JURNAL AMPL KABUPATEN BARRU
No. 02 April 2016
Wash In School Bersama Kita Tingkatkan Sanitasi Sekolah Daftar Isi 1 Info Grafis
7
Sosialisasi WinS Tingkat Kabupaten Kunjungan Tim UNICEF dan Tim Indomaret Program WinS
2
Profil Kepala Dinas Pendidikan Kab. Barru
9
4
Wash In School-Bukan Sekedar Mimpi
12 Galeri
INFO GRAFIS
75.5%
PENDUDUK YANG DIWAWANCARAI DI DAERAH PEDESAAN INDONESIA TIMUR
TIDAK MENCUCI TANGAN KARENA MENGANGGAP TANGANNYA BERSIH. HEBAT KAN!
MENGGUNAKAN SABUN, AIR, DAN HANDUK BERSIH
UNTUK MENCUCI TANGAN UNICEF: Preleminary DRAFT Baseline Household Knowledge, Attitude and Practices (KAP) of Sanitation and Hand Washing Practices Survey Results - May 5, 2014.
UNICEF: Preleminary DRAFT Baseline Household Knowledge, Attitude and Practices (KAP) of Sanitation and Hand Washing Practices Survey Results - May 5, 2014.
ADA LAGI NIH YANG LUCU,
29%
MENGANGGAP
CUCI TANGAN ITU
TIDAK SEHAT
UNICEF: Preleminary DRAFT Baseline Household Knowledge, Attitude and Practices (KAP) of Sanitation and Hand Washing Practices Survey Results - May 5, 2014.
13.6% MENGANGGAP CUCI TANGAN
BUKANLAH PRIORITAS UTAMA
BAGI MEREKA UNICEF: Preleminary DRAFT Baseline Household Knowledge, Attitude and Practices (KAP) of Sanitation and Hand Washing Practices Survey Results - May 5, 2014.
HANYA
50%
PENDUDUK INDONESIA TIMUR
MENCUCI TANGAN SETELAH BUANG AIR BESAR UNICEF: Preleminary DRAFT Baseline Household Knowledge, Attitude and Practices (KAP) of Sanitation and Hand Washing Practices Survey Results - May 5, 2014.
MAU TAHU CARA MENGURANGI TERKENA PENYAKIT DIARE? TERNYATA DENGAN MENCUCITANGAN SAJA DAPAT MENGURANGITERKENA DIARE SEBESAR
42-47%
Freeman et al (2014) Systematic Review: Hygiene and health: systematic review of handwashingpractices worldwide and update of health effects, Tropical Medicine and International Health, Vol 19 no 8 p906 916
BUDAYA BERJABAT TANGANDI INDONESIA DIKENAL SEBAGAI LAMBANG KEAKRABAN ANTAR SESAMA. NAMUN DIBALIK ITU, TERDAPAT TANGAN KOTOR YANG TIDAK PERNAH DICUCI SETELAH BERAKTIVITAS SEHARI-HARI
PROFIL
DR. Ir. ABUSTAN, M.Si
KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BARRU
W
ash in School (WinS) atau Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Sekolah adalah program yang bertujuan meningkatkan akses sanitasi yang memadai dan peningkatan perilaku hidup sehat dengan sasaran yang lebih spesifik lagi yakni lingkungan sekolah
dasar di Kabupaten Barru. Program ini merupakan bagian dari program WASH UNICEF yang didukung oleh Indomart. Output dari program CTPS ini adalah untuk mengintervensi 40 sekolah dasar yang tersebar di 7 kecamatan di Kabupaten Barru. Adalah DR. Ir. Abustan, M.Si yang merupakan salah satu figur pejabat yang mendukung penuh terlaksananya program ini. “ Ya n g k i t a p e rl u ka n d e m i mewujudkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah kepedulian dan konsistensi oleh aparat pelaksana dari tingkat kabupaten sampai tingkat terkecil yakni desa/kelurahan. Di perlukan juga penguatan kapasitas dari semua stakeholder.” Ucap DR. Ir. Abustan, M.Si ketika ditemui di ruangan kerjanya, di dinas pendidikan Kabupaten Barru. DR. Ir. Abustan, M.Si resmi ditunjuk sebagai Kepala Dinas Pendidikan pada Tahun 2013. Soal pengalaman sosok Abustan yang merupakan putra ketiga pasangan H. Andi Bintang Pamiringi (Alm) dan Ibu Hj. Andi Rukaya Maggalatung ini tidak diragukan lagi. Karier beliau sebagai PNS dimulai sebagai staf pada Bidang Ekososbud Bappeda Kabupaten Barru, kemudian diangkat menjadi Kasie Penyusunan Program pada Bagian Penyusunan Program Setda Pemda Kabupaten Barru pada tahun 1995- 1997. Setelah menyelesaikan program magister pada Program Pascasarjana UNHAS program studi Perencanaan Pembangunan Wilayah (IPW) pada tahun 1999, beliau diangkat menjadi Kepala Bidang Ekososbud pada Bappeda Kabupaten Barru untuk periode tahun 1999-2003. Jabatan selanjutnya adalah Camat Kecamatan
WASHNews April 2015 2
Barru pada tahun 2003-2004, dan jabatan terakhir sebelum melanjutkan pendidikan di IPB adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dari tahun 2004- 2007. Beliau menyelesaikan studi doktoralnya pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Perhatiannya kepada program CTPS ditunjukkan melalui komitmennya terhadap kegiatan Wash In School (WinS) dengan mengeluarkan kebijakan pada Dinas pendidikan untuk Program CTPS secara khusus dan Sanitasi secara u mu m. B erka t keb ij a ka n ya n g dikeluarkannya untuk tahun 2015 telah diintervensi 12 sekolah melalui program Wash In School. “Intervensi di tahun 2015, kami melibatkan UPTD secara maksimal. 12 sekolah hampir semuanya berfungsi meskipun memang harus diakui untuk kedepannya dibutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk terus melakukan perbaikan dan sinergitas program dan kegiatan pencapaian kinerja bukan hanya pada t a t a ra n o u tco m es , a ka n te t a p i diharapkan bisa dicapai pada level impact dan benefit. Untuk mencapai indikator kinerja dimaksud, maka pada Tahun anggaran 2015 dilakukan sinkronisasi program dan kegiatan melalui intervensi pembangunan sarana air bersih dan sanitasi pada 29 sekolah yang terdiri dari 19 sekolah dasar (SD) dan 10 sekolah menengah pertama (SMP) dengan anggaran sebesar Rp 2.016.496.000,- ” Pria kelahiran Kabupaten Bone tanggal 4 November 1968 yang pernah menjajal kemampuannya di dua
Yang kita perlukan demi mewujudkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah kepedulian dan konsistensi oleh aparat pelaksana dari tingkat kabupaten sampai tingkat terkecil yakni desa/kelurahan. negara besar di dunia, Amerika Serikat dan Jepang, ini tidak hanya mengintervensi soal anggaran, namun juga terlibat langsung pada program CTPS ini. Abustan turut mencurahkan waktu diantara kesibukannya untuk mengawal dan mengikuti rangkaian kegiatankegiatan pada program CTPS, termasuk menjadi narasumber pada kegiatan sosialisasi-sosialisasi pada program CTPS. Kedepannya juga harus ada komitmen bersama untuk memasukkan program CTPS ini kedalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) agar sampai tahun 2021 semua sekolah memiliki CTPS. Jika hasil terbaik ingin didapatkan semua instansi harus terlibat. Persoalan terbesar di Indonesia adalah koordinasi sinkronisasi yang kurang, ada jargon di Barru yakni “SIBOLAKI” yang merupakan prinsip orang bugis yakni mengerjakan pekerjaan dengan satu pemahaman, namun ini yang hilang. Semoga kedepannya koordinasi dan kebersamaan ini bisa terbangun dengan baik sehingga apa yang ingin dicapai berhasil secara maksimal.” (Yani)
WASHNews April 2016 3
WinS
Wash In School
Lokasi: SDN 12 Bojo
Tidak Sekedar Harapan
S
etiap orang berhak mendapatkan pendidikan merupakan investasi terbesar suatu negara. Karena itu, demi menunjang mutu kualitas pendidikan bukan yang baik, semua kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah juga harus diperhatikan, termasuk akses terhadap fasilitas sanitasi yanglayak. Tapi kini, fasilitas sanitasi yang layak di sekolah bukanlah lagi sekedar impian. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya. Teknologi yang murah dengan hasil yang layak juga sudah tersedia. Bahkan lebih mudah untuk membangunnya. Ketersediaan air bersih juga bukan lagi penghalang besar apabila kita mau sedikit lebih kreatif untuk mendapatkannya. Sanitasi di sekolah menjadikan anak sebagai agen perubahan. Dengan adanya
pengetahuan tentang perubahan perilaku dan akses sanitasi yang layak di sekolah, diharapkan dapat mendorong siswa untuk mempengaruhi orang tuanya dan masyarakat disekitarnya untuk melakukan hal yang sama. Sanitasi di sekolah juga pendukung program percepatan pembangunan dan layanan sanitasi. Tentu perlu partisipasi aktif dari semua pihak didukung dengan komitmen yang kuat. Memang ini bukan pekerjaan kecil. Ini adalah usaha besar dan berkesinambungan. Oleh karena itu, program sanitasi di sekolah harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan anak didik yang sadar akan arti penting dari perilaku hidup bersih dan sehat. (Darwis)
WASHNews April 2016 4
Peran Orang Tua Murid
P
endidikan di sekolah tentu tidak lepas dari dukungan orangtua murid. Orang tua juga mempunyai peran penting untuk memberikan contoh yang baik di rumah, seperti mencuci tangan pakai sabun, sikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur. Orang tua juga berperan menyediakan sabun, sikat gigi dan pasta gigi serta akses air bersih dan jamban untuk kepentingan PHBS di lingkungan rumah tangga. Di sekolah sudah ada ketentuan untuk membentuk Komite Sekolah (Kemendiknas Nomor: 044/U/2002). Komite Sekolah merupakan wadah peran serta orangtua dan masyarakat dalam menyalurkan aspirasi terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Melalui Komite Sekolah,
UKS DI SDN SIDDO
S
ecara umum UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat s e h i n g ga m e m u n gk i n ka n t u m b u h kembang yang optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas. SDN Siddo yang terletak di Desa Siddo kecamatan Soppeng Riaja dibawah binaan Puskesmas mangkoso merupakan Sekolah Pemenang Lomba Sekolah Sehat tingkat kabupaten Barru tahun 2015karena berhasil memenuhi
p e n e ra p a n P H B S d a p a t ditingkatkan. Pengetahuan PHBS secara detail dapat menjadi salah satu agenda pertemuan komite sekolah. Melalui wadah komite ini, orang tua dapat berpartisipasi dalam pembangunan fasilitas sanitasi di sekolah untuk mendukung proses perubahan perilaku siswasiswi. Keterlibatan mereka diwujudkan dalam bentuk sumbangan tenaga, ikut memberikan ide untuk pembangunan, serta memonitor proses pembangunan yang sedang berlangsung. Orang tua juga menjadi bagian dari proses pembentukan sikap dan perilaku hidup bersih di rumah bagi anakanak mereka.
beberapa krietria dan indikator penilaian Sekolah Sehat, dengan memiliki ruangan UKS seluas 7 x 8 m, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup memadai, d i d u k u n g a d a nya dokter kecil sebanyak 31 siswa yang sudah dilatih oleh petugas dari Puskesmas bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Dalam melaksanakan Trias UKS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah, pihak sekolah bekerjasama dengan Puskesmas untuk melakukan penyuluhan kesehatan, khususnya PHBS di Sekolah kepada siswa, dan melatih dokter kecil dalam P3K, P3P, dan juga memberikan penyuluhan sederhana kepada murid-murid yang lainnya. (*Lynn)
WASHNews April 2015 5
Peran Kepala Sekolah
S
ekolah merupakan sarana tempat anak-anak usia sekolah melaksanakan proses belajar mengajar, Kepala sekolah mempunyai wewenang untuk melaksanakan fungsi kelembagaan, program kerja, kemitraan serta memimpin sekolah. Kepala sekolah dapat memberdayakan setiap warga sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam PHBS. Peran kepala sekolah dimulai dari menginformasikan PHBS serta fasilitas pendukungnya sepada guru dan juga komite sekolah. Bekerjasama dengan guru, kepala sekolah mendiskusikan PHBS agar masuk ke dalam kurikulum sekolah dan mengirimkan salah satu perwakilan guru untuk mendapatkan pelatihan tentang PHBS.
“Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak sekolah bisa menurunkan jumlah hari anak-anak tidak masuk sekolah sebanyak 8 hari dalam setahun” Kepala sekolah juga berkewajiban memastikan ketersediaan alat-alat pendukung PHBS, serta keberadaan
fasilitas sanitasi yang layak di sekolah. Guru-guru termasuk guru pembina UKS mempunyai peran sebagai motor penggerak pelaksanaan kebijakan sekolah. Guru dihormati serta dipatuhi oleh anak-anak didiknya, ketika berperan sebagai pembimbing, pengajar, pengawas, dan fasilitatator pembiasaan PHBS. Guru juga berperan mengkomunikasikan hasilnya kepada kepala sekolah dan juga komite sekolah. Perlu kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru dan ko m i t e s e ko l a h u n t u k m e n d o ro n g p e r u b a h a n perilaku serta menciptakan lingkungan sekolah yang Lokasi: SDN 12 Bojo bersih dan sehat. (Darwis)
WASHNews April 2016 6
Lokasi: SDN Madello CTPS. UNICEF dan INDOMARET turut serta Cuci Tangan berpartisipasi untuk menggaungkan Pakai Sabun, pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lingkungan sekolah dasar dengan Lebih Bersih meluncurkan Program WinS tahun 20152016. Dimulai dengan sosialisasi CTPS,rapat Lebih Sehat konsolidasi penentuan syarat-syarat sekolah
P
ermasalahan perilaku kesehatan pada anak-anak biasanya berkaitan dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaaan mencuci tangan dengan memakai sabun. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara sederhana, murah dan sangat efektif untuk menghindari berbagai penyakit. Sebab ada beberapa penyakit penyebab kematian yang dapat dicegah dengan cuci tangan yang benar, seperti penyakit Diare dan ISPA yang sering menjadi penyebab kematian anakanak. Demikian juga penyakit Hepatitis, Typhus dan Flu burung.Program WinS berupa pemberian bantuan sarana CTPS kepada 40 sekolah terpilih.Tim kerja WinS dari Pokja AMPL Kabupaten Barru yang terdiri dari BAPPEDA,Dinas Pendidikan, Dinas PU dan Dinas Kesehatan sebelum menentukan sekolah yang terpilih terlebih dahulu melakukan beberapa rangkaian kegiatan untuk menentukan Sekolah Dasar yang mendapatkan bantuan sarana
yang akan terpilih,mengunjungi sekolah yang masuk dalam seleksi sekolah terpilih untuk kemudian dilakukan pemeriksaan dan seleksi, rapat penetapan sekolah yang terpilih. Dari 68 sekolah dasar yang diseleksi terpilih 40 sekolah untuk mendapatkan bantuan Program WINs. Untuk periode pertama pada tahun 2015 sekolah dasar yang diintervensi sejumlah 12 sekolah Adapun 12 sekolah yang mendapatkan bantuan sarana CTPS yakni ; SDI Palanro, SDI Cilellang Selatan, SDI Batupute, SDI Toe, SDN Madello, SDN Ballewe, SDN Padongko, SDN Lipukasi, SDN Center Bottoe, SDI Kompleks Ralla, SDI Sikapa, SDI Ammerrung. Sarana CTPS di sekolah ini bersifat stimulan, dan diharapkan adanya keberlanjutan kedepannya bagi penggunaan sarana CTPS di sekolah. Melalui sarana CTPS ini juga diharapkan bersifat multiplayer effect bagi masyarakat sekolah pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Barru pada umumnya dalam penyebaran pola hidup bersih dan sehat di kalangan setiap manusia.(darwis)
WASHNews April 2016 7
KEGIATAN
Sosialisasi WinS Tingkat Kabupaten
Lokasi: Aula Dinas Pendidikan Kab. Barru
Lokasi: Aula Dinas Pendidikan Kab. Barru
Bangun kesepahaman bersama antara UPTD dan pihak sekolah akan arti pentingnya perubahan perilaku dan akses fasilitas sanitasi yang layak di sekolah. Ini sangat penting supaya keberlangsungan pelaksanaan program bisa terjalin dan berjalan dengan baik.
P
elaksanaan Sosialisasi Wash In School pada bulan September 2015 dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Barru. Te r c i p t a n n ya p e s a n - p e s a n P H B S disekolah bagi peserta sosialisasi ( Kepala UPTD Pendidikan, UPTD Puskesmas SeKabupaten Barru dan Pokja AMPL Kab. Barru.Terciptanya kesepahaman program WinS antara UPTD pendidikan, UPTD Puskesmas dan Pokja AMPL Kab. Barru . Dalam hal ini Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Bappeda Kab. Barru dalam pertemuan ini ditekankan juga pada pendataan sanitasi sekolah sehingga terciptanya data sanitasi sekolah di tingkat SD Se-kabupaten Barru. Sosialisasi awal dilakukan dengan melakukan survey sekaligus roadshow ke sekolah-sekolah yang akan menjadi target lokasi program. Menjelaskan maksud dan tujuan dari program serta manfaat baik yang dapat diperoleh oleh pihak sekolah juga warga sekolah secara keseluruhan. Sekolah
diharapkan untuk mengirimkan Surat Pernyataan Minat Sekolah yang menjadi rencana target program sekolah sebagai tanda kesediaan untuk mengikuti program WinS. Surat pernyataan ini dibuat oleh kepala sekolah dan dikirimkan kepada UPTD terkait. Tidak semua sekolah yang menjadi target sosialisasi memiliki tingkat pengetahuan yang sama tentang sanitasi. Sehingga metode p e nya m p a i a n h a r u s b e n a r - b e n a r diperhatikan agar mereka sadar dan tertarik untuk mengikuti program ini. Keterbatasan tim karena ini merupakan sosialisasi awal, maka jumlah sekolah yang akan dijadikan target sosialisasi cukup banyak. Jumlah sekolah terkadang tidak sebanding dengan jumlah personel yang melakukan sosialisasi. Apalagi untuk melakukan sosialiasi diperlukan orang yang memiliki keahlian komunikasi yang baik. Tujuannya agar maksud dan tujuan dari program bisa tersampaikan dengan baik. (Darwis)
WASHNews April 2016 8
KEMITRAAN
KUNJUNGAN UNICEF DAN INDOMARET DALAM RANGKA PROGRAM WinS DI KABUPATEN BARRU yang menjadi target WinS, dua sekolah yang dikunjungi adalah SDN Madello di Kecamatan Balusu dan SDI Toe di Kecamatan Soppeng Riaja. Di SDN Madello, rombongan diterima oleh Kepala Sekolah beserta staf guru dan didampingi pula dari Puskesmas yang diwakili oleh petugas UKS, Promosi Ke s e h a t a n , d a n S a n i t a r i a n . D a l a m sambutannya, Assikin, kepala SDN Madello, mengungkapkan rasa terimakasih kepada U n i c e f d a n I n d o m a r e t ya n g t e l a h memberikan kontribusi terhadap peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa didiknya, dengan Lokasi: SDI Toe membangun sarana CTPS yang memenuhi syarat, dilengkapi dengan air mengalir dan n d o m a re t s e b a g a i s a l a h s a t u sabun antiseptik, “Dengan adanya fasilitas perusahaan retail berskala nasional CTPS ini, diharapkan agar siswa dapat telah menunjukkan komitmen yang menerapkan PHBS dalam keseharian, baik di kuat dalam mendukung upaya sekolah maupun di lingkungan keluarganya” peningkatan derajat kesehatan ungkapnya. masyarakat Indonesia, yang dimulai pada Dalam sambutannya, pihak indomaret anak usia sekolah. Unicef yang telah mengharapkan bahwa dukungan bukan memulai program Wash in School (WinS) hanya datang dari sekolah tetapi juga dari atau Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang pemerintah setempat dan orang tua siswa, telah dilaksanakan secara bertahap di 12 sehingga program ini dapat terus berlanjut (dua belas) SD/MI di tujuh kecamatan dan kedepannya diharapkan agar siswa tidak pada tahun 2015, dan selanjutnya lagi menganggap bahwa CTPS itu hanya dikembangkan menjadi 28 SD/MI pada tahun 2016. sebuah tugas yang diharuskan oleh guru Sebagai bagian dari Program tersebut, melainkan menjadi kebiasaan yang tertanam pada Selasa, 29 Maret 2016, pihak Unicef dalam mindset anak. yang dihadiri oleh MR. Aiden Cronin Sambutan yang hangat dan meriah juga Kepala unit Wash Unicef Jakarta dan diterima pada kunjungan ke SDI Toe, para Indomaret yang dihadiri oleh perwakilan siswa yang telah dilatih menjadi dokter kecil Indomaret Pusat dan Kepala cabang menyuguhkan tari kreasi yang diadaptasi Indomaret Makassar, beserta Tim Unicef dari 7 langkah mencuci tangan pakai sabun. Sul-Sel, POKJA AMPL Kab. Barru, dan Selanjutnya MR. Aidan Cronin dari Unicef LemINA melakukan kunjungan ke sekolah menampilkan slide hasil survey tentang
I
WASHNews April 2015 9
“Dengan adanya fasilitas CTPS ini, diharapkan agar siswa dapat menerapkan PHBS dalam keseharian, baik di sekolah maupun di lingkungan keluarganya”
Lokasi: SDN Madello Sanitasi dan Pengetahuan, Sikap dan perilaku hygiene Siswa pada Kabupaten Target Unicef di Provinsi Sulawesi Selatan, untuk kabupaten Barru, survey dilakukan di 25 sekolah dengan total sampel sebanyak 800 siswa yang diwakili 32 siswa setiap sekolah. Secara garis besar, hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 54% siswa yang disurvey mengetahui adanya hubungan antara mencuci tangan pakai sabun dengan kesehatan, bahwa dengan mencuci tangan pakai sabun dapat terbebas d a r i ku m a n p e nye b a b penyakit, dan sebanyak 68% siswa laki-laki dan perempuan semuanya pernah menderita diare. Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa pengetahuan murid tentang hygiene dan sanitasi pada murid perempuan lebih baik daripada murid laki-laki. Akan tetapi, walaupun pengetahuan tentang penyebab d i a re s u d a h c u ku p b a i k , n a m u n pengetahuan tentang pencegahan diare masih sangat minim, hanya 14% yang menjawab cuci tangan sebelum makan, dan 23% menjawab mengkonsumsi makanan yang diolah dengan baik. Perilaku mencuci tangan sebelum makan juga sudah diterapkan oleh 94%
murid yang disurvey, namun cukup mengkhawatirkan karena hanya 22% murid perempuan yang mengetahui pentingnya mencuci tangan setelah Buang Air Besar (BAB) dan lebih buruk lagi pada murid laki-laki karena hanya ada 16% yang mengetahui pentingnya mencuci tangan setelah BAB. Pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan dan hygiene perorangan umumnya diperoleh siswa dari guru dan orangtua di rumah, dan hanya 3% yang memperoleh informasi tentang personal hygiene dari Petugas Puskesmas. Hal ini dapat dipahami bahwa murid yang menerima informasi dari sekolah juga akan meneruskannya pada keluarga dan lingkungannya. Hasil survey juga memberikan gambaran tentang masih buruknya kondisi toilet di Sekolah, yang menyebabkan mayoritas siswa menahan untuk tidak buang air di sekolah sampai mereka tiba di rumah. Hal ini dipicu oleh ketersediaan sarana air bersih ya n g s a n ga t m i n i m ya n g menyebabkan toilet menjadi kotor dan berbau. Sebagai penutup dari rangkaian kunjungannya hari itu, Mr. Aidan Cronin menitipkan harapan pada stakeholder yang terkait sanitasi secara umum dan sanitasi sekolah secara khusus di Kabupaten Barru untuk mendukung sepenuhnya program WinS ini, termasuk dalam pengembangan dan keberlanjutan program sehingga dapat terlaksana secara menyeluruh dan berkesinambungan. (*Lynn)
WASHNews April 2015 10
GALERI
Pembangunan Sarana CTPS di 12 Sekolah SDI LIPUKASI
SDI AMMERUNG
SDI SIKAPA
SDN BALLEWE
SDI MADELLO
SDN BATUPUTE
SDI PALANRO
SDI CILELLANG
SDI TO’E
SDN PADONGKO
SDI COMP RALLA
SDI CENTER BOTTOE
Sekretariat: Kantor Bappeda Kab. Barru Jln. Iskandar unru No 2 Kab. Barru
Tim Editor
Kontributor
Andi Muliani Herlina Darwis
Darwis
Charlly R. Fischer
Charlly R. Fischer
Andi Muliani Herlina Saharuddin ( Chokkas ) Moh. Takwin Heriyani Syamsu