PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG
Oleh : Ulfah Alifia A34302001
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Ulfah Alifia A34302001
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN ULFAH ALIFIA. Pengaruh Interstock Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Dan Generatif Jeruk Besar kultivar Nambangan dan Cikoneng. (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif dan generatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng hasil penyambungan pada beberapa interstock yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai Mei 2006 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan dan merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah kultivar batang atas yang terdiri atas V1 : Nambangan dan V2: Cikoneng. Faktor yang kedua adalah pemakaian interstock, yang mana I1: Flying Dragon, 12: Troyer, I3: Citrumelo dan I4: Rangpur Lime. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali, sehingga akan terdapat 32 sampel tanaman. Namun dari awal penelitian, satu tanaman mati sehingga sampel tanaman yang tersisa berjumlah 31. Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali. Variabel atau peubah yang diamati selama penelitian adalah panjang tunas, jumlah tunas tidak berbunga (tunas vegetatif), total tunas berbunga (tunas generatif), diameter batang, waktu munculnya bunga, total bunga mekar per tanaman, dan total fruitset Hasil sidik ragam tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada hampir semua peubah vegetatif dan generatif, kecuali pada panjang tunas dan diameter interstock. Selain itu, sidik ragam juga menunjukkan tidak terdapat interaksi antara batang atas dan interstock terhadap pertumbuhan generatif dan vegetatif tanaman. Jumlah tunas yang cenderung lebih banyak dihasilkan oleh perlakuan dengan interstock Troyer dan cenderung lebih sedikit dihasilkan oleh tanaman dengan interstock Rangpur Lime. Sementara pada panjang tunas dipengaruhi secara nyata oleh batang atas tetapi tidak dipengaruhi oleh penggunaan interstock. Batang atas Cikoneng menghasilkan panjang tunas yang lebih panjang dari batang atas Nambangan. Interstock Citrumelo memiliki diameter interstock yang terbesar dan interstock Flying Dragon memiliki diameter interstock yang terkecil. Sementara diameter batang bawah dan batang atas tanaman tidak dipengaruhi oleh penggunaan interstock. Meskipun pengaruh pada pertumbuhan generatif tanaman tidak terlihat signifikan, namun tanaman jeruk besar dengan interstock Citrumelo cenderung memiliki nilai yang lebih besar untuk semua peubah yang diamati yakni menghasilkan total bunga mekar yang lebih banyak dibanding yang lain meskipun nilainya tidak berbeda nyata dengan interstock Troyer. Interstock Troyer cenderung menghasilkan total fruitset yang lebih banyak. Sementara tanaman dengan interstock Rangpur Lime cenderung memiliki pertumbuhan generatif yang standar dan waktu berbunga yang cenderung lebih lama. Tanaman dengan interstock Flying Dragon cenderung memiliki pertumbuhan generatif yang lambat terutama pada jumlah tunas generatif, total bunga mekar dan total fruitset.
Judul
: PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF
DAN
GENERATIF
JERUK
KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Nama
: Ulfah Alifia
NRP
: A34302001
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. NIP. 131 578 794
Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
BESAR
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 9 Februari 1985. Penulis merupakan anak keempat dari pasangan Bapak Drh. Amir Hamid, M.Si dan Ibu Nina Murniasih. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996 di SD Negeri Panaikang II, Makassar. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 1999 di SMP Negeri 8 Makassar. Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) diselesaikan penulis pada tahun 2002 di SMU Negeri 5 Makassar. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama studi di Fakultas Pertanian IPB penulis pernah menjadi asisten praktikum untuk Mata Kuliah Dasar Umum Pendidikan Agama Islam pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2005 penulis mengikuti praktek Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Banjaratma Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Selain itu, penulis juga pernah aktif di lembaga kemahasiswaan IPB diantaranya sebagai Staf Departemen Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Keluarga Mahasiswa IPB (BEM TPB KM IPB) periode 2002-2003, Staf Departemen Kebijakan Daerah Kabinet Perjuangan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 20032004, Sekretaris Departemen Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian IPB periode 2004-2005, dan Menteri Kebijakan Nasional Kabinet Pembaharu Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2005-2006.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Interstock Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Jeruk Besar Kultivar Nambangan dan Cikoneng. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan-masukan berharga selama kegiatan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
2.
Kedua orang tua serta ketiga kakak tercinta (Teh Fitri, Teh Opi dan Aa Kiki) atas segenap kasih sayang, perhatian dan doa-doa panjang yang senantiasa menyertai selama ini.
3.
Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS dan Ir. Ketty Suketi, MSi sebagai penguji atas berbagai kritik dan saran pada penulisan skripsi ini.
4.
Teman-teman Hortikultura 39 (Iis, Ai, Urip, Nisa, Asep) dan pihak-pihak yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
5.
Sahabat-sahabat Tomodachi (Aji, Tyas, Dhilah, Eti, Aan, Shinta, Runie, Ima, Liza), teman-teman di BEM TPB IPB 2002-2003, BEM KM IPB 2003-2004, BEM FAPERTA IPB 2004-2005 dan BEM KM IPB 20052006, serta teman-teman di An Nahl Learning Centre. Akhirnya semoga penelitian ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2008
Penulis
7
DAFTAR ISI PENDAHULUAN..........................................................................................
1
Latar Belakang.......................................................................................
1
Tujuan....................................................................................................
4
Hipotesis.................................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
5
Bio-Ekologi jeruk Besar.........................................................................
5
Jenis Jeruk Besar....................................................................................
6
Batang Bawah........................................................................................
7
Jenis Batang Bawah Yang Digunakan...................................................
8
Jenis Interstock.......................................................................................
9
Penyambungan Dengan Interstock........................................................
11
BAHAN DAN METODE..............................................................................
13
Waktu dan Tempat.................................................................................
13
Bahan dan Alat.......................................................................................
13
Metode Penelitian..................................................................................
13
Pelaksanaan............................................................................................
14
Pengamatan............................................................................................
15
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
16
Kondisi Umum Penelitian......................................................................
16
Jumlah Tunas Vegetatif.........................................................................
16
Panjang Tunas Vegetatif........................................................................
17
Diameter Batang Bawah........................................................................
18
Diameter Interstock................................................................................
19
Diameter Batang Atas............................................................................
20
Total Tunas Generatif............................................................................
20
Waktu Berbunga....................................................................................
21
Total Bunga Mekar................................................................................
21
Total Buah dan Persentase Fruitset.......................................................
22
8
Pembahasan............................................................................................
23
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
28
Kesimpulan............................................................................................
28
Saran.......................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
29
LAMPIRAN..................................................................................................
33
9
DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1.
Evaluasi Terhadap Sifat-sifat Batang Utama.................................
8
2.
Jumlah Tunas Vegetatif Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan....................................................
17
Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan.............................................................................
18
Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan....................................................
19
Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan....................................................
19
Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan....................................................
20
Rata-rata Waktu Berbunga, Total Bunga Mekar, Total Buah dan Persentase Fruitset Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan.............................................................................
21
3. 4. 5. 6. 7.
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Hasil Analisis Ragam Jumlah Tunas Vegetatif Tanaman..............................................................................................
34
Hasil Analisis Ragam Panjang Tunas Vegetatif Tanaman..............................................................................................
35
Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Bawah Tanaman..............................................................................................
35
Hasil Analisis Ragam Diameter Interstock Tanaman..............................................................................................
36
Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Atas Tanaman..............................................................................................
37
Hasil Analisis Ragam Total Tunas Generatif Tanaman..............................................................................................
38
Hasil Analisis Ragam Waktu BerbungaTanaman, Total Bunga Mekar, Total Buah dan Persentase Fruitset Tanaman..............................................................................................
38
10
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1.
2.
Panjang Tunas Vegetatif pada Batang Atas Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Interstock................................................................................................
17
Bunga Mekar Tanaman Jeruk Besar pada Perlakuan Batang Atas Nambangan-Interstock Troyer (a)..........................................................
22
Fruitset Tanaman Jeruk Besar pada Perlakuan Batang Atas Nambangan-Interstock Troyer (b)..........................................................
22
Lampiran Nomor Halaman Teks 1.
Tanaman Flying Dragon (Pohon dan Buah).........................................
39
2.
Tanaman Troyer (Buah dan Pohon).......................................................
39
3.
Buah Citrumelo......................................................................................
40
4.
Buah Rangpur Lime...............................................................................
41
5.
Keragaan Bentuk Batang Interstock yang Digunakan...........................
41
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang digemari oleh masyarakat, karena rasanya yang segar dan kandungan vitamin C yang dimilikinya cukup tinggi. Jeruk ini dikonsumsi oleh masyarakat baik dalam bentuk segar maupun olahan. Jeruk memiliki beberapa jenis yang cukup dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah jeruk besar (Citrus grandis) atau yang biasa juga dikenal dengan nama jeruk pamelo. Jeruk besar merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Beberapa ahli menyatakan bahwa tanaman jeruk besar ini merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia. Populasi tanaman jeruk besar di Indonesia tersebar secara luas, khususnya di daerah Jawa Timur dan Bali. (Purwanto, et al., 1999). Jeruk ini memiliki banyak manfaat antara lain: daging buahnya dapat dikonsumsi langsung atau dicampur dalam rujak, sari buahnya dapat diekstrak, bagian dalam kulit buah yang berwarna putih dapat dijadikan manisan. Di Vietnam bunganya yang harum digunakan sebagai usaha parfum. Selain itu daun, bunga, buah, dan bijinya dapat digunakan untuk obat batuk, demam, dan gangguan pencernaan (Niyondham, 1997). Jeruk besar juga sering dimanfaatkan untuk kebutuhan sesajian pada saat hari raya Imlek atau upacara-upacara keagamaan umat keturunan cina di Jakarta. Oleh karena itu, peluang ekspor jeruk besar ke negara-negara beretnik China (RRC, Taiwan, Hongkong) sangat menjanjikan (Waspada, 2002). Jeruk besar semakin digemari oleh pasar domestik maupun internasional sehingga kebutuhan akan jeruk ini meningkat dari tahun ke tahun. Volume ekspor jeruk besar pada tahun 2005 adalah 174.300 kg dengan nilai ekspor sebesar US$ 61.007. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya (2004) yang berjumlah 120.600 kg (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian , 2006). Akan tetapi permintaan jeruk besar yang cukup besar baik dalam negeri maupun luar negeri ini, ternyata belum dapat terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena terdapat permasalahan bagaimana memenuhi kriteria
12
mutu buah yang terjamin dan terbatasnya produksi (Waspada, 2002). Produksi jeruk besar pada tahun 2006 di Indonesia yaitu 85.691 ton dan pada tahun 2007 mengalami penurunan yaitu 72.599 ton dengan produktivitas 17.43 ton/ha (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Terbatasnya produksi ini, menyebabkan Indonesia masih tetap melakukan impor jeruk besar. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian pada tahun 2004, jumlah impor jeruk besar Indonesia sekitar 14.963 kg dengan nilai impor sebesar US$ 9.264 yang berasal dari China dan Malaysia. Produksi jeruk besar yang rendah disebabkan kurangnya kemampuan petani dalam teknik budidaya dan banyaknya bibit jeruk yang terinfeksi penyakit (Supriyanto, et al., 1989). Ketersediaan bibit bermutu pada saat yang tepat merupakan kunci dalam mengusahakan tanaman jeruk (Poerwanto, 2002). Oleh sebab itu pengembangan bibit yang berkualitas perlu diusahakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit yang bermutu adalah dengan melakukan penyambungan. Penyambungan adalah upaya menggabungkan sifat unggul yang terdapat pada batang atas dengan sifat unggul yang terdapat pada batang bawah untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan tanaman aslinya (Rochiman dan Harjadi, 1973). Keuntungan penyambungan antara lain, tanaman yang disambung akan sama dengan induknya, tidak berduri, ketahanan terhadap hama dan penyakit dapat ditingkatkan pada kondisi-kondisi tanah yang kurang menguntungkan, bentuk percabangan menyebar, masa juvenile dapat dipersingkat (Samson, 1992). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menggambungkan batang atas dan batang bawah tanaman. Penggunaan batang bawah Calamandarin telah umum dilakukan di Filipina pada budidaya jeruk skala luas, karena jenis batang bawah ini memiliki sistem perakaran yang baik, sangat resisten terhadap serangan busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Phytophthora dan berbagai jenis penyakit lainnya yang disebabkan oleh virus (Niyomdham, 1997). Sementara di Indonesia penggunaan batang bawah jenis Rough Lemon dan Javansche Citroen sudah dilakukan sejak lama (Ashari, 2006). Berdasarkan penelitian Fallahi dan Rodney (1992) penyambungan beberapa jenis batang bawah dengan jeruk
13
Fairchild mempengaruhi konsentrasi hara daun, pertumbuhan tanaman (lingkar batang dan volume kanopi), serta produksi (kuantitas dan kualitas buah). Beberapa jenis tanaman yang kultivar batang bawahnya banyak digunakan
untuk
penyambungan
adalah
Flying
Dragon,
Citrumelo,
Volkameriana, dan Rangpur Lime. Salah satu varietas jeruk yang menghasilkan pertumbuhan yang baik adalah Flying Dragon (Susanto, 2000). Menurut Bitters et al. dalam Yonemoto et al. (2004), semua kultivar jeruk yang disambung dengan Flying Dragon sebagai batang bawah, dapat mereduksi ukuran tanaman sehingga menjadi lebih kerdil. Penggabungan
antara
batang
atas
dan
batang
bawah
dapat
menyebabkan kecocokan atau ketidakcocokan yang akan mempengaruhi perkembangan dan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi ketidakcocokan antara batang atas dan batang bawah dapat digunakan interstock. Interstock adalah bagian batang yang dipakai sebagai batang perantara antara batang atas dan batang bawah. Interstock digunakan untuk mengatasi ketidakcocokan antar batang atas dan batang bawah, untuk menghasilkan bentukan khusus yang tidak dapat dirangsang oleh batang atas maupun batang bawah atau untuk mengambil manfaat dari kemampuannya mengendalikan pertumbuhan. Interstock dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan generatif batang atas (Hartmann et al., 1997). Pada beberapa tanaman buah, seperti apel, penggunaan interstock dapat meningkatkan produksi buah per pohon hingga 30 % dan mereduksi pertumbuhan vegetatif hingga 20 % (Samad, McNeil dan Khan, 1999) Penelitian tentang penggunaaan interstock di Indonesia belum banyak dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Susanto et al. (2004), jenis interstock Rangpur lime bersifat paling menghambat pertumbuhan jeruk besar Cikoneng, sebaliknya interstock Citromelo bersifat memacu pertumbuhannya. Sementara Flying Dragon dan Troyer bersifat intermediate, berada diantara sifat Rangpur lime dan Citrumelo.
14
Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui respon pertumbuhan vegetatif dan generatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng hasil penyambungan pada beberapa interstock yang berbeda.
Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatif dan generatif dari batang atas Nambangan dan Cikoneng 2. Interstock
yang
berbeda
mempunyai
kemampuan
berbeda
dalam
mengendalikan pertumbuhan vegetatif dan generatif jeruk besar Nambangan dan Cikoneng. 3. Terdapat pengaruh interaksi antara batang atas dan interstock terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
15
TINJAUAN PUSTAKA
Bio-Ekologi Jeruk Besar
Botani Jeruk Besar Jeruk besar berasal dari Malaysia kemudian tersebar ke Indo-Cina, Cina bagian selatan dan bagian selatan Jepang, dan ke arah barat India, wilayah Mediteran dan Amerika Tropik (Niyomdham, 1997). Di Indonesia kultivar jeruk besar tersebar di Aceh Timur, Gianyar, Banggai, Bone, Pangkajene dan Buton, sedangkan daerah pengembangannya di Jawa terdapat di Garut, Pemalang, Magetan dan Jember. Tanaman jeruk besar berbentuk pohon dan berkayu dengan ketinggian rata-rata 5-15 m. Batang tanaman keras, kuat dan agak bengkok dengan diameter sekitar 10-15 cm. Cabangnya rendah, ada yang bertulang (tumbuh dari biji) dan ada yang tidak bertulang (tumbuh secara vegetatif). Batang pohon jeruk besar ada yang berduri dan ada yang tidak berduri. Tajuk pohonnya tidak terlalu tinggi dengan cabang yang banyak dan bentuk tidak beraturan (Niyomdham, 1997). Daun, bunga dan buah jeruk besar memiliki bentuk yang paling besar diantara jenis jeruk lainnya. Daunnya berbentuk bundar telur (ovate) hingga jorong (elliptical) dengan ukuran panjang 5 - 20 cm dan lebar 2 - 12 cm. Pada daun terdapat bercak-bercak kelenjar minyak. Pangkal daun membundar sampai agak menjantung dengan tepi rata sampai bergerigi, ujung runcing menumpul, tangkai daun bersayap melebar dan sayap berbentuk jantung terbalik. Perbungaan jeruk besar aksiler, dengan satu atau beberapa bunga yang mengelompok. Bunganya besar, pentamerus (berbilangan lima), berbuluhalus dan daun mahkota berwarna putih susu. Benang sari berjumlah 20 – 35 dan bakal buah beruang 1116 (Niyomdham, 1997). Bakal buah berbentuk bulat berkerucut dan setelah tua berubah menjadi bulat besar. Diameter buah berkisar antara 10-30 cm, tetapi dapat berukuran lebih besar pada beberapa kultivar. Warna buah kuning kehijauan dengan bercakbercak kelenjar yang padat. Kulit buahnya tebal dengan ketebalan 1-4 cm, namun cukup mudah untuk dikupas. Segmen kulit buah berisi daging buah
16
yang besar-besar, berwarna kuning pucat sampai merah jambu, berisi cairan yang rasanya agak manis. Biji berukuran besar, jumlahnya tidak banyak, berpinggiran, berwama kekuning-kuningan, dan berembrio tunggal (Davies dan Albrigo, 1994; Niyomdham, 1997). Buah menjadi matang setelah 7-10 bulan dari munculnya bunga. Masa panen utama jeruk besar di Jawa berlangsung pada bulan April-Juni setelah berbunga pada bulan September-Oktober tahun sebelumnya. Di Thailand terutama dari bulan Agustus-Oktober dan di Malaysia puncak panen pada bulan Juli-Oktober dan Januari-Februari (Niyomdham, 1997).
Syarat Tumbuh Jeruk Besar Jeruk besar umumnya tidak terlalu sulit untuk ditanam di Indonesia karena tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia (Setiawan, 1993). Di sentra produksinya di Thailand, jeruk besar tumbuh dengan baik pada rata-rata suhu bulanan sekitar 25-30°C dan musim kering berlangsung 3-5 bulan serta curah hujan tahunan 1500-1800 mm (Niyondham, 1997). Hasil yang terbaik diperoleh pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 400 meter diatas permukaan laut (dpl). Jenis tanah yang cocok adalah yang ringan sampai sedang, gembur, subur, dan banyak mengandung oksigen. Sebaiknya tanah mengandung pasir dengan kedalaman air tanah pada musim hujan 50 cm dan 1,5 m pada musim kemarau. Kisaran pH yang baik untuk jeruk besar adalah 5-6. Contoh wilayah yang potensial untuk penanaman jeruk besar adalah Bogor (dataran rendah dan sangat basah), Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Jambi, Bengkulu, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, dan Riau (Setiawan, 1993).
Jenis Jeruk Besar Jeruk Besar Nambangan Jeruk ini merupakan jeruk besar yang paling populer. Asalnya dari Nambangan, Madiun, Jawa Timur. Sekarang jeruk ini lebih banyak dijumpai di daerah
Sukomoro,
Magetan,
Jawa
Timur.
Di
daerah
ini
masyarakat
menamakannya jeruk sukomoro (Sentra Informasi IPTEK, 2005). Jeruk Nambangan berbentuk pohon dengan tajuk relatif bulat,
17
percabangan banyak dan buah menyebar rata di seluruh tajuk Daunnya relatif datar. Panen buah dilakukan 24-30 minggu setelah 50% bunga mekar. Produksi jeruk besar adalah 200-230 buah/pohon pada umur 10 tahun. Buahnya berbentuk bundar, sedikit pipih, kurang simetris dengan dasar agak tegak. Kulit buah tebal dengan permukaan kulit tidak berbulu. Warna buah kuning kehijauan dengan daging buah berwarna merah muda-merah, Rasa buahnya manis sedikit masam dan segar. Jeruk ini memiliki daya simpan ± 3 bulan. Jeruk ini toleran terhadap penyakit CVPD dan peka terhadap penyakit blendok, hama penggerek buah, serta lalat buah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2008).
Jeruk Besar Cikoneng Jeruk besar Cikoneng berasal dari daerah Sumedang, Jawa Barat. Sekitar tahun 80-an jeruk ini mengalami kepunahan yang disebabkan oleh serangan penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) sehingga tanaman yang terserang menjadi kering dan mati (Susanto, 2000). Jeruk Cikoneng memiliki bentuk tanaman seperti payung dengan tinggi tanaman 5-10 m, bentuk daun bulat panjang dengan ujung melebar, warna permukaan daun bagian atas hijau tua dengan perabaan halus dan bagian bawah kekuningan, warna bunga putih dengan posisi di percabangan, jumlah bunga ± 10 per tandan. Buahnya dicirikan dengan kulit buah yang berwarna kuning. Daging buahnya besar dengan warna kemerah-merahan, kulitnya tipis dan kasar. Rasa buah cukup manis dengan sedikit rasa getir (Setiawan dan Sunarjono, 2003).
Batang Bawah Batang bawah berperan penting dalam pengusahaan jeruk besar karena biji jeruk besar bersifat monoembrionik dan heterosigous sehingga lebih sering diperbanyak secara vegetatif dengan cara penyambungan. Batang bawah harus dapat merangsang produksi buah yang tinggi dengan kualitas yang baik pada batang atas (Samson, 1992). Oleh karena itu, pada penyambungan diperlukan batang bawah yang berkualitas. Menurut Harjadi (1989), batang bawah yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. mempunyai derajat poliembrioni yang tinggi; 2. kompatibel dengan batang
18
atasnya; 3. mampu tumbuh di segala jenis tanah; 4. toleran terhadap virus; 5 toleran terhadap penyakit jamur; 6. toleran terhadap nematoda; 7. tumbuh baik di pembibitan, dan tahan terhadap kekeringan dan angin. Namun pada kenyataannya sulit untuk mendapatkan batang bawah yang memenuhi semua persyaratan di atas, sehingga mencari batang bawah terbaik untuk setiap varietas buah di setiap lokasi merupakan hal yang perlu dilakukan. Beberapa penilaian mengenai batang bawah diberikan dalam tabel di bawah ini (Harjadi, 1989). Tabel 1. Evaluasi Terhadap Sifat-sifat Batang Utama Akar TrisExo- Nema- Kekeringan Pro- Mutu Batang Bawah Busuk teza cortis toda dan garam duksi Buah Sour orange 4 0 4 2 2 2 4 Sweet orange 1 4 3 2 2 3 4 Rough lemon 0 3 3 1 2 4 1 Milam lemon 0 4 3 3 2 3 2 Cleopatra mandarin 2 4 3 2 3 2 3 Sweet lime 1 1 2 2 2 3 3 Troyer citrange 3 4 1 3 1 3 3 4 4 0 4 0 2 4 P. trifoliata Keterangan : 0 = sangat buruk; 1 = buruk; 2 = sedang; 3 = baik; 4 = sangat baik Jenis Batang Bawah Yang Digunakan Javansche Citroen Javansche Citroen berasal dari persilangan Citus nobilis dengan Citrus limonia (Spiegel Roy dan Goldschmidt, 1996 dalam Susanto, 2000). Javansche Citroen memiliki karasteristik yang mirip dengan Rough lemon, yaitu tahan terhadap kekeringan sehingga dapat merangsang pembentukan buah pada batang atas lebih awal dan menghasilkan produksi tinggi dengan kualitas yang baik. Jenis ini peka terhadap Exocortis (Samson, 1992). Exocortis adalah sejenis virus yang dapat menyebabkan terganggunya kulit tanaman dan menyebabkan tanaman menjadi kerdil (Niyomdham, 1997).
19
Jenis Interstock Flying Dragon Flying Dragon (Poncirus trifoliata var. monstrosa), berasal dari persilangan antara Rangpur x Troyer (Gambar Lampiran 1). Batang bawah ini sering dipakai untuk jenis jeruk Mandarin, Orange dan Kumquat. Produktivitasnya tinggi, tahan terhadap penyakit busuk akar, toleran terhadap tristeza, Phythopthora, dan Nematoda. (Ashkenazi et al., 1999). Flying Dragon mempunyai karakteristik mampu mengurangi ukuran pohon apabila dipakai sebagai batang bawah pada berbagai jenis jeruk (Roose et al., 1989). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh Flying Draon terhadap pertumbuhan dan produksi buah (Ferguson and Chaparro, 2004)
Troyer Troyer merupakan hasil persilangan dari Citrus reticulata (sweet orange) dengan Poncirus trifoliata (trifoliate orange) (Gambar Lampiran 2). Batang bawah ini banyak dipakai di California dan Spanyol dan sering digunakan sebagai batang bawah Orange, Grapefruit (jeruk besar), Lemon dan jeruk Mandarin (Davies dan Albrigo, 1994). Karakteristik dari batang bawah ini adalah mampu mendorong tanaman tumbuh lebih vigor, produktivitasnya tinggi, tahan terhadap exocortis dan Phytophtora tetapi rentan terhadap serangan xyloporosis (Saunt, 1990). Selain itu tanaman yang disambung dengan Troyer lebih cepat berbuah, subur dan menghasilkan buah dengan ukuran yang lebih besar dengan kualitas yang baik. Keunggulan terbesar dari batang bawah ini adalah kemampuannya untuk tumbuh dengan sangat baik pada tanah yang tergenang (Ikisan, 2000).
Citrumelo Citrumelo merupakan kultivar yang dihasilkan dari persilangan Citrus paradisi (grapefruit) dengan Poncirus trifoliata (trifoliate orange) (Gambar Lampiran 3). Swingle Citrumelo merupakan salah satu batang bawah yang paling potensial untuk grapefruit dan jeruk manis. Citrumelo sangat toleran terhadap daerah yang kering dan dengan salinitas tinggi. Kultivar ini
20
memproduksi
sekitar
10-15%
zygotic
seedlings,
mempunyai
derajat
poliembrioni tinggi dan sangat vigor dalam pembibitan. Swingle Citrumelo toleran terhadap CTV (Citrus Tristeza Virus), CEV (Citrus Exocortis Viroid) dan xyloporosis. Selain itu juga sangat toleran terhadap phytoptora dan busuk akar, dan resisten terhadapa Nematoda (Davies dan Albrigo, 1994). Ketahanan terhadap penyakit yang dimiliki oleh kultivar ini akan sangat menguntungkan bagi produksi dan pertanaman. Wutscher dan Dube (1977) mengemukakan bahwa grapefruit Redblush yang disambung dengan batang bawah Swingle Citrumelo menghasilkan produksi buah tertinggi dibandingkan dengan 17 batang bawah lainnya. Sementara berdasarkan hasil penelitian Fallahi, Moon dan Rodney (1989)
penyambungan
grapefruit
dengan
Swingle
Citrumelo
dapat
meningkatkan kualitas buah dan efisiensi hasil, sehingga dapat ditanam dengan kerapatan tinggi. Penggunaan Citrumelo sebagai batang bawah pada jeruk Valencia lebih tahan pada cuaca dingin (winter-hardiness) dibandingkan dengan disambung pada Rough Lemon yang sensitif pada cuaca dingin (Ikisan, 2000)
Rangpur Lime Rangpur Lime adalah batang bawah hasil persilangan Citrus reticulata var. austera dengan Citrus limonia (Gambar 4 Lampiran). Jenis batang bawah ini tidak banyak ditanam pada wilayah pertanaman jeruk kecuali di Brazil. Hal ini disebabkan karena sifat Rangpur Lime yang toleran terhadap CTV (Citrus Tristeza Virus) dan dapat beradaptasi dengan baik pada daerah kering. Rangpur Lime dapat beradaptasi dengan baik pada daerah yang yang salinitasnya tinggi dan pada tanah dengan kadar lempung tinggi. Akan tetapi, jenis batang bawah ini rentan terhadap CEV (Citrus Exocortis Viroid), Nematoda, dan penyakit busuk akar (Davies and Albrigo, 1994). Rangpur Lime yang bersifat toleran terhadap virus tristeza dan Phythopthora dan banyak digunakan sebagai batang bawah lemon (Sugiyarto, 1994). Rangpurlime banyak digunakan sebagai batang bawah untuk sweet oranges, jeruk mandarin dan grape fruit di Brazil dan Argentina Pohon yang disambung dengan Rangpur lime menjadi vigor, cepat berbuah, subur dan produksi buahnya berkualitas (Ikisan, 2000)
21
Penyambungan dengan Interstock Penyambungan adalah upaya menggabungkan dua jenis tanaman atau lebih sehingga tanaman yang disambung akan tumbuh menjadi satu tanaman baru (Hartmann et al., 1997). Pada penyambungan tersebut terjadi hubungan timbal balik antara batang atas dan batang bawah. Mekanisme ini belum pasti diketahui, namun beberapa hipotesis telah disusun untuk menjelaskan fenomena tersebut. beberapa di antaranya adalah penyerapan dan penggunaan nutrisi, translokasi nutrisi dan perubahan zat tumbuh endogen (Ashari, 2006). Pada penyambungan tanaman, pemotongan bagian tanaman menyebabkan jaringan parenkim membentuk kalus. Kalus-kalus tersebut sangat berpengaruh pada proses pertautan sambungan. Pada proses pembentukan kalus ini yang lebih banyak berperan adalah batang bawah (Hartmann et al., 1997). Pada penyambungan, batang bawah memiliki sifat-sifat yang sangat berpengaruh terhadap batang atas. Salah satu peran batang bawah adalah pengaruhnya terhadap kecepatan tumbuh batang atas (Ashari, 2006). Wutscher dan Dube (1977) menyatakan bahwa perbedaan jenis batang bawah menyebabkan perbedaan volume kanopi, hasil buah per pohon, kandungan hara dan kualitas buah pada grapefruit Redblush. Permasalahan inkompatibilitas dapat terjadi pada penyambungan tanaman. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan interstock. Interstock atau intermediate stock adalah bagian batang yang disisipkan diantara batang bawah dan batang atas. Batang ini digunakan karena dinilai lebih memiliki karakter yang diinginkan dibanding batang atas yakni dari segi vigor tanaman, ketahanan terhadap penyakit, untuk mengerdilkan tanaman (Childers, 1973) serta untuk mengatasi ketidakcocokan yang terjadi antara batang atas dan batang bawah (Garner, 1976). Tanaman yang memakai interstock terdiri dari tiga bagian tanaman yaitu batang bawah, bagian tengah (interstock) dan batang atas yang berasal dari kultivar yang direkomendasikan. (Hartmann et al., 1997). Kriteria tanaman yang digunakan sebagai interstock yaitu tanaman yang mempunyai daya kompatibilitas terhadap batang atas maupun batang bawah yang akan disambungkan. Beberapa varietas dari buah pear tidak kompatibel
22
ketika disambungkan dengan batang bawah tertentu, sehingga digunakan interstock
untuk
mengatasi
ketidakcocokan
(inkompatibilitas)
tersebut
(Krezdorn, 1978). Pada penyambungan yang cocok (compatible) tanaman yang disambung dapat tumbuh normal dan hal sebaliknya terjadi pada tanaman yang mengalami penyambungan tidak cocok (incompatibel). Gejala tidak cocok (incompatible) pada sambungan mulai terlihat pada beberapa tahapan dimulai sejak gagalnya sambungan hingga matinya tanaman secara perlahan-lahan (Ashari, 2006). Kriteria tidak cocok (incompatible) pada tanaman adalah sebagai berikut: (1) tingkat keberhasilan sambungan rendah, (2) tanaman yang sudah berhasil tumbuh daunnya menguning, rontok, dan mati tunas, (3) kematian tanaman lebih awal dari keadaan normal, (4) pertumbuhan antara batang atas dan batang bawah berbeda dan (5) terjadi keretakan pada bagian sambungan. Keberhasilan penyambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hubungan kekerabaatan antara batang atas dan batang batang bawah, spesies tanaman, cara penyambungan, faktor lingkungan dan serangan hama serta penyakit (Hartmann et al., 1997) Krezdorn (1978) menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah yang belum terpecahkan mengenai penggunaan interstock pada jeruk, yaitu sensitivitasnya (rentan) terhadap dingin, status terhadap virus dan penyakit lainnya yang sering ditemukan pada jeruk, serta berbagai informasi mengenai pengaruh interstock terhadap produksi buah, ukuran tanaman/pohon, kualitas buah dan umur reproduksi tanaman. Pohon yang disambung dengan interstock membutuhkan biaya yang lebih mahal dan waktu yang lebih lama, namun hal ini bukanlah faktor penghambat.
23
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2006 sampai Mei 2006 bertempat di Rumah Kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan pada tahun sebelumnya dengan judul Pengaruh Interstock terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) kultivar Nambangan dan Cikoneng (Sugianto, 2005).
Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan telah berumur 3 tahun berupa tanaman hasil okulasi dengan batang bawah (rootstock), batang antara (interstock) dan batang atas ( s c i o n ). Batang bawah yang digunakan adalah Javansche Citroen (JC). Interstock yang digunakan adalah Flying Dragon, Troyer, Citrumelo (Citrus paradisi x Poncirus trifoliata), dan Rangpur Lime (Citrus reticulata x Citrus limonia) (Gambar Lampiran 5). Sedangkan batang atas yang digunakan adalah jeruk besar kultivar Nambangan dan Cikoneng. Bahan media tanam berupa campuran tanah, arang sekam, pupuk kandang, dengan perbandingan 2:1:1 satuan volume. Tanaman ditanam pada drum diameter 60 cm dan tinggi 40 cm. Untuk penanggulangan hama dan penyakit digunakan insektisida Decis dengan bahan aktif Deltamethrin 25 g/l. Alat yang digunakan adalah jangka sorong, penggaris, ember, label, gembor, dan alat budidaya lainnya.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu kultivar batang atas yang terdiri atas V1 : Nambangan dan V2: Cikoneng. Faktor yang kedua yaitu pemakaian interstock, yang mana I1: Flying Dragon, 12: Troyer, I3: Citrumelo dan I4: Rangpur Lime. Dengan demikian, percobaan ini terdiri atas 8 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi dilakukan pengulangan sebanyak 4 ulangan.
24
Kombinasi Perlakuan adalah sebagai berikut: V1I1
: Batang atas Nambangan, interstock Flying Dragon
V1I2
: Batang atas Nambangan, interstock Troyer
V1I3
: Batang atas Nambangan, interstock Citrumelo
V1I4
: Batang atas Nambangan, interstock Rangpur Lime
V2I1
: Batang atas Cikoneng. interstock Flying Dragon
V2I2
: Batang atas Cikoneng, interstock Troyer
V2I3
: Batang atas Cikoneng, interstock Citrumelo
V214
: Batang atas Cikoneng, interstock Rangpur Lime
Model aditif untuk percobaan ini adalah : Yijk = µ + Vi + Ii + (VI)ii + εijk Keterangan: Yijk : Nilai pengamatan peubah tertentu pada bibit jeruk pada ulangan ke-k, pada kombinasi perlakuan ( ke-i dari kultivar batang atas dan taraf
ke j-dari
pemakaian interstock terpilih). µ
: Nilai rataan umum.
Vi
: Pengaruh aditif taraf ke-i dari kultivar batang atas.
Ij
: Pengaruh aditif taraf ke j dari penggunaan interstock terpilih.
(VI)ij : Pengaruh interaksi pada taraf ke-i kultivar batang atas dan taraf ke- j pemakaian interstock terpilih. εijk
: Pengaruh galat percobaan pada perlakuan kultivar batang atas ke-i, interstock ke j dan pada ulangan ke-k.
i
: 2
j
: 1,2,3,4
k
: 1,2,3,4 Jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata secara statistik pada α =
5% dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan Multiple Range (DMRT).
Pelaksanaan Penelitian ini menggunakan bibit yang telah berumur kurang lebih 3 tahun terhitung sejak okulasi pertama saat dipindahkan ke dalam drum. Batang bawah Javansche Citroen telah disambung dengan interstock terpilih antara lain
25
Flying Dragon, Troyer, Citrumelo dan Rangpur Lime. Hasil okulasi ini juga telah disambung dengan batang atas kultivar Nambangan dan Cikoneng dengan cara okulasi (chip budding). Tanaman dipindahkan ke dalam drum berukuran 60 x 40 cm. Pemindahan bibit telah dilakukan pada penelitian sebelumnya yaitu pada bulan Januari tahun 2005. Pada saat awal penelitian satu tanaman mati yaitu tanaman dengan kombinasi perlakuan V2I1 ulangan ke-4 sehingga hanya ada 31 tanaman. Penyiraman bibit dilakukan setiap hari sekali dengan 3 liter air untuk tiap bibit dalam drum. Pemupukan dilakukan setiap minggu dengan menggunakan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 50 g yang dilarutkan dalam 10 liter air. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual dan penyemprotan dengan pestisida (insektisida ataupun fungisida) dengan konsentrasi sesuai anjuran. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap minggu. Peubah yang diamati meliputi : 1. Panjang tunas, diukur dari pangkal tunas sampai dengan titik tumbuh. 2. Jumlah tunas tidak berbunga (tunas vegetatif). 3. Total tunas berbunga (tunas generatif), dihitung seluruh jumlah tunas generatif yang muncul selama penelitian. 4. Diameter batang. Batang yang diukur meliputi batang bawah, interstock dan batang atas. Pengukuran ini dilakukan setiap bulan. 5. Waktu munculnya bunga. 6. Total bunga mekar per tanaman, yaitu jumlah bunga yang mekar selama penelitian. 7. Total buah, dihitung pula persentase fruitset dengan rumus : (total buah/ total bunga mekar) x 100%.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian Pada awal penelitian, beberapa tanaman terserang hama kutu perisai. Serangan ini diatasi dengan cara manual yaitu membersihkan kutu dengan sikat. Jenis hama lain yang menyerang tanaman selama penelitian berlangsung antara lain hama belalang (Valanga nigricornis), ulat dari ordo Lepidoptera jenis Papilio demodocus, ulat pengorok daun (Phyllocnictis citrella), dan Kutu dompolan (Planococcus citri). Serangan hanya menyerang sebagian kecil dari seluruh tanaman yang digunakan. Selain itu, pada awal penelitian, banyak daun tertutup oleh lapisan debu yang tipis sehingga daun tampak kotor dan kusam. Hal ini diatasi dengan cara membersihkan lapisan debu tersebut dengan menyemprotkan air ke permukaan daun. Pada akhir penelitian, juga terdapat beberapa tanaman yang terserang penyakit embun jelaga (Capnodium citri). Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dikendalikan secara manual dan secara kimia. Hama belalang dikendalilkan dengan mematikan hama yang penyerang tanaman. Serangan hama tidak membahayakan karena pengendalian segera dilakukan saat tingkat serangan masih rendah. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis untuk hama ulat dan kutu. Penelitian merupakan penelitian lanjutan dari tahun sebelumnya sehingga pengamatan langsung dilakukan. Pada saat penelitian, terdapat satu tanaman yang mati karena terserang virus.
Jumlah Tunas Vegetatif Jumlah tunas vegetatif tidak dipengaruhi secara nyata baik oleh batang atas maupun penggunaan interstock mulai dari awal hingga akhir penelitian (Tabel Lampiran 2). Pada akhir penelitian batang atas Nambangan memiliki jumlah tunas sebanyak 4.69 sedangkan batang atas Cikoneng memiliki jumlah tunas sebanyak 3.93 (Tabel 2). Perlakuan interstock Troyer menghasilkan jumlah tunas yang paling banyak dan terus bertambah setiap minggunya. Pada 68 MSP tanaman yang disambung, interstock Troyer mempunyai jumlah tunas sebanyak 5.13 kemudian
27
tanaman dengan interstock Citrumelo menghasilkan tunas sebanyak 4.63 dan tanaman dengan interstock Flying Dragon menghasilkan jumlah tunas sebanyak 4.14. Tanaman dengan interstock Rangpur Lime mempunyai jumlah tunas paling
sedikit yaitu sebanyak 3.38 (Tabel 2). Tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Kombinasi batang atas dan interstock tidak berpengaruh nyata pada jumlah tunas vegetatif yang dihasilkan (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah Tunas Vegetatif Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan 55 Batang Atas Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock Flying Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) Rangpur Lime (I4) Interaksi
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) 57 59 62 65
68
2.56 1.93
2.94 2.47
3.00 2.73
3.38 3.00
4.06 3.67
4.69 3.93
0.86 3.50 2.88 1.63 tn
1.43 3.75 3.50 2.00 tn
1.57 3.88 3.50 2.38 tn
1.86 4.25 3.88 2.63 tn
3.29 4.50 4.75 2.88 tn
4.14 5.13 4.63 3.38 tn
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT taraf 5%
Panjang Tunas Vegetatif Panjang tunas vegetatif dipengaruhi secara nyata oleh batang atas tetapi tidak dipengaruhi oleh penggunaan interstock (Tabel Lampiran 3). Tanaman dengan batang atas Cikoneng memiliki panjang tunas 12.16 cm yang lebih panjang dibandingkan tanaman dengan batang atas Nambangan yang memiliki panjang tunas 7.55 cm (Gambar 1). 14.00
panjang tunas
12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 Nambangan (V1)
2.00
Cikoneng (V2)
0.00 55
57
59
62
65
68
MSP
Gambar 1. Panjang Tunas Vegetatif pada Batang Atas Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Interstock
28
Panjang tunas tanaman yang disambung dengan interstock Flying Dragon adalah 7.85 cm, sementara tanaman dengan interstock Troyer, Citrumelo, dan Rangpur Lime berturut-turut memiliki panjang tunas 8.77 cm,12.08 cm, dan 10.16 cm. Interaksi diantara kedua faktor tersebut tidak terjadi (Tabel 3). Tabel 3. Panjang Tunas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan
Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 55
57
59
62
65
68
Batang Atas Nambangan (V1) Cikoneng (V2)
3.80 5.47
4.33 6.99
4.40b 8.18a
5.29b 9.02a
Interstock Flying Dragon (I1)
2.69
3.88
4.02
4.67
6.45
7.85
Troyer (I2)
4.82
4.96
5.41
5.86
6.77
8.77
Citrumelo (I3) Rangpur Lime (I4) Interaksi
5.97 4.71 tn
7.94 5.47 tn
8.00 7.22 tn
9.53 8.02 tn
11.88 8.48 tn
12.08 10.16 tn
6.27b 7.55b 10.79a 12.16a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT taraf 5%
Diameter Batang Bawah Diameter batang bawah pada tanaman jeruk besar berbatang atas Nambangan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman yang berbatang atas Cikoneng (Tabel Lampiran 4). Demikian pula dengan diameter batang bawah pada keempat interstock yang digunakan tidak berbeda nyata (Tabel 4). Pada 68 MSP rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Nambangan sebesar 1.51 cm sementara rata-rata diameter batang bawah tanaman berbatang atas Cikoneng sebesar 1.42 cm. Sedangkan rata-rata diameter batang bawah pada penggunaan interstock Flying Dragon adalah sebesar 1.50 cm dan pada interstock Rangpur Lime adalah sebesar 1.42 cm. Pada perlakuan, tidak terjadi interaksi antara batang atas dan interstock (Tabel 4).
29
Tabel 4. Rata-rata Diameter Batang Bawah Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Batang Atas Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock Flying Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) Rangpur Lime (I4) Interaksi
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) 55 59 62 65 …cm… 1.40 1.43 1.45 1.48 1.33 1.36 1.37 1.40
1.51 1.42
1.40 1.38 1.39 1.31 tn
1.50 1.46 1.47 1.42 tn
1.43 1.40 1.41 1.34 tn
1.45 1.42 1.44 1.36 tn
1.48 1.45 1.46 1.39 tn
68
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT taraf 5%
Diameter Interstock Diameter interstock tanaman hanya dipengaruhi oleh jenis interstock yang digunakan (Tabel Lampiran 5). Pengaruh interstock mulai terlihat sangat nyata pada awal penelitian. Akan tetapi, diameter interstock tidak dipengaruhi oleh batang atas tanaman. Pada akhir penelitian diameter interstock pada batang atas Nambangan adalah 1.96 cm sedangkan pada batang atas Cikoneng sebesar 1.89 cm (Tabel 5). Tabel 5. Rata-rata Diameter Interstock Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Batang Atas Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock Flying Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) Rangpur Lime (I4) Interaksi
Minggu Setelah Pemindahan (MSP) 55 59 62 65 …cm… 1.84 1.88 1.90 1.94 1.76 1.80 1.83 1.86 1.88b 1.64bc 2.30a 1.39c tn
1.93b 1.68bc 2.34a 1.43c tn
1.95b 1.70bc 2.37a 1.45c tn
1.99b 1.74bc 2.41a 1.48c tn
68 1.96 1.89 2.02b 1.77bc 2.43a 1.50c tn
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkantidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT taraf 5%
30
Selama penelitian berlangsung, tanaman dengan interstock Citrumelo memiliki diameter yang terbesar yaitu 2.43 cm, kemudian diikuti oleh tanaman dengan interstock Flying Dragon sebesar 2.02 cm. Sementara tanaman dengan interstock Troyer dan Rangpur Lime, tidak berbeda nyata dengan ukuran diameter berturut-turut adalah 1.77 cm dan 1.50 cm (Tabel 5). Pada perlakuan tidak terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut.
Diameter Batang Atas Diameter batang atas tanaman jeruk besar Nambangan tidak berbeda nyata dengan tanaman jeruk besar Cikoneng (Tabel Lampiran 6). Diameter batang atas juga tidak dipengaruhi oleh interstock yang digunakan. Pada minggu terakhir pengamatan tanaman dengan interstock Rangpur Lime memiliki ukuran diameter batang atas sebesar 1.73 cm, tanaman dengan interstock Troyer sebesar 1.69 cm, kemudian tanaman dengan interstock Citrumelo sebesar 1.66 cm dan tanaman dengan interstock Flying Dragon sebesar 1.47 cm. Interaksi antara batang atas dan interstock juga tidak terjadi (Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata Diameter Batang Atas Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Batang Atas Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock Flying Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) Rangpur Lime (I4) Interaksi
Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 55 59 62 65 …cm… 1.63 1.66 1.67 1.70 1.47 1.50 1.52 1.54
1.72 1.57
1.38 1.58 1.56 1.66 tn
1.47 1.69 1.66 1.73 tn
1.41 1.62 1.59 1.69 tn
1.42 1.64 1.61 1.70 tn
1.45 1.67 1.64 1.72 tn
68
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT taraf 5%
Total Tunas Generatif Total tunas generatif tidak dipengaruhi secara nyata oleh batang atas maupun interstock (Tabel Lampiran 7). Total tunas generatif pada tanaman jeruk besar berbatang atas tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman yang
31
berbatang atas Cikoneng. Demikian halnya dengan total tunas generatif tanaman jeruk besar pada keempat interstock yang digunakan tidak berbeda nyata. Tidak terdapat interaksi antara kedua factor tersebut (Tabel 7). Waktu Berbunga Perlakuan interstock tidak memberikan pengaruh yang nyata pada waktu berbunga batang atas tanaman jeruk besar (Tabel Lampiran 8). Tanaman dengan batang atas Cikoneng memiliki waktu berbunga satu minggu lebih cepat dibanding tanaman dengan batang atas Nambangan (Tabel 7). Sementara urutan waktu berbunga tanaman dengan interstock adalah sebagai berikut: tanaman dengan interstock Citrumelo berbunga pada waktu 54 MSP, interstock Troyer pada 55 MSP, interstock Flying Dragon pada 57 MSP dan paling lama adalah tanaman dengan interstock Rangpur Lime yang berbunga pada 58-59 MSP. Pada perlakuan tidak terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Waktu Berbunga, Total Bunga Mekar, Total Buah dan Persentase Fruitset Jeruk Besar Nambangan dan Cikoneng pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan Batang Atas Nambangan (V1) Cikoneng (V2) Interstock Flying Dragon (I1) Troyer (I2) Citrumelo (I3) Rangpur Lime (I4) Interaksi
Total Bunga Mekar (Kuntum)
Total Tunas Generatif
Waktu Berbunga (Minggu ke-)
2.63 1.27
56.00 55.25
21.94 10.67
5.69 2.27
16.66 9.74
1.00 2.25 2.50
57.00 55.25 54.00
10.86 19.63 23.25
2.71 4.75 3.88
8.05 19.91 14.33
2.00 tn
58.67 tn
11.50 tn
4.63 tn
10.29 tn
Total Buah
Fruitset(%)
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata menurut uji DMRT taraf 5%
Total Bunga Mekar Peubah total bunga mekar tidak dipengaruhi secara nyata oleh batang atas, interstock maupun interaksi keduanya (Tabel Lampiran 8). Tanaman dengan batang atas Nambangan menghasilkan total bunga mekar sebanyak 21.94
32
sementara tanaman dengan batang atas Cikoneng total bunga mekar sebanyak 10.97 (Tabel 7). Pada tanaman dengan interstock Citrumelo menghasilkan total bunga mekar sebanyak 23.25. Sementara total bunga mekar yang dihasilkan oleh tanaman dengan interstock Flying Dragon adalah 10.86 (Tabel 7). Pada perlakuan tidak terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut. Pada penelitian, pengamatan peubah generatif dilakukan ketika telah muncul tunas generatif. Tunas generatif akan berkembang menjadi bunga dan kemudian mekar (Gambar 2a). Kelopak bunga akan gugur sehingga menyisakan fruitset yang selanjutnya akan berkembang menjadi buah (Gambar 2b).
Gambar 2.
(a) (b) Bunga Mekar Tanaman Jeruk Besar pada Perlakuan Batang Atas Nambangan-Interstock Troyer (a). Fruitset Tanaman Jeruk Besar pada Perlakuan Batang Atas Nambangan-Interstock Troyer (b). Total Buah dan Persentase Fruitset
Total buah dan persentase fruitset juga tidak memberikan pengaruh nyata pada batang atas jeruk besar (Tabel Lampiran 8). Pada tanaman dengan batang atas Nambangan rata-rata total buah adalah 5.69 buah dengan persentase fruitset sebesar 16.66%, sementara pada batang atas Cikoneng total buah yaitu 2.27 buah dengan persentase sebesar 9.74 %. Tanaman dengan interstock Flying Dragon memiliki rata-rata total buah sebanyak 2.71 dengan persentase fruitset sebesar 8.05 %. Tanaman dengan interstock Troyer memiliki total buah sebanyak 4.75 dengan persentase sebesar 19.91%. Pengaruh interaksi batang atas dan interstock tidak terjadi pada peubah total buah dan persentase fruitset (Tabel 7).
33
Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan antara batang atas Nambangan dan batang atas Cikoneng. Meskipun sebagian besar hasil penelitian tidak berbeda nyata, namun secara umum hingga akhir penelitian
dapat
dikatakan
bahwa
batang
atas
Nambangan
cenderung
menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibanding batang atas Cikoneng. Batang atas Nambangan memiliki jumlah tunas vegetatif, diameter batang (batang bawah, interstock dan batang atas), total tunas generatif, total bunga mekar serta total buah dan persentasenya, yang nilai-nilainya cenderung lebih besar dibanding batang atas Cikoneng. Pengaruh yang nyata pada penelitian ini ditunjukkan oleh peubah panjang tunas vegetatif. Batang atas Cikoneng memiliki panjang tunas vegetatif yang lebih panjang dibanding batang atas Nambangan meskipun jumlah tunas vegetatifnya lebih sedikit. Hal ini diduga karena batang atas Cikoneng secara umum memiliki pertumbuhan generatif yang lebih lambat daripada Nambangan sehingga pertumbuhan batang atas Cikoneng lebih didominasi oleh fase vegetatif. Menurut Harjadi (1989) jika fase vegetatif dari perkembangan tanaman dominan atas fase reproduktifnya, maka karbohidrat yang digunakan akan lebih banyak daripada yang disimpan sebagai cadangan untuk pembentukan bunga dan buah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari keempat jenis interstock yang digunakan, tanaman dengan interstock Citrumelo mempunyai ukuran diameter interstock yang lebih besar dibanding batang atas, batang bawah dan interstock lainnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sugianto (2005) yang menghasilkan diameter interstock Citrumelo yang paling besar dibandingkan ketiga interstock lainnya. Sama halnya juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Girardi dan Mourão Filho (2006) yang menghasilkan diameter batang ‘Swingle’ citrumelo yang lebih besar daripada diameter batang Volkameriana. Hal ini disebabkan oleh sifat Citrumelo yang vigor sehingga memiliki pertumbuhan yang lebih besar. Selain itu interstock Flying Dragon juga memiliki kecenderungan untuk membentuk tanaman dengan diameter interstock yang lebih besar daripada batang
34
atas dan batang bawahnya. Adapun interstock Troyer dan Rangpur Lime cenderung untuk membentuk pertumbuhan diameter batang bawah, diameter interstock dan diameter batang atas yang hampir seragam. Interstock ‘Sunki’ mandarin menyebabkan diameter batang bawah yang lebih kecil pada ‘Swingle’ citrumelo dibandingkan pada interstock ‘Pêra’ dan ‘Valencia’ sweet orange. Hal ini membuktikan bahwa interstock berpengaruh untuk menyebabkan perbedaan diameter batang (Girardi dan Mourão Filho, 2006). Gil-Izquierdo et al. dalam Girardi dan Mourão Filho (2006) mengemukakan bahwa di Itali, interstock digunakan untuk mengecilkan diameter batang yang akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan produksi buah. Oleh karena itu, interstock yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan diameter batang dan perbedaan pada pertumbuhan vegetatif tanaman. Perbedaan ukuran diameter dari hasil penelitian ini diduga karena dipengaruhi oleh faktor genetik masing-masing. Pada penyambungan terjadi pembentukan sel-sel fungsional dengan kecepatan tumbuh yang berbeda sehingga mengakibatkan perbedaan perkembangan yang berbeda antara sel-sel jaringan batang atas dan batang bawah. Menurut Hartman et al. (1997) dan Ryugo (1988), batang
bawah
dapat
mempengaruhi
batang
atas
kemungkinan
karena
terganggunya aliran zat tumbuh di dalam tanaman dan terganggunya pola distribusi hasil fotosintesis sehingga menimbulkan perbedaan diameter pada batang. Menurut Ashari (2006), jenis batang bawah kerdil dapat memindahkan karakternya melalui produksi zat tumbuh (hormon) yang rendah, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman di atasnya. Adanya perbedaan laju pertumbuhan diameter antara batang bawah, interstock, dan batang atas merupakan salah satu gejala awal ketidakcocokan. Hal ini harus diperhatikan secara lebih lanjut karena dapat berakibat pada terganggunya translokasi hara dan fotosintat. Akan tetapi, selama penelitian berlangsung belum terlihat gejala yang dapat dikategorikan sebagai gejala ketidakcocokan
(inkompatibilitas).
Menurut
Hatmann
et
al.
(1997)
ketidakcocokan pada sambungan ditandai dengan gejala menguningnya daun, rontok, mati tunas, mati muda, terdapat perbedaan laju pertumbuhan antara batang atas dan batang bawah serta terjadi retak pada bagian penyambungan.
35
Pengaruh interstock yang dapat mengedalikan pertumbuhan batang atas merupakan sifat interstock yang penting dalam hal pengembangan budidaya jeruk besar. Hal ini disebabkan karena ukuran tanaman akan berhubungan langsung dengan kerapatan dan jumlah populasi tanaman di lapangan, sehingga tanaman yang pendek dan ramping lebih efisien dalam hal teknik budidaya seperti penyemprotan, pemangkasan, pemanenan, dan sebagainya. Menurut Garner et al. (1976), salah satu alasan penggunaan interstock adalah untuk meningkatkan vigor tanaman dan memacu pertumbuhan generatif tanaman. Pada penelitian, pengaruh dari perlakuan interstock terhadap pertumbuhan generatif batang atas tanaman tidak menunjukkan hasil yang nyata. Hal ini diduga karena adanya perbedaan genetik dari batang atas tersebut. Ragam genetik terjadi sebagai akibat tanaman memiliki karakter genetik yang berbeda. Hal ini umumnya dapat terlihat bila varietas-varietas yang berbeda ditanam pada lingkungan yang sama (Makmur, 1992). Sementara Hartmann et al. (1997) mengemukakan bahwa hubungan antar interstock, batang bawah dan batang atas sangatlah kompleks dan berbeda secara genetik antara kombinasi yang satu dengan yang lain. Selain itu juga, menurut Faust (1989) tanaman yang disambung pada tahun kedua dan ketiga setelah penyambungan akan kembali kepada masa yang tidak mengalami pembungaan. Tanaman ini akan memperlihatkan masa vegetatif terlebih dahulu diantara fase juvenil dan dewasanya. Secara
umum
meskipun
tidak
berbeda
nyata,
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa batang atas Nambangan memiliki total tunas generatif, total bunga mekar serta total dan persentase fruitset yang cenderung lebih besar daripada Cikoneng. Meskipun tidak banyak terbentuk buah, total buah yang terbentuk dan persentase fruitset Nambangan cenderung lebih besar dibanding Cikoneng. Tanaman yang disambung dengan interstock Citrumelo dan Troyer cenderung menghasilkan tunas generatif, waktu berbunga, bunga mekar, total buah dan presentase buah yang lebih besar dibanding Rangpur Lime dan Flying Dragon. Hal ini disebabkan karena sifat interstock tersebut yang vigor. Hasil penelitian Susanto et al. (2004) menunjukkan bahwa interstock Citrumelo dan Troyer mendorong pertumbuhan jeruk besar Cikoneng.
36
Sifat interstock Troyer yang dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan generatif tanaman adalah menghasilkan total buah yang lebih banyak dibanding yang lain. Interstock Citrumelo menghasilkan total bunga mekar yang lebih banyak dibanding yang lain meskipun nilainya tidak berbeda nyata dengan interstock Troyer. Sementara tanaman dengan interstock Rangpur Lime cenderung memiliki pertumbuhan generatif yang standar. Akan tetapi, interstock Rangpur Lime memiliki waktu berbunga yang cenderung lebih lama. Tanaman dengan interstock Flying Dragon cenderung memiliki pertumbuhan generatif yang lambat terutama pada jumlah tunas generatif, total bunga mekar dan total buah. Rendahnya buah yang dihasilkan tanaman dapat disebabkan oleh faktor kompetisi yang terjadi pada tanaman. Kompetisi antara organ yang sedang berkembang dapat menyebabkan gugurnya bunga yang secara langsung turut berpengaruh pada jumlah buah yang akan dihasilkan (Poerwanto, 2003a). Sementara gugur buah berhubungan dengan kompetisi antar buah yang sedang berkembang dengan pertumbuhan vegetatif yang terjadi secara simultan (Ryugo, 1988 ; Poerwanto, 2003b). Pertumbuhan tanaman dengan interstock Flying Dragon cenderung lebih rendah untuk semua peubah yang diamati. Sementara pertumbuhan generatif tanaman dengan interstock Troyer cenderung hampir sama dengan Citrumelo karena interstock ini mempunyai sifat yang hampir sama dengan interstock Citrumelo dalam mendukung pertumbuhan batang atas. Akan tetapi, interstock Citrumelo cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi untuk semua peubah yang diamati. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh batang bawah terhadap produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dari batang atas (Wutscher dan Dube, 1977; Fallahi dan Roedney, 1992; Yonemoto et al., 2004; Girardi dan Mourão Filho, 2006). Menurut Hartmann et al. (1997), batang atas yang
vigor
bila
disambungkan
dengan
batang
bawah
yang
lambat
pertumbuhannya dapat merangsang pertumbuhan batang atas sehingga tumbuh lebih cepat. Sementara untuk pengaruhnya terhadap pembungaan, dikemukakan oleh Ashari (2006), bahwa kecepatan berbunga ditentukan oleh kekuatan tumbuh batang bawah. Tanaman batang atas akan berbunga lebih cepat bila disambung
37
dengan batang bawah yang lambat pertumbuhannya. Sebaliknya pembungannya akan tertunda bila disambung pada batang bawah yang cepat pertumbuhannya. Hartmann et al. (1997) menyatakan bahwa penyambungan dengan interstock selain untuk mengatasi inkompatibilitas, juga dimaksudkan untuk membentuk tanaman yang kerdil dan memiliki bearing pembungaan lebih awal. Pengaruh interstock ini berhubungan dengan terhambatnya translokasi hara dan asimilat sehingga dapat berpengaruh pada pembungaan tanaman. Selain itu, juga terdapat pengaruh interaksi antar bagian tanaman sambungan (grafting) yang mekanismenya dapat dijelaskan melalui tiga pendekatan yaitu penyerapan dan penggunaan nutrisi, translokasi nutrisi dan air, dan perubahan zat tumbuh endogen.
38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Secara umum batang atas Nambangan mempunyai pertumbuhan vegetatif yang lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Meskipun panjang tunas pada batang atas Cikoneng lebih panjang daripada batang atas Nambangan, namun jumlah tunas dan ukuran diameter batang pada batang atas Nambangan memiliki nilai yang cenderung lebih besar. Pada ukuran diameter interstock, perbedaan jenis interstock yang digunakan berpengaruh terhadap ukuran diameter interstock. Interstock Citrumelo menghasilkan ukuran diameter yang lebih besar dibandingkan interstock lainnya. Namun jenis interstock tidak memberikan respon yang signifikan pada ukuran diameter batang atas dan batang bawah tanaman. Pemakaian interstock tidak menunjukkan respon yang signifikan terhadap pertumbuhan generatif tanaman jeruk besar. Secara umum
batang atas
Nambangan memiliki pertumbuhan generatif yang lebih besar dibandingkan batang atas Cikoneng. Meskipun batang atas Cikoneng berbunga lebih cepat, namun batang atas Nambangan memiliki total tunas generatif, total bunga mekar serta total dan persentase fruitset yang cenderung lebih besar nilainya dibanding batang atas Cikoneng. Jenis interstock Citrumelo dan Troyer bersifat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif batang atas sedang jenis interstock Flying Dragon memiliki respon yang lebih lambat pada pertumbuhan vegetatif dan generatif batang atas tanaman jeruk besar. Sedangkan jenis interstock Rangpur Lime bersifat intermediate berada diantara sifat interstock Citrumelo dan Flying Dragon. Hasil uji terhadap pengaruh interaksi antara batang atas dan interstock terhadap pertumbuhan vegetatif generatif tanaman menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Saran Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk melihat konsistensi penggunaan interstock serta produktivitas tanaman untuk aplikasi penanaman di lapang. Selain itu perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh interstock pada kultivar jeruk besar yang lain.
39
DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 490 hal. Childers, N. F. 1973. Modern Fruit Science. Somerset Press, Inc. New Jersey. 960p. Davies, F.S. and L. G. Albrigo. 1994. Citrus. CAB International. Wellingford, UK. 254 p. Department of Horticulture and Landscape Architecture Purdue University. 2002. Citrus.http://www.hort.purdue.edu [13 Agustus 2008] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Produksi Tanaman Buah-buahan. http://www.hortikultura.deptan.go.id [30 April 2008]. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian. 2006. Informasi Pemasaran. Jakarta Fallahi, E., J. W. Moon and D. R. Rodney. 1989. Yield and quality of ‘Redblush’ grapefruit in twelve rootstocks. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 114(2):187-190. Fallahi, E. and D. R. Rodney. 1992. Tree size, yield, fruit quality and leaf mineral nutrient concentration of ‘Fairchild’ Mandarin on six rootstocks. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 117(1) : 28-31. Faust, M. 1989. Physiology of temperate zone fruit trees. John Wiley and Sons, Inc. New York. Ferguson, J. J and Chaparro, J.2004. Dwarfing and Freeze Hardiness Potential of Trifoliate Orange Rootstocks. http://edis.ifas.ufl.edu/HS221 [5 Agustus 2008] Garner, R.J. 1976. The Propagation of Tropical Fruit Trees. Food and Agricultural of United Nations. Commonwealth Agricultural Bureaux. 566 p. Girardi, E. A. and Mourão Filho, F. A. A. 2006. Production of interstocked ‘pera’ sweet orange nursery trees on ‘volkamer’ lemon and ‘swingle’ citrumelo rootstocks. Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.). 63(1):5-10. http://www.scielo.br/pdf/sa/v63n1/27896.pdf [ 6 Juni 2008]. Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 506 hal. Hartmann, H. T., D. F. Kester and F. T. Devies. 1997. Plant Propagation Principle and Practices. 6th Edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey. 770p.
40
Home Citrus Grower. 2005. Citrange. http://www.homecitrusgrowers.co.uk [5 Agustus 2008] . 2006. Poncirus trifoliata - Flying http://www.homecitrusgrowers.co.uk/photos/flyingdragon.html. [13 Agustus 2008].
Dragon.
Ikisan. 2000. Citrus Rootstock. http://www.ikisan.com. [5 Agustus 2008] Krezdorn, A. H. 1978. Interstocks for tree size control in citrus. Proc. Fla. State Hort. Soc. 91:50-52. http://www.fshs.org [5 Agustus 2008] Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Cetakan Ketiga. Rineka Cipta. Jakarta. 79 hal. Niyondham, C. 1997. Citrus maxima (Burm.) Merr. Hal 153-157. dalam E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel. Prosea Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia. Jakarta. Poerwanto, R. 2002. Teknologi Budidaya Komoditas Unggulan (Buah-buahan). Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. IPB. Bogor. 148 hal. . 2003a. Bahan Ajar Budidaya Buah-buahan Modul III: Proses Pembungaan dan Pembuahan. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 44 hal. . 2003b. Bahan Ajar Budidaya Buah-buahan Modul IV: Pertumbuhan, Perkembangan dan Pematangan Buah. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 45 hal. Purwanto, E., E. Yuniastuti dan D.Walujo. 1999. Keragaman plasma nutfah jeruk besar (Citrus maxima Merr.) berdasarkan karakter morfologi. http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/kerg_plasmnut_jerk_edipu rwanto.pdf [28 Februari 2008]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2008. Jeruk Besar (Pamelo). http://puslitbanghorti.litbang.deptan.go.id [5 Agustus 2008]. Rhuanito . 2001. Porta – Enxertos. http://www.rhuanito.com.br/citros/17.htm. [13 Agustus 2008] Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi. IPB. Bogor. 72 hal. Roose, M.L., D. A. Cole, D. Atkin and R. S. Kupper. 1989. Yield and tree side of four citrus cultivar on 21 rootstock in California. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 114:678-684.
41
Ryugo, K. 1988. Fruit Culture: Its Science and Art. John Wiley and Sons. New York. 344 p. Samad, A., D.L. McNeil, and Z.U. Khan. 1999. Effect of interstock bridge grafting (M9 dwarfing Rootstock and same cultivar cutting) on vegetative growth, reproductive growth and carbohydrate composition of mature apple trees. J.Sci.Hort.79:23-28. http://www.sciencedirect.com [6 Juni 2008]. Samson. 1992. Tropical Fruit. 2nd Edition. Longman Scientific and Technical. New York. Saunt, J. 1990. Citrus Varieties of The World. Sinclair Int. ltd. Norwich. England. Sentra
Informasi IPTEK. 2005. Jeruk Nambangan. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=190. [5 Agustus 2008]
Setiawan, A. I. 1993. Usaha Pembudidayaan Jeruk Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, A. I. dan H. Sunarjono. 2003. Jeruk Besar Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 111 hal. Sugianto, A. 2005. Pengaruh Interstock Terhadap Pertumbuhan Vegetatif (Citrus Grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan Dan Cikoneng. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sugiyarto, M. 1994. Deskripsi Beberapa Varietas Batang Bawah dan Varietas Jeruk Komersial. Balit. Hort. Solok. 20 hal. Supriyanto, A., Soebijanto, P. Becu and A. M. Whittle. 1989. The Indonesian Citrus Variety Improvement Programme. Proceedingss of Asian Citrus Rehabilitation Conference. Susanto, S. 2000. Studi tentang Penyediaan dan Perbaikan Penampilan Pertumbuhan Bibit Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar ‘Cikoneng’ dan ‘Nambangan’. Laporan Penelitian. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 120 hal. Susanto, S., K. Suketi, Mukhlas dan L. Rachmawati. 2004. Penampilan pertumbuhan jeruk besar (Citrus grandis (L.) cv. Cikoneng pada beberapa Interstock. Bul. Agron. 32(2):7-11. Trade
Winds Fruit. 2008. Trifoliate Orange, Poncirus trifoliata. http://www.tradewindsfruit.com/trifoliate_orange.htm. [13 Agustus 2008]
42
Texas Citrus and Sub Tropical Fruit. 2002. Texas Citrus Fiesta Youth Show Varieties. http://aggie-horticulture.tamu.edu/Citrus/. [5 Agustus 2008] Waspada, I. M. D. 2002. Prospek Pemasaran Jeruk Besar. http://www.citrusindonesia.com [13 Februari 2007]. Wutscher, H.K. and Dube. 1977. Perfomance of young nucellar grapefruit on 20 rootstock. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 102(3):267-270. Yonemoto, Y., Matsumoto, K., Furukawa, T., Asakawa, M., Okuda, H., Takahara, T. 2004. Effects of rootstock and crop load on sap flow rate in branches of ‘Shirakawa Satsuma’ mandarin (Citrus unshiu Marc.). Sci. Hort. 102:.295-300. http://www.sciencedirect.com. [6 Juni 2008]
43
LAMPIRAN
44
Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Jumlah Tunas Vegetatif Tanaman MSP
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr > F
KK(%)
55
Kultivar
1
0.10
0.10
0.29
0.5947
28.467
3 3 23 30
1.18 0.48 8.26
0.39 0.16 0.36
1.09 0.45
0.3716 0.7225
1 3 3
0.02 0.90 0.97
0.02 0.30 0.32
0.05 0.80 0.86
0.8245 0.5057 0.4757
27.76
23 30
8.63
0.38 26.52
Interstock Interaksi Galat Total 57
Kultivar Interstock Interaksi Galat Total
59
62
65
68
Kultivar
1
0.00
0.00005
0.00
0.9908
Interstock Interaksi
3 3
0.74 0.95
0.25 0.32
0.69 0.89
0.5656 0.4590
Galat
23
8.17
0.36
Total
30
Kultivar
1
0.00
0.0001
0.00
0.9853
Interstock
3
1.02
0.34
1.09
0.3734
Interaksi
3
0.90
0.30
0.97
0.4255
Galat
23
7.18
0.31
Total
30
Kultivar
1
0.00
0.0004
0.00
0.9696
Interstock
3
0.73
0.24
0.93
0.4406
Interaksi
3
0.53
0.18
0.68
0.5734
Galat
23
5.96
0.26
Total
30
Kultivar
1
0.32
0.32
1.09
0.3070
Interstock
3
0.60
0.20
0.68
0.5723
Interaksi
3
0.90
0.30
1.02
0.4024
23
6.76
0.29
Galat
Total 30 Keterangan: jumlah tunas vegetatif hasil transformasi √x + 2.5
23.90
20.43
20.35
45
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Panjang Tunas Vegetatif Tanaman MSP
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr > F
KK(%)
68
Kultivar
1
4.62
4.62
14.64
0.0009
18.40
Interstock
3
1.42
0.47
1.50
0.2419
Interaksi
3
1.27
0.42
1.34
0.2845
23
7.26
0.32
Galat
Total 30 Keterangan: panjang tunas vegetatif hasil transformasi √x
Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Bawah Tanaman MSP
Sumber
db
JK
55
Varietas
1
Interstock
3
Interaksi
59
KT
Fhit
Pr > F
KK(%)
0.04
0.04
2.51
0.2660
9.75
0.04
0.01
0.68
0.5707
3
0.06
0.02
1.18
0.3392
Galat
23
0.41
0.02
Total
30
Kultivar
1
0.05
0.05
2.53
0.1254
Interstock
3
0.03
0.01
0.54
0.6583
0.97
0.4246
Interaksi
62
65
68
3
0.05
0.02
Galat
23
0.42
0.02
Total
30
Kultivar
1
0.05
0.05
2.83
0.1059
Interstock
3
0.04
0.01
0.63
0.6007
Interaksi
3
0.05
0.02
0.94
0.4392
Galat
23
0.43
0.02
Total
30
Kultivar
1
0.05
0.05
2.70
0.1138
Interstock
3
0.03
0.01
0.46
0.7101
Interaksi
3
0.05
0.02
0.78
0.5170
Galat
23
0.46
0.02
Total
30
Kultivar
1
0.06
0.06
2.65
0.1170
Interstock
3
0.03
0.01
0.39
0.7588
0.70
0.5596
Interaksi
3
0.05
0.02
Galat
23
0.49
0.02
Total
30
9.65
9.65
9.79
9.99
46
Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Diameter Interstock Tanaman MSP 55
59
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr > F
KK(%) 15.24
Kultivar
1
0.05
0.05
0.72
0.4045
Interstock
3
3.60
1.20
15.89
0.0001
Interaksi
3
0.28
0.09
1.24
0.3191
Galat
23
1.73
0.08
Total
30
Kultivar
1
0.04
0.04
0.55
0.4664
Interstock
3
3.64
1.21
15.33
0.0001
1.05
0.3892
Interaksi
62
65
68
3
0.25
0.08
Galat
23
1.82
0.08
Total
30 1
0.04
0.04
0.48
0.4959
Interstock
3
3.70
1.23
15.43
0.0001
Interaksi
3
0.24
0.08
1.02
0.4036
Galat
23
1.84
0.08
Total
30 0.04
0.53
0.4747
Kultivar
Kultivar
1
0.04
Interstock
3
3.67
1.22
15.21
0.0001
Interaksi
3
0.23
0.08
0.97
0.4244
Galat
23
1.85
0.08
Total
30
Kultivar
1
0.04
0.04
0.50
0.4847
Interstock
3
3.72
1.24
15.05
0.0001
3
0.22
0.07
0.88
0.4636
Interaksi Galat
23
Total
30
0.08
15.27
15.16
14.92
14.89
47
Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Diameter Batang Atas Tanaman MSP 55
59
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr > F
KK(%) 23.09
Kultivar
1
0.23
0.23
1.75
0.1984
Interstock
3
0.31
0.10
0.79
0.5111
Interaksi
3
0.18
0.06
0.48
0.7025
Galat
23
2.96
0.13
Total
30
Kultivar
1
0.22
0.22
1.65
0.2117
Interstock
3
0.32
0.11
0.80
0.5075
0.44
0.7248
Interaksi
62
65
68
3
0.18
0.06
Galat
23
3.07
0.13
Total
30
Kultivar
1
0.22
0.22
1.73
0.2015
Interstock
3
0.34
0.11
0.88
0.4646
Interaksi
3
0.18
0.06
0.47
0.7054
Galat
23
2.98
0.13
Total
30
Kultivar
1
0.23
0.23
1.77
0.1964
Interstock
3
0.36
0.12
0.91
0.4502
Interaksi
3
0.18
0.06
0,47
0.7087
Galat
23
2.99
0.13
Total
30
Kultivar
1
0.24
0.24
1.81
0.1919
Interstock
3
0.38
0.13
0.96
0.4263
0.46
0.7119
Interaksi
3
0.18
0.06
Galat
23
2.99
0.13
Total
30
23.18
22.53
22.19
21.88
Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Total Tunas Generatif Tanaman MSP 68
Fhit
Pr > F
Kultivar
Sumber
1
0.84
0.84
3.02
0.0958
Interstock
3
0.90
0.30
1.08
0.3755
Interaksi
3
1.99
0.66
2.39
0.0946
23
6.38
0.28
Galat
db
JK
KT
Total 30 Keterangan: total tunas generatif hasil transformasi √x + 2
KK(%) 27.84
48
Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Waktu BerbungaTanaman, Total Bunga Mekar, Total Buah dan Persentase Fruitset Tanaman Parameter Waktu Berbunga
Total Bunga Mekar
Total Buah
Persentase Fruitset
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr > F
KK(%)
Kultivar
1
3.41
3.41
0.15
0.7097
8.58
Interstock
3
48.57
16.19
0.71
0.5742
Interaksi
3
3.41
3.41
0.15
0.7097
2.18
0.1534
Galat
23
Total
30
Kultivar
1
22.90
0.81
0.81
Interstock
3
1.03
0.34
0.92
0.4462
Interaksi
3
1.00
0.33
0.90
0.4586
Galat
23
8.59
0.37
Total
30
Kultivar
1
0.15
0.15
2.04
0.1663
Interstock
3
0.03
0.01
0.14
0.9353
Interaksi
3
0.16
0.05
0.73
0.5447
Galat
23
1.73
0.07
Total
30 0.40
0.40
1.89
0.1822
Kultivar
1
Interstock
3
0.27
0.09
0.42
0.7376
Interaksi
3
0.67
0.22
1.07
0.3819
23
4.84
0.21
Galat
30.38
16.42
25.50
Total 30 Keterangan: Total Bunga Mekar, Total Buah dan Persentase Buah adalah hasil transformasi √(√x + 5)
49
Gambar Lampiran 1. Tanaman Flying Dragon (Pohon dan Buah)
(2) (1) Sumber: (1) Home Citrus Grower (2006), (2) Trade Winds Fruit (2008) Gambar Lampiran 2. Tanaman Troyer (Buah dan Pohon)
(1)
(2)
50
(3) Sumber: (1), (2) Home Citrus Grower, (2005), (3) Rhuanito (2001)
Gambar Lampiran 3. Buah Citrumelo
Sumber: Texas Citrus and Sub Tropical Fruit (2002)
51
Gambar Lampiran 4. Buah Rangpur Lime
Sumber: Department of Horticulture and Landscape Architecture Purdue University (2002) Gambar Lampiran 5. Keragaan Bentuk Batang Interstock yang Digunakan
Flying Dragon
Citrumelo
Troyer
Rangpur Lime
52