ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
S K R I PS I
t/ / c ^ A / ^ / e j 7 d
2
MARTHINLUTHER TARIGAN
TANGGUNG JAWAB PEN6ANGKUT UDARA ATAS KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN PENUMPANG DALAM PENERBANGAN DOMESTIK m i l j k FfcRhUb i a k a a n
UNIYERSI1 AS A iK L A N G O A ”
S U R U A Y A
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
1993
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS PENGANGKUTAN PENUMPANG
DALAM
KETERLAMBATAN
PENERBANGAN DOMESTIK
SKRIP3I
DIAJUKAN
UNTUK
MELENGKAPI
TUGAS
DAN
MEMENUH.I
SYARAT-SYARAT UNTUK MSNCaPf.r GELAR SARJANA HUKUM
OLK::
MARTHIN UJYHkS TARIGAN G389T j5Q89
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIR.LANGGA SURABAYA 1993
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Telah diuji pada tanggal 23 Juli 1993
Panitia Penguji : JCetua
: Sri Woelan Azis, S. H.
Sekretaris
: Dra. H. Soendari Kabat, S. H
Anggota
Samzari Boentoro, S. H.
\► A. Oemar Wongsodi wirjo, S. H
Djo’eo Slamet, S. H.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Kupersembahkan buat :
Bapak dan Jbunda Tercinta, Kakak dan Adik-adikku
" Permulaan hikmat adalah takut ■akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang balk Mazmur 1 1 1 : 1 0
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Segala puji syukur. hormat Allah
Bapa
sehingga
yang
saya
melengkapi mencapai
dapat
tugas gelar
telah
dan
memberikan
kasih
menyelesaikan
dan
kemuliaan
memenuhi
kesarjanaan
kepada
karuniaNya
skripsi
ini
guna
syarat-syarat pada
untuk
Fakultas
Hukum
Universitas Airlangga. Saat ini dunia penerbangan di negara mengalami
perkembangan
peraturan
yang
yang
mengaturnya
sangat
kita
pesat
belumlah
sedang
sementara
memadai
sehingga
kemungkinan terjadinya sengketa antara pihak pemakai jasa angkutan udara dengan pihak yang
menyelenggarakan
dapat
saja terjadi setiap saat. Karenanya pada skripsi ini saya mencoba untuk meninjau mengenai
permasalahan
keterlambatan
penulisan skripsi ini
tersebut
pengangkutan.
saya
banyak
khususnya
Memang
menghadapi
dalam kendala-
kendala seperti kurangnya literatur yang membahas tentang angkutan udara khususnya mengenai keterlambatan tidak ada sama sekali. enggannya mahasiswa Semoga
untuk
perusahaan
melakukan
keterbatasan
itu
penerbangan
penelitian dapat
dan
memacu
menerima
sebagainya.
para
pembaca
sekalian agar semakin memikirkan mengenai angkutan
udara
khususnya dalam perlindungan hukum kepada konsumen. Tanpa bimbingan dan bantuan serta diberikan. skripsi ini mungkin belum dapat
SKRIPSI
fasilitas
yang
selesai
pada
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
waktunya. Untuk itu pada kesempatan ini saya terima
kasih
Boentoro,
dan
hormat
saya
kepada
mengucapkan
Bapak
S.H. selaku dosen pembimbing dan
Samzari
penguji
yang
telah banyak memberikan bimbingan kepada saya. Tak lupa terima kasih juga saya sampaikari kepada 1. Dekan dan seluruh pimpinan Fakultas Hukum Airlangga 2. Para
:
Universitas
;
guru
besar,
dosen.
asisten
yang
selama
ini
memberikan bimbingan kepada saya dalam menuntut ilmu ; 3. Ibu Sri Woelan Azis, S.H., Bapak
A.Oemar
Slamet.S.H.
Ibu Dra. H.Soendari K a b a t .,
Wongsodiwirjo.S.H.,
selaku
panitia
Bapak
penguji
Djoko
yang
berkenan
4. Segenap karyawan Fakultas Hukum Universitas
Airlangga
menguji skripsi ini ;
yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan ; 5. Segenap
pimpinan
dan
karyawan
Direktorat
Sosial
Politik Daerah Tingkat I Jawa Timur ; 6.
Segenap
pimpinan
dan
karyawan
Kantor
Wilayah
Departemen Perhubungan Jawa Timur ; 7. Segenap pimpinan dan karyawan PT Angkasa Pura I Juanda yang telah membantu penelitian lapangan ; 8.
Segenap
pimpinan
dan
karyawan
PT
Sempati
Air
perwakilan Surabaya ; 9. Segenap pimpinan
dan
karyawan
PT
Garuda
Indonesia
Perwakilan Surabaya ; ii
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10.Segenap karyawan
dan
pimpinan
PT
Mandala
Airlines
Perwakilan Surabaya ; 11.Bapak
Captain
Nurwahyono
yang
telah
meluangkan
waktunya untuk melakukan wawancara ; 12.Bapak
Captain
Terang
Pinem
yang
waktunya untuk melakukan wawancara
telah
meluangkan
;
13.Bapak A.G. Freddy yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara ;
•
14.Saudara-saudari yang terkasih di persekutuan doa
Unit
Kegiatan Kerohanian Kristen Universitas Airlangga ; 15.Rekan-rekan di Gubeng Kertajaya
IX
F/15
yang
telah
banyak membantu penyusunan skripsi ini ; 16.Khususnya kepada Bapak dan Ibu saya yang terkasih yang dengan
susah
payah
dan
penuh
kasih
membesarkan.
mendidik dan membimbing saya, bakti, kasih
dan
saya sampaikan. Kepada kakak dan adik-adik
saya
cinta juga
kasih dan cinta saya sampaikan. Akhirnya dengan segala
kelemahan
skripsi ini, saya berharap semoga dapat
dan
kekurangan
bermanfaat
bagi
para pembaca sekalian. Surabaya. .
Juli 1993
hormat saya.
Marthin Luther Tarigan 038912989
'
ill
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK Peranan angkutan udara dalam pengangkutan orang/penumpang semakin hari semakin dibutuhkan dan juga frekuensi penerbangan semakin meningkat. Karenanya kemungkinan timbulnya
perselisihan
antara
pengangkut
dan
penumpang
khususnya
mengenai
keterlambatan pengangkutan cukup besar. Di dalam proses pengangkutan orang/penumpang sering kali terjadi keterlambatan pengangkutan yang disebabkan karena kesalahan tekhnis, kesalahan dalam pengurusan administrasi, cuaca buruk, dipakainya Bandar udara untuk penumpang VIP maupun karena tindakan sengaja dari pihak pengangkut atau perusahaan penerbangan. Hal ini jelas sangat merugikan penumpang yang hendak bepergian dengan menggunakan jasa angkutan udara.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ............ '.....................
i
DAFTAR ISI ........................ !.............
iv
BAB I
: Pendahuluan
........■..................
1. Permasalahan
•
: Latar Belakang dan
Rumusannya ........................
1
.................
4
2. Penjelasan Judul
3. Alasan Pemilihan Judul
...........
5
4. Tujuan Penulisan .................
6
5 . Metodologi
7
...... .................
6. Pertanggungjawaban Sistematika BAB II
1
: Perjanjian
Penganigkutan
...
Penumpang
dengan Pesawat Terbang di Indonesia .. 1. Syarat-syarat terbentuknya
Per
janjian Pengangkutan Penumpang 2. Para
Pihak
Dalam
Pengangkutan Penumpang
9
12
....
12
Perjanjian ........
16
3. Hak dan Kewajiban Pengangkut Udara
23
4. Hak dan Kewajiban Penumpang......
25
BAB III : Pertanggungjawaban Pengangkut Udara Terhadap Kerugian yang di D e n t a Penumpang
............................
26
iv
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1. Sebab-sebab Terjadinya Keterlamba tan Pesawat Terbang
..............
26
2. Terjadinya Kerugian yang diderita Penumpang karena Keterlambatan
...
31
3. Kerugian karena Keterlambatan yang Menjadi Tanggung Jawab Pengangkut Udara dan yang Tidak Menjadi Tanggung Jawab Pengangkut Udara BAB IV
: Prosedur Penuntutan Ganti Rugi
..
34
.....
43
1. Pihak yang Berhak Menuntut Ganti Rugi
BAB V
..............................
43
2. Besar Kerugian yang Dapat dituntut
47
3. Penyelesaian Klaim Ganti Rugi
50
: Penutup
....
...............................
54
1. Kesimpulan .........................
54
2 . Saran ............... •..............
55
DAFTAR BACAAN ...................................
57
LAMPIRAN : 1. Surat Keterangan survey. 2.
Syarat
-
Syarat
Perjanjian
PT
Garuda
Syarat
Perjanjian
PT
Merpati
Indonesia. 3.
Syarat
-
Nusantara Airlines. 4. Jadwal Penerbangan tiap -
tiap
Perusahaan
Penerbangan yang diterima PT Angkasa Pura I cq
SKRIPSI
Divisi Operasi ATC Juanda.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
M I L I K. fEKI*UJ»1AK.AAN -UNITHKSH AS A IKLAN GOA" S U R A B A Y A
BAB I P E H D A H U L U A N 1. Permasalahan ± Latar Belakanq dan Rumusannya Pelaksanaan pembangunan disegala bidang realisasi
dari
tujuan
Pembangunan
merupakan
Nasional,
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur
yaitu,
yang
merata
materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang Dasar 1945. Pembangunan disegala juga
meliputi
meliputi
pembangunan
perhubungan
telekomunikasi,
barang
dibidang
darat. dan
bidang
yang
dan
serta
seluruh penjuru tanah air. Salah satu
tersebut
perhubungan
laut
jasa
Undang-
udara.
informasi
hasil
nyata
ke dari
pembangunan di bidang perhubungan adalah semakin pesatnya pertumbuhan pengangkutan darat. Sejalan perkembangan tumbuh
dengan
pembangunan
pengangkutan,
pula
laut dan udara.
dengan
perhubungan
bidang pengangkutan pesat
daerah
menggunakan pesawat terbang. Pengangkutan barang dengan menggunakan
pesawat
udara
perusahaan-perusahaan
pengangkutan udara yang melakukan pengangkutan atau barang dari suatu daerah ke
penumpang
lainnya
dengan
penumpang atau
t e r b a n g ini
semakin
dibutuhkan karena faktor kecepatan yang dimilikinya lebih
unggul
dibandingkan
Selain itu letak
alat
geografis
serta
dan
transportasi perkembangan
jauh
lainnya. ekonomi
1
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
negara
kita
yang
semakin
meningkat
sangat
mendukung
penggunaan pesawat terbang sebagai alat transportasi yang utama.
Karenanya
lama semakin
peranan
penting
angkutan
untuk
udara
mengangkut
orang dan barang. Sebab itu sudah
ini
semakin
penumpang
eelayaknyalah
atau
masalah
perlindungan bagi para pemakai jasa angkutan udara
perlu
mendapat perhatian yang serius. Berkaitan pengangkutan
dengan
penumpang,
masalah sering
keterlambatan
kali
dalam
penerbangan kita terjadi. Hal ini jelas sangat para pemakai jasa angkutan udara.
mengingat
merugikan biaya
dikeluarkannya untuk ongkos pengangkutan yang juga
faktor
kecepatanlah
sebagai
alasan
dunia
yang
besar
dan
digunakannya
angkutan udara ini sebagai alat transport. Di negara kita peraturan
yang
mengatur
pengangkutan udara adalah Luchtvervoor 1939 nomor 100 atau disebut juga Udara
mengenai
Ordonanntie, Stb.
Ordonansi
Pengangkutan
(selanjutnya disingkat OPU) yang mengatur
pengangkutan penumpang, bagasi
dan
mengenai
pengangkutan
barang
serta pertanggungjawaban pengangkut udara. Selain OPU masih ada peraturan lain yang mengenai penerbangan yaitu Undang-Undang Nomor
mengatur 83
1958 tentang penerbangan. Hanya saja undang - undang tidak mengatur mengenai keterlambatan pengangkutan.
SKRIPSI
tahun ini Pada
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
tanggal
25
mei
1992
DPR
RI
dalam
sidangnya
telah
menyetujui dan mengesahkan RUU Penerbangan Nasional diajukan
oleh
Pemerintah
menjadi
Undang-Undang
yang Nomor
15 Tahunl992 tentang Penerbangan. Undang-undang ini mulai berlaku
pada
tanggal
17
September
1992.
Dengan
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang penerbangan maka Undang-Undang nomor 83 tahun 1958 dicabut
dan
tidak
peraturan-peraturan
berlaku yang
lagi.
mengatur
Namun
sudah
demikian
penerbangan
itu
belumlah cukup mengatur segala permasalahan
yang
timbul
dalam dunia penerbangan.
kali
timbul
Karenanya
sering
perselisihan antara pengangkut dan pemakai jasa
angkutan
udara. Dalam hal ini pemakai jasa angkutan udara
sebagai
pihak yang lemah seringkali dikalahkan. Berdasarkan kenyataan yang telah diuraikan diatas, ada
beberapa
permasalahan
yang
memerlukan
pemecatian
secara cermat berdasarkan peraturan-peraturan dan
dikaitkan
dengan
kenyataan
yang
yang
terjadi
ada dalam
praktek. yaitu : a. Bagaimanakah
terbentuknya
perjanjian
pengangkutan
penumpang dengan pesawat terbang di Indonesia ? b. Bagaimanakah pertanggungjawaban pengangkut udara
bila
terjadi kerugian karena keterlambatan pengangkutan ? c. Bagaimana prosedur
SKRIPSI
klaim
ganti
rugi
yang
diajukan
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
penumpang ? 2. Penjelasan Judul Adapun judul skripsi PENGANGKUT
UDARA
PENUMPANG DALAM
ATAS
:
- Pengertian
Tanggung sesuatu
ada 1ah
TANGGUNG
KETERLAMBATAN
PENERBANGAN
sebagai berikut
menanggung
ini
DOMESTIK
Jawab
(kalau
ada
PENGANGKUTAN
dapat
adalah
JAWAB
dijelaskan
keadaan
sesuatu
hal
wajib boleh
dipermasalahkan, diperkarakan dan sebagainya).* - Pengertian Pengangkut penerbangan
yang
Udara
adalah
mengadakan
suatu
perusahaan
persetujuan
mengangkut penumpang, bagasi atau barang dengan
untuk pesawat
u d a r a .2 - Pengertian Keterlambatan adalah hal atau suatu yang tidak tepat
pada
waktu 3 misalnya terlambat dua jam.
yang
telah
keadaan
ditentukan,
- Pengertian Pengangkutan adalah. Perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan penumpang, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk *W.J.S.Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. cet.V, Balai Pustaka. Jakarta. 1976, h. 1014. 2 E.Suherman, Masalah Tanggung Jawab pada Charter Pesawat Udara dan Beberapa Masalah lain dalam bidang Penerbangan. Alumni, Bandung, 1979, (selanjutnya disebut E.Suherman I) h.37. 3 W . J .S .Purwodarminta, o p .c i t .,h .557.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
menyelenggarakan pengangkutan penumpang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan penumpang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. - pengertian Penumpang adalah setiap orang yang
diangkut
oleh pengangkut berdasarkan perjanjian angkutan 5 atau tanpa bayaran. - Pengertian
Penerbangan
Domestik
adalah
antara dua tempat yang terletak di satu
dengan
penerbangan
negara.
tanpa
ada perjanjian pendaratan di suatu negara lain.^ Dari penjelasan kata demi kata judul di atas dapat diketahui pengertian suatu
keadaan
judul
dimana
secara
keseluruhan,
pengangkut
atau
yaitu.
perusahaan
penerbangan wajib menanggung sesuatu yang terjadi
karena
tidak
orang/
dapat
menyelenggarakan
pengangkutan
penumpang tepat pada waktunya pada penerbangan
di
dalam
wilayah Indonesia.
3. Alasan Pemi1ihan Judul Alasan
saya
memilih
judul
skripsi
ini
adalah
4
H.M.N. Purwosutjipto. Pengertian Pokok Hukum Daaanq Indonesia-Hukum Pengangkutan. Jilid III, cet. III. Djambatan. Jakarta. 1987, h.l. 5 E.Suherman I . o p ■c i t .. h.78. .Suherman.W i 1ayah Udara dan Wilayah Dirgantara. Alumni, Bandung, 1984, (Selanjutnya disebut E.Suherman II ) h. 231.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
mengingat peranan angkutan udara dalam pengangkutan orang /penumpang frekuensi
semakin
hari
penerbangan
semakin semakin
dibutuhkan
dan
meningkat.
juga
Karenanya
kemungkinan timbulnya perselisihan antara pengangkut penumpang khususnya mengenai cukup
besar.
Di
dalam
keterlambatan
proses
dan
pengangkutan
pengangkutan
penumpang sering kali terjadi keterlambatan
orang/
pengangkutan
yang disebabkan karena kesalahan tekhnis, kesalahan dalam pengurusan administrasi, cuaca buruk,
dipakainya
bandar
udara untuk penumpang VIP maupun karena tindakan dari pihak pengangkut atau ini
jelas
sangat
perusahaan
merugikan
sengaja
penerbangan.
penumpang
yang
Hal
hendak
bepergian dengan menggunakan jasa angkutan udara. Bertitik tolak dari uraian di membahas keterlambatan
atas,
pengangkutan
saya
hendak
penumpang
dengan
pesawat terbang berdasarkan peraturan pengangkutan yang berlaku di Indonesia dan dikaitkan
dengan
udara
kejadian
di dalam prakteknya. 4. Tu iuan Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini adalah : i.
Untuk memenuhi persyaratan kurikuler dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum
Universitas
Airlangga Surabaya. ii. Untuk mendalami dan mengetahui
SKRIPSI
lebih
lanjut
bidang
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
hukum
angkutan
udara
jawab
pengangkut
khususnya
udara
mengenai
terhadap
tanggung
kerugian
yang
diderita penumpang akibat keterlambatan pengangkutan. iii.Sebagai 3umbangan pemikiran dan informasi dalam hukum angkutan udara, pengangkut
khususnya
udara
mengenai
bila
terjadi
pengangkutan penumpang dengan mungkin
berguna
bagi
tanggung
para
keterlambatan
pesawat pemakai
jawab
terbang jasa
yang
angkutan
uda ra . iv. Sebagai
sumbangsih
untuk
menambah
perbendaharaan
kepustakaan ilmu hukum pada perpustakaan
Universitas
Airlangga Surabaya.
5. Metodolocri a. Pendekatan Masalah Untuk
mendapatkan
permasalahan pendekatan
dalam secara
penjelasan
skripsi
ini
yuridis-praktis.
saya
menggunakan
beberapa
praktis
ketentuan
dimaksudkan,
yang saya
perundang-undangan
lain.
mengamati
dan
yang
1939/
Pendekatan
kejadian-kejadian yang mungkin terjadi di dalam
SKRIPSI
secara
permasalahan
berlaku mengenai angkutan udara yaitu OPU Stb. dan
pokok
Pendekatan
yuridis dimaksudkan, saya mencoba mengamati yang dikaitkan dengan peraturan
atas
100
secara meneliti praktek.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
misalnya
tentang
tanggung
jawab
keterlambatan, besarnya ganti oleh
pengangkut
bila
sebagainya dan pada
rugi
yang
terjadi
akhirnya
pengangkut harus
atas dibayar
keterlambatan
disusun
suatu
dan
kesimpulan
yang merupakan jawaban atas permasalahan. b. Sumber Data. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari
:
- Data Primer,
yaitu
data
yang
diperoleh
dari
survey lapangan pada perusahaan penerbangan PT
hasil Sempati
Air, PT Mandala Airlines serta kantor cabang PT Angkasa Pura I Juanda. - Data Sekunder, yaitu melalui studi buku-buku
teks,
bahan
kuliah,
perundang-undangan
yang
lain
digunakan
yang
dapat
literatur, majalah,
berlaku
serta
seperti peraturan
sumber-sumber
sebagai
sumber
data
penyusunan skripsi in i. c .Prosedur pengumpulan dan pengolahan data. Di dalam penyusunan skripsi ini, yang saya tempuh yaitu mengumpulkan data
langkah
pertama
literatur
yang
sebanyak-banyaknya dengan cara membaca, mempelajari bukubuku, peraturan perundang-undangan yang berlaku, majalahmajalah dan
surat
kabar
yang
ada
hubungannya
permasalahan yang akan dibahas. Langkah berikutnya,
SKRIPSI
dengan saya
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
mengumpulkan data dari hasil pengamatan dengan
melakukan
penerbangan
PT
wawancara
dengan
Sempati Air,
PT
lapangan pihak
Mandala
yaitu,
perusahaan Airlines
kantor cabang PT Angkasa Pura
I
Juanda.
yang diperoleh dari literatur
dibandingkan
dan
Kemudian
data
dengan
data
yang diperoleh dari pengamatan di lapangan, diolah
serta
dikaitkan dengan permasalahan yang akan dibahas di
dalam
bab-bab
dengan
pokok
melalui
studi
dan
bahasannya
sub
bab-sub
bab
sesuai
mas ing-mas in g .
d .Analisis Data. Data-data
yang
diperoleh
baik
literatur maupun studi lapangan kemudian dianalisa dengan menggunakan
metode
Ana lisa
Deskriptif.
Dengan
metode
analisa deskriptif dimaksudkan, semua data yang terkumpul disusun,
dipelajari
perundang-undangan
dan yang
dikaitkan mengaturnya
dengan serta
peraturan teori-teori
atau pendapat para ahli dibidang hukum udara dan berakhir pada suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas
segala
permasalahan yang dibahas.
6. Pertanggungjawaban Sistematika Skripsi ini terdiri dari lima bab dimana tiap-tiap bab dibagi
lagi menjadi sub bab-sub bab. Bab I
pendahuluan dimana pada bab ini diuraikan
SKRIPSI
merupakan
tentang
latar
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
belakang penyusunan Juga
diuraikan
skripsi
penjelasan
dan
rumusan
judul
kata
permasalahan. demi
kata
dan
sekaligus penjelasan secara keseluruhan, alasan pemilihan judul yaitu uraian tentang mengapa judul ini yang dipilih serta hal apa yang menarik dari
judul
tersebut.
penulisan, metodologi yang digunakan di dalam skripsi
serta
pertanggungjawaban
Tujuan
penyusunan
sistematika
juga
diuraikan pada bab pendahuluan. Bab
II
menjelaskan
bagaimana
terbentuknya
perjanjian pengangkutan penumpang yang diadakan oleh para pihak serta hak dan kewajiban ini
berkaitan
dengan
pertanggungjawaban keterlambatan
masing-masing
dengan
pengangkut
pengangkutan
bab
pihak.
. Ill
udara
penumpang
Hal
tentang
bila
terjadi
dengan
pesawat
terbang. Bab III membahas tentang sebab - sebab keterlambatan. menyebabkan
Akan
diuraikan
terjadinya
hal-hal
keterlambatan
apa
terjadinya saja
pengangkutan.
kerugian yang timbul pada penumpang serta tanggung pengangkut
udara
atas
kerugian ~ karena
penuntutan
. akan
ganti
membahas rugi
prosedur
bila
penumpang serta pihak-pihak yang
SKRIPSI
jawab
keterlambatan
pengangkutan. Bab IV
yang
terjadi berhak
atau
tata
cara
kerugian
pada
menuntut
ganti
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
rugi. Juga dibahas tentang
pembayaran
ganti
rugi
yang
dilakukan pengangkut udara kepada pihak yang berhak
atas
ganti rugi. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Pada kesimpulan saya mencoba merangkum keseluruhan pembahasan pokok
permasalahan
yang
inti dari pada skripsi. Sedangkan saran merupakan atau harapan saya yang mungkin bermanfaat
sebagai
dari
menjadi usulan bahan
pertimbangan bagi para pembaca sekalian.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
------ r *
*
AS S U R A B A Y A
j I
BAB II
PERJANJIAN PENGANGKUTAN PENUMPANG DENGAN PESAWAT TERBANG DI INDONESIA 1. Svarat-Syarat
Terbentuknya
Perjanjian
Pengangkutan
Penumpang Perjanjian
pengangkutan
pada
umumnya
perjanjian pengangkutan penumpang dengan pesawat khususnya merupakan bagian dari
perjanjian
dalam
Hukum
Kitab
Undang-Undang
dan terbang
yang
diatur
Perdata
(untuk
selanjutnya disingkat KUHPe r ). Di dalam pasal 1320 KUHPer ditegaskan
:
Untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan empat syarat : 1. sepakat mereka yang mengikatkan diri ; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan ; 3. suatu hal tertentu ; 7 4. suatu sebab yang ha l a l . Hal tersebut
yang
terpenting
adalah
butir
setiap
perjanjian
pihak.
Atau
konsensus
dari
tersebut
Dengan
pertama
harus
sering
kata
konsensual dimana suatu
syarat
yang
disebut
pihak lain
yang
kesepakatan harus
sudah
bahwa para
berdasarkan
membuat
perjanjian
perjanjian
perjanjian
menyatakan
berdasarkan
juga
para
dari
perjanjian
itu
bersifat
dianggap
ada
atau terbentuk sejak adanya kata sepakat dari pihak-pihak yang membuatnya. — R.Subekti dan R.Tjitrosudibio.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. cet.XXI, Pradnya Paramita, Jakarta, h.305.
12
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Perjanjian pengangkutan yang merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya juga bersifat konsensual, artinya perjanjian
pengangkutan
terbentuk
sejak
adanya
kata
sepakat atau konsensus dari para pihak. Kata sepakat cukup dengan ucapan
lisan
saja
dan
tidak
ini
disyaratkan
harus-dalam bentuk tertulis. Selain
bersifat
konsensual,
perjanjian
pengangkutan juga bersifat timbal balik,
dimana
belah pihak baik pengangkut maupun penumpang
kedua
/pengirim
mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Dengan terbentuknya suatu perjanjian
pengangkutan
yaitu pada saat konsensus maka pada saat itu juga
timbul
hak dan kewajiban pada masing-masing pihak secara
timbal
balik. Dalam pelaksanaan hak dan kewajiban masing- masing pihak, para pihak boleh mengaturnya dibuat secara lisan maupun
tertulis.
sepakat untuk mengatur hak
dan
dibuat
secara
tertulis
dalam
sendiri
yang
dapat
Kalau
para
pihak
kewajiban suatu
masing-masing
akta
tersebut disebut dokumen angkutan. Dokumen
maka angkutan
bukan merupakan syarat pembentukan perjanjian,
akta ini
melainkan
hanya sebagai tanda bukti adanya perjanjian pengangkutan. Di dalam praktek hak dan
kewajiban
masing-masing
pihak yang lahir dari perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh
SKRIPSI
pengangkut
udara
dan
penumpang
sebagian
kecil
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
ditulis/ dikutip di dalam penumpang,
yang
semula
surat
angkutan
merupakan
udara/
syarat
perjanjian
pengangkutan dari pihak pengangkut. Sebagai contoh tiket penumpang pada Indonesia
yang
perusahaan memuat
pengangkutan sebagai berikut
penerbangan
syarat-syarat
tiket
yaitu
PT' Garuda perjanjian
:
1.Perjanjian pengangkutan ini tunduk kepada ketentuan Ordonansi Pengangkutan Udara Indonesia Lembaran Negara No. 1939/100. 2.Tiket penumpang ini hanya dapat dipergunakan oleh orang yang namanya tertera pada flight coupun dan tidak dapat digunakan oleh orang lain. 3.Hak untuk menyerahkan penyelenggaraan perjanjian pengangkutan ini kepada perusahaan pengangkutan yang lain, serta hak mengubah tempat-tempat perhentian yang telah disetujui, tetap berada dalam tangan pengangkut. 4.PT Garuda Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian apapun yang ditimbulkan oleh pembatalan dan atau kelambatan pengangkutan ini, termasuk segala kelambatan datang penumpang dan atau kelambatan penyerahan bagasi. 5.Tiket ini hanya berlaku pada tanggal penjualan. 6.Pengambilan/ restitusi uang hanya dapat diberikan pada tanggal pembelian tiket. 7.Untuk kehilangan atau kerusakan bagasi tercatat pengangkut hanya bertanggung jawab sejumlah maksimum Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per kilo gram. , Penumpang yang namanya tercatat dalam tiket ini dipertanggungkan pada PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja berdasarkan Undang-Undang No.33/1964 juncto peraturan-peraturan p e 1aksanaannya. (lihat lampiran dua) Syarat-syarat
perjanjian
pengangkutan
diajukan pengangkut terdiri dari syarat-syarat
umum
yang dan
g Tiket Penumpang PT Garuda Indonesia.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
syarat-syarat pengangkutan
khusus telah
pengangkutan. ditentukan
Syarat-syarat
oleh
umum
International
Air
Transport Association (selanjutnya disingkat IATA ) disebut General Condition
yang
didasarkan
konvensi
Warsawa.
Indonesia
merupakan salah satu anggota IATA,
karenanya
perusahaan
pada
ketentuan
dalam
of
Carriage
yang
penerbangan Indonesia tunduk pada peraturan IATA. Syarat-syarat
khusus
pengangkutan
merupakan
syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pengangkut udara atau perusahaan
penerbangan
yang
biasanya
dalam setiap dokumen angkutan yang disebut Contract
atau
Syarat-Syarat
Pengangkutan. Syarat pengangkut udara keputusan IATA. tidak
boleh
khusus
untuk Namun
menyimpang
ini
Khusus merupakan
menentukannya syarat dari
dicantumkan Condition
Perjanjian hak
pengangkutan
ketentuan-ketentuan
mengatur tanggung jawab pengangkut di
setiap
berdasarkan
khusus
dalam
of
OPU.
pada ini yang Hal
ini ditegaskan dalam pasal 32 OPU yaitu, Kecuali apa yang ditentukan dalam pasal 28, setiap syarat yang bertujuan untuk meniadakan tanggung jawab pengangkut atau menentukan batas yang lebih rendah daripada batas yang ditentukan dalam Ordonansi ini, adalah batal ; akan tetapi batalnya syarat ini tidak mengakibatkan batalnya perjanjian, yang tetap tunduk
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
pada ketentuan-ketentuan
dalam
Ordonansi
ini.
9
Dengan demikian bagi caIon penumpang penting untuk mengetahui syarat-syarat umum pengangkutan
dan
syarat -
syarat khusus yang telah ditentukan oleh pengangkut udara baik pada dokumen pengangkut. Hal perjanjian
angkutan ini
dapat
maupun
karena
tidak
dicantumkan
angkutan. Meskipun seorang
pada
kantor
semua
dalam
syarat-syarat
setiap
penumpang
belum
khusus,
dia
dianggap
telah
dokumen
atau
mengetahui tentang syarat-syarat pengangkutan maupun
pasasi
tidak
baik
umum
mengetahuinya
dan
syarat-syarat tersebut mengikat para pihak. 2. Para Pihak dalam Perjaniian Pengangkutan Penumpang Si fat lain dari perjanjian pengangkutan adalah bersifat timbal balik. Artinya hak pada masing-masing pengangkutan
pihak
penumpang
yang
timbul
secara
resiprositas. Hak yang dimiliki merupakan kewajiban bagi pihak
dan dari
timbal oleh
lain
salah dan
penumpang kewajiban perjanjian
balik
atau
satu
pihak
demikian
juga
sebaliknya.Karenanya dalam setiap perjanjian pengangkutan penumpang ada dua pihak yang terlibat, yaitu, _
_
:
.
E .Suherman, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Udara Indonesia, Eresco, Bandung, 1962, (selanjutnya disebut E.Suherman III) h. 258.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
a. Pengangkut, b. Penumpang. ad.a. Pengangkut Yang
dimaksudkan
pengangkut
dalam
perjanjian
pengangkutan ini yaitu pengangkut udara. Tentang definisi pengangkut udara telah disebutkan dalam bab Hanya saja perlu diingat kembali bahwa itu pasti suatu perusahaan penerbangan.
pendahuluan.
pengangkut Saat
ini
perusahaan penerbangan berbentuk Perseroan Terbatas
udara semua atau
Persero, misalnya PT Garuda Indonesia, PT Sempati Air dan sebagainya. Di Indonesia
ada
banyak
perusahaan
domestik yang menyelenggarakan kegiatan namun
tidak
semua
perusahaan
penerbangan
angkutan
penerbangan
udara. domestik
tersebut dapat melaksanakan pengangkutan penumpang. Berdasarkan SK Menteri Perhubungan N o .SK/13/S/1971 tanggal 18 Januari
1971,
ada
empat
golongan
penerbangan yang bersifat komersial, yaitu, i.
kegiatan
:
Penerbangan teratur (scheduled operation),
ii. Penerbangan tidak teratur (unscheduled operation), iii.Penerbangan supplementer dengan maksimum
lima
belas
penumpang, iv. Penerbangan kegiatan keudaraan (aerial w o r k ) .
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
ad.i.
Penerbangan teratur (scheduled operation) Penerbangan
teratur
yaitu
penerbangan yang sudah terjadwal secara
pengoperasian rutin.
Misalnya
penerbangan yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia untuk mengangkut
penumpang
dengan
sistem
schuttle
service.
Ciri-ciri penerbangan teratur ini pada umumnya yaitu,
:
a. Penerbangan dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain atau sebaliknya dengan rute penerbangan yang telah ditetapkan ; b. Penerbangan dilakukan secara seri. lebih dari satu kali penerbangan, secara terus-menerus atau sedemikian rupa seringnya sehingga dapat dikatakan sebagai penerbangan teratur (reguler); c . Penerbangan tersebut terbuka untuk umum guna mengangkut penumpang dan atau barang dengan memungut bayaran atas jasa angkutan tersebut; d. Penerbangan dilakukan berdasarkan jadwal penerbangan yang telah ditetapkan terlebih dahulu terlepas apakah tersedia penumpang ataupun tidak, penerbangan tetap dilangsungkan ; e. Penerbangan jenis ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat yang lebih mengutamakan nilai waktu daripada nilai uang.Biasanya mereka yang melakukan perjalanan adalah para pejabat atau pedagang/ pengusaha yang pada umumnya terikat pada terbatasnya waktu ; f. Perusahaan penerbangan boleh memasang iklan. baik disurat kabar, majalah maupun media massa lainnya; g. Tarif angkutan udara telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Perhubungan; h. Penjualan^karcis terbuka untuk umum secara individu ; a d .i i .Penerbangan tidak teratur (unscheduled operation) Penerbangan yang tidak teratur
yaitu
penerbangan
^K.Martono, Hukum Udar a. Angkutan Udara dan Hukum Angkasa. Alumni, Bandung, 1987, h.65.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
yang tidak terjadwal. Misalnya penerbangan dengan
sistem
charter pesawat udara (air charter) dan taksi udara
(air
taxi). Ciri-ciri penerbangan yaitu
tidak
teratur
ini
pada
umumnya
:
a. Penerbangan dilakukan untuk mengangkut barang, orang dan atau pos ke seluruh wilayah Republik Indonesia dengan tidak ada pembatasan rute tertentu secara tetap; b. Penerbangan tidak dilakukan sesuai dengan daftar perjalanan terbang (jadwal penerbangan); c Penjualan karcis atau surat muatan udara secara sekaligus seluruh kapasitas pesawat udara tersebut; d Penumpang merupakan suatu rombongan dan bukan merupakan penumpang umum yang dihimpun oleh pencarter atau biro perjalanan (travel bureau) ; e. Pesawat udara mengangkut penumpang, barang dan atau pos dari suatu tempat langsung ke tempat tujuan dengan tidak diperkenankan menurunkan dan atau menaikkan penumpang dalam perjalanan ; f. Tidak boleh memasang iklan di surat kabar, majalah maupun media massa lainnya ; g. Tarif angkutan tidak berdasarkan surat keputusan pemerintah yang telah ditetapkan terlebih dahulu ; h. Jenis penerbangan ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat yang lebih mengutamakan nilai uang dari pada nilai waktu. Mereka pada umumnya tidak terikat pada keterbatasan waktu.Mereka biasanya adalah pelancong (tourist) atau perusahaan perusahaan untuk menunjang usaha mereka yang tidak mempunyai pesawat. ad.iii. Penerbangan
supplementer
dengan
maksimum
lima
be las orang penumpang.
11
SKRIPSI
Ibid. h .66.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ao
Penerbangan supplementer yaitu penerbangan jarak dekat yang biasanya merupakan penerbangan
dengan tambahan
dengan pesawat terbang kecil dengan tiket yang sama
pada
penerbangan teratur. ad.iv. Penerbangan kegiatan keudaraan (aerial work). Penerbangan kegiatan keudaraan yang
dilakukan
dengan
mencharter
digunakan untuk tujuan tertentu
yaitu pesawat
yaitu,
penerbangan udara
yang
untuk
pemetaan,
yang
bersifat
pemberantasan hama dan sebagainya. Disamping
kegiatan
penerbangan
komersial,juga ada kegiatan penerbangan yang bersifat non komersial yang
diatur
dengan
SK.
Menteri
Perhubungan
No. SK/31/U/1970 yang disebut penerbangan umum
( general
aviation). Penerbangan umum adalah penggunaan sipil sebagai penunjang suatu usaha yang di bidang
penerbangan
dan
memenuhi
pesawat bukan
ketentuan
udara
bergerak sebagai
berikut : i.
Penerbangan tersebut adalah non komersial dan penjualan dari seluruh atau sebagian kapasitas pesawat udara, penyewaan atau penggantian dengan uang untuk pemakaiannya dengan cara apapun tidak dibenarkan kecuali ada ijin khusus dari Menteri Perhubungan. ii. Penerbangan hanya dilakukan antara kantor pusat dan tempat-tempat dimana kegiatan usaha itu ada. iii.Dalam penerbangan ini yang hanya boleh diangkut yaitu pimpinan atau direksi, staf, karyawan, barang atau peralatan milik badan/perusahaan yang memiliki pesawat udara tersebut. Yang termasuk
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ai
jenis penerbangan ini yaitu, misalnya penerbangan yang dilakukan perusahaan minyak. perkebunan, pertambangan, pendidikan dan latihan, penerbangan olah raga^2 penerbangan perseorangan dan sebagainya. Berkaitan
pengangkut
dalam perjanjian
sebagai
pengangkutan
salah
satu
pihak
penumpang maka pengangkut
yang dimaksud yang terlibat dalam perjanjian pengangkutan penumpang
yaitu
menyelenggarakan
perusahaan kegiatan
penerbangan
penerbangan
komersial dan mengadakan penerbangan operation)
untuk
mengangkut
yang
teratur
penumpang.
yang bersifat
(scheduled Sedangkan
perusahaan penerbangan yang bukan bersifat demikian tidak termasuk
pengangkut
di
dalam
perjanjian
pengangkutan
penumpang. Saat dapat
ini
menjadi
perusahaan pihak
penerbangan
pengangkut
domestik
dalam
yang
perjanjian
pengangkutan penumpang adalah : i.
PT Garuda Indonesia,
ii. PT Merpati Nusantara Airlines, iii.PT Bouraq Indonesia Airlines, iv. PT Mandala Airlines, v.
PT Sempati Air. —
S.K. Menteri Perhubungan. No. 31/U/1970 tanggal 10 Februari 1970 tentang Syarat-syarat dan Ketentuan-ke tentuan Mengenai Penggunaan Pesawat Terbang Secara Komer sial di Indonesia.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
v i . PT Seulawah
Air
Service
( kini sudah
tidak
aktif
Corporation
(kini
sudah
lagi), vii.PT
A.O.A.Zamrud
Aviation
tidak aktif lagi). a d .b . Penumpang. Tentang pengertian penumpang telah disebutkan pada bab pendahuluan.
Siapakah
penumpang ? Pada dasarnya
yang setiap
hubungan dengan pengangkut udara pengangkutan
disebut
pengangkutan tersebut
dapat orang
yang
berdasarkan
penumpang. dapat
disebut
mempunyai perjanjian
Adanya
dibuktikan
sebagai
perjanjian
dengan
dokumen
angkutan yaitu tiket penumpang. Tiket penumpang adalah seseorang telah
membayar
berhak naik pesawat terbang penumpang merupakan
salah
suatu
uang
tanda
angkutan
sebagai satu
bukti dan
penumpang.
dokumen
bahwa
akibatnya 13
angkutan
Tiket yang
berfungsi sebagai tanda bukti telah ditutupnya perjanjian pengangkutan udara. Pasal 5 ayat 1 OPU menegaskan, Pengangkut udara harus memberikan kepada penumpang suatu tiket penumpang yang harus memuat : ■ a. tempat dan tanggal pemberian »• b. tempat pemberangkatan dan tempat tujuan ; c. pendaratan yang direncanakan di tempat-tempat diantara tempat pemberangkatan dan tujuan dengan mengingat hak dari pada pengangkut udara untuk 13
SKRIPSI
H.M.N. Purwosutjipto,
o p .c i t ., h.95.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
jl L I- & i.s j I [.'tKf-i-aiAft-AAH I >"IKKliVEteSl jAS aUlWMOZJ'f^ I Y ft, _]l ^ __ S jJ IS \
23
mengajukan syarat bahwa ia bila perlu dapat mengadakan perubahan-perubahan da lam pendaratan pendaratan itu ; d. nama dan alamat dari pengangkut atau pengangkut pengangkut; e. pemberitahuan bahwa pengangkutan udara tunduk pada ketentuan-ketentuan mengenai tanggung jawab, yang diatur oleh^^ Ordonansi ini atau perjanjian ( Warsawa ). Dari ketentuan OPU tersebut dapat dilihat nama
penumpang
tidak
perlu
dicantumkan
penumpang. Tetapi dalam prakteknya nama
dalam
dalam
tiket
penumpang
tiket
penumpang
dicantumkan dalam tiket penumpang dan hanya yang tercantum
bahwa
saja
harus namanya
yang
menggunakan tiket penumpang tersebut. Hal ini dapat lihat
pada
syarat-syarat
khusus
dari
dapat kita
perusahaan
penerbangan.misalnya PT Garuda Indonesia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tiket penumpang mempunyai si fat Non Transfereble atau lain. Jadi
tidak
penumpang
perjanjian pengangkutan
dapat
sebagai udara
dialihkan salah
kepada
orang
pihak
dalam
satu
hanya1ah
penumpang
yang
namanya tertera dalam tiket penumpang.
3. Hak dan Kewajiban Pengangkut Udara Dengan
terbentuknya
perjanjian
penumpang maka menimbulkan hak dan
14
SKRIPSI
kewajiban
pengangkutan bagi
para
E.Suherman III, op. c i t .. h. 249.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2-4
pihak yang terlibat di dalamnya
yaitu
pengangkut
udara
dan penumpang. Hak yang terdapat pada salah satu pihak merupakan kewajiban bagi pihak lainnya
dan
begitu
juga
sebaliknya. Hak-hak pengangkut udara yaitu : a.
Memperoleh
pembayaran
biaya
pengangkutan
dari
penumpang atas pengangkutan yang dilakukan. c. Meminta penumpang untuk memper1ihatkan tiketnya setiap isaat diperlukan. c. Menentukan syarat-syarat khusus pengangkutan. Kewajiban pengangkut udara yaitu : a. Memberikan tiket penumpang kepada penumpang. b. Memberikan tiket bagasi untuk bagasi yang diangkutnya. c. Memberi petunjuk-petunjuk
kepada
hal-hal yang berkaitan dengan
penumpang
mengenai
pengangkutan,
misalnya
mengenai tata tertib pengangkutan. d.
Memberikan melaksanakan
kemudahan
kepada
penumpang
perjanjian
pengangkutan
untuk
penumpang,
misalnya saat pembelian tiket penumpang. e. Memberikan tarif angkutan yang pantas dan memadai. f. Memberikan pelayanan jasa pengangkutan yang lancar dan aman sesuai dengan ongkos yang telah diterima. g. Bertanggung jawab
atas
risiko-risiko
kerugian
yang
menimpa penumpang dan bagasinya.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
4. Hak dan Kewajiban Penumpang Hak penumpang : a. Mendapatkan
ganti rugi apabila terjadi kerugian
yang
diderita penumpang. b. Menerima tiket penumpang. c. Menerima tiket bagasi penumpang. d. Hak untuk diangkut
dengan
pesawat terbang ke
tujuan yang telah disepakati bersama dengan
tempat
aman
dan
selamat. e.
Mendapatkan pengangkutan
kemudahan penumpang,
melaksanakan misalnya
perjanjian
pembelian
tiket
penumpang. f. Mendapatkan tarif angkutan yang pantas dan m e m a d a i . Kewajiban penumpang yaitu : a.
Membayar
biaya
pengangkutan
kecuali
bila
perjanjian lain, misalnya tiket gratis yang
ada
diberikan
kepada re Iasi pengangkut udara. b. Mentaati petunjuk- petunjuk dari pengangkut udara atau pegawai-pegawai yang berwenang. c. Menunjukkan tiketnya setiap
saat
bila
diminta
oleh
pegawai yang berwenang dari pengangkut udara. d. Tunduk pada peraturan- peraturan dari pengangkut udara berdasarkan syarat - syarat khusus
pengangkutan
yang
telah disetujui.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III
PERT ANGGUNGJ AWABAN
PENGANGKUT
UDARA
TERHADAP
KERUGIAN
YANG DI DERITA PENUMPANG
1. Sebab-Sebab Terjadinva Keterlambatan Pesawat Terbancr Seperti kita ketahui dalam angkutan kecepatanlah yang menjadi daya angkutan
ini
dibanding
lain.Tetapi dalam praktek
tarik
dengan
pengangkutan dimana waktu tempuh tidak
dapat
dipenuhi.
Memang
alat
angkutan
terjadi yang
faktor
digunakannya
alat
sering
udara
yang
keterlambatan
telah
ditetapkan
meskipun
terjadi
keterlambatan pengangkutan.waktu tempuh yang dicapai alat angkutan udara ini tetap tidak dapat disaingi angkutan yang lain. Atau dengan kata lain tempuh alat angkutan udara sangat jauh bila
oleh
alat
selisih
waktu
dibandingkan
alat angkutan yang lain. Terlepas dari keunggulan alat angkutan udara dalam kecepatannya,
terjadinya keterlambatan meskipun
beberapa
menit atau beberapa jam tentunya menimbulkan kerugian dan 0 ■ rasa tidak senang pada penumpang. Hal ini karena para pemakai
jasa
angkutan
udara
biasanya
sangat
memperhitungkan waktu. OPU
tidak
memuat
definisi
dan
sebab-sebab
keterlambatan pengangkutan dengan pesawat udara. Hal
ini
26
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
kemungkinan
disebabkan
adanya
pasal
28
OPU
dimana
pengangkut udara dapat membebaskan dirinya dari jawab
.atas
penerbangan
keterlambatan ada
tiga
pengangkutan.
hal
yang
tanggung
Da lam
dapat
praktek
menyebabkan
terjadinya keterlambatan pesawat terbang, yaitu
:
a. Keterlambatan karena penangguhan keberangkatan ; b. Keterlambatan selama dalam penerbangan ; c. Keterlambatan pada waktu pendaratan.
15
ad.a. Keterlambatan karena Penangguhan keberangkatan. Seringnya pesawat terbang mengalami sebagian
besar
disebabkan
adanya
keberangkatan pesawat terbang .
Apabila
keterlambatan penangguhan telah
terjadi
penangguhan keberangkatan maka kemungkinan besar
pesawat
terbang tersebut sudah tidak dapat memenuhi waktu yang
telah
ditetapkan.
Sebab-sebab
pesawat
tempuh terbang
mengalami penangguhan keberangkatan yaitu : i.
masalah gangguan alam, misalnya cuaca sehingga pesawat Apabila
tetap
terbang dipaksakan
kecelakaan sangat
besar
ditunda maka sehingga
buruk,
kabut
keberangkatannya. risiko sangat
mengalami berbahaya
bagi penerbangan pesawat terbang. _
_
E.Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasionaldan Nasional. cet I, Liberty Yogyakarta 1989, h .106.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
ii. masalah
gangguan
tekhnis
seperti
kerusakarr
mesin
sehingga terpaksa diadakan perbaikan atau penggantian suku cadang. Dan juga
seringkali
suku
cadang
atau
spare part pesawat terbang yang rusak tidak tersedia. iii.masalah
administrasi,
pengurusan
misalnya
penumpang,
kepada para penumpang
salah
kesalahan
memberikan
tentang
waktu
dalam
informasi
keberangkatan.
Dan juga seringkali ketidak disiplinan penumpang sendiri. Pesawat terbang
yang
beberapa
itu
menit
segera akan berangkat dan penumpang diharapkan
lagi sudah
berada di ruang tunggu (waiting room) tetapi ternyata masih banyak penumpang yang
berjalan-jalan
di
luar
terbang
yang
ruang tunggu.16 iv. masalah air traffic dimana ada pesawat
hendak mendarat sehingga pesawat terbang yang berangkat
ditunda
keberangkatannya
hingga
hendak pesawat
terbang yang akan mendarat telah selesai.Bila terjadi pesawat terbang yang hendak berangkat bersamaan waktu nya dengan pesawat terbang yang hendak mendarat
maka
yang didahulukan adalah
akan
pesawat
terbang
1.6 Wawancara dengan Captain Nurwahyono, Garuda Indonesia, tanggal 13 April 1993.
SKRIPSI
yang
Pilot
PT
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
mendarat.
17
Juga bila ada pesawat VIP seperti
pejabat pemerintahan atau berangkat
atau
tamu
mendarat
negara
maka
pesawat
yang
hendak
pesawat
terbang
komersial akan ditunda penerbangannya. Dalam hal biasanya datang
tiga
hari
telah
penerbangan
sebelum
pesawat
diberitahukan
agar
mereka
VIP
kepada
dapat
ini
tersebut perusahaan
mengatur
jadwal
penerbangannnya. Masih
banyak
lagi
sebab-sebab
mengakibatkan ditundanya keberangkatan
yang
pesawat
dapat terbang.
Hanya saja dalam penerbangan domestik hal-hal seperti itu belum pernah pesawat
terjadi,
terbang
atau
misalnya pegawai
akibat bandar
pemogokan udara,
awak akibat
tindakan kejahatan dan sebagainya. ad.b. Keterlambatan selama dalam penerbangan. Dalam penerbangan antara satu tempat dengan
domestik
dimana
waktu
tempuh
tempat
lainnya
lebih
kurang
satu atau dua jam, keterlambatan selama dalam penerbangan ini
jarang
sekali
terjadi.
Tetapi
dalam
penerbangan
Internasional yang waktu tempuhnya
mencapai
misalnya
keterlambatan
antara
Jakarta-NewYork
tujuh
jam. dalam
—
Wawancara dengan Bapak A.G.Fredy Santoso, Divisi Operasi ATC Bandara Udara Juand a.
SKRIPSI
Kepala
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
18 penerbangan dapat terjadi.
Penyebab
keterlambatan dalam penerbangan
ini
utama
terjadinya
adalah
oleh kecepatan dan arah angin pada saat
dipengaruhi
pesawat
terbang
sedang dalam penerbangan. Kecepatan dan arah angin
dapat
mempengaruhi kecepatan pesawat terbang. Untuk penerbangan domestik sekalipun kecepatan dan arah angin
mempengaruhi
kecepatan pesawat terbang tetapi pengaruhnya sangat kecil terhadap waktu tempuhnya. ad.c. Keterlambatan pada waktu pendaratan. Hal-hal
yang
dapat
mengakibatkan
tertundanya
pendaratan pesawat terbang antara lain : i.
masalah gangguan a lam, misalnya tebal disekitar bandar
udara
cuaca sehingga
buruk.
kabut
pilot
tidak
dapat melihat landasan pendaratan. ii. masalah air traffic dimana bandar udara yang tempat
tujuan
pendaratan
disebabkan karena adanya
sedang pesawat
menjadi
pada t . Juga dapat terbang
VIP
yang
19 akan berangkat atau m endarat.
10
Wawancara dengan Captain Nurwahyono, Garuda Indonesia, tanggal 13 April 1993. 19
Pilot
PT
Wawancara dengan Captain Terang Pinem, Pilot
PT
Sempati Air, tanggal 17 April 1993
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
sering
disebut
penerbangan
dengan
pengertian
macam istilah,
yaitu,
bagasi bagasi
bagasi
berkembang tercatat
(checked/ registered baggage)
dan
baggage) . Hal ini
dalam
karena
di
penumpang. menjadi
atau
bagasi OPU
Dalam dua
terdaftar
tangan kedua
(hand istilah
tersebut tidak ada, yang ada hanya istilah bagasi. Pasal 6 ayat 2 OPU menyebutkan, Yang dimaksudkan dengan bagasi ialah semua barang kepunyaan atau dibawah kekuasaan seorang penumpang yang diserahkan kepada pengangkut udara oleh penumpang itu atau atas namanya untuk diangkut dengan pesawat udara. Yang tidak termasuk dalam pengertian bagasi ialah barang-barang kecil untuk penggunaan pribadi 5xang ada pada/ dibawa oleh penumpang s endi ri . Ternyata dari ketentuan pasal 6 ayat simpulkan bahwa pengertian
bagasi
secara
bagasi
sempit
sebagai
barang-barang yang untuk
diangkut
diserahkan dalam
2
dapat
tersebut
yaitu.
pengangkut
bersama-sama
penumpang. Terhadap bagasi tercatat ini
oleh
keperluan
pribadi
penumpang
itu
yang
sendiri
ada "
"benda-benda kecil pada
atau
diistilahkan
udara dengan
pengangkut
udara akan dibuatkan suatu dokumen angkutan yang tiket bagasi. Sedangkan untuk
kita
ditafsirkan
tercatat.
kepada
pesawat
OPU
dibawa sebagai
disebut untuk oleh bagasi
tangan.
20
SKRIPSI
E.Suherman III. o p .c i t .. h.249.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
sering
disebut
penerbangan
dengan
pengertian
macam istilah,
yaitu,
bagasi bagasi
bagasi
berkembang tercatat
(checked/ registered baggage)
dan
baggage). Hal ini
dalam
karena
di
penumpang. menjadi
atau
bagasi OPU
Dalam dua
terdaftar
tangan kedua
(hand istilah
tersebut tidak ada, yang ada hanya istilah bagasi. Pasal 6 ayat 2 OPU menyebutkan, Yang dimaksudkan dengan bagasi ialah semua barang kepunyaan atau dibawah kekuasaan seorang penumpang yang diserahkan kepada pengangkut udara oleh penumpang itu atau atas namanya untuk diangkut dengan pesawat udara. Yang tidak termasuk dalam pengertian bagasi ialah barang-barang kecil untuk penggunaan pribadi 9yang ada pada/ dibawa oleh penumpang sendiri. Ternyata dari ketentuan pasal 6 ayat simpulkan bahwa pengertian
bagasi
secara
bagasi
sempit
sebagai
barang-barang yang untuk
diangkut
diserahkan dalam
2
dapat
tersebut
yaitu,
pengangkut
bersama-sama
penumpang. Terhadap bagasi tercatat ini
oleh
keperluan
pribadi
penumpang
itu
yang
sendiri
ada "
"benda-benda kecil pada
atau
diistilahkan
udara dengan
pengangkut
udara akan dibuatkan suatu dokumen angkutan yang tiket bagasi. Sedangkan untuk
kita
ditafsirkan
tercatat,
kepada
pesawat
OPU
dibawa sebagai
disebut untuk oleh bagasi
tangan.
20E .Suherman III, op.cit.. h.249.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Dengan demikian kerugian oleh
penumpang
pengangkutan
karena
ad a1ah
materiil
yang
terjadinya
kerugian
diderita
keterlambatan
yang
menimpa
bagasi
penumpang baik bagasi tercatat maupun bagasi tangan dibawa penumpang. Di dalam praktek hal ini jarang terjadi yaitu kerugian yang menimpa Ini
disebabkan
karena
bagasi
keterlambatan
yang sekali
penumpang.
pesawat
21
terbang
secara keseluruhan paling lama empat atau lima jam. Lebih dari itu biasanya penerbangan
dibatalkan
atau
diganti dengan pesawat udara yang lain. Dalam waktu
yang
demikian itu tentu
jarang
tersebut
ada
barang
baik
itu
bentuk bagasi tercatat ataupun bagasi
tangan
mengalami kerusakan atau
Kemungkinan
kemusnahan.
hanya dapat terjadi pada buah-buahan
atau
yang
makanan
dalam akan besar yang
dibawa penumpang. ad.b. Kerugrian moril Kerugian moril merupakan
kerugian
penumpang dalam posisinya sebagai ini biasanya tidak dapat rasa kesal akibat
diukur
menunggu
masuk kantor atau mengikuti
terlalu
atau gagalnya transaksi bisnis
21
SKRIPSI
diderita
dan
kerugian
uang.
Misalnya
manusia dengan
rapat
yang
lama, tepat
karena
tidak pada
terlambat
dapat
waktunya datang
Wawancara dengan penumpang PT Garuda Indonesia.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
sesuai dengan
kesepakatan
yang
telah
ada juga penumpang yang tidak merasa pesawat
terbang
mengalami
dijanjikan.
dirugikan
meskipun
keterlambatan,
penumpang yang bertujuan untuk
berlibur
atau
misalnya rekreasi.
Mereka pada umumnya tidak begitu mempersalahkan pesawat udara terlambat karena mereka tidak sampai di tempat tujuan.
keterlambatan penumpang
yang
kita
dalam
katakan
diderita
pengangkutan
tersebut
meskipun
terburu-buru
*
Dengan demikian dapat menilai kerugian moril
Dan
penumpang
ditentukan melakukan
bahwa
oleh
karena tujuan
perjalanan
menggunakan angkutan udara. Jika penumpang itu
untuk
dengan
bertujuan
untuk berlibur atau rekreasi ke tempat tujuannya maka tidak akan merasa dirugikan. bertujuan
seorang
Sebaliknya
bisnisman
atau
bila
penumpang
pejabat
melaksanakan tugas maka ia akan merasa
ia
yang
sangat
dirugikan
Menjadi
Tanggung
bila terjadi keterlambatan pengangkutan.
3. Kerugian karena Keterlambatan
yang
Jawab Pengangkut Udara dan yang Tidak Menjadi Tanggung Jawab Pengangkut Udara Berkaitan
dengan
masalah
keterlambatan
pengangkutan penumpang, di dalam syarat-syarat perjanjian pengangkutan disebutkan
SKRIPSI
"pengangkut
tidak
bertanggung
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
jawab
atas
kerugian
apapun
yang
ditimbulkan
oleh
pembatalan dan atau kelambatan pengangkutan ini, termasuk segala kelambatan datang penumpang penyerahan
bagasi".
Ketentuan
dan
atau
ini
kelambatan
ditujukan
membebaskan pengangkut dari tanggung jawabnya terjadinya keterlambatan dalam setiap hal
untuk
dalam
keadaan
hal tanpa
melihat apakah keterlambatan itu wajar atau tidak dan apa yang menyebabkan keterlambatan tersebut. Ketentuan
yang
dipergunakan
pengangkut
untuk
membebaskan dirinya dari tangung jawab atas keterlambatan itu
merupakan
penafsiran
dari
pasal
28
"Jika tidak ada ' persetujuan
lain,
maka
OPU
yang
menyebutkan : pengangkut
bertanggung jawab untuk kerugian, yang timbul
karena
kelambatan dalam pengangkutan penumpang, bagasi
atau
barang" .22 Sebenarnya pasal 28 OPU menghilangkan
tanggung
jawab
keterlambatan tetapi hanya untuk untuk menentukan suatu
jangka
tidak
dimaksudkan
pengangkut membolehkan waktu
dalam
sendiri,
syarat hal tersebut harus diberitahukan terlebih
SKRIPSI
hal
pengangkut
pengangkutan
sesuai dengan kemampuan dari pengangkut
22
untuk
yang dengan
dahulu.
E.Suherman III. o p .c i t .. h.256.
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
Dengan demikian penafsiran pengangkut terhadap OPU untuk membebaskan dirinya dari keterlambatan adalah tidak tepat. lagi dalam Undang-Undang
Nomor
tanggung
23 15
Hal
pasal jawab
ini
Tahun
28 atas
dipertegas
1992
tentang
penerbangan yaitu : Pasal 43 Undang-Undang Nomor 15/ 1992 menyebutkan : (1) Perusahaan angkutan udara yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga bertanggung jawab atas : a.kematian atau lukanya penumpang yang diangkut; b.musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut ; c.keterlambatan angkutan penumpang dan/ atau barang yang diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut. (2) Batas jumlah ganti rugi terhadap tanggung jawab pengangkut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 ) diatur lanjut dengan peraturan pemerintah. Hanya saja. meskipun
Undang-undang
No
15/1992
tentang
dalam
praktek
penerbangan saat ini sudah berlaku tetapi undang-undang ini belum dapat berfungsi. karena peraturan-peraturan pelaksanaannya undang-undang
tentang
penerbangan
itu
Undang-Undang No 15/1992 hanya1ah mengatur pokok saja. nantinya
sedangkan akan
pelaksanaannya.
23
hal- hal
diatur Selama
yang
oleh peraturan
Ini
disebabkan
yang
mengatur
belum
keluar.
hal-hal
bersifat
yang
tekhnis
peraturan-peraturan pemerintah
yang
E.Saefullah. op.cit.. h.179.
24
Tiga Undanq-Undana j, Perkeretaapian. Lalu-1intas dan Angkutan Jalan. Penerbangan. Eko Jaya, Jakarta 1992, h. 127.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
mengaturnya belum keluar oleh
Undang-Undang
disebutkan tetap akan menggunakan
peraturan
Undang-Undang No 83
Tetapi
tahun
keterlambatan
pengangkutan
undang-undang
penerbangan
tentang
keterlambatan
1958. hal
ini
yang
pengangkutan
OPU
menganut
tiga
sistem
pelaksanaan masalah
saja
tidak
sehingga
pelaksanaannya juga dengan sendirinya
15/1992
untuk
sama
lama
No
karena mengatur
peraturan
tidak mengaturnya.
tanggung
jawab
yang
digunakan terhadap tanggung jawab pengangkut udara yaitu: a. Prinsip presumption of liability. b. Prinsip limitation of liability. c. Prinsip presumption of non liability,
25
ad.a. Prinsip presumption of 1iabi1ity. Prinsip selalu
ini
dianggap
kerugian yang
menyatakan
bertanggung
terjadi
selama
bahwa jawab
pengangkut
udara
terhadap
pelaksanaan
segala
pengangkutan
penumpang. Pihak penumpang yang mengalami kerugian
tidak
perlu membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya kesalahan
pengangkut.
Pihak
pengangkut
membebaskan dirinya dari tanggung
jawab
akibat
baru bila
dapat
ia
dapat
membuktikan bahwa pihaknya telah mengambil semua tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian atau tidak
mungkin
^ E . S u h e r m a n III. o p .c i t .. h.17.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
baginya Sistem
untuk ini
mengambil
berlaku
tindakan-tindakan
untuk
kerugian
yang
tersebut. diderita
penumpang, bagasi tercatat dan barang. ad.b. Prinsip 1 imitation of liability. Prinsip
ini
merupakan
imbangan
presumption of liability yaitu membatasi pengangkut udara untuk membayar ganti rugi
dari
prinsip
tanggung
jawab
sampai
suatu
jumlah tertentu. Misalnya,pasal 30 OPU yang menyebutkan : 1.Pada pengangkutan penumpang tanggung djawab pengangkut terhadap tiap-tiap penumpang atau terhadap keluarganja jang disebutkan ajat 2 fatsal 24 bersama-sama, dibatasi sampai djumlah dua be las ribu lima ratus rupiah (Rp 12.500,00). Jika ganti kerugian ditetapkan sebagai suatu bunga, maka djumlah uang pokok jang dibungakan itu tak boleh melebihi djumlah diatas. Tetapi penumpang dapat mengadakan persetudjuan chusus dengan pengangkut untuk meninggikan batas tanggung djawab i tu . 2 .Pada pengangkutan bagasi dan barang tanggung djawab pengangkut dibatasi sampai djumlahduapuluh lima rupiah (Rp 25,-) per K6 , ketjuali bila ada pernjataan chusus tentang harga barang pada waktu penjerahan dari pengirim kepada pengangkut dan dengan pembajaran tarifyang lebih tinggi. Dalam hal ini pengangkut wadjib untuk membajar sampai djumlah dari pada harga jang dinjatakan itu, ketjuali bila ia dapat membuktikan, bahwa harga ini melebihi harga sebenarnja bagi pengirim pada waktu penjerahan. 3.Mengenai barang-barang jang dimaksudkan dalam ajat dua dari fatsal 6 , tanggung-djawab pengangkut dibatasi s ^ p a i 1imaratus rupiah (Rp 500,-), per penumpang.
26Ibid.. h.257.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Karena prinsip ini merupakan imbangan dari prinsip presumption of liability, maka sistem tanggung jawab juga berlaku
untuk
kerugian
yang
diderita
ini
penumpang,
bagasi tercatat dan barang. ad.c.
Prinsip presumption of non 1iabi1ity. Prinsip presumption
of
non
liability
maksudnya
adalah pengangkut selalu dianggap tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul.
Pengangkut
jawab bila penumpang dapat membuktikan
baru
bertanggung
bahwa
pengangkut
telah bersalah sehingga menimbulkan kerugian pada penumpang. timbul
Prinsip
pada
ini
bagasi
berlaku
tangan
untuk
bagasi
kerugian
penumpang.
Dalam
hal
yang ini
prinsip limitation of liability juga diberlakukan. Setelah jawab
yang
kita
ketahui
dipakai
OPU,
prinsip-prinsip bagaimana
tanggung
tanggung
pengangkut udara terhadap keterlambatan pengangkutan prinsip
apa
yang
digunakan
?
Ternyata
OPU
jawab dan tidak
menyebutkan tanggung jawab pengangkut udara atas kerugian yang diakibatkan keterlambatan. Walaupun menurut prinsipprinsip
tanggung
jawab
OPU
disebutkan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita bagasi tercatat, bagasi tangan dan barang, semua
kerugian
yang
timbul
menjadi
pengangkut penumpang,
ternyata tidak
tanggung
jawab
pengangkut. Kerugian yang diderita penumpang yang menjadi
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
tanggung
jawab
pengangkut
hanyalah
kerugian
yang
diakibatkan : - sebagai akibat luka-luka pada tubuh, - kematian penumpang, -
kemusnahan,
kehilangan
atau
kerusakan
bagasi
atau
bara n g. Dari macam-macam tanggung
jawab
yang
dianut
terhadap keterlambatan meskipun tidak diatur
OPU OPU
maka secara
tegas namun dapat kita katakan bahwa tanggung jawab dipakai
dalam
keterlambatan
adalah
"presumption of liability". Pengangkut dari tanggung
jawab
bila
dapat
berdasarkan dibebaskan
membuktikan
bahwa
pihaknya telah mengambil semua tindakan yang wajar
untuk
menghindarkan terjadinya
ia
dapat
yang
keterlambatan
itu tidak mungkin dapat dilakukannya. bila keterlambatan tersebut pengangkut,
ia
dapat
bukan
atau Dengan
disebabkan
dibebaskan.
bahwa kata
lain
kesalahan
Sebaliknya
keterlambatan itu diakibatkan kesalahan
hal
pengangkut
bila maka
meskipun diperjanjikan pengangkut tidak bertanggung jawab atas keterlambatan,
ia
harus
tetap
bertanggung
Misalnya keterlambatan yang diakibatkan
jawab.
:
- Over booking, - Kesalahan administrasi, dan sebagainya.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Hal
ini karena :
a. Kerugian yang diderita akibat kelambatan lebih kecil dibanding akibat penumpang meninggal dunia atau luka-luka. b. Kelambatan merupakan pelanggaran kewajiban yang timbul dari perjanjian derajat kedua, artinya kewajiban tersebut dipenuhi tetapi tidak sebagaimana mestinya. c. Dibanding dengan kerugian akibat penumpang meninggal dunia atau luka-luka, kerugian akibat kelambatan lebih sering terjadi dalam pengangkutan udara sehingga akan terlalu memberatkan pengangkut 27 bila prinsip tanggung jawab routlak diterapkan. Saat ini dalam dunia penerbangan kita telah muncul perusahaan
penerbangan
waktu yaitu PT.
yang
Sempati
Air.
yang
dimulai Dalam
diperjanjikan yaitu Garansi
memperjanjikan
oleh
perusahaan
perjanjian atau
ketepatan penerbangan
pengangkutannya
Jaminan
Tepat
waktu.
Hanya saja dalam perjanjiannya tidak disebutkan kerugiankerugian apa saja yang menjadi tanggung jawab PT Air dan kerugian apa yang tidak
menjadi
Sempati
tanggung
jawab
mereka. Pada prinsipnya begitu terjadi keterlambatan baik itu
pada
pemberangkatan
ataupun
pendaratan
PT. Sempati Air harus membayar ganti rugi
yang
dihitung
berdasarkan permenitnya. Pembayaran ganti rugi ini memandang
apakah
penumpang
mengalami
kerugian
maka
tidak karena
keterlambatan ataukah tidak. Begitu terjadi keterlambatan
.Saefullah, o p .c i t .. h.114.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
pengangkutan penumpang PT Sempati Air
bertanggung
jawab
dan membayar ganti rugi kepada penumpang.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB IV
PROSEDUR PENUNTUTAN GANTI RUGI 1 . Pihak yang Berhak Menuntut Ganti Ruqi Sebelum kita membahas tentang
pihak
yang
menuntut ganti ru gi , perlu diingat kembali pasal
berhak 28
dimana ditegaskan "Jika tidak ada persetujuan lain, pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian
yang
OPU maka
timbul
karena keterlambatan dalam pengangkutan penumpang, bagasi dan barang". Sehingga bila diperjanjikan pengangkut tidak bertanggung jawab atas
keterlambatan
pengangkutan
pengangkut tidak dapat dituntut untuk bertanggung Namun ini
bukan
berarti
bahwa
setiap
maka jawab.
keterlambatan
pengangkut dapat membebaskan dirinya dari tanggung jawab. Meskipun
diperjanjikan,
bila
diakibatkan kesalahan pengangkut bertanggung jawab,
misalnya
keterlambatan maka
karena
itu
pengangkut over
harus
booking
atau
kesalahan administrasi. Dalam
hal
terjadinya
keterlambatan
yang
mengakibatkan timbulnya kerugian baik itu kerugian maupun
materiil
yang
penumpang. Karenanya
merasakan
secara
cepat
akibatnya dapat
kita
penumpanglah yang berhak menuntut ganti rugi yang
mengalami
kerugian
tersebut.
diketahui apakah semua penumpang
Hanya
berhak
rugi atau dengan kata lain siapakah
yang
moril adalah katakan
karena saja
menuntut dapat
dia perlu ganti
disebut
43
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
sebagai penumpang (lihat Dalam penumpang .
setiap Ini
bab
tiket
penting
ketertiban
dan
dibayarkan
nantinya
dipertegas
lagi
penumpang untuk
kepastian
disebutkan
pertimbangan
kepada
oleh
dalam
I).
siapa
pengangkut
Surat
Perhubungan Udara No. E 5/1/11-U yaitu,
keamanan,
ganti udara.Hal
Keputusan
nama
Menteri
rugi ini Muda
:
pertama : Memberi wewenang kepada petugas - petugas Garuda Indonesian Airways jang menjelesaikan urusan-urusan tiket untuk memeriksa identitet penumpang-penumpang ; kedua : Memberikan wewenang kepada petugas-petugas tersebut diatas untuk menolak mengangkut penumpang penumpang jang ternjata identitetnja tidak djelas ; ketiga : Dalam pelaksanaan wewenang ini petugaspetugas tersebut di atafg dapat meminta bantuan alat- alat negara. Karena tiket penumpang tidak dapat digunakan
oleh
orang lain selain orang yang naraanya tercantum pada tiket tersebut, maka orang yang melanggar ketentuan
ini
tidak
diperkenankan naik pesawat terbang. Jika ada
orang
yang
berhasil naik pesawat terbang tanpa memiliki
tiket
yang
sah kecuali pengangkut tidak memberikan maka
ia
mengadakan
termasuk
penumpang
perjanjian
gelap.
pengangkutan
tiket Ia
penumpang
tidak
dengan
pernah
pengangkut
sehingga ketentuan OPU tidak dapat diberlakukan. 28
Surat Keputusan Menteri Muda Perhubungan N o .E .5/1/11-U tanggal 13 Agustus 1959.
SKRIPSI
Udara
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Dengan demikian bila terjadi kerugian dimana pihak pengangkut berkewajiban untuk membayar ganti rugi,
pihak
yang berhak untuk mendapatkan ganti rugi adalah penumpang yang mengadakan perjanjian pengangkutan dengan pengangkut udara atau yang dapat dibuktikan dari nama
yang
tertera
pada
bagasi
pada tiket penumpang. Terhadap
kerugian
tercatat pihak yang berhak
yang
terjadi
menuntut
ganti
pemegang tiket bagasi. pasal 6 jo pasal permasalahan yaitu apakah bagasi yang timbul
padanya
kepada siapa asal ia ditafsirkan
demikian
dapat
35
tercatat
diserahkan
memegang akan
tiket
hilang
adalah
OPU.
Timbul
dan
oleh
kerugian pengangkut
bagasi
menimbulkan
penumpang bila tiket bagasinya
rugi
?
Apabila
kerugian atau
digunakan oleh orang yang tidak bertanggung
pada
dicuri jawab.
dan Juga
akan menimbulkan permasalahan bagi pengangkut
dalam
bagasi dan kerugian yang timbul padanya telah
diserahkan
kepada pemegang tiket atau pemilik bagasi
bagasi yang
namun
berhak
kemudian
datang
hal
penumpang
untuk
meminta
bagasinya. Juga ada kemungkinan bahwa bagasi diambil oleh orang yang tidak berhak namun
dengan
ijin
yang
berhak
atau penumpang yang sah, misalnya oleh isteri/ suami atau anak-anaknya. Dalam hal ini pemakaian kata-kata
pemegang
tiket bagasi tidak menimbulkan persoalan.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
Mengingat bahwa tidak
dapat
tiket
dialihkan
penumpang
kepada
memiliki
orang
sifat
lain
transfereble) maka tiket bagasipun juga demikian
(non halnya.
Sehingga yang berhak mendapatkan ganti rugi atas kerugian pada bagasi tercatat a d a 1ah penumpang
yang
sah
pemilik
yang
timbul
bagasi tercatat. Terhadap kerugian atas keterlambatan pada bagasi tangan yang berhak menuntut ganti
rugiadalah
penumpang sah atau pemilik bagasi tangan itu sendiri. Bagaimana jika penumpang yang sah meninggal dunia? Memang belum pernah
terjadi
perjanjian pengangkutan mengalami
kecelakaan
mungkin juga
setelah
dengan tiba-tiba beberapa
pengangkutan namun belum tuntutan ganti rugi
yang
berhak
lewat
yang
mengadakan
pengangkut
udara
meninggal
dunia.
hari
24
waktu
menuntut
ayat ganti
tanpa Atau
diselenggarakannya untuk
mengajukan
penumpang tersebut meninggal
Bila hal ini terjadi pasal siapa
penumpang
2
OPU
rugi.
dunia.
menyebutkan Pihak-pihak
tersebut adalah ahli waris dari penumpang yang
meninggal
atau yang menjadi tangungan penumpang, antara lain : a. Suami atau isteri dari penumpang yang tewas, b. Anak-anaknya, c . Orang tuanya.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
2. Besar Kerugian yang Dapat Dituntut Mengenai besarnya ganti rugi yang dapat oleh pengangkut atas kerugian akibat dalam OPU
tidak
kemungkinan
ada
juga
perjanjian
untuk
ketentuan
keterlambatan
yang
karena
pengangkut
tidak
bertanggung
keterlambatan, pasal 28 OPU. Dan
diberikan
mengaturnya. dapat
juga
di Ini
mengadakan
jawab
terhadap
sampai
saat
ini
belum pernah terjadi tuntutan penumpang kepada pengangkut untuk kerugian karena keterlambatan. Meskipun OPU tidak mengatur besaranya atas keterlambatan
secara
khusus,
OPU
ganti
masih
mengatur
tanggung jawab pengangkut terhadap kerugian lain kecelakaan pesawat udara. Dan juga OPU mengatur jawab pengangkut terhadap kerugian pada bagasi serta besarnya ganti rugi.Dan
seperti tanggung penumpang
Undang-Undang
Nomor
15 tahun 1992 tentang penerbangan tidak menentukan
besar
ganti
rugi
yang
dibayar
keterlambatan. Hal ini akan peraturan
pemerintah.
juga
rugi
pengangkut
diatur
Tetapi
lebih
sampai
terhadap
lanjut
kini
dalam
peraturan
pemerintah yang mengaturnya belum ada. Dari
ketentuan-ketentuan
tanggung jawab pengangkut tersebut
OPU
yang
tentunya
mengatur dapat
diterapkan terhadap kerugian karena keterlambatan. 30 ayat
SKRIPSI
1
OPU
menyebutkan
tanggung
jawab
juga Pasal
pengangkut
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
terhadap tiap-tiap penumpang sampai jumlah Rp 12.500,-
atau
per
keluarganya
penumpang.
dibatasi
Batas
jumlah
ganti rugi ini dapat menjadi tidak berlaku jika : a. Pengangkut tidak
memberikan
tiket
penumpang
kepada
penumpang yang diangkutnya. b. Terdapat
perbuatan
sengaja
atau
kesalahan
dari
pengangkut yang menimbulkan kerugian. Disamping
ketentuan-ketentuan
jumlah ganti rugi tentunya
ada
yang
juga
yang
harus
meniadakan
dibayar
oleh
ketentuan-ketentuan
membebaskan pengangkut dari kewajiban
batas
pengangkut yang
tanggung
dapat jawabnya
(hal ini sudah dibahas dalam Bab II I) . Terhadap
kerugian
yang
tercatat, pasal 30 ayat 2
timbul
membatasi
yang harus dibayar sampai jumlah Rp
pada
jumlah 25,-
bagasi
ganti
per
rugi
kilogram.
Batas jumlah ganti rugi ini menjadi tidak berlaku bila a.
Terdapat pepgangkut
b.
Pengangkut
perbuatan
sengaja
atau
kesalahan
:
dari
yang menimbulkan kerugian, tidak
memberikan
penumpang yang dalam praktek
tiket
bagasi
biasanya
kepada
menjadi
satu
dengan tiket penumpang, c.
Terjadi perjanjian antara
pengangkut
dan
untuk menaikkan batas jumlah ganti rugi menentukan harga bagasi yang
SKRIPSI
dinyatakan
penumpang
atau pada
dengan waktu
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
bagasi diserahkan. Terhadap kerugian yang timbul pada bagasi
tangan,
pasal 30 ayat 3 OPU membatasi sampai jumlah Rp 500,-
per
penumpang. Dengan
demikian
bila
jumlah
ganti
rugi
yang
terdapat dalam ketentuan OPU dijumlahkan seluruhnya
maka
jumlah ganti rugi yang dibayar pengangkut udara adalah Rp 13.000,00 ditambah Rp
25.00
per
kilogram
pada
setiap
bagasi tercatat. Jumlah ini saat sekarang secara ekonomis sudah tidak sesuai lagi dan
ternyata
di
dalam
praktek
jumlah ini juga sudah dilampaui. Demikian penghitungan
besarnya
ganti
harus dibayar oleh pengangkut bila terjadi
rugi
yang
keterlambatan
pengangkutan penumpang. Tentunya jumlah ganti rugi karena keterlambatan ini lebih kecil jumlahnya bila dibandingkan ganti
rugi
karena
kecelakaan
pesawat
udara.
Berbeda
yang
dibayar
pengangkut yaitu pada perusahaan penerbangan PT.
Sempati
dengan cara penghitungan besar ganti
rugi
Air. Di sini telah diperjanjikan terlebih dahulu besarnya ganti rugi yang dibayar bila
terjadi
keterlambatan
juga cara penghitungannya. Besarnya ganti
rugi
dan
tersebut
yaitu Rp 2000,00 setiap menitnya yang dihitung dari menit
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
so
kedua puluh enam sejak terjadinya keterlambatan. bila terjadi keterlambatan sampai batas
dua
menit maka PT Sempati Air tidak
bertanggung
jumlah ganti rugi yang
dibatasi
maksimal
Rp
dibayar
100.000,00.
keterlambatan yang
Maksudnya
berdasar
Rp. 2000.00 setiap menit
dihitung
mulai
jumlah
ganti
rugi
puluh
lima
jawab.
Dan
jumlah
bila
dihitung
melewati
Artinya
sampai
bila
puluh enam jumlahnya sudah
29
terjadi perhitungan
menit
ke
Rp.100.000,00
yang
dibayar
dua maka hanya
Rp . 100.000,00.30 Pembayaran ganti rugi ini tidaklah yang
diderita
oleh
berdasarkan
penumpang
keterlambatan pengangkutan penumpang.
karena
kerugian terjadinya
Sehingga
meskipun
kerugian penumpang karena keterlambatan cukup besar
atau
penumpang tidak mengalami
rugi
kerugian
apa-apa
ganti
tetap di bayar sampai maksimum R p .100.000,00. 3. Penvelesaian Klaim Ganti Rugi Dengan
terjadinya
penumpang berarti waktu
keterlambatan
tempuh
penerbangan
ditetapkan tidak dapat dipenuhi. Ini 29
Harian Pagi Kompas Selasa,
berarti
tanggal
pengangkutan yang
telah
pengangkut
16
Februari
1993.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
udara
harus
bertanggung
jawab
terhadap
keterlambatan
tersebut. Penumpang yang dirugikan berhak untuk
menuntut
ganti rugi atas keterlambatan tersebut. Hanya saja melaksanakan
haknya
penumpang
prosedur-prosedur yang
akan
harus
ditempuh
dalam
mengetahui
untuk
memudahkan
tercapainya haknya itu. Dalam proses penuntutan
haknya
atau
klaim
penumpang ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu
dari
:
a. Di luar pengadilan. b. Melalui Pengadilan. ad.a. Di luar pengadilan. Penyelesaian dengan cara ini seperti yang di
dalam
praktek
saat
*ini.
Pengangkut
terjadi
udara
atau
perusahaan penerbangan telah menetapkan prosedur-prosedur yang
harus
dilalui
tuntutan
ganti
tersebut
juga
rugi. telah
oleh Dan
penumpang juga
ditetapkan
angkutan yang diadakan penumpang
dalam
besarnya di dan
mengajukan ganti
dalam
rugi
perjanjian
pengangkut
udara.
Misalnya pada perusahaan penerbangan PT Sempati Air telah
mengadakan
keterlambatan.
Bila
perjanjian dalam
suatu
yang
khususnya
tentang
penerbangan
terjadi
keterlambatan baik yang terjadi pada keberangkatan maupun waktu pendaratan penumpang berhak mendapatkan ganti rugi. Dalam hal ini PT Sempati Air akan
SKRIPSI
memberitahukan
kepada
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
para penumpang pengangkutan
tentang dan
telah
lamanya
waktu
diberitahukan besarnya ganti tiap-tiap
penumpang
yang
m enitnya.Penumpang yang tersebut setelah
terjadinya
tiba
rugi
terlambat. yang
dihitung
berhak di
akan
Juga
diperoleh
berdasarkan
mendapatkan
bandar
menghubungi kantor pasasi PT
keterlambatan
udara
Sempati
ganti
tujuan
Air
ditukarkan atau potongan
Voucher ini
harga
bila
rugi segera
yang
ada
bandar udara untuk mendapatkan ganti rugi berupa yang mencantumkan harganya.
per
voucher
nantinya
dapat
dipergunakan
penumpang tersebut untuk membeli tiket
pada
di
oleh
penerbangan
yang lain. Cara
ini
waktunya
relatif
singkat
sehingga penumpang dapat segera memanfaatkan
dan
cepat
ganti
rugi
yang diperolehnya. Tetapi cara ini juga dapat menimbulkan permasalahan antara dalam hal perhitungan
penumpang
dengan
waktu
terlambat.
penumpang seringkali merasa
pengangkut
dirugikan
Dalam dan
yaitu
hal
juga
ini
banyak
penumpang yang tidak terlalu mempermasalahkannya. ad.b. Melalui pengadilan. Penyelesaian klaim dengan cara pernah terjadi. Penumpang enggan
ini
mengajukan
terhadap tanggung jawab pengangkut udara Sedangkan
SKRIPSI
khusus
mengenai
hampir
tanggung
tidak
tuntutannya
ke
pengadilan.
jawab
pengangkut
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
mengenai keterlambatan pengangkutan sampai saat ini belum pernah diajukan ke pengadilan. Satu-satunya perkara diajukan ke pengadilan yaitu gugatan Susarah
Oswald
Vermaak
melawan
yang
PN
diajukan
Garuda
mengenai
tanggung
jawab
Ny.
Indonesian
Airways ke Pengadilan Negeri Jakarta tanggal 1966
yang
15
pengangkut
Januari terhadap
kecelakaan pesawat udara. Cara ini umumnya memakan waktu harus
diputus
dimungkinkannya
oleh para
hakim
yang
pihak
agak
lama
ini
mengadili
menggunakan
banding dan kas a si . Tentunya dalam yang waktunya
yang
proses
dengan
lama dan upaya
karena juga hukum
pengadilan
sendirinya
biaya
yang dibutuhkan juga cukup besar.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB V P E N U T U P 1. Kesimpulan a.Perjanjian
pengangkutan
penumpang
terbentuk
sejak
adanya kata sepakat antara penumpang dan pengangkut udara atau perusahaan penerbangan. Kata sepakat ini tidak dapat dipastikan terjadinya tetapi hanya dapat disimpulkan dari berbagai perbuatan-perbuatan pihak seperti pembelian tiket penumpang perjanjian bukti
ini
yang
tiket
dilakukan
oleh
bukanlah
terbentuknya
para
penumpang.Dan
juga
suatu
pengangkutanpenumpang,
telah
oleh
syarat
tetapi
sebagai
perjanjian
penumpang.
terjadinya alat
pengangkutan
.
a. Meskipun berdasarkan pasal 28
OPU,
mengadakan
terhadap
tanggung
jawab
atas
pengangkut
tidaklah
mutlak
tidak
perjanjian
keterlambatan,
namun
bertanggung jawab atas setiap dapat
membebaskan
dirinya
pengangkut
keterlambatan. bila
ia
dapat
dapat
Pengangkut membuktikan
pihaknya telah mengambi1 semua tindakan yang perlu
untuk
menghindarkan keterlambatan tersebut atau hal
itu
tidak
mungkin dilakukannya. Bila keterlambatan
disebabkan
itu
kesalahan pengangkut maka ia harus bertanggung jawab. c.Penumpang keterlambatan
yang
merasa
pengangkutan
dirugikan penumpang
karena dapat
terjadinya mengajukan
tuntutan ganti rugi dengan menempuh dua cara yaitu
:
54
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
1. Di luar pengadilan. ii.Melalui pengadilan. Kedua
cara
tersebut
tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan.
masing-masing
Tergantung
penumpang
cara mana yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kesadaran akan haknya.
2. Saran a. Dalam rangka perlindungan hukum jasa
angkutan
udara,
kepada
hendaknya
para
pemakai
pemerintah
segera
mengeluarkan peraturan-peraturan yang angkutan udara, khususnya peraturan
mengatur
mengenai
pelaksanaan
Undang-
Undang No. 15 Tahun 1992. b.Sebelum
calon
pengangkutan mengetahui
penumpang
dengan atau
mengadakan
pembelian membaca
tiket
perjanjian sebaiknya
syarat-syarat
ia
perjanjian
pengangkutan baik syarat umum maupun syarat khusus
serta
hak-hak dan kewajiban yang dimilikinya. c. Agar pengangkut udara tidak terlalu diberatkan tanggung jawab atas keterlambatan
serta
dengan
penumpang
juga
mendapatkan jaminan ketepatan waktu penerbangan dan ganti rugi bila terjadi keterlambatan, sudah saatnya perusahaan asuransi
dilibatkan
keterlambatan.
SKRIPSI
Atau
untuk dengan
menjamin kata
lain
bila tanggung
terjadi jawab
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
pengangkut
udara
atas
keterlambatan
sehingga bila terjadi keterlambatan akan membayar ganti rugi
yang
diasuransikan
perusahaan
seharusnya
asuransi
dibayar
oleh
pengangkut udara. Dengan demikian pengangkut akan semakin diringankan bebannya untuk membayar ganti rugi. d.
Untuk
menjaga
citra
serta
reputasi
khususnya dalam menyambut kedatangan
hanya
dikalangan
mendisiplinkan
pengangkut
atau
angkutan
diri
perusahaan
penerbangan saja tetapi juga di kalangan penumpang pihak-pihak yang terlibat di dalam
kita
wisatawan-wisatawan
dari manca negara, kita harus mulai bukan
negara
udara
serta demi
terwujudnya ketepatan waktu.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
M I t 1 K. FERl'ObiTAKAAnt
•UNIVERSI1AS A1KLAWCK1A-
s U R A BA Y A DAFTAR
BACAAN
BUKU Chidir. Ali., Yurisprudensi Bandung, 1982.
Hukum
Daqanq.
Alumni,
Komar Mieke Kantaatmadja, E.Saefullah Wiradipradja, Hukum Angkasa dan Perkembangannva. Remadja Karya, 1988. Martono, K . ,Hukum U d a r a . Angkutan Angkasa, Bandung, 1987.
Udara
dan
Hukum
Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Pengangkutan Darat.L a u t . dan U d a r a , PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991. Purwodarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa cet.v, Balai Pustaka, Jakarta, 1976.
Indonesia,
Purwosutjipto, H.M.N., Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid III, cet. Ill, Djambatan, 1987. Saefullah, E. Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional dan Na3 ional. Liberty, Yogyakarta, 1989.
Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. terjemahan, cet. keduapuluh satu, Pradnya Paramita, Jakarta, 1989. Suherman, E ., Hukum Udara cet.
Indonesia
Ill, Alumni, Bandung,
dan
Internasional.
1983.
____________ , Masalah Tanggung Jawab pada Charter Pesawat Udara dan Beberapa Masalah Lain dalam Bidang Penerbangan, Alumni, Bandung, 1979. ____________ , Tanggung Jawab Pengangkut da lam Hukum Udara Indonesia, Bandung, 1961. ____________ , Wilayah A 1umn i, Bandung, 1979
Udara
dan
Wilayah
Dirgantara.
57
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
Tiqa
Undang-Undang
j_
Perkeretaapian.
Lalu-1 intas
Anqkutan Jalan. Penerbangan. Eko Jaya, Jakarta. Usman Adji, Sution, Djoko Prakoso. Hari Pengangkutan di Indonesia. Rineka 1990.
dan 1992.
Praraono, Hukum Cipta, Jakarta
MAJALAH Warta Ekonomi. No. 10/11/ 6 Agustus 1990. Warta Ekonomi. No. 35/IV/ 25 Januari 1993. Badan Pembinaan Hukum Nasional. No. 5 Tahun 1975.
SURAT KABAR Harian Pagi Kompas, 28 November 1992. ____________ 16 Februari 1993.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAMFIRAN 1 P E M E R IN T A H PROPINSI D A E R A H T I N G K A T I JAW A TIM U R D IR EKTO RAT SOSIAL PO LITIK JL P E M U D A N O 5 TE L P . 43020 - *5«73
S U R A B A Y A
SU R AT KETERANGAN Untuk mtlakukan f u r y y / r«
Nom or : 0 M tm b tc i
7
2
...... /303/.... 1 2 9 . 2
l.SRT.DSXAN FAK.HUKUM UNAIR SJ& 13 OKT'92 NO.1738/PT.03.H5.FH/N/92 :2.SRT.KAKANWIL DEP.HUB.PROP.JTM ? NOP'92 No.PR.003/2223/XI/92 1. Initrukii Mantari Dalam Nagari No. 3 Tahun 1972 2 . S v ril Gubarnur Kepila D iv rih T k . I J a m Tim ur ^1, 17 JuU 1972 No. Gub./187/1972.
Mengingat
dangan ini m m y it ik m T I D A K K E B E H A T A N dilakukan lu rvry / rv m ic h olth :
Nama Pananggung Jawrtb A Iam a I
' =
MARTHIN LUTHER T A M GAN MHS. FAK. HUKUM UNAIR SURABAYA JL. GUBJSNG KERT/.JAYA VII / K/ll SURABAYA
Thama / A car* aurvay / raaaarch
:
Cn*<xt>/T»mp*t ditokuktn •urvay/xMirch
:
KOTAMADTA SURABAYA , KABUPATEN SIDOARJD.
Lcfr>?ny* »utv »y / r#***irh
:
2 (DUA) BULAN T£RHITUNG TGL. SURAT DIKELUARKAN.
Per.sikul I p t m n t *urv«y / rtMarch
:
" TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UOARA ATAS KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN PENUMPANG DALAM PENERBANGAN DOMESTIK",
dangin katantuan-fcataotuan aabagai barikwt ; 1. Dalam jangka waktu 1 x 24 |am tataiah tfba di tampat yang dituju diwajibkan mataporkan kadatangannya kapada 8upati/Waflkoiam*dya Kapala Daarah T k . II dan Kapolitian latampat. 2. Mantaati katantuan*katantua* yang baHaku dalam Daarah hukum Pamarintah t« lamp at. 3. Manjaga tata tt'tib , kaamanan katopanan dan kaiuiilaan lerta manghrndari parnyataan'parnyataan baik dengan l atan ataupun tulitan/lukiftan yang dapat matokai/manyinggung parataan atau manghlnaagama, bangsa dan negara dari suatu golongan panduduk. 4. Tidak dlparkanankan manjalankan kagiatankagiatan diluar katantuankataniuan yang talah ditaupkan aabagai tanabut di ataa. 6. Said ah barakhirnya dil*kukan lurvay/raiaarch, diwajibkan tarlabih dahulu malaporkan kapada Pajabat Pamarlniah aatampat manpanat aalatainya palakianaan aurvay/raiaarch. labalum maninggalkan daarah tampat turvay/rataarch. 6. Dalam Jangka waktu tuatu bulan tataiah ftalaaai dilakukannya turvay/raftaarch, diwvjibkan mambarlkan (aporan tantang pa Iakta naan clan ha»tl4ia»Hnya kapada :
1. Katua B A P P C D A Prop. Daarah T k . $ .lavs* Tim ur 2. Kapala Dirakiorat Sotpol Prop. Daarah T k . I Jawa Tim ur. 3. Supatl/Watikotamadya Kapala Daarah T k . II yang barungkutan. 4. Kanwit/Diraktorat/Dinaa/Jawatan/Lambaga yang bariangkutan. S................................................................................................................................................. ..................... 7. Surat katarangan Ini akan dicabut dan dinyatakan tidak bartaku apabila tarnyata bahw« paroagang lurat katarangan ini bdak mamanuhi katantuan* katantuan ta6at>ai tarwbut di atas.
„
T E MB US
N
St u r a b a y a ,
diiampaikan kapada :
5 NOPEKBER -i q q p • i7 7 c y ^
A.n. C U fiC R N U R K E EPA] P A lA O A E R J \. 2.
3. 4. 6. 6. 7.
Yth,
,,
S. 9. 10.
„
Pangdam V/Vrawijaya Kapolda Ja n t Tim u r Katua Bappada Prop. Oaarah T k . I Jawa Tim ur KanwH/Diraktorat/Dinaa/JaMitan/ln«tapfti/Lembaga ybi. P«anbantu Gubarnur dl oURADAYA Bupati Kapala Daarah T k . II S lD O A R iT Q
O T s a m r a M s s v i ...1 L' KAKANyiL...DS?.„H.UB-.-.PROP-.JATI^.
SKRIPSI
NNGKAT I
W ^J T I M U I
, JA W
V
>0mik
^ -- S'.* r0ERVA])3\ SETIAWAN
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1 2 6 1 1 12 2 4 9 8 0 7 4cm
LAMPIRAN 2
J A K A R T A - SURABAYA OEWASA/ADULT
Garuda Indonesia
shuttle service ticket
1«oad by Garuda Indonatla I. Ma'daka Salatan No. 1) ikana 101 tO, tndooMi* latnbar of tt>t Intarnational Air Traniport Anociat
SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ftriar#** ptogangfcutan M ftnduk kapada kat*ntuan*katamuan Ordonanal P*ng«nQku(*fi Udara tndonaala (StN. 1030/100) aartu kapnrta «ysni1**yara: Pan^angkutan, larto-tarlp, paraturan*paraturan (kacuaH wafctw waktu barangkat o m waktu-waktu tlba yano loraabut dWalamrya) dart paraturan-paraturan lain dart pangangkut. yang ma
Bagaai tarcatat yang dlangkut bardaaarkan parfar^an Ini, hanya akcn dlaarahkan kapada panumpang JHui carfc baoaalnya dlkamballkan ftapada pangangkut. pvfi^nngKVI. 9. a. Pangangkut bartangguno |awab a lii karvglilan-karuglan yang dmtt/ pede panumpang dan bagaai oangan manglngal pada I tyaral-tyarat dan bclac* bataai yang dltantukan dalam Ordonanal Pa Pangangkutan Udara IndonaaJa (Stbl. 1039/100) dan ayarat-ayaral umum panganokutan dart pangangkut. ft. BQa panumpang pada aaat panarlmaan bagaai Odak mangakikan protaa, maka dlangg*P bahwa bagaai ftu taUh dltartma dalam kaadaan Ungkap dan ball. e. Samuatuntuungarril-karuglanha/uadapatd!buktlkanbaaa/nyAkaajolan yang dWartta. unggung Jawab tarbata* untuk kahRanpan dan karuaakan bagaai dltatapkan aafumlah makaJmum Rp. 10 .000 ,— (aaputuh rlbu rupiah) par kfogram. d. Pangangku< Udara ttdak bartanggung lawab tarhadap karuaakan barang* barang gaealvbatah/capat wauk oan Wnatang Ndup )lka dlangkut
!
a. Pangangkut Udara Odak bartanggung Jcwab tarhadap uano. parhlaaan, dofcuman<dokuman aarta aunt-aurat barharga atcu aajanlanya fka dlmaaukkan kadalam bagaai. Tldak aaorangpun dart agan-agen, pagawal-pagawal atau wakd-eraM Psngangkut tfdek bartanMung Jawab alaa karvglan apapwn Juga yang (Mngangkut barhak mangubah atau mambatalkon tyaral*ayarat dfflmfewfctR otat> pambawan oat%/a\au kaUmbatan pangangkuian tnl, psngangkutan, tartp-Urtp, paraturan*paraturan dlnaa Can paraturan* Hfmtat-fc »aga(a katambatan dating panumpang dan/atau kalambeian paraturan tain dart pangangkut yang banaku balk aabaglan maupun dalam koetluruhannya. parrytfttafibooul Panumpaftfl yang na--n«r.ya taxantunv '3i!sTi rtitot, (rj (]!fKnr.nggungkan pada P. N. Aauranal Karuglan Maa Raharja bardaaarttan undcng-und&no rte. Juodo paraluran*paratixan palakaanaannya.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SYARAT-SYARAT PSRJATCJtAtt »• ).* * p > 'ijrtn y fc a tfto r * i u M u k « j j v ;K u lf,n M d a r s i n d e n t s * ( S l W • ^ .w .g V u is n . i r ^ U t i p .
b ® o * (la h e ia n iu n n b «ito n ? u a n O i S o n s n ^ 1 9 3 9 / 1 0 0 ) w r f a K -p a d a S y i r a l - » y a « » t
5 « * rttu t* n -p w « t * m fcft A n t t ,
(b o eu efc * a V fc j-w s »M u
.t n g h c : d a n » a k t u - w a M u 5if>a y a n g t* r»* to u l d i d t l a m n y a ) d a n p «r« tu * n n > .i!u« lj t « d4*i p e n g e n g k u * . y * n g m * tu p «ik a f l tM g > aa y * n g t* k ( j j p . i t r f i p -i a h i i ! » h p * i* jrtji* n Ini d e n y * n g d a p a t < Jik a n to r-k « n tc r p a s a s i
'gangftyf. et p s jw w p tn g rki hcTiys dapat dkp*fgunakan olah o»*ng y* n g nam snyc ,va rtitftsrsys d.in tu sk dapal 6p trgu na ka n olah orang lain Ponur^pang r y-fujcir b.i*w* W a p«rtu p^^ga^gkv* dapat cpakah iiket ir* -.11 rt’patf®' oirfi >a rg t>*+iak ■ v ic t mr cJip*'gtm*tk*n ctau rt*ft>f>a iffituk A p ^'fju n c ta 'i oioh se^coiftn^ >; i.cir, ).r > { nanxviy* <*>«•(** daU m tiket mi. m.ik* p ^ j.irv jfc .ij unfuk m end s* f>^r®jr'g‘ ui*0£»*ng w , *#rt» n*h p w ’gjngfcuf.wi ■t mi iMfth jt<«z barhak. man^adi batai. •untuk fuanyafaKkin P»oy»*W'WW**#> p*r|anjlan pengawjhutan tni kapact u!-a*4 Dfi panQtngkutcn y*ng lam. »* n a hah mangubaft iofnpat-t » t t * k**ug*M> a p n p u n |ug& y a n g rtrtim -
.,in o’r ^ (vn< t> ju utt d tn / tt* j kalamtmtan f ^ ^ g ^ r n ^ u t ^ n i « . Icm aiufc * « 3 t t u r n b a u n d « U '»g ennumpar>g gan/aiau katAmbnt.in p m y «r* h a n b ^ o s t
S. P * 9«ai yang dUngkut t»r d a s a * a n parlaajtan H , h a n yt akon cflwrqhfcan feopeaa ti3fwmp*ng jfca c*/* b ig c s ln ya dfewnbatftan kopada p a n g a n ^ u t
0.
It. f bartanggungjawab atas karugian-karvglafl yang llmte.1 pedo pcnum pang dan bagasi dangan mangingat pad* aya/nt-ayarai dan b a U £ bate* ya n g driantukan dalam Ordonanai Pangangkutan U d a rt lndor>*«to (SiW ^619/100) d i n ayarat-ayarat umum pangangkutandaH pvngangbut. b. e -U P«num pang psoo u i l p * n«tim a «n bagaM M a k m*nga>jtian pfGMO. fnak.Q dir/iggcp b*ltwf. bagtst Mu talah t f tartma (U la m kaadaan tongkap 6*n bfiiH. c. S w m ia luntutcn gantf-k«ruglan h v u * d a p ^ dKmkSkan toaam y> kerugtan yang didarttj. T &r.gg*jrvg)awab tB rt«la s untuk kahHangan dan k v ru u k a n bagcal (ttatacfcan m jk t im u m R p. 1 0 .0 0 0 .- (tepuluh rib u rupiah) per kilogram . A
P v n g A r ^ k i i t U d a i a iwiaH b » h a n i } j v n v l a # a t >
fta ^v M k a n b t t t f t Q -
t a r «n g pocah-b*lc(i/c*pat butuk dan txnatang Ktdup |>ka dtangkut a«b«ga< ta g re ). a. Ptngangttm U d «rn M a k barianggungjawab larhadap uang, parNaaan. Ook'. k ^ a ift m baga*i.
?. T irtat s s o » i '> j p u o
d a rt A g o n -a g a n , p « g a w a l> p * g a w a l a ta u w a k it-w * td l pangang* t i A Iw f t s !-. r r w o g u b K h c t « u m a m h a t a lk a n a y a r a l-a y a r a l p a n g a n g k u t a n , tartp* u.iir>, 4 t L > .ir v p ? f a t u f » n d m a s d u o p * ra tu * a n -p a ra iu ra n ta in d a d p a n g a n g k u t y x n g ix>ri>.bu b niti a o b n flin n m A u p u n d a l w n k M a l u n j h a n n y a .
P«nw w p*ng yang ntm nnya tftrcantum dalam {»k«: « l d»t>CfttfiC3W',^ * i r i pads 5* T. AiuranaJ K an tgltn J > ta R*ha/)J M rd«s4/kan unA>/tg-umUr>g No. ?3/t 86-t Junr.lz perafuren pwaturxn palakMnaartnya.
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA UUCPIHAZT 4
1 o APR l.»l
i
1‘I O i r r ;U :lA :!A V :\ *I
Z
. •■; ’ • '
......; .V. -
-
~
w* •.
20
,!>. d
ui
•.TJLUl.-d.
1
: iJ A
■ I l- 'l v V ’A ' L ^ «M « =M « = = M =
u it U ,j ;
1
s- - - “ - E3^ = = = - - - -
. ’V - 'V *
•;;iO :V f r
7?o :
^
g a —33•
• uc;:/iu-:o •'..••• •
CA-_,5y c :> - 2a!;
330. 330
■c c ; ;
;I:
..
v- «j u i :
..
332
.
0 3 .2 0
.,
( 1 2 . <;5*
I)
G:-—335
:.
DAY:-.
:
OC. CO
I'. -
0 7 .j - -
v,
;
C ^.30
(...4 .-7 )
•' * ^
(1 2 3 4 5 -7 )
**»/
03.30
c c i;/ i0 J L .
oU.
3 0
« - j
CSJ.00
(.• 3
. '
C 3 .C 0
( 1 _____ C. )
C U jyC A Ii
G ?.C G
( . . 3 ------- )
ccs:
0 3 .3 0
(1 2 .4 5 .7 )
u c j:
'
A:1** •* i ■*
■ . uurC
;
<^.50
( ------- 5 - . )
1 0 -3 0
(• ...
■334-
c; uj ;
.
03.50
: ( l 2 3 4 .6 7 )
'.JA-3‘i7
CLlJv.
1 0 .3 0
(1 2 3 4 .
. ( “ 2 ......... )■■
.:ii-Y-.‘4
V.uL
* 1 J..J|0
('*2 3 -1 5 ^ 7 )
uA -341
CLiiC
*»■ »6 *)
g .'.-33: i
C*Jlv.
12.30
o /.-:.3. j
v'Jib
1 i!.3 0
( 12.i';5* / )
1 0 .5 0
(• »»* 5 " * / (1 2 3 4 .0 Y )
;
■725 •'■ ‘ . VbViXl
; 1 2 .i;5
•
.
. • * c c *;
•33 Cj •3 3 »
•
-330
uc j :
[125
' ' ‘ ’ IIuL
-3*50
CCK
■■
-U 3 7 “ " -337:7:’" -ixfS— -3 4 4 •.
U
; '• ♦
«
; '
’
Cui,.
:3.1U‘V
• •
r 'i-zv/arj/xzz' y'cMT/cai? -30Y'r-:- ■’■ Ciuf/CCdj* CCTiC
-3 5 0
_
-352. :3 5 4 ; ; r
:
(1 2 3 4 .^ 7 )
u,-.-3-;3
CCK
1'i*
cuic
1 4 .3 0
<1 r ^
: ( • '• • • 5 - - ) .f ' 's
G.i-3 4 3
'<4.50
;(1 .3 4 5 .7 )
(.;-‘-3 4 'j
-
!{
’
1 4 3 0
CUiC
r35&v~;r‘;
'
t ------- ti.
w»<»•
)
• C . . 3 ...0 G.\—0 Gil
c:«.4...y \ •i
, a . . .-
>5.50 ('< 2 3 4 5 * 7 )
15.50
:‘;CG1C -3
- 3.50
14.30
' 4vuiC
•:-CViZ
■ '( « . . . 5 . * )
. 1 4 *3 0 • j' ~ 1 u . *-> .
_
-3 4 4 ’••' ; ’ c c ;:
.(^ 3 4 5 -7 )
16.50
•(■» 2 3 4 5 ^ 7 )
17.50
. • (• -3 4 * ^ 1 )
17.50
-57.45
■
: "G .c o
■ ■ (...4 -.-)
: . 1C-CD
.C ..3 ..G .)
'
1 .50
; (
:
19.50
G
(
-'L :
)
20.50
. (
SLY
) : ■
SKRIPSI
(....5 ..)
i J •V*v«
fV -
/ j / • >v.
15.30
(1 -3 4 5 -7 )
♦M .*
15.45
;;V ‘
J i.U .li.
/m *• Ai---
19.00
1f .
C A -34 7
1 .30
( ..........' - )
Ai -
g a -34*7
COJC
•
1(5.30
(1 2 3 4 5 - 7 )
-V ..
GA—3'iy
ccj::
•
1 7.30
(1 2 3 4 5 0 .’ )
GA-351
c u ::
1U .30
(.. . .
HA—3 5 ‘
'Jt-J/Si
1^.30
‘J
G
-Uyo
g a -3 5 5
(1 .3 4 5 .7 )
•'V -
ct;i:
g a -3 5 3
-330.fr;; •?;icci:/iy:G:?r'K‘;' . 23. 20- • :' ( - 2 . . . ^ . ) —2——c; ——= = “ —= =s.--n=-t.
22.50
3 0
t
( ..........
> *3y »
1 ^ .0 0 k
)
•’' <J-
r*_,
c;a
( 1 ............ )
5
13.30
. co.-
10
*j*yj
- ■
zxi;
■ iJXir **
^ 0
13.50
L’Ut*.
^ 3 7 -,:>;sr r r
•
1 , 50 ;
VWJk ...... — rett/ss4r-
-340 . -3 4 2 '
• 1 1 .5 0
CGK-
’
*0.50
1
-V
..j
•334
3j
/J ;-
o y .c o
C UU'/JCUL
C llf
G A -0 3 c
A * • 3- - - . )
' ’ ; C 3 .5 0
CvflW
‘
(1 ..
‘ C v .0 0
•3 0^: ■'■ . c u r:
' ’.
'iV.-VlC
; G^’ .C O
co«* *
■300‘v.i-'
u*--—
: 0 7 -5 0 *
G lii
'u.v-33 3
. (1 2 3 4 5 . 7 )
07.50
c.;;:/ovji
'J
V.'^
■300
............,
1
C j ■; i’ :> v; •.
'
*
cciic
cc j :
.
iy
.00
i:.
0
^
'•
'
**
..)
5
( 1 2 3 4 . - '/ )
:.
. 0 ............) 1•
. j;.
.
■ i f; . 3 o
(
i*ij i
)
^V.
2 1 .3 0
(
i-'i'Y
)
l; ' , , A>-
il.C’. i f .
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
M&rpat! SiallON
SURABAY# F iiw r
s o c w jl c
BAH
SUMXrti
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
H'i!IT 'J 1 scm:inH.r_ .
i>a 11: : (QIM Y
Ni l
:
A/i:
U 1
'
I .
U2 U-i IK*
-Tjyu.
'J l \ I ' l J I i U A Y ,
I YIN :
r . m u
,
r.u jii
• 11 . 7: 17
i i.i
•: ; : ; u .
77
1
*
f/
M
l)
U
T
1
05.3 5
1
„
,
05.40
,
'G T.O E
'
07.35
'
’ 07.05
• 07.35
' 07.15
'
0 7 . 5U
»
•OEcCS,
’i a s . 05
1
•oy.35
5
10.05
1
' 10 . AS
*
11.05
'
' 10.45
'
11.15
'
v;
' 12.25
•
12.55
1
■ ;:*-j
' is^co
0
r j o20
•
' trJ o i 5
8
•: *•, 3 5
"
• "t 3 1 7 , I II
'
S(JU_ D K ^ F ,
1
'S S H .0 I4
'
o i»s -r.u i;~ 3 U';~ji
1711
'
JK r-IjU U -U L'O
U' J
i . m u
':;■ v n . i n 2
Of.
■ r . m u
• ?; r i n . i V i
07
'
r .
77
•: ; . ; n . z u u
• 3 KT*-5 i
11(1
• r.
i on
1:j:;n .irjii
1
LI‘ I
• r . i i m
• u r . n . *j u:5
1
HI
’
i . i mi
' V i H . 1 !,:v
• iii’ N - s : ; . r
11
'
11. 7 V I
’ S S I I . 1) 1 w
1
1/
• 11. 7: 17
1S S II.U K i
J
• u i ' i ; - y i i i 3- j K r - . ' i L C
1 1
’
;
^
-
’i t
J K r - J w ; - s j u - v - ■ K ! J 1 ' - Pl . t J : k 1 - 3 J U ■■
wK *
'
'
,
1
ETIJ
_
S U U - l ; K Y - U T i \ f - I .JK
■
1
' • E T A
Z
’
u m i
,5 U 0
’
1
!< J I
. ; ; : t ~ 5 ZN
1 l i SI I . 2 J 7
1
M 'iK -C -m -bli'J-.TK '.”
! t G »4
‘
!
S I H - O K ’ ^ C U G - L ' U v ■U P S
f f G „55
1
17 0 1 5
'
•
p
117.15
}
1 7 . 41!
•
' 17.25
'
17.45
1
** . f .u x*t. s , p . .w iv ^ u a
c17 . 10
1
—
!
' :;D ii»i).
1
J K 7 ' : ; l " « Iji'C-
‘ t0 .«o
'
1 0 . 5 T.
'
11 . 7 '.S7
•: » : n i , 1 ? v
'
‘l i i J - S U o - S K :
! 10.50
•
19.20
'
r . m c
1 %:;ii. 023
:
« 2t .35
(
-
’
i :s
'
r .
71
IA
*
f . n m
1 !>
• i.m i)
m
> r.H iu
17
'
1 .
10
>
r.H iu
■\v
'
20
1
V. 7
di a
k
.;:
’.
v
w
Ii 11
' •
L' j -
1
k
1
-.lU is -JK T
■(IE?
nKT
li
5 U H A l ) A \ " > j ^< 1
-
in nVi/i r
O '/
iii
---------------- \ ( r ~ '
SKRIPSI
-
lllJN
M IN
Vi
iii. .
.
■
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
K A O l \ / ■■J??
ahtk*G
B. m Bj ? 4 « 8. m
ro u to y dOU SOU iSOl* HOB &MJ
W9 742 40V 20* t02 ?a> 106
B . 1$ 7
SOU AC0 K>« a^w s^b 900 i«0
10t JUL9 ?©e> m -
i K* B . 737
g*T-scor
4 SB OJo^S* 06oec JlfA 07e55> SUB 3ToP® 4U5 t 1 e®8 - e s S20G6 *uv I?**©
59% n x
i 6> c» 2,fe IJ /-•?c5 «
V..-.,c ;V?. > XZ.X BA-j
f: a # «
49 « Rtit 9Fuel4<> 74* 4.4>£s 109 m s W9 m s
*»& oy.^5 16 o teuMaZS «*j* ^«0a© 3, ft <=> fcsA£5csi!f *y® I M S ia «=> 9hA4&£ft &fe ~ +ZJ&SIH «&s ift = tL 0 A aus sj0a© & ft <=> A Si la s*0s© it “ A Q h
,-<.U0N*..
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA P . T . MANDALA A I R L I N E S PERUAKILAN SURABAYA
D A I L Y
F L I G H T
S C H E D U L E
D A T E : _IQ
_
19
S3—
OUT GOING BERANGKAT NO. ,r
«. c
r
R r -
m -
j
_
_
_
|
1
REMARKS
ETD/-LT
-------
ii
fG 8
01
I! 8 • !•
IS& ! i
I _ WPG/AitJ
i 1 1 i 1 1
'
08o.^£
|
ii j:
.....
! :
.
IN COM'MG DATANG .
"“•If !
A. C
I
ho
jl
i-iiirj
I!i
01
TC 8
KDL 660
!
ETA/1.Y
i ' i > !
■
<
*we
REMARKS
.
07/^5 • -
REMARKS :
SURA3AYA.
(
SKRIPSI
OQ -
An
APBTL
A il1
-
19
j
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN
il
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
P E L IT A
AXS
PAN GAN
SsJFJLS A Y A
S E R V IC E NO.
da
: Periksa alaipa t dibawah.
hal
: Rencana Penerbangan.
Tanggal
/PENd/PAS /S UB/19 » 4 H I
Dengan hormat, SSSSIxOMll'nMBS'SjiS? W . PAS / PEETAMINA / ___ _____________tanggal a.cuoo............. ..... . 0„0. „„.. i===c=s==5=:ca /TANGGAL FLIGHT NO. a o it a* s aT e" ETA / ETD to-044*
(
xj/ XBHTaai pi asftjfflwsa&ys
KA4i20|
; b?® <* sm * at* );
3 7 * » / tWOO
saFsf-*.ata»aar aar;« #as » sa»
1fof5 / tt.15 / UtfO
;issus=3£sa«j:: c:iB=^s;T:;rsj Demikian ha rap meu;"aflik£.-i p^'Cr^a^ ia Yth« 1# DPPU pcrkimina 2* 3.
B ri,
2i,ixg/r. o w ^ / f c a j f n k B a .-a
In fe r m a -^ io u c .
Keteo. 5 .
A .M .C .
6. Catering.
PT. PEL2$A”m SERVICE .■'... _ ' ■Le^sagan ;8W»baya "7^ 1;
"’fcajala
SKRIPSI
TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ... MARTHIN LUTHER TARIGAN