M u s l i h a t i | 117
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 02, 2013 ------------------------------------------------------------------------------Hlm. 117 – 124
TANTANGAN DAN PELUANG PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MENGHADAPI MASA DEPAN BANGSA Muslihati Program Studi Bimbingan dan Konseling Fak. Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
[email protected]
Abstract: College is an educational institution that aims to produce graduates who are competent and ready to face the challenges and be able to take advantage of opportunities. BKI Studies Program has a mandate generate social and educational counselors are competent and excel. A number of challenges and opportunities faced by the academic community BKI Studies Program. All the challenges and opportunities need to be answered through the vision, mission and objectives and work plans BKI-directed study program. BKI Studies program also needs to prepare graduates for every candidate has a vision of life, a positive attitude, creative, adaptive, and intelligent hard work, focus, strong lifelong learning with a solid based spirituality. Keywords: self capacity, academic culture. Abstrak: Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang berkompeten dan siap menghadapi berbagai tantangan dan mampu memanfaatkan peluang. Program Studi BKI memiliki amanah menghasilkan konselor sosial dan pendidikan yang kompeten dan unggul. Sejumlah tantangan dan peluang dihadapi oleh civitas akademika Program Studi BKI. Semua tantangan dan peluang perlu dijawab melalui visi, misi dan tujuan serta rencana kerja Program Studi BKI yang terarah. Program Studi BKI juga perlu menyiapkan setiap calon lulusan untuk memiliki visi hidup, sikap positif, kreatif, adaptif, kerja keras dan cerdas, fokus, berkemauan belajar sepanjang hayat dengan dilandasi spiritualitas yang kokoh. Kata kunci: kapasitas diri, budaya akademik.
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 118
Pendahuluan Keberadaan sebuah program studi di perguruan tinggi merupakan jawaban atas kebutuhan masyarakat, demikian juga dengan keberadaan Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam. Kebutuhan tersebut menavigasi perguruan tinggi mengembangkan program pendidikannya agar mampu melahirkan sarjana. Setiap Program Studi merupakan wadah pengembangan kapasitas diri dan kompetensi sarjana pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan kekhasan keilmuan pada Program Studi tersebut. Sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan sarjana, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam memiliki kekhasan kompetensi lulusan yang akan dihasilkan. Program Studi BKI hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bantuan peningkatan kualitas hidup melalui layanan kesejahteraan dan kesehatan jiwa yang menggunakan pendekatan religi, dalam hal ini Islam. Program Studi BKI berperan menghasilkan sarjana konselor Islam yang mumpuni dan menguasai konsep dan praksis bimbingan konseling dengan kekhasan pendekatan Islami untuk membantu konseli mencapai kemaslahatan. Melalui pembentukan kapasitas diri dan kompetensi lulusan inilah Program Studi dan Program Studi menjawab kebutuhan masyarakat. Dalam konteks abad ini, pengembangan kompetensi lulusan Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam dihadapkan pada berbagai tantangan dan peluang. Kiprah dan kontribusi Program Studi BKI dalam menjawab tantangan dan mengelola peluang akan menunjukkan eksistensinya dalam mewarnai masa depan bangsa. Sejumlah tantangan dan peluang yang dihadapi meliputi perkembangan demografi, sosial budaya, serta teknologi informasi dan komunikasi. Tantangan ini perlu dihadapi bersama oleh civitas akademika program studi BKI, terutama pribadi mahasiswa masing-masing, lebih-labih tantangan yang datang bukan saja konteks lokal dan nasional melainkan global. Jika sebuah perguruan tinggi dan pribadi setiap mahasiswanya mampu menjawab tantangan tersebut dengan kapasitas diri maka mereka akan survive dan sukses. Kedigdayaan menghadapi tantangan akan menjadi indikator kesiapan perguruan tinggi menghadapi persaingan. Tantangan Program Studi BKI Tantangan utama bangsa Indonesia adaah kualitas sumber daya manusia. Tantangan ini menjadi lebih nyata seiring dengan demografi. Perkembangan demografi yang dihadapi masyarakat Indonesia berupa bonus demografi. Hal ini pula yang menjadi tantangan perguruan tinggi khususnya jurusan BKI.. Bonus demografi merupakan celah peluang (window of opportunity) yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan. Rentang 2010-2035 Indonesia dikaruniai potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif terbesar sepanjang sejarah kemerdekaan. Fenomena ini terjadi akibat ledakan jumlah penduduk produktif di Indonesia. Diperkirakan 69% penduduk Indonesia pada tahun 2035 adalah usia produktif.1 Dengan jumlah usia produktif yang melimpah, tersedia tenaga 1
(Parawansa, 2012)
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 119
produktif yang siap memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Bonus demografi benar-benar menjadi bonus manakala generasi usia produktif merupakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Sebaliknya, jumlah penduduk usia produktif justru akan menjadi beban bahkan bencana ketika tidak memiliki kesiapan kualitas sumber daya yang diperlukan. Terlebih karena pada saat ini Indonesia bersiap menghadapi pasar bebas. Dengan demikian, bagi generasi muda, bonus demografi menghadirkan tantangan untuk menyiapkan kompetensi diri menghadapi kompetisi lokal dan global. Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh keberhasilan menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang. Keberhasilan program KB selama berpuluh tahun telah mampu menggeser penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak-anak dan remaja) yang awalnya besar di bagian bawah piramida penduduk Indonesia ke penduduk berusia lebih tua (produktif 15-64 tahun). Struktur piramida yang menggembung di tengah semacam ini menguntungkan, karena dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia anak-anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih ringan. Seiring dengan tantangan demografi, generasi masa depan perlu menghadapi perkembangan sosial budaya, teknologi informasi dan komunikasi termasuk didalamnya perubahan gaya hidup. Tingginya ekpektasi akan kemakmuran serta semakin mahalnya biaya hidup menuntut seseorang memiliki kemapanan finansial. Kondisi tantangan ini acapkali memicu penyimpangan karena kemapanan ekonomi diraih melalui upaya yang menistakan cara yang halal dan mengenyampingkan kejujuran. Tuntutan ekonomi pula yang diduga memicu peningkatan kecemasan pada individu dalam masyarakat dan menghadirkan beragam gangguan psikis dan fisik. Terlebih fenomena gaya hidup yang cenderung bebas yang dipicu derasnya air bah informasi global tanpa filter perlahan menggerus nilai-nilai luhur budaya bangsa. Sementara itu, dalam konteks ekonomi global, dunia usaha dan dunia kerja lebih berorientasi pada pasar sehingga mengedepankan transparansi. Konsumen yang semakin kritis meningkatkan keketatan kompetisi antar pelaku usaha. Pelaku usaha tidak sekedar mengembangkan orientasi produk namun juga bertumpu pada pewujudan nilai lebih dari apa yg bisa ditawarkan. Perkembangan global menyebabkan dunia usaha dan dunia kerja cenderung mencari pribadi yang kreatif, peka dan mau mendengar dan terbuka pada perubahan (openeness). Kompetisi juga cenderung akan dimenangkan oleh pribadi yang mau belajar dan mengembangkan diri. Saat ini, pribadi yang mau berubah dan aktif belajar mandiri (self-learning) bahkan menjadi ikon dunia bisnis. Di samping itu dunia usaha dan dunia kerja juga akan mudah ditaklukkan oleh pribadi yang memiliki ketahanan dan kelenturan jiwa (adversity and resilience) serta stabilitas emosi yang baik (excellent
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 120
emotional stability) serta memiliki kemampuan multidimensional (multidimensional skill).2
Peluang Program Studi BKI Semua tantangan global dan lokal berupa bonus demografi, perkembangan sosial budaya berikut gaya hidup yang pesat serta selera dunia usaha dan dunia kerja menghadirkan peluang bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, khususnya Program Studi BKI di berbagai perguruan tinggi Islam. Tantangan tersebut harus di jawab dengan upaya penguatan kelembagaan secara internal dan eksternal. Perkembangan sosial budaya yang pesat dapat menjadi peluang pengembangan kurikulum Program Studi BKI agar selaras dengan kondisi terkini. Kebutuhan akan konselor diberbagai ranah kehidupan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan dan diciptakan oleh sarjana BKI. PR terbesarnya adalah keberanian menangkap peluang tersebut dengan berbagai upaya kreatif. Kekhasan Program Studi BKI berupa lembaga pendidikan calon konselor dengan landasan spiritualitas merupakan keistimewaan yang tidak dimiliki perguruan tinggi lain dengan bidang ilmu yang sama. Penguatan dapat dilakukan searah dengan tridharma perguruan tinggi. Kualitas pembelajaran, fasilitas belajar, budaya akademik akan menjadi pilar yang kokoh untuk dharma pertama. Kajian keilmuan baik khazanah keilmuan Islam dan Barat perlu diperkuat oleh semua civitas akademika, khususnya dosen dan mahasiswa. Khazanah keilmuan Islam khususnya tasawwuf yang berkaitan dengan terapi dan intervensi psikologis belum banyak di kaji secara komprehensif. Seharusnya, kajian tersebut harus disandingkan secara integratif dengan pendekatan dan teori-teori psikologi. Pertanyaan berbagai kalangan mengenai Islamisasi ilmu yang cenderung dipaksakan akan terjawab dengan pembahasan bahwa Islam memiliki metodologi yang lebih komprehensif dan holistik. Upaya ini sekaligus mengembangkan dan memperkuat kapasitas diri mahasiswa melalui pembentukan budaya akademik yang kondusif. Program Studi BKI perlu menerapkan strategi pengembangan di dalam lembaga maupun pengembangan jaringan dengan lembaga mitra. Upaya pengembangan di dalam lembaga yang dapat dilakukan yaitu (1) penyelarasan kurikulum dengan perkembangan sosial dan kebutuhan lapangan, (2) peningkatan kualitas pembelajaran termasuk peningkatan kualitas dan kelengkapan laboratorium (3) pengembangan kegiatan kemahasiswaan yang mendukung kompetensi calon lulusan. Sementara upaya pengembangan jaringan dengan lembaga mitra dapat dilakukan dalam rangka menciptakan peluang bagi calon lulusan. Lembaga mitra yang dapat digandeng oleh Program Studi BK diantaranya Program Studi sejenis, asosiasi profesi konselor, pemerintah daerah, pemerintah pusat, lembaga pemerintah daerah (Rumah Sakit), sekolah dan madrasah, lembaga pemasyarakatan, perusahaan 2
(Lounsbury et.all, 2005)
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 121
baik BUMN maupun swasta serta lembaga sosial, serta media. Lembaga mitra memiliki peran penting sebagai latar praktik bagi mahasiswa sekaligus sebagai lahan karir bagi lulusan. Pengembangan kapasitas internal dan kerjasama eksternal perlu dilandasi data analisis kebutuhan. Program Studi BKI perlu melakukan upaya sistematis berbasis riset agar potensi peluang dan rencana tindak lanjutnya benar-benar diprotret melalui prosedur yang tepat sehingga datanya diperolehpun valid dan reliabel. Upaya ini nampaknya selaras dengan visi dan misi yang dikedepankan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, maka arah dinamika pembelajaran, riset dan pengabdian masyarakat dapat diupayakan menjawab atas tantangan yang ada. Dengan demikian maka Program Studi BKI mencipta peluang melalui penerapan tri dharma perguruan tinggi. Arah Pengembangan Kapasitas Diri dan Kompetensi Calon Lulusan. Harkness3 mengutip pendapat Daniel Pink yang berpendapat bahwa saat ini dunia sedang mengalami peralihan dari era informasi menuju era konseptual. Covey dan Colosimo4 melengkapi pandangan Pink di atas. Menurut mereka, dunia saat ini mengalami proses transformasi dari era industri menuju era pengetahuan. Pendapat tersebut tidak berlebihan karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, air bah informasi membanjir. Kepandaian memanfaatkan informasi akan menentukan kesuksesan seseorang. Trend ini berimplikasi pada kontruksi standar kompetensi lulusan. Seiring dengan pandangan tersebut di atas, Gardner5 merumuskan bahwa salah satu pemikiran dan kemampuan yang harus dimiliki seseorang yang ingin survive dan sukses adalah mensintesakan informasi yang diketahuinya atau disebut synthesizing mind. Pemikiran ini perlu dilengkapi dengan empat pemikiran lainnya. Gardner menyebutnya lima kemampuan berpikir yang sangat berarti bagi masa depan (five mind for the future). Kemampuan tersebut meliputi kemampuan berpikir sesuai disiplin ilmu (discipline mind), kemampuan berpikir mensintesa (synthesizing mind), kemampuan berpikir mencipta (creating mind), kemampuan berpikir untuk dapat menghormati (respectful mindi), kemampuan berpikir untuk bersikap dan berperilaku etis (ethical mind). Discipline Mind merupakan kerangka dasar atau kerangka utama kecerdasan/pemikiran. Pesan utama discipline mind adalah seseorang harus memiliki setidaknya satu disiplin ilmu atau kerangka berpikir yang sangat dikuasai untuk memecahkan masalah di segala hal. Keahlian pada satu bidang ilmu tersebut harus terus diasah agar kualitas performansinya meningkat. Penguasaan keahlian tersebut memerlukan waktu. Seiring dengan peningkatan dan bertambahnya area keahlian seseorang maka pemecahan masalah pun bisa lebih terarah dan lebih mudah karena dilandasi kerangka berpikir yang tepat dan keahlian yang mumpuni.
3
Harkness Covey dan 5 Gardner 4
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 122
Pemikiran yang kedua yaitu synthesizing mind merupakan kemampuan berpikir dan mensinergikan ide dan pemikiran dari disiplin ilmu yang berbeda. Pesan Gardner melalui pemikiran ini adalah; seseorang harus mampu menggabungkan berbagai pola pemikiran dan disiplin ilmu agar dapat mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari berbagai macam sumber untuk melahirkan berbagai macam ide dan ilmu pengetahuan baru yang bermanfaat. Dalam era digital dan TIK yang sangat canggih saat ini seseorang ditantang untuk mahir mensinergikan berbagai disiplin ilmu, informasi dan pengetahuan. Kemampuan ini sangat penting untuk masa sekarang dan masa depan seseorang bahkan merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang inovatif. Pemikiran berikutnya adalah Creative mind yang merupakan kemampuan berpikir memecahkan masalah melalui kreativitas dan ide inovatif. Kompetisi diantara perkembangan sosial budaya menantang seseorang untuk kreatif berpikir dan bertindak sera mencipta terobosan baru dalam pemecahan masalah. Kreativitas merupakan hal yang tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi, kreativitas merupakan salah satu cara penting untuk survive dan sukses. Kemampuan berpikir yang keempat adalah respectful mind yaitu kemampuan menghargai perbedaan dan keragaman dalam kehidupan sosial. Respectful mind diperlukan agar seseorang dapat menerima dan menghargai perbedaan pendapat dengan orang lain melalui tenggang rasa dan toleran. Kemampuan ini sangat berperan dalam proses interaksi sosial dan kerja sama. Sedangkan kemampuan berpikir yang kelima adalah Ethical mind atau kemampuan berpikir, merefleksi dan menerapkan nilai-nilai etika dalam berperilaku. Ethical mind menjadi kontrol bersikap dan berperilaku sehingga seseorang dapat menempatkan diri dan melakukan tindakan yang bertanggung jawab. Kerangka five mind fo the future dari Gardner,6 selaras konsep Stenberg mengenai konsep tiga kompnen kecerdasan yang harus dimiliki manusia. Tiga komponen tersebut yaitu, intelektualitas, kreativitas dan wisdom. Stenberg menguraikan bahwa intelektualitas akan membuat seseorang memahami secara mendalam beragam informasi, kreativitas merupakan bekal untuk menghadapi berbagai kondisi. Sedangkan wisdom adalah pondasi keluhuran yang dapat memandu hati dan pikiran seseorang dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan nilainilai etis. Semua kemampuan berpikir di atas, khususnya kemampuan berpikit sintesa membukti-kan bahwa diri manusia sendirilah modal utama keberhasila. Komputer dan segala perangkat lunak yang sangat canggih tidak cukup membantu seseorang mencapai kesuksesan jika tanpa disertai kompetensi. Alat tersebut hanya fasilitas yang meningkatkan efisiensi kinerja. Lebih lanjut Harkness7 menyarankan agar individu cakap dapat berpikir (expert thinking) yang meliputi kemampuan untuk memecahkan masalah dengan berbagai cara bahkan dengan cara mungkin tidak biasa. Individu juga diharapkan mampu berkomunikasi secara kompleks dalam arti 6 7
Gardner Harkness Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 123
mampu mempersuasi, menjelaskan dan menginterpretasikan secara khusus informasi yang diperolehnya. Pada sarjana BKI, kepandaian tersebut dioperasionalkan menjadi kemampuan memahami fenomena sosial, memahami dan mensintesa masalah konseli, memahami kondisi sosial yang berpotensi memicu masalah, kapasitas menerapkan teknik intervensi yang sesuai (dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Islam dan proses intervensi Barat sekalipun). Lebih lanjut, sarjana BKI mampu merangkai konsep layanan bantuan bimbingan dan konseling yang kreatif dan adaftif selaras dengan kekhasan dan kebutuhan aktual masyarakat. Hal yang lebih penting lagi adalah upaya Program Studi BK untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri (self-awareness and self-confidence) dan kematangan karier (career maturity) pada diri mahasiswa. Kualitas individual yang perlu diciptakan diantanya kemampuan mengelola perubahan dan ketrampilan adaptif, kemauan untuk belajar, tidak mencukupkan diri dengan pengetahuan semata namun memiliki nilai tambah yaitu keterampilan melayani, skill, kepemimpinan, keterampilan interpersonal agar dapat menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Kualitas pribadi dapat difasilitasi melalui budaya mutu akademik lembaga pendidikan. Kesimpulan Sejumlah tantangan dan peluang dihadapi oleh Program Studi BKI, untuk itu Program Studi BKI perlu melakukan penguatan internal dan pengembangan kerjasama dengan pihak lain. Sebagai lembaga yang akan menghasilkan konselor sosial dan pendidikan yang memiliki kapasitas diri yang unggul, Program Studi BKI dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, fasilitas pembelajaran dan pengembangan budaya akademik. Di samping itu, mengingat Islam memiliki khazanah keilmuan yang sangat kaya tentang penanganan masalah psikologis, maka Program Studi harus mengkajinya secara integratif dengan teknik bimbingan dan konseling Barat.
Daftar Pustaka Cover, Stephen R. & Colosimo, Jennifer. 2013. Great Work and Great Career. Alih bahasa. Fairano Ilyas. Jakarta: Dumanis. Gardner, Howard. 2007. Five Mind For the Future. Harvard Business School Press: Cambridge, MA Harkness, Helen. 2008. The Yo Yo Model for Your Future Career: You’re On Your Own, Career Planning and Adult Development Journal, Volume 24, Number 2. Summer 2008
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa
M u s l i h a t i | 124
Lounsbury, et.all, 2005. An Investigation of Big Five Personality Traits and Career Decidedness Among Early and Middle Adolescents. Journal Of Career Assessment, Vol. 13 No. 1, February 2005 25–39 Parawansa, 2012. Peran Perempuan menghadapi Bonus Demografi di Indonesia. Makalah Seminar Nasional BEM UM. tidak diterbitkan. Sternberg, Robert J. 2009. Academic Intelligence is not Enough, WICS: An Expanded Model for Effective Practice in School and in Later Life. Clark University: A paper commissioned for the conference on Liberal Education and Effective Practice.
Tantangan dan Peluang Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Menghadapi Masa Depan Bangsa