sumber daya air mencapai 13.38 milyar m3/tahun dan air tanah 0.9 milyar m3/tahun 4.6 Keadaan Sosial dan Ekonomi
Berdasarkan satuan wilayah administrasi, wilayah DAS Cimanuk terletak di provinsi Jawa Barat yang mencakup empat kabupaten yaitu : Garut, Sumedang, Majalengka dan sebagian wilayah Indramayu. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun sebelumnya di D M Cimanuk relatif kecil yaitu 0.2 untuk kabupaten Majalengka, 0.04 untuk kabupaten Indramayu, 0.02 untuk kabupaten Sumedang, dan 0.01 untuk kabupaten Gamt. Kepadatan rata-rata di DAS Cimanuk dari tahun 1999 sampai 2006 adalah 301 orang per kilometer persegi Wilayah DAS Cimanuk mempakan salah satu wilayah sungai yang memiliki perkembang ekonomi yang sangat baik. Menurut BPS laju pertumbuhan pendapatan asli daerah dari tahun sebelumnya di DAS Cimanuk mencapai 0.56 per tahun dengan laju tertinggi terjadi di kabupaten Indramayu yaitu 0.82 per tahun. Sektor industri sudah berkembang baik di Indramayu sehingga laju pertumbuhan dari pendapatan asli daerahnya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kabupaten lain. Table 3. Pendapatan Rata-Rata Tahun 19992006 dan Laju Pertumbuhan Pendapatan Penduduk DAS Cimanuk Kabuplten PendepaUtn Asli Laju Pertumbuhan Doanh 1999-2006
dari Tahun Scbclumny~
33724
Sumedan hdrama
39293 33814
0.36 0.82
Sumter : BPS Pmvinsi Jawa Bamt dan Hasil Pahihmgan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
dan Penutupan Lahan Persamaan perubahan penggunaan lahan dibentuk dengan menggunakan peta tahun 1999 dan 2006. Sebagai faktor error pertama untuk melihat tingkat kelogisan pembahan penggunaan lahan dari tahun 19992006 dilakukan tabulasi silang (cmsstab)
antara kedua peta sehingga didapatkan luas dan persentase perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan hasil tabulasi silang (lihat Lampiran 9) perubahan penggunaan lahan pemukiman menjadi penggunaan lahan hutan, sawah, tegalan, lahan terbuka dan kebun rakyat selama tujuh tahun sangat sulit tejadi. Oleh karena itu perfu clilakukan koreksi pada peta. Perubahan penggunaan lahan di D M Cimanuk pada tahun 2010 dan 2020 diasumsikan hanya terjadi karena pembahan faktor fisik dan faktor sosial. Perubahan faktor fisik mempakan akibat dari perubahan masingmasing penggunaan lahan sedangkan sosial diakibatkan oleh pembahan &or semakin berkembangnya masyarakat di daerah sekitar DAS. Dua faktor pemicu pembahan ini digunakan sebagai variabel bebas untuk menentukan persamaan pelubahan lahan. Faktor sosial yzng digunakan adalah rata-rata kepadatan penduduk dan rata-rata pendapatan asli daerah. Prediksi perubahan lahan untuk tahun-tahun yang a h datang membutuhkan kedua data yang belum tercatat tersebut sehingga proyeksi perlu dilakukan. Pendapatan asli daerah dan jumlah penduduk diproyeksi dengan meng~unakan laju pertumbuhan setiap kabupaten. Persamaan perubahan lahan mempakan fungsi dari regresi logistik. Variabel tak bebas menunjukan peluang perubahan lahan. Persamaan yang dipakai adalah persamaan dengan nilai peluang lebih besar dari 50 %. Persamaan yang digunakan untuk memprediksi peta pada tahun-tahun pengamatan tidak sama satu sama lain. Persamaan perubahan penygunaan lahan yang tidak dapat digunakan untuk memprediksi peta pada tahun tertentu dianggap penggunaan lahan tersebut tidak mengalami bembah. Persamaan yang digunakan untuk memprediksi pe& 2006 danZO10 adalah hutan tetaD hutan. lahan terbuka meniadi teealan. - . dan tegalan tewp tegalan. Persamaan untuk peta prediksi tahun 2020 adalah hutan tetap hutan, hutan menjadi tegalan, lahan terbuka menjadi tegalan, pemukiman tetap pemukiman, tegalan menjadi pemukiman dan tegalan tetap tegalan. Jumlah persamaan yang dapat di pakai untuk memprediksi peta tahun 2006, 2010 dan 2020 adalah 6 persamaan.
Tabel 4. Persamaan Regresi Logistik Pcrubah~n Pcnmugunacn Lshan
Hut-Hut Hul-Tegal
Land-Tqnl Mukim-Mukim
Regrcri Laglrtik 4.603770 - O . W 3 2 * X , +0.W00222*Xz+0.0007623*X,-0.3063584*X, 4.0250745*X5+ 0.W01346*Xa -7.213545 +0.00CQ62*X, +0.W00642*X2-0.0001493*X,+0.2864774*X~ + 0.1368695'Xl -O.O003196*X6 4.150694 + 0.00W17*XI +0.WW322*X2+0.0W32033X,+ 02418444*X, - 0.6337865'Xs + O.OW1696*Xa -3.191492 -0.00Wa?*X, +O.W23@52*X,+ 0.1293333'X.-O.M51494*X,
Keterangan : X, = J a d ke tepi jalan (meter) X, = Jarak ke pemukiman (meter) X3 = Jarak ke penggunaan lahan laimya (meter) )[q = Kepadatan penduduk (penduduklpixel) Xs = Pendapatan Asli Daerah (Rplpixel) X, = Jarak ke tepi sungai (meter) Hut Keb Land Mukim Sawah Tegal
= Penggunaan lahan butan = Penggunaan lahan kebun rakyat = Penggunaan lahan lahan terbuka = Penggunaan lahan pemukiman = Penggunaan lahan sawah = Penggunaan lahan tegalan
Semua persamaan yang bisa digunakan memiliki koefisien determinasi (RZ) dibawah 50 %. Penyebab utama nilai koefisien determinasi pada persamaan pembahan lahan bemilai kecil adalah karena banyak dan
Uji F (=I)
0.17
3227.80
0.15
2750.79
0.15
559.97
0.18
1793.72
dinamisnya faktor yang mempengauhi pembahan lahan sehingga erlam variable X kurang mencukupi untuk menunjukan hubungan keeratan dengan variable Y. Resolusi peta juga sangat mempengaruhi besamya koefisine determinasi. Semakin besar resolusi peta yang digunakan maka semakin detail p e ~ b a h a nlahan yang dapat dideteksi sehingga nilai koefisien determinasinya akan semakin kecil. Nilai resolusi peta yang digunakan adalnh 75 x 75 meter. Koefisien determinasi pada persamaan di atas menunjukan pengaruh variabel X terhadap variabel Y namun tidak menjelaskan pembahan penggumaan lahan yang tejadi akibat pembahan nilai variabel X Selain itu dari nilai uji F menunjukan bahwa semua persamaan adalah nyata sehingga persamaan tersebut dapat digunakan untuk prediksi pada tahun-tabun yang akan datang.
Tabel 5. Nilai t Uji dari Persamaan Regresi Logistik
Hasil uji t (Table 5) menunjukan bahwa setiap variable X memberi pengmh nyata yang berbeda-beda terhadap pembahan penggunaan lahan. Pengaruh terbesar (227.86) adalah variable kepadatan penduduk terhadap pembahan penggunaan lahan tegalan menjadi pemukiman. Pengamh yang diberikan bemilai positif yang berarti bahwa semakin padat
penduduk di DAS Cirnanuk maka peluang pembahan lahan tegalan menjadi pemukiman akan semakin besar. Nilai negatif menunjukan bahwa variable tersebut memiliki hubungan kebalikan dengan peluang pembahan penggunaan lahamya. Hal ini berarti semakin besar nilai variable x maka akan mengunngi peluang pembahan penggunaan lahan tersebut.
Pengaruh negatif terbesar (-55.19) adalah kepadatan penduduk terhadap perubahan penggunaan lahan tetap menjadi tegalan yang berarti semakin padat penduduk maka peluang tegalan tetap menjadi tegalan akan semakin herkurang. Nilai pengaruh terkecil adalah jarak ke tepi jalan terhadap perubahan penggunaan lahan lahan terbuka menjadi tegalan yang bernilai positif (5.4) sedangkan yang bemilai negatif adalah jarak jalan terhadap peluang pembahan penggunaan lahan tetap pemukiman (-2.45).
I
Persamaan regresi logistik pada Tabel 4 digunakan untuk memprediksi peta penggunaan lahan DAS Cimanuk pada tahun 2006, 2010, dan 2020. Peta prediksi tahnn 2006 digunakan uutuk mengkalibrasi persamaan regresi loyistik. Nilai ketelitian antara peta 2006 real den peta 2006 prediksi adalah 53%. Nilai ketelitian yang sangat kecil disebabkan karena jumlah penggunaan lahan yang digunakan cukup banyak yaitu enam jenis penggunaan lahan. Semakin sedikit jenis penggunaan lahan yang ada pada peta real ketelitian peta prediksi akan semakin baik.
Gambar Kondisi Nyata Tahun 2006
Gambar Peta Prediksi Tahun 2006
Legends hutan
1">>,J>>,,,t "' ke,,""
rawat
lahan terbuka
dueemkklman tegalan
Gambar 2 Peta 2006 Nyata dan Prediks~dengan Resolusi 75 x 75 meter Peta prediksi dibuat dengan menggunakan persamaan regresi logistik dengan peluang di atas 50 %. Peta prediksi yang digunakan adalah peta prediksi tahun 2010 dan 2020. (Lampiran 9 dan 10) Perubahan penggunaan lahan cenderung berubah menjadi pemukiman yang melebar keluar dari penggunaan lahan pemukiman pada tahun sehelumnya. Perubahan terbesar terjadi di Kabupaten G a ~ dan t Kabupaten Sumedang. Penggunaan lahan yang lain mengalami perubahan penggunaan lahan dengan laju yang cukup tinggi khususnya tegalan.
Laju pe~ubahan terlinggi terjadi pada panggunaan lahan penlukiman pada tahun 1999 hingga 2006 ya~tu 18.71 %. Hutan mengalami degradasi tertinggi pada tahun 2006-2010 dengan l a p penurunan lahan sebesar 21,04 %. Laju pelubahan no1 menunjukau bahwa penggunaan lahan tersebut tidak berubah. Penggunaan lahan yang tidak berubah adalah kebun rakyat pada tahun 20102020 dan penggnaan lahan sawah pada tahun yang sama.
5.2 Analish Bilangan Kurva (CN) dan Debit Andalan Bilangan kurva ditentukan dengan meninjau penggunaan lahan, perlakuan lahan, hidrologi tanah,dan keadaan air sebelumnya. Setiap faktor memiliki peranan yang sama besar untuk menentukan besarnya bilangan kurva sehingga perubahan pada salah satu faktor akan merubah nilai bilangan kurva secara sangat nyata. Penggunaan lahan di DAS Cimanuk di bagi menjadi 6 jenis penggunaan lahan yaitu hutan, kebun rakyat, lahan terbuka, pemukiman, sawah dan tegalan. Berdasarkan jeuis tutupan pada setiap penggunaan lahan dan jenis perlakuan lahannya maka penggunaan lahan diklasifikasi kembali sesuai dengan McCuen (1982) sebagai berikut : 1 . Hutan konservasi, Pinus, jati (PTWaindo Specterra, 2007) diklasifikasikan kedalam hutan kondisi hidrologi sedang 2. Kebun Rakyat dicirikan oleh adanya tanaman keras seperti kelapa, bambu, atau berupa tanaman buah-buahan seperti mangga, durian, nangka, pisang, melinjo, papaya dan lain-lain. (BPLHD J a w Barat, 2000) diklasifikasikan kedalam leguminosa yang ditanam rapat atau bergiliran menurut kontur dengan kondisi hidrologi baik. 3. Lahan Terbuka berupa rumput/semak dengan banyak tanaman perdu dan rumput-rumputan seperti keliara, alangalang atau tanaman kayu-kayuan yank berdiameter kurang dari 5 cm. (BPLHD JawaBarat, 2000) dalam kondisi baik 4. Pemukiman dengan persentase rata-rata kedap air 65 mZ 5 . Sawah sesuai dengan kontur dan lereng Waindo dengan kondisi baik Specterm, 2007)
6. Tegalan merupakm usahatani lahan kering dengan tanaman semusim, tanaman yang ditanam adalah palawija-palawijasayuran (jagung, ketela mmbat, ketela pohon, cabe dan lain sebagainya. Di tanam di daetah berombak dan perbukitan (BPLHD Jawa Barat, 2000) menurut kontur dengan kondisi buruk. Keadaan air sebelumnya ditentukan dengan menggunakan curah hujan wilayah dengan metode polygon thiesen. Data cumh hujan sangat sulit untuk diprediksi di masa depan sehingga dibuat pendekatan periode ulang untuk mengetahui frekuensi kejadian hujan wilayah. Periode ulang ini merupakan rata-rata waktu yang diperlukan suatu kejadian hujan terjadi kembnli sehingga bisa diasumsikan bahwa hujan dengan besa tertentu &an tejadi dimasa depan dengan rentang waktu tertentu. Tanggal kejadian hujan pada setiap periode ulangan dicatat untuk menghitung jumlah curah hujan lima hari sebelumnya.
Tabel 7. Frekuensi Kejadian Hujan Wila ah Ulang
Pcnggunaan Lahsn
Lnhan Tabuka Pernukhan Sawah
Nilai bilangan kurva untuk periode ulang kejadian hujan 2 tahunan semakii meningkat dari tahun 1999 hingga tahun 2020. Nilai kenaikan terkecil terjadi pada tahun 1999-2006 sebesar 1.4. Pada tallun 2010 dan 2020 nilai CN naik 1.5 dari tahun sebelumnya hingga nilai CN terbesar terjadi pada tahun 2020. Hal ini tejadi karena pada tahun 2020 luas pemukiman naik h i n s a 7.18 % dari luas pemukiman pada iahun 2010
-
Tabel 10. Bilanean Kurva d'an Runoff Tiao Table 8. Curah Hujan Lima Hari Sebelumnya Tiap Periode Kejadian Hujan Hari
2whunan
5tnhun
ke-
(mm)
(mm)
1
5
AMC
1
Number) pada
lotah"" (mm)
9
32
4
24
52
47
45
136
73
Dari Table di atas didapatkan besamya curah hujan 5 hari sebelum hujan maksimum pada periode ulang 2 tahun berada pada AMC II sedangkan curah hujan periode 5 tahun dan 10 tabun pada kondisi A M C IU. Keadaan hidrologi tanah atau group tanah ditentukan dengan menggunakan peta tekstur tanab. Tekstur tanah yang ada di DAS Cimanuk adalah pasir dalam (group tanah A), lempung betpasir (group tanah B) dan lempung berliat (group tanah C). Jika pengynaan lahan yang telah diklasifikasi di atas dan tekstur tanah di bandingkan dengan tabel pada Lampiran 5 maka akan di dapat bilangan kurva seperti Tabel 9.
Nilai bilangan kurva berbanding lurus dengan besarnya limpasan permukaan (runofl. Hal ini berarti semakin tinggi nilai bilangan kurva maka jumlah iimpasan permukaan semakii besar. Dari tahun 1999 hingga tahun 2020 bilangan kurva naik dan menyebabkan nilai limpasan permukaan juga naik. Hal ini berarti besamya limpasan pennukaan semakin meningkat dengan berkurangnya tutupan lahan hijau. Menurut Lee (1988) penggundulan hutan akan menyebabkan (1) peningkatan produksi air total, (2) peningkatan produksi lebih besar bila suatu k&i daerah tangkapan yang l e b i besar digunduli hutannya, (3) peningkatan produksi air maksimum berlangsung tahun pertama setelah penebangan, (4) pengaruh-pengaruh penebangan secara logaritmik menurun dengan walrtu, dan (5) pa~garuhtersebut berlangsung
lebih lama bila pengaruh awal lebih besar. Jika tutupan lahan hijau berkurang khususnya hutan, hujan akan langsung melimpas di permukaan tahah tanpa ditahan dau diserap oleh tanaman. Periode ulang kejadian hujan mempengaruhi besamya input limpasan sehingga semakin lama periode ulang kejadian hujan yang berarti semakin tinggi cumh hujan maka limpasan permukaan juga akan semakin tinggi. Limpasan permukaan untuk setiap periode kejadian hujan 10 tahunan jauh lebih besar di bandingkan periode 2 tahunan dan 5 tahunan. N i r n n Pennukaan (Run O q
I
I
Gambar 3 Limpasan Permukaan (Run OA) DAS Cimanuk. Kenaikan terkecil limpasan pemukaan terjadi pada tahun 1999-2006 pada periode ulang kejadian hujan 2 tahunan yaitu naik 1.17 mm sedangkan kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2006-2010 dan 2010-2020 pada periode ulang kejadian hujan 10 tahunan sebesar 2.22 mm. Ditinjau clari periode ulangan kejadian hujan, limpasan permukaan periode 5 tahunan naik sangat signifikan dibandingkan dengan periode 2 tahunan. Kenaikaunya mencapai 350 % dari periode 2 tahunan. Limpasan permukaan 10 tahunan hanya meningkat 19 % dari periode ulangan hujan 5 tahunan. 5 3 Analisis Kebutuhan Air
Keseinlbangan air di DAS dipengaruhi oleh ketersediaan dan kebutuhan air masyarakat Salah satu komponen yang mempengaruhi besamya ketersediaan air adalah limpasan permukaan. Limpasan permukaan yang meningkat akan mengurangi volume air yang terinfiltrasi sehingga ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air niasyarakat akan berkurang.
Analisis rnengenai total kebutuhan air dihitung dari tiga se!
teriialk adalali 2 % per taliun untuk ternak besar, 7,45 % p e r tahttn ttntul~lernak kecil datl 36,311 % per tahon utituk unggas. 3. Kebutuhan air pertanian adalah jumlah total air yang digunakan untuk tnengairi sawall selatila satu tahun. Pola tatlam satu tahun di DAS Cimanuk adalah Padi-PadiPalawija. Jumlah kebutuhan air sangat terganturig dari luas lahan dati jenis komoditas. Luas lahan sawali yang digonakan adalah luas lahan sawah dari peta prediksi yaitu 15.318 ha pada tahun 2006,2010 dati 2020. Pada tahun 2006 dan 2010, kebutuhan air terbesar berasal dari sektor pertanian sub
kebutuliati air pertanian (sawali) yaitu 0,7 x lo9 tn'. Pada tahon 2020 ltebutulian air terbesar berasal dari sektor domestik sub kebutithan air penduduk kota yaitu 1,s x lo9 1n3. Beragatiniya sektor kegiatati yang dotninan disebabkan Itarena laju perubahan tiap sektor yang berbeda-beda pula. Pada sub kebutuhan air pertanian (sawah) jumlah kebutuhan air tidak berubah pada tahun 2010 dali 2020 karena luas lahan tetap. Bettambalinya pendapatan niasyarakat akan meningkatkan jumlah pendudulc kota sehingga pada tahun 2020 kebutullan air pendudulc kota jauh lebih tinggi dari kebutuhan air sektor yang lain.
Tabel I I. Kebutuhan Air DAS Cimani~k K c b u t s l l a n Air
I
Unggas
/
6 lirer/ekor~l>ari
20.268.472 701.027.945 1.245.550.107
Penanian (rawui?)
I<ebutohan air yang paling kecil adalah kebutuhan air sektor industri. Hal i ~ i itedadi karena hingga tahun 2020 perkembangan industri besar hampir tidak terjadi dan industri kecil menengali berkembang dengan sangat lambat. Perkembangan industri kecil menengah hanya 20 % selama 10 tahun yang berdampak pada kecilnya permintaati air pada sektor tersebut. Total kebutulian air di DAS Cimanuk ~neninykatsangat signifikan dari tahun 2006 sampai 2020. Selama periode 10 talimi pertama (2010-2020) total kebutuhan air ~neningkat66 %. Kenaikan total kebutuhan air i ~ i i akan meningkatkati pemiintaan terhadap ketersediaan air.
70 03 1.297 1,554.068.196 701 027.945 701.027.945 1.459555.135 4.300.796.238
VI. I(ES1MPULAN DAN SARAN Kesimpulan Analisis perubalian lahan di DAS I Cimanuk menghasilkan 6 persamaan regresi logistik dengnn ketelitian 53 %. Setiap variable x memiliki pengaruh yang berbedabeda untuk setiap pcrubahan penggunaan lahan. Laju perubalian tertinggi terjadi pada penggunaan lahan pemukitnan sebesar 18,71 % pada tahun 1999 hingga 2006 dengan perubahan yang tnelebar keluar dari penggunaan lahan pernukilnan sebeluninya. Bilangan kurva naik dari tahun ke tahun seiring dengan berkurangnya tutupan lahan hijau. Kenaikan bilangan kurva akan di ikuti dengan kenaikan tinggi limpasan permukaan. Periode ulangan kejadian hujati rnetientukan volume niasukan linipasrrtl seliingga semakin lama periode ulang hujan akan mengakibatkan tingginya volume lirnpasan permukaan.
i