Tanggapan terhadap artikel yang ditulis oleh Dr. Steven E. Liauw dari GITS tentang Perdebatan Istilah “Allah” Kesalahpahaman Linguistic dan Theologis Shalom, … Setelah saya membaca artikel dan tanggapan dari Bapak Dr.Steven E.Liauw terhadap tanggapan dari Bapak Prof. Kristian H. Sugiyarto, saya menyimpulkan beberapa garis besar terhadap artikel dan tanggapan Bapak Dr. Steven E.Liauw dari GITS. Beberapa hal yang dapat saya simpulkan adalah : Menurut Bapak Dr.Steven E. Liauw : - Kata “Allah” punya dua makna atau dua pengertian. Seperti dalam artikel Beliau yang saya simpulkan di bawah ini : Bagi orang Muslim, Allah adalah Nama Tuhan yang mereka sembah.Sedangkan Bagi orang Kristen di Indonesia ( secara khusus yang menggunakan Kata “Allah” ini ), Allah sama artinya dgn kata Tuhan/ Ilah. Sebagai dasar pertimbangan Beliau, Bapak Dr.Steven E Liauw mengatakan bahwa di dunia ada banyak sekali kata yang “sama” tetapi memiliki arti yang berbeda dari kata yang “sama” tsb. Seperti, football, dlsb. Tanggapan saya : Saya setuju dgn pernyataan Beliau, bahwa “satu kata” bisa memiliki dua arti atau lebih. Saya tambahkan contoh kata dari Bahasa Indonesia. Seperti kata “Bisa”. “Bisa” artinya Racun, tapi “Bisa” juga memiliki arti “Dapat” , “Can” atau “Able” dalam Bahasa Inggris. Tergantung kontek dimana kita menggunakan kata “Bisa” tsb. Tetapi untuk kasus kata “Allah”, pernyataan demikian tidak berlaku. Sebab, kata “Allah” bukan kata asli Bahasa Indonesia yang berbeda dgn kata “Bisa”. Kata “Allah” diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia sebagai Nama Tuhan orang Arab (Muslim), seperti yang saya kutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dalam gramatika berbahasa yang baik dan benar, setiap kata yang diadopsi dari kata bahasa yang lain HARUS mengikuti ARTI kata yang diadopsi tsb ! Saya ambil contoh kata yang kita kenal sehari-hari atau ada di sekitar kita. Seperti kata “Korupsi”, kata ini bukan kata asli Bahasa Indonesia melainkan kata ini diadopsi dari kata Bahasa Inggris “Corupption” yang diserap ke dalam Bahasa Indonesia. Lalu, apakah arti kata “Korupsi” dalam Bahasa Indonesia berbeda dgn arti kata “Corupption” Bahasa Inggris ? Tidak kan ?! Contoh lain, kata “Liauw”. Bahasa Indonesia tidak mengenal kata “Liauw” sebab kata ini bukan Bahasa Indonesia. Kata ini adalah salah satu kata marga Orang China. Tentu saja aslinya tidak tertulis dalam aksara A-Z. Kata “Liauw” merupakan “salinan” dari bahasa/kata aslinya ke dalam aksara abjad dan diserap dalam Bahasa Indonesia. Apakah artinya berubah dari kata aslinya ? Tidak !. Saya yakin, Beliau menggunakan kata tsb sebagai identitas diri Beliau sebagai salah Seorang dari marga tsb. Dan masih banyak lagi contoh lainnya. Kalo Beliau menganggap Orang Kristen yang tidak mau menggunakan kata Allah tidak mengerti Linguistik dan Sama sekali tidak mendasar, seperti yang tertulis dalam artikel “Perdebatan Istilah Allah, kesalahan linguistic dan theologis”. Justru saya melihat kesalahan dan tidak ada dasar itu ada pada Beliau yang tidak menguasai tata bahasa. Ketidakpahaman Beliau dalam tata Bahasa Indonesia juga terlihat dalam pernyataan sbb: Bapak Dr Steven E. Liauw menulis :
C. Bahwa Kata Allah Sudah Menjadi Bagian dari Bahasa Indonesia Satu hal yang harus selalu diingat dalam pembahasan mengenai kata “Allah,” adalah bahwa kata “Allah” sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Memang, kata “Allah” berasal dari bahasa Arab. Namun ratusan tahun yang lalu, kata ini telah masuk ke dalam nusantara dan menjadi bagian dari kosa kata bahasa Indonesia. Jadi, pembahasan kata “Allah” dalam bahasa Indonesia, haruslah mengacu kepada aturan-aturan bahasa Indonesia, bukan bahasa Arab.
Kelompok “anti-Allah” senang membahas tentang kata “Allah” dalam bahasa Arab. Mereka berkata bahwa kata Allah tidak dapat diberi akhiran milik, seperti “Allahku,” “Allahmu,” atau “Allahnya.” Dengan ini mereka berargumentasi bahwa Allah adalah nama pribadi, bukan suatu gelar atau jabatan. Argumen seperti ini sama sekali tidak mengenai inti persoalan. Bagaimana kata “Allah” dipakai dalam bahasa Arab sama sekali tidak mempengaruhi pemakaiannya dalam bahasa Indonesia. Karena kata “Allah” telah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia, penggunaannya dalam bahasa Indonesia mengikuti aturan Indonesia, bukan aturan Arab. Memang benar kata Allah sudah menjadi bagian dari kosakata Bahasa Indonesia dan aturan penulisannya harus mengikuti tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi jangan lupa, walaupun sudah menjadi bagian dari Bahasa Indonesia dan penulisannya mengikuti tata Bahasa Indonesia, penempatan “kata yang diadopsi itu” harus mengikuti arti kata/penempatan dari kata yang diadopsi itu. Artinya, kata yang diadopsi itu aslinya sebagai apa ? Dalam hal ini, peran nama pribadi dan sebutan menjadi penting, sehingga pola penulisannya tidak salah. Di Negara manapun dan Bahasa apapun di dalam dunia ini, Nama Pribadi dalam bahasa apapun tetap diperlakukan sebagai Nama Pribadi. Contoh sederhana saja, ada Orang namanya Mei Hua, ketika dia pergi ke Amerika dan sesampai di kantor Imigrasi Amerika, namanya tidak akan diganti Mrs. Flower. Walaupun Mei Hua juga berarti Flower dalam bahasa Inggris. Sama halnya dgn kata Allah ini, Allah dalam Bahasa Arab itu Nama Pribadi. Oleh sebab itu, penulisannya pun harus menempatkan kata Allah ini sebagai Nama Pribadi di dalam penulisan bahasa apapun. Perlu kita ingat, sebuah kata dari bahasa lain bukan BARANG DAGANGAN yang bisa diperlakukan sesuka hati kita, sekalipun kata tersebut sudah menjadi bagian dari Bahasa Indonesia sejak lama, apalagi kata itu menyangkut Nama Pribadi. Kenapa saya katakan seperti itu, karena, menurut pandangan saya, Bapak Dr Steven E. Liauw ini punya pandangan seperti itu. Pasalnya dalam artikel itu Beliau mengatakan, kata Allah ini sudah lama, sudah ratusan tahun dalam Bahasa Indonesia, jadi ini sudah jadi milik Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, kata ini bisa dipakai sesuka hati, istilahnya semau gue! Karena Allah sudah milik Bahasa Indonesia, mau ditulis dgn bentuk apapun menjadi tidak masalah. Padahal, Beliau menyadari kata Allah dalam bahasa Arab itu sendiri tidak bisa diperlakukan seperti itu. Saya yakin bukan tidak bisa, tetapi ada “sesuatu” yang membuat
Bahasa Arab sendiri tidak bisa menuliskannya. Kenapa ? Untuk lebih jelasnya, saya akan coba tampilkan beberapa kalimat dalam Bahasa Arab yang saya kutip dari Kitab Suci Kristen/ Alkitab. Versi Arabic Bible : ( www.arabicbible.com ) Kej 1 : 1
.ض َ ت وَاﻻ ْر ِ ﺴﻤَﺎوَا ﷲ اﻟ ﱠ ُ ﻖا َ ﺧ َﻠ َ ﻓِﻲ ا ْﻟ َﺒ ْﺪ ِء Note : Kata yang berwarna merah adalah Allah (common noun ). Dalam Arabic Bible, kata Allah (proper noun) ini untuk menterjemahkan Elohim (Ibrani, common noun).
Sedangkan versi Arab Bible tidak menggunakan kata Allah untuk menterjemahkan Elohim, melainkan dgn kata “al – ilah”. Seperti yang tertulis di bawah ini : Versi Arab Bible : ( www.arabbible.com ) Kej 1 : 1
.ض َ ت وَاﻻ ْر ِ ﺴﻤَﺎوَا ﻖ اﻹﻟﻪ اﻟ ﱠ َ ﺧ َﻠ َ ﻓِﻲ ا ْﻟ َﺒ ْﺪ ِء Note : Kata yang berwarna merah adalah Al-Ilah (common noun). Dalam Arab Bible, kata “al-ilah”(common noun) untuk menterjemahkan Elohim(common noun).
Dilihat dari tata bahasa, terjemahan Arab Bible lebih tepat. Asal katanya “Common Noun” (Elohim), diterjemahkan dalam Bahasa Arab juga menggunakan kata “Common noun” ( al-ilah). Sehingga ketika ketemu kata Elohim yang terikat dgn awalan ataupun akhiran, terjemahan Arab Bible tetap konsisten dengan kata “Ilah”. Berbeda sekali dgn Arabic Bible.
Mari kita lihat kedua terjemahan Bahasa Arab di atas ketika mereka menterjemahkan kata “Eli, Eli, lama sabaktani” dalam kitab Matius 27 : 46. Versi Arabic Bible dan Arab Bible : Matius 27 : 46.
»إِﻳﻠِﻲ إِﻳﻠِﻲ:ﻼ ً ﻋﻈِﻴ ٍﻢ ﻗَﺎ ِﺋ َ ت ٍ ﺼ ْﻮ َ ع ِﺑ ُ خ َﻳﺴُﻮ َ ﺻ َﺮ َ ﺳ َﻌ ِﺔ ِ ﻋ ِﺔ اﻟﺘﱠﺎ َ ﺤ َﻮ اﻟﺴﱠﺎ ْ َو َﻧ ( ِإ َﻟﻬِﻲ ِإ َﻟﻬِﻲ ِﻟﻤَﺎذَا َﺗ َﺮ ْآ َﺘﻨِﻲ؟:ي ْ ﺷ َﺒ ْﻘ َﺘﻨِﻲ« )َأ َ َﻟﻤَﺎ Note : Kata yang berwarna merah artinya Ilah-ku, Ilah-ku atau Tuhan-ku,Tuhan-ku. ( Arab : Ilah-i, Ilah-i ). Bahasa Inggris : My God, My God….
Coba perhatikan kata yang berwarna merah. Ketika kata Elohim terikat dgn akhiran, dalam hal ini adalah “Eli” ,Penterjemah Arabic Bible mengganti kata Allah menjadi kata Ilah. Pertanyaannya kenapa demikian ? Kenapa tidak langsung saja dituliskan Allah-ku atau Allah-i dalam Bahasa Arab ? Kenapa mesti diganti Ilah- i ?
Dari sini kita bisa mengerti, Allah dalam bahasa Arab adalah Nama Pribadi. Sebab Nama Pribadi tidak bisa diberi awalan ataupun akhiran.Berbeda dgn Sebutan atau Gelar. Dalam artikel yang ditulis oleh Bapak Dr. Steven E.Liauw, Beliau berkali-kali mengatakan bahwa kata Allah bagi Orang Kristen adalah Sebutan atau Gelar. Pertanyaan saya adalah, Dasarnya apa Beliau bisa mengatakan seperti itu ? Jadi, kalau Beliau mengatakan Orang Kristen yang tidak mau menggunakan kata/nama Allah “senang” membahas Nama Allah ini dalam Bahasa Arab, seperti yang saya kutip dalam artikel Beliau, jelas ini bukan persoalan senang atau tidak, tetapi saya mengerti dan menyadari, suatu kata yang diadopsi tidak terlepas dari “arti kata asli” yang diadopsi itu. Sebagai kesimpulan, kata Allah ditinjau dari segi tata Bahasa Indonesia, Allah adalah Nama Tuhan Orang Islam. Itu memang BENAR adanya ! Itu fakta. Mari kita sebagai Orang Kristen, “Bangunlah diri kita sendiri di atas DASAR IMAN( Firman Tuhan) kita yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus” ( Yak 1: 20 ). Kita harus banyak belajar, sebab “Semangat Saja Tidak Cukup !”. Semoga ini menjadi Berkat. Tuhan Yesus memberkati. Ditulis oleh : Andreas ( Komsel Exodus ).