TAKSASI KEHILANGAN HASIL AKIBAT OPT DESA LAMPOKO, KECAMATAN BALUSU,
KABUPATEN BARRU, MT.2012 INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN & PENGENDALIAN (IP3OPT) TIROANG PINRANG
DINAS PERTANMIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA UPTD. BALAIPROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROPINSI SULAWESI SELATAN
i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………….…………
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………….……….
ii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….……..
iii
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………..……..
1
1. Latar Belakang …………………………………………………..……
1
2. Tujuan, Saran……………………….……………………………......
1
3. Masukan, Keluaran, Manfaat…………………………………..…….
2
II. BAHAN DAN METODE …………………………………………….……..
3
1. Tempat dan Waktu ……………………………………………........
3
2. Bahan dan Alat ……………………………………………………..
3
3. Metode Pelaksanaan ……………………………………………….
3
4. Wawancara Petani ………………………………………………...
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………
8
1. Pengamatan Populasi / Intensitas Serangan OPT………………….
8
2. Pengamatan Populasi Musuh alami ……………………………….
10
3. Jumlah dan Jenis Pestisida………………………………………….
11
4. Produksi …………………………………………………………..
11
5. Wawancara petani ………………………………………………….
14
IV. KESIMPULAN …………………………………………………………..
17
V. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
18
ii DAFTAR TABEL Nomor 1.
2.
3.
4.
5.
Teks
Halaman
Lokasi dan tanggal Tanam serta Vareietas yang ditanam untuk setiap wilayah Pengamatan …………………………………….…
3
Rerata Dosis dan Jenis Pupuk yang digunakan pada Tanaman Padi masing-masing Wilayah pengamatan di Kabupaten Barru.….
5
Daftar jumlah dan jenis Pestisida yang digunakan pada setiap Perlakuan dan priode Pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab. Barru. MT.2012................................
11
Rerata Produksi setiap perlakuan untuk Masing masing pada petak Ulangan pada kegiatan Taksasi kehilangan hasil di Kab. Barru. MT.2012…….…………………….......................
12
Hasil Perhitungan Persentase Kehilangan Hasil oleh OPT. di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Musim Tanam. 2012.......................................................................
13
iii DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
1. Denah petak kegiatan pemantauan kehilangan hasil Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kab. Barru…………………………………………….
4
2. Ukuran petak petak ubinan didalam petak perlakuan/ulangan............
6
3. Hasil Pengamatan Intensitas Serangan OPT Tikus Setiap Perlakuan dan Priode Pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab. Barru Musim Tanam 2012……………………
9
4. Hasil Pengamatan Intensitas Serangan OPT Penggr.batang Padi untuk Setiap perlakuan dan Priode Pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kabupaten. Barru Musim Tanam 2012……...
9
5 Hasil Pengamatan populasi Laba laba Setiap priode pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab. Barru MT.2012................
10
6. Hasil Pengamatan pop.Coccinelled Setiap priode pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab.Barru MT.2012..................
10
7. Rata rata Produksi Tiap Perlakuan Pada Beberapa perlakuan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, MT. 2012………...
13
8 & 9. Kedaan lokasi kegiatan Taksasi kehilangan hasil oleh OPT Di Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kab. Barru MT.2012.......................
15
10 & 11 Kedaan lokasi kegiatan Taksasi kehilangan hasil oleh OPT Di Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kab. Barru MT.2012.......................
16
\
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
2.
3.
4.
Teks
Halaman
Rerata Populasi/Intensitas Serangan OPT tiap Perlakuan dan Priode Pengamatan di Desa Lampoko, Kec . Balusu, Kabupaten Barru MT. 2012………………………………………………………………….
19
Rerata Populasi/Intensitas Serangan MUSUH ALAMI tiap Perlakuan dan Priode Pengamatan di Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kabupaten Barru MT. 2012………………………………………………………………….
20
Rerata Produksi Ubinan setiap Perlakuan dan Ulangan Pengamatan di Desa, Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru MT. 2012………………………………………………………………….
21
Rerata hasil wawancara 10 petani disekitar petak taksasi kehilangan hasil pada tanaman padi di Kabupaten Barru MT. 2012……
21
1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian akan tetap memegang peranan strategis, karena masih harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat dan mengingat sektor ini masih merupakan andalan sebagian besar angkatan kerja untuk mendapatkan sumber mata pencaharian utamanya di pedesaan. Tak dapat disangkal lagi bahwa dalam peningkatan produksi pangan kita akan menghadapi berbagai hambatan dan masalah yang merupaka resiko. Resiko tersebut tidak hanya timbul karena gejolak harga produksi pertanian, akan tetapi juga terjadi selama proses produksi, kuhususnya gangguan Organisme Penggangggu Tanaman (OPT) dan iklim. Kehilangan hasil akibat OPT masih tinggi dan penerapan PHT padi di Propinsi Sulawesi Selatan dengan perakitan komponen utama yaitu tanam serempak pada waktu yang tepat, penggunaan varietas tahan hama penyakit dengan potensi produksi tinggi disertai dengan pergiliran varietas, pada ekosistem tertentu telah terbukti memberikan dampak yang sangat positif. Upaya ini perlu terus ditingkatkan dengan pengembangan strategis teknologi dan pemasyarakatan PHT yang bersifat menyeluruh tanpa mengabaikan aspek-aspek yang mempengaruhinya baik akibat serangan OPT maupun ekologi. Informasi tentang kehilangan hasil akibat serangan OPT, kemampuan petani mengendalikan OPT dan biaya masih dapat ditolerir dalam pengendalian OPT sangat diperlukan. 2. Tujuan Pelaksanaan kegiatan taksasi kehilangan hasil bertujuan untuk mengetahui : - Gambaran susut hasil akibat serangan OPT - Mamfaat penggunaan pestisida dalam menyelamatkan hasil akibat serangan OPT - Kemampuan petani dalam mengendalikan OPT 3. Sasaran Mendapatkan inpormasi mengenai potensi kehilangan hasil serta mengetahui besarnya hasil yang dapat diselamatkan akibat serangan OPT.
2 4. Masukan - Dukungan dana dari pemerintah - Sarana pelaksanaan kegiatan - Sumber daya manusia (SDM) - Waktu 5. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersedianya informasi mengenai tingkat kehilangan hasil dilapangan, hasil yang dapat diselamatkan serta potensi kehilangan hasil yang mungkin terjadi dilapangan. 6. Mamfaat Dapat menjadi bahan informasi serta bahan perencanaan dalam penanggulangan OPT tanaman padi.
3. II. BAHAN DAN METODE 1. Tempat dan Waktu Pemantauan kehilangan hasil oleh pengaruh OPT pada tanaman padi untuk daerah Kabupaten Barru dilaksanakan 3 ulangan disatu Lokasi hamparan dari bulan Mei sampai bulan September 2012 (MT. 2012) di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru. Jarak 130 Km arah utara Kota Makassar. Kegiatan ini ditanam pada Tanggal 20 Mei 2012 di desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru dengan menggunakan Varietas Ciugelis. 2. Bahan dan Alat Adapun bahan dan Alat yang digunakan dalam pelaksanaan taksasi kehilangan hasil
sebagai berikut :
- bibit padi
- Pupuk NPK
- Ajir/patok
- Pestisida
- Papan Plot
- Alat tulis-menulis
3. Metode Pelaksanaan Lokasi pelaksanaan kegiatan kehilangan hasil ini dilaksanakan/ditetapkan pada wilayah sentra pertanaman padi ditentukan secara purposif yang dianggap bahwa lokasi tersebut dapat mewakili sebagian besar dari unit pengamatan (Kabupaten/Kota), baik dalam hal umur tanaman maupun jenis varietas yang ditanam pada musim itu. Kehilangan hasil oleh OPT. pada setiap wilayah pengamatan setiap musim untuk masing-masing Kabupaten diamati paling sedikit 3 Ulangan petak contoh pengamatan. Petak contoh ini diharapkan dimiliki/dan digarap oleh petani yang sama dalam wilayah pengamatan. Ukuran petak contoh untuk taksasi kehilangan hasil adalah 6 petak perlakuan (setiap petak ukuran 7 x 7 m2 ) dan terletak pada 4 lokasi yang mewakili sebagai ulangan, seperti pada gambar 1. di bawah ini ;
4 --------7 m -----
b-1
c-1
e-1
d-1
a-1
f-1
e-2
d-2
b-2
f-2
c-2
a-2
a-3
e-3
d-3
f-3
b-3
c-3
Gambar 1. Denah petak kegiatan pemantauan kehilangan hasil Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru.
5 Tiap bagian contoh diberperlakuan : a. Pengendalian Insektisida (Mipsinta) bila serangan serangga hama telah mencapai ambang pengendalian yang telah ditetapkan. b. Pengendalian dengan fungisida (Fujiwan) bila serangan penyakit yang berasal dari golongan cendawan telah mencapai ambang pengendalian yang telah ditetapkan. c. Pengendalian dengan Bakterisida (Nordox 56 WP) bila serangan dari golongan OPT. serangga dinilai sudah ada sehingga ditetapkan secara berjadwal 2 kali yaitu fase vegetatif,dan premordia. d. Pengendalian (berjadwal) dengan insektisida, fungisida dan Baktarisida pelaksanaan perlakuan dilakukan secara berkala (5 kali) yaitu pada tanaman berumur 15, 30, 45, 60 dan 80 HST, untuk mencegah kerusakan oleh serangga hama, penyakit cendawan dan Bakteri. e. Pembanding (tanpa perlakuan pestisida). Pada petak/bagian ini tidak diberi perlakuan pestisida apapun (kontrol). f. Perlakuan petani. Perlakuan dengan pestisida disesuaikan dengan perlakuan yang dilaksanakan dalam melindungi usahataninya dari gangguan OPT. Kegiatan plot ini menggunakan perlakuan pupuk dan pemeliharaan sesuai dengan anjuran untuk tanaman padi. Tabel 2. Rerata Dosis dan Jenis Pupuk yang digunakan pada petak pemantauan taksasi kehilangan hasil tanaman Padi Wil. Kab. Barru MT. 2012 Wilayah/Lokasi Penggunaan pupuk (Kg/Ha) Urea SP.18 NPK ZA Desa Lampoko 200 100 50 50 Kec. Balusu Keterangan : Dosis pupuk sesuai / mendekati anjuran tekhnis. Pada tabel 2. terlihat bahwa penggunaan pupuk dan dosis yang dalam 1 Ha pada setiap pengamatan dianggap sesuai dengan anjuran (rekomendasi setempat). Adapun jarak tanam yang digunakan pada tanaman padi setiap wilayah pengamatan adalah 25 x 25 cm2. Pengamatan terhadap tingkat populasi dan serangan hama/penyakit dilakukan pada sepuluh rumpun tanaman per petak contoh perlakuan. Rumpun contoh ditentukan
6 secara diagonal. Waktu pengamatan dilakukan 2 minggu sekali, dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam sampai 2 minggu sebelum panen. Ukuran petak perlakuan/Ulangan
Ukuran ubinan
-------------------- 7 m -------------------
-------- 2,5 m -------
Gambar 2. Ukuran petak petak ubinan didalam petak perlakuan/ulangan
Untuk membandingkan hasil antara perlakuan dalam rangka melihat potensi kehilangan hasil karena OPT, kehilangan hasil yang terjadi di lapang dan kemampuan petani menekan kehilangan hasil, dari tiap petak perlakuan contoh di panen ubinan dari masing-masing bagian tersebut dengan ukuran ubinan 2,5 m x 2,5 m. Hasil panen ubinan dari masing-masing bagian petak contoh tersebut dianalisa untuk mendapatkan rerata kehilangan hasil tiap Kabupaten dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Potensi Kehilangan Hasil (A) (d – e ) A = --------------- x 100% f 2. Kehilangan Hasil yang masih terjadi di lapang (B) (d – f ) B = --------------- x 100 % f
7 3. Kehilangan Hasil yang Dapat diselamatkan petani (C) (f – e ) C = ----------------- x 100% f Untuk menghitung efektivitas penggunaan pestisida dari masing-masing perlakuan digunakan rumus : 1. Hasil yang dapat diselamatkan dengan menggunakan insektisida berdasarkan ambang kendali, terhadap perlakuan petani : (d – e) – (a – f ) I
= ------------------------ x 100 % f
2. Hasil yang dapat diselamatkan dengan penggunaan Fungisida berdasarkan ambang pengendalian, terhadap perlakuan petani : (d–e)–(b–f) F = ----------------------- x 100 % f 3. Hasil yang dapat diselamatkan dengan penggunaan Bakterisida berdasarkan ambang pengendalian, terhadap perlakuan petani : (d–e)–(c–f) B = ----------------------- x 100 % f
4. Wawancara petani Untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petani, maka perlu dilakukan wawancara petani terutama petani-petani yang lahannya berdekatan dengan petak pengamatan dapat dilihat pada lampiran 1.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum areal pertanaman padi Kabupaten Barru sedikit mengalami peningkatan produktivitas dari akibat terjadinya perobahan cuaca (ada hujan pada akhir bulan Juli sampai Agustus) yang berdampak positif pada tanaman padi.
Hasil
pengamatan yang dilakukan setiap minggu pada setiap petak perlakuan pemantauan kehilangan hasil tanaman padi sampai panen untuk lokasi desa Lampoko, Kecamatan Balusu yang mewakili Kabupaten Barru dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengamatan Populasi dan Intensitas Serangan Pada Grafik dibawah ini terlihat bahwa jenis OPT. Yang ditemukan selama pengamatan adalah Gejala serangan Penggerek Batang padi, Tikus dan Populasi Wereng hijau, untuk jelasnya dapat dilihat hasil pengamatan lapang disetiap unit lokasi pada Lampiran 1. Hasil pengamatan rata rata intensitas serangan OPT pada setiap petak perlakuan kelihatannya tidak ada jenis populasi/intensitas serangan OPT yang melawati ambang pengendalian, sehingga pengendalian Insektisida, Fungisida dan Bakterisida yang berdasarkan ambang pengendalian tidak pernah diperlakukan aplikasi pestisida, keadaannya sama dengan perlakuan pembanding atau kontrol, untuk jelasnya dapat dilihat pada dan tabel 3 dan 4. Rata rata populasi/intensitas serangan yang dominan adalah serangan penggerek batang dan Tikus sejak dari awal pertanaman sampai tanaman berbuah semakin tinggi serangannya, Sedangkan Populasi Wereng hijau muncul pada stadia anakan maksimum dan Premordia/generatif yang pengaruhnya terhadap produksi sangat kecil,
Namun terjadinya serangan beberapa OPT tersebut sesuai hasil
pengamatan serangan OPT tikus yang paling tinggi diantara jenis OPT yang ada. Mungkin juga oleh pengaruh cuaca/iklim yang agak kering sehingga perkembangan OPT terhambat oleh panas teriknya cuaca sehingga biasanya ada populasi OPT walang sangit, untuk jelasnya keadaan OPT setiap priode pengamatan lapang dapat dilihat pada Gambar 3 & 4 serta Lampiran 1 dan 2.
9 Grafik Intens.Serangan OPT Tikus tiap priode Pengamatan MT.2012
Ints.Serangan (%)
3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 14
21
28
35 A.kendali
42
49 Jadwal
56
63
70
77
Petani
Gambar 3. Hasil Pengamatan Intensitas Serangan OPT Tikus untuk Setiap Perlakuan dan Priode Pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab. Barru Musim Tanam 2012
Grafik serangan OPT Penggr. batang padi
Int.Serng (%)
2 1.5 1 0.5 0 14 Hst
28 Hst AK
42 Hst Jadwal
Kont
56 Hst Petani
70 Hst
Gambar 4. Hasil Pengamatan Intensitas Serangan OPT Penggr.batang Padi untuk Setiap perlakuan dan Priode Pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kabupaten. Barru Musim Tanam 2012.
10
2. Pengamatan Populasi Musuh alami Hasil pengamatan rata rata populasi Musuh alami pada setiap lokasi dan petak perlakuan,
kelihatannya populasi cukup stabil (Laba laba dan
Coccinelled), kecuali pada perlakuan Jadwal yang lebih banyak aplikasi pestisida lebih rendah, untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7 serta Lampiran 2. Hasil pengamatan lapang perkembangan populasi Musuh alami nampaknya populasi lebih rendah karena pengaruh iklim, untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6 serta Lampiran 2. Grafik Perkembangan Populasi Laba laba tiap priode pengamatan MT.2012
Populasi (Ekor/Rpn)
2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 14
21
28 35 A.kendali
42 49 Jadwal
56 63 Petani
70
77
Gambar 5. Hasil Pengamatan populasi Laba laba Setiap priode pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab. Barru MT.2012 Grafik perkembangan populasi Coccinelled tiap priode Pengamatan MT.2012 Populasi(Ekor/Rpn)
0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 14
21
28 35 A.kendali
42 49 Jadwal
56 Petani
63
70
77
Gambar 6. Hasil Pengamatan pop.Coccinelled Setiap priode pengamatan pada kegiatan Taksasi kehilangan di Kab.Barru MT.2012 11
3 Jumlah dan Jenis Pestisida Aplikasi pestisida terhadap OPT. pada petak ambang pengendalian (Petak perlakuan Insektisida, Fungisida dan Bakterisida) tidak pernah dilakukan aplikasi pestisida, karena hasil pengamatan dari awal sampai panen tidak mencapai ambang pengendalian.
Sedangkan perlakuan
Jadwal tetap dilakukan berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya, dan untuk petak perlakuan petani aplikasi pestisida dilakukan pada satu hari setelah petani disekitar petak contoh melakukan aplikasi pada lahan disekitar petak contoh (sesuai perilaku petani setempat) dilakukan 2 kali aplikasi pestisida pada umur 60 dan 75 Hst, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Untuk petak perlakuan Jadwal pestisida (Insektisida + Fungisida + Baktersida) aplikasi dilakukan sesuai dengan jadwal, Jumlah dan jenis pestisida yang digunakan pada setiap unit/ lokasi pengamatan. Tabel 3. Daftar jumlah dan jenis pestisida yang digunakan pada Setiap Wilayah pengamatan pada petak taksasi di Kabupaten Barru MT. 2012 Aplikasi Jenis pestisida No Perlakuan Umur (HST) Pest. digunakan Dosis Volume 1. Insektisida (AK) 2. Fungisida (AK) 3. Bakterisida(AK) 4. Jadwal 15,30,45,60, Mipsinta, 300-400 dan 75 Fujiwan dan 1 ltr/Ha Nordox 56 WP 5. Kontrol 6. Petani 60 dan 75 Decis 2,5 EC 250 cc/Ha 2 x aplik Keterangan : AK = Ambang Kendali HST = Hari Sesudah Tanam 4. Produksi Untuk mengetahui besarnya produksi pada setiap perlakuan pada semua pengamatan dilakukan pengambilan ubinan dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Produksi ubinan kelihatan normal antara 5.808 kg/Ha sampai 6.400 Kg/ha dan perbedaan yang kelihatan lebih besar berturut turut perlakuan
12 Jadwal, Petani, Ambang kendali dan kontrol, Untuk jelasnya rata-rata produksi untuk setiap petak perlakuan dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. No
Produksi Setiap Perlakuan untuk Wilayah Pengamatan di Kab. Barru, MT.2012. Konversi Perlakuan Hasil ubinan tiap ulangan (Kg/6,25 m2) I
II
III
Ubinan Rata2
(Kg/Ha)
1.
Insektisida(AK)
4.2
6.2
5.8
5.40
8.640
2.
Fungisida (AK)
6
5.9
5.8
5.90
9.440
3.
Bakterisida (AK)
6
5.7
5.7
5.80
9.280
4.
Jadwal
6.8
6.2
6
6.33
10.128
5.
Kontrol
6.2
4.2
6.4
5.6
8.960
6.
Petani
6.2
6
6
6.06
9.696
Data pada tabel 4 bahwa produksi setiap perlakuan menunjukkan perlakuan jadwal jauh lebih tinggi karena selalu dikendalikan dengan Insektisida, fungisida dan Bakterisida secara bergantian yang memberi kesan bahwa perlakuan ini merupakan potensi produksi tertinggi karena tidak diserang oleh OPT golongan serangga dan Penyakit cendawan/bakteri, untuk jelasnya perbedaan produksi setiap hektarnya dapat dilihat pada Gambar 7 dan lampiran 3. Cara perlindungan tanaman seperti perlakuan jadwal ini sebaiknya tidak diperlakukan petani karena dampaknya merugikan dari segi biaya dan merusak ekosistem pertanaman dan Lingkungan hidup. Untuk solusi pengendalian yang menguntungkan perlu cara lain yang lebih efisien yaitu aplikasi dilakukan apabila membahayakan produksi atau populasi/intensitas serangan OPT. mencapai ambang pengedalian.
13 Grafik Hasil ubinan tiap perlakuan taksasi kehilangan hasil di Kab.Barru MT.2012
Produksi (Ton/Ha)
10500 10000 9500 9000 8500 8000 7500 Insek
Fungis
Baktrs
Jadwal
Kontr
Petani
Gambar 7. Rata rata Produksi Tiap Perlakuan Pada Beberapa perlakuan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, MT. 2012 Dari hasil analisa hasil ubinan diatas ternyata potensi kehilangan hasil yang ditemukan (A), kehilangan hasil yang tejadi di lapang (B) dan kehilangan hasil yang dapat diselamatkan petani (C) kelihatannya lebih tinggi dari angka yang biasa, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan Persentase Kehilangan Hasil oleh OPT. Di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, MT.2012 Kehilangan hasil (Persen) Jenis Komoditi
Potensi (A)
Di Lapang (B)
Diselamatkan (C)
Tanaman Padi
12 %
4.45 %
7.59 %
Pada Tabel 5 di atas menunjukkkan bahwa potensi kehilangan hasil rata rata pada tanaman padi 12 %, Kehilangan hasil yang masih terjadi di lapang 4.45 % , sedangkan kehilangan hasil yang dapat diselamatkan petani 7.59 % atau setara dengan 735 Kg Gabah Kering panen (GKP)/Ha atau senilai Rp.2.499.000.- (Harga Gabah Rp.3.400./Kg GKP). Populasi dan serangan OPT Tikus, Penggerek batang dan
14 Wereng hijau tidak pernah mencapai Ambang Kendali sehingga tidak pernah dikendalikan atau sama dengan perlakuan control. Perlakuan petani kelihatannya ini dilakukan petani pada waktu umur 60 dan 75 Hst, yang diperhitungkan menyelamatkan produksi sampai 7.59 persen. Dari hasil yang ditemukan diatas kelihatannya kehilangan hasil yang terjadi dilapangan relatif dianggap tidak bermasalah (dibawah batas ambang pengendalian menurut petugas POPT/PHP). Data hasil pengamatan populasi dan Serangan OPT sangat berhubungan dengan kehilangan hasil yang terjadi dilapang. sehingga perlunya ada penyempurnaan dan penyegaran tentang metode pengamatan dilapang..
5. Wawancara Petani Hasil wawancara petani tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi pada petani yang lahannya berdekatan dengan petak contoh pengamatan taksasi kehilangan hasil pada tanaman padi sebanyak 10 (sepuluh) petani. Kelihatan petani menggunakan pupuk 3 - 4 Jenis dan 80 persen petani menggunakan pestisida sebagai alat pengendali, yaitu golongan Insektisida (Spontan, Vista, Tamabas, Bassa dan Panser) untuk mengendalikan populasi OPT serangga (Penggrek batang dan populasi Wereng), untuk jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Kalau petani umumnya menggunakan pestisida untuk pengendalian OPT berarti anggapan kita mengenai penurunan produksi akibat serangan OPT dibawah ambang pengendalian tidak terbukti dari hasil wawancara petani dilokasi.
15
Gambar 8 & 9. Kedaan lokasi kegiatan Taksasi kehilangan hasil oleh OPT Di Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kab. Barru MT.2012
16
Gambar 10 & 11.
Keadaan lapang Petak perlakuan Petani (F2) dan semua petak perlakuan dan ulangan pada kegiatan Taksasi kehilangan hasil di Desa Lampoko MT.2012
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Dari hasil pengamatan pemantauan taksasi kehilangan hasil di lapang dapat disimpulkan bahwa : 1. OPT. Padi yang dominan pada setiap perlakuan adalah
Tikus, Penggerek
Batang, dan Wereng hijau. Walaupun tidak ada yang melampaui ambang kendali 2. Serangan OPT tersebut tidak mencapai ambang pengendalian sehingga perlakuan aplikasi pestisida tidak pernah dilakukan pada perlakuan Insektisida, Fungisida dan Bakterisida 3. Populasi Musuh alami dilapang berimbang ditinjau dari penekanan OPT karena cuaca kering, . 4. Potensi kehilangan hasil tanaman padi rata rata 12 %, Kehilangan hasil yang masih terjadi di lapang 4.45 %, sedangkan kehilangan hasil yang dapat diselamatkan petani 7.59 %. 5. Kemampuan petani dalam pengendalian OPT cukup baik, kehilangan hasil yang dapat diselamatkan petani setara 7.59 % atau 735 Kg/Ha Gabah Kering Panen (GKP) atau senilai Rp.2.499.000/Ha.- (Harga Gabah Rp.3.400.-/Kg GKP). 2. Saran Gejala serangan OPT Tikus dan Penggerek Batang padi dilapang kelihatannya tidak mencapai ambang kendali, dan tidak banyak mempengaruhi produksi, sehingga metoda pengamatan yang bersifat latihan dan penyegaran perlu dilakukan pada petugas Pengamat hama (PHP/POPT) atau perlu pengujian penetapan ambang pengendalian OPT di lapang di setiap daerah.
18 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Petunjuk Operasional Laboratorium Pengamatan dan Peramalan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, Jakarta Anonim. 2007. Pedoman Sekolah Lapangan PHT Tanaman Pangan. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman. Departemen Pertanian. Anonim. 2007. Petunjuk Lapangan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman. Departemen Pertanian. Pius Sunaryo 1989. Pestisida dan Teknik Aplikasi. Pendidikan Program Diploma Satu Pengendalian Hama Terpadu, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. M.Sudjak Saenong dan Yasin 2000. Dampak Aplikasi Pestisida dalam Perspectif Lingkungan Kesehatan. Prosiding Pertemuan Tahuna XIV dan Seminar Sehari, PEI, PFI dan HPTI, Ujung Pandang 16 januari 2000. Ati Wasiati et al., 2002. Pedoman Rekomendasi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan, Departemen Pertanian Jakarta. Ruslan P.
2011. Laporan Kegiatan Musim Tanam 2011, Instalasi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT (IP3OPT) Tiroang Pinrang, UPTD. Balai Proteksi Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan.
19 Lampiran 1. Rerata Populasi/Intensitas Serangan OPT tiap Perlakuan dan Priode Pengamatan di Desa Lampoko, Kec Balusu, Kabupaten Barru MT. 2012 Umur Jenis Rata serangan setiap perlakuan Keterangan Tanaman OPT A B C D E F 14 Hst P.Batang 0,66 0,6 0,33 0,46 0,4 0,33 Ints.Serangan Tikus Ints.Serangan W.Hijau Populasi 21 Hst
P.Batang Tikus W.Hijau
0,26 1 -
0,46 0,6 -
0,33 1 -
0,26 0,06 -
0,4 1 -
0,46 1 -
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi
28 Hst
P.Batang Tikus W.Hijau
0,26 1,4 0,26
0,06 1,2 0,2
0,26 1,4 0,26
0,06 1,53 -
0,13 1,4 -
0,13 1,66 1,13
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi
35 Hst
P.Batang Tikus W.Hijau W.Sangit
1,53 0,13 -
1,93 0,13 -
1,8 0,13 -
2,13 0,06 0,06
1,6 0,06 0,06
1,53 0,06 0,06
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi Populasi
42 Hst
P.Batang Tikus W.Hijau W.Sangit
0,06 1,6 0,66 0,33
0,06 1,2 0,73 0,33
0,06 1,06 0,26 0,2
0,2 1,26 0,33 0,46
0,13 1,46 0,33 0,33
0,26 1,66 0,33 0,33
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi Populasi
49 Hst
P.Batang Tikus W.Hijau W.Sangit
0,13 1,2 0,06 -
0,2 1,13 0,13 -
0,26 1,06 0,13 -
1,6 0,46
1,53 0,53
2 0,6 -
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi Populasi
56 Hst
P.Batang Tikus W.Hijau
2,93 0,2
1,86 -
2,66 -
2,6 -
2 -
1,4 0,4
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi
63 Hst
P.Batang Tikus W.Sangit
0,86 0,73
0,8 0,33
0,86 0,4
0,56 0,73
0,86 0,26
0,93 0,33
Ints.Serangan Ints.Serangan Populasi
70 Hst
P.Batang Tikus
0,53
0,73
0,93
0,6
0,73
0,66
Ints.Serangan Ints.Serangan
77 Hst
P.Batang Tikus
0,13 0,9
0,26
0,4
0,06 0,53
0,26
0,53
Ints.Serangan Ints.Serangan
20
Lampiran 2. Rerata Populasi/Intensitas Serangan MUSUH ALAMI tiap Perlakuan dan Priode Pengamatan di Desa Lampoko, Kec Balusu, Kabupaten Barru MT. 2012 Umur Jenis OPT Rata serangan setiap perlakuan Keterangan Tanaman A B C D E F 14 Hst Laba Laba 1,26 0,8 0,93 0,6 0,46 0,6 Coccinellid Capung 21 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
0,33 -
0,53 -
0,6 -
0,6 -
0,46 -
0,66 -
28 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
0,93 0,33 -
0,53 0,33 -
0,6 0,33 -
0,6 0,13 -
0,4 0,2 -
0,53 0,2 -
35 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
0,46 0,33 -
0,53 0,2 -
0,46 0,26 -
0,66 0,33 -
0,66 0,2 -
0,6 0,26 -
42 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
1,2 -
0,93 -
0,33 -
0,53 0,53 -
0,86 0,33 -
0,53 0,26 -
49 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
0,73 0,26 -
0,6 0,2 -
0,93 0,26 -
0,73 -
0,73 -
1 -
56 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
1,53 0,4 -
1,66 0,53 -
1,06 0,4 -
1,53 0,4 -
1,8 0,8 -
1,4 0,6 -
63 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
1,13 0,4 -
1,13 0,53 -
1,06 0,4 -
0,4 0,4 -
0,8 0,8 -
0,93 0,6 -
70 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
0,86 -
0,53 -
0,86 -
0,8 -
0,73 -
0,66 -
77 Hst
Laba Laba Coccinellid Capung
0,73 -
0,4 -
0,66 -
0,66 -
0,66 -
0,73 -
21 Lampiran 3. Rerata Produksi Ubinan setiap Perlakuan dan Ulangan Pengamatan di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru MT. 2012 Perlakuan Produksi Ubinan 2,5 x 2,5 m2 (Kg) Konversi
Insektisida (A) Fungisida (B) Bakterisida (C) Jadwal (D) Kontrol (E) Petani (F)
I
II
III
Jumlah
Rata2
(Kg/Ha)
4,2
6,2
5,8
16,2
5,4
8,640
6
5,9
5,8
18,2
5,90
9,440
6
5,7
5,7
18
5,80
9,280
6,8
6,2
6
19
6,33
10,128
6,2
4,2
6,4
16,8
5,6
8,960
6,2
6
6
18,2
6,06
9,696
Lampiran 4. Rerata hasil wawancara 10 petani disekitar petak taksasi kehilangan hasil pada tanaman padi di Kabupaten Barru MT. 2012 Nama Petani Luas Penggunaan Pupuk Penggunaan Pestisida No. Responden Garapan (Kg/Ha) (Kg-Ltr/Ha) Jenis DOSIS Volume (Ha) Urea TSP ZA NPK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jamil Rusman Kahar Ardi La Baco Bahtiar Ramli Rustan Anwar Tamrin Rata-rata
0.60 0.60 0.80 1.00 1.00 0.60 0.70 0.80 0.60 0.50 0.72
100 100 100 250 250 100 100 200 100 225 152.5
50 50 50 100 100 75 80 100 50 70 72.5
50 50 75 150 150 70 70 100 50 100 86.5
50 50 50 100 100 50 50 70 50 50 62
Pestisida Spontan Decis Bassa Tabamas Panzer Vista Tabamas Bassa Insektisida
1 Ltr 200 ml 1 Ltr 1 Ltr 1 Ltr 1 Ltr 1 Ltr 1 Ltr
Semprot 250 250 250 250 250 250 250 250 250 Ltr