PERDEBATAN NAMA ALLAH: Pdt. Budi Asali, M.Div. VS Yakub Sulistyo, S.Th., M.A. (bagian 2) Pengutipan dari artikel ini HARUS mencantumkan: Dikutip dari: http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/nama_allah02.html
Alergi debat? Baca ini: “Sebab dengan tak jemu-jemunya ia [Apolos] membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.” (Kis. 18:28, TB-LAI)
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
NAMA TUHAN UMAT NASRANI Dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini, kasus Nama Tuhan bagi umat Nasrani di Indonesia muncul dipermukaan. Tudingan sesat, sekte atau bidat, kelompok sempalan, kelompok kurang cerdas yang bikin onar, bahkan disinyalir sebagai “saksi Yehuwa” yang berganti baju dan sebagainya menjadi makanan setiap hari bagi umat Nasrani yang memunculkan Nama Yahweh. Sebenarnya siapakah Nama Tuhan umat Nasrani? 1. Apa yang melatar-belakangi tudingan tersebut? Umat Nasrani di Indonesia yang memunculkan Nama Yahweh sebagai Nama Tuhannya, dianggap sesat, sekte atau bidat, kelompok sempalan, kelompok kurang cerdas yang bikin onar, “Saksi Yehuwa” yang berganti baju dan sebagainya, karena menghilangkan kata “Allah” dan “ALLAH” dari terjemahan Kitab Suci terbitan Lembaga Alkitab Indonesia serta mengganti beberapa bagian dari kata “Tuhan” dan “TUHAN”. Akibat tindakan tersebut rupanya menyebabkan gereja-gereja dan sinode-sinode di Indonesia “Shock” berat sehingga berupaya untuk meredam sekuat tenaga dengan berbagai cara, salah satu diantaranya adalah membenturkan gerakan baru tersebut kepada ormas Islam dengan alasan menghina agama Islam karena dikatakan “membuang” Allah dan membenturkannya juga kepada Pemerintah Republik Indonesia karena dianggap membuat resah. Hal itu penulis alami sendiri ketika bulan Agustus 2001 mulai mengajarkan kepada jemaat yang digembalakannya di Gereja Bethel Indonesia “Yerikho” Ambarawa, sehingga penulis dipecat dari Sinode Gereja Bethel Indonesia dan disidang oleh Muspika, Linmas, Depag, dan harus berurusan dengan DPRD dan Bupati Kab. Semarang, bahkan sampai ke Laskar Jihad. Namun dengan penjelasan yang disampaikan justru mereka semua dapat menerima gerakan tersebut. 2. Apa yang melatar-belakangi gerakan “pemulihan Nama Tuhan”?. Sebenarnya gerakan Nama Tuhan ini datang dari Tuhan Yahweh sendiri sesuai dengan nubuatan : 2
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
a. Kitab Daniel 12: 4 dimana akhir jaman pengetahuan akan disingkapkan / bertambah, bukan hanya pengetahuan sekuler, melainkan juga pengetahuan theologia. Tanggapan Budi Asali: Dan 12:4 – “Tetapi engkau, Daniel, sembunyikanlah segala firman itu, dan meteraikanlah Kitab itu sampai pada akhir zaman; banyak orang akan menyelidikinya, dan pengetahuan akan bertambah."”. Saya tidak melihat bahwa ayat ini ada hubungannya dg gerakan nama TUHAN! Tangapan Yakub : Saya menghargai pandangan bapak. Lalu menurut bapak, pengetahuan apa yang bertambah? Apakah pengetahuan ttg nama TUHAN salah? Kalau salah dimana salahnya? Melihat kenyataan adanya perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sekuler dan pemahaman ttg nama Yahweh yg begitu jelas sampai ke org2 awam yg tdk sekolah theologia sekalipun menurut bapak bagaimana? Org yg tdk berpendidikan theologia bisa membedakan antara NAMA DIRI, SEBUTAN dan BAHASA, namun yg bertitel berderet2 sangat sulit mengerti. Hal itu krn memang kasih karunia dari Yahweh dan dari Yeshua sendiri. Tanggapan Budi Asali: Saya tak peduli pengetahuan apa. Jgn coba membelokkan serangan saya. Saya hanya tunjukkan bahwa ayat ini tak ada urusannya dg nama YHWH. Siapa bilang semua orang tahu nama itu. Sudah pernah tanyakan, dan adakan angket, ttg hal itu? Siapa bilang tidak bisa membedakan? Saya membedakan nama YHWH dan kata TUHAN tapi saya mensahkan perubahan itu krn dukungan PB dan LXX.
3
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
b. Kitab Kisah Rasul 3: 21 dimana Kristus / Ha Masiakh harus tetap tinggal di sorga sampai terjadi pemulihan segala sesuatu, termasuk pemulihan Nama Tuhan yang sudah hilang dan tidak dikenal oleh umatNya sendiri di Indonesia. Tanggapan Budi Asali: Kis 3:21 – “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu”. Saya juga tidak melihat bahwa ayat ini ada hubungannya dg gerakan / pemulihan nama TUHAN! Anda ngawur saja pakai ayat! Tanggapan Yakub : Di Indonesia Nama Yahweh sudah diterjemahkan menjadi TUHAN dan ALLAH (huruf kapital semua) dlm PL dan Tuhan (hanya T nya saja yang huruf besar) dlm PB, sehingga akibat penerjemahan ini nama Yahweh sekarang tidak dikenal dan dianggap sesat. Dan sekarang hal itu sedang dipulihkan!. Saya tidak ngawur pak, tetapi ini kenyataan, padahal ALLAH, Allah atau allah itu sama saja, tdk ada huruf besar atau huruf kecil, itu adalah nama sesembahan orang Arab pra Islam dan nama sesembahannya umat Islam yang diadopsi oleh Kristen. Kitab sucinya umat Kristen tdk ada kata ALLAH! Nah... kalau begitu siapa yang ngawur? Padahal firman Tuhan mengajar agar Jangan menyebut nama Yahweh dengan sembarangan (Kel 20: 7), coba bapak renungkan, dipanggil sembarangan saja dilarang apalagi diganti dengan sembarangan! Kel 23: 13 juga Tuhan melarang kita memanggil nama sesembahan lain!. ALLAH itu nama sesembahan lain, bukan nama sesembahannya Avraham, Yishaq dan Yaaqov. Coba bapak tanya kepada Dr. Peter Wagner guru besar di Fuller Theological Seminary, beliau pernah menulis naskah dgn jelas ttg siapa allah itu. Tanggapan Budi Asali: Anda tak bisa menjawab serangan saya, shg lalu membelokkan pembicaraan. Saya bilang tak ada hubungan Kis 3:21 dg pemulihan nama YHWH. Pemulihan segala sst yg dibicarakan
4
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
dlm Kis 3:21 itu, dr mana sdr simpulkan mencakup penggunaan nama YHWH. Ayat itu jelas menunjukkan bahwa pemulihan itu hrs terjadi pd akhir jaman / saat Yesus dtg ke2xnya. Sebelum itu Yesus (sbg manusia) hrs tetap ada di surga. Kalau pemulihan segala sesuatu itu mencakup nama YHWH, berarti itu juga hrs terjadi pd saaqt Yesus datang ke2xnya! Jadi, jawab serangan saya, jgn membelokkan! Saya sama sekali tak bicara ttg kata ‘ALLAH’, jadi jawaban anda itu menjawab apa? Pakai logika kalau menjawab / berargumentasi. Kalau mau salahkan pengubahan (bukan penterjemahan) YHWH menjadi KURIOS / TUHAN / LORD, salahkan LXX / PB, krn LXX / PB yg melakukan itu shg org kristen juga melakukannya. Umat Nasrani yang dianggap sesat, sekte dan sebagainya seperti tudingan tersebut diatas, sebenarnya justru kembali ke Kitab Suci Asli yang berbahasa Ibrani dimana kata “Allah” atau “ALLAH” yang dalam huruf Arab tidak mengenal huruf kapital atau tidak, adalah merupakan Nama Tuhan dari umat Islam, tidak pernah ada dalam kitab tersebut dan mengoreksi kesalahan terjemahan dari Lembaga Alkitab Indonesia dan mengembalikannya sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dan kerinduan hati Tuhan sendiri, bukan mengubah isi Firman Tuhan seperti tudingan umat Nasrani dan para Theolog yang belum menerima pemulihan Nama Tuhan ini. Tanggapan Budi Asali: Siapa mengatakan bahwa kata ‘Allah’ mrpk nama dr Tuhan orang Islam? Kata ‘Allah’ berarti ‘the God’, bukan suatu nama, dan istilah ini sudah dipakai oleh orang2 Kristen di Arab sebelum Islam ada! Dari mana saya mendapatkan hal ini? 1) Dari Bambang Noorsena. 2) Dari seorang kyai Islam yang mengundang saya khotbah 3 x di tempatnya. Ia bernama Sumardi, punya gelar S2 dalam Islam, dan mengaku bisa berbicara dalam bahasa Arab.
5
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
3) Dari sumber-sumber lain di bawah ini: Microsoft Encarta Reference Library 2003: “Allah, Arabic name of the supreme being. The term is a contraction of the Arabic al-llah, ‘the God.’ Both the idea and the word existed in pre-Islamic Arabian tradition, in which some evidence of a primitive monotheism can also be found. Although they recognized other, lesser gods, the pre-Islamic Arabs recognized Allah as the supreme God” (= ). Microsoft Encarta Reference Library 2003 (related articles, definition of Allah): “for God, Allah, refers to the same God worshiped by Jews and Christians. Islam’s central teaching is that there is only one all-powerful, all-knowing God, and this God created the universe. ... The Arabic word ‘Allah’ means ‘the God,’ and this God is understood to be the God who brought the world into being and sustains it to its end. ... Before Islam, many Arabs believed in a supreme, all-powerful God responsible for creation; however, they also believed in lesser gods. With the coming of Islam, the Arab concept of God was purged of elements of polytheism and turned into a qualitatively different concept of uncompromising belief in one God, or monotheism” (= ). Adam Clarke (tentang Kej 1:1): “As the word 'ELOHIYM is the term by which the Divine Being is most generally expressed in the Old Testament, it may be necessary to consider it here more at large. It is a maxim that admits of no controversy, that every noun in the Hebrew language is derived from a verb, which is usually termed the radix or root, from which, not only the noun, but all the different flections of the verb, spring. This radix is the third person singular of the preterite or past tense. The ideal meaning of this root expresses some essential property of the thing which it designates, or of which it is an appellative. The root in Hebrew, and in its sister language, the Arabic, generally consists of three letters, and every word must be traced to its root in order to ascertain its genuine meaning, for there alone is this meaning to be found. In Hebrew and Arabic this is essentially necessary, and no man can
6
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
safely criticize on any word in either of these languages who does not carefully attend to this point. I mention the Arabic with the Hebrew for two reasons: 1. Because the two languages evidently spring from the same source, and have very nearly the same mode of construction. 2. Because the deficient roots in the Hebrew Bible are to be sought for in the Arabic language. The reason of this must be obvious, when it is considered that the whole of the Hebrew language is lost except what is in the Bible, and even a part of this book is written in Chaldee. Now, as the English Bible does not contain the whole of the English language, so the Hebrew Bible does not contain the whole of the Hebrew. If a man meet with an English word which he cannot find in an ample concordance or dictionary to the Bible, he must of course seek for that word in a general English dictionary. In like manner, if a particular form of a Hebrew word occur that cannot be traced to a root in the Hebrew Bible, because the word does not ocour in the third person singular of the past tense in the Bible, it is expedient, it is perfectly lawful, and often indispensably necessary, to seek the deficient root in the Arabic. For as the Arabic is still a living language, and perhaps the most copious in the universe, it may well be expected to furnish those terms which are deficient in the Hebrew Bible. And the reasonableness of this is founded on another maxim, viz., that either the Arabic was derived from the Hebrew, or the Hebrew from the Arabic. I shall not enter into this controversy; there are great names on both sides, and the decision of the question in either way will have the same effect on my argument. For if the Arabic were derived from the Hebrew, it must have been when the Hebrew was a living and complete language, because such is the Arabic now; and therefore all its essential roots we may reasonably expect to find there: but if, as Sir William Jones supposed, the Hebrew were derived from the Arabic, the same expectation is justified, the deficient roots in Hebrew may be sought for in the mother tongue. If, for example, we meet with a term in our ancient English language the meaning of which we find difficult to ascertain, common sense teaches us that we should seek for it in the Anglo-Saxon from which our language springs; and, if necessary, go up to the Teutonic, from which the Anglo-Saxon was
7
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
derived. No person disputes the legitimacy of this measure, and we find it in constant practice. I make these observations at the very threshold of my work, because the necessity of acting on this principle (seeking deficient Hebrew roots in the Arabic) may often occur, and I wish to spear; once for all on the subject. The first sentence in the Scripture shows the propriety of having recourse to this principle, We have seen that the word 'ELOHIYM is plural; we have traced our term ‘God’ to its source, and have seen its signification; and also a general definition of the thing or being included under this term, has been tremblingly attempted. We should now trace the original to its root, but this root does not appear in the Hebrew Bible. Were the Hebrew a complete language, a pious reason might be given for this omission, viz., ‘As God is without beginning and without cause, as his being is infinite and underived, the Hebrew language consults strict propriety in giving no root whence his name can be deduced.’ Mr. Parkhurst, to whose pious and learned labours in Hebrew literature most Biblical students are indebted, thinks he has found the root in 'AALAAH, ‘he swore, bound himself by oath’; and hence, he calls the everblessed Trinity 'ELOHIYM, as being bound by a conditional oath to redeem man, etc., etc. Most pious minds will revolt from such a definition, and will be glad with me to find both the noun and the root preserved in Arabic. ALLAH is the common name for GOD in the Arabic tongue, and often a more emphatic form is used. Now both these words are derived from the root 'ALAHA, ‘he worshipped, adored, was struck with astonishment, fear, or terror,’ and hence, ‘he adored with sacred horror and veneration,’ CUM SACRO HORRORE AC VENERATIONE COLUIT, ADORAVIT. WILMET. Hence, ILAHON, ‘fear, veneration, and also the object of religious fear, the Deity, the supreme God, the tremendous Being.’ This is not a new idea; God was considered in the same light among the ancient Hebrews; and hence, Jacob swears by the fear of his father Isaac, Gen. 31:53. To complete the definition, Golius renders ALAHA, JUVIT, LIBERAVIT, ET TUTATUS FUIT, ‘he succoured, liberated kept in safety, or defended.’ Thus, from the ideal meaning of this most expressive root, we acquire the most correct notion of the divine nature, for we learn that God is
8
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
the sole object of adoration, that the perfections of his nature are such as must astonish all those who piously contemplate them, and fill with horror all who would dare to give his glory to another, or break his commandments; that consequently he should be worshipped with reverence and religious fear; and that every sincere worshipper may expect from him help in all his weaknesses, trials, difficulties, temptations, etc.; freedom from the power, guilt, nature, and consequences of sin; and to be supported, defended and saved to the uttermost and to the end” (= ). Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Allah’: (Arabic: ‘God’), the one and only God in the religion of Islam. Etymologically, the name Allah is probably a contraction of the Arabic al-Ilah, ‘the God.’ The name’s origin can be traced back to the earliest Semitic writings in which the word for god was Il or El, the latter being an Old Testament synonym for Yahweh. Allah is the standard Arabic word for ‘God’ and is used by Arab Christians as well as by Muslims. ... Copyright © 1994-2000 Encyclopædia Britannica, Inc. Names of God (PC Study Bible): “There is another word from which some say Elohim is derived. It is Alah, which is said to mean to declare or to swear. Thus it is said to imply a covenant relationship. Before examining this derivation, however, it may be well to say that in either case, whether El or Alah, the idea of omnipotence in God is expressed. To make a covenant implies the power and right to do so, and it establishes the fact of ‘absolute authority in the Creator and Ruler of the universe.’ So the Elohim is seen making a covenant with Abraham, and because there is none greater He swears by Himself. ‘By myself I have sworn.’ In Gen 17 we see perhaps a combination of both of these derivations. In verse 1 we have: ‘I am the Almighty God [El-Shaddai]; walk before me, and be thou perfect’; in verse 7: ‘I will establish my covenant between me and thee and thy seed after thee in their generations for an everlasting covenant, to be to thee Elohim and to thy seed after thee’ - that is, to be with them in covenant relationship” (= ).
9
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Vine (OT): “’elah, ‘god.’ This Aramaic word is the equivalent of the Hebrew ’eloah. It is a general term for ‘God’ in the Aramaic passages of the Old Testament, and it is a cognate form of the word ’allah, the designation of deity used by the Arabs” (= ). A. Heuken SJ: “Alkitab, Terjemahan Arab. Sebelum kebangkitan Islam, agama Kristen berdiri kokoh di beberapa tempat di Jazirah Arab, khususnya di bagian baratnya dan di Yaman. Sejak abad ke 2 bagian-bagian dari Kitab Suci sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk digunakan sebagai bacaan dalam ibadat” - ‘Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 87. Catatan: Buku ini dari perpustakaan STRIS. A. Heuken SJ: “Mengingat sejarah terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Arab, peraturan beberapa negara bagian Malaysia, yang melarang orang Kristen menggunakan kata-kata Arab seperti nabi, Allah ... adalah tidak adil. Sebab kata-kata itu sudah digunakan sebelum zaman nabi Muhammad oleh orang Kristen bangsa Arab” - ‘Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88. A. Heuken SJ: “Kata ‘Allah’ merupakan perpaduan dua kata Arab: ‘al’ dan ‘ilah’, artinya ‘the God’ atau Yang (Maha)kuasa. Kata Semit ‘ilah’ sama arti dan akarnya dengan kata Ibrani ‘el’, yang berarti ‘yang kuat’, ‘yang berkuasa’ dan menjadi sebutan untuk ‘Tuhan’” - ‘Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88. A. Heuken SJ: “Sebelum masa Muhammad, kata ‘Allah’ sudah dipakai dalam bahasa Arab untuk Pencipta alam semesta yang terlalu jauh atau tinggi untuk disembah atau dimintai perhatian. Orang Kristen keturunan Arab pada waktu itupun sudah memakai sebutan ‘Allah’ untuk Tuhan” - ‘Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88-89. Dari semua ini jelas bahwa kata ‘Allah’ bukan nama, tetapi berarti ‘the God’, dan istilah itu sudah digunakan oleh orangorang kristen Arab jauh sebelum Islam ada.
10
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Yakub : ALLAH itu NAMA PRIBADI bukan SEBUTAN atau Al-ilah seperti yang disampaikan oleh Bambang Noerseno. Justru Bambang Noorseno ngawur dan membohongi pendeta2 yg tdk mengerti bahasa Arab. Buktinya diajak dialog terbuka dgn teman saya aja tdk berani!. Silakan bapak hubungi Bambang Noorseno! Tanyakan kebenaran ini, ini pernah dimuat di SalibNet!. Tanggapan Budi Asali: a) Saya bukan hanya beri dr Bambang, tetapi juga dr kyai islam itu, dan dr ensiklopedi2 terkemuka, dan seorang ahli sejarah. Mengapa anda tak menanggapi? Mrk ngawur semua? Jawab ini! b) Saya juga anggap Bambang sesat, tetapi krn hal2 lain. Dlm bahasa Arab dll, saya yakin dia memang mampu. Dia tak berani debat, belum tentu krn takut kalah. Bisa krn alasan lain. Jadi, itu tak membuktikan pandangan anda yg benar. c) Teman anda yg ajak Bambang debat itu siapa? Teguh Hindarto? Soalnya argumentasi anda sama tololnya dg punya dia dlm hal ini! Dia juga bilang Allah itu nama pribadi, dan jg bahwa PB bahasa aslinya adalah bahasa Ibrani. Luar biasa bodohnya! Bahasa Inggris bilang itu ignorance! Tapi ttg ini saya bicarakan nanti saja di bawah.
3. Apa bedanya dengan “Saksi Yehuwa”? Saksi Yehuwa justru sama dengan kelompok umat Nasrani yang masih belum menerima pemulihan Nama Tuhan / Yahweh, karena kedua-duanya masih sama-sama menggunakan kata “Allah” dalam Kitab Sucinya. Sedangkan umat Nasrani yang kembali kepada Kitab Suci Asli yaitu bahasa Ibrani sudah tidak lagi mengucapkan atau menyebut kata “Allah” atau “ALLAH”.
11
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Nonsense! Kalau mau kembali ke bahasa Ibrani maka harus pakai kata Ibrani. Siapa yang haruskan hal seperti itu? Kalau memang demikian, seluruh Perjanjian Baru juga salah, karena tidak kembali ke Kitab Suci bahasa Ibrani. Tanggapan Yakub : Bapak harus membedakan antara NAMA DIRI dengan BAHASA. Yahweh itu NAMA DIRI bukan BAHASA, jadi kitab bisa dlm bahasa apa saja tetapi nama diri tdk diterjemahkan. Saya punya kitab berbahasa Tagalog, Illokano, Urdu, tidak mengubah nama Yahweh walaupun bahasanya berbeda-beda. Kalau bapak bertanya atau membaca dlm Kitab Suci berbahasa Mandarin, nama Yahweh juga tdk diterjemahkan tetapi ditulis Yehohwa (kira2 vokalnya demikian) bahkan LAI juga mencetak Kitab Suci punya Katholik edisi pastoral juga pakai Yahweh, sayangnya masih menggunakan kata allah yg dianggap sebagai sebutan, padahal allah bukan sebutan tetapi nama pribadi juga!. Perjanjian Baru pun mau pakai bahasa apa saja tdk masalah, asal nama Yahweh jangan diubah!. Tanggapan Budi Asali: LXX dan PB jg pakai kata KURIOS. Pd jaman Yesus hidup di dunia, Ia dan rasul2 jg menggunakan LXX. Ini terlihat dr fakta bahwa kutipan2 PL sering sesuai dg LXX, dan bukan dg PL bahasa Ibrani. Jadi, LXX, Yesus, rasul2 juga tak bisa bedakan nama dg bahasa? Dlm hal ini menyalahkan kami berarti menyalahkan Yesus dan rasul2, dan jg PB! Kalau mau ikuti argumentasi anda, maka saya katakan bahwa nama tak shrsnya diubah sama sekali dlm bahasa yg berbeda. Mengapa nama YHWH berubah? Apakah kalau saya ke USA nama saya menjadi BUDAI ESELAI, krn diinggriskan?
12
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
4. Dimana kesalahan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia? Kami menyadari bahwa penerjemah Lembaga Alkitab Indonesia adalah orang orang yang dipakai Tuhan untuk melakukan karya penerjemahan Kitab Suci dengan dipenuhi Roh Kudus / Ruakh Ha Kodesh sehingga banyak orang mengenal Yesus / Yeshua, namun bukan berarti orang yang dipenuhi Ruakh Ha Kodesh bebas dari kesalahan, akhir jaman ini banyak hamba-hamba Tuhan yang dipenuhi Ruakh Ha Kodesh dan dipakai Tuhan dengan kuasa mujizat dan tanda tanda heran yang menyertainya jatuh dalam dosa, baik dosa masalah materi maupun dosa perzinahan. Dibawah ini merupakan contoh kesalahan terjemahan Kitab Suci terbitan Lembaga Alkitab Indonesia yang telah dianggap sebagai tolok ukur kebenaran dari Kitab Suci umat Nasrani di Indonesia. a. Yesaya 42: 8. (Huruf Ibrani dibaca dari kanan ke kiri) !Ta-al rxal ydwbkW ymv aWh hwhy yna ~ylysPl ytLhtW Bunyinya : Ani Yahweh hu sh’mi uk'vodi leakher lo-eten ut'hilati lap'silim. Dimana artinya “Aku ini Yahweh, itu namaKu; Aku tidak memberikan kemuliaanKu kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung.” Dalam ayat tersebut Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan “Nama Yahweh” menjadi “TUHAN” b. Kejadian 15: 8. hnvrya yk [da hmB hwhy ynda rmayw Bunyinya : Wayomar adonai Yahweh bama edaa ki irashena. Dimana artinya “Katanya, Tuhan Yahweh, dari mana aku tahu, bahwa aku akan memilikinya.” Di sini Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan “Nama Yahweh” menjadi “ALLAH” Tanggapan Budi Asali: Biarpun dalam bahasa Ibrani memang menggunakan YAHWEH, tetapi dalam LXX / Septuaginta diterjemahkan menjadi KURIOS, dan itu digunakan pada jaman Yesus dan rasul-rasul. Yesus tak pernah mengkritik penterjemahan itu, dan itu berarti tidak menyalahkannya, tetapi sebaliknya, merestuinya! 13
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Yakub : LXX menerjemahkan Yahweh menjadi KURIOS krn huruf Yunani tdk mengenal abjad YHW sehingga Yeshua ditulis Iesous. Sama dengan huruf Arab tdk mengenal vokal e sehingga dlm Kitab Suci berbahasa Arab nama Yahweh terpaksa ditulis dgn Yahwah namun hal itu tdk masalah sebab tdk mengganti dgn nama lain! Kalau bapak katakan bahwa dgn LXX diterjemahkan menjadi KURIOS dan digunakan jaman Yesus dan rasul2 lalu bapak menganggap Yeshua / Yesus merestuinya, mana ayatnya yg mengatakan hal itu? Yg ada justru Yeshua mengatakan dlm Mattai / Matius 22: 37 “Wayomer Yeshua elaiw weahavtta et Yahweh eloheikha be’kal-le’vavkha uvkal-nafshekha uvkalmaddaekha” Firman Yeshua: Kasihilah Yahweh elohimmu / Tuhanmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Hanya org yg berusaha mempertahankan nama ALLAH aja yg menganggap tdk masalah, Yeshua sendiri mengajar untuk mengasihi Yahweh!. Ayat yg saya tulis itu dari Haverit Hakadasha yg oleh orang2 yg anti PB dlm bhs Ibrani dianggap menerjemahkan dari Yunani, itupun nama Yahweh masih tetap dan tidak berubah! Apalagi kalau di Kitab DuTilled Hebrew? Jelas tdk akan mengubah nama Yahweh! Saya punya kitabnya!. Pertanyaan saya kepada bapak Budi, kenapa bapak lebih suka yg terjemahan dr pada yg asli? Apakah krn sdh biasa? Tanggapan Budi Asali: Yosua / Yehosua menjadi Yesus, atau IOANES menjadi Yohanes masih ada kemiripan, shg itu mrpk peyunanian, pengindonesiaan. Tetapi YHWH menjadi KURIOS tak ada miripnya sama sekali. Ini betul2 suatu perubahan, tetapi yg dilakukan LXX maupun PB, jadi punya otoritas ilahi! Mana ayatnya? Dlm semua kutipan dr ayat2 PL yg menggunakan YHWH, maka kata / nama YHWH itu diubah menjadi KURIOS. Itu ayat2nya, banyak sekali. Kalau Y/ tak menyetujui perubahan itu,
14
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
mengapa Ia membiarkannya dan bahkan jg melakukannya? Krn itu saya katakan Ia merestuinya! Anda tetap anggap Matius bahasa aslinya adalah Ibrani. Saya tak peduli dg omong kosong ini. Saya berpendapat bahwa PB bahasa aslinya adalah bahasa Yunani! Memang, saya yakin semua PB bahasa Ibrani diterjemahkan dr PB aslinya, yaitu Yunani. Anda bilang nama YHWH tak berubah di sana? Itu dlm aslinya KURIOS, tetapi waktu diterjemahkan ke Ibrani, lalu dikembalikan ke YHWH. Yg punya otoritas dlm pengajaran adalah bahasa aslinya, bukan terjemahannya! Anda yg suka terjemahannya dp aslinya. Saya yakin PB asli dlm Yunani, dan itu sebabnya saya pro pd yg asli! Anda yg gunakan terjemahannya. Herman Hoeksema: “From this practice must undoubtedly also be explained the fact that the Septuagint uniformly translates hvhy by Kurioj” [= Dari praktek ini tidak diragukan harus dijelaskan fakta bahwa Septuaginta secara seragam menterjemahkan hvhy (YHWH) dengan Kurioj (KURIOS)] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 68. Herman Bavinck: “We do know, however, that the LXX already read Adonai for Jehovah; hence the translation Kyrios” (= Tetapi kami tahu bahwa LXX / Septuaginta sudah membaca ‘Adonay’ untuk ‘Yehovah’; dan dari sini muncul terjemahan ‘Kurios’) - ‘The Doctrine of God’, hal 103. William Hendriksen (tentang 1Tes 1:1): “In the LXX the name ‘Lord’ (kurioj) translates ‘Jehovah,’ the God of Israel. It is more often the rendering of Jehovah than of anything else. (At times it is the equivalent of Adon, Adonai, Baal, etc.)” (=) - hal 40. Bahkan Perjanjian Baru, pada waktu mengutip Perjanjian Lama yang menggunakan kata YAHWEH, selalu menterjemahkan dengan kata KURIOS. Tanggapan Yakub : Karena bahasa Yunani tidak mengenal abjad Y H W.
15
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Saya tak peduli apa alasannya, pokoknya PB mengganti! Dan itu ditulis dg pengilhaman Roh Kudus, dan krn itu pasti betul! PB bisa mentransliterasikan Haleluya, mengapa tak bisa lakukan pd nama YHWH? John Calvin: “we know from the common custom of the Greeks that the apostles usually substitute the name kurioj (Lord) for Jehovah” [= kita / kami tahu dari kebiasaan umum dari orang-orang Yunani bahwa rasul-rasul menggantikan nama kurioj (Tuhan) untuk Yehovah] ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 20. Walter Martin: “It can be shown from literally thousands of copies of the Greek New Testament that not once does the tetragrammaton appear, not even in Matthew, possibly written in Hebrew or Aramaic originally, and therefore more prone than all the rest to have traces of the divine name in it, yet it does not! Beyond this, the roll of papyrus (LXX) which contains the latter part of Deuteronomy and the divine name only proves that one copy did have the divine name (YHWH), whereas all other existing copies use KYRIOS and THEOS, which the Witnesses claim are ‘substitutes.’ ... the Septuagint with minor exeptions always uses KYRIOS and THEOS in place of the tetragrammaton, and the New Testament never uses it at all” [= Bisa ditunjukkan dari ribuan naskah dari Perjanjian Baru berbahasa Yunani bahwa tidak sekalipun tetragrammaton (= 4 huruf / YHWH) muncul, bahkan tidak dalam Matius, yang naskah aslinya mungkin ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram, dan karena itu lebih condong daripada semua sisanya untuk mempunyai jejak dari nama ilahi di dalamnya, tetapi ternyata tidak ada! Di luar ini, gulungan papirus (LXX) yang mempunyai bagian terakhir dari kitab Ulangan dan nama ilahi itu hanya membuktikan bahwa satu copy / naskah memang mempunyai nama ilahi (YHWH), sedangkan semua naskah lain yang ada menggunakan KURIOS dan THEOS, yang oleh Saksi-Saksi Yehuwa diclaim sebagai ‘penggantipengganti’. ... Septuaginta dengan perkecualian yang sangat sedikit selalu menggunakan KURIOS dan THEOS di tempat dari
16
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
tetragrammaton, dan Perjanjian Baru tidak pernah menggunakannya sama sekali] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 74. Walter Martin: “Relative to the nineteen ‘sources’ the Watchtower uses (pp. 30-33) for restoring the tetragrammaton to the New Testament, it should be noted that they are all translations from Greek (which uses KYRIOS and THEOS, not the tetragrammaton) back into Hebrew, the earliest of which is A.D. 1385, and therefore they are of no value as evidence” [= Berhubungan dengan 19 ‘sumber’ yang digunakan Menara Pengawal (hal 30-33) untuk mengembalikan tetragrammaton kepada Perjanjian Baru, harus diperhatikan bahwa semua itu adalah terjemahan dari bahasa Yunani (yang menggunakan KURIOS dan THEOS, bukan tetragrammaton) kembali ke dalam bahasa Ibrani, dan yang paling awal adalah pada tahun 1385, dan karena itu semua itu tidak mempunyai nilai sebagai bukti] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 74. Tanggapan Budi Asali: Mengapa tak ada tanggapan utk semua kutipan di atas ini? Org2 itu ngawur semua? Dan itu menunjukkan adanya suatu otoritas ilahi untuk menterjemahkan YAHWEH sebagai TUHAN / LORD! Anda berani menyalahkan Perjanjian Baru / Firman Tuhan? Tanggapan Yakub : Kalau mengganti Nama Tuhan tentu saja salah donk pak! Apakah nama Budi Asali kalau di Amerika berubah? Kenapa saya tdk berani mengatakan salah kalau Alkitab sendiri mengatakan salah?. Tuhan Yahweh tdk pernah mengijinkan namaNya diubah!. Tolong bapak jawab juga pertanyaan saya, tunjukkan ayat yg mengijinkan nama Yahweh diubah! Apakah krn dipakai dlm bhs Yunani langsung kita “anggap” berarti Tuhan merestui? Padahal ayat larangannya sdh ada! Bagaimana kalau ada Alkitab yg menerjemahkan nama Yahweh dgn Kwankong dll dgn alasan kontekstual dan itu sdh berlangsung lama, apakah juga berarti Tuhan merestui?
17
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Lalu apakah kalau misalkan saya mau mencuri atau membunuh berarti Tuhan mengijinkan krn saya sdh melakukan sekian tahun lamanya dan tdk bermasalah? Lalu bagaimana dgn larangan jangan mencuri dan jangan membunuh yg sdh ada? Apakah itu tdk berlaku krn pencurian dan pembunuhan telah saya lakukan dan berlangsung bertahun2... tolong bapak berikan argumentasinya! Tanggapan Budi Asali: Anda terus ngotot spt banteng menyeruduk tanpa otak! Jawab argumentasi saya. Kalau PB ubah, itu otoritas ilahi, krn PB diilhamkan Roh Kudus. Anda berani salahkan PB / Roh Kudus? Kalau berani, anda saya anggap kafir. Kalau ndak berani, berarti PB benar ubah YHWH jadi KURIOS. Itulah ijinnya!!!!! Bukan krn bahasa Yunani, tetapi krn itu dlm PB! Masih nggak ngerti, atau pura2 ndak mengerti? Anda mengatakan ‘Alkitab sendiri mengatakan salah’. Saya tanya: Alkitab bagian mana yg mengatakan salah? Itu tak masuk akal, Kalau alkitab menyalahkan, berarti menyalahkan PB. Itu berarti KS tabrakan dg KS. Saya tak percaya omong kosong spt itu!
c. Roma 10: 13 jlmy hwhy ~vb arqy-rva lk-yk Bunyinya : ki-kol a’sher-yiq’ra v’shem Yahweh yimalet. Dimana artinya “Sebab barang siapa berseru dalam nama Yahweh, akan diselamatkan.” Tetapi di sini Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan “Nama Yahweh” menjadi “Tuhan”. Tanggapan Budi Asali: Omong kosong! Ini ayat Perjanjian Baru, biarpun ini merupakan kutipan dari Perjanjian Lama (Yoel 2:32), tetapi tetap menggunakan bahasa Yunani. Anda mendapatkan bahasa Ibraninya dari mana? Kalau dari Kitab Suci Ibrani, itu berarti itu diterjemahkan dari bahasa aslinya (Yunani). Kalau anda 18
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
mendapatkan dari Perjanjian Lama (karena ayat ini mengutip Perjanjian Lama), maka saya anggap lucu, karena ini adalah ayat Perjanjian Baru, yang ditulis oleh orang yang diilhami Roh Kudus, sehingga tidak bisa salah. Karena dalam bahasa Yunani maka tidak mungkin bisa ada kata YAHWEH! Yang digunakan adalah kata Yunani KURIOU, yang secara tepat diterjemahkan ‘Tuhan’! Tanggapan Yakub : Tolong bapak kalau diskusi dengan hati yang sejuk pak! Jangan pakai kata2 intimidasi. Saya tidak bicara omong kosong!. Kalau bapak berpikir bahwa PB yg berbahasa Ibrani itu terjemahan bhs Yunani, kenapa dalam ayat Mattius 22: 37 di atas nama Yahweh masih ditulis? Coba bapak juga jawab! Dalam Matius 1: 1- 17 di ayat 17 dikatakan sejak pembuangan ke Babel sampai jaman Hamasiakh / Kristus ada 14 generasi, coba bapak hitung dr ayat 12 – 21, ada berapa generasi? Cuma 13 khan pak? Lalu yg satu nama kemana? Kalau bapak baca dlm Kitab DuTillet Hebrew, ada satu nama yg tdk tertulis yaitu nama Avner, yg shrsnya ada di ayat 13. Mana yg asli? Hebrew atau Yunani yg salah-salah dalam menyalin? Menurut bapak bagaimana utk masalah ayat tsb? Nanti saya sodorkan ayat2 yg lain yg membuktikan bahwa PB itu ASLI nya dr Hebrew. Kalau bapak ktkan bhw KURIOS diterjemahkan TUHAN, kenapa Yeshua waktu berteriak di kayu salib tdk mengatakan Theos Mou.... theos mou? Yang oleh LAI diterjemahkan Allahku allahku? Bukankah Lai menerjemahkan Theos dgn Allah? Bapak jangan mengatakan “Anda mendapatkan bahasa Ibraninya dr mana?” Saya punya Kitabnya koq pak!. Mau bukti bapak bisa datang ke rumah saya nanti saya tunjukkan!. Kalau tdk ada kitabnya saya menulis huruf2 Ibrani itu dr mana? Ngaraang.... ya nggak donk pak! Tanggapan Budi Asali: Saya tanya: anda ngerti kata ‘intimidasi’ itu atau ndak? Apakah saya menakut2i anda dg kata2 ‘omong kosong’ itu? Saya katakan
19
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
itu, krn bagi saya omongan anda memang omong kosong! Anda lebih senang dg orang munafik yg berbicara bukan apa adanya? Mat 22:37 versi Ibrani, ‘mengembalikan’ nama YHWH itu, krn itu kutipan dr PL. Jadi, dlm arti sebenarnya mrk bukan ‘menterjemahkan’, tetapi mengubah! Mat 1:1-17, saya tak perlu hitung. Kalau anda katakan beda, itu krn terjemahan ke Ibrani itu mengalami kesalahan. Penterjemahan bisa salah kan? Atau, pd waktu mrk menterjemahkan, mrk lalu menambahkan nama yg mrk anggap kurang dlm Yunaninya. Atau mrk menggunakan manuscript Yunani yg ada nama itu, sedangkan KS Indonesia / Inggris yg tak punya nama itu menterjemahkan dr manuscript yg tak punya nama itu. Memang kdg2 dlm PB Yunani tetap dituliskan bahasa Ibrani atau Aramnya. Itu banyak ada dlm KS, tetapi itu tak membuktikan bahwa asli seluruh PB adalah Ibrani. Tetapi kata2 asli DIUCAPKAN oleh Yesus dlm Ibrani / Aram. Skrg perhatikan Mat 27:46 itu – “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Kalau PB aslinya dlm bahasa Ibrani, dan Yesus ucapkan kata2 itu jg dlm bahasa Ibrani, lalu utk apa ayat itu menterjemahkan kata2 Yesus dr bahasa Ibrani ke bahasa Ibrani? Jawab pertanyaan ini!!! Ini berlaku juga utk byk ayat spt: Joh 1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" Joh 1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya:
20
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
"Kami telah Kristus)."
menemukan
Mesias
(artinya:
Joh 1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)." Joh 20:16 Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Ac 1:19 Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri "Hakal-Dama", artinya Tanah Darah--. Perlunya penterjemahan / pemberian arti dlm ayat2 ini menunjukkan bahwa PB mayoritas ditulis dlm bahasa Yunani, dan krn itu, pd kata2 tertentu dimana digunakan bahasa Ibrani, maka kata2 itu diberi arti dlm bahasa Yunani. Sekarang saya tanya lagi, dlm PB Ibrani anda, ayat2 itu bunyinya bgm?
d. Mattithayu / Matius 4: 4 hyxy wdbl ~xLh-l[ al yK bwtK rmayw ![yw hwhy-yp acwm-lK-l[ yK ~dah Bunyinya: Wayaan wayomer katuv ki lo al-hallekhem l’vaddo yikh’ye haadam ki al-kal-motsa pi-Yahweh. Namun disini Lembaga Alkitab Indonesia telah menerjemahkan “Nama Yahweh” menjadi “Allah”. Tanggapan Budi Asali: Sekarang saya yakin anda mengambil sumber kutipan dalam Perjanjian Lama, yaitu Ul 8:3. Saya tanya anda: anda anggap apa tentang Perjanjian Baru? Hanya Perjanjian Lama yang adalah Firman Tuhan, sedangkan Perjanjian Baru bukan? Penulis21
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
penulis Perjanjian Baru diilhami Roh Kudus, dan tidak bisa salah; anda percaya itu? Lembaga Alkitab Indonesia tidak salah menterjemahkan, karena kata Yunani dari Mat 4:4 menggunakan THEOU, jadi diterjemahkan ‘Allah’. Anda bukan menyelahkan Lembaga Alkitab Indonesia saja, tetapi menyalahkan penulispenulis Perjanjian Baru yang diilhami Roh Kudus, dan itu sama dengan menyalahkan Roh Kudusnya sendiri! Tanggapan Yakub : Ada banyak ayat2 dlm PB yg aslinya pakai nama Yahweh dan tidak diterjemahkan! Tetapi LAI sdh menerjemahkannya dgn Tuhan (hanya T nya yg kapital), beda dengan yg PL dimana nama Yahweh diterjemahkan dgn ALLAH huruf kapital semua dan TUHAN huruf kapital semua. Ini bukti LAI tdk konsekuen! Saya tdk menganggap PB bukan firman Tuhan! Coba bapak tunjukkan kalimat dr saya yg mengatakan PB bukan firman Tuhan! Mohon bapak jangan menafsirkan pikiran saya donk pak!. Saya memaklumi bapak mengatakan seperti di atas krn bapak berpikir PB tdk ada yg berbahasa Ibrani!. Sebagai org yg bertitel MDIV, seharusnya bapak tahu sejarahnya kenapa PB sampai dianggap aslinya berbahasa Yunani!. Padahal firman Tuhan mengatakan bahwa pengajaran datang dr Sion! Bukan dari bangsa lain! Tetapi dr bangsa Yahudi yg berbahasa Ibrani bukan Yunani. Kalau bapak melegalkan PB ASLINYA YUNANI, berarti secara tdk langsung bapak mengakui bahwa kebenaran keselamatan juga bisa datang dr bangsa kafir?. Mana ayatnya pak? Tanggapan Budi Asali: a)LAI menterjemahkan spt itu, krn PL memang beda dg PB. Dlm PL asli digunakan YHWH, dlm PB asli digunakan KURIOS! b)Siapa mengatakan anda anggap PB bukan FT? Saya kan hanya bertanya? Ini pertanyaan menyerang, masih nggak ngerti? Kalau anda memang percaya PB adalah FT, maka bgm bisa salahkan PB, yg terjemahkan YHWH jadi KURIOS? Bukankah itu berarti anda salahkan FT?
22
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
c) Saya tak berkata tak ada PB bahasa Ibrani. Saya katakan bahasa aslinya bukan bahasa Ibrani tetapi bahasa Yunani. d)Sama, saya heran org punya gelar S. Th. dan M. A. kok bisa begitu ignorant ttg fakta yg diketahui semua orang, dan didukung bahkan oleh ensiklopedi sekuler, bahwa PB asli adalah dlm bahasa Ibrani! Saya anggap anda sbg org yg tidak belajar, atau anda belajar dr org2 yg sama butanya. Orang buta menuntun org buta! e)Jgn permainkan ayat yg katakan pengajaran dtg dr Sion. Anda katakan itu artinya pengajaran dtg mula2 dr bgs Yahudi, saya bisa terima. Tetapi kalau anda tambahkan dr bgs Yahudi yg berbahasa Ibrani, apa dasarnya? Sama sekali tak ada kata2 spt itu dlm ayatnya. Anda melakukan eisegesis, bukan exegesis! f) Yg menggunakan bahasa Yunani itu adalah orang2 Yahudi, jadi keselamatan / pengajaran tetap dtg dr Sion. Dan ayat itu juga tak boleh diartikan bahwa ajaran tak bisa dtg dr non yahudi. Mula2 dr Yahudi, tetapi lalu diteruskan ke non Yahudi, dan non yahudi teruskan lagi! Bagaimana mungkin “satu nama” yaitu “Nama Pribadi” Yahweh diterjemahkan menjadi TUHAN, ALLAH, Tuhan dan Allah? Dengan terjemahan “Nama” tersebut maka dunia kekristenan mengenal istilah Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus yang sangat populer di kalangan gereja, namun istilah itu dalam bahasa Ibrani sebenarnya tidak pernah ada. Tanggapan Budi Asali: Sekali lagi, anda menyalahkan penulis-penulis Perjanjian Baru! Anda kira anda siapa? Tentang istilah yang tidak ada, kalau ajarannya ada, lalu mengapa tidak boleh? Anda tak setuju juga dengan istilah Tritunggal? Lalu bagaimana dengan istilah ‘sakramen’, ‘free will’, yang semuanya tak ada dalam Kitab Suci? Anda percaya itu / mengajarkan itu atau tidak? Mengapa selalu mengacu pada bahasa Ibrani? Bagi anda bahasa Yunani bukan bahasa Kitab Suci?
23
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Yakub : Sekali lagi bapak salah dlm menafsirkan kalimat saya!. Saya tdk pernah mengatakan PENULIS PB SALAH. Tetapi penerjemahnya PB yang ngawur shg yg lebih mempercayai PB dlm bhs Yunani juga ngawur!. Kenapa bapak kaitkan masalah TRITUNGGAL dgn SAKRAMEN dan FREE WILL? Apa hubungannya dgn TRITUNGGAL dgn pembahasan kita ttg NAMA Yahweh? Bapak perlu ingat, oleh bapak2 gereja istilah TRITUNGGAL / TRINITY itu tdk membicarakan KEBERAPAAN TUHAN, tetapi KEBAGAIMANAAN TUHAN!. Karena saya bukan penyembah 3 Tuhan tetapi 1 Tuhan (Mono Theisme). Saya mengacu ke Ibrani krn bahasa Yunani itu terjemahan! Bukan ASLI!. Coba bapak beli buku “Ruakh Emet” oleh Jimm S. Trimm. Disitu dibuktikan secara arkeologis dan historis serta pengakuan dari bapak2 gereja bahwa PB itu ASLI nya IBRANI bukan YUNANI. Tanggapan Budi Asali: Penulis PB yg mengubah YHWH menjadi KURIOS!!!!!! Jadi, kalau itu salah, maka penulis PB salah, dan PB jg salah! Saya tanya sekali lagi, berani salahkan PB? Kalau tak mengerti bgm saya mengkaitkan, ya sudah. Ngomong dg anda ‘sukar’! Buat apa saya beli buku sampah spt itu? Kalau dia katakan bahasa asli Pb adalah bahasa Ibrani, dia tolol, dan tak terpelajar, jadi, saya tak sudi belajar dr org spt itu. Kalau anda memang niat debat, jgn suruh saya lihat di sini atau di sana. Tuliskan / kutip kata2 mrk.Kalau bapa grj, dr buku apa dan bapa grj yg mana, dan kata2nya apa. Saya juga tuliskan kalau mengutip. Anda tak mau berjerih payah ‘demi dipulihkannya nama YHWH’????? Saya banyak sekali menggunakan buku2 tafsiran, dan dlm PB semua penafsir selalu mengacu pd bahasa Yunani, bukan bahasa Ibrani. Mengapa demikian kalau bahasa asli adalah bahasa Ibrani?
24
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Saya beri contoh: Adam Clarke (ttg Mat 5:1): “Matthew 5:1 And seeing the multitudes, he went up into a mountain: and when he was set, his disciples came unto him: [And seeing the multitudes] Tous ochlous, these multitudes, namely those mentioned in the preceding verse, which should make the first verse of this chapter. … [His disciples] The word matheetees, signifies literally a scholar. Those who originally followed Christ considered him in the light of a divine teacher; and conscious of their ignorance, and the importance of his teaching, they put themselves under his tuition, that they might be instructed in heavenly things. Having been taught the mysteries of the kingdom of God, they became closely attached to their divine Master, imitating his life and manners; and recommending his salvation to all the circle of their acquaintance. This is still the characteristic of a genuine disciple of Christ. ”. Perhatikan bagian yg digaris-bawahi. Itu Yunani, bukan Ibrani, bukan? Mengapa Ia membahas Yunaninya, bukan Ibraninya, kalau PB memang bahasa aslinya adalah bahasa Ibrani? Saya beri contoh lain: Dlm Yoh 1:18 ada problem text, shg ada 4 golongan manuscript. Semuanya dlm bahasa Yunani, mengapa bukan Ibrani? A. T. Robertson: “The only begotten Son ho monogenees huios. This is the reading of the Textus Receptus and is intelligible after hoos monogenous para patros in John 1:14. But the best old Greek manuscripts (a, B, C, L) read monogenees Theos (God only begotten) which is undoubtedly the true text. Probably some scribe changed it to ho monogenees huios to obviate the blunt statement of the deity of Christ and to make it like John 3:16. But there is an inner harmony in the reading of the old uncials. The Logos is plainly called Theos in John 1:1. The Incarnation is stated in John 1:14, where he is also termed monogenees. He was that before the Incarnation. So he is "God only begotten," "the Eternal Generation of the Son" of Origen's phrase”.
25
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Hal lain lagi, A. T. Robertson ini ahli Yunani, dan krn itu ia hanya menulis buku tafsiran ttg PB, sebaliknya Keil & Delitzsch ahli bahasa Ibrani, dan krn itu hanya menulis buku tafsiran ttg PL. Mengapa demikian, kalau PB dan PL sama2 bahasa aslinya adalah Ibrani, spt yg anda claim mati2an? e. Ye’khez’qel / Yehezkiel 34: 16. trBvnlw byva txdnh-aw vqba tdbah-ta hqzxh-taw hnmvh-taw qzxa hlwxh-taw vbxa jpvmb hn[ra dymva Bunyinya: et-haovedet a’vaqesh we’et-hanidakhat ashiv we’lanish’beret ekhe’vosh we’et-hakhola a’khazzeq we’ethash’mena we’et-hakha’zaqa ash’mid er’enna ve’mish’pat. Kata “ashmid” dalam bahasa Ibrani berarti Runtuh / Hancur, namun Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan dengan “Lindungi” sehingga bukan “….. yang gemuk dan yang kuat akan Kuhancurkan;” melainkan diterjemahkan “……. yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi;” – coba bandingkan dengan terjemahan bahasa Inggris. Tanggapan Budi Asali: Ini tak ada hubungannya dengan kata ‘Allah’ dan ‘Tuhan’, dan karena itu saya tidak tanggapi. Lebih baik kita fokuskan pembicaraan ini pada satu pokok saja. Saya tahu terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia banyak yang salah, saya tidak memeriksa yang satu ini. Dan saya tak mau Lembaga Alkitab Indonesia disalahkan pada saat sebetulnya Lembaga Alkitab Indonesia benar, seperti dalam kasus Mat 4:4 di atas! Tanggapan Yakub : Ini sebagai bukti kalau LAI itu bukan Tuhan yg tdk bisa salah, bukankah bapak ktkan bahwa mrk itu org2 yg penuh Roh Kudus? Apakah kalau org penuh Roh Kudus tdk bisa salah? Kalau masalah ini bapak anggap tdk ada kaitannya dgn masalah Nama, kenapa pembahasan Nama koq melebar ke masalah BAHASA? Sdh jelas NAMA beda dgn BAHASA. Kalau bapak tdk mau LAI disalahkan, coba buktikan kebenaran dlm ayat di atas donk!. 26
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Anda sedang ngelindur / mengigau? Kapan saya katakan penterjemah LAI penuh Roh Kudus? Dan kapan saya katakan LAI tak bisa salah? Yg saya katakan adalah dlm ubah YHWH jadi TUHAN LAI tak salah, krn didukung oleh LXX dan PB yg ubah YHWH jadi KURIOS! Menyalahkan LAI dlm hal ini sama dg menyalahkan PB / FT / Tuhan sendiri! 5. Akibat kesalahan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Dengan Lembaga Alkitab Indonesia mengadopsi kata “Allah” atau “ALLAH” dan beberapa kesalahan yang lain, maka : a. Tidak sesuai dengan kaidah penerjemahan dimana “Nama Diri” tidak bisa diterjemahkan. Allah adalah Nama Diri sesembahan umat Islam, sedangkan Yahweh adalah nama diri dari sesembahan umat Nasrani seperti contoh berikut: ymv aWh hwhy yna Ani Yahweh hu sh’mi – Aku ini Yahweh itu NamaKu (Yeshayahu/Yesaya 42: 8A) hwhy ymv-yK Ki-sh’mo Yahweh – NamaKu Yahweh (Yirmeyahu/Yeremia 16: 21) Tanggapan Budi Asali: Di atas sudah saya buktikan bahwa ‘Allah’ bukan nama! Saya tahu bahwa YAHWEH tidak bisa diterjemahkan. Pada waktu Perjanjian Baru mengutip ayat Perjanjian Lama yang menggunakan nama YAHWEH itu, Perjanjian Baru mengubahnya (bukan menterjemahkannya) menjadi KURIOS / Lord / Tuhan. Bahwa Perjanjian Baru melakukan itu, maka jelas bahwa ada otoritas ilahi untuk penggantian nama YAHWEH menjadi Lord / Tuhan! Kalau anda tak setuju ini, anda menentang otoritas ilahi / Kitab Suci sendiri! Tanggapan Yakub : Nah... bapak mengatakan YAHWEH tdk bisa diterjemahkan! Kenapa tdk dipegang kebenaran ini! Saya sdh mengatakan kenapa bahasa Yunani mengubah (seperti kt bapak di atas), 27
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
karena tdk mengenal huruf YHW. Pernyataan itu sendiri “Pada waktu PB mengutup ayat PL yg menggunakan nama YAHWEH” seperti kalimat bapak di atas membuktikan kalau PB Yunani itu bukan bahasa asli Firman Tuhan. Dengan bukti apa bapak mengatakan kalau pengubahan YAHWEH menjadi KURIOS ada otoritas ilahi? Apakah tindakan yg tdk sesuai isi hati Yahweh, bapak jadikan sbg otoritas ilahi? Bagaimana bapak berpikir hal itu? Saya tunggu jawaban bapak!. Tanggapan Budi Asali: Saya tak peduli apa alasan PB ubah, tetapi kalau PB ubah, itu dg otoritas ilahi. Ada byk ayat PB yg kutip PL, tetapi bunyinya diubah. Contoh: Ada perbedaan antara Mikha 5:1 dengan Mat 2:5-6: Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Mat 2:5-6 - “(5) Mereka berkata kepadanya: ‘Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: (6) Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel.’”. Mikha 5:1 - Efrata. - Yang terkecil.
Matius 2:5-6 - tanah Yudea / Yehuda. - Bukan yang terkecil.
Dlm hal itu anda katakan PB salah? Saya tidak berkata demikian, krn PB adalah FT, dan pasti punya alasannya utk mengubah. Saya sudah jelaskan hanya anda memang menutup mata. PB itu FT, dan PB ubah YHWH jadi KURIOS. Jadi itu otoritas ilahinya.
28
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Sebaliknya saya tanya, dr mana anda katakan bahwa perubahan itu ‘tindakan yg tdk sesuai isi hati Yahweh’? b. Ayat-ayat Kitab Suci akan saling bertentangan. Contohnya, Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Kitab Ulangan 6: 4 “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.” Menurut Tata Bahasa Indonesia yang baik, arti dari kalimat “TUHAN itu Allah kita” adalah “Ada Allah yang kita sembah Namanya TUHAN.” Padahal TUHAN itu bukan NAMA melainkan SEBUTAN, sebab setiap agama punya TUHAN masing-masing. Sedangkan dalam Kejadian 33: 20 Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan “Ia mendirikan mezbah disitu dan dinamainya itu : “Allah Israel ialah Allah.” Menurut Tata Bahasa Indonesia yang baik, arti dari kalimat “Allah Israel ialah Allah” adalah “Ada Allah yang disembah oleh Israel namanya Allah.” Bagaimana mungkin Allah bisa menjadi NAMA DIRI sekaligus menjadi SEBUTAN?. Terjemahan yang benar dari Kitab Ulangan 6: 4. dxa hwhy wnyhla hwhy larfy [mv Bunyinya: Sh’ma Yisra’el Yahweh eloheynu Yahweh 'ekhad, yang artinya : Dengarlah hai orang Israel, Yahweh itu Tuhan kita Yahweh itu Satu. Terjemahan yang benar dari Kitab Kejadian 33: 20. larfy yhla la wl-arqyw xBzm ~v-bcyw Bunyinya: Wayatsev-sham miz’bbeakh wayiqra-lo El elohei Yisrael, yang artinya : Dan dia mendirikan altar disana dan dia menamai El Tuhannya Israel. El adalah bentuk singkat dari Elohim yang berarti sesembahan. Bisa diartikan El yang benarbenar El adalah El nya Israel. Tanggapan Budi Asali: Perubahan YAHWEH menjadi TUHAN didukung oleh Perjanjian Baru, jadi, anda tak berhak menyalahkan penterjemah dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris dan sebagainya pada 29
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
waktu menterjemahkannya menjadi LORD / TUHAN. Saya tidak anti penggunaan nama YAHWEH, tetapi saya anti kalau hal itu diharuskan! Kalau itu diharuskan, saya tanya anda: a) Mengapa Perjanjian Baru mengubahnya menjadi KURIOS? b) Gara-gara ketakutan bangsa Israel menyebut nama YAHWEH itu, mereka selalu mengganti pembacaan YHWH menjadi ADONAY. Setelah ratusan tahun maka jaman sekarang tak ada yang tahu pengucapan yang pasti dari nama itu. Anda dapat pengucapan YAHWEH dari mana? Bukankah aslinya hanya YHWH? Huruf hidupnya anda dapat dari mana? Siapa tahu pengucapannya adalah YAHAWIH, YUHUWUH, YAHIWOH, dsb? Sekarang pertanyaannya, kalau Allah memang MENGHARUSKAN kita menggunakan namaNya, mengapa Ia mengatur dalam sejarah sehingga pengucapan nama itu hilang, dan sekarang tak ada yang tahu bagaimana pengucapan sebenarnya? c) Apakah Yesus pernah mengajarkan bagaimana mengucapkan YHWH itu? Kalau Ia pernah ajarkan itu, pasti rasul-rasul tahu, dan kita juga akan tahu. Jadi, saya yakin Yesus tak pernah ajarkan pengucapan nama itu. Kalau memang harus digunakan Ia pasti ajarkan. Bahwa Ia tak ajarkan, berarti nama itu tak harus digunakan! d) Sebetulnya patut dipertanyakan apakah menebak huruf hidupnya itu bisa dibenarkan. Seandainya yang benar adalah YUHWIH, tetapi anda menyebutnya YAHWEH, apakah anda tak salah? Sebagai contoh, nama saya BUDI. Apakah saya tak marah kalau ada orang yang mengubahnya dengan menyebutnya BODO? Tanggapan Yakub : Terjemahan YAHWEH menjadi TUHAN walaupun didukung oleh PB, itu bukan PB bahasa asli lho pak! Kitab suci yg menggunakan bhs Inggris juga SALAH!. Karena telah mengubah nama YAHWEH menjadi LORD dan GOD dlm huruf kapital semua, krn itulah mk sdh ada Kitab Suci dlm bhs Inggris yg mengembalikan nama YAHWEH dgn tdk menerjemahkannya. Saya punya “The
30
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Scripture” Hebraic Roots Version terbitan th 2002 yg tdk lagi ada kt LORD dan GOD tetapi Yahweh dan Elohim. Silakan bapak berkunjung ke rumah saya nanti saya tunjukkan juga referensi2 saya yg ternyata bapak tidak miliki!. Dalam PB nama Yahweh juga banyak krn disesuaikan dgn bahasa aslinya dan nama Yesus pakai YESHUA. Tanggapan Budi Asali: Tak peduli anda anggap yg mana yg asli, bagi saya aslinya bahasa Yunani. Kalau tak mau percaya, tetaplah dlm kebodohan anda. KS Ibrani anda cuma terjemahan dr Yunani ke Ibrani. Itu tak buktikan apa2. Tanggapan Yakub : Kalau bapak mengatakan “Saya tidak anti penggunaan nama YAHWEH, tetapi saya anti kalau hal itu di haruskan!” Ingat bapak Budi, saya TIDAK PERNAH MENGHARUSKAN. Tetapi Firman Tuhanlah yg mengharuskannya. Saya tdk punya kuasa utk mengharuskan, tetapi saya belajar tunduk dgn Tuhan yg mengharuskan namaNya jangan diubah2 ataupun disebut dengan sembarangan itu.
Tanggapan Budi Asali: Sama saja, jgn mbulet kalau bicara dg saya. Kalau KS haruskan orang ke gereja, anda haruskan atau tidak? Kalau FT haruskan, dan anda tidak mengharuskan, anda bukan hamba Tuhan. Semua hamba Tuhan punya kuasa mengharuskan kalau itu memang diharuskan oleh KS. Tanggapan Yakub : Ini jawaban pertanyaan bapak : a. Karena huruf Ibrani tdk punya abjad huruf Y H W.
31
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Mengapa diubah, bukannya ditransliterasikan? Tanggapan Yakub : b. Org Yahudi tdk menyebut Yahweh bukan krn ANTI atau TIDAK TAHU, seperti di Indonesia, tetapi krn mereka menghormatiNya. Sedangkan Adonai itu ada hurufnya sendiri yaitu Alef Daled Nun Yod. Kalau bapak tanya dari mana saya mengetahui kalau YHWH itu membacanya YAHWEH? Karena saya belajar Ibrani. Bahasa Ibrani memang tdk ada tanda bacanya tetapi bukan berarti tdk bisa dibaca. Coba bapak perhatikan : SLWM = Shalom, HLLWYH = Haleluyah, ADNY = Adonai. Bahasa Ibrani diberi tanda masoret khan mulai abad ke 6. Bagaimana dgn Moshe / Musa sebelum abad ke 6 saat menerima 10 perintah Tuhan? Apakah Musa tdk bisa membacanya krn semua huruf mati? Kalau org mengatakan seperti bapak bahwa YHWH bisa ada kemungkinan dibaca YAHAWIH, YUHUWUH, TAHIWOH krn bapak tdk mempelajari bhs Ibrani dgn serius!. Sekarang banyak CD tutorial utk belajar bhs Ibrani. Kalau bapak menulis surat dgn menulis : KPD YTH tentu semua org Indonesia akan tahu bagaimana membacanya!. Tetapi coba bapak tanyakan ke orang bule? Mereka bisa aja membaca KAPODE YATERHURMET dll. Sama khan? Kalau org bule tinggal di Indonesia pasti mrk tahu bagaimana membacanya. Tanda2 lalu lintas dan papan2 peringatan di Israel saat ini apakah ada tanda bacanya? Tidak lho pak! Tetapi mereka semua yg tinggal disana bisa tuh membacanya. Tanggapan Budi Asali: Anda yg tidak belajar shg ngawur saja. Saya juga tak berkata anti, tetapi takut, gara2 hk ke 3. Anda bilang anda tahu krn belajar Ibrani, tetapi anda jg katakan Ibrani tak ada huruf hidup. Lalu anda tahu huruf hidupnya dr mana?
32
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Jgn kira anda saja yg mengerti bahasa Ibrani, saya juga mempelajarinya, biarpun tak terlalu mendalam, tetapi itu cukup utk membuat diri saya tidak mudah dibohongi oleh org2 yg mengaku hebat dlm bahasa Ibrani. Memang saya percaya Musa dulu tahu. Tetapi gara2 ketakutan mengucapkan nkata2 itu selama ratusan thn, akhirnya pengucapannya hilang. Byk org yg mengatakan bahwa YHWH tak diketahui lagi pembacaannya dg pasti itu juga belajar bahasa Ibrani, dan bahkan sgt mendalam. Tetapi mrk jg tidak pasti bgm ucapkan kata itu! Jgn samakan dg ‘Kpd Yth’. Itu bahasa Indonesia dan itu singkatan. Kata lengkapnya ada, dan huruf hidupnya jg ada. Mana bisa disamakan dg YHWH, yg bukan singkatan, dan huruf hidupnya memang tak pernah dituliskan! Tanggapan Yakub : c. Berkali2 Yeshua mengucapkan Nama Yahweh lho pak, masalahnya krn bapak tdk punya Kitab PB dlm bhs Ibrani shg tdk tahu, namun saya sarankan kalau tdk tahu bapak jangan menghakimi, sebaiknya cari tahu dahulu. Jaman Yeshua hidup tanda Masoret belum ada lho pak! Apakah mrk tdk tahu semua apa yg Yeshua ktkan krn dlm bhs Hebrew sdg bhs Hebrew tdk ada tanda vokalnya!. Aaaah... yg bener aja pak! Tanggapan Budi Asali: PB anda itu terjemahan dr Yunani, yg mengembalikan KURIOS ke YHWH. Itu tak berarti apa2. Kalau Yesus ajarkan bgm ucapkan nama YHWH, rasul2 pasti tahu, dan itu akan diturunkan kpd kita. Tapi ternyata tidak ada. Kecuali anda yg mengaku2 sbg tahu! Anda bukannya tahu, tetapi hanya sok tahu! Tanggapan Yakub : d. Saya tidak menebak huruf hidupnya, tetapi memang bunyinya demikian, justru bapaklah yg menebak shg bisa menulis “Seandainya yg benar adalah YUHWIH”, tolong bapak belajar
33
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
bahasa Ibrani lebih serius lagi pak, shg bapak tdk akan mengatakan demikian! Nah... bapak memberikan perumpamaan, bapak akan MARAH kalau ada org yg menyebut BUDI dgn BODO, krn itu mengganti nama bapak!. Lhah bagaimana dgn Yahweh yg dgn seenaknya diganti menjadi ALLAH? Bapak pasti bisa menjawabnya donk!. Tanggapan Budi Asali: Mengatakan ‘seandainya’ tidak sama dg ‘menebak’. Saya tidak mempersoalkan perubahan menjadi ALLAH (yg bisa saja salah); yg saya persoalkan perubahan menjadi TUHAN. Yg pertama tak ada dukungan dlm PB, yg kedua didukung oleh PB. Perubahan menjadi ALLAH, hanya terjadi dlm ungkapan ADONAY YHWH. Utk menghindarkan ungkapan ‘Tuhan TUHAN’ yg dirasa aneh, maka diubah jadi Tuhan ALLAH. Ini memang tak didukung PB, shg memang bisa saja disalahkan. Tetapi kalau melihat kata2 Walter Martin, LXX kdg2 mengubah YHWH menjadi THEOS. Jadi, pasti salah juga tidak. Tetapi perubahan jadi TUHAN didukung PB, yg menyalahkan adalah orang yg tak tunduk pd FT. Itu berbeda dg menebak huruf hidupnya semaunya sendiri, dan utk itulah BUDI diubah menjadi BODO itu saya berikan sbg ilustrasi. Tetapi anda terus membelokkan pembicaraan. c. Bermasalah dan terjadi konflik berkepanjangan antara Islam dengan Nasrani. Realita yang ada atau dalam kenyataan di Indonesia, umat Islam “tidak sependapat” jika umat Nasrani menggunakan kata “Allah” dalam dunia kekristenan. Karena sejak Nabi Muhammad saw menerima wahyu Allah di gua Hira (QS 96 Al’Alaq 1-5), dalam QS 112 Al Ikhlas 1-3 mengatakan : Qul huwallaahu ahad (Katakanlah Allah itu Esa) Allah hussomad (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu) Lam yalid wa lam yuulad (Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan) Wa lam yaqul lahu kufuan ahad (dan tidak ada seorangpun yang setara
34
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
dengan Dia). Artinya Islam berpedoman bahwa Allah itu Esa dan Tidak ada istilah lain yang harus berada menyatu dengan Nama tersebut. Demikian pula dalam QS 5 Al Maaidah 17 dalam Al Qur’an dan Terjemahannya yang dicetak dari Khadim al Haramain asy Syarifain (Pelayan kedua Tanah Suci) Fahd ibn ‘Abd al’Aziz Al Sa’ud, Raja Kerajaan Saudi Arabia menerjemahkan: “Laqod (Sesungguh-sungguhnya) kafaro (telah kafirlah) alladziina (orang-orang yang) qooluu (berkata): “Inna (Sesungguhnya) Allah (Allah) huwa (dia) almasiihu (Al Masih) Ibnu (Putra) Maryama (Maryam).”... “ Itulah sebabnya Dr. Kautsar Azhari Noer (Guru Besar Program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah-Jakarta) pernah menulis naskah di mana di antara isi naskahnya, beliau juga mengungkapkan pandangan umum umat Islam di Indonesia di Jawa Pos, Minggu Pahing 23 September 2001 dengan judul “Tuhan Kepercayaan” Pandangan para ulama yang tidak sesuai dengan pandangan theolog secara umum yaitu bahwa “Tuhan adalah satu, tetapi disebut dengan banyak nama, seperti Yahweh, God, Allah, Brahman dan Tao.” Demikian pula Majalah “Sabili” No. 14 Tahun XI 30 Januari 2004 / 8 Dzulhijjah 1424 halaman 58 dalam naskahnya berjudul “Allah dan Elohim” memisahkan “Allah” sebagai “Nama Diri” dengan “Sebutan” yang selama ini telah dipergunakan oleh umat Nasrani. Tidak ketinggalan keluar surat keberatan dan himbauan agar umat Nasrani di Indonesia tidak menggunakan kata Allah, ALLAH ataupun allah dari “Majlis Ta’lim - Al Rodd” Wonosobo tertanggal 28 Mei 2004 kepada Lembaga Alkitab Indonesia dan “Ikatan Mubalig Seluruh Indonesia” Jakarta tertanggal 1 Nopember 2004 kepada Dirjen Bimas Kristen Depag RI dan Lembaga Alkitab Indonesia. Hal-hal tersebut sebagai bukti bahwa “Kerancuan” atau “Mempersekutukan agama” itu menimbulkan reaksi dari pemeluk agama yang bersangkutan dan dapat juga dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu atau politik tertentu yang tidak menghendaki adanya perdamaian di Indonesia untuk ikut memanaskan situasi negara kita. Memang semuanya itu tidak akan pernah ada, apabila Kitab Sucinya umat Nasrani di Indonesia diluruskan dalam
35
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
penerjemahannya, yang sudah mengalami kesalahan penerjemahan sekitar 400 tahunan dan mengacu atau kembali kepada Kitab Suci berbahasa Ibrani sebagai kitab asli umat Nasrani untuk acuannya, dimana kata “Allah” atau “ALLAH” atau “allah” tidak pernah ada. Sebab selama ini Lembaga Alkitab Indonesia telah menerjemahkan “Nama Diri” Yahweh menjadi TUHAN, ALLAH, Tuhan dan Allah. (Perhatikan huruf kapital dan tidak). Tanggapan Budi Asali: Di atas anda mengatakan bahwa orang-orang kristen menabrakkan anda dengan orang Islam. Tetapi dari kata-kata anda di atas ini, saya lihat bahwa andalah yang menabrakkan kami (yang menggunakan kata ‘Allah’) dengan orang Islam! Di atas telah saya tunjukkan bahwa istilah ‘Allah’ sudah digunakan oleh orang-orang kristen Arab jauh sebelum Islam muncul. Jadi, mereka sama sekali tidak punya hak melarang orang Kristen menggunakan kata ‘Allah’! Di Malaysia itu dilarang, dan itu sesuatu yang sangat kurang ajar dan tidak adil. Pertentangan Islam dengan Kristen bukan terjadi karena kata ‘Allah’! Tetapi karena ajaran / kepercayaan yang lain seperti keilahian Kristus, doktrin Allah Tritunggal, keselamatan karena iman saja, dan sebagainya! Saya 3 x khotbah di depan orangorang Islam, dan tak pernah kata ‘Allah’ menjadi pertentangan. Yang jadi pertentangan adalah ajaran-ajaran yang saya sebutkan di atas. Jadi, jangan ngawur saja dalam menyimpulkan. Tanggapan Yakub : Saya tdk ngawur, coba bapak konfirmasikan kepada org Islam, apakah mereka setuju kata allah digunakan oleh org Kristen? Apa yg saya sampaikan diatas itu merupakan REALITAS!. Suatu kenyataan memang org Islam tdk suka org Kristen pakai allah!. Bapak jangan katakan saya menabrakkan bapak cs dgn org Islam. Kesaksian saya saat pertama kali mengajarkan masalah ini th 2001, saya justru difitnah oleh pendeta2 teman bapak krn tdk mau menghilangkan allah, shg saya berurusan dgn Polisi, Linmas, Depag, DPRD sampai ke Jihad!. Kenapa mereka ikut
36
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
campur? Pendeta2 temen bapak lah (yg ngotot HARUS pakai allah) yg menyerahkan saya kepada mereka, bahkan berkas saya juga sampai ke Mabes Polri di Jakarta. Saya bisa tunjukkan pemberitaan di Majalah Kristen, Tabloid Katholik, Koran Kriminal yg saya kliping yg menulis berita ngawur ttg saya!. Apakah saya takut? Tidak sama sekali, sebab saya yakin kebenaran yg bela saya! Dan terbukti sekarang semakin banyak org sadar akan kesalahannya dgn menyebut2 nama sesembahan asing. Bapak jangan mengatakan org Islam kurang ajar dan tidak adil, dgn dasar apa bapak ngotot harus menggunakan allah? Coba renungkan, dlm bhs inggris aja tdk ada kt allah! Apakah kalau begitu kitab2 yg berbahasa Inggris SALAH krn tdk ada kata allahnya sebab bapak menyalahkan org Malaysia yg melarang pemakaian kt allah? Saya tdk ngawur menyimpulkan kalau kt allah juga merupakan sumber konflik, jelas2 dgn adanya pelarangan Kristen menggunakan kt allah itu sdh merupakan bukti khan? Kenapa bapak masih belum juga mampu menangkap kasus ini!. Ini khan realitasnya demikian! Tanggapan Budi Asali: Saya ketemu byk orang Islam yg tak keberatan dg hal itu. Kalau ada beberapa yg keberatan, mrk tidak mewakili semua. Apakah krn ada beberapa yg lakukan itu, lalu kita generalisasikan bahwa semua begitu? Bahwa kepercayaan anda itu dianut oleh makin banyak orang, jgn terlalu cepat dianggap sbg bukti bahwa itu memang benar. Banyak agama lain dan sekte sesat yg juga berkembang. Apa itu membuktikan mrk benart? Menurut saya orang yg ikut anda bukannya sadar, tetapi itu orang bodoh yg anda sesatkan! Anda bicara ttg saya menuduh anda menabrakkan saya dg orang Islam, tetapi tahu2 memberi contoh orang2 yg tabrakkan anda dg
37
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Islam. Perhatikan bagian yg saya garis bawahi dr tulisan anda di atas. Otak anda kortslet? ANDA BISA MEMBACA ATAU TIDAK? Saya tidak mengatakan seadanya orang Islam, tetapi mrk di Malaysia yg melarang org kristen menggunakan kata Allah! Kata Allah bagi saya adalah kata Indonesia yg berasal dr bahasa Arab, jadi mengapa dlm Inggris hrs ada kata Allah? Belum tentu itu sumber konfliknya. Bisa saja sumber konfliknya adalah ajaran2 lain, dan lalu mrk cari perkara dlm hal ini. 6. Allah dan Yahweh bukan Bahasa melainkan Nama Diri. Umat Nasrani yang masih belum mengembalikan Nama Allah kepada umat Islam beranggapan bahwa jika menggunakan nama “Yahweh” berarti Kitab Sucinya harus menggunakan bahasa Ibrani merupakan pemahaman yang keliru sebab Yahweh itu bukan bahasa, melainkan Nama Diri. Sama seperti Allah adalah Nama Diri. Sebagai buktinya, penulis sampaikan terjemahan Kitab Suci Nasrani yang tidak menghilangkan Nama Yahweh dan Al Quran terjemahan bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan Jerman yang tidak mengubah Nama Allah. a. Kitab Suci “Padan Si Ndekah” Balai Alkitab Jakarta 1953. Jeremia 24: 7. “Djanah bantji kubereken man bana ukur, lako nandai Aku, maka Aku nge Jahwe; ia nge djadi bangsangku, djanah Aku djadi Dibatana, adi ia djera ku Aku alu bulat ukurna.” b. Kitab Suci “Magandang Balita - Biblia” Philippine Bible Society - Bahasa Tagalog. Kitab Keluaran / Exodo 3: 15. “ni Yahweh, ng Diyos ng inyong mga ninuno, ng Diyos nina Abraham, Isaac at Jacob. At ito ang pangalang itatawag nila sa akin magpakailanman.” c. Kitab Suci “Ti Baro A Naimbag A Damag - Biblia” Philippine Bible Society – Bahasa Ilokano (Bahasa daerah di Philipina). 38
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
“Ibagamto kadagiti Israelita, a siak ni Yahweh a Dios dagiti kapuonanyo, ti Dios da Abraham, Isaac ken Jacob, imbaonka kadakuada. Daytoy ti naganko iti agnanayon. Isunto ti pangawag kaniak dagiti amin a kaputotan.” d. Kitab Suci “The Scripture” dalam Bahasa Inggris. – Isaiah / Yesaya 42: 8. “I am Yahweh, that is My Name, and My esteem I do not give to another, nor My praise to idols.” e. Kitab Suci “The Word of Yahweh” dalam Bahasa Inggris. Romans 14: 6 “He that regardeth the day, regardeth it unto Yahweh; He that eateth, eateth to Yahweh, for he giveth Elohim thanks; and he that eateth not, to Yahweh he eateth not, and giveth Elohim thanks.” f. Kitab Suci “Hebraic Root Version New Testament” dalam bahasa Inggris. Mattithayu 4: 4. “And Yeshua answered and said, “it is writen, for not by bread alone will man live, but by everything that proceeds from the mouth of YHWH will man live.” “YHWH” dalam terjemahan tersebut di atas adalah dari huruf Ibrani Yod He Waw He yang jika dibaca berbunyi “Yahweh”, memang huruf Ibrani terdiri dari huruf mati, seperti SLWM (huruf Ibraninya Shin Lamed Waw Mem) juga dapat dibaca dan bunyinya Shalom. Tanggapan Budi Asali: Adanya Kitab Suci yang mempertahankan nama YAHWEH tak membuktikan bahwa itu harus dilakukan! Anda tak punya bukti apapun! Allah bukan nama diri! Tanggapan Yakub : Sungguh aneh bapak ini, saya sodorkan Kitab Suci yg mempertahankan nama YAHWEH sbg bukti kebenaran bahwa NAMA DIRI tidak bisa diterjemahkan dianggap tdk membuktikan bhw itu hrs dilakukan, tetapi mengganti nama YAHWEH malah
39
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
dilakukan!. Pertanyaan saya, bapak lebih taat kepada perintah manusia dari pada perintah Tuhan donk pak?. Jangan-jangan untuk melakukan firman bapak juga pilih2, yang kira2 cocok untuk dilakukan ya dilakukan, yang sekiranya tdk cocok ya tidak dilakukan krn kebenaran tidak harus dilakukan. Pernyataan bapak di atas akan ditertawakan anak SD, sebab mereka juga tahu kalau nama itu tdk bisa diterjemahkan!. Coba bapak baca ulang semua jawaban saya dengan baik, jangan dgn emosi pak! Saya menjawab dgn KASIH dgn satu pengharapan bapak juga menerima karunia dr Yahweh dan Yeshua utk dpt mengerti masalah ini. Bapak akan menemukan kebenaran bahwa Allah itu nama diri. Saya punya bukti2 arkeologis dan historisnya pak!. Bapak perlu banyak membaca buku referensi ttg masalah ini pak. Enciklopedia juga membuktikan bahwa Allah itu nama diri. Apakah penulis ensiklopedia salah krn ada bukti2 arkeologisnya? Tanggapan Budi Asali: Saya berikan ensiklopedinya dg kutipannya, anda tidak. Dan anda tuntut saya percaya anda. Bukankah shrsnya anda yg percaya saya? KS anda itu yg mengubah, khususnya utk ayat2 PBnya. Kata KURIOS dikembalikan ke YAHWEH. Saya pegang aslinya, itu yg FT sesungguhnya, bukan yg telah diubah / dikembalikan ke YHWH! Yg ditertawakan itu anda. Tulisan anda saya forwardkan ke pdt Esra dr Kupang, dan dg marah dia sms ke saya dan berkata: ‘Org tolol, PB kok bisa bahasa Ibrani!’. Saya cukup byk beri kutipan yg menyatakan Allah sbg ‘the God’; anda tak beri kutipan apa2.
Demikian pula karena “Allah” itu juga Nama Diri Tuhannya umat Islam, penulis kutipkan Terjemahan Al Qur’an yang saya miliki
40
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
yang tidak mengubah Nama “Allah” dalam bahasa apapun, misalnya : a. Terjemahan Al Qur’an Surat 1 Al Faatihah 1-2 dalam Bahasa Inggris. In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful. Praise be to Allah, the Cherisher and Sustainer of the Worlds. b. Terjemahan Al Qur’an Surat 1 Al Faatihah 1-2 dalam Bahasa Belanda. In naam van Allah, de Barmhartige, de Genadevolle. Alle lof zij Allah, de Heer der Werelden. c. Terjemahan Al Qur’an Surat 1 Al Faatihah 1-2 dalam Bahasa Perancis. Au nom d'Allah, le Tout Misיricordieux, le Trטs Misיricordieux. Louange אAllah, Seigneur de l'univers. d. Terjemahan Al Qur’an Surat 1 Al Faatihah 1-2 dalam bahasa Jerman. Im Namen Allah, des Gnהdigen, des Barmherzigen. Aller Preis gehצrt Allah, dem Herrn der Welten, Jadi jika umat Nasrani tidak menggunakan kata “Allah”, yang memang tidak pernah ada dalam Kitab Suci asli yang diyakininya, maka tidak akan ada lagi kecurigaan antara dua agama tersebut di Indonesia. Masing-masing berjalan di “relnya” sendiri-sendiri seperti Agama Hindu dan Agama Budha. Tanggapan Budi Asali: Saya tak peduli mereka mau gunakan kata itu bagaimana, tetapi bukti-bukti yang saya berikan di atas cukup kuat untuk mengatakan bahwa ‘Allah’ bukan nama. Apa alasan mereka mempertahankan dalam setiap bahasa lain, itu urusan mereka. Tanggapan Yakub : Saya berikan bukti2nya tetapi bapak katakan “TIDAK PERDULI”, sementara bapak memberikan argumentasinya yg tdk ada dasar firman Tuhan sama sekali, hal2 yg bukan firman bisa mengalahkan firman.
41
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Yg bukan firman mengalahkan firman? Anda gunakan firman dr mana utk mengatakan Allah itu nama? Jgn asal ngomong! Tanggapan Yakub : Ini sangat ironis!. Kalau begitu kenapa bapak mengimani firman yg ada saat ini? Saran saya imani aja sesuatu yg bisa mengalahkan firman Tuhan yg ada di tangan bapak!. Sedangkan kalau ada org yg memanggil nama bapak dgn seenaknya aja PASTI bapak akan marah koq. Katakanlah bapak tdk marah, krn bapak yg empunya nama memang mengijinkan kalau nama bapak mau disebut dgn apa saja. Namun Yahweh tdk mau namaNya disebut dgn sembarangan! Nah bapak mau menurut siapa? Menurut penerjemah yg salah atau menurut Tuhan? Saya punya 2 Kitab Suci berbahasa Arab yg juga menerjemahkan Yahweh menjadi Arobu, namun ada juga yg versi tdk menerjemahkan, nah ini saja membuktikan kalau penerjemah Kristen Arab kebingungan krn sdh terpengaruh agama suku, seperti di Indonesia. Bukti yang bapak sodorkan bahwa Allah itu bukan nama tidak kuat pak!. Saya juga sdh membuktikannya diatas khan!. Allah itu juga bukan berasal dari Al-ilah. Coba bapak baca Kejadian 33: 20 dlm terjemahan LAI, disitu tertulis “Allah Israel ialah Allah”, pertanyaan saya kapan bangsa Israel menyembah Allah yg bernama Allah? Dimana mereka menyembah Allah yg bernama Allah? Tolong bapak buktikan hal ini. Saya tunggu. Terjemahan LAI itu saja sudah menunjukkan kerancuannya! Bukankah sebagai org Indonesia yg bertitel MDIV bapak dapat menjabarkan bahwa kalimat “Allah Israel ialah Allah” itu menunjukkan bahwa kata “Allah” disitu berperan sebagai NAMA DIRI sekaligus sebagai SEBUTAN. Kalau begitu saya bisa berkata ada Presiden bernama Presiden. Apa ini tdk rancu pak?. Tanggapan Budi Asali: Saya justru tak menganggap Allah sbg nama. Justru pertanyaan anda itu cocok utk anda sendiri. Saya kira maksud ayat itu
42
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
hanyalah bahwa Allah Israel adalah Allah yg sgh2, bukan allah palsu spt dewa, berhala dsb. Argumentasi anda sgt konyol!
7. Allah bukan bahasa Indonesia atau sesuai budaya Indonesia. Sangat disayangkan jika para theolog Indonesia menganggap bahwa kata Allah merupakan bahasa Indonesia untuk sinonim atau padanan kata dari kata Tuhan atau sudah menjadi budaya Indonesia. a. Tidak bisa diterima oleh semua agama. Untuk mengadopsi suatu kata asing menjadi bahasa Indonesia, seharusnya memenuhi kriteria-kriterianya yaitu bisa diterima oleh semua suku dan agama di Indonesia. Misalkan “Kursi” yang berasal dari bahasa Arab “alkursi” (ﺃﻠﮑﺭﺴﻲ, ) semua agama dan golongan di Indonesia mempunyai persepsi yang sama untuk arti dari kata tersebut. Sedangkan kata “Allah” tidak pernah dipakai oleh agama Hindu dan agama Budha di Indonesia dan di belahan dunia manapun untuk sinonim dari kata “Tuhan”. Dengan adanya kesalahan penerjemahan tersebut telah membuat perpedaan persepsi antara umat Islam dan Kristen tentang kata “Allah”. Jadi kata “Allah” itu bukan “BAHASA INDONESIA” melainkan “NAMA DIRI” b. Sila Pertama tidak bisa diubah. Jika Allah adalah bahasa Indonesia untuk padanan kata / sinonim dari kata Tuhan, sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa.” dapat diubah menjadi “Keallahan Yang Maha Esa.” Tanggapan Budi Asali: Saya berpendapat bahwa Allah adalah kata Arab yang sudah diindonesiakan. Karena Indonesia jajahan belanda sampai sekarang banyak kata Belanda yang diindonesiakan. Juga banyak kata bng yang diindonesiakan. Dan itu semua diterima tanpa persoalan. Lalu mengapa hebohkan kata Allah yang diindonesiakan?
43
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Saya tidak menganggap kata Allah dan Tuhan sebagai sinonim. Menurut saya kata Allah menunjuk pada jenis makhluknya. Jadi, kalau kita adalah manusia, Gabriel adalah malaikat, bleki adalah anjing, maka YAHWEH adalah Allah. Sedangkan kata Tuhan adalah jabatan / kedudukannya. Kalau saya adalah pendeta, SBY adalah presiden, maka Dia adalah Tuhan. Jadi, siapa yang menyamakan arti kedua kata itu? Tanggapan Yakub : Bapak benar! Sekarang memang banyak kata yang diadopsi dr kata asing, lalu kriterianya apa kata “allah” itu merupakan kata “Arab” yg di “Indonesia”kan. Kalau agama Hindu dan Budha saja tidak menerima kata Allah sbg sinonim dr kata Tuhan lalu dari sisi mana bapak katakan kalau allah itu sdh jadi bahasa Indonesia? Harus ada kriteria akademisinya donk pak. Bapak khan bukan org yg tdk berpendidikan! Bapak khan org akademis? Siapa bilang itu diterima tanpa persoalan? Bapak baca dlm Majalah Sabili milik Islam, sdh banyak naskah2 yg menunjukkan ketidak senangan umat Islam kalau Kristen pakai kata allah. Ini suatu realitas yg tdk bisa dipungkiri telah menimbulkan persoalan dan konflik horizontal antara Kristen dan Katolik dengan Islam. Bagaimana bapak mengatakan kalau Allah itu menunjuk jenis makhluknya? Kalau bapak mengatakan Yahweh adalah Allah .... makhluk jenis apakah Allah itu? Kalau jenis makhluk tentu agama lain seperti Hindu dan Budha juga bisa memakainya donk pak? Karena mereka juga pasti bisa mengindentifikasi makhluk yg mereka sebut dgn Allah, namun kenyataannya tidak tuh?.. Tanggapan Budi Asali: Bandingkan terjemahan Inggris dan Indonesia. Setiap kata ‘God’ diterjemahkan ‘Allah’. Lalu apa salahnya mengatakan itu adalah kata Arab yg sudah diindonesiakan? Saya jg tidak menerima kata Allah sbg sinonim dr kata Tuhan. Kalau Tuhan itu jabatan / kedudukannya. Anda sendiri buktikan kalau Allah itu nama.
44
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Anda memang tak bisa membaca dg baik. Saya bilang yg diterima tanpa persoalan itu adalah kata2 lain dr Belanda, Inggris dsb yg diindonesiakan. Itu diterima tanpa persoalan. Krn itu saya anggap aneh kalau kata Allah yg diindonesiakan dr Arab kok dipermasalahkan. Ya, hanya orang kengangguren, dan memang suka cari masalah, yg mempermasalahkan. Allah itu jenis makhluk yg bgm? Ya Allah. Kalau anjing itu jenis makhluk yg bgm? Bedanya yg jenis makhluknya Allah hanya ada satu, yg anjing, manusia, malaikat, ada banyak. Kalau Hindu, Buddha dan agama lain mau pake, saya tak keberatan sama sekali. Kalau mrk tak mau pake, itu urusan mrk. Saya tak punya hak memaksa mrk. 8. Allah ( )ﺍﷲbukan berasal dari Al-ilah ()ﺍﻹﻠﻪ. Para theolog Nasrani di Indonesia beranggapan bahwa kata Allah itu berasal dari al-ilah atau hanya sekedar sebutan, padahal bukan!. Kenapa? Karena : a. Allah itu Nama Tuhannya umat Islam, buktinya umat Islam di Amerika jika sembahyang akan mengucapkan “Allahu akbar” bukan “God akbar”. Tanggapan Budi Asali: Lucu sekali. kata ‘akbar’nya dipertahankan dalam bahasa Arab, lalu mengapa kata ‘Allah’nya harus diganti ‘God’? Tanggapan Yakub : Rupanya Bapak Budi Asali tdk memahami kalimat saya nih. Bukankah kata Allah selalu disandingkan dgn kata Akbar? Lhah bapak tanya donk dgn org bule, kenapa koq Allahnya tidak diganti God? Kenapa org bule yg beragama Islam kalau sembahyang selalu mengatakan Allah Hu Akbar? Apakah bapak Budi Asali pernah mendengar org bule Islam saat sembayang mengganti Allah? Tidak khan? Nah itu bukti kalau Allah itu nama diri yg tdk bisa berubah pak!. Bapak Budi Asali mendapatkan titel MDIV dimana? Amerika atau Australia? Mudah2an di Luar Negeri shg bapak sering mendengar org bule Islam kalau sembayang,
45
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
walaupun di Amrik mrk tdk pakai Loudspeaker seperti di Indonesia, but at least dapat tanya langsung lah!. Tanggapan Budi Asali: Siapa bilang selalu disandingkan dg Akbar? Itu akan berarti kata Allah tak pernah digunakan selain dg kata Akbar, dan itu jelas nonsense! Anda yg tak mengerti kalimat saya. Saya lihat kata Allahu akbar itu memang seluruhnya dlm bahasa Arab, lalu mengapa anda menuntut kata ‘Allah’nya saja yg diganti God? Apakah anda pernah dengar orang bule berdoa Allahu great? Tidak bukan? Itu bukti bahwa semua itu memang hrs diucapkan dlm Arab, dan krn itu tak membuktikan bahwa Allah adalah nama! b. Allah bukan berasal dari al-ilah dengan menghilangkan “alif” seperti penjelasan para dosen Islamologi, sehingga tinggal “lah” ( ) ﻠﻪsebab artinya akan berubah, bukan nama Tuhannya umat Islam atau sebutan untuk “dewa” atau sesembahan lagi, melainkan “lisyakshin” ( )ﻠﺸﺨﺹatau “baginya laki-laki”. c. ilah ( ) ﺇﻠﻪitu sudah satu paket kosakata yang tidak bisa dipenggal, karena kata benda bukan kata kerja. d. ilah ( ) ﺇﻠﻪbisa dimasukkan “alif” “lam” ( )ﺃلkarena ilah adalah gelar atau sebutan sedangkan Allah itu tidak bisa karena nama pribadi. Contoh : Ustaadzun ( )ﺃﺴﺘﺎﺫ- guru laki-laki, bisa dimasukkan “alif” “lam” ()ﺃل, sehingga menjadi “al-ustaadzu” ( )ﺃﻷﺴﺘﺎﺫtetapi Fatimah ( )ﻔﺎﻁﻤﺔtidak bisa ditulis menjadi al-Fatima ()ﺃﻠﻔﺎﻁﻤﺔ karena Fatimah itu Nama Pribadi atau nama orang. e. ilah ( ) ﺇﻠﻪatau al-ilah ( )ﺍﻹﻠﻪada Mutsannahnya ( )ﻤﺜﻨﺔyaitu ilahaani ( )ﺇﻠﻬﺎﻥartinya dua tuhan atau dua dewa, sedangkan Allah tidak ada Mutsannahnya / Tatsniyahnya ()ﺍﻠﺘﺜﻨﻴﺔ, kalau ada artinya bukan Allah lagi tetapi Allahaani ()ﺃﻠﻟﻬﺎﻥ, ini mengganti nama sesembahannya umat Islam.
46
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Contoh : Fatimah ( )ﻔﺎﻁﻤﺔkalau dimutsannahkan menjadi Fatimataani ( )ﻔﺎﻁﻤﺘﺎﻥyang berarti bukan lagi Fatimah tetapi berubah menjadi Tante Fatimataani. f. ilah atau al-ilah bisa diterjemahkan menjadi dewa atau sesuatu yang disembah sedang “Allah” tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apapun karena Nama Pribadi. Silakan baca di Kamus Indonesia-Arab-Inggris Karangan Abd. bin Nuh dan Oemar Bakri halaman 76. g. Allah bukan berasal dari hamzah, lam, ha ( ﻫ- ل- )ﺀkarena kalau diuraikan secara ilmu shorof (ilmu yang menguraikan kata kerja) tidak pernah ditemukan, baik fiil madhinya / past tense, mudhori’nya / present continous tense maupun mashdarnya / kata kerja yang tidak ada waktunya atau sumber kata. Yang ada hamzah, lam, lam, ha ( ﻫ- ل- ل- )ﺀatau allaha ()ﺃﻟﹽﻪ, tetapi kalau diuraikan secara wazan / ukuran / timbangan dalam ilmu shorof juga tdk bisa menjadi Allah. Contoh : “allaha” ( )ﺃﻟﹽﻪdengan wazan afa’la-yufi’lu-if’a’a’lan (ﺇﻔﻌﺎﻻ - ﻴﻔﻌل- )ﺃﻔﻌل. Jadi kalau kita uraikan secara nahu shorof “allaha” ( )ﺃﻟﹽﻪmenjadi : allaha-yullihu-illaahan ( ﺇﻟﹽﻪ- ﻴﻠﹽﻪ) ﺃﻟﹽﻪ. Dan itu bukan Allah tetapi sebutan. Tanggapan Budi Asali: Saya tak peduli dengan semua penjelasan bahasa Arab karena saya memang tak mengerti bahasa itu. Tetapi sumber-sumber yang saya kutip di atas merupakan sumber-sumber yang cukup bisa dipercaya. Tanggapan Yakub : Bapak mengatakan tidak perduli dgn apa yg saya sodorkan krn tidak mengerti bahasa itu. Semua kalau dipelajari tentu bisa dimengerti pak. Sedangkan sumber2 yg bapak sodorkan sangat tidak bisa dipercaya. Sumbernya Bambang Noerseno, beliau pernah diajak dialog dgn teman saya yang sebagai penerjemah bahasa Arab utk mendiskusikan masalah ini tidak berani, silakan bapak bisa lihat filenya di salibnet.com Bambang Noerseno menghindar ketika diajak dialog masalah allah bahkan diminta menjawab dalam huruf Arab tidak mau. Apanya yg bisa 47
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
dipercaya, justru bapak sudah tertipu!. Saya sajikan di atas menggunakan huruf arab dgn tujuan supaya melihat, bahwa hurufnya saja berbeda shg tdk bisa berasal dari al-ilah! Lhah kalau bapak katakan TIDAK PERDULI krn tdk mengerti bahasa Arab, kenapa bapak PERDULI dgn penjelasan Bambang Noorseno? Bukankah apa yg dia jelaskan juga tentu mengacu ke bahasa yg bapak tdk mengerti yaitu Arab. Konsekuen donk pak!. Namun oke lah... saya menghormati bapak. Kalau bapak mau lebih percaya kepada mereka itu memang hak bapak!, Saya tdk bisa memaksa, saya hanya menyampaikan apa yg saya tahu. Tanggapan Budi Asali: Memang kalau dipelajari bisa, tetapi apa gunanya saya belajar Arab? Kan mending belajar Yunani dan Ibrani, atau bahkan Inggris, krn bisa digunakan utk membaca buku2 theologia. Sumber saya tak bisa dipercaya, sementara anda tak berikan satu sumberpun. Encyclopedia Britannica mrpk ensiklopedi dg nama besar, masakan ngawur begitu saja. Juga Encarta. Saya percaya bukan krn Bambang jelaskan dlm Arab, tetapi krn adanya sumber2 lain yg saya anggap qualified. Saya tak peduli kata2 anda di atas, krn memang tidak mungkin bagi saya utk mengertinya atau melihat salah benarnya, krn saya tak mengerti Arab. Kasarnya, dibujuki anda saya juga tak tahu. Juga mengingat betapa tak akuratnya pernyataan anda berkenaan dg bahasa asli dr PB, saya otomatis meragukan semua informasi dr anda. Apalagi pd saat menggunakan bahasa yg saya tak mengerti.
9. Kenapa harus Yahweh? Menyebut Nama Yahweh sebagai Nama Tuhan, bukan pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, melainkan karena memang Yahweh sendiri menghendaki
48
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
NamaNya disebut dari generasi ke generasi, bukan dihilangkan atau diganti dengan sembarangan. a. Yahweh ingin NamaNya disebut. Keluaran 3: 15 ynB-la rmat-hk hvm-la ~yhla dw[ rmayw yhla ~hrba yhla ~kytba yhla hwhy larfy ~l[l ymv-hz ~kyla ynxlv bq[y yhlaw qtcy rd rdl yrkz hzw Wayomer od Elohim el-Moshe ko-tomar el-b’ni Yisrael Yahweh elohei avotekem elohei Avraham elohei Yitskhaq we'elohei Ya’aqov shelakhni aleikem ze-sh’mi le'olam weze zikri ledor dor Artinya : “Selanjutnya berfirmanlah Tuhan kepada Moshe : Beginilah kau katakan kepada anak-anaknya Israel: Yahweh, Tuhannya Avraham, Tuhannya Yitskhaq dan Tuhannya Ya’aqov, telah mengutus aku kepadamu: Inilah namaKu selama-lamanya dan inilah sebutanKu dari generasi ke generasi.” Tanggapan Budi Asali: Kalau anda biasanya mengecek terjemahan Kitab Suci Indonesia, mengapa di sini tidak? Terjemahan ‘sebutan’ dalam KJV adalah ‘memorial’, dalam RSV ‘thus I am to be remembered’, NIV hampir sama dengan RSV. Kalau dari ayat ini anda mengharuskan penggunakan nama YAHWEH, sekali lagi saya tanya: mengapa gerangan Allah membiarkan sehingga dalam sejarah pengucapan namaNya menjadi hilang? Semua orang yang belajar theologia tahu bahwa tak ada yang tahu bagaimana mengucapkan nama itu. Bandingkan dengan kutipan-kutipan di bawah ini: Herman Bavinck: “Because of the Jewish dread to pronounce this name, its original pronunciation, derivation, and meaning were lost” (= Karena rasa takut orang-orang Yahudi untuk mengucapkan nama ini, pengucapan orisinilnya, dari mana kata itu diturunkan, dan artinya, hilang) - ‘The Doctrine of God’, hal 102. Herman Bavinck: “Because of the Jewish dread of pronouncing this name its original pron(o)unciation was forgotten” (= Karena rasa takut dari orang-orang Yahudi untuk mengucapkan nama ini, 49
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
pengucapan orisinilnya telah dilupakan) - ‘The Doctrine of God’, hal 103. Herman Hoeksema: “Hence, the question arises as to the proper vocalization and pronunciation of the name. The answer to this question can only be conjectured, and Hebrew scholars have suggested different possibilities” (= Karena itu muncul pertanyaan berkenaan dengan pemberian huruf hidup dan pelafalan / pengucapan dari nama itu. Jawaban terhadap pertanyaan ini hanya bisa diduga / diterka, dan ahli-ahli bahasa Ibrani telah mengusulkan kemungkinan-kemungkinan yang berbeda-beda) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 68. The International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “The pronunciation of YHWH in the OT can never be certain, since the original Hebrew text used only consonants” (= Pengucapan dari YHWH dalam PL tidak pernah bisa pasti, karena text Ibrani yang orisinil / asli hanya menggunakan huruf-huruf mati) - hal 507. Tanggapan Yakub : Kenapa bapak lebih tertarik mengungkapkan argumentasinya dr terjemahan? Kenapa bapak tidak mengacu kepada sumbernya? Pak Budi, orang Yahudi jangan dijadikan contoh krn beberapa kali org Yahudi berusaha menghilangkan nama Yahweh. Kalau bapak menjadikan org Yahudi sebagai contoh, kenapa org Yahudi menyalibkan Yeshua tidak dicontoh? Nah itu saja menunjukkan kalau org Yahudi pun bisa salah pak ! Mengenai huruf YHWH, memang semua kata Ibrani itu terdiri dari huruf mati semua pak!. Bagi saya hal itu tdk perlu dipusingkan krn huruf mati itu bukan berarti tdk bisa berbunyi dan bunyinya beda-beda. Coba bapak mempelajari bahasa Ibrani dgn lebih intensif, ada banyak CD dijual via internet oleh sekolah2 theologia di Israel. Tanggapan Budi Asali: Anda selalu menangkap kata2 saya secara melenceng. Saya kan hanya ceritakan sejarahnya bgm kok nama YHWH sekarang tak diketahui lagi pengucapannya. Siapa bilang bahwa Yahudi itu benar pd waktu tak mengucapkan samaqsekali nama itu? Lebih2, siapa yg bilang mau tiru Yahudi2 itu?
50
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Yg saya tekankan adalah mengapa Allah ijinkan pengucapan nama itu hilang, kalau Ia memang haruskan kita gunakan nama itu? Anda tak menjawab pertanyaan ini. Tetapi anda memang mengklaim tahu bgm ucapkan nama itu. Bagi saya ini bukan tahu, tetapi sok tahu. Saya tak percaya kebenaran claim tsb. Saya cukup mengerti Ibrani, jadi tak usah bohongi saya! Yg sudah belajar Ibrani mendalampun tetap tak tahu bgm ucapkan YHWH. Skrg, apa pandangan anda ttg kata YEHOVAH? Mengapa beda dg YAHWEH? Ada YEHOVAH dan ada YAHWEH, bukankah itu membuktikan manusia memang tak tahu dg pasti bgm ucapkan nama itu (huruf hidupnya)? Jg dr mana YEHOVAH itu? Apakah salah? Kalau salah, mengapa salah? Tolong jawab pertanyaan ini! Hal itu bahkan diakui oleh Saksi-Saksi Yehuwa yang begitu fanatik dengan penggunaan nama YAHWEH. Tanggapan Yakub : Mohon maaf, bapak jangan mengkait2kan ini dengan saksi Yehuwa, sebab saksi Yehuwa itu MASIH pakai Allah seperti org yg belum menerima Yahweh sebagai Tuhannya para nabi. Jadi diskusi kita ini TIDAK ADA KAITANNYA dengan saksi Yehuwa. Jadi jangan melebar. Saya bukan saksi Yehuwa, jadi saya tdk teropini dgn bapak mengkaitkan dgn saksi Yehuwa. Mohon bapak jangan mengalihkan substansi pembicaraan! Tanggapan Budi Asali: Anda memang selalu menyimpulkan secara bodoh, krn itu tak heran bisa punya pandangan seburuk itu. Yg mengkaitkan anda dg SSY itu siapa? Saya hanya mengatakan bahwa mrk yg begitu fanatik dg nama YHWH, tetap mengakui tak ada yg tahu bgm ucapkan nama itu. Saya juga tak mengalihkan substansi pembicaraan. Anda dr tadi spt itu! 51
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Saksi-Saksi Yehuwa: • “orang-orang modern menyusun nama Yehuwa, yang tidak dikenal oleh semua orang pada jaman dulu, orang Yahudi ataupun orang Kristen; karena ucapan yang benar dari nama itu, yang ada dalam naskah Ibrani, karena sudah lama tidak digunakan, kini tidak diketahui lagi” - ‘Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 420. • “Bentuk manakah dari nama ilahi yang benar - Yehuwa atau Yahweh? Tidak seorang pun dewasa ini dapat merasa pasti bagaimana nama itu mula-mula diucapkan dalam bahasa Ibrani. Mengapa tidak? Bahasa Ibrani dari Alkitab pada mulanya ditulis dengan huruf mati saja, tanpa huruf hidup. Ketika bahasa itu digunakan sehari-hari, para pembaca dengan mudah menyisipkan huruf-huruf hidup yang tepat. Tetapi, lambat laun, orang Yahudi mempunyai gagasan takhyul bahwa adalah salah untuk mengucapkan nama pribadi Allah dengan keras, jadi mereka menggunakan ungkapan-ungkapan pengganti. ... Jadi ucapan yang semula dari nama ilahi sama sekali tidak diketahui lagi” - ‘Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 423,424. b. Penulis Kitab 1 Tawarikh seperti Yeshayahu/Yesaya, Ezra, Natan dan lain-lain menghendaki Nama Yahweh dipanggil. 1 Tawarikh 16: 8. wytlyl[ ~ym[b w[ydwh wmvb warq hwhyl wdwh Hodu laYahweh qir’u vish’mo hodiau vaamim a’lilotaiw Artinya: “Bersyukurlah kepada Yahweh, panggillah namaNya, perkenalkan lah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa.” Tanggapan Budi Asali: Kata ‘nama’ sering bukan menunjuk pada nama pribadi / personal name, tetapi kepada diri orang itu. Misalnya dalam ayat-ayat di bawah ini, jelas bahwa kata ‘nama’ menunjuk kepada orang yang mempunyai nama itu. Maz 20:2 - “Kiranya TUHAN menjawab engkau pada waktu kesesakan! Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau!”. NASB: ‘May the LORD answer you in the day of trouble! May the name of the God of Jacob set you securely on high!’ (= Kiranya TUHAN 52
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
menjawab engkau pada hari kesukaran! Kiranya nama Allah Yakub meletakkan engkau dengan aman di tempat tinggi!). Amsal 18:10 - “Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat”. Mungkinkah nama pribadi menjadi benteng / menara yang kuat? Jelas yang dimaksud adalah YAHWEHnya sendiri, bukan hanya namanya. Tanggapan Yakub : Mazmur 20: 2 Yaan’kha Yahweh be’yom tsara ye’saggev’kha shem elohei Ya’aqov. – Biarlah Yahweh menjawab engkau saat kesulitan. Engkau dibentengi nama elohimnya / Tuhannya Ya’aqov. Amsal 18: 10 Mig’dal-oz shem Yahweh bo-yaruts tsaddiq we’nis’gav - Nama Yahweh itu menara yang kuat, orang benar berlari kesana dan selamat. Ya jelas yg dimaksud disini Yahweh nya sendiri donk pak!. Bukan namanya! Lalu kenapa? Khan bapak sdh mengerti! Lalu kenapa kalau bapak sdh mengerti bahwa pribadi Yahweh itu menara yg kuat dsb tdk bapak agungkan, tetapi mengagungkan nama sesembahan lain yang bukan Tuhan? Tanggapan Budi Asali: Lagi2 anda tak mengerti point kata2 saya. Bukankah ayat2 itu bicara soal ‘nama’? Tetapi yg dimaksud dg ‘nama’ itu adalah pemilik nama itu. Ini saya hubungkan dg ayat yg anda pakai di atas (1Taw 16:8), dan krn itu tafsirannya menjadi: memanggil nama tak berarti hrs menggunakan nama YHWH itu, tetapi hrs memanggil / berdoa kpd pemilik dr nama itu! Masih nggak ngerti? c. Dilarang menyebut NamaNya dengan sembarangan, apalagi mengganti nama Nya dengan sembarangan. Keluaran 20: 7 al yK awvl ^yhla hwhy-~v-ta aft al awvl wmv-ta afy-rva ta hwhy hqny
53
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Lo tisa et-shem-Yahweh e’loheikha lashawe ki lo y’naqe Yahweh et a’sher-yisa et-sh’mo lashawe Artinya: “Jangan menyebut nama Yahweh Tuhanmu dengan sembarangan, sebab Yahweh akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.” Tanggapan Budi Asali: Ayat ini melarang penyebutan namaNya secara sembarangan, tanpa ada gunanya. Jadi, melarang kita menggunakannya misalnya untuk suatu lelucon yang tak ada gunanya. Ini tidak mengharuskan penggunaan nama itu. Mengganti nama bukanlah penekanan ayat ini sama sekali. Disamping, seperti sudah saya katakan, Perjanjian Baru mengubah YAHWEH menjadi KURIOS. Saya hanya ingin tanya: anda berani menyalahkan Perjanjian Baru? Tanggapan Yakub : Jadi bapak menganggap kata “JANGAN” disini tidak mengharuskan! Lalu kata apa yg tepat bagi bapak untuk mengharuskan? Kalau begitu berarti kalau ada kalimat “Jangan mencuri” berarti kitapun tdk perlu menekankan pada kata “Jangan”? Waaah... waaah... waaah... bagaimana bapak ini?!. Sekali lagi saya katakan, kalau terjemahan dalam PB, saya berani mengatakan ada ayat2 yang salah! Kenapa tidak? Di atas sdh saya beri contohnya! Apakah bapak pikir semua yg sdh diterjemahkan LAI tdk bisa salah? Nah LAI sendiri sdh merevisi kitabnya berkali2. Pertanyaan saya kenapa direvisi? Itu khan krn ada kekeliruan! Tanggapan Budi Asali: Anda memang tolol. Jangan pisahkan kata ‘jangan’ dg kata2 ‘dg sembarangan’. Yg dilarang adalah menyebut dg sembarangan. Sembarangan dlm arti apa? Dlm arti kalau itu tak ada gunanya, tak membangun iman orang, tak memuliakan Allah, dsb. Ini tak
54
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
mencakup kalau kita mengubahnya menjadi TUHAN, krn itu diberi otoritas oleh PB. Siapa yg bilang terjemahan PB tak bisa salah? Yg tak bisa salah hanya autograph. Manuscript, yg masih dlm bahasa aslipun, bisa salah. Siapa yg bilang LAI tak bisa salah? Dlm khotbah saya sering menunjukkan kesalahan LAI! Yg saya maksudkan dg bpertanyaan ‘anda berani menyalahkan PB’ hrs diartikan dlm kontext pembicaraan kita, yaitu berkenaan dg perubahan YHWH menjadi KURIOS. Itu pasti tidak salah. Anda berani salahkan itu, itu berarti anda salahkan FT!
d. Dilarang menyebut nama sesembahan lain. Keluaran 23: 13 ~yhla ~vw wrmvt ~kyla ytrma-rva lkbw ^yp-l[ [mvy al wryKzt al ~yrxa Uv’kol a’sher-amar’ti a’leikem tishameru we’shem e’lohim a’kherim lo taz’kiru lo yishama al-pikha Artinya: “Dalam segala hal yang Kufirmankan kepadamu haruslah kamu berawas-awas; nama tuhan lain janganlah kamu panggil, janganlah nama itu kedengaran dari mulutmu.” Tanggapan Budi Asali: Memanggil di sini harus diartikan berdoa, atau menyembahnya. Kalau hanya menyebut, tanpa menghormati, berdoa kepadanya, menyembahnya, pasti tidak salah. Bandingkan dengan: Tanggapan Yakub : Apakah kalau bapak menyembah allah itu bapak anggap tidak bersalah di hadapan Tuhan?. Jelas2 allah itu NAMA DIRI. Saya kira kalimat diatas sangat jelas, tetapi koq bapak masih belum mampu menerjemahkannya dgn baik!. Anak kecil saja mengerti artinya!
55
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Kembali pd pembicaraan di atas. Anda kira apa tujuan saya di atas membuktikan bahwa kata ‘nama’ sering bukan menunjuk pd nama pribadi, tetapi kpd orangnya? Dlm ayat ini juga hrs diartikian demikian. Nama Allah lain (bukan Tuhan lain, sejak kapan ELOHIM artinya Tuhan? Kalau ELOHIM artinya Tuhan, tabrakan dg ADONAY, lalu apa bedanya?) maksudnya diri dr Allah lain itu, misalnya Baal, Dagon dsb. Saya bilang kalau menyembah salah, kalau cuma menyebut tidak. Kita tak boleh extrim dlm menafsirkan kata2 ‘jgn nama itu kedengaran dr mulutmu’. Kalau saya berkata ‘Baal itu dewa / allah palsu, ia tidak bisa berbuat apa2’. Maka kata ‘Baal’ itu kedengaran dr mulut saya, tetapi saya tidak menyembahnya atau berdoa kepadanya atau memuji dia. Sebaliknya saya mengecam dia. Salahkah saya? Anak kecil yg mana, dan dg pengertian yg bgm? Kalau dg pengertian yg sama spt tafsiran anda, he he, itu anak tolol!
Nu 25:5 Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: "Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor." Jud 6:31 Tetapi jawab Yoas kepada semua orang yang mengerumuninya itu: "Kamu mau berjuang membela Baal? Atau kamu mau menolong dia? Siapa yang berjuang membela Baal akan dihukum mati sebelum pagi. Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang." 1Ki 18:18 Jawab Elia kepadanya: "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintahperintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. 1Ki 18:19 Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel."
56
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
1Ki 18:21 Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun. Anda mau mengatakan orang-orang ini salah semua karena sekedar menyebutkan nama dewa padahal mereka sama sekali tak berdoa kepadanya, menyembahnya, dsb? Tanggapan Yakub : Kalau bapak memuji dgn pujian ALLAH DITINGGIKAN DGN SORAK SORAI, apakah bapak pikir itu YAHWEH yg ditinggikan dg sorak sorai? Astaga.... Tanggapan Budi Asali: Tentu saja. Anda tak percaya? Astaga … e. Tidak ada satu kuasa apapun atau institusi sinode gereja manapun di dunia ini yang lebih berkuasa dari Yahweh sang pemilik Nama tersebut untuk mengubah, mengganti namaNya dengan sembarangan dengan dalih sudah terjadi ratusan tahun lamanya, khususnya di Indonesia. Sekitar tahun 1960 an, Pemerintah Indonesia pernah memerintahkan kepada warga negara Indonesia keturunan Tionghoa untuk mengganti nama, dan semua WNI keturunan Tionghoa yang berdomisili di wilayah Indonesia mau tidak mau dan bisa tidak bisa harus mengganti nama mereka. Hasilnya berubahlah nama asli yang diberikan oleh orang tua menjadi “nama Indonesia”. Hal itu bisa terjadi karena Pemerintah Indonesia memiliki kuasa yang melebihi si pemilik nama tersebut. Untuk Nama Tuhan, siapakah yang lebih berkuasa dari Tuhan itu sendiri, yang justru menghendaki namaNya disebut / dipanggil dan diserukan sampai selama-lamanya?. Tanggapan Budi Asali:
57
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Ya, saya setuju YAHWEH yang paling berkuasa. Dan Dia juga yang mengilhami penulis-penulis Perjanjian Baru sehingga mereka mengubah nama YAHWEH dengan sebutan KURIOS. Jadi itu otoritas saya untuk mempertahankan hal itu! Tanggapan Yakub : Nah puji Tuhan kalau bapak sdh memberikan statement bahwa YAHWEH itu paling berkuasa. Namun kalau mengubah nama diri dengan sebutan itu karena huruf Yunani tdk mengenal huruf YHW jadi jelas tdk mungkin utk menulisnya. Namun dlm Septuaginta abad 1 nama Yahweh masih di tulis dgn huruf PALEO HEBREW. Bapak katakan “Dia juga mengilhami penulis-penulis Perjanjian Baru sehingga mengubah nama YAHWEH dengan sebutan KURIOS”, tolong bapak tunjukkan ayatnya kalau pengubahan itu karena ilham Yahweh? Pengilhaman itu utk penulisan dlm bhs Hebrew bukan dlm bhs Yunani pak. Kalau utk penulisan Yunani, berarti ilham itu tdk cocok dgn firmanNya sendiri yg melarang mengubah namaNya donk! Diubah itu krn keterbatasan pemikiran manusia pak! Tanggapan Budi Asali: Anda memang ‘an ignorant person’. Terus terang IQ anda sgt rendah, tetapi keminter, makanya theologianya jadi kacau. Bukankah PB ditulis oleh penulis2nya dg pengilhaman dr Roh Kudus? Anda percaya ini atau tidak? Baca 2Pet 1:20-21. Jg 2Tim 3:16 – All Scripture is inspired by God. Dan dlm PB itu YHWH diubah jadi KURIOS. Itu dasar saya mengatakan! Anda berkata ilham itu hanya butk bahasa Ibrani? Bukan Yunani? Sekarang tolong beri ayatnya, jgn asal ngomong! Lukas adalah orang Yunani, bukan Yahudi. Lalu bgm dia bisa menulis Injil Lukas dan Kisah Rasul dlm bahasa Ibrani? Dia pasti menulis dlm bahasa Yunani. Dia diilhami atau tidak? 10. Pertanyaan umum seputar nama Yahweh dan jawaban singkat. a. Apa sih artinya sebuah nama?. 58
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Nama Diri sangat penting dan tidak bisa dilepaskan dengan pribadi si penyandang nama tersebut, itulah sebabnya tidak ada satu manusia di duniapun yang tidak mempunyai nama, itu membuktikan bahwa nama diri merupakan sesuatu yang sangat penting, buktinya saat ini binatang juga banyak yang diberi nama. b. Tuhan tahu isi hati, yang penting hati saya kepada Tuhan. Isi hati manusia seharusnya sama dengan apa yang diucapkannya. Mattithyahu/Matius 14: 34B “yang diucapkan mulut meluap dari hati.” Roma 10: 10B “dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Untuk itu janganlah mendirikan kebenaran sendiri seperti kata Roma 10: 1-3. c. Bukankah selama ini tidak ada masalah? Tidak masalah bagi Anda, namun bermasalah bagi Tuhan sebab Tuhan tidak menghendaki namaNya disebut dengan sembarangan. Umat Nasrani di Indonesia sudah waktunya harus kembali ke Firman Tuhan yang diyakininya, kalau pun kesalahan itu sudah terjadi ratusan tahun di Indonesia, bukan berarti Tuhan mengijinkan, karena firman Tuhan sudah menulis “Jangan menyebut NamaNya dengan sembarangan” (Keluaran 20: 7) apalagi mengganti dengan sembarangan. Apakah kalau mencuri tidak ketahuan sehingga tidak ditangkap polisi dan tidak dipenjarakan, berarti Tuhan mengijinkan? Bukankah sudah ada firman Tuhan yang mengatakan “Jangan mencuri” (Keluaran 20: 15). Tanggapan Budi Asali: Tiga point di atas ini sama sekali tak perlu saya tanggapi, karena bukan merupakan argumentasi saya. Tanggapan Yakub : Mungkin bapak tdk menganggap itu argumentasi bapak, tetapi masih sangat terkait dgn pembahasan kita, shrsnya bapak tanggapi donk!. Bukankah yg sering saya dengar mengatakan yg
59
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
penting HATI. Saya yakin bapak pernah mendengar org mengatakan demikian, nah lalu kalau bapak tdk bersedia menanggapi masalah ini, bagaimana kalau ada org yg mengatakan YANG PENTING HATI SAYA, DAN TUHAN TAHU HATI SAYA. Apa jawab bapak? Apakah bapak akan berdiam seribu bahasa saja?. Tanggapan Budi Asali: Saya tak berpendapat bahwa cukup hatinya benar. Pemikiran jg hrs benar. Tapi anda salah dlm pemikiran / pengertian. d. Orang Yahudi saja tidak menyebut Yahweh. Orang Yahudi tidak menyebut Nama Yahweh, bukan berarti tidak mengenal Nama Yahweh, melainkan menguduskannya sehingga setiap ada huruf Ibrani Yod He Waw He yang seharusnya dibaca Yahweh, mereka baca Adonai yang berasal dari kata Adon yang berarti Tuan. Kalau mereka tidak tahu Nama Yahweh, seharusnya yang dibaca Adonai adalah dari huruf Ibrani Alep Daled Nun dan Yod bukan Yod He Waw He. Apa yang dilakukan orang Yahudi tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan isi hati Tuhan Yahweh yang menghendaki namaNya disebut, dipanggil dan diserukan (Keluaran 3: 15, 1 Tawarikh 16: 7-8, Yeshayahu / Yesaya 12: 4 dan lain-lain). Apabila yang dijadikan contoh orang Yahudi, kenapa orang Yahudi menolak Yeshua / Yesus tidak diikuti juga?. Tanggapan Budi Asali: Anda mengatakan ‘seharusnya dibaca YAHWEH’. Anda tahu dari mana? Saya tak meniru Yahudi. Mereka bereaksi secara berlebihan terhadap hukum ke 3 sehingga tak berani menyebut nama YAHWEH sama sekali. Saya berani menyebut, selama bukan dengan sembarangan / sia-sia. Tetapi tetap tdak ada keharusan menyebut / menggunakan nama itu!
60
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Kata ‘berseru’, ‘panggil’ tidak berarti sekedar menggunakan nama itu. Tetapi harus berdoa / menyembah pemilik nama itu. Bagaimana anda menafsirkan Ro 10:13 - “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”? Tanggapan Yakub : Huruf Yod He waw He dibaca Yahweh (huruf H dibelakang tdk kedengeran) jadi kalau ditulis bunyinya akan tertulisnya YAHWE, tentu saya tahu dr belajar bhs Ibrani donk pak!. Coba deh bapak belajar secara serius, bukan dr org2 yg antisemit melainkan dr sudut ilmiah! Ada banyak CD2 pelajaran Ibrani di internet. Yaaah... puji Tuhan kalau bapak berani menyebut nama Yahweh krn memang Yahweh ingin namaNya disebut, ada banyak ayat2 yg merujuk hal ini. Roma 10: 13 tdk perlu ditafsirkan pak, dlm kitab Haverit Hakadasha yg menurut bapak “terjemahan dr Yunani” saja menulis nama Yahweh krn jika dibaca bunyinya : Wehaya kol asher-yiq’ra be’shem Yahweh yimaleth – Barang siapa berseru dalam nama Yahweh akan diselamatkan!. So pasti dgn saya mengerti nama Tuhan saya yg juga sama dgn yg disembah oleh para nabi, saya akan makin mantap menyembah, mengagungkan dan meninggikan DIA bukan meninggikan allah. Tanggapan Budi Asali: Saya tidak tanyakan huruf matinya, tetapi huruf hidupnya. Dlm buku pelajaran Ibrani mana diajarkan mengucapkan huruf hidup yg tidak ada? Anda belajar dr buku pelajaran Ibrani atau dr tukang sulap?
e. Dalam Perjanjian Baru tidak ada Nama Yahweh. Karena Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Nama Yahweh dalam Perjanjian Lama dengan “TUHAN” dan “ALLAH” dalam huruf kapital semua dan dalam kamus Alkitab dibagian belakang ditulis TUHAN adalah salinan dari nama
61
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Allah Israel yaitu Yahweh (bd. Keluaran 3: 14), maka orang berpikir Nama Yahweh tidak ada dalam Perjanjian Baru karena dalam Perjanjian Baru tidak ada kata “TUHAN” dalam huruf kapital semua. Dalam kamus tersebut juga kurang tepat, sebab “Nama diri” tidak bisa disalin-salin, apalagi yang dijadikan referensi Keluaran 3: 14 yang mengacu kepada kalimat “Aku adalah Aku” sehingga orang menganggap bahwa Tuhan itu tidak punya nama. Seharusnya yang dijadikan pembanding adalah Kitab Keluaran 3: 15 atau Yeshayahu/Yesaya 42: 8 dan sebagainya. Jika dilihat dalam bahasa asli Kitab Suci umat Nasrani yang berbahasa Ibrani, ternyata Nama Yahweh dalam Perjanjian Baru diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dengan “Tuhan” atau “Allah”. Contoh : Roma 10: 13 dan Kisah Rasul 2: 21 jlMy hwhy ~vB arqy-rva lK hyhw Wehaya kol asher-yiqra be'shem Yahweh yimaleth (Barang siapa berseru dalam nama YAHWEH akan diselamatkan) Lembaga Alkitab Indonesia mengakui identik dengan Yoel 2: 32 ( Lihat di Foot Note ) yaitu dalam Nama Yahweh, namun sayangnya nama Yahweh diterjemahkan dengan “Tuhan” Contoh : Kisah Rasul 7: 33 yK ^ylgr l[m ^yl[n lv hwhy wyla rmayw awh vdq-tmda wyl[ rmw[ hta rva ~wqmh Wayomer elaiw Yahweh shal n’aleikha meal rag’leikha ki hamaqom a’sher atta omer alaiw ad’mat-qodesh hu (Firman Yahweh kepadanya: Tanggalkan kasutmu dari kakimu, sebab tempat di mana engkau berdiri itu adalah tanah yang kudus.) Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan Nama Yahweh menjadi “Allah”. Nama Yahweh sebenarnya banyak tersebar dalam Kitab Perjanjian Baru, tanpa disadari juga umat Nasrani sebenarnya sudah memuliakan Nama Yahweh, namun karena tidak dikenal dan tidak mengerti bahasa Ibrani, sehingga mengucapkan 62
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
namun tidak tahu maknanya, malah menolak nama Yahweh dan dianggapnya sesat. Tanggapan Budi Asali: Anda punya gelar S. Th. dan M. A. Dapat dari sekolah mana? Sekolah itu mengajar anda seperti itu, sehingga berani mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru ada nama YAHWEH? Atau anda dapat dari Saksi-Saksi Yehuwa? Tanggapan Yakub : Bapak tdk perlu tanya saya dpt gelar dimana krn saya tdk membanggakan gelar, saya tulis krn kalau tdk ada gelar dianggaptdk berpendidikan koq ngomong, yg jelas saya bukan sekolah karbitan yg cuma bikin paper 1 bulan bergelar STh dan bikin paper lagi bergelar MA. Saya bener2 sekolah Alkitab bertahun2 pak!. Kalau bapak menuntut saya salah krn mengatakan Perjanjian Baru ada nama Yahweh, bapak perlu banyak mencari literatur dr luar negeri pak! Coba bapak titip temen yg ke Israel! Ada banyak kitab2 PB dlm bhs Ibrani dijual disana dan sdh barang tentu ada banyak nama Yahweh ditulis dlm PB. Maaf pak, bapak jangan mengkait-kaitkan saya dgn saksi Yehuwa!. Saksi Yehuwa itu tdk menerima Yeshua sbg Tuhan lho pak dan saya tdk mendapat Kitab dr Saksi Yehuwa, kalaupun dapat juga terjemahannya masih kacau krn amsih pakai allah juga!. Jangan terlalu picik berpandangan kalau menyebut Yahweh berarti punya kaitan dgn saksi Yehuwa!. Itu bapak sdh apriori! Saya juga bukan mendapatkan dr saksi Yehuwa, justru saksi Yehuwa MASIH PAKAI ALLAH dlm kitabnya. Sama seperti bapak!. Namun perlu saya informasikan bahwa pemimpin saksi Yehuwa kab. Semarang sdh mengakui bahwa Yeshua itu bukan sekedar penghulu malaikat tetapi Tuhan dan Juru selamat, Dia itu Yahweh sendiri yg turun ke dunia, bukan allah yg turun ke dunia krn allah itu bukan dr sorga. Tanggapan Budi Asali:
63
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Mengapa takut sebutkan nama sekolahnya? Saya betul2 ingin tahu sekolah gila mana yg ajar PB bahasa aslinya Ibrani! Belajar lama, bertahun2, tak menjamin apapun. Tergantung siapa yg mengajar. Kalau sekolah anda brengsek, dan dosen2nya brengsek, makin lama anda sekolah disana, makin mendarah daging kesesatan anda! Anda selalu berargumentasi secara konyol. Kalau menuruti cara argumentasi anda, saya bisa mengatakan bahwa PL ditulis dg bahasa asli Yunani. Tak percaya? Dtg ke rumah saya, akan saya tunjukkan PL saya yg pake Yunani. Masih tak percaya? Silahkan pergi ke Yunani, dan cari KS disana, seluruhnya dlm Yunani! Masih tak melihat ketololan argumentasi anda? Di sini saya memang curiga anda dpt dr SSY, krn mrk juga mengatakan hal yg sama, bahwa dlm PB ada kata YHWH. Saya tahu krn sgt mendalami ajaran mrk, dan bahkan menulis buku ttg mrk. Jadi, anda tak mendapat dr mrk, dan hanya krn kebetulan saja mendapatkan pemikiran yg sama gilanya / sesatnya? Saya kutip ulang apa yang sudah saya kutip di atas. Walter Martin: “It can be shown from literally thousands of copies of the Greek New Testament that not once does the tetragrammaton appear, not even in Matthew, possibly written in Hebrew or Aramaic originally, and therefore more prone than all the rest to have traces of the divine name in it, yet it does not! Beyond this, the roll of papyrus (LXX) which contains the latter part of Deuteronomy and the divine name only proves that one copy did have the divine name (YHWH), whereas all other existing copies use KYRIOS and THEOS, which the Witnesses claim are ‘substitutes.’ ... the Septuagint with minor exeptions always uses KYRIOS and THEOS in place of the tetragrammaton, and the New Testament never uses it at all” [= Bisa ditunjukkan dari ribuan naskah dari Perjanjian Baru berbahasa Yunani bahwa TIDAK SEKALIPUN tetragrammaton (= 4 huruf / YHWH) muncul, bahkan tidak dalam Matius, yang naskah aslinya mungkin ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram, dan karena itu lebih condong daripada semua sisanya untuk mempunyai jejak dari nama ilahi di dalamnya, tetapi ternyata tidak ada! Di luar ini,
64
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
gulungan papirus (LXX) yang mempunyai bagian terakhir dari kitab Ulangan dan nama ilahi itu hanya membuktikan bahwa satu copy / naskah memang mempunyai nama ilahi (YHWH), sedangkan semua naskah lain yang ada menggunakan KURIOS dan THEOS, yang oleh Saksi-Saksi Yehuwa diclaim sebagai ‘pengganti-pengganti’. ... Septuaginta dengan perkecualian yang sangat sedikit selalu menggunakan KURIOS dan THEOS di tempat dari tetragrammaton, dan Perjanjian Baru tidak pernah menggunakannya sama sekali] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 74.
Walter Martin: “Relative to the nineteen ‘sources’ the Watchtower uses (pp. 30-33) for restoring the tetragrammaton to the New Testament, it should be noted that they are all translations from Greek (which uses KYRIOS and THEOS, not the tetragrammaton) back into Hebrew, the earliest of which is A.D. 1385, and therefore they are of no value as evidence” [= Berhubungan dengan 19 ‘sumber’ yang digunakan Menara Pengawal (hal 30-33) untuk mengembalikan tetragrammaton kepada Perjanjian Baru, harus diperhatikan bahwa semua itu adalah terjemahan dari bahasa Yunani (yang menggunakan KURIOS dan THEOS, bukan tetragrammaton) kembali ke dalam bahasa Ibrani, dan yang paling awal adalah pada tahun 1385, dan karena itu semua itu tidak mempunyai nilai sebagai bukti] - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 74. Tanggapan Yakub : Ya jelas kalau bapak mengacunya dr bhs Yunani mana ada YHWH? Saya sdh tulis di atas bahwa huruf Yunani itu tdk mengenal abjad YHW. Bapak mengambilnya referensi tidak akurat!. Bagaimana mungkin kitab Matius yg berbahasa Ibrani dan Aramaic tdk menulis YHWH.... saya punya kitabnya pak! Memang di Indonesia mungkin hanya beberapa org saja yg memilikinya. Silakan bapak mampir ke rumah, nanti saya tunjukkan kitabnya! Saya tdk berani berbicara kalau tdk melihat buktinya! Kalau bapak selalu mengacunya ke Yunani dan meyakini bhs Yunani merupakan bahasa asli Kitab Suci, berarti bapak percaya bahwa pengajaran bisa datang dr bangsa kafir?
65
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Padahal firman Tuhan mengatakan bahwa pengajaran datang dr Sion. Tanggapan Budi Asali: Anda bilang anda punya kitabnya. Kalau kitab, sudah jelas keluaran jaman modern. Para penafsir yg mengatakan PB bahasa aslinya Yunani itu bahkan punya manuscriptnya, yg masih dlm bentuk gulungan, bukan berbentuk kitab. Buku Injil Matius anda itu tak ada nilainya sbg barang bukti! Ttg Sion sudah saya bahas di atas, tak usah diulang di sini. Contoh : Kata “Haleluyah”, bukankah kata ini sering disebut oleh semua umat Nasrani? Namun pemahaman kata “Haleluyah” selama ini berarti Pujilah Tuhan, malah ada yang mengatakan bahwa Haleluyah itu bahasa sorga yang tidak berarti. Padahal “Haleluyah” itu artinya Pujilah Yah (kependekan dari Yahweh) Tanggapan Budi Asali: Tahu dari mana kalau Yah itu kependekan dari YAHWEH? Hanya menebak bukan? Bukankah bisa dari YAHWUH? Atau YAHWIH? Bahkan YAH itu dari mana anda tahu membacanya memang YAH? Apa bukan YIH, atau YUH, atau YEH? Ingat, bahasa Ibrani tak punya huruf hidup! Tanggapan Yakub : Bapak beli aja buku Ensiklopedia yg saya tulis dibawah ini, bapak akan menemukan kalau Yah itu kependekan dr Yahweh dan memang dlm kitab Hebrew sering nama Yahweh hanya disebut dgn Yah. Apakah profesor2 yg menulis buku Ensiklopedia di bawah ini bodoh dibandingkan dgn bapak shg bapak dgn mudahnya menyalahkan? Boleh2 saja sih bapak menyalahkan seorg profesor sekalipun, tetapi bapak hrs dpt mengungkapkan argumentasi yg benar donk pak!. Bukan kira2 begitu.
66
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Memang ada kemungkinan Yah itu kependekan YAHWEH, tetapi saya katakan tak pasti krn apa? Krn ada nama2 spt Yehoram, Yehosua, dsb. Yeho, itu kependekan YEHOVAH. Lalu yg benar YEHOVAH atau YAHWEH? Jgn asal ngomong ensiklopedi, tapi tak mau kutip di sini. Anda orang yg nggak niat dan nggak punya semangat dlm ‘memulihkan nama Yahweh’!!!
Hal tersebut juga tertulis di dalam Buku Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid 1 (A-L) oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih / OMF halaman 359 sbb. : Sebutan liturgis, disalin dari kata Ibrani Hallelu-yah, Pujilah Yah, kependekan dari Yahweh, muncul 24 kali dalam Mazmur. .... dst. Untuk PB baca Wahyu 19: 1, 3, 4, 6. Tanggapan Budi Asali: Dalam Yunani diyunanikan menjadi ALLELOUIA. Tanggapan Yakub : Berkali-kali saya katakan bahwa hal itu krn huruf Yunani tdk mengenal abjad YHW !. Tanggapan Budi Asali: Saya tahu, tetapi itu menunjukkan bahwa kalau YAHWEH tak hrs diganti KURIOS, bisa diyunanikan. Tapi penulis PB mengubah jadi KURIOS. Haleluyah itu dalam bahasa Ibrani ditulis dengan huruf He Lamed Lamed Waw Yod He (HLLWYH) sebagai berikut : Hywllh - Haleluyah dari kata wllh - Halelu dan hy- Yah Selain itu karena bahasa asli penulisan Kitab Perjanjian Baru dianggap menggunakan bahasa Yunani, karena huruf Yunani tidak mengenal huruf YHW maka diterjemahkan
67
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
menjadi Kurios dan Theos. Padahal bahasa Asli Kitab Perjanjian Baru adalah Ibrani. Buktinya Silsilah Tuhan Yeshua di Mattithayu 1: 1-17 nama Avner tidak tertulis dalam ayat 13 seperti di Kitab DuTillet Hebrew sehingga jumlahnya 13 generasi, tidak seperti di ayat 17. Tanggapan Budi Asali: Betul-betul hebat, Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani!!!! Lagi-lagi anda belajar dari sekolah mana? ‘Bukti’ yang anda berikan tidak bisa saya mengerti. Itu omongan apa? Bisa berikan bukti naskah Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani? Atau berikan penafsir / Ahli theologia / encyclopedia / dictionary yang cukup punya nama yang mengatakan demikian? Tanggapan Yakub : Bapak shrsnya kalau diskusi jangan emosi! Bapak perlu banyak membaca buku dan referensi yg akurat, jangan hanya mengajarkan tradisi turun-temurun dan filsafat yg kosong (Kolose 2: 8) Bukti saya sangat jelas tetapi tdk bisa dimengerti oleh bapak yg bertitel MDIV? Anak SD juga bisa koq pak. Coba donk baca Kitab Matius yg saya sodorkan di atas lalu dihitung jumlah nama yg ada seperti yg saya tulis dlm statement di atas! Apakah benar jumlahnya 14 ? Kalau kenyataannya Cuma 13 lalu yg satu dikemanakan? Ini khan sangat jelas pak? Koq bapak mengatakan omongan apa! Oke lah... kalau bapak mengatakan ini omongan apa, sekarang jawab pertanyaan saya. Ada kekurangan satu nama disitu apa jawaban bapak? Saya tunggu jawaban bapak ya ! Tanggapan Budi Asali: Hehehe. Siapa yg emosi? kalau emosi saya akan akui emosi, tetapi di sini tidak. Hanya heran, bgm org bisa begitu ignorant sementara punya 2 gelar theologia! Makanya saya tanya sekolah anda.
68
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Ttg 13 dan 14 sudah saya jawab di atas. Anda memang tak becus argumentasi. Sama sekali tidak ada kekuatan dlm argumentasi anda. Perlu anda ketahui, ini bukan utk sombongkan diri lho, saya sudah debat ratusan kali, selama puluhan tahun dg orang dr segala macam agama dan aliran. Saya bisa bedakan mana yg argumentasinya kuat dan mana yg tidak. Saksi Yehuwa, sekalipun sesat, jauh lebih bagus dlm argumentasi dr anda. Saya kutipkan dari Nelson’s Bible Dictionary, dengan topik ‘languages of the Bible’: LANGUAGES OF THE BIBLE The languages in which the Bible was originally written. The most famous of these are Hebrew, the original language of the Old Testament, and Greek, used in the writing of most of the New Testament. But several other ancient languages also had an important bearing on the writing or transmission of the original texts of the Bible. (from Nelson's Illustrated Bible Dictionary) (Copyright (C) 1986, Thomas Nelson Publishers) Saya kutipkan juga dari International Standard Bible Encyclopedia, dengan topik ‘language of the New Testament’: LANGUAGE OF THE NEW TESTAMENT (lan'-gwaj) (Greek). See ARAMAIC LANGUAGE also: ------------------I. THE VERNACULAR KOINE THE LANGUAGE OF THE NEW TESTAMENT .. 1. The Old Point of View .. 2. The Revolution .. 3. The Proof of the New Position ...... (1) The Papyri
69
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
...... (2) The Ostraka ...... (3) The Inscriptions ...... (4) Modern Greek ...... (5) Historical and Comparative Grammar .. 4. Characteristics of the Vernacular koine II. LITERARY ELEMENTS IN THE NEW TESTAMENT III. THE SEMITIC INFLUENCE IV. INDIVIDUAL PECULIARITIES OF THE NEW TESTAMENT WRITERS V. THE KOINE GREEK SPOKEN BY JESUS LITERATURE ------------------I. The Vernacular "koine" the Language of the New Testament.-The ghost of the old Purist controversy is now laid to rest for good and all. The story of that episode has interest chiefly for the historian of language and of the vagaries of the human intellect. 1. The Old Point of View: See Winer-Thayer, Grammar of the Idiom of the New Testament, 1869, 12-19, and Schmiedel's Winer, sectopm 2, for a sketch of this once furious strife. In the 17th century various scholars tried to prove that the Greek of the New Testament was on a paragraph with the literary Attic of the classic period. But the Hebraists won the victory over them and sought to show that it was Hebraic Greek, a special variety, if not dialect, a Biblical Greek The 4th edition of Cremer's BiblicoTheological Lexicon of New Testament Greek (translated by W. Urwick, 1892) quotes, with approval, Rothe's remark (Dogmatik, 1863, 238): "We may appropriately speak of a language of the Holy Ghost. For in the Bible it is evident that the Holy Spirit has been at work, moulding for itself a distinctively religious mode of expression out of the language of the country which it has chosen as its sphere, and transforming the linguistic elements which it found ready to hand, and even conceptions already existing, into a shape and form appropriate to itself and all its own." Cremer adds: "We have a very clear and striking proof of this in New Testament Greek." This was only twenty years ago and fairly represented the opinion of that day. Hatch in 1889 (Essays in Biblical Greek, 34)
70
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
held that with most of the New Testament words the key lay in the Septuagint. But Winer (Winer-Thayer, 20) had long ago seen that the vernacular koine was "the special foundation of the diction of the New Testament," though he still admitted "a Jewish-Greek, which native Greeks did not entirely understand" (p. 27). He did not see the practical identity of New Testament Greek with the vernacular koine-- ("common" Greek), nor did Schmiedel in the 8. Auflage of Winer (I. Theil; II. Theil, erstes Heft, 1894-97). In the second edition of his Grammar of New Testament Greek (English translation by Thackeray, 1905, 2), Blass sees the dawn of the new day, though his book was first written before it came. Viteau (Etude sur le grec du Nouveau Testament, I, Le verbe, 1893, II, Le sujet, 1896) occupies wholly the old position of a Judaic Greek An extreme instance of that view is seen in Guillemard's Hebraisms in the Greek Testament (1879). 2. The Revolution: A turn toward the truth comes with H. A. A. Kennedy's Sources of the New Testament Greek (1895). He finds the explanation of the vocabulary of both the Septuagint and the New Testament to be the vernacular which he traces back to Aristophanes. It is a good exercise to read Westcott's discussion of the "Language of the New Testament" in Smith, Dictionary of the Bible, III (1888), and then turn to Moulton, "Language of the New Testament," in the 1-vol Hastings, Dictionary of the Bible (five volumes). Westcott says: "The chief peculiarities of the syntax of the New Testament lie in the reproduction of Hebrew forms." Moulton remarks: "There is no reason to believe that any New Testament writer who ever lived in Palestine learned Greek only as a foreign language when he went abroad." Still better is it to read Moulton, "New Testament Greek in the Light of Modern Discovery" in Cambridge Biblical Essays (1909, 461-505); Deissmann, Light from the Ancient East (1911); or Angus, "The koine, the Language of the New Testament," Princeton Review, January, 1910, 42-92. The revolution has come to stay. It is now clear that the Greek of the New Testament is not a jargon nor a patois. In all essential respects it is just the vernacular koine of the 1st century AD, the lingua franca of the Greek-Roman empire, the legacy of
71
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Alexander the Great's conquest of the East. This world-speech was at bottom the late Attic vernacular with dialectical and provincial influences. It was not a decaying tongue, but a virile speech admirably adapted to the service of the many peoples of the time. The able article in volume III of Hastings, Dictionary of the Bible (five volumes) on the "Language of the New Testament" by Dr. J. H. Thayer appeared in 1900, and illustrates how quickly an encyclopaedia article may become out of date. There is a wealth of knowledge here displayed, as one would expect, but Thayer still speaks of "this species of Greek," "this peculiar idiom, .... Jewish Greek," though he sees that its basis is "the common or spoken Greek." The last topic discussed by him is "Problems." He little thought that the biggest "problem" so near solution was the character of the language itself. It was Adolph Deissmann, then of Heidelberg, now of Berlin, who opened the new era in the knowledge of the language of the New Testament. His Bibelstudien (zumeist aus den Papyri und Inschriften zur Geschichte der Sprache, des Schrifttums und der Religion des hellenistischen Judentums und des Urchristentums) appeared in 1895. In this epochmaking volume he proved conclusively from the papyri and the inscriptions that many of the seeming Hebraisms in the Septuagint and the New Testament were common idioms in the vernacular koine. He boldly claimed that the bulk of the Hebraisms were falsely so termed, except in the case of translating Greek from the Hebrew or Aramaic or in "perfect" Hebraisms, genuine Greek usage made more common by reason of similarity to the Semitic idiom. In 1897 he produced Neue Bibelstudien, sprachgeschichtliche Beitrage zumeist aus den Papyri und Inschriften zur Erklarung des Neuen Testaments. In 1901 (2nd edition in 1903) these two volumes were translated as one by A. Grieve under the title Bible Studies. Deissmann's other volumes have confirmed his thesis. The most important are New Light on the New Testament (1907), The Philology of the Greek Bible (1908), Licht vom Osten (1908), Light from the Ancient East (translation by Strachan, 1910), St. Paul in the Light of Social and Religious History (1912). In Light from the Ancient East, Deissmann illustrates the New Testament language with
72
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
much detail from the papyri, ostraka and inscriptions. He is now at work on a new lexicon of the New Testament which will make use of the fresh knowledge from these sources. The otherwise helpful work of E. Preuschen, Vollstandiges griechisch-deutsches Handworterbuch zu den Schriften des Neuen Testaments und der ubrigen urchristlichen Literatur (190810), fails to utilize the papyri and inscriptions while drawing on the Septuagint and the New Testament Apocrypha and other early Christian literature. But this has been done by Ebeling in his Griechisch-deutsches Worterbuch zum New Testament, 1913. The next step was made by A. Thumb, the great philologian, in his Griechische Sprache im Zeitalter des Hellenismus; Beitrage zur Geschichte und Beurteilung der "koine," 1901, in which the real character of the koine was for the first time properly set forth. Winer and Blass had both lamented the need of a grammar of the koine, and that demand still exists, but Thumb went a long way toward supplying it in this volume. It is to be hoped that he will yet prepare a grammar of the koine. Thumb's interests cover the whole range of comparative philology, but he has added in this field "Die Forschungen fiber die hellenistische Sprache in den Jahren 1896-1901," Archiv fur Papyrusforschung, II, 396 f; "Prinzipienfragen der Koina-Forschung," Neue Jahrb. fur das kl. Alt., 1906; "Die sprachgeschichtliche Stellung des biblischen Griechisch," Theologische Rundschau, V, 85-99. The other most important name to add is that of J. Hope Moulton, who has the credit of being the first to apply the new knowledge directly to the New Testament Greek His Grammar of New Testament Greek, I, Prolegomena (1906, 2nd edition, 1906, 3rd edition, 1908, German translation in 1911, Einleitung in die Sprache des NT) is a brilliant piece of work and relates the Greek of the New Testament in careful detail to the vernacular koine, and shows that in all important points it is the common Greek of the time and not a Hebraic Greek Moulton probably pressed his point too far in certain respects in his zeal against Hebraisms, but the essential position of Deissmann and Moulton is undoubtedly sound.
73
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Moulton had previously published the bulk of this material as "Grammatical Notes from the Papyri," The Expositor, 1901, 27182; 1903, 104-21, 423-39; The Classical Review, 1901, 31-37, 434-41; 1904, 106-12, 151-55; "Characteristics of New Testament Gr," The Expositor, 1904. In 1909 appeared his essay, Greek in the Light of Modern Discovery (see above). Since 1908, The Expositor has had a series of papers by J.H. Moulton and George Milligan called "Lexical Notes from the Papyri," which are very useful on the lexical side of the language. Thus the study is fairly launched on its new career. In 1900, A.T. Robertson produced a Syllabus on the N T Greek Syntax from the standpoint of comparative philology, which was rewritten in 1908, with the added viewpoint of the papyri researches, as A Short Grammar of the Greek New Testament (2nd edition, 1909, 3rd edition, 1912; translations in Italian in 1910, German and French in 1911, Dutch in 1912). In October, 1909, S. Angus published a good article in the Harvard Theological Review on "Modern Methods in New Testament Philology," followed in January, 1910, by another in the Princeton Review on "The koine, the Language of the New Testament." The new knowledge appears also in Jakob Wackernagel, "Die griechische Sprache" (pp. 291-318, 2nd edition, of Die griechische und lateinische Literatur und Sprache, 1907). L. Radermachcr has set forth very ably "die sprachlichen Vorgange in ihrem Zusammenhang," in his Neutestamentliche Grammatik: Das Griechisch des Neuen Testaments im Zusammenhang mit der Volkssprache. It is in reality the background of the New Testament Greek and is a splendid preparation for the study of the Greek New Testament. A full discussion of the new knowledge in grammatical detail has been prepared by A.T. Robertson under the title A Grammar of the Greek New Testament in the Light of Historical Research. Moulton and Schmiedel are planning also to complete their works. The proof of the new position is drawn from several sources: 3. The Proof of the New Position: (1) The papyri.-- These rolls have lain in the museums of the world many years and attracted little attention. For lists of the chief collections of the papyri see
74
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Moulton, Prolegomena, 259-62; Milligan, Selections from the Greek Papyri, xi, xii; Mayser, Grammatik der griechischen Papyri aus der Ptolemaerzeit; Lautund Wortlehre, vii-x; Deissmann, Light from the Ancient East, 20-41; Robertson, Grammar of the Greek New Testament, Bibliography. New volumes of papyri as a result of recent explorations in Egypt are published each year. See PAPYRUS, and in the other encyclopaedias under the word Most of the papyri discovered belong to the period of the koine (the first three centuries BC and AD in round numbers), and with great wealth of illustration they show the life of the common people of the time, whether in Egypt or Herculaneum (the two chief regions represented). There are various degrees of culture shown, as can be seen in any of the large volumes of Grenfell and Hunt, or in the handbooks of Lietzmann, Griechische Papyri (1905), and of Milligan, Greek Papyri (1910). They come from the scrap-heaps of the long ago, and are mainly receipts, contracts, letters of business or love, military documents, etc. They show all grades of culture, from the illiterate with phonetic spelling to the man of the schools. But we have here the language of life, not of the books. In a most startling way one notes the similarities of vocabulary, forms, and syntax between the language of the papyri of the 1st century AD and that of the New Testament books. As early as 1778, F.W. Sturz, made use of the Charta Borgiana, "the first papyrus ever brought to Europe" (Deissmann, Light from the Ancient East, 39), and in 1841 Thiersch likewise saw the value of the papyri for the philology of the Septuagint. But the matter was not pressed. Lightfoot threw out a hint about the value of letters of the people, which was not followed till Deissmann saw the point; compare Moulton, Prol., 242. It is not necessary here to illustrate the matter at length. Deissmann takes up in detail the "Biblical" words in Thayer's Lexicon, and has no difficulty in finding most of them in the papyri (or inscriptions). Thus plerophoreo, is shown to be common in the papyri. See Deissmann, Bible Studies and Light from the Ancient East, for extensive lists. The papyri show also the same meanings for many words once thought peculiar to the Bible or the New
75
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Testament. An instance is seen in the official sense of presbuteros, in the papyri, 5 ho presbuteros les komes (Pap. Lugd. A 35 f), "without doubt an official designation" (Deissmann, Bible Studies, 155). So adelphos, for members of the community, anastrophe, for manner of life, antilempsis, "help," leitourgia, "public service," paroikos, "sojourner," etc. (Deissmann, Light from the Ancient East, 107). R. Helbing (Grammatik der Septuaginta, 1908) and H. St. John Thackeray (A Grammar of the Old Testament in Greek according to the Septuagint, 1909) have applied the new knowledge to the language of the Septuagint, and it has been discussed with much ability in the first volumes. The use of the papyri for grammatical purposes is made easier by the excellent volume of E. Mayser, Grammatik der griechischen Papyri aus der Ptolemaerzeit; Laut- und Wortlehre (1906), though his "Syntax," is still a desideratum. Useful also is G. Cronert, Memoria Graeca Herculanensis (1903). (2) The ostraka.-- The literature on this subject is still small in bulk. In 1899 Ulrich Wilcken published Griechische Ostraka aus Aegypten und Nubien, and in 1902 W.E. Crum produced his book of Christian ostraka called Coptic Ostraca from the Collections of the Egypt Exploration Fund, the Cairo Museum, and Others. This was followed in 1905 by H.R. Hall's Coptic and Greek Texts of the Christian Period from Ostraka, Stelae, etc. These broken pieces of pottery were used by the lowest classes as writing material. It was very widely used because it was so very cheap. Wilcken has done more than anyone else to collect and decipher the ostraka. Deissmann (Light from the Ancient East, 46) notes that Cleanthes the Stoic "wrote on ostraka or on leather" because too poor to buy papyrus. So he quotes the apology of a Christian for using potsherd for a letter: "Excuse me that I cannot find papyrus as I am in the country" (Crum, Coptic Ostraca, 55). The use of apecho, on an ostrakon for a receipt in full, illustrates well the frequent use of this word in the New Testament (Deissmann, Light from the Ancient East, 111). (3) The inscriptions.-- Here caution must be used since many of the inscriptions give, not the vernacular, but the literary language. The official (legal and military) decrees often appear in very formal
76
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
style. But a number do preserve the vernacular idiom and often have the advantage of being dated. These inscriptions are chiefly on stone, but some are on metal and there are a few wax tablets. The material is vast and is constantly growing. See list of the chief collections in Deissmann's Light from the Ancient East, 10-20. Boeckh is the great name here. As early as 1779 Walch (Observationes in Matt. ex graecis inscriptionibus) made use of Greek inscriptions for New Testament exegesis, and R.A. Lipsius says that his father (K.H.A. Lipsius, author of Grammatische Untersuchungen uber die biblische Gracitat) "contemplated a large grammar of the Greek Bible in which he would have availed himself of the discoveries in modern epigraphy" (Deissmann, Light, etc., 15). Schmiedel has made good use of the inscriptions so far in his revision of Winer; H.A.A. Kennedy (Sources of New Testament Greek, 1895), H. Anz (Subsidia ad Cogn., etc., 1894), R. Helbing (Grammatik der Septuaginta, 1908), J. Psichari (Essai sur le Grec de la Septante, 1908), H. St. John Thackeray (A Grammar of the Old Testament in Greek according to the Septuagint, 1909), and R. Meister (Prol. zu einer Grammatik der Septuaginta, 1907) turned to good account the inscriptions for the linguistic problems of the Septuagint, as indeed Hatch (Essays in Biblical Greek, 1889) had already done. W. Dittenberger added some valuable "Grammatica et orthographica" to his Orientis Graeci Inscriptiones Selectae (2 vols, 1903, 1905). See also E. L. Hicks and G. F. Hill, Greek Historical Inscriptions (1901), and Hicks's paper "On Some Political Terms Employed in the New Testament," Classical Review, 1887, 4 ff, 42 ff. W. M. Ramsay's Cities and Bishoprics of Phrygia (2 vols, 1895, 1897) and his other works show keen insight in the use of the inscriptions. Deissmann's Bible Studies (1895, 1901) applied the knowledge of the inscriptions to the Septuagint and to the New Testament. In his Light from the Ancient East (1910) copious use is made of the inscriptions for New Testament study. Moulton (Prol., 1906, 258 f, for lists) is alive to the value of the inscriptions for New Testament grammar, as indeed was Blass (Grammatik des neutestamentlichen Griechisch, 1896) before him.
77
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Compare further, G. Thieme, Die Inschriften von Magnesia am Maander und das Neue Testament (1906); T. Nageli, Der Wortschatz des Apostels Paulus (1905), and J. Rouffiac, Recherches sur les caracteres du Grec dans le New Testament d'apres les Inscr. de Priene (1911). Special treatises or phases of the grammar of the inscriptions appear in Meisterhans-Schwyzer, Grammatik der attischen Inschriften (1900); Nachmanson, Laute und Formen der magnetischen Inschriften (1896); Schweizer, Grammatik der pergamenischen Inschriften (1898). Moulton and Milligan have drawn freely also on the inscriptions for their "Lexical Studies" running in The Expositor (1908 and the years following). The value of the inscriptions for the Greek of the New Testament is shown at every turn. For instance, prototokos, is no longer a "Biblical" word. It appears in a metrical inscription (undated) of Trachonitis on a tomb of a pagan "high priest" and "friend of the gods" (Deissmann, Light, etc., 88); compare Kaibel, Epigrammata Graeca, etc., number 460. Even agape, occurs on a pagan inscription of Pisidia (Papers of the American School of Classical Studies at Athens, 2, 57). See, further, W.H.P. Hatch's "Some Illustrations of New Testament Usage from Greek Inscriptions of Asia Minor," Journal of Biblical Literature, 1908, 134-146. (4) Modern Greek.-- As early as 1834 Heilmeier saw that the modern Greek vernacular went back to the koine (Moulton, Prologoumena, 29), but it is only in recent years that it was clearly seen that the modern Greek of the schools and usually in the newspapers is artificial, and not the real vernacular of today. Mullach's work (Grammatik der griechischen Vulgarsprache, 1856) was deficient in this respect. But Jannaris' Historical Greek Grammar (1897) carries the history of the vernacular Greek along with the literary style. Hatzidakis, Einleitung in die neugriechische Grammatik, 1892, clears the air very much and connects the modern Greek with the New Testament. But it is to Thumb that we are indebted for the best knowledge of the vernacular (he demotike) as opposed to the literary language (he kathareuousa) of today. Mitsotakis (Praktische Grammatik, 1891) had treated both together, though Wied (Die Kunst, die neugriechische
78
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Volksprache) gave only the vernacular. But Wied is only elementary. Thumb alone has given an adequate treatment of the modern Greek vernacular, showing its unity and historical contact with the vernacular koine (Handbuch der neugriechischen Volkssprache, 1895; Thumb-Angus, Handbook of Modern Greek Vernacular, 1912). Thus one can see the living stream of the New Testament speech as it has come on down through the ages. It is impossible to overestimate the importance of modern Greek vernacular in the knowledge of New Testament Greek The disappearance of the optative, the vanishing of the infinitive before hina, and itacism are but instances of many others which are luminous in the light of the modern Greek vernacular. See Psichari, Essais de grammaire historique neo-grecque (1886-89). (5) Historical and comparative grammar.-- From this source the koine gets a new dignity. It will take one too far afield to sketch here the linguistic revolution wrought since the publication of, and partly caused by, Bopp's Vergleichende Grammatik (1857), following Sir William Jones' discovery of Sanskrit. The great work of Brugmann and Delbruck (Grundriss der vergleichenden Grammatik der indogermanischen Sprachen, I-V, 1892-1909) marks the climax of the present development, though many workers have won distinction in this field. The point to accent here is that by means of comparative philology the Greek language is seen in its proper relations with other languages of the IndoGermanic family, and the right interpretation of case, preposition, mode, tense, voice, etc., is made possible. The old traditional empiricism is relegated to the scrap-heap, and a new grammatical science consonant with the facts has taken its place. See Delbruck, Introduction to the Study of Language (1882), Giles, Short Manual of Comparative Philology (1901), for a resume of the facts. Wright, Comparative Grammar of the Greek Language (1912), applies the new learning to the Greek tongue. The progress in classical scholarship is well shown by Sandys in his History of Classical Scholarship (I-III, 1906-8) and by Gudeman, Geschichte der klass. Philologie, 2. Aufl, 1909. Innumerable monographs have enriched the literature of this subject. It is now feasible to
79
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
see the Greek language as a whole, and grasp its historical unity. Seen in this light the koine is not a dying tongue or a corrupt dialect. It is a normal and natural evolution of the Greek dialects into a world-speech when Alexander's conquests made it possible. The vernacular koine which has developed into the modern Greek vernacular was itself the direct descendant of the Attic vernacular which had its roots in the vernacular of the earlier dialects. The dialectical developments are closely sketched by Thumb, Handbuch der griechischen Dialekte (1909), and by Buck, Introduction to the Study of Greek Dialects (1910), not to mention the older works of Hoffmann, Meister, etc. Jannaris has undertaken in his Historical Greek Grammar (1897) to sketch and interpret the facts of the Greek tongue throughout its long career, both in its literary and vernacular aspects. He has succeeded remarkably well on the whole, though not quite seeing the truth about the modern Greek vernacular. Schanz is seeking to lay the foundation for still better work by his Beitrage zur historischen Syntax der griechischen Sprache (1882 and the years following). But the New Testament student must be open to all the new light from this region, and it is very great. See, further, Dieterich, Untersuchungen zur Geschichte der griech. Sprache von der hellen. Zeit (1898). 4. Characteristics of the Vernacular "koine": As already indicated, the Greek of the New Testament is in the main just the vernacular koine of the 1st century AD, though Greek as used by men of ability and varying degrees of culture. The most striking difference between the vernacular koine and the literary Attic is seen in the vocabulary. The writers in the literary koine show more likeness to the classic Attic, but even they reveal the changes due to the intervening centuries. There was, of course, no violent break. The changes came gradually and naturally. It is mainly at this point that Deissmann has done such brilliant work in his Bible Studies and other books. He has taken the lists of "Biblical" and "ecclesiastical" words, as given by Cremer and Thayer, and has shown from the papyri, ostraka, inscriptions, or koine writers that they are not peculiar to the Bible, but belong to the current speech of the time.
80
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
The proof is so overwhelming and extensive that it cannot be given here. Some words have not yet been found in the nonBiblical koine, but they may be any day. Some few words, of course, belong to the very nature of Christianity christianos, for instance), but apostolos, baptismos, paroikos, sunagoge, and hundreds of others can no longer be listed as "Biblical." New meanings come to old words also. Compare daimonion. It is interesting to note that the New Testament shows many of the words found in Aristophanes, who caught up the vernacular of his day. The koine uses more words from the lower strata of society. Aristotle likewise has many words common in the koine, since he stands at the parting of the ways between the old dialects and the new koine of Alexander's conquests. The koine develops a fondness for compound and even double compound (sesquipedalian) words; compare, for instance, anekdiegetos; aneklaletos; anexereunetos; antapokrinomai; oikodespotes; oligopsuchos; prosanapleroo; sunantilambanomai; huperentugchano; chrusodaktulios, etc. The use of diminutives is also noteworthy in the koine as in the modern Greek: compare thugatrion; klinarion; korasion; kunarion; onarion; opsarion; ploiarion; otion, etc. The formation of words by juxtaposition is very common as in plerophoreo, cheiro-graphon. In phonetics it is to be noticed that "ei", "oi", "ee", "eei", "u", "i" all had the value of "ee" in "feet." This itacism was apparent in the early koine. So ai = e and o and oo were not sharply distinguished. The Attic tt became ss, except in a few instances, like elatto, kreitton. The tendency toward de-aspiration (compare Ionic) was manifest; compare eph' helpidi, for the reverse process. Elision is less frequent than in Attic, but assimilation is carried farther. The variable final consonants "n" (nu) and "s" (sigma) are used generally before consonants. We find "-ei-" for "-iei-" as in pein. outheis, and metheis, are common till 100 BC, when they gradually disappear before oudeis, and medeis. In general there is less sense of rhythm and more simplicity and clearness. Some of the subtle refinements of form and syntax of the classic did not survive in the koine vernacular. In accidence only a few points may be noted. In
81
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
substantives the Ionic "-res" is frequent. The Attic second declension vanishes. In the third declension forms like nuktan, show assimilation to the first. Both charin, and charita, occur. Contraction is sometimes absent (compare Ionic) as in oreon. Adjectives show forms like asphalen, and indeclinable pleres, appears, and pan, for panta (compare megan), dusi, for duoin. The dual is gone. Even the dual pronouns hekateros, and poteros, are rare. tis, is occasionally used like hostis. hos ean, is more frequent than hos an, in the 1st century AD. The two conjugations blend more and more into one, as the- mi forms vanish. There is some confusion in the use of- ao and- eo verbs, and new presents occur like apoktenno, optano, steko. The forms ginomai, ginosko, are the rule now. There is much increase in aorists like escha, and imperfects like eicha. The form- osan (eichosan, eschosan) occasionally appears. Quite frequent is a perfect like dedokan, and the augment is often absent in the pluperfect as in dedokei. Per contra, a double augment occurs in apekateste, and a treble augment in eneochthesan. The temporal augment is often absent with diphthong as in oikodomethe. The koine Greek has- tosan, not- nton. In syntax the tendency is toward simplicity, to short sentences, the paratactic construction, and the sparing use of particles. The vernacular koine avoids both the bombast of Asianism and the artificiality of Atticism. There is, indeed, more freedom in violating the rules of concord as to gender, number, and case. The nominativus pendens is common. The comparative does duty often for the superlative adjective, and the superlative generally has the elative sense. The accusative is increasingly common with verbs. The line between transitive and intransitive verbs is not a hard-and-fast one. The growth in the use of prepositions both with nouns and in composition is quite noticeable, but some of the older prepositions, like amphi, are vanishing. The cases used with various prepositions are changing. The instrumental use of en, is very common. Many new adverbial and prepositional phrases have developed. The optative is nearly dead and the infinitive (apart from the use of tou, en to, eis to, with the infinitive) is decaying before hina. The future participle is rare. me, begins to encroach on ou, with infinitives
82
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
and participles. The periphrastic conjugation is specially common. The direct discourse is more frequent than the indirect. The nonfinal use of hina, is quite noticeable. There are, besides, dialectical and provincial peculiarities, but these do not destroy the real unity of the vernacular koine any more than do individual traits of separate writers. II. Literary Elements in the New Testament.-- Deissmann (Light from the Ancient East, 245) is disposed to deny any literary quality to the New Testament books save the Epistle to the Hebrews. "The Epistle to the Hebrews shows us Christianity preparing for a flight from its native levels into the higher region of culture, and we are conscious of the beginnings of a Christian world-literature." He speaks of it also as "a work which seems to hang in the background like an intruder among the New Testament company of popular books." One feels that this is an extreme position and cannot be justified by the facts. It is true that Peter and John were agrammatoi kai idiotai
, and not men of the schools, but this was certainly not the case with Luke and Paul who were men of literary culture in the truest sense. Luke and Paul were not Atticists, but that artificial idiom did not represent the best type of culture. Deissmann admits that the New Testament has become literature, but, outside of He, he denies any literary quality in its composition. Paul, for instance, wrote only "letters," not "epistles." But Romans and Ephesians confront us. See Milligan, Greek Papyri, xxxi, for a protest against the sweeping statement of Deissmann on this point. One need not go to the extreme of Blass, "Die rhythmische Komposition des Hebr. Brides," Theol. Studien und Kritik, 1902, 420-61; Die Rythmen der asiatischen und romischen Kunstprosa, 1905, to find in Hebrews and Paul's writings illustrations of the artificial rules of the Asianists. There is undoubtedly rhythm in Paul's eloquent passages (compare <1 Cor 13,15>), but it is the natural poetic quality of a soul aflame with high passions, not conformity to rules of rhetoric. To deny literary quality to Luke and Paul is to give a narrow meaning to the word "literary" and to be the victim of a theory. Christianity did make use of the vernacular koine, the wonderful world-speech so
83
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
providentially at hand. But the personal equation figured here as always. Men of culture differ in their conversation from illiterate men and more nearly approximate literary style. It is just in Luke, Paul, and the author of He that we discover the literary flavor of men of ability and of culture, though free from artificiality and pedantry. The eloquence of He is that of passion, not of the art of Asianism. Indeed, the Gospels all show literary skill in the use of material and in beauty of language. The Gospel of John has the rare elevation and dignity of the highest type of mind. There is no Atticistic tendency in the New Testament as in Josephus, Ant. There is no posing for the present or for posterity. It is the language of life, the vernacular in the main, but rising at times from the very force of passion to high plateaus of emotion and imagination and poetic grace from the pens of men of real ability, and in some instances of high culture. III. The Semitic Influence.-- It is no longer possible to explain every variation in the New Testament from the classic Attic by the term Hebraism. That easy solution has disappeared. Sooth to say, when the true character of the vernacular koine is understood, there is not very much left to explain. The New Testament Greek as a rule is just normal koine. Milligan (Greek Papyri, xxx) admits on the part of Moulton "an overtendency to minimize" the "presence of undoubted Hebraisms, both in language and grammar." That is true, and is due to his strong reaction against the old theory of so many Hebraisms. The Semiticisms (Hebraisms and Aramaisms) are very natural results of the fact that the vernacular koine was used by Jews who read the Hebrew Bible and the Septuagint translation, and who also spoke Aramaic as their native tongue. The Septuagint, as translation of Greek, directly from the Hebrew (or Aramaic), has a much greater number of these Semiticisms. See Swete, An Introduction to the Old Testament in Greek (1900), for the salient facts. Thackeray in his Grammar of the Old Testament in Greek (1909) shows "the koine-- the basis of Septuagint Greek" in section 3, and in section 4 discusses "the Semitic element in Septuagint Greek." The matter varies in different parts of the Septuagint, but in all parts the Semitic influence goes far beyond what it is in the
84
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
New Testament. In the New Testament we have free composition in Greek, except in certain portions of the Gospels and Acts where Aramaic originals (oral or written) lie beyond the Greek text. So in particular , the words of Jesus in , and the opening chapters of Acts. See Dalman, Words of Jesus (1902), and J.T. Marshall, "The Aramaic Gospel," The Expositor, Ser. IV volumes II-VIII; see also ARAMAIC supra. There is, to some extent, translation-Gr, as in the Septuagint. The quotations from the Old Testament are either from the Hebrew original, or, as most frequently, from the Septuagint. In either case we have translation-Greek again. These two classes cover the more obvious Semiticisms if we add Hebrew names (persons and places) and other transliterations like abbadon, allelouia. The Greek of the Septuagint does not, of course, give a true picture of the Greek spoken by the Jews in Alexandria or in Palestine But the constant reading of the Septuagint was bound to leave its impress on the style of the people (compare the King James Version and the English language). The surprise, in fact, is not the number of Semiticisms, but, all things considered, the fewness of them. Luke, just because he was a Gentile and so noted the Hebraisms in the Septuagint, shows rather more of them than the other New Testament writers: compare prosetheto triton pempsai . Some of the points of style so common in the Septuagint find occasional parallel in the papyri or inscriptions, like blepon blepo, chara chairo, ov .... hon .... auton. Others are more obviously imitations of the Hebrew style, as in areskein enopion tinos, rather than areskein tini. But there is a certain dignity and elevation of style so characteristic of the Hebrew Old Testament that reappears in the New Testament. The frequent use of kai, in parts of the New Testament reminds one of the Septuagint and the Hebrew waw ("w"). There is, besides, an indefinable tone in the New Testament that is found in the Old Testament. Swete (Apocalypse of St. John, cxx) laments the tendency to depreciate unduly the presence of Hebraisms in the New Testament. The pendulum may have swung too far away from the truth. It will strike the level, but we shall never again be able to fill our
85
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
grammars and commentaries with explanations of so many peculiar Hebraisms in the New Testament. On the whole the Greek New Testament is standard vernacular koine. IV. Individual Peculiarities of New Testament Writers.-- There is not space for an extended discussion of this topic. The fact itself calls for emphasis, for there is a wide range in style between Mark's Gospel and Hebrews, 1 Peter and Romans, Luke's Gospel and the Apocalypse. There are no Atticists found in the New Testament (compare 4 Macc in the Septuagint and Jos), but there are the less literary writings (Matthew, Mark, the Johannine books, the other catholic epistles) and the more literary writings (Luke's writings, Paul's Epistles, and Hebrews). But even so, no hard-andfast line can be drawn. Moulton, Cambridge Biblical Essays, 484, thinks 2 Peter more like the Atticistic writings, "though certainly the Atticists would have scorned to own a book so full of `solecisms. ' "Moulton assumes that 2 Peter is pseudepigraphic, and does not credit the notion that the crude "Babu" Greek, to use Abbott's term, may be Peter's own uncorrected style (compare ), while 1 Peter may have the smoothing effect of Silvanus' hand (compare <1 Pet 5:12>). A similar explanation is open concerning the grammatical lapses of the Apocalypse, since John is also called agrammatos, in , whereas the Gospel of John may have had the revision of the elders of Ephesus (compare <Jn 21:24>). But whatever the explanation, there is no doubt of the wide divergences style between different books and groups of books in the New Testament list. The Lukan, Johannine, Petrine, Pauline groups stand apart, but with cleavages within each group. Harnack (Luke the Physician, 1907; The Sayings of Jesus, 1908; The Acts of the Apostles, 1909; The Date of the Acts of the Apostles, 1911) has accepted and strengthened the contention of Hawkins (Horae Synopticae, 2nd edition, 1909) and of Hobart (Medical Language of Luke, 1882) that the medical terms in the Gospel of Luke and of Acts show that the books were written by the same writer and that a physician, and so Luke. The diversities in style here and there are chiefly due to the sources of information used. Even in the Pauline books, which
86
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
form so well-marked a collection, striking diversities of language and style appear. But these letters cover a period of some 15 years of intense activity and mental and spiritual development, and treat a great variety of topics. They properly reflect the changing phases of Paul's preaching of the cross of Christ in different places and under varying circumstances and confronting ever fresh problems. The plays of Shakespeare offer a useful parallel. Even in Paul's old age, in the Pastoral Epistles the stamp of Paul's spirit is admitted by those who admit only Pauline fragments; compare J. Weiss, Beitrage zur Paulinschen Rhetorik (1897). The style is indeed the man, but style is also the function of the subject, and style varies with different periods of a man's life. E.A. Abbott has made an excellent discussion of the Johannine Vocabulary (1905) and of Johannine Grammar (1906), but special grammars of each writer are hardly to be expected or desired. But Nageli has begun a study of Paul's vocabulary in his Wortschatz des Apostels Paulus (1905). The Gospel of Matthew shows very little of that Hebraism that one would expect from the general purpose and tone of the book. It is possible, of course, that the supposed original was in Aramaic, or, if in Greek, of a more Hebraistic type. Whether the present Greek of Matthew made use of Mark's Gospel and a collection of Logia (Q), we do not know. Certainly Mark's Gospel is written in colloquial koine with little evidence of the culture of the schools. Mark is a faithful reporter and does his work with rare simplicity and vividness. He reveals clearly the Aramaic background of Christ's teaching. The writings of James and Jude do not show that only Greek was spoken in the home at Nazareth, nor that they used only Aramaic These two epistles are evidently free compositions in Greek with much of the freshness of imagery so manifest in the parables of Jesus Himself. This brief sketch does not do justice to the richness and variety of language in the books of the New Testament. V. The "koine" Spoken by Jesus.-- See ARAMAIC LANGUAGE for proof that Jesus spoke that language as the vernacular of the people of Palestine. But Christ spoke the koine also, so that the New Testament is not an idiom that was unknown to the Master.
87
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Gwilliam (the 1-volume Hastings, Dictionary of the Bible), "Language of Christ") does still deny that Jesus spoke Greek, while Roberts takes the other extreme in his book, Greek the Language of Christ and His Apostles (1888). Per contra again, Julicher considers it impossible to suppose that Jesus used Greek (article "Hellenism" in Encyclopaedia Biblica). J.E.H. Thomson, "The Language of Palestine during the Time of Our Lord" (Temple, Bible Dictionary) argues convincingly that Palestine was bi-lingual and that Jesus knew and spoke Greek as well as Aramaic Peter evidently spoke in Greek on the Day of Pentecost and was understood by all. Paul was understood in Jerusalem when he spoke in Greek . Jesus taught in Decapolis, a Greek region, in the region of Tyre and Sidon (Greek again). Galilee itself was largely inhabited by Gentiles who spoke Greek At the time of the Sermon on the Mount, we read that people were present from Decapolis and Peraea, besides the mixed multitude from Galilee, Judaea, and Jerusalem <Mt 4:25; Lk 6:17>. Thomson proves also that in Matthew's Gospel the quotation from the Old Testament in the words of Jesus is from the Septuagint, while Matthew's own quotations are from the Hebrew. The case seems clear. It is not possible to say always when Jesus spoke Greek and when Aramaic. That would depend on the audience. But it is practically certain that Christ Himself knew and spoke at will the vernacular koine, and thus had this linguistic bond with the great world of that era and with lovers of the Greek Testament today. LITERATURE.-- The literature on this subject is very extensive. The most important volumes have been mentioned in the discussion above. A.T. ROBERTSON (from International Standard Bible Encylopaedia, Electronic Database Copyright (C) 1996 by Biblesoft) Catatan: saya kutip seluruh artikel, anda tak perlu baca seluruhnya.
88
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Waaaah... waaah... waaah... kalau saya mau tuliskan isi buku Ruakh Emet dll dgn bukti2 akurat bhw PB aslinya Ibrani juga bisa, tapi cape nulisnya pak. Pada dasarnya kalau bapak tetap ngotot bahwa PB aslinya Yunani ya sudah.... saya khan tdk memaksa!. Silakan bapak pegang saja pemahaman bapak itu. Tapi saya masih menunggu jawaban bapak ttg Kitab Matius 1 yg saya tanyakan di atas lho ya.
Omong kosong. Kalau Haleluyah bisa diyunanikan menjadi ALLELOUIA, yang bunyinya mirip, maka bukankah mereka bisa meyunanikan YAHWEH menjadi IAPHE atau yang sejenisnya? Tetapi kenyataannya mereka bukan meyunanikan, tetapi mengubah / menggantikannya dengan kata KURIOS, yang bunyinya sama sekali tak ada kemiripan dengan YAHWEH. Tanggapan Yakub : Saya kira bapak tdk usah bemain2 kata! Dimana pola pikir bapak shg berkesimpulan YAHWEH diyunanikan menjadi IAPHE? Saya menulis suatu realita kalau YESHUA dlm kitab berbhs Yunani menjadi IESOUS krn memang huruf Yunani tdk mengenal abjad YHW. Poin saya bahwa NAMA itu TIDAK BISA diterjemahkan! Kenapa jadi muter-muter sapai ke bahasa? Yg jadi topik pembahasan kita khan NAMA? Bukan BAHASA atau SEBUTAN. Tanggapan Budi Asali: Bahwa Yosua menjadi Yesus, itu jelas mrpk semacam transliterasi, bukan penterjemahan / perubahan. Yahweh jg bisa dibegitukan. Yunani tak punya huruf Y, dan krn itu, Y dlm Ibrani diubah menjadi I dlm Yunani. Yunani juga tak punya V atau W, tetapi punya PHI, yg bunyinya mirip dg V. Lalu apa anehnya kalau ditransliterasikan menjadi IAPHE?
89
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
f. Dahulu tidak menggunakan Nama Yahweh juga ada mujizat dan diberkati. Berkat jasmani dan Mujizat bukan menjadi jaminan suatu kebenaran, dunia perdukunan juga kadang diidentikkan dengan mujizat, kalau bicara soal berkat secara materi, orang yang tidak ke tempat ibadah manapun asal bekerja dengan sungguh-sungguh juga bisa kaya, konglomerat juga banyak yang tidak percaya Yeshua Hamasiah. Dan apakah ada pengikut Yeshua Hamasiakh / Yesus Kristus kalau berdoa ditutup “dalam Nama Allah?” Tidak pernah ada khan? Jadi yang mengadakan mujizat itu siapa?. Mattithyahu/Matius 7: 21-23 menggambarkan orang yang menyebut Yeshua sebagai Tuhan dan bahkan sudah melakukan mujizat sekalipun, namun akhirnya ditolak juga karena jahat, bisa karena tidak berani mengajarkan kebenaran dan tidak dikenal. Untuk masuk sorga harus di dahinya ada NamaNya dan Nama BapaNya (Wahyu 14: 1). Tanggapan Budi Asali: Ini argumentasi konyol, saya tak punya argumentasi seperti itu. Juga Mat 7:21-23 menunjuk pada orang kristen KTP / nabi-nabi palsu. Lihat kontextnya mulai ay 15 yang bicara tentang nabi-nabi palsu. Juga ay 23 yang mengatakan Yesus TIDAK PERNAH mengenal mereka. Ini tak ada urusannya dengan kemurtadan, ataupun dengan penggunaan nama YAHWEH. Tanggapan Yakub : Ya bagus dah kalau bapak tdk punya argumentasi seperti yg teman-teman bapak sampaikan kpd saya! Saya menulis itu krn kenyataannya setiap saya sampaikan ttg nama Tuhannya Avraham, Yitskhaq dan Ya’aqov justru temen2 bapak banyak yg mengatakan “Saya tdk pusingkan soal Yahweh, saya menyebut ALLAH juga diberkati” Matius 7: 21-23 konteksnya memang benar seperti yg bapak berikan, namun apakah itu tdk mengacu soal nama? Coba kalau bapak mengatakan kenal dgn seseorang, apakah itu tdk mengacu
90
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
soal namanya seseorang tsb juga? Selain berbicara ttg keinginan org tsb dan kebiasaan2nya? Tentu saja berbicara ttg peribadi secara menyeluruh walaupun tdk 100% tepat, namun kalau bicara KENAL tentu setidak2nya mengenal namanya bukan? Kita tdk saling mengenal saja setidak2nya bapak sdh tau nama saya koq. Hati2 kalau bapak tdk menghormati nama Yahweh! Baca Maleakhi 2: 1-2. Mengganti dgn seenaknya apakah itu menghormati? Tanggapan Budi Asali: Memang bicara soal nama, tetapi bukan nama YHWH melainkan nama Yesus. Saya tidak mengganti dg seenaknya, tetapi mengikuti PB, dan krn itu jelas ada otoritas ilahi yg membenarkan. Mal 2:1-2 sama dg diatas, kata ‘nama’ menunjuk kpd pemilik nama itu. Makanya belajar ilmu tafsir donk, jangan ngawur saja!
91
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Yakub Sulistyo Wrote : ALLAH atau Allah dalam Alkitab, bukan Bahasa. Dalam Kitab Suci (Alkitab) umat Nasrani di Indonesia, terdapat kata “ALLAH” dan “Allah” (perhatikan huruf kapital dan bukan, karena Lembaga Alkitab Indonesia membedakan arti kata dari huruf kapital dan yang hanya huruf depannya saja yang kapital) yang selama ini oleh umat Nasrani di Indonesia dikenal sebagai sinonim / padanan kata / pengganti kata “TUHAN” atau “Tuhan”. Hal itu dikarenakan hasil terjemahan Kitab Suci oleh Lembaga Alkitab Indonesia yang memiliki banyak kata “ALLAH” dan “Allah”, meng-konotasikan sebagai bahasa Indonesia. Sebagai salah satu contohnya, dalam Kitab Kejadian 1: 1 diterjemahkan “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” dan dalam kamus Alkitab yang ditaruh dibagian belakang ada definisi TUHAN = salinan dari nama Allah Israel, yaitu Yahweh (bd Kel 3: 14). Jika menyimak kata “Allah” dari dua kalimat tersebut diatas, maka orang akan berpikir bahwa “Allah” di Alkitab terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia tersebut sama artinya / sebagai padanan kata dari kata “Tuhan.” Namun apabila membaca dalam Kitab Kejadian 33: 20 B yang diterjemahkan “Allah Israel ialah Allah”, maka persepsi kata “Allah” sebagai sebutan atau pengganti kata Tuhan menjadi rancu, sebab arti kalimat “Allah Israel ialah Allah” menurut tata bahasa Indonesia yang baik, akan berarti “Ada Allah yang disembah oleh Israel, namanya Allah”. Artinya “Allah” juga sebagai “NAMA DIRI” dari sesembahan Israel, disamping sebagai “Sebutan” atau pengganti kata “Tuhan”. Kerancuan terjemahan tersebut akan semakin membingungkan, apabila menemukan dua kata yang berdampingan seperti “TUHAN Allah” dan “Tuhan ALLAH”. Contohnya: “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit.” (Kejadian 2: 4) dan “Katakanlah: Hai gunung-gunung Israel, dengarkanlah firman Tuhan ALLAH! Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada gunung-gunung dan bukit-bukit, kepada alur-alur sungai dan lembah-lembah; Sungguh, Aku akan mendatangkan perang atasmu dan Aku akan membinasakan bukitbukit pengorbananmu.” (Yehezkiel 6: 3).
92
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Jika dibandingkan kata “TUHAN” dalam kitab Kejadian 2: 4 dan “TUHAN” dalam kamus Alkitab tersebut diatas, serta terjemahan kitab Yesaya 42: 8A “Aku ini TUHAN, itulah namaKu” berarti TUHAN menjadi “Nama Diri”. Namun dalam Kitab Kejadian 33: 20 B justru nama Tuhan yang disembah Israel NamaNya “Allah”, berarti NAMA Tuhan yang disembah oleh Israel telah diterjemahkan menjadi dua NAMA yaitu “Allah” dan “TUHAN”, dan akan menjadi NAMA PRIBADI lagi yaitu “ALLAH” jika membaca dalam kitab Yehezkiel 24: 24 dan masih banyak ayat-ayat senada yang lain yang mengindikasikan bahwa “ALLAH” juga sebagai NAMA DIRI, belum lagi dalam kitab Perjanjian Baru, yang dalam Haverit Hakadasha (Kitab Perjanjian Baru yang berbahasa Ibrani) berasal dari “Yahweh” (NAMA PRIBADI) namun Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkannya menjadi “Tuhan” yang hanya huruf “T” nya saja yang kapital. Jika kembali ke Kitab Suci Asli yang berbahasa Ibrani, tidak pernah ada satupun kata “Allah” dan “ALLAH” sebagai “BAHASA”, apalagi jika dibaca, orang tidak akan mampu membedakan mana yang huruf kapital semua dan mana yang hanya huruf depannya saja yang kapital. Apa yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia sebagai bahasa, jika dikonfirmasikan ke bahasa Ibrani, sebagai bahasa asli Kitab Suci umat Nasrani, ternyata ada yang merupakan Nama Tuhan yang disembah oleh orang Israel yaitu YAHWEH dan ada juga yang berasal dari kata Elohim (sesembahan). NAMA DIRI Yahweh, dikalangan Nasrani malah dianggap “sesat” dan sudah tidak dikenal lagi, hal itu karena Lembaga Alkitab Indonesia telah menghilangkannya / menerjemahkannya dan berubah menjadi TUHAN, Tuhan, ALLAH dan Allah. Sesuai kitab Keluaran 20: 7; 23: 13 dan Ulangan 5: 11, seharusnya nama Yahweh tidak diterjemahkan, sebab nama diri tidak bisa diterjemahkan. Seperti para scientist yang menulis sebuah buku, baik itu berupa skripsi, tesis dan sebagainya, setiap mengutip buku lain sebagai referensinya, nama pengarangnya tidak diterjemahkan. Sesuai dengan ayat tersebut di atas, menyebut namaNya dengan sembarangan saja dilarang, apalagi mengganti namaNya dengan sembarangan, larangan ini dikeluarkan sendiri oleh Si Empunya Nama yaitu Yahweh. Memang orang Yahudi kalau menemukan Nama Diri “Yahweh” mereka membacanya “Adonai” atau “Ha Shem”, namun bukan berarti mereka
93
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
tidak mengenal nama Yahweh, melainkan karena menghormatiNya, sebab yang mereka baca Adonai atau Ha Shem itu, hurufnya “Yod He Waw He” yang jika dibaca berbunyi Yahweh, sedangkan Adonai itu huruf Ibraninya “Aleph Daled Nun Yod” yang berarti Tuan (Your Highness / Yang Mulia) dan Ha Shem itu huruf Ibraninya “He Shin Mem” yang berarti Sang Nama atau Nama itu. Dan hal itupun sebenarnya tidak sesuai dengan kehendak si pemilik Nama yang menghendaki namaNya disebut turun temurun dari generasi ke generasi (Keluaran 3: 15, 1 Tawarikh 16: 8, Mazmur 103: 1; 105: 1 dan lain lain). Seharusnya Lembaga Alkitab Indonesia tidak mencontoh orang Yahudi sebagai contoh kebenarannya, sebab jika orang Yahudi yang dijadikan contoh kebenaran untuk tidak menyebut Nama Yahweh, seharusnya orang Yahudi menolak Yeshua / Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat manusia juga diikuti oleh orang Nasrani di Indonesia. Jika “ALLAH” maupun “Allah” menjadi bahasa Indonesia, seharusnya memiliki persepsi yang sama diantara suku, bahasa dan agama di Indonesia, seperti “KURSI” yang diadopsi dari bahasa Arab “AL KURSI” dikalangan suku, bahasa dan agama di Indonesia memiliki persepsi yang sama. Terbukti persepsi kata “ALLAH” maupun “Allah” dari agama Islam dan Kristen saja berbeda, dan kalangan Hindu dan Budha tidak pernah memakai kata “Allah” maupun “ALLAH” sebagai bahasa Indonesia untuk sinonim kata “Tuhan”. Jika umat Nasrani di Indonesia meluruskan Kitab Sucinya, dengan tidak mencantumkan kata “ALLAH” maupun “Allah”, yang dalam bahasa Ibraninya tidak pernah ada, maka Indonesia akan tercipta suasana kondusif antar dua agama (Islam dan Kristen) karena masing-masing berjalan direlnya sendiri sendiri, sehingga tidak ada yang mempertentangkan kata “ALLAH” dalam persepsi yang berbeda. Penulis: YS
94
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Tanggapan Budi Asali: Dalam bagian ini anda tak punya argument lain, jadi tidak saya tanggapi. Saya ingin beri tambahan tentang istilah Yunani KURIOS: 1. Asal usul kata KURIOS. Bavinck mengatakan bahwa kata Yunani KURIOS diturunkan dari kata Yunani KUROS, yang berarti ‘strength’ (= kekuatan) - ‘The Doctrine of God’, hal 109. 2. Arti dan penggunaan dari kata Yunani KURIOS. Pada umumnya dalam bahasa Inggris kata KURIOS diterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan), tetapi juga bisa sekedar merupakan sebutan kehormatan, seperti kata bahasa Inggris ‘sir’ (= tuan). Kata KURIOS juga merupakan kata Yunani yang digunakan untuk menterjemahkan kata YAHWEH dalam Perjanjian Lama, sekalipun kedua kata itu tidak mempunyai arti yang sama. Dalam tafsirannya tentang Ro 10:9-10, William Barclay berkata: “The word for Lord is KURIOS. ... It has four stages of meaning. (a) It is the normal title of respect like the English ‘sir’, the French ‘monsieur’, the German ‘herr’. (b) It is the normal title of the Roman Emperors. (c) It is the normal title of the Greek gods, prefaced before the god’s name. KURIOS Serapis is Lord Serapis. (d) In the Greek translation of the Hebrew scriptures it is the regular translation of the divine name, Jahweh or Jehovah” [= Kata untuk ‘Tuhan’ adalah KURIOS. ... Kata itu mempunyai 4 tingkatan arti. (a) Itu adalah gelar kehormatan yang normal seperti kata bahasa Inggris ‘sir’, kata Perancis ‘monsieur’, kata Jerman ‘herr’. (b) Itu adalah gelar normal dari Kaisar-kaisar Romawi. (c) Itu adalah gelar normal dari dewa-dewa Yunani, yang diletakkan sebelum nama dewa tersebut. KURIOS Serapis adalah Tuhan Serapis. (d) Dalam terjemahan Yunani dari Kitab Suci Ibrani, itu merupakan terjemahan biasa / tetap dari nama ilahi, Yahweh atau Yehovah] - hal 139.
95
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Dalam tafsirannya tentang Mark 12:35-37a William Barclay berkata: “This word ‘Lord’ (the Greek KURIOS) is the regular translation of Jahweh (Jehovah) in the Greek version of the Hebrew scriptures” [= Kata ‘Tuhan’ ini (Yunani KURIOS) merupakan terjemahan biasa dari YAHWEH (Yehovah) dalam versi Yunani dari Kitab Suci Ibrani] - hal 298. Dalam tafsirannya tentang 1Kor 12:1-3, William Barclay berkata: “The word for Lord was KURIOS ... It was the word by which the sacred name Jehovah was rendered in the Greek translation of the Old Testament scriptures” [= Kata untuk ‘Tuhan’ adalah KURIOS ... Itu merupakan kata dengan mana nama yang keramat Yehovah diterjemahkan dalam terjemahan Yunani dari Kitab Suci Perjanjian Lama] - hal 107. The International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “Greek kyrios is usually translated ‘Lord’ in the English versions and is the equivalent of Heb. YHWH in the LXX (e.g., Isa. 40:3; HR, II, 800839)” [= Kata bahasa Yunani KURIOS biasanya diterjemahkan ‘Lord (= Tuhan)’ dalam versi-versi Inggris dan merupakan padan kata dari kata bahasa Ibrani YHWH dalam LXX / Septuaginta (contoh: Yes 40:3; HR, II, 800-839)] - hal 508. Louis Berkhof: “KURIOS. ... This name does not have exactly the same connotation as Yahweh, but designates God as the Mighty One, the Lord, the Possessor, the Ruler who has legal power and authority” (= KURIOS. ... Nama ini tidak mempunyai arti yang sama seperti YAHWEH, tetapi menunjukkan Allah sebagai Yang Perkasa / Kuat, Tuhan, Pemilik, Pemerintah / Penguasa yang mempunyai kuasa dan otoritas yang sah) - ‘Systematic Theology’, hal 50. Selain untuk menterjemahkan kata Ibrani YAHWEH, kata KURIOS juga digunakan untuk menterjemahkan beberapa kata Ibrani lain, yang juga menunjuk kepada Allah.
96
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
W. E. Vine: “KURIOS is the Sept. and N.T. representative of Heb. Jehovah (‘LORD’ in Eng. versions), see Matt. 4:7; Jas. 5:11, e.g., of adon, Lord, Matt. 22:44, and of Adonay, Lord, 1:22; it also occurs for Elohim, God, 1Pet. 1:25” [= Dalam Septuaginta dan Perjanjian Baru, KURIOS adalah wakil dari kata Ibrani Yehovah (LORD / TUHAN dalam versi-versi Inggris), lihat Mat 4:7; Yak 5:11 sebagai contoh, dari ADON, Tuhan / Tuan, Mat 22:44, dan dari ADONAY, Tuhan, Mat 1:22; kata itu juga muncul untuk kata ELOHIM, Allah, 1Pet 1:25] - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 688. Catatan: • Mat 4:7 dikutip dari Ul 6:16, tetapi kalau dalam Ul 6:16 digunakan kata YAHWEH, maka dalam Mat 4:7 digunakan kata KURIOS. • Yak 5:11 tidak terlalu jelas karena itu bukan suatu kutipan. Tetapi kata-kata ‘apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya’ kelihatannya menunjuk pada bagian akhir dari kitab Ayub, pada saat Tuhan memulihkan kesehatan dan harta Ayub, yaitu Ayub 42:10. Dalam Ayub 42:10 digunakan kata YAHWEH, tetapi dalam Yak 5:11 digunakan kata KURIOS. • Mat 22:44 dikutip dari Maz 110:1, tetapi kalau dalam Maz 110:1 digunakan kata ADON (= tuan), maka dalam Mat 22:44 digunakan kata KURIOS. • Mat 1:22-23 dikutip dari Yes 7:14, tetapi kalau dalam Yes 7:14 itu yang berbicara melalui Yesaya adalah ADONAY, maka dalam Mat 1:22 yang berbicara melalui Yesaya adalah KURIOS. • 1Pet 1:25 dikutip dari Yes 40:8, tetapi kalau dalam Yes 40:8 itu digunakan kata ELOHIM, maka dalam 1Pet 1:25 digunakan kata KURIOS. Tanggapan Yakub : Saya juga tdk akan menanggapi masalah KURIOS, sebab sdh ada di atas! Dan saya ingatkan justru dr tulisan bapak sendiri membuktikan bahwa KURIOS itu BUKAN NAMA!. Saya tanya, bapak BUDI ASALI kalau di Arab, berubah jadi apa? Lalu kalau di Amerika berubah menjadi apa? Tolong dijawab ya pak! Terima kasih. 97
Perdebatan Pdt. Budi Asali VS Yakub Sulistyo – Bagian Kedua
Selamat berkarya dan kiranya sukses selalu menyertai bapak. Tanggapan Budi Asali: Saya tak pernah bilang kalau KURIOS itu nama. saya hanya bilang perubahan itu dilakukan oleh PB, dan krn itu, itu pasti benar. Di USA nama saya tetap, lalu apa hubungannya? Saya kan tak beri otoritas pd siapapun utk ganti nama saya? Tetapi kalau saya punya pembantu, lalu menyebut / memanggil saya ‘tuan’ saya tak akan marah. Bgm dg anda?
Pengutipan dari artikel ini HARUS mencantumkan: Dikutip dari: http://www.geocities.com/thisisreformedfaith/artikel/nama_allah02.html
98