelajaran kelas (Arends, 1997: 120-121). b. Karekteristik Group Investigation (GI) Metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui proses investigasi yang mendalam. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill). Penggunaan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang anggota atau siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga dilakukan berdasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap berbagai sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: 121). Slavin (2008: 215) menyatakan bahwa Group Investigation tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal, atau yang tidak memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran di antara teman sekelas dan sikapsikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya,
dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. Kesuksesan implementasi dari Group Investigation sebelumnya menuntut pelatihan dalam kemampuan komunikasi dan sosial. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan non akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai di dalam kelas. Secara umum adalah guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas, selanjutnya siswa membagi topik tersebut kedalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang sama halnya dengan pertukaran gagasan diantara para siswa. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti (bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok. Hal penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai kegiatan di dalam pembelajaran. Pembagian tugas dalam kelompok dapat mendorong timbulnya saling ketegantungan yang bersifat positif diantara anggota kelompok. Kemampuan perencanaan koperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi yang lebih luas. Para guru dapat memimpin diskusi dengan seluruh kelas atau kelompok-kelompok kecil untu memunculkan gagasan-gagasan untuk menerapkan tiap aspek kegiatan kelas (Slavin, 2008: 216-217). Slavin (2008: 217) menjelaskan bahwa peran guru dalam Group Investigation adalah bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling diantara kelompokkelompok yang ada dan, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. c. Tahapan Metode Group Investigation (GI) Arends (1997: 121) dan Slavin (2008: 218-220) mengemukakan enam tahapan kegiatan dalam metode GI yaitu: Tahap 1 : Mengidentifikasikan Topik dan Pembentukan Kelompok
Tahapan ini menekankan pada permasalahan siswa meneliti, mengajukan topik dan saran-saran. Guru membagi topik menjadi beberapa subtopik. Siswa yang memilih topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok dalam penyelidikan nanti. Peran guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. Tahap 2 : Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai: apa yang kita pelajari? bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Setiap siswa menyumbangkan kontribusinya terhadap investigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas. Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar menukar informasi dan mengumpulkan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kesimpulan. Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggotanya mendengarkan. Peran guru di sini sebagai penasehat, membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka macam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. Presentasi yang disusun untuk seluruh kelas sehingga harus dapat di dengar oleh seluruh siswa. Siswa anggota kelompok lain mendengarkan presentasi yang sedang berlangsung. Tahap 6 : Evaluasi
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. Siswa yang belum jelas dapat mengajukan pertanyaan kepda kelompok presentator. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dan menarik kesimpulan sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Seyogyanya guru membimbing dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap : 1) tahap pemecahan masalah, 2) tahap pengelolaan kelas, 3) tahap pemaknaan secara perorangan. Ditempuhnya tiga tahapan tersebut, diharapkan proses pembelajaran dapat menghasilkan proses belajar yang lebih baik dan siswa lebih menyeluruh dalam mendalami materi yang disampaikan oleh guru (Joyce, 2000: 51). d. Kelebihan dan Kelemahan Metode GI Joyce (2000:51) menjelaskan adanya beberapa kelebihan dan kekurangan metode Group Investigation dibandingkan dengan metode lainnya. Kelebihannya antara lain: 1) Siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, 2) Siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, 3) Siswa memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis, 4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Beberapa kekurangan dari metode Group Investigation yaitu : 1) Jika ada seorang siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya maka akan menghambat daripada tujuan pembelajaran, 2) Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas, 3) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik- baiknya dalam belajar kelompok. Menurut Zingaro (2008), pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada siswa untuk bekerja dalam kelompok. Terjadi pergeseran pokok dari guru sebagai penyedia informasi dan sumber kebenaran menuju guru sebagai fasilitator. GI meliputi penggunaan tugas untuk memenuhi kebutuan dengan mengkombinasi antara usaha dan keterampilan individu setiap anggota kelompok. Group investigation merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran dengan metode Group Investigation, siswa SMP membentuk kelompok untuk merencanakan dan melaksanakan investigasi dan mensintesis penemuan ke dalam presentasi kelompok di kelas. Peran guru dalam pembelajaran adalah membuat siswa menyadari kemampuan yang dimiliki sehingga mampu melakukan investigasi. GI terdiri dari
empat komponen penting yaitu: investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. Investigasi yang dimaksud adalah setiap kelompok fokus terhadap proses penemuan mengenai topik yang dipilih. Interaksi merupakan hasil positif dari keseluruhan metode pembelajaran kooperatif yang mengharuskan siswa untuk mengeluarkan ide-ide dan menolong satu sama lain dalam belajar. Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan meneliti dalam menemukan setiap bagian dari tugas untuk menambah pemahaman dan kejelasan ide. Yang terakhir, motivasi intrinsik adalah kemampuan siswa untuk memotivasi diri-sendiri dalam investigasi. Penerapan metode GI terdapat enam tahap. Pertama, guru memberikan permasalahan kepada kelas, dan siswa memilih kelompok yang menarik. Masalah yang dimaksud merupakan bagian yang penting. Guru sebaiknya tidak menerima dan menolak ide dari siswa. Kedua, kelompok merencanakan investigasi. Prosedur, tugas, dan tujuan haruslah sesuai dengan subtopik yang telah dipilih. Ketiga, kelompok mempersiapkan hasil investigasi menuju langkah selanjutnya. Peran guru dalam tahap ini adalah mengikuti proses investigasi, memberikan pertolongan ketika dibutuhkan: memberikan saran, menambah rasa percaya diri siswa, dll. Keempat, kelompok merencanakan presentasi. Kelompok mengevaluasi yang telah dipelajari dan mensintesis ke bentuk yang mudah dipahami oleh kelas. Kelima, kelompok mengatur presentasi. Terakhir, guru dan siswa mengevaluasi hasil investigasi dan presentasi. Pada akhir proses ini, kelompok yang mewakili membuat laporan di depan kelas, menolong anggota kelompok untuk menghargai mereka sebagai bagian dari unit sosial yang luas. Ditemukan hasil bahwa GI meningkatkan hubungan interpersonal yang positif dan meningkatkan motivasi intrinsik. Bila dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif yang lain, metode GI mempunyai akar yang lebih kuat dalam memberikan pengawasan dalam pembelajaran. Menurut Dewey, tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkna tanggung jawab sosial yang mengerti bagaimana bekerjasama untuk memecahkan masalah dan membangun pengetahuan. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan seharusnya mencerminkan dunia demokrasi yang sesungguhnya dimana para siswa mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan, mendiskusikan ide dan pikiran. Kriteria ini yang telah dilaksanakan dalam kelas Dewey pada awal abad 20 dan berlanjit sampai sekarang dan dikenal sebagai GI. Siswa dapat memilih subtopik dari materi pelajaran, kemudian bebas menuangkan ide mereka sendiri dan menyatukan ide kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama.
Semangat kelompok meliputi bagaimana siswa belajar dan memecahkan masalah yang ditemui ketika siswa bekerja dalam kelompok. Hal ini akan membuat perbedaan antara seseorang yang bekerja dalam satu tempat dan satu kelompok. Setiap siswa memiliki karakteristik dalam kelompok dan kemampuan mengungkapkan pendapat. Hal ini penting bagi para guru untuk memahami bagaimana kerja kelompok yang dilakukan siswa sehingga dapat memudahkan memberikan fasilitas dalam interaksi antar siswa. Selain itu, bagaimana membangun pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan hal yang penting sehingga siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan material dan sosial. Interaksi antara siswa merupakan kunci utama dalam keseluruhan pembelajaran kooperatif, termasuk GI. Siswa diajak untuk mempelajari materi dengan kemampuan siswa sendiri, yaitu melakukan investigasi topik yang menarik bagi mereka. Inilah perbedaan dengan pembelajaran sebelumnya yaitu guru sebagai pusat belajar dimana sangat sedikit adanya interaksi dengan siswa, pengetahuan dan pengalaman langsung ditransfer dari guru kepada siswa. Fakta menunjukkan bahwa motivasi intrinsik merupakan hal penting untuk bekerja melaksanakan tugas dalam kelompok GI. Pemilihan subtopik sebaiknya sesuai dengan ketertarikan siswa sehingga kelompok akan tertarik dan mendapatkan hasil investigasi yang maksimal. Apabila pemilihan subtopik ditentukan oleh guru, guru harus memilih topik yang sesuai dengan kehidupan siswa dan meningkatkan pemahaman siswa. Pembentukan kelompok juga penting dalam metode pembelajaran GI. Seperti kebanyakan metode pembelajaran kooperatif, pelaksanaan GI dilaksanakan berdasarkan ketertarikan kelompok sejak siswa yang mempunyai ketertarikan yang sama akan memilih subtopik yang sama. Subtopik inilah yang menjadi pusat ide yang akan diinvestigasi siswa. Bagaimanapun juga, ketertarikan kelompok akan membangun hubungan persahabatan dalam kelompok. Jumlah kelompok ditentukan oleh guru. Kelompok dibentuk dari 2-6 siswa, tetapi guru harus memecah kembali jika siswa tidak sesuai dengan subtopik sehingga terjadi perpindahan siswa diantara kelompok. Siswa dalam kelas GI lebih berjiwa kooperatif dan mau bekerjasama apabila berinteraksi dengan siswa dalam kelompok mereka maupun di luar kelas. GI meliputi kemampuan untuk mengekspresikan dirinya, kebebasan dan tanggung jawab yang lebih tinggi dan menerima keadaan. GI telah terbukti mampu meningkatkan hubungan interpersonal, kepercayaan, tingkah laku yang positif di sekolah dan pembelajaran GI mampu mengurangi
hubungan yang kurang baik antar etnik (misal, siswa kulit putih hanya boleh berteman dengan siswa kulit putih tidak boleh berteman dengan siswa kulit htam dan sebaliknya). Hubungan interpersonal yang tidak baik antar etnik dapat dikurangi dalam kelas GI. Metode GI mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah 1) Siswa dalam kelas GI akan berusaha lebih giat untuk menjawab pertanyaan dari teman kelompok lain yang semakin sulit, 2) Siswa lebih berusaha dalam memberi tanggapan dan untuk memecahkan masalah, 3) Siswa saling menghargai, yaitu ketika saling berinteraksi dengan siswa lain baik di dalam kelas maupun di luar kelas, 4) Siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab, 5) Meningkatkan hubungan antar pribadi (interpersonal siswa), mempererat persahabatan siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan lebih bersikap positif di dalam pelajaran dan sekolah. Pelaksanaan metode Group Investigation dapat meningkatkan prestasi, meningkatkan motivasi, membantu perkembangan hubungan interpersonal siswa, meningkatkan rasa saling menghormati teman dalam satu kelompok dan antar kelompok. GI dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan hubungan timbal balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok. Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L (2009) menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau GI adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri, berusahaa meningkatkan hasil belajar dan kepuasan siswa. Pelaksanaan GI dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga.
B. Kerangka Berpikir Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman. Sedangkan mengajar merupakan suatu upaya untuk menyampaikan pengetahuan dengan tuntutan hasil yang berupa perubahan sikap dan nilai pada siswa yang belajar. Dalam proses belajar mengajar terjadi serangkaian perubahan dalam hal interaksi yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak faktor penting, baik faktor intern maupun ekstern. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat
dan efektif merupakan salah satu faktor ekstern yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keefektifan KBM. Sedangkan faktor intern adalah kecerdasan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri yang salah satunya adalah kecerdasan interpersonal. Sesuai dengan hal tersebut, maka dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar biologi harus melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh. Siswa harus berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Tidak hanya berpartisipasi tetapi, siswa juga hendaknya cerdas secara interpersonal sehingga tercipta interaksi yang positif dalam pembelajaran. Perangsangan kecerdasan interpersonal siswa untuk meningkatkan partisipasi dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Pembelajaran dengan metode GI merupakan upaya untuk mengaktifkan siswa sehingga semua siswa ikut berpartisipasi dalam KBM dan mendekatkan jarak antar siswa yang disebabkan oleh adanya perbedaan individu dan tuntutan untuk bekerja dan belajar secara bersama- sama dalam suatu kelompok. Pada pembelajaran dengan metode Group Investigation, guru berperan sebagai fasilitator belajar bagi siswa-siswanya. Guru hanya sekedar memberikan informasi yang cukup untuk memberikan informasi yang dapat merangsang siswa. Siswa didorong untuk bertanya, mengemukakan pendapat, mengembangkan ide dan berargumentasi tentang ide dan pendapatnya. Sebagai fasilitator guru harus merencanakan pembelajaran yang memberikan siswa untuk berdiskusi, mengeksplorasi ide-ide dan mampu mempersentasikan di depan kelas. Dengan adanya penerapan metode GI dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan memperoleh pengalaman yang berharga. Siswa mempunyai ketergantungan yang positif dengan siswa lain dan terjadi interaksi antar siswa yang bersifat heterogen. Hal tersebut dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif dan berkualitas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penerapan metode pembelajaran kooperatif GI diharapkan dapat meningkatkan peran kecerdasan interpersonal untuk meningkatkan partisipasi siswa kelas VII C SMP N 5 Surakarta. Alur pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
PENYEBAB Metode pembelajaran kurang efektif
MASALAH 1. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan kurang 2. Dorongan siswa untuk memberikan sumbangan dalam pembelajaran kurang 3. Tanggung jawab siswa dalam pembelajaran kurang
AKIBAT Partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang
SOLUSI Perangsangan Kecerdasan Interpersonal Siswa dengan Penerapan Metode Group Investigation (GI)
HASIL 1. Hubungan interpersonal siswa meningkat 2. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan meningkat 3. Keaktifan siswa dalam mengungkapkan pendapat dalam investigasi kelompok maupun diskusi kelas meningkat 4. Siswa memberikan perhatian pada saat diskusi kelompok dan presentasi
TARGET
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 41 siswa. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : Tabel 1. Rencana Waktu Pelaksanaan Penelitian No . 1.
Tahun 2009 Rencana Kegiatan
Ja
Fe
Ma
Ap
Me
Ju
n
b
r
r
i
n
xx xx
xx xx
Pelaksanaan xx xIdentifikasi --x
a. Observasi b. Masalah c.
Penentuan
Tindakan d. Pengajuan Judul e.
Penyusunan
Proposal f. Pengajuan Izin Penelitian g.
Konsultasi
xx-xx
-x--x
Juli Agts
Sept
okt
Instrumen h.
Seminar
Proposal 2.
Pelaksanaan a.
Pengumpulan
Data Penelitian b. Analisa Data
3.
x--
xx xx
x--
xx x
xx xx
Penyusunan Laporan a.Penulisan Laporan
-xx
xx xx
xxxx xxxx xx
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) kolaboratif. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu deskripsi keadaan pembelajaran yang sebenarnya. Penelitian ini mendeskripsikan dan menginterpretasikan data, fakta dan keadaan yang ada, serta melakukan analisis tentang bagaimana rangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri, mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Rochiati Wiriaatmadja, 2007: 13).
C. Sumber Data Penelitian Data penelitian dikumpulkan dari beberapa sumber, antara lain: a.
Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VIIC SMP N 5 Surakarta
b.
Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses pembelajaran.
c.
Dokumen atau arsip antara lain adalah silabus pembelajaran, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku penilaian dan buku referensi mengajar.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulkan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi observasi, wawancara, angket, tes, dan kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1. Observasi Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik. Penyusunan aspek-aspek yang diteliti membantu memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan dengan membubuhkan check (√) pada pilihan yang tepat. Fokus dalam observasi siswa adalah partisipasi siswa dalam pembelajaran. Observasi juga dilakukan terhadap kecerdasan interpersonal siswa. Observasi terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian tehadap hasil belajar siswa. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan pada akhir siklus ini digunakan untuk mengetahui kepuasan siswa dalam pembelajaran sesudah diterapkannya metode GI. 3. Angket Angket disusun untuk mengukur partisipasi siswa dan angket kepuasan terhadap penggunaan metode GI. Jenis angket yang digunakan dalam pengumpulan data merupakan angket langsung dan tertutup. Responden dalam penelitian ini yaitu siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dala angket. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan
indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan angket menggunakan skala Likert yaitu dengan menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif, alternatif pilihan jawaban adalah sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Teknik penilaian/pemberian skor angket mengacu pada Nana Sudjana (2006: 81) yang disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 2. Teknik Penilaian Angket Pernyataan Pernyataan positif Pernyataan negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang setuju 3 3
Tidak setuju 2 4
Sangat tidak setuju 1 5
4. Kajian dokumen Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah hasil diskusi kelompok pada setiap siklus, buku ajar yang digunakan, rencana pembelajaran silabus penelitian serta presensi siswa. 5. Tes Tes formatif yang diberikan digunakan sebagai data pendamping.
E. Validitas Data Untuk menjaga kevalidan dalam penelitian digunakan teknik triangulasi data. Menurut H. B. Sutopo (2000: 80), teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu. Triangulasi tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kebenaran informasinya. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian adalah triangulasi metode. Dalam penelitian ini, digunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi selama KBM berlangsung dan angket. Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
Angket
Siswa
Observasi
Data
Wawancara Gambar 4. Skema Triangulasi Metode pada Penelitian (H.B. Sutopo, 2002: 81) F. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data (analisis proses dan produk). Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam tiga komponen berurutan yaitu : 1. Reduksi data yaitu meliputi penyeleksian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas. 2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksaaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna.
G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Zainal Aqib (2006: 22-23) yang berupa model spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kemudian setelah adanya refleksi maka akan diikuti dengan perencanaan kembali yang merupakan dasar pemecahan masalah berikutnya. Secara operasional, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan penerapan metode Group Investigation (GI). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Penentuan materi pembelajaran yakni pada pokok bahasan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, sekaligus menyusun perangkat mengajar berupa silabus pembelajaran biologi untuk kelas VII C semester genap. Silabus sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Standar Kompetensi 4 (SK 4) dengan 1 Kompetensi Dasar. 2) Menyusun instrumen penelitian berupa: a) Penyusunan angket partisipasi siswa b) Penyusunan angket kepuasan terhadap rangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan metode GI c) Penyusunan format lembar observasi partisipasi siswa, kecerdasan interpersonal d) Penyusunan format lembar observasi performance guru e) Penyusunan pedoman wawancara untuk wawancara metode GI, partisipasi siswa 2. Tahap Pelaksanaan/tindakan Pada tahap ini dilakukan rangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan metode GI untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Pada siklus I direncanakan terdiri dari 3 kali tatap muka. Pembelajaran dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (lampiran 1). 3. Tahap Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Guru sebagai pelaksana tindakan pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan serta pendokumentasian kegiatan selama pembelajaran. Sasaran utama observasi adalah peningkatan partisipasi siswa setelah dilakukan perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI yang diamati pada lembar observasi. Selain itu, observasi juga dilakukan pada keterlaksanaan pembelajaran melalui metode GI (lembar observasi performance guru). Sebagai data pendukung adalah hasil tes kognitif siswa, angket partisipasi siswa, observasi kecerdasan interpersonal siswa, angket kepuasan terhadap metode GI, serta kajian dokumen yang ada.
4. Tahap Refleksi Pada tahap ini, diadakan analisis proses dan dampak terjadinya tindakan, mengemukakan hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Menurut Enco Mulyasa (2005: 102) suatu pembelajaran dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan target ketercapaian tiap indikator dalam bentuk persentase. Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masingmasing aspek yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilakukan pembelajaran siklus II untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Siklus III dilaksanakan apabila pembelajaran pada siklus II belum berhasil. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya adalah sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Tabel 3. Daftar Persentase Target Capaian Tiap Indikator pada Masing-masing Aspek Partisipasi Siswa (Angket dan Lembar Observasi) No
Indikator
1.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
2.
3.
Target yang harus dicapai (%) 75
Kategori
75
Baik
75
Baik
Baik
Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Refleksi Menunggu hasil pelaksanaan tindakan dari Siklus I. Pelaksanaan Penerapan metode GI dalam KBM I dan KBM II. Evaluasi I Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan metode GI siswa. Data: oWawancara oObservasi oAngket Data pendamping:
Reflect
Plan
Act & Observe
oHasil tes kognitif
Perencanaan Penyusunan instrumen pembelajaran: angket partisipasi siswa,agket kepuasan metode GI ,silabus, RPP, media pembelajaran untuk siklus I, lembar observasi, pedoman wawancara.
Menunggu hasil pelaksanaan tindakan dari Siklus II.
Pelaksanaan Penerapan GI dalam KBM IV dan V Evaluasi II Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan metode GI siswa. Data:
oWawancara
Revised plan
Perencanaan Penyusunan instrumen pembelajaran: angket partisipasi siswa,agket kepuasan metode GI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII C dalam 2 siklus dengan 6 kali pertemuan (8 X 40 jam pelajaran). Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di SMP Negeri 5 Surakarta masih rendah. Batas tuntas pelajaran biologi di SMP Negeri 5 Surakarta adalah 66.
A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta. Data sekolah dan data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Data Sekolah Nama Sekolah
: SMP Negeri 5 Surakarta
Alamat Sekolah
: Jl. Diponegono 45 Surakarta
Kec/ Kab/ Kota
: Banjarsari/ Surakarta
Provinsi
: Jawa Tengah
No. Telepon/ Fax
: (0271)634930
Kepala Sekolah
: Dra. Hj. Muryati
Status Sekolah
: Negeri
Standar Sekolah
: Akreditasi A
Tahun Didirikan
: 1 Mei 1950
Kepemilikan Tanah
: Hak Pakai
Status Tanah
: Sertipikat
Status Bangunan Tanah
: Pemerintah
Luas Tanah
: 6. 751 m²
Luas Seluruh Bangunan
: 2. 881 m2
Nomor Statistik Sekolah
: 201036105005
SMP Negeri 5 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota Surakarta yang letaknya berbatasan dengan jalan Ronggowarsito di sebelah utara. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan SMP N 3 Surakarta dan SMP N 10 Surakarta. Peserta didik SMP N 5 Surakarta 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah 1980 siswa yaitu tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 647 siswa. Terdiri dari kelas VII sebanyak 207 siswa, kelas VIII
sebanyak 214 siswa dan kelas IX sebanyak 226 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008
berjumlah 658 siswa yang terdiri dari 238 siswa kelas VII, 206 siswa kelas VIII dan 214 siswa kelas IX. Tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 675 siswa yang terdiri dari 243 siswa kelas VII, 235 siswa kelas VIII dan 193 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 5 adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT. SMP Negeri 5 Surakarta mempunyai beberapa lapangan, yaitu lapangan basket berukuran 30,9x16 m, lapangan voli berukuran 19,3x9,3 m, dan lapangan upacara 30x35 m. Ruang kelasnya sebanyak 17 ruang, yaitu kelas VII sebanya 6 ruang, kelas VIII sebanyak 6 ruang dan kelas IX sebanyak 5 ruang.
(Sumber: Profil Sekolah, 2008-2009) 2. Data Siswa Penelitian dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009. Kelas VII C dipilih sebagai subyek penelitian karena terdapat beberapa permasalahan yang diharapkan dapat diatasi dengan gagasan-gagasan yang dirancang. Permasalahan tersebut adalah siswa kelas VII C cenderung ramai, sebagian besar siswa (60%) siswa belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sebanyak 7 siswa (17,07%) siswa masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 66. Ruang kelas VII C SMP Negeri 5 Surakara terletak di lantai 2, berukuran 7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat putih. Ruang kelas tersebut terdapat 1 buah pintu, 8 ventilasi, 6 kaca di sisi kanan. Kelas VII C menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi taplak meja dan vas bunga lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard dan satu OHP. Tepat di samping whiteboard papan tulis hitam untuk mengisi data siswa. Jumlah siswa sebayak 41 siswa yang terbagi atas 23 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Masing-masing siswa disediakan satu meja dan satu kursi. Sehingga jumlah meja dan kursi masing-masing sebanyak 41 buah. Luas kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta seimbang dengan jumlah siswa. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar posisi tempat duduk diatur sebaik mungkin sehingga dalam satu deret bangku kebelakang terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi keramaian pada saat pembelajaran berlangsung, karena biasanya bila dalam satu baris hanya terdapat siswa laki-laki saja atau sebaliknya hanya perempuan saja akan menimbulkan suasana yang tidak diinginkan, misalnya ramai. Selain itu, ada beberapa pasang meja yang terdiri dari siswa perempuan dan laki-laki. Posisi tempat duduk terjadi pergeseran tiap hari sehingga siswa mendapat suasa yang berbeda dan dapat merasakan duduk di semua kursi dalam ruang kelas.
B. Kondisi Awal Pembelajaran di Kelas VII C Kegiatan observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran oleh guru dalam menyampaikan materi biologi di kelas VII C Negeri SMP Negeri 5 Surakarta. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (60%) dan beberapa siswa (17,07%) belum memenuhi batas tuntas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi di kelas VII C sebanyak 41 siswa, diketahui bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi khususnya dalam proses diskusi belum optimal. Proses diskusi yang dimaksud adalah diskusi kelompok yang kemudian diikuti dengan presentasi kelompok. Siswa cenderung tidak memberikan perhatiannya ketika diskusi berlangsung maupun pada saat presentasi, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan dari guru, menyampaikan pendapat dalam diskusi dan memberikan masukan pada kelompok lain yang presentasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang aktif bertanya pada saat pembelajaran berlangsung sebanyak 15 siswa (36,59%). Siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan pendapatnya pada saat diskusi kelompok sebanyak 18 siswa (43,90%). Siswa yang memberikan masukan kepada kelompok lain yang presentasi sebanyak 10 siswa (24,39%). Siswa yang memberikan perhatian ketika diskusi kelompok dan presentasi sebanyak 12 siswa (29,27%). Siswa yang berpartisipasi aktif di kelas VII C masih di bawah 75%. Berdasarkan angket yang diberikan dapat diketahui bahwa siswa yang belum aktif bertanya pada saat pembelajaran berlangsung sebanyak 26 siswa (56,10%). Siswa yang tidak mengajukan pertanyaan karena malu sebesar 21,95%, siswa yang takut salah dan malas bertanya masing-masing 14,63%. Hanya 43,90% siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Sebagian besar siswa (36,59%) siswa tidak berani menjawab pertanyaan dari guru karena takut salah. Sebesar 31,71% siswa tidak memperikan pendapatnya dalam diskusi kelompok serta tidak mau memberi masukan pada kelompok lain yang presentasi karena malu. Selain itu, hanya beberapa siswa (29,27%) yang memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi. Pada saat presentasi berlangsung, siswa di deretan belakang tidak memperhatikan, siswa sibuk berbicara dengan teman satu kelompok. Hal tersebut terjadi karena menurut sebagian siswa (34,15%) presentasi yang belangsung membosankan. Pada saat investigasi kelompok guru hanya berkeliling di deretan kelompok paling depan. Pada saat diskusi kelompok, sebagian besar siswa (63,41%) tidak setuju apabila pembagian kelompok ditentukan oleh guru. Siswa lebih senang memilih anggota kelompoknya sendiri karena sudah mempunyai kelompok bermain di sekolah yaitu sebesar 56,10%. Selain itu, sebanyak 21 siswa (51,22%) belum bisa menghargai pendapat teman lain dalam satu kelompok karena tidak sesuai dengan pendapatnya. Hasil observasi lain menunjukkan bahwa siswa yang memberi kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengeluarkan pendapat sebanyak 26
siswa (63,41%). Siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan baik sebanyak 23 siswa (56,10%). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, angket, dan keterangan dari guru menunjukkan bahwa partisipasi dan kecerdasan interpersonal siswa dalam proses pembelajaran di kelas VII C masih kurang. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya pasif dan mendengarkan penjelasan dari guru. Partisipasi siswa mencakup pada keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan, tanggung jawab. Apabila seluruh siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran maka akan diperoleh suatu pembelajaran yang berhasil dan berkualitas. Beranjak dari penjelasan diatas dapat dilihat hasil belajar siswa untuk kemampuan awal sebelum tindakan berdasarkan nilai MID semester. Nilai kognitif siswa pada pra siklus dapat di lihat pada lampiran 2. Tabel 4. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus No 1. 2.
Uraian Pencapaian Hasil Tuntas Tidak Tuntas
Persentase 82,93% 17,07%
Nilai rata-rata kelas sebesar 78,61 dengan ketuntasan klasikal sebesar 82,93%. Tabel 4 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 66. Sebanyak 7 siswa (17,07%) belum mencapai ketuntasan minimal dengan nilai di bawah 66 dan 34 siswa (82,93%) mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 66. Sesuai dengan informasi yang diberikan guru mata pelajaran dan observasi menunjukkan bahwa siswa belum berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya diskusi presentasi. Penerapan pembelajaran GI diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas VII C dalam pembelajaran biologi. Angket digunakan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang berlangsung di kelas VII C. Angket diberikan kepada siswa berfungsi untuk menggali informasi mengenai proses belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta sebelum diterapkan metode GI. Angket yang digunakan adalah angket partisipasi siswa. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Sedangkan hasil angket partisipasi setiap indikator adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Pra Siklus
No 1. 2.
3.
Indikator Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup Jumlah Rata-Rata
Capaian (%) 73,90 74,51
73,90 222,31 74,10
Berdasarkan Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa persentase partisipasi siswa berdasarkan angket pada pra siklus masih di bawah 75 %, besarnya persentase indikator 1 “keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan ” adalah 73,90%, indikator 2 “bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar 74,51% dan indikator 3 ”berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup” sebesar 73,90% dengan rata-rata kelas sebesar 74,10%. Hasil observasi partisipasi siswa setiap indikator pada pra siklus adalah: Tabel 6. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Pra Siklus No Indikator Capaian (%) 1. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab 40,25 pertanyaan 2. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk 34,15 pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan 3. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup 48,78 Jumlah 123,17 Rata-Rata 41,06 Hasil observasi performance guru ditulis pada lembar observasi. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada pra siklus diketahui bahwa guru belum menyampaikan apersepsi, guru belum dapat memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, belum memberikan kesimpulan pada akhir pelajaran, guru belum memberi bantuan kepada siswa yang membutuhkan karena guru belum menyadari kesulitan yang dihadapi oleh siswa, selain itu guru belum dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. Hasil observasi Performance guru dapat dilihat pada lampiran 2. Persentase hasil observasi Performance guru tiap indikator pada pra siklus dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator Obsevasi Performance Guru Pra Siklus No.
Indikator
Pra Siklus(%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan Jumlah Rata-rata
25 50 50 100 0 25 100 33,33 383,33 47,92
C. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Tindakan pada Siklus I Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah menyusun beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan metode Group Investigation. Instrumen penelitian terdiri dari silabus mata pelajaran biologi sesuai kurikulum sekolah yaitu KTSP, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal tes kognitif, angket partisipasi siswa, angket kepuasan terhadap penggunaan metode GI, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa, dan lembar observasi performance guru. Pembelajaran dengan metode GI dalam pelaksanaannya berupa diskusi kelompok untuk menginvestigasi bahan yang diajarkan di dalam kelompok yang selanjutnya diadakan presentasi kelompok. Penilaian partisipasi siswa dilakukan melalui angket dan lembar observasi. Performance
guru
menggunakan
lembar
observasi.
Kecerdasan
interpersonal
siswa
menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk kepuasan metode GI menggunakan angket. Hasil tes kognitif digunakan sebagai data pendamping.
2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I Pada pelaksanaan tindakan I, guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation. Pada proses pembelajaran ini, guru hanya memberikan materi secara umum, bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, melihat bahwa siswa bisa melaksanakan tugas, membantu kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran dan memberi pertanyaan tambahan kepada siswa setelah presentasi berlangsung. Kegiatan pembelajaran lebih dipusatkan pada peran serta dan partisipasi siswa dalam kegiatan investigasi sub topik dalam kelompok dan pada saat presentasi.
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dirancang dalam tiga kali tatap muka (4 jam pelajaran). Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kerusakan Hutan. Pada pertemuan I, guru membuka pelajaran dan presensi siswa (100% hadir). Guru menjelaskan materi Kerusakan Hutan secara umum dan membagi materi menjadi 7 sub topik. Siswa yang memilih sub topik yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub topik yang telah dipilih. Terbentuk 7 kelompok sesuai dengan sub topik masing-masing. Siswa dalam tiap kelompok merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya dari sub topik yang diperoleh. Setiap siswa dalam kelompok berpartisipasi aktif dalam kegiatan investigasi yang hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru meminta setiap kelompok untuk melengkapi hasil investigasi di rumah dan mempersiapkan hasilnya untuk dipresentasikan di depan kelas. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertemuan kedua, kehadiran siswa 100%. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan hasil investigasi yang akan dipresentasikan dan mengambil nomor undian. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil investigasi sub topik secara bergantian sesuai dengan nomor undian. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan giliran untuk presentasi, guru sebagai penasehat dan pembimbing jalannya presentasi agar setiap siswa ikut andil dalam kegiatan pembelajaran. Setelah kelompok urutan pertama selesai presentasi, kemudian dilakukan tanya jawab. Guru memberikan pertanyaan tambahan untuk seluruh siswa. Setiap siswa dari kelompok lain berhak untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami kepada kelompok presentator, sedangkan setiap siswa dalam kelompok presentator saling bekerja sama dan berhak untuk menjawab pertanyaan. Guru mengulas kembali hasil presentasi siswa, selanjutnya memberikan kesimpulan akhir dari semua hasil presentasi bersama-sama siswa. Pertemuan ketiga, guru mengadakan evaluasi siklus I dengan memberikan tes kognitif yang berupa soal obyektif. Guru memberikan angket partisipasi siswa dan angket kepuasan terhadap metode GI. Kegiatan pembelajaran dipantau dan diamati guna mengetahui letak kesulitan yang terjadi di dalam kelas khususnya saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Observasi dan Evaluasi Tindakan pada Siklus I Observasi yang dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk menilai situasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran Group Investigation dan untuk evaluasi. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa pada awal pembelajaran siswa terlihat
kurang antusias karena siswa belum terbiasa dengan penerapan metode GI, hal ini dapat dilihat pada saat investigasi kelompok dan dari presentasi yang dilakukan siswa. Hasil investigasi sub pokok bahasan yang kurang lengkap dan kesiapan siswa dalam presentasi masih kurang. Selain itu, interaksi antar siswa dalam kelompok dan interaksi antar kelompok masih kurang. Siswa belum siap menerima teman kelompok yang baru karena selama ini guru selalu menggunakan kelompok yang sama yang telah dibentuk sejak awal semester. Observasi dan evaluasi terhadap siklus I dilaksanakan dengan menggunakan angket partisipasi siswa, tes kognitif siswa, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa, lembar observasi performance guru serta angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI. 1) Hasil Tes Kognitif Siswa Tes kognitif pada akhir pembelajaran siklus I diujikan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Kerusakan Hutan. Tes kognitif diberikan dalam bentuk tes pilihan ganda dengan jumlah soal 15 butir. Setiap pertanyaan disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga nantinya diharapkan siswa tidak kesulitan untuk mengerjakannya. Hasil kognitif seluruh siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 2. Secara klasikal hasil yang didapatkan dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 8. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I No Uraian Pencapaian Hasil 1. Tuntas 2. Tidak Tuntas
Persentase 92,68% 7,32%
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa Angket partisipasi siswa pada siklus I digunakan untuk mengetahui informasi mengenai partisipasi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran GI pada siklus I. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Hasil angket partisipasi siswa untuk setiap indikator adalah sebagai berikut: Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Siklus I No Indikator Capaian (%) 1. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab 75,69 pertanyaan 2. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk 74,82 pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan 3. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup 74,88
Jumlah Rata-Rata
225,39 75,13
3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus I Data observasi partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus I
No 1. 2.
3.
Indikator Capaian (%) Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab 64,63 pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk 62,20 pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup 73,17 Jumlah 200,00 Rata-Rata 66,67 Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa belum
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru masuk kelas, masih banyak siswa yang belum kembali ke tempat duduk masing-masing. Selain itu, pada saat siswa diminta membentuk kelompok siswa tidak segera berpindah mencari anggota kelompoknya berdasarkan pilihan sub pokok bahasan yang sama. Siswa masih telihat bingung harus melakukan apa dan beberapa siswa masih berbincangbincang dengan teman sebangku. Pada saat beranjak dari tempat duduk untuk membentuk kelompok pun tidak dilakukan dengan cepat, hal ini membuat guru harus mengkomando siswa dengan suara keras. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan bahwa waktu yang tersedia terbatas sehingga mereka kurang memanfaatkan waktu dengan baik. Pada saat melakukan investigasi kelompok, hanya sebagian siswa yang aktif berdiskusi dalam kelompok (70,73%). Siswa yang aktif pada saat presentasi (53,66%). 4) Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Observasi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus I dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Hubungan interpersonal siswa diharapkan meningkat dengan adanya penerapan metode pembelajaran GI sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran akan
meningkat. Hasil observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa tiap indikator pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus I No. Indikator Persentase (%) 1. Mampu berempati dengan orang lain 58,54 2. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi 70,73 sosial 3. Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif 56,10 Jumlah Rata-rata
185,37 61,79
5) Hasil Observasi Performance Guru Observasi performance guru dituliskan pada lembar observasi. Persentase tiap indikator observasi performance guru pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Indikator Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan Jumlah Rata-rata
Siklus I (%) 50 100 100 100 50 50 100 33,33 583,33 72,92
Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran materi pertemuan ke-1, ke-2 dan ke3 dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan salam dan mengabsen siswa. Pada siklus I guru belum menyampaikan apersepsi kepada siswa. Guru masih kurang dapat mengarahkan siswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik, pembagian kelompok berdasarkan materi yang dipilih oleh siswa memakan waktu yang cukup lama sehingga ketika jam pelajaran selesai proses pembelajaran belum diakhiri. Peran guru dalam
membangkitkan semangat belajar siswa sudah cukup baik meskipun hal ini belum dapat ditanggapi siswa dengan baik. Selama kegiatan pembelajaran guru tidak sepenuhnya melepas siswa untuk belajar sendiri, hal ini mengingat usia dan tingkatan pendidikan mereka. Guru sebagai fasilitator, tetap memantau kegiatan pembelajaran selama di kelas dan mengarahkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Pada saat presentasi berlangsung, guru berperan sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Hasil observasi performance guru dapat dilihat pada lampiran 2. 6) Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran. Angket kepuasan siswa terhadap penggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian diberikan kepada siswa di akhir siklus I bersamaan dengan angket partisipasi siswa, yaitu pada akhir pertemuan ke-3. Gambaran hasil skor setiap aspek angket kepuasan penggunaan metode pembelajaran Group Investigation pada siklus I dapat ditunjukkan pada Tabel berikut ini: Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Siklus I No Aspek Persentase (%) 1. Respon 82,44 2. Evaluasi 74,96 3. Harapan 76,59 4. Kinerja aktual 81,79 Jumlah 315,78 Rata-rata 78,95 Perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI diharapkan agar siswa mampu berinteraksi dengan teman kelompok yang baru, mengeluarkan pendapat dalam diskusi, menghargai pendapat teman dalam satu kelompok, serta memperhatikan presentasi yang berlangsung. Pusat dari investigasi kelompok adalah pokok bahasan yang telah dipilih oleh siswa dan menjadi satu kelompok. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan diselidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Setiap siswa dalam masing-masing kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapat dalam proses investigasi. Presentasi dilakukan oleh setiap kelompok secara bergantian. Setelah presentasi selesai, setiap siswa bebas untuk bertanya kepada kelompok presentator. 4. Analisis dan Refleksi Tindakan pada Siklus I
1) Hasil Tes Kognitif Siswa Tes kognitif diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi bahasan Kerusakan Hutan. Pada siklus I diberikan tes obyektif sebanyak 15 soal dengan ketuntasan klasikal sebesar 7,32% dan yang berarti terdapat 3 siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan pihak sekolah yaitu 66. Untuk nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari awal pembelajaran yaitu dari sebesar 78,61 menjadi 83,25. Proses pembelajaran kognitif dapat ditunjukkan dengan hasil ketuntasan belajar siswa dalam bentuk nilai. Nilai siswa digunakan sebagai data pendamping. Nilai siswa diharapkan meningkat jika partisipasi siswa meningkat. Seperti yang telah disebutkan diatas ketuntasan klasikal meningkat setelah diberikan penerapan metode pembelajaran GI. 2) Hasil Angket Partisipasi Siswa Berdasarkan data pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikelas pada siklus I berkisar antara 74,82% - 75,69%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,13%. Hal ini berarti terjadi peningkatan persentase rata-rata angket partisipasi siswa sebesar 1,03% yaitu dari 74,10% menjadi 75,13%. Kegiatan pembelajaran pada siklus I berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kondisi awal (pra siklus) sehingga memberikan pengalaman baru pada siswa. Pada pembelajaran siklus I guru berusaha membuat siswa lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok maupun pada saat presentasi. Guru memberi semangat agar siswa menyampaikan pendapat dalam diskusi dan presentasi. Dengan demikian, sedikit demi sedikit siswa akan terbiasa berbicara mengeluarkan pendapatnya. Hasil angket partisipasi siswa tiap indikator pada siklus I mengalami peningkatan persentase dari pra siklus. Besarnya persentase pada indikator 1 mengalami peningkatan terbesar yaitu dari 73,90% menjadi 75,69%. Sebesar 75,69% siswa sudah terlibat dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Sedangkan indikator 2 mengalami peningkatan terkecil dari 74,51% menjadi 74,82% yaitu sebesar 0,31%. Indikator 1 sudah mencapai target yaitu sebesar 75,69%. Untuk indikator 2 dan 3 belum mencapai target yang diharapkan, tetapi sudah mengalami peningkatan persentase yaitu sebesar 0,31% untuk indikator 2 dan 0,98% untuk indikator 3. 3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Persentase capaian setiap indikator hasil observasi partisipasi siswa pada siklus I berkisar antara 62,20% - 73,17% dengan rata-rata sebesar 66,67%. Indikator yang memiliki persentase tertinggi adalah indikator 3 (berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup) yaitu
73,17%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran cukup tinggi. Indikator yang memiliki persentase terendah adalah indikator 2 (bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan) sebesar 62,20%. Hal ini menunjukkan dorongan siswa dalam pembelajaran masih rendah. Untuk indikator 1 (keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan) mempunyai persentase sebesar 64,63%. Berdasarkan data tersebut hanya 26 siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa jarang bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami sepenuhnya disebabkan beberapa hal. Siswa masih mempunyai rasa takut dan malu untuk mengajukan pertanyaan. Siswa juga merasa takut salah untuk menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, siswa kurang siap terhadap materi sehingga pada saat guru memberikan pertanyaan tidak ditanggapi oleh siswa secara aktif. Oleh sebab itu, pada pembelajaran berikutnya perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Setidaknya siswa sudah membaca dari rumah tentang materi yang akan mereka pelajari selanjutnya. Hanya 70,73% siswa yang aktif berdiskusi seperti mengeluarkan pendapat dalam diskusi dan bertukar pikiran. Siswa lain merasa malu untuk mengeluarkan pendapat. 4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Berdasarkan lembar observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa dapat diketahui bahwa indikator tertinggi adalah indikator 2 (mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial) yaitu sebesar 70,73%. Pada indikator 2 yang diamati adalah siswa yang mengutarakan pendapatnya dalam investigasi kelompok dan presentasi. Sedangkan indikator terendah adalah indikator 3 (memiliki keterampila berkomunikasi secara efektif) yaitu sebesar 56,10%. Observasi indikator 3 adalah siswa saling memotivasi agar berani mempresentasikan hasil investigasi. 5) Hasil Observasi Performance Guru Performance guru pada pelaksanaan metode pembelajaran Group Investigation sudah cukup baik. Hasil observasi menunjukkan bahwa performance guru mengalami peningkatan dari pra siklus ke siklus I. Pada beberapa item tidak terjadi perubahan dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Tetapi terdapat beberapa item yang mengalami perubahan yaitu pada pembelajaran siklus I guru mengabsen siswa, guru sudah mampu membimbing jalannya
presentasi, guru mampu menggunakan metode pembelajaran dengan tepat, guru menegur siswa yang ramai di kelas dan guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir pembelajaran. Berdasarkan observasi, terlihat bahwa performance guru mengalami peningkatan pada indikator 1 yaitu “membuka dan menutup pelajaran”, indikator 2 yaitu “bertanya”, indikator 3 yaitu “menggunakan variasi”, indikator 5 yaitu “mengajar kelompok kecil dan perorangan”, dan indikator 6 yaitu “mengelola kelas. Sedangkan untuk indikator 4 (menjelaskan), indikator 7 (membimbing diskusi kelompok kecil) dan indikator 8 (memberikan penguatan) belum mengalami peningkatan.
6) Hasil Angket Kepuasan Penggunaan Metode Pembelajaran Group Investigation Persentase rata-rata dari keempat aspek angket kepuasan terhadap penggunaan metode pembelajaran GI pada siklus I sebesar 78,95%. Aspek dengan nilai tertinggi pada hasil angket kepuasan terhadap penggunaan metode pembelajaran adalah aspek nomor 4 (kinerja aktual) sebesar 82,44% sedangkan aspek dengan nilai terendah adalah nomor 2 (evaluasi) sebesar 74,96%. Metode pembelajaran yang digunakan pada siklus I adalah GI untuk merangsang kecerdasan interpersonal siswa sehingga siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi yang ditunjukkan oleh siswa adalah siswa berani mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok pada saat investigasi maupun di kelas pada saat presentasi kelompok. Siswa bersedia menjawab pertanyaan dari guru tanpa ditunjuk, siswa berani bertanya kepada guru dan teman dari kelompok lain pada saat presentasi dan siswa juga memberikan perhatiannya dalam pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data, pembelajaran pada siklus I ditemukan adanya beberapa kekurangan dan kelebihan. Temuan yang menunjukkan kelebihan pada pembelajaran siklus I antara lain: 1. Siswa saling memberi motivasi untuk mengeluarkan pendapat dalam investigasi kelompok maupun pada saat presentasi. 2. Semakin banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan berani mempresentasikan hasil investigasi di depas kelas. 3. Guru mampu membimbing diskusi kelompok dan presentasi dengan baik.
4. Guru emberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam investigasi kelompok maupun presentasi serta memberikan penekanan pada hal-hal penting selama pembelajaran berlangsung maupun pada akhir pembelajara. Temuan yang menunjukkan kekurangan pada pembelajaran siklus I antara lain: 1. Siswa kurang siap terhadap materi sehingga pada saat guru memberikan pertanyaan tidak ditanggapi secara aktif oleh siswa. 2. Siswa masih mempunyai rasa takut dan malu untuk mengajukan pertanyaan dan mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok. 3. Siswa belum melaksanakan investigasi materi secara maksimal 4. Hasil yang dipresentasikan masih kurang jelas dan menarik sehingga siswa-siswa yang lain kurang memperhatikan. 5. Partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang optimal, masih ada siswa yang tidak memperhatikan, mengantuk dan ramai pada saat pembelajaran berlangsung. 6. Guru belum menyampaikan apersepsi, belum mampu memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, guru belum memperhatikan siswa yang memerlukan bantuan, serta belum dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persentase capaian indikator berdasarkan angket partisipasi siswa, dan hasil observasi ketika pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data yang diperoleh dari angket partisipasi siswa dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ketiga indikator partisipasi siswa sudah mencapai target yaitu 75,14%. Tetapi, target yang ingin dicapai adalah 75% untuk masingmasing indikator. Indikator 3 yaitu “berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup” mempunyai persentase di bawah 75% yaitu sebesar 73,17%. Berdasarkan hasil observasi, partisipasi siswa belum mencapai target. Upaya yang harus dilakukan adalah mengadakan perbaikan pada siklus II agar pembelajaran lebih optimal dan target tercapai.
D. Deskripsi Hasil Siklus II Pembelajaran pada siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada pembelajaran siklus I. Perbedaan terletak pada tahap perencanaan. Perencanaan pada siklus II tergantung pada hasil refleksi siklus I. 1. Perencanaan Tindakan pada Siklus II
Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II masih berpusat pada aktivitas guru dan siswa. Materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II berbeda dengan materi pada siklus I, yaitu Pencemaran Lingkungan. Tetapi, metode pembelajaran yang digunakan sama seperti pada siklus I yaitu Group Investiation. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan (4 jam pelajaran). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II menggunakan instrumen penelitian yang sama dengan instrumen penelitian yang digunakan pada siklus I. Pada perencanaan tindakan siklus II terdapat beberapa perbaikan yang akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran, lebih maksimal dalam pelaksanaan investigasi materi pelajaran dan presentasi hasil investigasi lebih mudah dipahami oleh siswa-siswa yang lain sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran optimal. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain: 1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi yang akan di pelajari pada pembelajaran selanjutnya serta memberi pekerjaan rumah. 2. Guru memberi semangat kepada siswa yang belum mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok dengan memanggil namanya, menumbuhkan rasa percaya diri bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan masing-masing agar siswa tidak malu dan takut untuk mengeluarkan pendapat. Guru memberikan pujian kepada siswa yang mengeluarkan pendapat sehingga siswa lain berusaha untuk berpendapat. 3. Guru memberi penjelasan kepada setiap kelompok agar melaksanakan investigasi materi secara maksimal, yaitu dari hasil diskusi kelompok, LKS, buku-buku yang relevan maupun internet sehingga mendapat pengetahuan yang lebih luas. 4. Pada saat presentasi, setiap kelompok diberi kebebasan untuk menyampaikan hasil investigasi menggunakan OHP atau LCD agar menarik bagi semua siswa. 5. Pada saat pembelajaran berlangsung, bagi siswa yang mengantuk diberikan kesempatan untuk mencuci muka agar bisa kembali mengikuti pelajaran dengan segar. Siswa yang ramai akan ditegur dan diperingatkan, untuk mengatasi siswa yang malas diberikan pengawasan secara berkeliling. Siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, dipanggil namanya kemudian diberi pertanyaan tentang materi pelajaran sehingga akan mengembalikan perhatian pada pelajaran.
6. Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar, guru menghampiri siswa yang perlu bantuan, serta menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran dimana siswa nyaman dalam belajar, tidak merasa tegang, takut, dan malu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Perbaikan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan tindakan siklus II. Pembelajaran siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan, dalam setiap pertemuan dilaksanakan kegiatan observasi selama KBM berlangsung. Pada pertemuan sebelumnya guru telah memberi tugas kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi Pencemaran Lingkungan di rumah. Pertemuan I, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan presensi. Kehadiran siswa adalah 97,56% (satu siswa absen). Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan kilas balik dari pertemuan siklus I, menyampaikan materi Pencemaran Lingkungan secara umum dan membagi materi menjadi 8 sub topik. Siswa yang memilih sub topik yang sama dikelompokkan dalam satu kelompok, kemudian menginvestigasi sub topik yang telah dipilih. Terbentuk 8 kelompok sesuai dengan sub topik masing- masing. Siswa dalam kelompok masing-masing merencanakan tugas untuk pelaksanaan investigasi, mengumpulkan sumber dan mengumpulkan informasi selengkaplengkapnya dari sub topik yang diperoleh. Setiap siswa dalam kelompok berperan aktif dalam kegiatan investigasi yang hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas. Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk melengkapi hasil investigasi di rumah dan memberi kebebasan dalam mempresentasikan hasil investigasi. Guru memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan presentasi menggunakan OHP atau LCD. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertemuan kedua, dimulai dengan membuka pelajaran dan presensi siswa. Kehadiran siswa adalah 97,56% (satu siswa absen). Hasil investigasi materi yang dipresentasikan oleh siswa
lebih lengkap dan terarah, sehingga siswa lebih mudah memahami. Guru tetap sebagai penasehat dan membimbing jalannya presentasi. Guru memberikan pertanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Setiap kelompok yang telah melaksanakan presentasi akan mendapat pertanyaan dari siswa-siswa kelompok lain tentang materi yang masih belum dipahami, sehingga semua siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat kegiatan diskusi dan presentasi. Pada akhir pertemuan, guru memberikan kilas balik materi, membahas pertanyaan yang belum terjawab oleh siswa dan memberikan kesimpulan materi bersama-sama dengan siswa. Peneliti melaksanakan observasi kegiatan pembelajaran dan memberikan angket partisipasi untuk siklus II dan angket respon pembelajaran yang dilaksanakan yaitu metode pembelajaran GI. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pertemuan ketiga, guru membuka pelajaran kemudian melaksanakan presensi, kehadiran siswa 100% (masuk semua). Guru memberikan tes evaluasi siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai data pendamping. 3. Observasi dan Evaluasi Tindakan pada Siklus II Observasi dan evaluasi pada siklus II dilaksanakan dengan menggunakan angket partisipasi siswa, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa, tes kognitif siswa, lembar observasi performance guru serta angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran GI. Observasi dan evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan menggunakan instrumen penelitian untuk memperoleh data pada siklus II. Hasil observasi pada pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sudah meningkat dan mencapai target, siswa terlihat lebih antusias dalam proses pembelajaran dan interaksi antar siswa dalam kelompok maupun interaksi siswa antar kelompok dalam kelas sudah tampak. Pelaksanaan siklus II diakhiri dengan tes evaluasi dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal. Dari hasil tes dapat diketahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dan sejauh mana penguasaan materi oleh siswa. 1) Hasil Tes Kognitif Siswa Tes yang diberikan kepada siswa berupa tes kognitif tertulis yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi Pencemaran Lingkungan. Hasil tes kognitif seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 2. Selain itu, data hasil tes juga disajikan dalam bentuk capaian ketuntasan klasikal.
Tabel 14. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II No 1. 2.
Uraian Pencapaian Hasil Tuntas Tidak Tuntas
Persentase 97,56% 2,44%
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari. Bentuk pertanyaan berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal, sedikit berbeda dengan jumlah soal pada siklus I. Dalam mengerjakan soal masih ada 12,20% siswa (± 5 siswa) yang bingung dengan pertanyaan yang dimaksud dalam soal sehingga beberapa siswa tersebut bartanya kepada guru mengenai maksud dari soal-soal yang dikerjakan. Dan sesekali terjadi keributan karena ada siswa yang bertanya jawaban kepada teman lain, namun kondisi tersebut dapat segera teratasi dengan teguran dari guru. 2) Hasil Angket Partisipasi Siswa Angket partisipasi siswa pada siklus II berupa angket tertutup yang berfungsi untuk menggali informasi mengenai peningkatan partisipasi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta setelah diterapkan metode pembelajaran GI. Hasil angket partisipasi untuk setiap item dapat di lihat pada lampiran 2. Berikut ini adalah tabel hasil angket partisipasi siswa untuk setiap indikator: Tabel 15. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Siklus II No Indikator Capaian (%) 1. Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab 77,07 pertanyaan 2. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk 76,71 pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan 3. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup 76,59 Jumlah 230,67 Rata-Rata 76,89 3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Data hasil observasi partisipasi siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II setelah ditabulasikan pada lembar observasi partisipasi tampak pada tabel berikut: Tabel 16. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus II No
Indikator
Capaian (%)
1. 2.
3.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup Jumlah Rata-Rata
76,83 81,71
80,49 239,03 79,68
Observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut: siswa sudah berpartisipasi aktif terhadap kegiatan pembelajaran yang difasilitasi oleh guru yaitu lebih dari 31 siswa ( 75%) yang aktif bertanya, berani menjawab pertanyaan guru, menyumbangkan ide/gagasan dalam diskusi, memberikan masukan, saran dan pertanyaan ketika presentasi serta memperhatikan kelompok lain yang sedang presentasi. 4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Hasil observasi stimualsi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus II No. Indikator Persentase (%) 1. Mampu berempati dengan orang lain 87,80 2. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi 87,80 sosial 3. Memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif 78,05 Jumlah Rata-rata
253,65 84,55
5) Hasil Observasi Performance Guru Data observasi Performance guru tiap indikator siklus II dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 18. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru Siklus II No.
Indikator
Siklus II (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan
100 100 100 100 100 75 100 66,67
Jumlah 741,67 Rata-rata 92,71 Pada pembelajaran siklus II, sudah terlihat adanya perbaikan performance guru. Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. Pada siklus II ini materi yang disampaikan berbeda dengan siklus I yaitu Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran melalui tiga tahap. Pada tahap pertama, guru membagi materi Pencemaran Lingkungan menjadi 8 sub topik, selanjutnya setiap kelompok melakukan investigasi materi. Tahap kedua, hasil investigasi kelompok dipresentasikan di kelas. Sedangkan tahap ketiga adalah tes kognitif. Guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Serangkaian kegiatan guru pada siklus II telah memperlihatkan upaya-upaya peningkatan partisipasi siswa melalui pemberian rangsangan kecerdasan interpersonal siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran dengan metode GI dengan baik. Guru memberikan semangat kepada siswa, membangkitkan rasa percaya diri kepada siswa bahwa setiap siswa mampu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok, guru memberikan arahan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan sehingga siswa harus saling bekerja sama dalam kelompok tanpa memilih-milih teman. Guru lebih memberikan penekanan agar siswa tidak egois pada kemampuan masing-masing tetapi harus mampu belajar dan bekerja sama dalam kelompok. 6) Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran. Angket kepuasan siswa terhadap penggunakan metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian diberikan kepada siswa di akhir siklus II bersamaan dengan angket partisipasi siswa, yaitu pada akhir pertemuan ke-3. Persentase capaian tiap aspek angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran GI pada siklus II dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 19. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Siklus II No Aspek Persentase (%) 1. Respon 83,41 2. Evaluasi 76,91 3. Harapan 79,51 4. Kinerja aktual 81,79 Jumlah 321,62 Rata-rata 80,41 Pada pembelajaran siklus II ini diberikan angket kepuasan terhadap penggunaan metode pembelajaran GI untuk mengetahui bagaimana tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan metode pembelajaran GI. Hasil observasi berdasarkan angket pada siklus II ini dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar siswa sudah melaksanakan pembelajaran di kelas dengan baik. Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik sehingga pembelajaran dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan. Siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti setiap kegiatan yang diperintahkan oleh guru. Baik pada saat investigasi kelompok maupun presentasi kelompok yang disertai tanya jawab. Pembelajaran berjalan lancar, hanya saja pada saat tanya jawab terjadi kegaduhan karena siswa berebut untuk mengajukan pertanyaan kepada presentator. Tetapi kondisi tersebut dapat segera diatasi oleh guru. 4. Analisis dan Refleksi Tindakan pada Siklus II Observasi menunjukkan bahwa pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang cukup besar. Guru sudah mengerti dan memahami kekurangan-kekurangannya pada pelaksanaan siklus I dan mempunyai solusinya yaitu pada materi selanjutnya, siswa melaksanakan investigasi materi dengan lebih lengkap dan jelas untuk selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. Materi yang diberikan pada pembelajaran siklus II ini berbeda dengan materi pada pembelajaran siklus I. Pada pembelajaran siklus II ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator, membimbing jalannya investigasi kelompok, presentasi kelompok dan tanya jawab. Guru memberikan petanyaan tambahan kepada seluruh siswa. Guru lebih menekankan pada pentingnya kerja sama dalam
kelompok, menghargai pendapat teman dan saling
menghargai antar kelompok. Tidak saling mengejek maupun merendahkan kelompok lain. Inilah pentingnya kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode GI agar partisipasi siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. 1) Hasil Tes Kognitif Siswa
Tes kognitif siklus II yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Hasil tes kognitif siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: hasil tes pada siklus II menyebutkan rata-rata jumlah jawaban benar untuk item soal pada tes kognitif siswa sebesar 83,29%. Rata-rata jumlah jawaban benar tersebut mengalami penurunan sebesar 0,45% dari pembelajaran siklus I. Kemungkinan besar, hal ini disebabkan karena materi pada pembelajaran siklus II yaitu “pencemaran lingkungan” lebih luas daripada materi pada siklus I “kerusakan hutan” dan jumlah soalnya juga lebih banyak. Pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan hasil tes kognitif siswa. Niali ratarata kelas mengalami peningkatan sebesar 0,29 pada siklus I dengan rata-rata 83,25 menjadi 83,54. Ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada siklus II ini ketuntasan klasikal sebesar 97,56% yang berarti sudah ada 40 siswa dari 41 siswa yang ada di kelas yang mampu mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 66. 2) Hasil Angket Partisipasi Siswa Berdasarkan pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran siklus II berkisar antara 76,59% - 77,07%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,89%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase indikator partisipasi siswa mengalami peningkatan sebesar 1,76% dari siklus I (75,13%). Persentase indikator tertinggi diduduki oleh indikator 1 (keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan) yaitu sebesar 77,07%. Indikator terendah diduduki oleh indikator 3 (berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup). Meskipun demikian, persentase indikator 3 mengalami peningkatan terbesar yaitu 2,01% dari 74,88% pada siklus 1 meningkat menjadi 76,59% yang berarti terjadi peningkatan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran. Walaupun peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II sedikit, tetapi sudah menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal siswa dengan penerapan metode pembelajaran GI dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dalam pembelajaran GI ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam investigasi kelompok, saling bertukar pendapat, siswa memperhatikan dan aktif dalam presentasi kelompok, siswa bertanya kepada kelompok presentator dan berani menjawab pertanyaan.
3) Hasil Observasi Partisipasi Siswa Persentase untuk setiap indikator hasil observasi partisipasi siswa pada siklus II ini berkisar antara 76,83% - 80,49% dengan rata-rata sebesar 79,68%. Indikator yang memiliki persentase tertinggi adalah indikator 2 yaitu ”bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar 81,71%, hal ini menunjukkan dorongan siswa dalam proses pembelajaran cukup tinggi. Indikator yang memiliki persentase terendah adalah indikator 1 yaitu “ Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan” sebesar 76,83%. Sedangkan indikator 3 yaitu ”berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup” mempunyai persentase sebesar 80,49%. Secara umum semua indikator mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, ini berarti partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan sejalan dengan kebiasaan pemberian perlakuan dengan metode yang diterapkan, sehingga kebiasaan belajar siswa lambat laun akan dapat berubah dengan perlakuan yang diberikan oleh guru. 4) Hasil Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Persentase untuk setiap indikator hasil observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa pada siklus II berkisar antara 78,05% - 87,80% dengan rata-rata sebesar 84,55%. Pada siklus II ini, indikator 1 (mampu berempati dengan orang lain) dan indikator 2 (mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial) adalah sebesar 87,80%. Untuk indikator 3 (memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif) mempunyai persentase sebesar 78,05%. 5) Hasil Observasi Performance Guru Performance guru pada pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode GI semakin meningkat. Hasil observasi terhadap performance guru menunjukkan bahwa pada siklus II memiliki hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Guru membimbing jalannya kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan apersepsi dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. Tingginya nilai performance guru ditunjukkan dengan semakin tingginya presentase rata-rata pada siklus II yaitu sebesar 92,71% yang semula pada siklus I sebesar 72,92%. Pesan yang ingin disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa pada penerapan metode pembelajaran GI.
Variasi langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikemas secara menarik sehingga guru dapat menciptakan situasi dan kondisi yang menyenangkan pada saat pembelajaran. Guru mampu membimbing jalannya diskusi dan presentasi kelompok. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru menghampiri siswa yang membutuhkan bantuan dan juga menegur siswa yang mengganggu kelas. Guru memberikan pertanyaan yang relevan pada akhir pembelajaran dan menarik kesimpulan bersama-sama dengan siswa. 6) Hasil Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group Invetigation Dari hasil angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI dapat dijabarkan sebagai berikut: persentase rata-rata aspek pada angket kepuasan penggunaan metode pembelajaran pada siklus II sebesar 80,41% dan ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I sebesar 1,46% yang semula pada siklus I sebesar 78,95%. Peningkatan ini memang tidak terlalu besar, namun begitu hasil dari angket ini dapat dipakai sebagai ukuran bahwa siswa sudah mulai merasa puas dengan metode pembelajaran yang diterapkan. Persentase capaian tiap aspek angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode GI berkisar antara 76,91% - 83,41%, dimana persentase tertinggi pada aspek 4 (kinerja aktual) sebesar 83,41%, hal ini berarti siswa sudah mampu melaksanakan metode pembelajaran GI dengan baik yaitu pada saat investigasi kelompok, presentasi dan tanya jawab. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi maka diberikan tes kognitif kepada siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa capaian ketuntasan pada siklus II sebesar 97,56%, yang berarti 1 siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 66. Berdasarkan evaluasi dan analisa diketahui bahwa besarnya persentase partisipasi siswa sudah mencapai target yaitu sebesar 75%, dari hasil angket sebesar 76,77% dan dari hasil observasi sebesar 79,68%. Persentase hasil observasi performance guru sebesar 92,71%. Hasil angket kepuasan penggunaan metode pembelajaran pada siklus II menunjukkan persentase skor sebesar 77,49%. Proses pembelajaran secara keseluruhan terlihat telah mencapai target minimal yang telah ditentukan, sehingga siklus dapat dihentikan. Tindak lanjut berupa perbaikan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru biologi setelah penelitian sehiangga proses belajar siswa menunjukkan hasil yang lebih baik. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan gambaran kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan hasil yang
positif dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kegiatan diskusi presentasi dalam pembelajaran perlu digiatkan agar partisipasi siswa lebih meningkat. E. Antar Siklus Observasi dan evaluasi dilakukan terhadap siklus I dan siklus II yang dilaksanakan dengan menggunakan angket dan lembar observasi partisipasi siswa, tes kognitif untuk mengetahui hasil belajar siswa, lembar observasi performance guru, serta angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran menghasilkan perubahan data pada hasil tindakan. Berikut adalah sajian data antara pra siklus, siklus I dan siklus II serta analisanya: a. Hasil Tes Kognitif Siswa Pemahaman siswa terhadap konsep materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan yang telah dipelajari pada tiap siklus dapat diketahui dari hasil tes kognitif dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan tabel pada lampiran 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas semakin meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata pra siklus adalah sebesar 78,61 nilai rata-rata siklus I adalah 83,25 dan siklus II sebesar 83,54. Hal ini berarti penerapan metode pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta. Tabel 20. Persentase Capaian Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa No 1. 2.
Uraian Pencapaian Hasil Tuntas Tidak Tuntas
Pra Siklus 82,93% 17,07%
Siklus I 92,68% 7,32%
Siklus II 97,56% 2,44%
Berdasarkan pada Tabel 20, terlihat capaian ketuntasan belajar siswa semakin mengalami peningkatan. Pada pra siklus capaian ketuntasan sebesar 82,93% sebanyak 7 siswa belum mencapai batas tuntas minimal, selanjutnya setelah penerapan metode pembelajaran GI menunjukkan peningkatan pada siklus I sebesar 9,75% menjadi 92,68%, yaitu sebanyak 3 siswa belum mencapai batas tuntas. Hal ini berarti proses pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari semakin membaik. Begitu pula pada siklus II terjadi kenaikan persentase menjadi 97,56%, hanya 1 siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal. Hasil capaian ketuntasan klasikal hasil belajar kognitif siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut :
Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa
100,00%
60,00%
97,56%
92,68%
80,00%
Tuntas
82,93%
Tidak tuntas
40,00% 17,07%
20,00%
7,32%
2,44%
0,00% Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Kognitif Siswa b. Hasil Angket Partisipasi Siswa Hasil angket afektif siswa untuk setiap indikator pada pra siklus, siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 21. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa No
Indikator
1.
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan Bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup.
2.
3.
Jumlah Rata-Rata
Capaian (%) Pra siklus Siklus I Siklus II 73,90
75,69
77,07
74,51
74,82
76,71
73,90
74,88
76,59
222,31 74,10
225,39 75,13
230,30 76,77
Partisipasi siswa kelas VII C SMP N 5 Surakarta menurut data angket mengalami perubahan yaitu mengalami kenaikan persentase. Rata-rata partisipasi siswa pra siklus adalah sebesar 74,10%, pada siklus I meningkat menjadi 75,13% dan pada siklus II menjadi 76,89%. Partisipasi siswa sudah mengalami peningkatan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar. Diperlukan waktu yang cukup lama dan proses yang lambat dengan perlakuan secara berulangulang agar seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran khususnya pada saat diskusi dan presentasi. Untuk peningkatan persentase rata-rata setiap indikator angket partisipasi siswa dapat divisualisasikan dalam diagram sebagai berikut:
78,00
77,07
77,00
75,00 74,00 73,00
indikator 1
75,69
76,00
76,71
74,51 74,82 73,90 73,90
76,89
indikator 2 indikator 3
74,88
72,00 pra s iklus
s iklus 1
s iklus 2
Gambar 7. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Partisipasi Siswa Persentase setiap indikator pada angket partisipasi siswa mengalami peningkatan dari pra siklus sampai dengan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab, motivasi dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran meningkat. Sehingga guru dan siswa harus berusaha untuk mengembangkannya.Pada siklus II masingmasing indikator sudah mencapai target yang diharapkan. c. Hasil Observasi Partisipasi Siswa Observasi secara khusus dilakukan terhadap partisipasi siswa yang hasilnya dituliskan pada lembar observasi. Data hasil observasi untuk seluruhnya dapat ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 22. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa No 1. 2.
3.
Indikator
Capaian (%) Pra siklus Siklus I Siklus II 40,25 64,63 76,83
Keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Bentuk motivasi positif yang bermanfaat 34,15 62,20 81,71 untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan. Berani menghadapi konsekuensi dari 48,78 73,17 80,49 pilihan hidup. Jumlah 123,17 200,00 239,03 Rata-Rata 41,06 66,67 79,68 Hasil observasi yang menunjukkan kenaikan persentase partisipasi siswa pada pra
siklus, siklus I ke siklus II yang cukup besar. Partisipasi siswa baik pada saat diskusi maupun presentasi meningkat. Aktivitas siswa seperti menjawab pertanyaan guru, bertanya pada
kelompok lain yang presentasi serta keterlibatan siswa dalam diskusi dan presentasi juga menunjukkan kemajuan. Ada beberapa kondisi yang sering dijumpai pada siswa selama pembelajaran berlangsung yang kiranya dapat teramati, yaitu: 1) pada saat diskusi beberapa siswa membahas hal di luar materi yang sedang dipelajari, 2) masih banyak siswa yang melakukan kegiatan yang tidak jelas, seperti mondar-mandir menuju kelompok lain, 3) pada waktu tanya jawab beberapa siswa saling berebut untuk menyampaikan pertanyaan sehingga kelas ramai. Data observasi partisipasi siswa dapat divisualisasikan pada gambar berikut: Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa 100 80 73,17
60 40 20
76,83
indikator 1 80,49
64,63 40,25
48,78 62,20
81,71
Siklus I
Siklus II
indikator 2 indikator 3
34,15
0 Pra Siklus
Gambar 8. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Partisipasi Siswa
d. Hasil Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa Data persentase hasil observasi kecerdasan interpersonal siswa untuk setiap siklus dapat ditunjukkan dengan tabel berikut: Tabel 23. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa No. Indikator Capaian (%) Siklus I Siklus II 1. Mampu berempati dengan orang lain 58,54 87,80 2. Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam 70,73 87,80 relasi sosial 3. Memiliki keterampilan berkomunikasi secara 56,10 78,05 efektif Jumlah 185,37 253,65 Rata-rata 61,79 84,55 Hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecerdasan interpersonal siswa yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,76% pada siklus I sebesar 61,79% menjadi 84,55% pada siklus II. Setiap indikator pada observasi stimulasi kecerdasan interpersonal siswa terjadi peningkatan. Peningkatan persentase tetinggi pada indikator 1 (mampu berempati dengan orang
lain) yaitu sebesar 29,26%. Terlihat bahwa siswa saling memotivasi untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi kelompok. Peningkatan terendah pada indikator 2 (mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosial) yaitu sebesar 17,07%. Hasil observasi pada siklus I dan Siklus II dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut:
87,80
100
87,80
78,05
70,73 58,54
Siklus I
56,10
Siklus II
50
0 IND 1
IND 2
IND 3
Gambar 9. Diagram Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Stimulasi Kecerdasan Interpersonal Siswa e. Hasil Observasi Performance Guru Data persentase capaian untuk setiap indikator yang diproleh dari hasil observasi performance guru untuk setiap siklus dapat ditunjukkan dengan tabel berikut: Tabel 24. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Indikator Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Keterampilan memberi penguatan Jumlah Rata-rata
Pra Siklus (%) 25
Siklus I (%) 50
Siklus II (%) 100
50 50 100 0
100 100 100 50
100 100 100 100
25 100
50 100
75 100
33,33 383,33 47,92
33,33 583,33 72,92
66,67 741,67 92,71
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa performance guru semakin terlihat meningkat seiring dengan pergantian siklus. Guru semakin terampil dalam membuka dan menutup pelajaran yaitu terjadi kenaikan dari pra siklus sebesar 25% menjadi 100% pada siklus II. Pada indikator 2
dan 3 mengalami kenaikan yang sama yaitu dari 50% menjadi 100%. Pada indikator 5 (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan) mengalami juga peningkatan hasil pra siklus sebesar 0%, untuk siklus I sebesar 50% dan siklus II adalah 100%. Untuk indikator 6 (keterampilan mengelola kelas) pada para siklus 25%, siklus I 50% dan siklus II 75%. Sedangkan indikator 8 (keterampilan memberi penguatan) pada para siklus menuju ke siklus I tidak mengalami peningkatan yaitu tetap sebesar 33,33% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 66,67%. Indikator 4 dan indikator 7 sudah mencapai 100% sejak para siklus. Telah terjadi kenaikan persentase sebesar 19,79% dari siklus I menuju siklus II. Guru sebagai fasilitator semakin terlatih dalam hal kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Kemampuan berkomunikasi guru secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Data tersebut dapat divisualisasikan dengan grafik persentase skor tiap indikator pada masing-masing siklus seperti tampak pada grafik berikut:
p e r s e n t a s e
Grafik Persentase Tiap Indikator Observasi Performance Guru Tiap Siklus 120 100 80 60 40 20 0
100
100
100
100
100
100 75
50
50
50
50
25
50 25
66,67 33,33
Pra siklus Siklus I Siklus II
0
Gambar 10. Grafik Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Performance Guru f. Hasil Angket Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group Investigation Gambaran lengkap mengenai hasil angket kepuasan penggunaan metode pembelajaran pada setiap siklus adalah sebagai berikut: Tabel 25. Persentase Capaian Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode Pembelajaran Group Investigation No.
Aspek
Siklus I (%)
Siklus II (%)
1. 2. 3. 4.
Respon Evaluasi Harapan Kinerja aktual Jumlah Rata-rata
82,44 74,96 76,59 81,79 315,78 78,95
83,41 76,91 79,51 81,79 321,62 80,41
Berdasarkan tabel di atas, angka persentase capaian setiap aspek angket kepuasan siswa terhadap penerapan metode pembelajaran GI menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu besar. Besarnya persentase rata-rata rata aspek pada siklus I adalah 78,95% mengalami kenaikan sebesar 1,46% menjadi 80,41% pada siklus II. Data persentase capaian setiap aspek pada angket kepuasan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran GI dapat divisualisasikan dengan diagram sebagai berikut:
83.41
85
81.79 79.51
82.44
80
76.91
81.79 Siklus I
76.59
Siklus II
74.96
75 70 Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Aspek 4
Gambar 11. Diagram Persentase Capaia Capaiann Setiap Aspek Angket Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Metode GI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penerapan metode GI dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2008/2009. Hasil pada siklus I menunjukkan sebanyak 92,68% siswa mencapai batas ketuntasan untuk uji kompetensi kognitif siswa yang berarti masih ada 3 siswa ya yang belum tuntas. Siklus II menunjukkan perbaikan hasil dari siklus sebelumnya. Adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan yaitu menjadi sebesar 97,56%, dan itu berarti hanya tinggal 1 siswa yang belum tuntas dalam belajar. Selain itu, tterlihat erlihat adanya peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan metode pembelajaran GI.
F. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Untuk mengetahui adanya peningkatan partisipasi siswa dilihat dengan menggunakan angket partisipasi siswa, observasi partisipasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru dan siswa. Pada pelaksaan siklus I, dari hasil pengisian angket partisipasi siswa didapat rata-rata ketiga indikator partisipasi adalah 75,13%. Untuk indikator 1 “keterlibatan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan” sebesar 75,69%, indikator 2 “bentuk motivasi positif yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dengan penerimaan perintah yang diberikan” sebesar 74,82% dan indikator 3 “berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup” sebesar 74,88%. Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh hasil rata-rata ketiga indikator sebesar 66,67%, yaitu untuk indikator 1 sebesar 64,63%, indikator 2 sebesar 62,20% dan indikator 3 sebesar 73,17%. Apabila hanya dilihat dari nilai rata-rata ketiga indikator pada angket partisipasi siswa penelitian ini sudah mencapai target yaitu 75%. Tetapi berdasarkan nilai masing-masing indikator pada angket partisipasi siswa dan hasil observasi target belum tercapai, sehingga harus diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus II). Pada pelaksaan siklus II, rata-rata ketiga indikator pada angket partisipasi siswa adalah 76,89% yaitu untuk indikator 1 sebesar 77,07%, indikator 2 sebesar 76,71% dan indikator 3 sebesar 76,59%. Berdasarkan hasil observasi, rata-rata ketiga indikator adalah 79,68%, untuk indikator 1 sebesar 76,83%, indikator 2 sebesar 81,71% dan indikator 3 sebesar 80,49%. Dari hasil wawancara, siswa yang menyukai adanya perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan GI dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran masing-masing sebanyak 39 siswa (95,12%). Berdasarkan hasil angket dan observasi pada kedua siklus menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan partisipasi siswa dan target tercapai sehingga siklus dapat dihentikan. Partisipasi siswa meningkat dengan adanya perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode GI. Adanya penerapan metode GI memberikan dampak yang positif yaitu partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat diantaranya siswa berani menjawab pertanyaan dari guru dan mengajukan pertanyaan jika ada hal yang belum dipahami. Siswa aktif mengungkapkan pendapat dalam diskusi kelompok dan memberi masukan pada kelompok lain
yang presentasi. Selain itu, siswa juga memberikan perhatian ketika kelompok lain presentasi. Dengan penggunaan metode pembelajaran ini siswa menjadi lebih paham dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, karena siswa dituntut bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk investigasi materi yang telah dipilih dan mempresentasikannya di depan kelas. Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif GI ini dapat melatih siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang akan dipelajari, mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, memiliki kemahiran dalam berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis, meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi. Proses pembelajaran GI siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil, kemudian siswa dituntut untuk belajar mandiri dengan menginvestigasi materi selengkap-lengkapnya, mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai media pembelajaran baik dari buku maupun media yang lain bersama anggota kelompoknya. Sehingga akan terjadi interaksi antar siswa untuk melaksanakan investigasi dan semua siswa dapat turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan bimbingan atau bantuan pada saat siswa mengalami kesulitan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa penyelidikan kelompok atau GI adalah suatu metode belajar kooperatif yang mempunyai karakteristik yaitu siswa bekerja dalam kelompok kecil, aktif membangun pengetahuan siswa itu sendiri. Pelaksanaan GI dapat meningkatkan tanggung jawab pribadi, kebebasan untuk merencanakan aktivitas yang akan dilaksanakan dan mendapatkan pengalaman yang berharga. Metode pembelajaran GI merupakan metode pembelajaran yang cukup efektif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi dengan menggunakan metode GI sudah cukup inovatif sebanyak 39 siswa (95,12%) dan siswa yang setuju bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode GI dapat menambah referensi belajar siswa sebanyak 40 siswa (97,56%). Pembelajaran dengan menggunakan metode GI dapat meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Danielzingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode GI siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran dan lebih bertanggung jawab. Selain terjadi peningkatan partisipasi, kecerdasan interpersonal siswa dan hasil belajar siswa juga meningkat. Siswa tidak hanya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang baru yaitu adanya hubungan interpersonal antar siswa
yang dapat menjalin interaksi yang positif antar siswa dalam satu kelompok maupun dalam kelas. Rata-rata kecerdasan interpersonal pada siklus I adalah 61,79%, terjadi peningkatan sebesar 22,76% pada siklus II menjadi 84,55%. Hal ini terjadi karena dalam metode GI, siswa dilatih untuk saling bekerja dalam satu kelompok sehingga siswa mempunyai jiwa kooperatif yang tinggi, saling menghormati dan menghargai antar siswa. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 83,25 dan pada siklus II adalah 83,54. Nilai yang diperoleh pada siklus I, masih ada 3 siswa (7,32%) yang belum mencapai batas ketuntasan minimal. Selanjutnya pada siklus II terjadi peningkatan hasil yaitu hanya 1 siswa yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa digunakan sebagai data pendamping. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada siswa diperoleh hasil bahwa siswa yang setuju jika penggunaan metode GI dapat membuat siswa menjadi lebih paham dalam mempelajari materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%), siswa setuju bahwa penggunaan metode GI dapat membantu siswa untuk mempermudah dalam mempelajari materi biologi sebanyak 34 siswa (82,93%), siswa yang setuju bahwa penggunaan metode GI dapat membangkitkan semangat untuk mendalami materi biologi sebanyak 35 siswa (85,37%). Dengan adanya metode GI, siswa menjadi lebih semangat, lebih paham dan lebih mudah dalam mempelajari materi biologi sehingga prestasi belajar meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zingaro (2008) yang menyimpulkan bahwa dalam pelaksaannya metode GI dapat meningkatkan prestasi, meningkatkan motivasi, membantu perkembangan hubungan interpersonal siswa, meningkatkan rasa saling menghormati teman dalam satu kelompok dan antar kelompok. GI dapat mengubah bentuk kelas ke dalam suatu hubungan sosial. Pada saat investigasi yang diperlukan adalah kepercayaan dan hubungan timbal balik antar siswa di dalam maupun antar kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi (interpersonal siswa), mempererat persahabatan siswa yang bersifat heterogen, kepercayaan dan lebih bersikap positif di dalam pelajaran dan sekolah. Begitu juga dengan penelitian Seifert et al (2009) yang menyatakan bahwa dengan penerapan metode GI siswa berusaha untuk meningkatkan hasil belajar. Proses pembelajaran bukan hanya ditentukan oleh partisipasi siswa dalam pembelajaran, tetapi juga sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan mengajar (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:228). Lembar observasi
performance guru digunakan untuk melihat profesionalitas guru dalam pembelajaran. Rata-rata performance guru pada siklus I sebesar 72,92%, terjadi peningkatan pada silus II menjadi 92,71%.
Setiap siklus guru sudah menunjukkan perbaikan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Refleksi yang dilakukan oleh guru dapat digunakan untuk perbaikan pembelajaran.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Simpulan Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perangsangan kecerdasan interpersonal melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 5 Surakarta. Berdasarkan angket, besarnya partisipasi siswa pada pra siklus adalah sebesar 74,10%, pasca siklus I meningkat menjadi 75,13% dan pasca siklus II meningkat menjadi 76,89%. Besarnya kecerdasan interpersonal siswa juga mengalami peningkatan. Berdasarkan
lembar observasi, kecerdasan interpersonal siswa pasca siklus I adalah sebesar 61,79% dan pasca siklus sebesar 84,55%. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa impliklasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk: Memperluas wawasan bagi pembaca mengenai arti pentingnya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran biologi. Sebagai salah satu sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut. Sebagai sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi metode pembelajaran. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran di SMP N 5 Surakarta dan SMP Negeri lain yang mempunyai kondisi sama dengan SMP N 5 Surakarta, yakni perangsangan kecerdasan interpersonal siswa melalui penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa yang berpengaruh pada peningkatan kualitas dalam pembelajaran biologi. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka saran yang dapat diberikan antara lain: Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan dan mempertimbangkan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang tepat, yaitu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta dan keaktifan siswa sehingga seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Group Investigation. Guru hendaknya memahami bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan interpersonal yang berbeda sehingga diperlukan suatu metode yang dapat merangsang kecerdasan interpersonal siswa agar seluruh siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran Group Investigation.
Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena guru berhadapan langsung dengan siswa. Siswa : ·
Hendaknya tidak tergantung pada materi yang diberikan oleh guru, tetapi lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber lain.
·
Bagi siswa yang kurang paham terhadap materi harus selalu aktif bertanya kepada guru atau kepada teman yang sudah lebih paham.
·
Siswa hendaknya tidak malu untuk mengeluarkan pendapat dalam diskusi
·
Siswa hendaknya memperhatikan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan presentasi misalnya dengan aktif bertanya apabila materi yang disampaikan kelompok presentator belum jelas.
·
Hal-hal yang menjadi kesulitan dalam belajar sebaiknya dikonsultasikan kepada guru.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam. Harapan peneliti hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwarholil 2008. Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://www.anwarholil.blogspot.com/2008/04/kecerdasan_interpersonal.html. Diunduh 24 Februari 2008 Arends, R. I. 1997. Classroom Intruction And Management. USA: The MC. Graw Hill Companies, Inc. Armstrong, T. 2002. 7 Kinds of Smart. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Enco Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya. Edi. 2009. Pembelajaran Biologi. Tersedia di Diunduh 11 Agustus 2009
www.isekolah.org/file/h_1091244911.rtf.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press. Henry.
2007. Ciri-ciri Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msg02306.html. Diunduh 27 November 2007.
H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Jaisy.
2007. Kecerdasan Interpersonal. Tersedia di http://jaisy.multiply.com/journal/item/kecerdasan interpersonal. Diunduh 27 November 2007
Jasmine, J. 2007. Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung: Nuansa. Joyce. 2000. Models Of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Lwin, M., Khoo, A., Lyen, K., & Sim, C. 2004. How To Multiply Child’s Intelligence. Yogyakarta: PT Indeks. Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press. Meta.
2008. Pembelajaran Berbasis Lingkungan. Tersedia di http://www.google.co.id/search?hl=id&sa=X&oi=spell&resnum=0&ct=result&cd=1&q =%22pembelajaran+berbasis+lingkungan%22&spell=1. Diunduh 5 Agustus 2008
Miles, M.B & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Mulyani Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. Nuritaputantri. 2007. Kecerdasan-Majemuk-Multiple-Intelligences. Tersedia http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/11/27/kecerdasan-majemuk-multipleintelligences/. Diunduh 27 November 2007.
di
Rahmawaty. 2006. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun II Tongkoh Desa Dolat Raya. USU responsibility. Riyadi.
2009. Multiple Intelligences. Tersedia di http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=2108. Diunduh 21 Maret 2008.
Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya. Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence. Yogyakarta: Amara Books. Seifert, K., Fenster, A., Dilts, J. A., & Temple, L. 2009. An Investigative, Cooperative Learning Approach to the General Microbiology Laboratory. CBE-Life Sciences Education. Vol.8, 147–153. Diakses 11 Agustus 2009. Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sukur.
2007. Kecerdasan Majemuk. Tersedia di jepang.net/sorotan.php?id=432007. Diunduh 27 November 2007.
http://www.kammi-
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sri Joko Yunanto. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo. Winkel, W. S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yarama Wida. Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Journal International of Group Investigation. Tersedia di http://www.danielzingaro.com/gi.pdf. Diunduh 11 Agustus 2009. Zyersi Yodarsih. 2008. Penerapan Metode POE (Predict Observe Explain) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep. Skripsi FKIP: Universitas Sebelas Maret