Tanggap Fisiologi Fase Vegetatif Jeruk Besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ pada Beberapa Jenis Batang Bawah Physiological Response of Vegetative Phase of ‘Cikoneng’ and ‘Nambangan’ Pummelo (Citrus grandis L.) Osbeck Grafted on Some Rootstocks Lollie Agustina P.Putri 1), Slamet Susanto dan B. S. Purwoko2) 1)
Pengajar di Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian USU Pengajar di Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian IPB Diterima 27 Januari 2006/Disetujui 31 Mei 2006
2)
Abstract This experiment was conducted in the green house of Cikabayan Experimental Station IPB, Darmaga. Biochemical analysis was done in Laboratory of Center for Crop Improvement Studies, IPB, Laboratory of Soil Science, IPB and Laboratory of Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian Bogor. The experiment was conducted in design a fully randomized, consist of two factors were scion and rootstock. The experiment was replicated three times. The first factor consisted of ‘Cikoneng’ and ‘Nambangan’ as a scion and the second factor consisted of Swingle Citrumelo, Javansche Citroen, Rangpur Lime, and Rough Lemon as rootstock. Scion diameter and rootstock diameter, chlorophyl content, nutrient content, sugar content and starch content in leaf were determined. The result showed that the Swingle Citrumelo rootstock diameter significantly different and reduced scion diameter vegetative growth. The content of chlorophyll and nutrient leaf was analysis. The scion and rootstock did not influence the content of chlorophyll, nutrient, sugar and starch. The nutrient content in leaf were at optimum-high category. Therefore grafting did not influence nutrient transport between scion and rootstock. Keywords: Citrus grandis (L.) Osbeck, grafting, scion, rootstock, physiological response Abstrak Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Laboratorium Ilmu Tanah IPB, Laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman IPB dan Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok terdiri atas 2 faktor yaitu jenis batang atas jeruk besar ‘cikoneng’ dan ‘nambangan’ serta jenis batang bawah Swingle Citrumelo, Javansche Citroen, Rangpur Lime, dan Rough Lemon. Pengamatan dilakukan terhadap diameter batang atas dan diameter batang bawah, kandungan klorofil, kandungan hara daun, kandungan gula, dan kandungan pati daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter batang bawah Swingle Citrumelo berbeda nyata dan mampu mengurangi pertumbuhan vegetatif diameter batang atas. Kandungan klorofil, kandungan hara daun, kandungan gula daun, dan kandungan pati daun jeruk besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ tidak berbeda nyata pada akhir pengamatan. Batang atas dan batang bawah tidak mempengaruhi parameter yang diamati. Kandungan hara daun berada pada kisaran optimum-tinggi. Penyambungan tidak menghambat proses transportasi hara pada tanaman. Kata kunci: Citrus grandis (L.) Osbeck, grafting, batang atas, batang bawah, tanggap fisiologi
Pendahuluan Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck), merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai prospek
pengembangan yang cukup baik di Indonesia. Jeruk besar memiliki nilai ekonomis dan mengandung gizi yang cukup tinggi yang dapat dikonsumsi dalam bentuk
35
Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 41 • No. 1 • Maret 2006
segar maupun olahan. Selain itu kulitnya pun dapat diolah menjadi jelly dan manisan. Dalam 100 g bagian jeruk besar yang dapat dimakan mengandung 44 mg vitamin C, 49 SI (Satuan Internasional) vitamin A, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin B (Niyomdham, 1997). Pengembangan jeruk besar relatif masih terbatas. Umumnya yang sering dilakukan adalah dengan teknik penyambungan (grafting) dengan memakai batang bawah yang berbeda dengan batang atas. Batang bawah menyebabkan perbedaan volume kanopi, hasil buah per pohon, kandungan hara daun dan kualitas buah (lingkar buah, bobot buah, ketebalan kulit buah, kadar juice, kandungan padatan terlarut dan kadar asam total), meningkatkan produktivitas, resistensi terhadap hama, dan penyakit tertentu, respons fisiologi yang berbeda dan kelainan jaringan anatomi jaringan pembuluh (Wutscher dan Dube, 1977; Roose et al., 1989; Roose, 1996; Breedt et al., 1996; Hartmann et al., 1997). Sifat kompatibilitas (kesesuaian) dan inkompatibilitas (ketidaksesuaian) antara batang atas dan batang bawah tertentu berlainan dengan pengaruh batang bawah yang lain. Besarnya pengaruh batang bawah pada batang atas ini tergantung pada jenis-jenis yang membentuk gabungan dan sifat individu dari batang bawah. Kajian tentang penyambungan dengan batang bawah yang berbeda terhadap ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ masih sangat terbatas, sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh penyambungan batang bawah yang berbeda terhadap perubahan karakteristik fisiologi fase vegetatif jeruk besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’.
Bahan dan Metoda Penelitian dilakukan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Darmaga IPB, Laboratorium Ilmu Tanah IPB, Laboratorium
36
Pusat Studi Pemuliaan Tanaman IPB, dan Laboratorium Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman dan Sumberdaya Genétika Pertanian, Bogor. Bahan tanaman yanag digunakan adalah tanaman jeruk besar (umur 14 bulan setelah okulasi) dan telah dilakukan pemangkasan bentuk. Batang atas merupakan jeruk besar (Citrus grandis L. Osbeck) ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ dengan batang bawah jenis Rangpur Lime (Citrus limonia Osbeck x Troyer citrange), Rough Lemon (Citrus jambhiri lush), Swingle Citrumelo (Citrus paradise x Poncirus trifoliate), Javansche Citroen (Citrus reticulate Blancho). Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama (A) yaitu jenis batang atas jeruk besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’. Faktor kedua (B) merupakan jenis batang bawah Rangpur Lime (Citrus limonia Osbeck x Troyer citrange), Rough Lemon (Citrus jambhiri lush), Swingle Citrumelo (Citrus paradise x Poncirus trifoliate), Javansche Citroen (Citrus reticulate Blancho). Ada 8 kombinasi dengan 24 satuan percobaan. Setiap unit percobaan digunakan 5 tanaman, sehingga keseluruhan percobaan terdiri dari 120 tanaman. Hasil pengamatan diuji dengan analisis (sidik) ragam dan uji lanjut DMRT. Parameter yang diamati adalah diameter batang atas dan diameter batang bawah pada 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 BSP (Bulan Setelah Pemangkasan) kandungan klorofil daun pada 3, 4, 5, dan 6 BSP, kandungan hara daun pada 3 BSP dan 6 BSP, kandungan gula daun, dan kandungan pati daun pada akhir penelitian.
Hasil dan Pembahasan Diameter Batang Atas dan Diameter Batang Bawah Diameter batang atas dipengaruhi oleh faktor batang atas dan batang bawah. Tidak terdapat interaksi antara kedua faktor
Lollie Agustina P.Putri, Slamet Susanto, dan B.S. Purwoko: Tanggap Fisiologi Fase Vegetatif Jeruk Besar
batang bawah. Interaksi antara kedua faktor tersebut terjadi pada 4 dan 5 BSP. Tanaman berbatang atas ‘Nambangan’ mempunyai diameter batang bawah nyata lebih besar dibandingkan dengan ‘Cikoneng’ (Tabel 2). Diameter batang bawah dari tanaman berbatang bawah S. Citrumelo nyata paling besar dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah J. Citroen, R. Lemon, dan R. Lime dari umur 1–6 BSP, sedangkan diameter batang bawah, J. Citroen, R. Lime, dan R. Lemon berbeda tidak nyata dari awal hingga akhir penelitian.
tersebut. Diameter batang atas pada ’Nambangan’ nyata lebih besar pada umur 1–6 BSP dibanding ’Cikoneng’ (Tabel 1). Dari umur 1–6 BSP diameter batang merupakan yang terkecil dan berbeda nyata dengan tanaman berbatang bawah R. Lime, R. Lemon, dan J. Citroen. Pada akhir pengamatan tanaman berbatang bawah R. Lime, R. Lemon, dan J. Citroen mempunyai diameter batang atas lebih besar dibandingkan tanaman berbatang bawah S. Citrumelo yang mempunyai diameter batang atas paling kecil. Diameter batang bawah juga dipengaruhi oleh faktor batang atas dan Tabel 1. Diameter batang atas tanaman jeruk besar Perlakuan
B.Atas Cikoneng Nambangan B.Bawah J. Citroen R. Lemon R. Lime S. Citrumelo Interaksi
Keterangan:
Bulan Setelah Pemangkasan 4 Diameter Batang Atas (mm)
1
2
3
8.40 b 10.50 a
11.60 b 13.20 a
12.90 b 14.30 a
9.80 a 10.00 a 9.87 a 8.10 b tn
13.07 13.07 12.97 10.57 tn
14.00 14.40 13.90 12.00 tn
a a a b
a a a b
5
6
13.90 b 16.00 a
14.70 b 16.40 a
14.80 b 16.70 a
15.10 15.60 15.40 13.10 tn
16.00 16.00 16.10 14.00 tn
16.40 a 16.20 a 16.40 a 14.18 b tn
a a a b
a a a b
- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. - tn = tidak nyata.
Tabel 2. Diameter batang bawah tanaman jeruk besar Perlakuan
B.Atas Cikoneng Nambangan B.Bawah J. Citroen R. Lemon R. Lime S. Citrumelo Interaksi
Keterangan:
1
2
Bulan Setelah Pemangkasan 3 4 Diameter Batang Bawah (mm)
5
6
10.60 b 11.80 a
13.40 b 14.50 a
14.70 b 15.70 a
15.58 b 16.80 a
16.20 b 17.50 a
16.40 b 17.60 a
10.50 10.70 11.10 12.50 tn
13.07 13.10 13.70 15.90 tn
14.00 14.37 14.87 17.60 tn
15.10 15.20 15.70 18.80 Nyata
15.80 15.90 16.20 19.40 nyata
16.00 16.10 16.20 19.50 tn
b b b a
b b b a
b b b a
b b b a
b b b a
b b b a
- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. - tn = tidak nyata.
37
Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 41 • No. 1 • Maret 2006
Tabel 3. Diameter batang bawah pada berbagai kombinasi batang atas dan batang bawah Perlakuan Cikoneng J. Citroen R. Lemon R. Lime S. Citrumelo
14.07 15.40 14.07 18.80
c bc c a
4 BSP Nambangan 16.13 bc 15.00 c 17.27 ab 18.87 a
Cikoneng (mm) 14.87 e 16.27 cde 14.60 e 19.07 ab
5BSP Nambangan 16.80 15.60 17.87 19.73
cd de bc a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom, baris dan umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 5%.
Interaksi yang terjadi (Tabel 3) menunjukkan bahwa diameter batang bawah pada batang atas ‘Nambangan’ memberikan respons nyata lebih besar dibandingkan dengan ‘Cikoneng’ untuk batang bawah R. Lime saat 4 BSP. Diameter batang bawah pada batang atas ‘Nambangan’ nyata lebih besar dibandingkan dengan ‘Cikoneng’ untuk batang bawah R. Lime dan J. Citroen saat 5 BSP. Kombinasi ‘Nambangan’-S. Citrumelo saat umur 4 BSP dan 5 BSP mempunyai diameter batang bawah paling besar dan kombinasi ‘Cikoneng’-R.Lime mempunyai diameter batang bawah paling kecil dibandingkan dengan diameter batang bawah kombinasi lainnya. Tanaman berbatang bawah S. Citrumelo tumbuh dengan diameter batang bawah yang nyata lebih besar dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah lainnya. Sebaliknya diameter batang atas pada tanaman berbatang bawah S. Citrumelo nyata lebih kecil dibandingkan dengan tanaman berbatang bawah jenis lainnya. Pertumbuhan batang bawah S. Citrumelo yang cukup pesat dibandingkan pertumbuhan batang atas ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ sehingga menimbulkan perbedaan pada ukuran diameter batang bawah S. Citrumelo dan diameter batang atas ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’. Fenomena ini mungkin disebabkan pada penyambungan terjadi proses pembentukan sel-sel fungsional dengan kecepatan yang berbeda, sehingga sel-sel jaringan dari batang bawah berkembang lebih cepat dibandingkan selsel jaringan dari batang atas.
38
Hasil penelitian Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) menyebutkan bahwa karakteristik pada tanaman berbatang bawah S. Citrumelo yang vigor mampu mendorong pertumbuhan batang atasnya. Pada penelitian ini tidak berlaku hal demikian, karena tampaknya batang bawah S. Citrumelo tidak mendorong penampilan batang atas ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’. Gejala ini mungkin disebabkan oleh hubungan antara batang atas dan batang bawah terutama dipengaruhi oleh faktor genetik (batang atas dan batang bawah) dan juga faktor lingkungan (Wutscher, 1989). Menurut Ryugo (1988) dan Hartmann et al. (1997), beberapa penyebab kekurangsesuaian hasil sambungan adalah terdapatnya keragaman dalam pola distribusi dan kemampuan hara bergerak melintasi bagian penyatuan sambungan, batang bawah dapat mempengaruhi pertumbuhan batang atas, kemungkinan karena terganggunya aliran zat tumbuh di dalam tanaman dan terganggunya pola distribusi hasil fotosintesis. Hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan ukuran diameter batang bawah dan diameter batang atas. Fenomena ini perlu diperhatikan perkembangannya untuk melihat kesesuaian tumbuh tanaman tersebut. Selain itu perlu diperhatikan juga bahwa tanaman yang tinggi tidak selalu menghasilkan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan pohon yang pendek. Ukuran pohon bukan merupakan indikator yang baik dari produktivitas tanaman (Philips dan Castle, 1977). Perbandingan diameter batang atas dengan diameter batang bawah umur 6 BSP pada tanaman yang berbatang bawah
Lollie Agustina P.Putri, Slamet Susanto, dan B.S. Purwoko: Tanggap Fisiologi Fase Vegetatif Jeruk Besar
Kandungan Klorofil Kandungan klorofil daun tidak dipengaruhi oleh batang atas, batang bawah dan tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut (Tabel 4). Saat umur tanaman 3, 4, 5, dan 6 BSP, kandungan klorofil daun pada ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ tidak berbeda nyata. Tanaman pada semua jenis batang bawah yang digunakan juga mempunyai kandungan klorofil yang tidak berbeda nyata. Tanaman berbatang bawah J. Citroen pada 6 BSP memiliki kandungan klorofil lebih banyak. Hal ini menunjukkan batang bawah J. Citroen berpotensi mendorong pertumbuhan batang atas yang lebih vigor. Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) menyebutkan bahwa salah satu sifat utama dari batang bawah S. Cirumelo bila disambung dengan batang atas tertentu maka sifat batang bawah ini mampu mendorong pertumbuhan batang atas lebih vigor. Diduga hal ini berhubungan dengan fotosintat yang dihasilkan. Pada kondisi kandungan klorofil tinggi, tanaman akan mempunyai laju fotosintesis yang besar. Fotosintat yang dihasilkan lebih besar pula jika didukung dengan jumlah daun lebih banyak dan kandungan klorofil tinggi sehingga memungkinkan tanaman untuk tumbuh pesat.
J. Citroen, R. Lime, dan R. Lemon memperlihatkan pertumbuhan batang atas lebih cepat dibandingkan batang bawah, sehingga diameter batang atas lebih besar dari diameter batang bawah. Batang bawah yang mampu menghambat pertumbuhan batang atas merupakan sifat batang bawah yang penting bagi pengembangan budidaya jeruk besar karena berhubungan dengan kerapatan tanaman di lapang. Tanaman yang pendek akan memudahkan teknik budidaya, misalnya penyemprotan, pemangkasan, pemanenan, dan lain-lain. Batang bawah dapat mempengaruhi pertumbuhan batang atas, kemungkinan karena terganggunya aliran zat pengatur tumbuh di dalam tanaman dan terganggunya distribusi hasil fotosintesis. Jenis batang bawah kerdil mampu memindahkan karakternya melalui produksi hormon yang rendah, sehingga pertumbuhan batang atas terhambat. Beberapa cara yang sering dilakukan untuk menghasilkan tanaman kerdil adalah menggunakan batang bawah yang bersifat mengerdilkan. Batang bawah semi kerdil dihasilkan antara Rangpur x Troyer dan penggunaan batang bawah tetraploid. Selain itu sifat mengerdilkan juga dapat diperoleh dengan cara penggunaan interstock (Samad et al., 1999).
Tabel 4. Kandungan klorofil daun jeruk besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ pada berbagai perlakuan Perlakuan 3 Batang Atas Cikoneng Nambangan Batang Bawah J. Citroen R. Lemon R. Lime S. Citrumelo Keterangan
Keterangan:
Bulan Setelah Pemangkasan 4 5 mg/g daun segar
6
2.02 a 1.88 a
1.70 a 1.81 a
1.64 a 1.70 a
1.92 a 1.88 a
1.87 a 1.92 a 2.00 a 2.00 a tn
1.75 a 1.68 a 1.91 a 1.69 a tn
1.70 a 1.55 a 1.79 a 1.63 a tn
2.26 a 1.69 a 1.88 a 1.77 a tn
- Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dan faktor yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. - tn: tidak nyata.
39
Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 41 • No. 1 • Maret 2006
Kandungan Hara Daun Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa kandungan hara daun saat umur 3 BSP dengan jumlah bervariasi pada berbagai perlakuan. Namun secara umum kandungan hara makro dan mikro menunjukkan pada kisaran yang mencukupi bagi tanaman (Spiegel-Roy dan Goldschmidt, 1996). Ada pengaruh batang bawah, batang atas, dan interaksi kedua faktor terhadap kandungan hara mikro daun yaitu Fe, Zn, Cu, dan Mn saat umur 3 BSP (Tabel 4). Pada umur 6 BSP kandungan hara daun tidak dipengaruhi batang atas dan batang bawah serta tidak ada interaksi antara kedua faktor tersebut untuk unsur N, P, Ca, Mg, Fe, Cu, dan Zn (Tabel 6). Kandungan hara makro dan hara mikro daun saat 6 BSP juga menunjukkan pada kisaran yang mencukupi bagi tanaman. Hara mineral dibutuhkan untuk berbagai proses-proses fisiologi dan komponen pembentuk bagian-bagian tanaman. Kandungan hara daun jeruk
termasuk dalam kategori tinggi bila kisaran N= 2.8% - 3%, P= 0.17% - 0.29 5, K= 1.8% - 2.3%, ca= 5.0% - 6.9%, Mg = 0.5% 0.7%, Fe= 121–220 ppm, Cu = 17–20 ppm, Zn = 101–300 ppm dan Mn = 101–300 ppm (Spiegel-Roy, 1996). Dari hasil penelitian pada akhir pengamatan, kandungan unsur hara pada daun berada pada kisaran sedang hingga tinggi dan mencukupi kebutuhan tanaman. Proses transportasi unsur hara dan air dapat melewati daerah pertautan/ penyambungan tanpa terhambat pada tanaman. Ashari (1995) menyebutkan hambatan transportasi hara pada bagian pertautan dapat menyebabkan gangguan translokasi hara ke tajuk, sehingga pertumbuhan batang atas menjadi kerdil. Kemungkinan lain batang bawah dapat mempengaruhi pertumbuhan batang atas karena terganggunya aliran zat tumbuh di dalam tanaman dan terganggunya distribusi hasil fotosintesis.
Tabel 5. Kandungan hara daun tanaman jeruk pada 3 bulan setelah pemangkasan Perlakuan Batang Atas Cikoneng Nambangan Batang Bawah J. Ctroen R. Lemon R. Lime S. Citrumelo Interaksi
N
P K Ca Mg ………………%...................................
Fe
Cu Zn ………………ppm……………
Mn
2.24 a 2.17 a
0.20 a 0.17 b
1.52 a 1.45 a
1.18 a 1.19 a
0.33 a 0.34 a
131.93 a 148.12 a
36.59 a 25.13 b
74.91 a 83.33 a
151.86 a 149.63 a
2.15 ab 2.03 b 2.37 a 2.26 a tn
0.19 a 0.19 a 0.18 a 0.19 a tn
1.65 a 1.48 ab 1.48 ab 1.34 b tn
1.14 a 1.11 a 1.30 a 1.18 a tn
0.32 a 0.34 a 0.35 a 0.32 a tn
146.73 a 114.00 b 144.17 a 155.20 a *
29.18 a 35.50 a 34.33 a 24.44 a *
92.92 a 70.50 bc 88.33 ab 64.73 *
137.08 a 133.42 a 182.80 a 149.67 a *
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Tabel 6. Kandungan hara daun tanaman jeruk besar pada 6 bulan setelah pemangkasan Perlakuan Batang Atas Cikoneng Nambangan Batang Bawah J. Citroen R. Lemon R.Lime S.Citrumelo Interaksi
N P K Ca Mg …………………………%.........................................
Fe
Cu Zn Mn ……………..ppm……………..
2.83 a 2.62 a
0.23 a 0.20 a
2.51 a 1.86 b
1.57 a 1.53 a
0.32 a 0.35 a
167.96 a 162.96 a
9.79 a 11.35 a
72.92 a 94.38 a
189.79 a 143.50 b
2.71 a 2.59 a 2.86 a 2.74 a tn
0.22 a 0.21 a 0.22 a 0.21 a tn
2.39 a 2.18 a 2.13 a 2.04 a tn
1.56 a 1.58 a 1.41 a 1.71 a tn
0.33 a 0.34 a 0.35 a 0.33 a tn
167.50 a 136.50 a 196.92 a 160.92 a tn
15.42 a 9.63 a 8.50 a 8.75 a tn
85.00 a 88.33 a 83.33 a 77.92 a tn
171.25 a 186.67 a 187. 92 a 120.75 a tn
Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama dan faktor yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. - tn = tidak nyata.
40
Lollie Agustina P.Putri, Slamet Susanto, dan B.S. Purwoko: Tanggap Fisiologi Fase Vegetatif Jeruk Besar
Tabel 7. Kandungan gula dan pati daun jeruk besar pada umur 6 bulan setelah pemangkasan Perlakuan Batang atas Cikoneng Nambangan Batang Bawah J. Citroen R. Lemon R. Lime S. Citrumelo Interaksi
Gula (%)
Pati (%)
5.43 a 5.39 a
10.10 a 10.23 a
5.32 a 5.16 a 5.99 a 5.17a tn
9.75 a 10.04 a 10.50 a 10.36 a tn
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. - tn: tidak nyata.
Kandungan Gula dan Pati Daun Jeruk Besar Batang atas dan batang bawah tidak mempengaruhi kandungan gula dan pati daun tanaman pada akhir penelitian (Tabel 7). Pada jeruk, pati merupakan sebagian besar bentuk karbohidrat yang disimpan pada daun dan dapat mencapai hingga 12.3% dari bobot kering daun (Goldschmidt dan Golomb, 1982). Hasil penelitian menunjukkan kandungan pati daun mendekati kisaran tersebut. Pati dan karbohidrat merupakan bentuk cadangan yang sewaktu-waktu dapat diambil untuk digunakan kembali pada perkembangan fase vegetatif dan fase reproduktif tanaman (Goldschmidt dan Golomb, 1982). Beberapa kajian pada tanaman buah-buahan menunjukkan bahwa cadangan karbohidrat berhubungan dengan pembentukan dan produksi buah. Diduga jeruk besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ pada pertumbuhannya masih pada fase vegetatif, sehingga kandungan pati dan gula daun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada jeruk Citrus reticulata dan alpokat, rendahnya konsentrasi pati berhubungan dengan tingginya pembentukan buah (Goldschmidt dan Golomb, 1982; Liu et al., 1999). Cadangan karbohidrat selain untuk pembungaan, pembentukan buah juga dapat digunakan dahulu bagi pertumbuhan vegetatif tanaman tersebut (Liu et al., 1999).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian hingga tanaman berumur 6 BSP (Bulan Setelah Pemangkasan) kandungan klorofil daun, kandungan hara daun, kandungan gula daun, dan kandungan pati daun tidak menunjukkan perbedaan pada jeruk ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’. Hara daun pada kisaran mencukupi, hal ini menunjukkan tidak terdapat hambatan penyerapan hara pada tanaman hasil penyambungan.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mempelajari karakteristik fisiologi dari fase vegetatif dan fase generatif pada tanaman jeruk besar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’ dengan batang bawah yang berbeda pada kondisi lapang.
Daftar Pustaka
Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal. Breedt, H. J., P. J. Koekemoer and J. C. Snyman. 1996. Evaluation of rootstocks for grapefruit in South Africa. Proc. Int. Soc. Citriculture 1: 164–166. Goldshmidt, E. E. and A. Golomb. 1982. The carbohydrate balance of alternate bearing citrus trees and significance of reserves for flowering and fruiting. J. Amer. Soc. Hort. Sci 107: 206–208.
41
Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA • Vol. 41 • No. 1 • Maret 2006
Hartmann, H. T., D. E. Kester and F. T. Davies. 1997. Plant Propagation Principles, and Practice. Sixth Edition. Prentice-Hall International Inc., New Jersey. 770 p. Liu, X., P. N. Robinson, M. A. Madore, G. W. Witney and M. L. Arpaia. 1999. “Hass’ avocado carbohydrate fluctuations. I. Growth phenology. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 124 (6): 671– 675. Niyomdham, C. 1997. Citrus maxima (Burm) Merr dalam Verheij, E. W. M and R. E. Coronel (Eds) Buahbuahan yang dapat dimakan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 153–157. Philips, R. L. and W. S. Castle. 1977. Evaluation of twelve rootstocks for dwarfing citrus. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 102(5):526–528. Roose, M. L, D. A. Cole, D. Atkin and S. Kupper. 1989. Yield and tree size of four citrus cultivars on 21 rootstocks in California. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 114: 678–684.
42
_______. 1996. Performance of 4 citrus scions on 21 rootstocks in California. Proc. Int. Soc. Citriculture 1:141– 144. Ryugo, K. 1988. Fruit Culture. John Wiley & Sons, Inc. United States of America. 344p. Samad, A., D. L. McNeil and Z. U. Khan. 1999. Effect of interstock bridge grafting (M9 dwarfing rootstock and same cultivar cutting) on vegetative growth, reproductive growth and carbohydrate composition of mature apple trees. Sci. Hort. 79: 23–28. Spiegel-Roy, P. and E. E. Goldshmidt. 1996. Biology of Citrus. Cambridge University Press. 127 p. Wutscher, H. K. 1989. Alteration of fruit tree nutrition through rootstock. Hort Science 24(4): 578–584. _______, and D. Dube. 1977. Performance of young nucellar grapefruit on 20 rootstocks. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 120(3): 267–270.