PRARANCANGAN PABRIK STIRENA DENGAN PROSES DEHIDROGENASI ETILBENZENA KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Arum Sari (I.0505001) Mellyza C. (I.0505041)
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Stirena (C6H5C2H3) merupakan salah satu produk senyawa aromatik monomer yang saat ini semakin dibutuhkan. Hal ini terutama disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan produk – produk plastik yang menggunakan bahan dasar stirena. Kegunaan utamanya sebagai zat antara (intermediet) untuk pembuatan senyawa kimia lainnya dan untuk memperkuat industri hilir seperti :PolyStyrene (PS), Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Styrene Acrylonitrile (SAN), Styrene Butadiena Latex (SBL), Styrene Butadiene Rubber (SBR), Unsaturated Polyester Resins (UPR). Kebutuhan dunia akan stirena tiap tahunnya mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan kebutuhan sebagai bahan baku untuk polystirena (+50%), ABS (+ 11 %), SAN (+ 1 %), SBR (+ 15 %), SBL (+ 12%), UPR (+ 11%) (anonim,2009). Meningkatnya permintaan dunia akan stirena selalu diikuti dengan peningkatan produksi pabrik stirena, namun produksi stirena di dalam dunia belum mampu sepenuhnya memenuhi konsumsi dunia akibat keterbatasan kapasitas pabrik yang telah berdiri. Khususnya di Asia Tenggara masih terdapat beberapa negara yang kekurangan akan stirena. Sedangkan di Indonesia, kebutuhan akan stirena sudah dapat terpenuhi oleh PT. Styrindo Mono Indonesia.
Untuk prospek ekspor pasar produk stirena untuk kawasan Asia masih cukup menjanjikan dengan negara tujuan ekspor adalah Malaysia, Thailand dan Filipina. Hal ini tentunya memberikan dampak positif terhadap peningkatan devisa bagi negara. Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Pendirian pabrik stirena dapat diproyeksikan untuk orientasi ekspor mengingat kebutuhan dalam negeri telah dapat dipenuhi oleh PT. Styrindo Mono Indonesia. b. Mendukung berkembangnya pabrik hilir industri lain yang menggunakan stirena sebagai bahan pembantu maupun bahan baku. c. Membuka kesempatan lapangan kerja baru sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka pendirian pabrik stirena di Indonesia dipandang masih cukup strategis.
1.2. Kapasitas Rancangan. Dalam menentukan kapasitas produksi yang menguntungkan digunakan beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Ketersediaan bahan baku. 2) Kapasitas minimum pabrik. 3) Data impor stirena di negara tujuan ekspor (Malaysia, Filipina, dan Thailand).
1.2.1
Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting untuk kelangsungan
produksi suatu pabrik dilihat dari ketersediaan maupun kontinuitasnya. Bahan baku pembuatan stirena adalah etilbenzena yang diperoleh dari PT Styrindo Mono Indonesia ( PT SMI ) yang berlokasi di Serang, Banten dengan kapasitas penjualan etilbenzena sebesar 150.000 ton/tahun. Sedangkan kebutuhan untuk produksi stirena pada pabrik yang akan didirikan sebesar 65.000 ton/tahun. Dengan alokasi sebesar 45% dari total kapasitas etilbenzena yang dijual oleh PT SMI diharapkan dapat menjamin ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Sedangkan untuk bahan pendukung lainnya seperti katalis Fe2O3 diperoleh dengan mengimpor dari Chemsource Enterprice,Pte, Ltd, Singapura.
1.2.2
Kapasitas Minimum Pabrik Untuk menentukan kapasitas pabrik yang akan didirikan harus
memperhatikan kapasitas pabrik sejenis dalam skala komersial yang sudah dibangun. Daftar pabrik stirena beserta lokasi dan kapasitas produksinya disajikan pada tabel1.1.
Tabel 1.1 Daftar Pabrik Stirena beserta Lokasi dan Kapasitas Produksinya No
Pabrik dan Lokasi
Kapasitas
Proses
(Ton/Tahun) 1
Chevron (St. James, La)
974.000
dehidrogenasi
2
Dow (Freeport, Texas)
644.000
dehidrogenasi
3
Sterling (Texas)
770.000
dehidrogenasi
4
Westlake (Lake Charles, La)
220.000
dehidrogenasi
5
Lyondell/Bayer (Roterdam, Bld)
640.000
oksidasi
6
CSPC (Guangdong, China)
560.000
oksidasi
7
Jilin Chemical (China)
140.000
dehidrogenasi
8
Guangzhou Petrochemical (China)
80.000
dehidrogenasi
9
Lanzhou Petrochemical (China)
30.000
dehidrogenasi
10
Panjin Chemical (China)
60.000
dehidrogenasi
11
Fushun Petrochemical (China)
40.000
dehidrogenasi
12
Dallian Petrochemical (China)
60.000
dehidrogenasi
13
Mitshubishi Chemical (Khasima, Japan)
400.000
dehidrogenasi
14
Asahi (Mizushima, Japan)
150.000
dehidrogenasi
15
Styrindo Mono Indonesia ( Indonesia)
200.000
dehidrogenasi
16
Idemitsu Stirena (Malaysia)
220.000
dehidrogenasi
17
Ellba Eastern (Singapura)
550.000
oksidasi
18
Seraya Chemical (Singapura)
315.000
oksidasi
19
Thai Petrochemical (Thailand)
150.000
dehidrogenasi
Sumber : CMAI,2008
Berdasarkan tabel 1.1 di atas pabrik stirena kapasitas minimum yang pernah dibangun adalah Lanzhou Petrochemical (China) dengan kapasitas sebesar 30.000 ton/tahun dan pabrik stirena dengan kapasitas terbesar adalah Chevron (St.James,La) dengan kapasitas 974.000 ton/tahun. Untuk pabrik yang ada di
Indonesia sendiri saat ini hanya satu yaitu PT. Styrindo Mono Indonesia dengan kapasitas 200.000 ton/tahun. Kapasitas pabrik yang didirikan direncanakan sebesar 60.000 ton/tahun.
1.2.3
Data Impor Stirena di Negara Tujuan Ekspor ( Malaysia, Filipina, dan Thailand) Stirena yang dihasilkan ditujukan untuk orientasi kebutuhan ekspor
dengan mengambil pasar di Asia Tenggara dengan negara tujuan Malaysia, Filipina dan Thailand. Impor stirena di negara tujuan ekspor disajikan pada tabel1.2 : Tabel 1.2 Data Impor Stirena di Negara Tujuan Ekspor Impor (ton) Tahun Malaysia Filipina Thailand 2004 2005 2006 2007
43.019
66.853
27.988
37.468
87.866
27.395
44.781
107.026
30.167
48.198
98.563
28.843
Sumber: (CMAI, 2008)
Gambar 1.1 Grafik Kebutuhan Stirena di Malaysia, Filipina dan Thailand Tahun 2004 – 2007 Pada tabel 1.2 dapat diketahui bahwa impor stirena di negara Malaysia, Filipina dan Thailand mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kebutuhan stirena di negara-negara tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari grafik gambar 1.1 dapat dilakukan pendekatan regresi linear, sehingga dapat diperoleh persamaan sebagai berikut : y1 = 2.285 x – 4.539.201 y2 = 11.429 x – 22.830.782,5 y3 = 533,7 x – 1.041.737,1 dengan :
y1 = jumlah kebutuhan stirena di Malaysia (ton/tahun) y2 = jumlah kebutuhan stirena di Filipina (ton/tahun) y3 = jumlah kebutuhan stirena di Thailand (ton/tahun)
x = tahun ke Jadi dapat diperkirakan kebutuhan stirena di negara Malaysia, Filipina dan Thailand pada tahun 2014 sebesar 62.789 ton, 187.223,5 ton, 33.134,7 ton sehingga dapat diketahui adanya kekurangan akan stirena yang besar. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka direncanakan pabrik stirena akan mulai produksi pada tahun 2014 dengan kapasitas 60.000 ton/tahun dan diharapkan akan dapat memenuhi sebagian kekurangan konsumsi negara Malaysia, Filipina dan Thailand akan stirena pada tahun 2014. Pertimbangan di atas berdasarkan bahan baku yang tersedia masih mencukupi yaitu sebesar 45 % dari kapasitas total etilbenzena yang dijual oleh PT. Styrindo Mono Indonesia. Penentuan kapasitas ini juga berdasarkan pertimbangan kapasitas pabrik yang telah didirikan serta kebutuhan pasar akan stirena.
1.3. Penentuan Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang sangat penting dalam setiap perancangan suatu pabrik karena menyangkut kelangsungan dan keberhasilannya, baik dari segi ekonomi maupun teknis. Orientasi perusahaan dalam menentukan lokasi pabrik pada prinsipnya ditentukan berdasarkan pertimbangan pada letak geografis, teknis, ekonomis dan lingkungan. Dari pertimbangan tersebut lokasi pabrik dari prarancangan pabrik stirena ini dipilih kawasan industri Pulo Ampel di daerah Serang, Banten yang dekat dengan daerah penghasil bahan baku dengan pertimbangan sebagai berikut :
A. Faktor Primer a. Penyediaan Bahan Baku Bahan baku merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan suatu pabrik untuk beroperasi sehingga pengadaannya harus benar-benar diperhatikan. Sehingga diutamakan lokasi pabrik yang akan didirikan dekat dengan bahan baku. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi dan penyimpanan serta mengurangi investasi pabrik. Lokasi pabrik yang dipilih adalah kawasan industri Pulo Ampel di daerah Serang, Banten. Bahan baku etilbenzena yang digunakan diperoleh dari PT. Styrindo Mono Indonesia (PT. SMI) yang juga terletak di Serang, Banten. b.
Transportasi Transportasi bahan baku menuju Pulo Ampel cukup mudah, mengingat
fasilitas jalan tol Merak – Jakarta – Cikampek cukup memadai dan fasilitas umum transportasi seperti pelabuhan dan bandara tersedia dekat lokasi pabrik sehingga baik transportasi bahan baku maupun pemasaran hasil produksi untuk luar negeri tidak mengalami kesulitan. Banten mempunyai pelabuhan Merak, pelabuhan Ciwandan ,juga terdapat dermaga khusus (Dersus) di daerah Anyer dan di daerah Karangantu, Serang.
B. Faktor Sekunder a. Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli Area kawasan industri Pulo Ampel berlokasi tidak jauh dari wilayah Jabodetabek yang memiliki banyak lembaga pendidikan formal maupun
nonformal sehingga memiliki potensi tenaga ahli maupun non ahli baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dengan didirikannya pabrik ini maka akan mengurangi tingkat pengangguran baik dari penduduk sekitar ataupun penduduk urban. b. Kebijakan Pemerintah dan Keadaan Masyarakat Pendirian suatu pabrik perlu mempertimbangkan kebijakan pemerintah yang terkait didalamnya. Kebijakan pengembangan industri dan hubungannya dengan pemerataan kerja dan hasil-hasil pembangunan. kawasan industri Pulo Ampel merupakan daerah yang telah disiapkan untuk kawasan industri sehingga sudah sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. c. Utilitas · Penyediaan Energi Kawasan industri Pulo Ampel menyediakan fasilitas berupa fasilitas untuk memenuhi kebutuhan listrik dari PLTU Sulfindo dengan kapasitas 1050 MW yang mampu mensuplai kebutuhan tenaga listrik pabrik serta menggunakan generator yang dibangun sendiri sebagai cadangan. · Penyediaan Air Kebutuhan air pabrik meliputi air pendingin proses, air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi serta air pemadam kebakaran diperoleh dari PT.Sauh Bahtera Samudera yang berada di kawasan industri. · Penyediaan Steam Kebutuhan steam sebagai media pemanas pada reboiler dipenuhi oleh boiler yang menggunakan bahan bakar hasil atas separator.
· Penyediaan Udara Tekan Penyediaaan
udara
tekan
bertujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
instrumentasi, untuk penyediaan udara tekan di bengkel, dan untuk kebutuhan umum yang lain. · Penyediaan Bahan Bakar Kebutuhan bahan bakar untuk kebutuhan generator yang berupa IDO (Industrial Diesel Oil) dapat diperoleh dari Pertamina. · Pengolahan Limbah Limbah yang dihasilkan oleh pabrik berupa limbah cair yang diolah terlebih dahulu di unit pengolahan limbah cair kemudian dibuang.
Peta Lokasi
PT SMI
LOKASI
Gambar 1.2 Lokasi Rencana Pendirian Pabrik 1.4. Tinjauan Pustaka 1.4.1. Pemilihan Proses Macam–macam Proses Pembuatan Stirena 1. Dehidrogenasi Katalitik Dehidrogenasi katalitik adalah reaksi langsung dari etilbenzena menjadi stirena, cara tersebut adalah proses pembuatan stirena yang banyak dikembangkan dalam produksi komersial. Reaksi terjadi pada fase uap dimana gas umpan melewati katalis Fe2O3 padat. Reaksi bersifat endotermis dan merupakan reaksi kesetimbangan (Mc. Ketta, 1980). Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3
↔ C6H5CH = CH2 + H2
Diperoleh yield yang rendah jika reaksi ini berlangsung tanpa menggunakan katalis. Temperatur reaktor 537–6650C pada tekanan 0,27-1,3 atm (US Patent 6.096.937). Konversi etilbenzena mencapai 97% (Wenner Dybdal, 1948) dengan selektivitas pembentukan stirena 93-97% (Mc. Ketta, 1980).
2. Oksidasi Etilbenzena Menurut Kirk Othmer (1994), proses ini ada dua macam yaitu dari Union Carbide dan Halogen Internasional. Proses dari Union Carbide mempunyai dua produk yaitu stirena dan acetophenon. Menggunakan katalis acetate diikuti dengan reaksi reduksi menggunakan katalis chrome-besi-tembaga kemudian dilanjutkan dengan reaksi hidrasi alkohol menjadi stirena dengan katalis titania pada suhu 250 - 280oC.
Reaksi yang terjadi berturut – turut adalah sebagai berikut : C6H5CH2CH3 + O2
→ C6H5COCH3 + H2O
C6H5COCH3 + CH2CHCH3 → H2COCHCH3 + C6H5CH(OH)CH3 C6H5CH(OH)CH3 → C6H5CH = CH2 + H2O Kekurangan proses ini adalah terjadinya korosi pada tahap oksidasi. Proses Halogen Internasional menghasilkan stirena dan propilenaoxide. Yaitu proses mengoksidasi
etilbenzena
menjadi
etilbenzena
hidroperoxide
kemudian
direaksikan dengan propilena membentuk propilenaoxide dan α-phenil-etilalkohol kemudian didehidrasi menjadi stirena. Perbandingan kedua proses disajikan pada tabel 1.3. Dari uraian proses pembuatan stirena tersebut, maka pabrik stirena dirancang dengan proses dehidrogenasi katalitik dengan menggunakan katalis Fe2O3 dengan alasan sebagai berikut : 1.
Proses dehidrogenasi adalah proses yang paling sederhana.
2.
Proses dehidrogenasi katalitik yang paling banyak dipakai secara komersial.
3.
Hasil samping berupa toluena dan benzena bisa dijual sehingga dapat menambah keuntungan.
4.
Tekanan yang digunakan rendah, sehingga lebih aman.
5.
Selektivitas tinggi, sehingga pembentukan produk utama akan semakin besar.
6.
Kebutuhan bahan pembantu sedikit.
Tabel 1.3 Perbandingan Proses Dehidrogenasi dan Oksidasi Etilbenzena Parameter
Proses Dehidrogenasi
Proses Oksidasi
Katalitik Etilbenzena
Etilbenzena
Suhu reaksi
537 – 6650C
250 – 2800C
Tekanan
0,27 – 1,3 atm
8,16 – 15 atm
Hasil konversi
97 %
25 – 30 %
Selektivitas
93 – 97 %
70 %
Katalis yang digunakan
Fe2O3
Acetat, krom, besi, tembaga, dan titania
Kebutuhan bahan pembantu
Katalis
Propilena, oksigen, hidrogen, dan bermacam-macam katalis
Keuntungan
Tekanan rendah
Suhu reaksi rendah
Konversi lebih tinggi Selektivitas tinggi Kebutuhan bahan pembantu sedikit Kekurangan
Suhu reaksi tinggi
Tekanan tinggi Konversi lebih rendah Selektivitas rendah Kebutuhan bahan pembantu lebih banyak
1.4.2. Tinjauan Proses Dehidrogenasi Secara Umum Dehidrogenasi adalah salah satu reaksi yang penting dalam industri kimia meskipun penggunaannya relatif sedikit bila dibandingkan dengan proses hidrogenasi. Reaksi dehidrogenasi adalah reaksi yang menghasilkan komponen yang berkurang kejenuhannya dengan cara mengeliminasi atom hidrogen dari suatu senyawa menghasilkan suatu senyawa yang lebih reaktif. Pada prinsipnya semua senyawa yang mengandung atom hidrogen dapat dihidrogenasi, tetapi umumnya yang dibicarakan adalah senyawa yang mengandung carbon seperti hidrokarbon dan alkohol. Proses dehidrogenasi kebanyakan berlangsung secara endotermis yaitu membutuhkan panas. Dehidrogenasi adalah reaksi yang bersifat endotermis yaitu membutuhkan panas untuk terjadinya reaksi dan suhu yang tinggi diperlukan untuk mencapai konversi yang tinggi pula. Reaksi dehidrogenasi yang sering digunakan dalam skala besar adalah dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena. Reaksi pembentukan stirena dari etilbenzena : C6H5CH2CH3
C6H5 CH= CH2 + H2
Pada umumnya reaksi dehidrogenasi terhadap senyawa hidrokarbon membutuhkan temperatur tinggi agar tercapai kesetimbangan dan kecepatan reaksi yang lebih sehingga proses ini dapat berlangsung dengan baik pada fase gas. Reaksi dehidrogenasi dalam fase gas hanya sesuai dilakukan pada senyawa hidrokarbon tertentu. Senyawa tersebut harus mempunyai stabilitas termal yang cukup untuk menghindari terjadinya dekomposisi yang tidak diinginkan.
Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Panas untuk reaksi ditambahkan melalui pipa-pipa dan pemanasan umpan. Proses dehidrogenasi ini membutuhkan supplay panas untuk menjaga suhu reaksi. Pemilihan katalis didasarkan atas kondisi reaksi yang bersifat highly endothermic. Katalis yang digunakan adalah Fe2O3 yang cocok digunakan pada reaksi suhu tinggi (550– 670oC). Katalis menurun keaktifannya seiring dengan berkurangnya umur hidup katalis sehingga secara periodik perlu dilakukan regenerasi katalis (Ullmans, 1989).
1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia Senyawa yang Terlibat 1. Bahan Baku : A. Etilbenzena Sifat Fisis (Ullman’s,2002) : §
Wujud
: Cair
§
Berat Molekul
: 106,168 gram / mol
§
Densitas pada 25 °C
: 0,86262 gram / mL
§
Titik beku
: - 94,949 °C
§
Titik didih pada 1 atm
: 136,2 °C
§
Kelarutan dalam air
: 0,001 % berat
§
Kapasitas panas
: untuk gas ideal = 1169 J/kg °K untuk cairan = 1752 J/kg °K
§
Tekanan kritis
: 36,09 bar
§
Suhu kritis
: 344,02 °C
§
Faktor aksentrik
: 0,3026
§
Kompresibilitas kritis
: 0,263
§
Flash point
: 15 °C
§
Refraktif indeks pada 25 °C
§
Surface tension
: 28,48 mN/m
§
Viskositas pada 25 oC
: 0,6317 cp
1,4932
Sifat Kimia (Ullman’s,2002) : 1. Reaksi Dehidrogenasi Proses ini dilakukan pada fase gas dengan katalis Fe2O3 dan membutuhkan panas. Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 → C6H5 = CH2 + H2 ∆H (650 °C) = 117,44 kJ/mol Etilbenzena
Stirena
Hidrogen
2. Reaksi Oksidasi Reaksi oksidasi menghasilkan etilbenzena hidroperokside . Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 + O2 → C6H5CH(OOH)CH3 Reaksi fase cair dengan udara digelembungkan melalui cairan terhadap katalis. Hidroperoksida merupakan senyawa yang tidak stabil, maka kemungkinan kenaikan temperatur harus dihindari karena akan terjadi dekomposisi. Polietilbenzena merupakan produk samping dari pembuatan etilbenzena.
3. Reaksi Hidrogenasi Dapat terjadi dengan bantuan katalis Ni, Pt, atau Pd menghasilkan etilsiklohexana. Reaksi yang terjadi : C6H5CH2CH3 + 3H2
→ C6H11C2H5
Etilbenzena
Etilsiklohexana
4. Reaksi Halogenasi Dapat terjadi dengan adanya bantuan panas atau cahaya. Reaksi yang terjadi : 2C6H5CH2CH3 + Cl2 → C6H5CH-ClCH3 Etilbenzena
1-chloro-2phenilethana
+
C6H5CH2Cl
2-chloro phenilethana
2. Produk : Stirena Sifat Fisis (Ullman’s,2002) : §
Wujud
: Cair
§
Berat molekul
: 104,152 gram / mol
§
Densitas pada 25oC
: 0,8998 gram / mL
§
Volume kritis
: 3,37 mL/gram
§
Tekanan kritis
: 38,4 bar
§
Titik didih pada 1 atm
: 145 °C
§
Suhu kritis
: 362,1 °C
§
Flash point
: 31,1 °C
§
Kelarutan dalam air
: 0,032 % berat
§
Panas pembakaran 25°C
: -4,263 MJ/mol
§
Panas pembentukan gas (250C)
: 147,4 kJ/mol
§
Panas penguapan 25°C
: 421 J/g
§
Faktor aksentrik
: 0,257
§
Viskositas pada 25 oC
: 0,6719 cp
Sifat Kimia (Ullman’s,2002) : 1. Polimerisasi stirena menjadi polivinilbenzena Reaksi yang terjadi : nC6H5CH = CH2 + O3 → (CHCH2 )n -C6H5 2. Stirena ditambah ozon menjadi benzaldehida Reaksi yang terjadi : C6H5CH = CH2 + O2 → C6H5CHO 3. Alkilasi stirena dengan methanol menjadi metilether Reaksi yang terjadi : C6H5CH = CH2 + CH3OH → C6H5-CH(OCH3)CH3
3. Produk Samping A. Benzena Sifat Fisik (Kirk Othmer, 1983) : §
Wujud pada 25oC
: cair
§
Berat molekul
: 78,114 gram / mol
§
Berat jenis
: 0,8729 gram/cm3
§
Titik didih pada tekanan 1 atm
: 80,10 oC
§
Tekanan uap pada 25oC
: 873,700 kPa
§
Viskositas pada 25oC
: 0,6071 cp
§
Tegangan permukaan pada 25oC
: 28,180 dyne/cm
§
Temperatur kritis
: 289,0 oC
§
Tekanan kritis
: 48,6 atm
§
Flash point
: -11,1oC
§
Panas pembentukan
: 48,66 kJ/gmol
§
Panas peleburan
: 9,874 kJ/kmol
§
Panas penguapan pada 80oC
: 33,847 kJ/kmol
§
Panas pembakaran pada 25oC
: -3267,6 kJ/gmol
§
Kelarutan dalam air pada 25oC
: 0,180 gram/100 gram air
Sifat Kimia (Ullman’s,2002): §
Benzena adalah sumber senyawa organik yang banyak digunakan sebagai senyawa antara
§
Pembentukan benzena terjadi pada temperatur diatas 5000C
§
Alkilasi katalitik benzena dengan etilen menghasilkan etilbenzena
§
Alkilasi katalitik pada fase gas benzena dan propena menghasilkan cumene
B. Toluena Sifat Fisik (Ullman’s,2002): §
Wujud pada 25oC
: cair
§
Berat molekul
: 92,141 gram / mol
§
Titik didih pada tekanan 1 atm
: 110,625 oC
§
Temperatur kritis
: 320,8 oC
§
Tekanan kritis
: 40,23 atm
§
Densitas 25°C
: 0,8631 g/cm3
§
Viskositas 25°C
: 0,5465 cp
§
Flash point
: 4,0oC
§
Panas penguapan pada 1100C
: 32,786 kJ/mol
§
Kelarutan dalam air pada 250C
: 0,050 gram/100 gram air
Sifat Kimia (Ullman’s,2002): §
Senyawa aromatik
§
Pengoksidasi group metil menghasilkan benzaldehida dan asam benzoat
§ Dapat mengalami dekarboksilasi menjadi phenol atau mengalami hidrogenasi menjadi asam sikloheksankarboksilik § Alkilasi dari toluena dengan propilen menghasilkan methylcumene isomer
1.4.4. Kegunaan Produk Menurut anonim, 2009, stirena dalam industri dapat digunakan antara lain dalam bentuk : ·
Polystyrene. Digunakan dalam industri pengemasan, alat-alat rumah tangga, elektronik.
·
Acrylonitrile Butadiena Styrene. Digunakan dalam industri pipa dan kelistrikan/elektronik.
·
Styrene Acrylonitrile. Digunakan dalam barang-barang rumah tangga, pengemas kosmetik.
·
Styrene Butadiena Rubber. Digunakan dalam industri perekat, ikat pinggang, sepatu dan ban.
·
Styrene Butadiena Latex. Digunakan dalam industri karpet, matras busa dan perekat.
·
Unsaturated Polyester Resins. Digunakan dalam industri resin plastic thermosetting.
BAB II DESKRIPSI PROSES
2.1.
Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
2.1.1
Spesifikasi Bahan Baku
A. Etilbenzena (PT. Styrindo Mono Indonesia, 2009) Wujud
=
Cair
Kenampakan
=
Tidak berwarna
Bau
=
Khas aromatis
Komposisi
:
Etilbenzena
=
Minimal 99,85 % berat
Benzena
=
Maksimal 0,15 % berat
Berat jenis pada 25 oC
=
0,867 g/mL
Viskositas pada 25 oC
=
0,6268 cp
2.1.2. Spesifikasi Bahan Pembantu A. Spesifikasi Katalis (Chemsource Enterprice,Pte, Ltd, 2009) Jenis katalis
=
Fe2O3
Wujud
=
Butiran padat
Kenampakan
=
Kuning
Bentuk
=
Granular
Diameter
=
4,7 mm
Bulk density
=
977 kg/m3
Porositas
=
0,35
2.1.3 Spesifikasi Produk
Produk Utama A. Stirena (Cevron Philips Chemical Company, 2004) Wujud
=
Cair
Kenampakan
=
Tidak berwarna
Bau
=
Khas aromatis
Stirena
=
Minimal 99,7 % berat
Etilbenzena
=
Maksimal 0,3 % berat
=
4-tert-butylcatechol 10 – 20 ppm
Komposisi :
Inhibitor
Produk Samping A. Benzena (Chevron Philips Chemical Company,2004) Wujud
=
Cair
Kenampakan
=
Tidak berwarna
Bau
=
Khas aromatis
Benzena
=
Minimal 99,95 % berat
Toluena
=
Maksimal 0,05 % berat
Komposisi :
B. Toluena (CITGO Petroleum Corporation,2009) Wujud
=
Cair
Kenampakan
=
Tidak berwarna
Bau
=
Khas aromatik
Toluena
=
Minimal 99,92 % berat
Benzena
=
Maksimal 0,03 % berat
Etilbenzena
=
Maksimal 0,05 % berat
Komposisi :
2.2. Konsep Proses
2.2.1 Dasar, Fasa dan Sifat Reaksi Proses pembuatan stirena dari etilbenzena berdasarkan pada reaksi dehidrogenasi pada molekul etilbenzena dengan melepaskan dua atom hidrogen dari cabang etil. Reaksi berlangsung dalam fasa gas, bersifat reversibel endotermis. Panas yang dibutuhkan digunakan untuk memutus ikatan C-H. Untuk memenuhi kebutuhan panas agar temperatur reaksi dapat tercapai digunakan molten salt yang akan masuk ke reaktor fixed bed multitube. Reaksi utama yang terjadi : C6H5C2H5 (g) ↔
C6H5C2H3 (g) + H2 (g)
ΔH = 117440 kj/kmol
Di samping itu juga terjadi reaksi samping menurut Wenner Dybdal (1948), menghasilkan benzena, toluena, metana dan etena. Reaksi : C6H5C2H5 (g) →
C6H6 (g) + C2H4 (g)
C6H5C2H5 (g) + H2 (g) → C6H5CH3 (g) + CH4 (g) 2.2.1 Mekanisme Reaksi Adsorbsi reaktan ke permukaan katalis
Reaksi pada permukaan katalis
Desorbsi hasil reaksi
2.2.3
Kondisi Operasi Reaksi berlangsung di dalam reaktor fixed bed multitube yang dioperasikan pada suhu
sekitar 537 – 665 oC dan tekanan 0,27 - 1,3 atm. Pembentukan toluena sebesar 2 % dan benzena 1 % (% mol) dari produk stirena yang dihasilkan. Selektivitas stirena adalah 93-97 % (Kirk Othmer, 1980). Dalam hal ini suhu dan tekanan yang digunakan adalah 650oC dan 1,2atm. Pemilihan suhu dan tekanan tersebut dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Reaksi dehidrogenasi ini merupakan reaksi katalitik maka kondisi operasi harus berada pada suhu dan tekanan dimana katalis dalam keadaan aktif dan memberikan selektivitas yang tinggi. Rentang batas aktivitas katalis Fe2O3 pada suhu 550-670 oC dimana pada kondisi suhu
tersebut sedikit diatas tekanan atmosferik memberikan konversi
keseluruhan etilbenzena 90 % dengan selektivitas stirena sebesar 97 %. Oleh karena itu pemilihan suhu mempertimbangkan agar kecepatan reaksi tinggi dan katalis dalam keadaan aktif. 2.
Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis dimana akan terjadi penurunan suhu pada saat reaksi berlangsung sehingga suhu perlu dipertahankan 650
o
C untuk
menghasilkan konversi dan selektivitas yang tinggi dengan cara menambahkan molten salt sebagai pemanas reaktor. Fungsi katalis Katalis yang digunakan adalah Fe2O3. Katalis ini berperan untuk memperoleh konversi dan yield stirena yang lebih tinggi dan memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi samping. 2.2.4
Tinjauan Kinetika
Menurut Wenner, Dybdal (1948), reaksi dehidrogenasi etilbenzena dapat ditinjau secara kinetika dari harga konstanta kecepatan reaksi (k) untuk reaksi dehidrogenasi etilbenzena menurut persamaan : C6H5C2H5 (g)
↔
C6H5C2H5 (g)
→ C6H6 (g) + C2H4 (g)
C6H5C2H3 (g) + H2 (g)
C6H5C2H5 (g) + H2 (g) → C6H5CH3 (g) + CH4 (g) Dan persamaan kecepatan reaksinya adalah : r1= k1 (PE - PSPH2/K) r2= k2 PE r3= k3 PE PH2 Dengan harga k masing-masing reaksi : logk1 = (-31.370/5,575ToK) + 0,883 logk2 = (-50.800/5,575ToK) + 9,130 logk2 = (-21.800/5,575ToK) + 2,780 Konstanta kesetimbangan reaksi : ln K = 20,7358 – 12.617,7/ToK Dimana : -rA
=
kecepatan reaksi dehidrogenasi ; lbmol/(hr)(lbcat)
k
=
konstanta kecepatan reaksi ; lbmol/(hr)(atm)(lbcat)
K
=
konstanta kesetimbangan ; atm
T
=
temperatur reaksi ; oK
PEB
=
Tekanan parsial etilbenzena ; atm
PS
=
Tekanan parsial stirena ; atm
PH2 =
2.2.5
Tekanan parsial hidrogen ; atm
Tinjauan Termodinamika
Menurut Smith Van Ness (1975), tinjauan segi termodinamika adalah untuk mengetahui apakah reaksi tersebut melepaskan panas (eksotermis) atau memerlukan panas (endotermis), dan juga apakah reaksi berjalan searah atau bolak-balik. Reaksi dehidrogenasi etilbenzena : C6H5C2H5 (g)
↔
C6H5C2H3 (g) + H2 (g)
Etilbenzena
Stirena
ΔHo298 = 117440 kj/kmol
Hydrogen
Reaksi dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis. Hal ini dapat dilihat dari harga ΔH reaksinya yang positif. Data-data ∆Hfo pada T
= 298oK :
∆Hfo H2
=0
∆Hfo etilbenzena
= 29.920 kJ/kmol
∆Hfo stirena
= 147.360 kJ/kmol
∆HRo reaksi
= ∆Hfo produk - ∆Hfo reaktan = (∆Hfostirena+ ∆HfoH2)-(∆Hfo etilbenzena) = (147.360 + 0 – 29.920) kJ/kmol = 117.440 kJ/kmol
Konstanta kesetimbangan reaksi tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan : ln K = 20,7358 – 12.617,7/ToK Dengan : K T
:
konstanta kesetimbangan, atm
:
temperatur reaksi, K
Reaksi berlangsung secara non isotermal non adiabatis. Reaktan masuk reaktor pada suhu 650 oC dan keluar reaktor pada suhu 632 oC. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan hal ini ditunjukkan dari nilai konstanta kesetimbangan berikut : Pada T = 25 oC = 298,15 K
ln K= - 1,3501 K
= 0,2592
Pada T = 650 oC = 923,15 K
ln K= 7,0677 K
= 1173,4543
Karena nilai K pada keadaan standar lebih kecil daripada nilai K pada suhu operasi yang diinginkan maka reaksi dapat dianggap berjalan kearah kanan atau ke arah pembentukan stirena.
2. 3 Diagram Alir Proses 2.3.1
Diagram Alir Kualitatif Diagram Alir Kualitatif disajikan pada gambar 2.1
2.3.2
Diagram Alir Kuantitatif Diagram Alir Kuantitatif disajikan pada gambar 2.2
2.3.3
Diagram Alir Proses Diagram Alir Proses disajikan pada gambar 2.3
2.3.4
Langkah proses Proses pembuatan stirena dari etilbenzena dengan proses dehidrogenasi katalitik terdiri
dari 4 langkah proses, yaitu :
1.
1.
Penyiapan bahan baku
2.
Pembentukan produk
3.
Pemurnian produk
4.
Penyimpanan produk
Tahap Penyiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku selalu dipertimbangkan dalam suatu pabrik, karena kondisi operasi yang diinginkan tidak begitu saja tercapai sehingga bahan baku perlu dikondisikan sedemikian rupa sehingga reaksi bisa berjalan dengan baik. Tahap penyiapan bahan baku bertujuan untuk mengubah fase etilbenzena dari cair menjadi gas dan menyesuaikan suhu dan tekanan etilbenzena agar sesuai dengan suhu dan tekanan reaksi. Bahan baku etilbenzena cair disimpan di dalam tangki penyimpan (T-01) pada suhu 30 oC dan tekanan 1 atm. Etilbenzena dari tangki penyimpan dialirkan dengan pompa (P-01) ke vaporizer (VP-01) yang beroperasi pada tekanan 1,2 atm untuk menguapkannya sampai suhu 143 o
C. Pemanas yang digunakan untuk menguapkan adalah produk keluaran reaktor pada suhu 430 oC
dan tekanan 1,1 atm. Gas umpan keluar vaporizer dialirkan ke dalam heat exchanger (HE-01) untuk dipanaskan kembali dengan memanfaatkan panas produk keluaran reaktor sampai suhu 210 o
C. Gas umpan keluar heat exchanger (HE-01) dialirkan ke dalam furnace (F-01) untuk
dipanaskan sampai suhu 650 oC. 2.
Tahap Pembentukan Produk Tahap pembentukan produk bertujuan untuk mereaksikan umpan etilbenzena pada reaktor
fixed bed multitube pada suhu 650 oC dan tekanan 1,2 atm. Reaktor bekerja secara non isotermal non adiabatis. Gas keluar reaktor pada suhu 629 oC dan tekanan 1,1 atm. Reaktan melewati pipa-pipa yang berisi katalis Fe2O3. Katalis ini ditempatkan pada tube-tube yang disusun paralel. Reaksi yang terjadi dalam reaktor ini merupakan reaksi sangat endotermis sehingga untuk menjaga suhu reaksi diperlukan pemanas. Pemanas dialirkan pada shell reaktor. Pemanas yang digunakan adalah molten salt. Pemanas masuk pada suhu 700 oC dan keluar pada suhu 657 oC. 3. Tahap pemurnian Tahap ini bertujuan untuk memisahkan stirena dari campuran gas produk secara kondensasi dan distilasi. Campuran gas produk keluar reaktor diturunkan suhunya sampai 532 oC dengan memanfaatkan panasnya untuk memanaskan umpan MD-01 pada HE-02. Campuran gas produk yang keluar dari HE-02 dimanfaatkan panasnya kembali untuk memanaskan umpan
furnace pada HE-01 sehingga suhunya turun menjadi 384 oC. Produk reaktor yang keluar dari HE02 dimanfaatkan panasnya kembali untuk memanaskan umpan reaktor pada vaporizer VP-01 sehingga suhunya turun menjadi 149 oC. Produk reaktor dari VP-01 dikondensasikan dalam kondensor parsial (CP-01) pada suhu 40 oC. Campuran gas yang tidak terkondensasi dan cairan hasil kondensasi dialirkan ke separator (S-01) untuk dipisahkan. Campuran gas yang tidak terkondensasi sebagian besar adalah gas hidrogen, metana, etena, karbon dioksida dan etilbenzena, benzena, toluena, stirena dalam jumlah kecil. Gas tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar pada furnace dan boiler. Cairan produk reaktor akan keluar dari bagian bawah separator menuju menara distilasi (MD-01). Menara distilasi (MD-01) bekerja pada tekanan dibawah atmosferik untuk menghindari terjadinya polimerisasi. Selain itu diperlukan penambahan distillation inhibitor 4-tert butyl cathecol untuk menghambat polimerisasi. Menara distilasi (MD-01) divakumkan dengan menggunakan pompa vakum (P-04). Hasil bawah menara distilasi (MD-01) yaitu produk stirena dengan kemurnian 99,7% berat keluar pada suhu 110 oC. Produk stirena dialirkan dengan pompa (P-05) menuju cooler (CL-03) untuk diturunkan suhunya sampai 45 oC kemudian dimasukkan ke tangki penyimpan stirena (T-02) sebelumnya ditambahkan 4-tert butyl cathecol (TBC sebanyak 10 ppm) untuk menghindari polimerisasi sebelum disimpan dalam tangki penyimpan stirena dalam bentuk cair dan siap dipasarkan. Hasil atas menara distilasi (MD-01) yaitu campuran benzena, toluena, etilbenzena dan sedikit stirena diembunkan pada kondensor (CD-01) selanjutnya ditampung dalam akumulator (ACC-01). Sebagian embunan akan dikembalikan ke menara distilasi sebagai refluk dengan pompa (P-03) dan sebagian lagi diambil sebagai produk. Produk keluaran dari pompa vakum (P-04) bersuhu diatas 90 oC sehingga akan terjadi polimerisasi stirena dan polimer yang terbentuk harus dipisahkan terlebih dahulu dengan menggunakan centrifuge (CF-01). Slurry yang mengandung polimer selanjutnya menuju ke unit pengolahan limbah sedangkan komponen cairan yang sudah dipisahkan dari polimer masuk ke dalam menara distilasi (MD-02). Hasil bawah menara distilasi (MD-02) yaitu campuran toluena, etilbenzena dan stirena dialirkan dengan pompa (P-06) sebagai recycle umpan reaktor. Hasil atas menara distilasi (MD02) yaitu campuran benzena, toluena dan ethylbenze diembunkan pada kondensor (CD-02)
selanjutnya ditampung dalam akumulator (ACC-02). Sebagian embunan akan dikembalikan ke menara distilasi sebagai refluk dengan pompa (P-05) dan sebagian lagi diambil sebagai produk. Selanjutnya produk atas dipisahkan lebih lanjut ke dalam menara distilasi (MD-03). Hasil atas menara distilasi (MD-03) yaitu benzena dengan kemurnian 99,95% berat keluar pada suhu 98 oC dan diembunkan pada kondensor (CD-03) selanjutnya ditampung dalam akumulator (ACC-03). Sebagian embunan akan dikembalikan ke menara distilasi sebagai refluk dan sebagian lagi diambil sebagai produk. Hasil bawah menara distilasi (MD-03) yaitu toluena dengan kemurnian 99,2 % berat keluar pada suhu 83 oC. Produk benzena dan toluena dialirkan dengan pompa (P-07) dan (P-8) menuju cooler (CL-04) dan (CL-05) untuk diturunkan suhunya sampai 45 oC kemudian dimasukkan ke tangki penyimpan benzena (T-03) dan tangki penyimpan toluena (T-04).
DAP
2.4
Neraca Massa dan Neraca Panas
2.4.1
Neraca Massa Neraca massa sistem tabel : Produk
: stirena
Kapasitas
: 60.000 ton/tahun
Basis perhitungan: 1 jam operasi 1.
Pipa pencampuran Tabel 2.1 Neraca Massa Pipa Pencampuran
Komponen
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 1
Arus 15
Arus 2
C8H10
8007,582
809,402
8816,984
C8H8
0
0
0
C6H6
12,029
0
12,029
C7H8
0
71,884
71,884
8019,611
881,286
8900,897
Total 8900,897
2.
8900,897
Reaktor Tabel 2.2 Neraca Massa Reaktor
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 2
Arus 7
C8H10
8816,984
881,698
C8H8
0,000
7557,868
C6H6
12,029
68,713
C7H8
71,884
205,609
H2
0
143,367
CH4
0
23,283
C2H4
0
20,358
Total
8900,897
8900,897
Komponen
3.
Separator (S-02) Tabel 2.3 Neraca Massa Separator (S-02)
Komponen
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 7
Uap (arus 8)
Cair (arus 9)
C8H10
881,698
6,905
874,793
C8H8
7557,868
1,059
7556,809
C6H6
68,713
1,417
67,296
C7H8
205,609
2,467
203,143
H2
143,367
143,367
0
CH4
23,283
23,283
0
C2H4
20,358
20,358
0
8900,897
198,856
8702,040
Total
8900,897
4.
8900,897
Menara distilasi I Tabel 2.4 Neraca Massa Menara Distilasi I
Komponen
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 9
Arus 10
Arus 11
(Atas)
(Bawah)
C6H6
874,793
67,296
0
C7H8
7556,809
203,143
0
C8H10
67,296
852,066
22,727
C8H8
203,143
3,778
7553,030
8702,040
1126,283
7575,758
Total
8702,040 5.
8702,040
Centrifuge Tabel 2.5 Neraca Massa Centrifuge
Komponen
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 10
Arus 12 (cairan) Arus 13 (padatan)
C6H6
67,296
63,931
3,365
C7H8
203,143
192,985
10,157
C8H10
852,066
42,603
C8H8
3,778
809,462 0
3,778
Total
1126,283
1066,379
1126,283 6.
59,904 1126,283
Menara distilasi II Tabel 2.6 Neraca Massa Menara Distilasi II
Komponen
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 12
Atas (arus 14) Bawah (arus 15)
C6H6
63,931
63,931
0
C7H8
192,985
121,102
71,884
C8H10
809,462
0,061
809,402
C8H8
0
0
0
1066,379
185,094
881,286
Total
1066,379
7.
1066,379
Menara distilasi III Tabel 2.7 Neraca Massa Menara Distilasi III
Masuk
Keluar
Komponen (kg/jam) Arus 14
(kg/jam) Atas (arus 16) Bawah (arus 17)
C6H6
63,931
63,895
0,036
C7H8
121,102
0,032
121,070
C8H10
0,061
0
0,061
C8H8
0
0
0
185,094
63,927
121,167
Total
185,094
185,094
8.
Neraca massa total Tabel 2.8 Neraca Massa Total
Komponen
Masuk
Keluar
(kg/jam)
(kg/jam)
Arus 1
Arus 8
Arus 11
Arus 13
Arus 16
Arus 17
C6H6
8007,582
6,905
0
3,365
63,895
0,036
C7H8
0
1,059
0
10,157
0,032
121,070
C8H10
12,029
1,417
22,727
42,603
0
0,061
C8H8
2,467
H2O
0 0
143,367
7553,030 0
3,778 0
0 0
0 0
H2
0
23,283
0
0
0
0
CO2
0
20,358
0
0
0
0
8019,611
198,856
7575,758
59,904
63,927
121,167
Total
8019,611
8019,611
2.4.2 Neraca Panas Neraca panas sistem tabel : Kapasitas
: 60.000 ton/tahun
Suhu referensi
: 298,15 K
Basis perhitungan: 1 jam operasi 1.
Reaktor Tabel 2.9 Neraca Panas Reaktor
Komponen C8H10
Input (kJ/jam)
Output (kJ/jam)
11995089,2019
1199508,9202
C8H8
0
9612991,0433
C6H6
14977,7705
85554,7181
C7H8
85491,3076
259205,1758
H2
0
1305801,3519
CH4
0
47862,6217
C2H4
0
31641,6910
panas reaksi
0
8519931,0255
2.
pemanas
8966938,2676
0
Total
21062496,5476
21062496,5476
Vaporizer Tabel 2.10 Neraca Panas di Vaporizer
Komponen
Input (kJ/jam)
Q umpan masuk
Output (kJ/jam)
248912,8297
0
Q pemanasan
0
1681777,6057
Q penguapan
0
4033501,8767
Q pemanas masuk
7220340,4375
0
Q pemanas keluar
0
1753973,7848
7469253,2672
7469253,2672
Total
3.
HE-01 Tabel 2.11 Neraca Panas HE-01
Komponen
Input (kJ/jam)
Output (kJ/jam)
C6H6
1845,4132
3158,4964
C7H8
10643,2654
18140,8789
C8H10
1507383,6985
2563001,4431
Q Pemanasan
1064428,4412
-
Total
2584300,8183
2584300,8183
4.
HE-02 Tabel 2.12 Neraca Panas HE-02
Komponen
Input (kJ/jam)
Output (kJ/jam)
C6H6
2388,9445
9775,3109
C7H8
6043,4250
24697,1238
C8H10
17198,0252
70759,9441
C8H8
172672,3832
Q Pemanasan
9799692,7831
708017,8571 -
Total
9997995,5611
9997995,5611
5.
Kondenser parsial Tabel 2.13 Neraca Panas Kondenser Parsial
Komponen
Input (kJ/jam)
Output (kJ/jam)
Q umpan masuk
1991044,2245
-
Q pendinginan
1358724,1723
-
Q kondensasi
4829285,3740
-
Q pendinginan
-
8179053,7709
8179053,7709
8179053,7709
Total 6.
Furnace Tabel 2.14 Neraca Panas Furnace
Komponen
7.
Input (kJ/jam)
Output (kJ/jam)
C6H6
3158,4964
14977,7705
C7H8
18140,8789
85491,3076
C8H10
2563001,4431
11995089,2019
Molten salt
129828723,0370
138496189,6184
Beban furnace
18178724,0430
Total
150591747,8983
150591747,8983
Menara distilasi I Tabel 2.15 Neraca Panas Menara Distilasi I
Komponen
Input (kJ/jam)
Output (kJ/jam)
Umpan cair masuk
986754,3148
-
Q reboiler
2755936,6989
-
Panas distilat
-
49173,1939
Panas cairan bottom
-
922824,6897
Q condenser
-
2770693,1302
Total
3742691,0137
3742691,0137
8.
Menara distilasi II Tabel 2.16 Neraca Panas Menara Distilasi II
9.
Komponen
Masuk (kJ/jam)
Keluar (kJ/jam)
Umpan cair masuk
171351,4789
-
Panas reboiler
220816,8711
-
Panas distilat
-
17760,1803
Panas cairan bottom
-
191740,1993
Panas condenser
-
182667,9704
Total
392168,3499
392168,3499
Menara Distilasi III Tabel 2.17 Neraca Panas Menara distilasi III
Komponen
Masuk (kJ/jam)
Keluar (kJ/jam)
Umpan cair masuk
26210,7245
-
Panas reboiler
83880,2239
-
Panas distilat
-
7445,0487
Panas cairan bottom
-
20514,8399
Panas condenser
-
82131,0598
Total
110090,9484
110090,9484
2.5
Tata Letak Pabrik dan Peralatan
2.5.1
Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik merupakan suatu pengaturan yang optimal dari seperangkat fasilitas-
fasilitas dalam pabrik. Tata letak yang tepat sangat penting untuk mendapatkan efisiensi, keselamatan dan kelancaran kerja para pekerja serta keselamatan proses. Menurut Vilbrant, 1959 untuk mencapai kondisi yang optimal, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tata letak pabrik adalah : 1.
Kemungkinan perluasan pabrik sebagai pengembangan pabrik di masa depan.
2.
Faktor keamanan sangat diperlukan untuk bahaya kebakaran dan ledakan, maka perencanaan lay out selalu diusahakan jauh dari sumber api, bahan panas dan dari bahan yang mudah meledak, juga jauh dari asap atau gas beracun.
3.
Sistem kontruksi yang direncanakan adalah out door untuk menekan biaya bangunan dan gedung, juga karena iklim Indonesia memungkinkan konstruksi secara out door.
4.
Harga tanah amat tinggi sehingga diperlukan efisiensi dalam pemakaian dan pengaturan ruangan / lahan. Secara garis besar lay out dibagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu :
a.
Daerah administrasi / perkantoran, laboratorium dan ruang kontrol Daerah administrasi berfungsi sebagai pusat kegiatan administrasi pabrik dan mengatur kelancaran operasi. Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian proses, kualitas dan kuantitas bahan yang akan diproses serta produk yang dijua.
b.
Daerah proses Daerah tempat alat proses diletakkan dan proses berlangsung.
c.
Daerah penyimpanan bahan baku dan produk Daerah untuk tangki bahan baku dan produk.
d.
Daerah gudang, bengkel dan garasi Daerah untuk menampung bahan-bahan yang diperlukan oleh pabrik dan untuk keperluan perawatan peralatan proses.
e.
Daerah utilitas Daerah dimana kegiatan penyediaan bahan pendukung proses berlangsung dipusatkan. Tata letak pabrik disajikan pada gambar 2.4.
2.5.2 Tata Letak Peralatan Proses Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lay out peralatan proses pada pabrik stirena menurut Vilbrant, 1959, antara lain : 1.
Aliran bahan baku dan produk Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan keuntungan ekonomi yang besar serta menunjang kelancaran dan keamanan produksi.
2.
Aliran udara Aliran udara di dalam dan di sekitar area proses perlu diperhatikan kelancarannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya stagnasi udara pada suatu tempat sehingga mengakibatkan akumulasi bahan kimia yang dapat mengancam keselamatan pekerja.
3.
Cahaya Penerangan seluruh pabrik harus memadai dan pada tempat-tempat proses yang berbahaya atau beresiko tinggi perlu adanya penerangan tambahan.
4.
Lalu lintas manusia Dalam perancangan lay out pabrik perlu diperhatikan agar pekerja dapat mencapai seluruh alat proses dangan cepat dan mudah. Hal ini bertujuan apabila terjadi gangguan pada alat proses dapat segera diperbaiki. Keamanan pekerja selama menjalani tugasnya juga diprioritaskan.
5.
Pertimbangan ekonomi Dalam menempatkan alat-alat proses diusahakan dapat menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran dan keamanan produksi pabrik.
6.
Jarak antar alat proses
Untuk alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi sebaiknya dipisahkan dengan alat proses lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan atau kebakaran pada alat tersebut maka kerusakan dapat diminimalkan. Tata letak alat-alat proses harus dirancang sedemikian rupa sehingga : -
Kelancaran proses produksi dapat terjamin.
-
Dapat mengefektifkan luas lahan yang tersedia.
-
Karyawan mendapat kepuasan kerja agar dapat meningkatkan produktifitas kerja disamping keamanan yang terjadi.
Tata letak peralatan proses disajikan pada gambar 2.5. 3
17 18
16
13
14 12 15
11 9
10
6 8
5 7
1 4
2
3
2
Skala 1:1000 Gambar 2.4 Tata Letak Pabrik Keterangan : 1.
Tempat parkir
10. Laboratorium
2.
Taman
11. Area pemadam kebakaran
3.
Pos keamanan
12. Bengkel
4.
Aula
13. Gudang
5.
Masjid
14. Area proses
6.
Kantin
15. Utilitas
7.
Kantor
16. Pengolahan limbah
8.
Poliklinik
17. Area perluasan
9.
Control room
18. Tempat parkir
R-01 DK-01
MD-01
MD-02
MD-03
T-03
F-01
S-02
T-04
T-01
T-02
Skala 1: 600 Gambar 2.5 Tata Letak Peralatan Proses Keterangan : T-01
: Tangki etilbenzena
T-02
: Tangki stirena
S-02
: Separator
DK-01 : Dekanter
T-03
: Tangki benzena
MD-01 : Menara distilasi I
T-04
: Tangki toluena
MD-02 : Menara distilasi II
F-01
: Furnace
R-01
: Reaktor
MD-03 : Menara distilasi III
BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1.
Reaktor
Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Fungsi
Tempat terjadinya reaksi dehidrogenasi etilbenzena menjadi stirena dan hidrogen
Tipe
Fixed Bed Multitube
Jumlah
1 buah
Kondisi operasi - Tekanan
1,2 atm
- Suhu umpan
650 oC
- Suhu produk
629 oC
- Suhu pemanas masuk
700 oC
- Suhu pemanas keluar
661 oC
Spesifikasi tube - Jumlah
783
- Panjang
2,5 m
- IDT
1,4 in
- ODT
1,5 in
- Susunan
Triangular dengan pitch 1 7/8 in
- Jumlah pass
1
- Material
Carbon Steel SA 167 grade 3
Spesifikasi shell - IDs
60
- Tebal
7
- Baffle space
15
- Jumlah pass
1
in
/16 in in
- Material
Carbon Steel SA 167 grade 3
Bentuk head
Torisperical dished head
Tebal head
5
Tinggi head
0,31 m
Tinggi total reaktor
3,12 m
Harga 2002
US $ 120000
Harga 2014
US$ 133868
/8 in
3.2.
Tangki Tabel 3.2 Spesifikasi Tangki
Kode
T-01
T-02
T-03
T-04
Fungsi
Menyimpan etilbenzena
Menyimpan stirena
Menyimpan benzena
Menyimpan toluena
selama 30 hari
selama 30 hari
selama 30 hari
selama 30 hari
Silinder vertikal dengan flat
Silinder vertikal dengan flat
Silinder vertikal dengan flat
Silinder vertikal dengan flat
bottom dan conical roof
bottom dan conical roof
bottom dan conical roof
bottom dan conical roof
Material
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 atm
1 atm
1 atm
1 atm
Tipe
Kondisi operasi - Tekanan
o
o
o
- Suhu
30 C
45 C
45 C
45 oC
Kapasitas
42320 bbl
39843 bbl
353 bbl
657 bbl
- Diameter
30,48 m
27,43 m
4,57 m
6,01 m
- Tinggi total
10,97 m
12,8 m
5,49 m
5,48 m
1 13/16 in
1¾
Dimensi
- Tebal silinder Course 1 Course 2 Course 3
11
1 /16 in 9
1 /16 in
in
3
1 /8 in
5
3
1 ¼ in
5
3
5
/8 in /16 in /16 in
3
/8 in /8 in /16 in
Course 4
1 3/8 in
1 3/16 in
Course 5
1 1/4 in
1 1/16 in
Course 6
1 1/8 in
1 3/16 in
- Tebal head
5
1
Harga 2002
US $ 310000
Harga 2014
US $ 345828
/16
in
1
3
US $ 270000
US $ 28000
US $ 32000
US $ 301200
US $ 31235
US $ 35698
/8
in
/8 in
/16 in
3.3.
Condenser Parsial Tabel 3.3 Spesifikasi Condenser Parsial
Kode
CP-01
Fungsi
Mengembunkan sebagian produk reaktor
Tipe
Shell and tube
Jumlah
1 buah
Kondisi operasi - Hot Fluid
131 – 40 oC
- Cold fluid
33 – 38
Spesifikasi tube
Cold fluid (air laut)
- Kapasitas
255081 kg/jam
- Panjang
12 ft
- Jumlah
232
- OD
1 in
- BWG
16
- Pitch
1,25 in
- passes
2
- Pressure drop
0,08 psi
o
C
Spesifikasi shell
Hot Fluid (produk reaktor)
- Kapasitas
8895 kg/jam
- IDs
23,25 in
- Baffle space
11,44 in
- passes
1
- Pressure drop
0,03 psi
Dirt factor
0,0027 hr.ft2.oF / Btu
Luas transfer panas
730 ft2
Harga 2002
US $ 63000
Harga 2014
US $ 70280
3.4.
Separator Tabel 3.4 Spesifikasi Separator
Kode
S-01
S-02
Fungsi
Memisahkan fase uap dan
Memisahkan fase uap dan
cair dari vaporizer
cair dari condenser parsial
Vertical drum
Horizontal drum
Tipe
Jumlah
1 buah
1 buah
Material
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Kondisi operasi - Tekanan
1,2 atm
1 atm
- Suhu
143 oC
40 oC
- Diameter
1,85 m
0,92 m
- Panjang
8,52 m
3,53 m
- Tebal
3
3
Harga 2002
US $ 25000
US $ 12000
Harga 2014
US $ 27887
US $ 13386
Dimensi
3.5.
/16 in
/16 in
Vaporizer Tabel 3.5 Spesifikasi Vaporizer
Kode
VP-01
Fungsi
Mengubah fase umpan reaktor menjadi gas
Tipe
Shell and tube
Jumlah
1 buah
Kondisi operasi - Hot Fluid - Cold fluid Spesifikasi tube
384 – 150oC 41 – 143oC Hot Fluid (produk reaktor)
- Kapasitas
8895 kg/jam
- Panjang
12 ft
- Jumlah
110
- OD
1,5 in
- BWG
16
- Pitch
1,875 in
- passes
2
- Pressure drop
0,62 psi
Spesifikasi shell
Cold Fluid (umpan reaktor)
- Kapasitas
8895 kg/jam
- IDs
33
- Baffle space
16,5 in
- passes
1
- Pressure drop
0,006 psi
Dirt factor
0,0019 hr.ft2.oF / Btu
Luas transfer panas
518 ft2
Harga 2002
US $ 6300
Harga 2014
US $ 7028
3.6.
in
Heat Exchanger Tabel 3.6 Spesifikasi Heat Exchanger
Kode
HE-01
HE-02
Fungsi
Memanaskan umpan etilbenzena
Memanaskan umpan MD 01
sebelum masuk furnace dengan
dengan panas dari produk keluar
panas dari produk keluar reaktor
reaktor
Tipe
Double Pipe
Double Pipe
Jumlah
1 buah
1 buah
Ukuran HE
4 x 3 in
4 x 3 in
- Hot Fluid
532 – 384 oC
629 – 532 oC
- Cold fluid
143 – 285 oC
40 – 85 oC
Spesifikasi annulus
Cold Fluid
Cold Fluid
(umpan etilbenzena)
(umpan MD 01)
- Kapasitas
8895 kg/jam
8696 kg/jam
- Pressure drop
8,7.10-5 psi
3,2.10-6 psi
Kondisi operasi
- Material
Carbon Steel SA 283
Carbon Steel SA 283
grade C
grade C
Spesifikasi inner pipe
Hot Fluid (produk reaktor)
Hot Fluid (produk reaktor)
- Kapasitas
8895 kg/jam
8895 kg/jam
- Pressure drop
0,0005 psi
0,0045 psi
- Material
Cast Steel
Cast Steel 2o
Dirt factor
0,0036 hr.ft . F / Btu
0,0035 hr.ft2.oF / Btu
Luas transfer panas
175 ft2
33 ft2
Harga 2002
US $ 1700
US $ 1400
Harga 2014
US $ 1896
US $ 1561
3.7.
Furnace Tabel 3.7 Spesifikasi Furnace
Kode
F-01
Fungsi
Memanaskan campuran umpan reaktor sampai suhu 650 oC Memanaskan pemanas reaktor sampai suhu 700oC
Tipe
Vertical tube fired heater
Material
Wrought iron
Beban Panas
16848022 kJ/jam
Jumlah
1 buah
Kondisi operasi - Tekanan
1 atm
- Suhu gas masuk
474
o
675
o
226
o
- Suhu gas keluar - Suhu GHP
C C C
Dimensi Seksi radiasi -Panjang
8,33 m
-Lebar
3,65 m
-Tinggi
4,57 m
Seksi konveksi -Panjang
8,33 m
-Lebar
3,65 m
-Tinggi
6,09 m
Harga 2002
US $ 24000
Harga 2014
US $ 26773
3.8.
Menara Distilasi Tabel 3.8 Spesifikasi Menara Distilasi
Kode
MD-01
MD-02
Fungsi
Memurnikan stirena
Memisahkan etilbenzena sisa untuk recycle
Tipe
Jumlah
Packed column dengan condenser
Packed column dengan condenser total
total dan reboiler parsial
dan reboiler parsial
1 buah
1 buah
0,2 atm
1,1 atm
o
Kondisi operasi - Tekanan - Suhu umpan
85 C
108 oC
- Suhu Bottom
89oC
137 oC
- Suhu Top
76 oC
105 oC
- Diameter
0,9 m
0,35 m
- Tebal head
3
3
- Diameter
0,99 m
0,58 m
- Tebal head
3
3
Material
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
- Bahan packing
plastik
plastik
- Jenis packing
pall ring
pall ring
- Ukuran packing
2 in
1 in
- Jumlah total plate
55
32
- Plate umpan masuk
17
2
- HETP
0,5 m
0,57 m
Tinggi menara
27,42 m
13,53 m
Harga 2002
US $ 34000
US $ 4100
Harga 2014
US $ 37929
US $ 4573
Dimensi atas menara
/16 in
/16 in
Dimensi bawah menara
/16 in
/16 in
Spesifikasi packing
3.9.
Condenser Tabel 3.9 Spesifikasi Condenser
Kode
CD-01
CD-02
CD-03
Fungsi
Mengkondensasikan hasil atas MD-
Mengkondensasikan hasil atas MD-
Mengkon
01
02
03
Tipe
Shell and tube
Double Pipe
Double P
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
Ukuran HE
-
2 x 1¼
Panjang HE
12 ft
12 ft
12 ft
- Hot Fluid
76 - 68 oC
104 - 98 oC
83,38
- Cold fluid
33 - 45 oC
33 - 45 oC
33 - 45
Spesifikasi
Shell
annulus
annulus
Hot Fluid (hasil atas MD-01)
Hot Fluid (hasil atas MD-02)
Hot Fluid
- Kapasitas
1120 kg/jam
119 kg/jam
67 kg/ja
- Material
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon S
- Pressure drop
1,9.10-9 psi
1,8.10-8 psi
4,7.10
Spesifikasi
Tube Cold Fluid (air laut)
Inner pipe Cold Fluid (air laut)
Inner pip
- Kapasitas
55529 kg/jam
3642 kg/jam
1638 kg/j
- Material
Titanium
Titanium
Titanium
- Jumlah
66 tube
2 hairpin
1 hairpin
- Pressure drop
0,24 psi
0,28 psi
0,23 psi
Dirt factor
0,0027 hr.ft2.oF / Btu
0,0029 hr.ft2.oF / Btu
0,0026 h
in
2 x 1¼
Kondisi operasi
2
2
Luas transfer panas
311 ft
21 ft
11 ft
Harga 2002
US $ 20300
US $ 9100
US $
Harga 2014
US $ 22464
US $ 10151
US $
3.10. Reboiler
Tabel 3.10 Spesifikasi Reboiler Kode
RB-01
RB-02
RB
Fungsi
Menguapkan sebagian hasil bawah
Menguapkan sebagian hasil bawah
Meng
menara destilasi I
menara destilasi II
menar
Tipe
Kettle Reboiler
Kettle Reboiler
Kettle
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
Panjang HE
12 ft
12 ft
12 ft
204 oC
204 oC
204
Kondisi operasi - Hot Fluid
o
o
- Cold fluid
89 C
137 C
114
Spesifikasi tube
Hot Fluid (steam)
Hot Fluid (steam)
Hot f
- Kapasitas
1436 kg/jam
115 kg/jam
44 kg/
- IDT
0,48 in
0,48 in
0,92 i
- ODT
0,75 in
0,75
1,25 i
- Jumlah tube
in
10
14
10
- Tube pass
4
4
4
- Material
Cast Steel
Cast Steel
Cast S
- Pressure drop
1,7 psi
0,02 psi
0,02 p
Spesifikasi shell
Cold fluid (hasil bawah MD-01)
Cold fluid (hasil bawah MD-02)
Cold f
- Kapasitas
7576 kg/jam
875 kg/jam
122 kg
- IDs
19 8 in
19 8 in
- Passes
1
- Material
Carbon Steel SA 283 grade C
19 10 in
1 2o
1
Carbon Steel SA 283 grade C 2o
Carbo
Dirt factor
0,0032 hr.ft . F / Btu
0,0031 hr.ft . F / Btu
0,0033
Luas transfer panas
31 ft2
11 ft2
5 ft
Harga 2002
US $ 2300
US $ 1900
US $
Harga 2014
US $ 2565
US $ 2119
US $
3.11. Accumulator
Tabel 3.11 Spesifikasi Accumulator Kode Fungsi
ACC-01
ACC-02
Menampung destilat MD-01
Menampung destilat MD-02
Menampun
Horizontal drum dengan
Horizontal drum dengan
Horizontal
Torisperical Head
Torisperical Head
Head
Material
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Ste
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
Kapasitas
0,22 m3
0,04 m3
0,01 m
Waktu tinggal
10 menit
10 menit
10 menit
-Tekanan
1 atm
1,1 atm
1,1 atm
-Suhu
110 oC
99 oC
83 oC
- Diameter
0,45 m
0,25 m
0,17 m
- Panjang total
1,65 m
0,9 m
0,66 m
- Tebal silinder
3
3
3
/16 in
- Tebal head
3
3
3
/16 in
Harga 2002
US $ 1600
US $ 1200
US $ 1000
Harga 2014
US $ 1784
US $ 1338
US $ 1115
Tipe
Kondisi operasi
Dimensi
3.12. Cooler
/16 in /16 in
/16 in /16 in
Tabel 3.12 Spesifikasi Cooler Kode
CL-01
CL-02
CL-03
Fungsi
Mendinginkan hasil bawah MD-01
Mendinginkan hasil atas MD-02
Mendingi
Tipe
Double pipe
Double pipe
Double p
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
Panjang HE
12 ft
12 ft
12 ft
Ukuran HE
4 x 3
in
2 x 1¼
in
2 x 1¼
Kondisi operasi - Hot Fluid
89 – 45 oC
83 – 55
- Cold fluid
33 – 40 oC
33 – 40 oC
33 – 40
Spesifikasi inner pipe
Cold fluid (air laut)
Cold Fluid (air laut)
Cold Flu
- Kapasitas
29803 kg/jam
163 kg/jam
521 kg/ja
- IDT
3,068 in
1,38 in
1,38 in
- ODT
3,5 in
1,66 in
1,66 in
- Jumlah hairpin
8
1
2
- Tube pass
1
1
1
- Material
Titanium
Titanium
Titanium
- Pressure drop
3 psi
0,0009 psi
0,01 psi
Spesifikasi annulus
Hot Fluid
Hot fluid
Hot fluid
(hasil bawah MD-01)
(hasil atas MD-02)
(hasil baw
7576 kg/jam
67 kg/jam
121 kg/ja
- Kapasitas - ID
19 4,026 in
o
C
114 –
19 2,067 in
19 2,067 in
- OD
4,5 in
2,38 in
2,38 in
- Material
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon Steel SA 283 grade C
Carbon S
- Pressure drop
7,3.10-7 psi
9,8.10-11 psi
5.10-
Dirt factor
0,0028 hr.ft2.oF / Btu
0,0026 hr.ft2.oF / Btu
0,0024 hr
Luas transfer panas
165 ft2
1,2 ft2
2,5 ft
Harga 2002
US $ 11900
US $ 7700
US $
Harga 2014
US $ 13275
US $ 8589
US $ 1
3.13. Pompa Tabel 3.14 Spesifikasi Pompa Kode
P-01
P-02
P-03
P
Fungsi
Mengalirkan EB dari T01 ke VP-01
Memvakumkan MD-01
Single stage
Mengalirkan hasil atas MD01 sebagai refluk dan menuju ke MD-02 Single stage
Single stage
Meng bawah 02 Single
Tipe
centrifugal pump
centrifugal pump
reciprocating pump
centri
Material
Commercial steel
Commercial steel
Commercial steel
Comm
Kapasitas
46 gpm
4 gpm
907 gpm
43 gpm
Tekanan
1 – 1,2 atm
1,1 atm
0,2 – 1 atm
0,2
Tenaga pompa
0,5 HP
0,01 HP
-
2 HP
NPSH pompa
41,39 ft
3 ft
-
42 ft
Kecepatan putar
3500 rpm
3500 rpm
-
3500
Tenaga motor
0,75
0,08 HP
5 HP
3 HP
Nominal Pipe
2,5 in
0,375 in
-
2,5 in
Harga 2002
US $ 1200
US $ 5000
US $ 16000
US $
Harga 2014
US $ 1338
US $ 5578
US $ 22121
US $
Kode
P-05
P-06
P-07
Fungsi
Mengalirkan hasil atas MD-
Mengalirkan hasil bawah
Mengalirkan benzena hasil atas
02 sebagai refluk dan
MD-02 sebagai recycle
MD-03 sebagai refluk dan
menuju ke MD-03
umpan
menuju ke T-03
Single stage
Single stage
Single stage
centrifugal pump
centrifugal pump
centrifugal pump
Material
Commercial steel
Commercial steel
Commercial steel
Kapasitas
4 gpm
2 gpm
2 gpm
Tekanan
1,1 atm
1,1 – 1,2 atm
1,1 – 1 atm
Tenaga pompa
0,01 HP
0,01 HP
0,01 HP
NPSH pompa
19 ft
45 ft
32 ft
Kecepatan putar
3500 rpm
3500 rpm
3500 rpm
Tenaga motor
0,08 HP
0,05 HP
0,05 HP
Nominal Pipe
0,75 in
0,5 in
0,375 in
Harga 2002
US $ 900
US $ 800
US $ 800
Harga 2014
US $ 1004
US $ 892
US $ 892
Tipe
HP
BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM
4.1.
Unit Pendukung Proses Unit pendukung proses atau yang lebih dikenal dengan sebutan utilitas merupakan bagian
penting untuk penunjang proses produksi dalam pabrik. Utilitas di pabrik stirena yang dirancang antara lain meliputi unit pengadaan air, unit pengadaan steam, unit pengadaan udara tekan, unit pengadaan listrik, unit pengadaan bahan bakar dan unit pengolahan limbah. Unit pendukung proses yang terdapat dalam pabrik stirena adalah: 1.
Unit pengadaan air Unit ini bertugas menyediakan dan mengolah air untuk memenuhi kebutuhan air sebagai berikut:
2.
a.
Air pendingin
b.
Air umpan boiler
c.
Air konsumsi umum dan sanitasi
d.
Air pemadam kebakaran
Unit pengadaan steam Unit ini bertugas untuk menyediakan kebutuhan steam sebagai media pemanas pada reboiler ( RB-01, RB-02 dan RB-03).
3.
Unit pengadaan udara tekan Unit ini bertugas untuk menyediakan udara tekan untuk kebutuhan instrumentasi pneumatic, untuk penyediaan udara tekan di bengkel, dan untuk kebutuhan umum yang lain.
4.
Unit pengadaan listrik Unit ini bertugas menyediakan listrik sebagai tenaga penggerak untuk peralatan proses, keperluan pengolahan air, peralatan - peralatan elektronik atau listrik AC, maupun untuk penerangan. Listrik di-supplay dari PLTU Sulfindo dan dari generator sebagai cadangan bila listrik dari PLTU Sulfindo mengalami gangguan.
5.
Unit pengadaan bahan bakar
Unit ini bertugas menyediakan bahan bakar untuk furnace, boiler dan generator. 6.
Unit pengolahan limbah Unit ini bertugas untuk mengolah bahan-bahan buangan yang berasal dari proses.
4.1.1.
Unit Pengadaan Air Air umpan boiler, air konsumsi umum dan sanitasi yang digunakan adalah air yang
diperoleh dari PT. Sauh Bahtera Samudera yang tidak jauh dari lokasi pabrik sedangkan untuk keperluan air pendingin dan pemadam kebakaran digunakan air laut. 4.1.1.1.
Air pendingin Air pendingin yang digunakan adalah air laut yang diperoleh dari laut yang tidak jauh
dari lokasi pabrik. Alasan digunakannya air laut sebagai media pendingin adalah karena faktorfaktor sebagai berikut :
· Air laut dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dengan biaya murah. · Mudah dalam pengaturan dan pengolahannya. · Dapat menyerap sejumlah panas per satuan volume yang tinggi. · Tidak terdekomposisi. · Tidak dibutuhkan cooling tower, karena air laut langsung dibuang lagi ke laut. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air laut sebagai pendingin adalah partikel-partikel besar/ makroba (makhluk hidup laut dan konstituen lain) dan partikel-partikel kecil/ mikroba laut (ganggang dan mikroorganisme laut) yang dapat menyebabkan fouling pada alat heat exchanger. Air pendingin yang diambil dari air laut kemudian disaring dan ditambahkan klorin. Penambahan klorin dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme (bakteri dan plankton) yang dapat menyebabkan tumbuhnya lumut di sistem pemipaan.
4.1.1.2.
Air Umpan Boiler
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan air umpan boiler adalah sebagai berikut: a.
Kandungan yang dapat menyebabkan korosi Korosi yang terjadi di dalam boiler disebabkan karena air mengandung larutan-larutan asam dan garam-garam terlarut.
b.
Kandungan yang dapat menyebabkan kerak (scale reforming) Pembentukan kerak disebabkan karena kesadahan dan suhu yang tinggi, yang biasanya berupa garam-garam silikat dan karbonat.
c.
Kandungan yang dapat menyebabkan pembusaan (foaming) Air yang biasanya diambil dari proses pemanasan bisa menyebabkan foaming pada boiler, karena adanya zat-zat organik, anorganik, dan zat-zat tidak larut dalam jumlah yang besar. Efek pembusaan terjadi pada alkalinitas tinggi (Everett, 1998). Air yang berasal dari PT. Sauh Bahtera Samudera belum memenuhi persyaratan untuk
digunakan sebagai air umpan boiler, sehingga harus menjalani proses pengolahan terlebih dahulu. Air umpan boiler harus memenuhi persyaratan tertentu agar tidak menimbulkan masalah-masalah, seperti: ·
Pembentukan kerak pada boiler
·
Terjadinya korosi pada boiler
·
Pembentukan busa di atas perrmukaan dalam alat boiler Tahapan pengolahan air agar dapat digunakan sebagai air umpan boiler meliputi:
a.
Demineralisasi Unit ini berfungsi untuk menghilangkan mineral-mineral yang terkandung dalam air
seperti Ca2+, Mg 2+, K+, Fe2+, Al3+, HCO3-, SO42-, Cl- dan lain-lain dengan bantuan resin. Air yang diperoleh adalah air bebas mineral yang sebagian akan diproses lebih lanjut menjadi air umpan boiler. Demineralisasi diperlukan karena air umpan boiler membutuhkan syarat-syarat sebagai berikut: ·
Tidak menimbulkan kerak pada boiler maupun pada tube alat .
·
Penukar panas jika steam digunakan sebagai pemanas. Kerak akan mengakibatkan turunnya efisiensi operasi.
·
Bebas dari semua gas-gas yang mengakibatkan terjadinya korosi, terutama gas O2 dan gas CO2. Air diumpankan ke cation exchanger yang berfungsi untuk menukar ion-ion
positif/kation (Ca2+, Mg 2+, K+, Fe2+, Al3+) yang ada di air umpan. Alat ini sering disebut softener yang mengandung kation resin dengan notasi RH2 dimana kation-kation dalam umpan akan ditukar dengan ion H+ yang ada pada resin. Adapun reaksi yang terjadi dalam kation exchanger adalah:
2NaCl + RH2 --------> RNa2 + 2 HCl CaCO3 + RH2 --------> RCa + H2CO3 MgCl2 + RH2 --------> RMg + 2 HCl Akibat tertukarnya ion H+ dari kation-kation yang ada dalam air umpan, maka air keluaran cation exchanger mempunyai pH rendah (3,7) dan Free Acid Material (FMA) yaitu CaCO3 sekitar 12 ppm. FMA merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat kejenuhan resin. Pada operasi normal FMA stabil sekitar 12 ppm, apabila FMA turun berarti resin telah jenuh sehingga perlu diregenerasi dengan H2SO4 dengan konsentrasi 2 %. Reaksi yang terjadi pada waktu regenerasi adalah:
RNa2 + H2SO4 --------> RH2 + Na2SO4 RCa + H2SO4 --------> RH2 + CaSO4 RMg + H2SO4 --------> RH2 + MgSO4 Air keluaran cation exchanger
kemudian diumpankan ke degassifier, untuk
menghilangkan gas CO2 dengan cara menggelembungkan udara ke dalam air menggunakan blower. Air kemudian diumpankan ke anion exchanger. Anion exchanger berfungsi sebagai alat penukar anion-anion (HCO3-, SO42-, Cl-, NO3-, dan CO3-) yang terdapat di dalam air umpan. Di dalam anion exchanger mengandung anion resin dengan notasi R(OH)2 dimana anion-anion dalam air umpan ditukar dengan ion OH- dari asam-asam yang terkandung di dalam umpan
exchanger menjadi bebas dan berkaitan dengan OH- yang lepas dari resin yang mengakibatkan terjadinya netralisasi sehingga pH air keluar anion exchanger kembali normal dan ada penambahan konsentrasi OH- sehingga pH akan cenderung basa. Reaksi yang terjadi di dalam anion exchanger adalah:
R(OH)2 + 2 HCl
--------> RCl2 + 2 H2O
R(OH)2 + H2SO4
--------> RSO4 + 2 H2O
R(OH)2 + H2CO3 --------> RCO3 + 2 H2O Batasan yang diijinkan pH (8,8-9,1), kandungan Na+ = 0,08-2,5 ppm. Kandungan silika pada air keluaran anion exchanger merupakan titik tolak bahwa resin telah jenuh (12 ppm). Resin digenerasi menggunakan larutan NaOH 4%. Reaksi yang terjadi saat regenerasi adalah:
RCl2 + 2 NaOH
--------> R(OH)2 + 2 NaCl
RSO4 + 2 NaOH --------> R(OH)2 + 2 Na2SO4 RCO3 + 2 NaOH --------> R(OH)2 + 2 Na2CO3 Air keluaran cation dan anion exchanger ditampung dalam tangki air demineralisasi sebagai penyimpan sementara sebelum diproses lebih lanjut di unit deaerator. b.
Deaerasi Air yang sudah diolah di unit demineralisasi masih mengandung sedikit gas-gas terlarut
terutama O2. Gas-tersebut dihilangkan dari unit deaerator karena menyebabkan korosi. Pada deaerator kadarnya diturunkan sampai kurang dari 5 ppm. Proses pengurangan gas-gas dalam unit deaerator dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Proses mekanis dilakukan dengan cara mengontakkan air umpan waste heat boiler dengan uap tekanan rendah, mengakibatkan sebagian besar gas terlarut dalam air umpan terlepas dan dikeluarkan ke atmosfer. Selanjutnya dilakukan proses kimiawi dengan penambahan bahan kimia hidrazin (N2H4). Adapun reaksi yang terjadi adalah: N2H4 (aq) + O2(g)
4.1.1.3.
¾ ¾® N2(g) + 2 H2O(l)
Air Konsumsi Umum dan Sanitasi
Air ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum, laboratorium, kantor, perumahan, dan pertamanan. Air konsumsi dan sanitasi harus memenuhi beberapa syarat yang meliputi syarat fisik, syarat kimia, dan syarat bakteriologis. Syarat fisik : ·
Suhu air sama dengan suhu lingkungan
·
Warna jernih
·
Tidak mempunyai rasa dan tidak berbau Syarat kimia:
·
Tidak mengandung zat organik maupun zat anorganik
·
Tidak beracun Syarat bakteriologis:
·
Tidak mengandung bakteri-bakteri, terutama bakteri yang patogen Air konsumsi umum dan sanitasi diperoleh dari PT. Sauh Bahtera Samudera. Air ini tidak
memerlukan pengolahan lebih lanjut karena sudah memenuhi persyaratan sebagai air minum, hanya memerlukan penambahan klorin sebesar 0,2 ppm untuk menghilangkan bakteri dan bibit penyakit.
Gambar 4.1. Skema Penyediaan dan Pengolahan Air
4.1.1.4. a.
Kebutuhan Air
Kebutuhan Pendingin Kebutuhan air laut sebagai pendingin disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1. Kebutuhan Air Pendingin
Nama Alat
Kebutuhan (kg/jam)
Condenser-01
55529
Condenser-02
3642
Condenser-03
1638
Condenser Partial-04
255081
Cooler-01
29803
Cooler-02
163
Cooler-03
521
Total
346377 Jumlah air yang dibutuhkan sebagai media pendingin untuk kondensor maupun cooler adalah sebesar = 346377 kg/jam.
b.
Kebutuhan Air untuk Steam Kebutuhan air untuk steam disajikan pada tabel 4.2 : Tabel 4.2. Kebutuhan Air untuk Steam
Alat
Kebutuhan (kg/jam)
Reboiler-01
1436
Reboiler-02
115
Reboiler-03
44
Total
1595 Kebutuhan air untuk steam = 1595 kg/jam Diperkirakan air yang hilang sebesar 10% sehingga kebutuhan make up air untuk steam = 160 kg/jam.
c.
Kebutuhan Air Konsumsi Umum dan Sanitasi Kebutuhan air konsumsi umum dan sanitasi dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3 Kebutuhan Air Konsumsi Umum dan Sanitasi Area
Kebutuhan
Perkantoran
8650 kg/hari
Laboratorium
800 kg/hari
Bengkel
800 kg/hari
Kantin
4000 kg/hari
Poliklinik
350 kg/hari
Hidran/Taman
1500 kg/hari
Total
16100 kg/hari
Kebutuhan air konsumsi umum dan sanitasi = 16100 kg/hari = 671 kg/jam Total air yang disuplai dari PT. Sauh Bahtera Samudera = make up air umpan boiler + air konsumsi = 831 kg/jam.
4.1.2.
Unit Pengadaan Steam Steam yang diproduksi pada pabrik stirena ini digunakan sebagai pemanas reboiler (RB-
01, RB-02 dan RB-03). Steam yang dihasilkan dari boiler ini merupakan saturated steam dengan suhu 204 °C dan tekanan 17 atm. Untuk menjaga kemungkinan kebocoran steam pada saat distribusi, jumlah steam dilebihkan sebanyak 10%. Jadi jumlah steam yang dibutuhkan adalah 1754kg/jam.
Spesifikasi boiler: Kode
: B-01
Jenis
: fire tube boiler
Jumlah
: 1 buah
Heating surface Rate of steam
: 997 ft2 : 1662 kg/jam
Tekanan steam
: 17 atm
Suhu steam
: 204 °C
Efisiensi
: 80%
Pemanas
: hasil atas S-01
Kebutuhan pemanas
4.1.3.
: 23 kg/jam
Unit Pengadaan Udara Tekan Udara tekan dibutuhkan untuk penggerak instrumentasi. Kebutuhan udara tekan tiap alat
diperkirakan 2,5 m3/jam, dan dalam pabrik terdapat 37 control valve, jadi kebutuhan total udara tekan adalah 92,5 m3/jam dengan tekanan 7 atm. Alat untuk menyediakan udara tekan berupa kompresor yang dilengkapi dengan dryer yang berisi silika untuk menyerap air . Spesifikasi kompresor yang dibutuhkan:
4.1.4.
Kode
: KU-01
Fungsi
: Memenuhi kebutuhan udara tekan
Jenis
: Single Stage Reciprocating Compressor
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 92,5 m3/jam
Tekanan suction
: 1 atm
Tekanan discharge
: 7 atm
Efisiensi
: 80%
Daya kompressor
: 15 Hp
Unit Pengadaan Listrik Kebutuhan tenaga listrik di pabrik stirena ini dipenuhi oleh PLTU Sulfindo dan generator
pabrik sebagai cadangan. Hal ini bertujuan agar pasokan tenaga listrik dapat berlangsung secara kontinyu meskipun ada gangguan pasokan dari PLTU Sulfindo. Generator yang digunakan adalah generator bolak-balik karena tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar dan tegangannya dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai kebutuhan. Kebutuhan listrik di pabrik ini antara lain terdiri dari : 1.
Listrik untuk keperluan proses dan utilitas
2.
Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi
3.
Listrik untuk penerangan dan perkantoran
4.
Listrik untuk AC
Besarnya kebutuhan listrik masing-masing keperluan di atas dapat diperkirakan sebagai berikut: 1.
Listrik untuk keperluan proses dan utilitas Kebutuhan listrik untuk keperluan proses dan keperluan pengolahan air diperkirakan sebagai berikut: Tabel 4.4. Kebutuhan Listrik untuk Keperluan Proses dan Utilitas
Nama Alat
Jumlah
HP
Total HP
P-01
1
0,75
0,75
P-02
1
5,00
5,00
P-03
1
0,08
0,08
P-04
1
3,00
3,00
P-05
1
0,08
0,08
P-06
1
0,05
0,05
P-07
1
0,05
0,05
P-08
1
0,05
0,05
PU-01
1
1,00
5,00
PU-02
1
3,00
3,00
PU-03
1
0,05
0,05
PU-04
1
0,20
0,20
PU-05
1
0,05
0,05
PU-06
1
2,00
2,00
PU-07
1
0,20
0,20
PU-08
1
0,05
0,05
PU-09
5
2,00
2,00
PU-10
1
0,05
0,05
PU-11
1
1,00
1,00
KU-01
1
15,00
15,00
PWT-01
1
0,08
0,08
PWT-02
1
0,17
0,17
PWT-03
1
0,08
0,08
PWT-04
1
0,17
0,17
PWT-05 Jumlah
1
0,50
0,50 38,72
Jadi jumlah listrik yang dikonsumsi untuk keperluan proses dan utilitas sebesar 38,72 HP. Diperkirakan kebutuhan listrik untuk alat yang tidak terdiskripsikan sebesar ± 10 % dari total kebutuhan. Maka total kebutuhan listrik adalah 42,59 HP atau sebesar 31,76 kW. 2.
Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi Diperkirakan menggunakan tenaga listrik sebesar 3,5 kW
3.
Listrik untuk AC Diperkirakan menggunakan tenaga listrik sebesar 12 kW
4.
Listrik untuk perkantoran Diperkirakan menggunakan tenaga listrik sebesar 23 kW
5.
Listrik untuk penerangan Untuk menentukan besarnya tenaga listrik digunakan persamaan :
Dengan:
L
: Lumen per outlet
a
: Luas area, ft2
F
: Foot candle yang diperlukan (tabel 13 Perry 3th ed)
U
: Koefisien utilitas (tabel 16 Perry 3th ed)
D
: Efisiensi lampu (tabel 16 Perry 3th ed)
Perhitungan jumlah lumen disajikan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5
Jumlah Lumen Berdasarkan Luas Bangunan Luas, m2
Luas, ft2
F
U
D
Lumen
Pos keamanan
27
290,6185
20
0,42
0,75
18451,9691
Parkir
450
4843,6419
10
0,49
0,75
131799,7793
Bangunan
Musholla
150
1614,5473
20
0,55
0,75
78281,0810
Kantin
150
1614,5473
20
0,51
0,75
84420,7736
Kantor
1500
16145,4730
35
0,60
0,75
1255759,0080
Aula
300
3229,0946
35
0,60
0,75
251151,8016
Poliklinik
150
1614,5473
20
0,56
0,75
76883,2046
Ruang kontrol
275
2960,0034
40
0,56
0,75
281905,0834
Laboratorium
275
2960,0034
40
0,56
0,75
281905,0834
Proses
4875
52472,7871
30
0,59
0,75
3557477,0929
Utilitas
675
7265,4628
10
0,59
0,75
164191,2504
Ruang generator
300
3229,0946
10
0,51
0,75
84420,7736
Bengkel
375
4036,3682
40
0,51
0,75
422103,8682
Safety
375
4036,3682
41
1,51
0,75
146129,0047
Gudang
300
3229,0946
5
0,51
0,75
42210,3868
Garasi
375
4036,3682
5
0,51
0,75
52762,9835
UPL
412,5
4440,0051
20
0,51
0,75
232157,1275
Jalan dan taman
8035,5
86491,2986
5
0,55
0,75
1048379,3775
Area perluasan
1400
15069,1081
5
0,57
0,75
176246,8783
Jumlah
20400
219578,4323
8386636,5277
Jumlah lumen : Untuk penerangan luar ruangan Untuk penerangan dalam bangunan
= 1356426,0351 lumen = 7030210,4926 lumen
Untuk semua area luar bangunan direncanakan menggunakan lampu merkuri 100 Watt, dimana lumen output tiap lampunya 3000 lumen/buah. Jadi jumlah lampu luar ruangan =
1356426,0351 = 453 buah 3000
Untuk semua area dalam bangunan direncanakan menggunakan lampu flourescent 40 Watt, dimana satu lampu instant Starting Daylight 40 W mempunyai lumen output = 1920 lumen/buah. Jadi jumlah lampu dalam ruangan =
Total daya penerangan adalah
7030210,4926 = 3662 buah 1920
= (40 W x 3662 + 100 W x 453) = 191,78 kW
Tabel 4.6
Total Kebutuhan Listrik
No
Kebutuhan Listrik
1.
Listrik untuk keperluan proses dan utilitas
2.
Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi
3.
Listrik untuk penerangan
4.
Listrik untuk AC
5.
Listrik untuk perkantoran Total
Tenaga Listrik (kW) 31,76 3,5 191,78 12 23 262,04
Generator yang digunakan sebagai cadangan sumber listrik mempunyai efisiensi 90%, sehingga generator yang disiapkan harus mempunyai output sebesar 303,03 kW. Dipilih menggunakan generator dengan daya 350 kW Spesifikasi generator yang diperlukan: Kode
: GU-01
Fungsi
: Memenuhi kebutuhan listrik
Jenis
: AC Generator
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 350 kW
Tegangan
: 220/380 V
Efisiensi
: 90%
Bahan bakar
: IDO
Kebutuhan bahan bakar
: 39 L/jam
4.1.5.
Unit Pengadaan Bahan Bakar Unit pengadaan bahan bakar mempunyai tugas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
furnace, boiler dan generator. Jenis bahan bakar yang digunakan adalah hasil atas S-01 dan IDO (Industrial Diesel Oil). Pemilihan IDO sebagai bahan bakar didasarkan pada alasan: 1.
Mudah didapat
2.
Lebih ekonomis
3.
Mudah dalam penyimpanan Bahan bakar IDO yang digunakan mempunyai spesifikasi dari 002/P/DM/Migas/1979
sebagai berikut: Specific Gravity
: 0,840
Viscosity kinematik
: 1,6 mm2/s
Pour Point
: 65 ºF
Sulphur Content
: 0,5 % (berat)
Water Content
: 0,25 % (volume)
Sediment
: 0,02 % (berat)
Ash
: 0,02 % (berat)
Heating Value
: 18486,9651 Btu/lb
Efisiensi bahan bakar
: 80 %
Kebutuhan bahan bakar dapat diperkirakan sebagai berikut:
Bahan bakar = a.
Kebutuhan bahan bakar untuk furnace Kapasitas furnace
= 22973384 Btu/jam
Kebutuhan bahan bakar dari hasil atas S-01 = 174 kg/jam b.
Kebutuhan bahan bakar untuk boiler Kapasitas boiler
= 2991381 Btu/jam
Kebutuhan bahan bakar dari hasil atas S-01 = 23 kg/jam c.
Kebutuhan bahan bakar untuk generator Kapasitas generator Kebutuhan bahan bakar IDO
4.1.6.
= 350 kW = 39 L/jam
Unit Pengolahan Limbah Limbah yang dihasilkan dari pabrik stirena ini berupa limbah cair. Limbah cair yang
dihasilkan oleh pabrik ini antara lain limbah buangan sanitasi dan limbah dari sentrifuge. Air buangan sanitasi berasal dari perkantoran dan kawasan pabrik seperti air bekas pencucian, air masak dan lain-lain. Penanganan limbah ini tidak memerlukan hal khusus karena seperti limbah rumah tangga lainnya, air buangan ini tidak mengandung bahan – bahan kimia yang berbahaya. Sedangkan limbah sentrifuge diolah didalam pengolahan limbah cair menggunakan lumpur aktif.
4.2.
Laboratorium Laboratorium memiliki peranan sangat besar di dalam suatu pabrik untuk memperoleh
data – data yang diperlukan. Data – data tersebut digunakan untuk evaluasi unit-unit yang ada, menentukan tingkat efisiensi, dan untuk pengendalian mutu. Pengendalian mutu atau pengawasan mutu di dalam suatu pabrik pada hakekatnya dilakukan dengan tujuan mengendalikan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang ditentukan. Pengendalian mutu dilakukan mulai bahan baku, saat proses berlangsung dan juga pada hasil atau produk. Pengendalian rutin dilakukan untuk menjaga agar kualitas dari bahan baku dan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Dengan pemeriksaan secara rutin juga dapat diketahui apakah proses berjalan normal atau menyimpang. Jika diketahui analisis produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka dengan mudah dapat diketahui atau diatasi. Laboratorium berada di bawah bidang teknik dan perekayasaan yang mempunyai tugas pokok antara lain : a.
Sebagai pengontrol kualitas bahan baku dan pengontrol kualitas produk.
b.
Sebagai pengontrol terhadap proses produksi.
c.
Sebagai pengontrol terhadap mutu air pendingin, air umpan waste heat boiler dan lain-lain yang berkaitan langsung dengan proses produksi. Laboratorium melaksanakan kerja 24 jam sehari dalam kelompok kerja shift dan nonshift.
1. Kelompok shift Kelompok ini melaksanakan tugas pemantauan dan analisis – analisis rutin terhadap proses produksi. Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok ini menggunakan sistem bergilir, yaitu sistem kerja shift selama 24 jam dengan dibagi menjadi 3 shift dalam 4 regu kerja. Masing – masing shift bekerja selama 8 jam. 2. Kelompok nonshift Kelompok ini mempunyai tugas melakukan analisis khusus yaitu analisis yang sifatnya tidak rutin dan menyediakan reagen kimia yang diperlukan di laboratorium. Dalam rangka membantu kelancaran pekerjaan kelompok shift, kelompok ini melaksanakan tugasnya di laboratorium utama dengan tugas antara lain: a.
Menyediakan reagen kimia untuk analisis laboratorium
b.
Melakukan penelitian atau percobaan untuk membantu kelancaran produksi Dalam menjalankan tugasnya, bagian laboratorium dibagi menjadi :
1. Laboratorium fisik 2. Laboratorium analitik 3. Laboratorium penelitian dan pengembangan
4.2.1.
Laboratorium Fisik Bagian ini bertugas mengadakan pemeriksaan atau pengamatan terhadap sifat – sifat
bahan baku, produk dan air. Pengamatan yang dilakukan yaitu antara lain : ·
specific gravity
·
viskositas
·
kandungan air
4.2.2.
Laboratorium Analitik Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap bahan baku dan produk mengenai sifat –
sifat kimianya. Analisis yang dilakukan antara lain :
4.2.3.
·
kadar kandungan kimiawi dalam produk utama
·
kadar kandungan kimiawi dalam produk samping
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya :
4.2.4.
·
diversifikasi produk
·
perlindungan terhadap lingkungan
Analisis Bahan Baku
4.2.4.1. Densitas Alat
: Hidrometer
Cara pengujian : Menuang sampel ke dalam gelas ukur 1 liter (usahakan tidak terbentuk gelembung) -
Memasukkan termometer ke dalam gelas ukur
-
Memasukkan hidrometer yang telah dipilih sesuai dengan sampel
-
Memasukkan hidrometer terapung pada sampel sampai konstan lalu membaca skala pada hidrometer tersebut
-
Mengkonversi menggunakan tabel yang tersedia
4.2.4.2. Viskositas Alat : Viskometer tube, bath, stopwatch, thermometer Cara pengujian : -
Mengisikan sampel dengan volume tertentu (sesuai dengan kapasitas kapiler) ke dalam viskometer tube yang telah dipilih
-
Memasukkan sampel ke dalam bath, diamkan selama 15 menit agar temperatur sampel sesuai dengan temperatur bath/temperatur pengetesan
-
Pengetesan dilakukan dengan mengalirkan sampel melalui kapiler sambil menghitung alirnya
4.2.5.
Analisis Produk
4.2.5.1 Kromatografi Cair (Liquid Chromatography) Sampel produk yang akan diuji dimasukkan ke dalam alat kromatografi cair. Selanjutnya sampel akan melewati sebuah kolom yang berisi bahan kimia (stationary phase) dimana rantairantai hidrokarbon akan tertarik ke dalam fase diam. Di dalam kolom inilah rantai-rantai hidrokarbon akan mengalir lebih lama dengan waktu tempuh yang berbeda-beda untuk setiap jenis sampel tergantung dari bahan kimia penyusunnya, dari sinilah dapat teridentifikasi secara elektronik senyawa yang terkandung di dalam sampel.
4.2.6.
Analisis Air Air yang dianalisis antara lain:
1.
Air baku
2.
Air demineralisasi
3.
Air konsumsi umum dan sanitasi
4.
Air limbah Parameter yang diuji antara lain warna, pH, kandungan klorin, tingkat kekeruhan, total
kesadahan, jumlah padatan, total alkalinitas, sulfat, silika, dan konduktivitas air. Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium analisis air ini antara lain: 1.
pH meter, digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman/kebasaan air.
2.
Spektrofotometer, digunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu senyawa terlarut dalam air.
3.
Peralatan titrasi, untuk mengetahui jumlah kandungan klorida, kesadahan dan alkalinitas.
4.
Conductivity meter, untuk mengetahui konduktivitas suatu zat yang terlarut dalam air.
Air umpan boiler yang dihasilkan unit demineralisasi juga diuji oleh laboratorium ini. Parameter yang diuji antara lain pH, konduktivitas dan kandungan silikat (SiO2), kandungan Mg2+, Ca2+.
BAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN
5.1. Bentuk Perusahaan Bentuk perusahaan yang direncanakan pada prarancangan pabrik stirena ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Perseroan Terbatas merupakan bentuk perusahaan yang mendapatkan modalnya dari penjualan saham, dimana tiap sekutu turut mengambil bagian sebanyak satu saham atau lebih. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan dari perusahaan atau perseroan terbatas tersebut dan orang yang memiliki saham berarti telah menyetorkan modal ke perusahaan, yang berarti pula ikut memiliki perusahaan. Dalam perseroan terbatas, pemegang saham hanya bertanggung jawab menyetor penuh jumlah yang disebutkan dalam tiap saham. Pabrik stirena yang akan didirikan mempunyai : ·
Bentuk perusahaan : Perseroan Terbatas (PT)
·
Lapangan Usaha
·
Lokasi Perusahaan : Serang Utara, Banten, Jawa Barat
: Industri Stirena
Alasan dipilihnya bentuk perusahaan ini didasarkan atas beberapa faktor, antara lain (Widjaja, 2003) : 1.
Mudah mendapatkan modal dengan cara menjual saham di pasar modal atau perjanjian tertutup dan meminta pinjaman dari pihak yang berkepentingan seperti badan usaha atau perseorangan.
2.
Tanggung jawab pemegang saham bersifat terbatas, artinya kelancaran produksi hanya akan ditangani oleh direksi beserta karyawan sehingga gangguan dari luar dapat dibatasi.
3.
Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin karena tidak terpengaruh dengan berhentinya pemegang saham, direksi berserta stafnya, dan karyawan perusahaan.
4.
Mudah mendapat kredit bank dengan jaminan perusahaan yang sudah ada.
5.
Pemilik dan pengurus perusahaan terpisah satu sama lain, pemilik perusahaan adalah para pemegang saham dan pengurus perusahaan adalah direksi beserta stafnya yang diawasi oleh dewan komisaris.
6.
Efisiensi dari manajemen Para pemegang saham dapat memilih orang yang ahli sebagai dewan komisaris dan direktur utama yang cukup cakap dan berpengalaman.
7.
Lapangan usaha lebih luas Suatu Perseroan Terbatas dapat menarik modal yang sangat besar dari masyarakat, sehingga dengan modal ini PT dapat memperluas usahanya.
8.
Merupakan bidang usaha yang memiliki kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi
9.
Mudah bergerak di pasar modal
5.2.
Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat menunjang
kelangsungan dan kemajuan perusahaan, karena berhubungan dengan komunikasi yang terjadi dalam perusahaan demi tercapainya kerjasama yang baik antar karyawan. Untuk mendapatkan sistem organisasi yang baik maka perlu diperhatikan beberapa azas yang dapat dijadikan pedoman, antara lain (Widjaja, 2003) : ·
Pendelegasian wewenang
·
Perumusan tujuan perusahaan dengan jelas
·
Pembagian tugas kerja yang jelas
·
Kesatuan perintah dan tanggung jawab
·
Sistem kontrol atas kerja yang telah dilaksanakan
·
Organisasi perusahaan yang fleksibel Dengan berpedoman terhadap asas - asas tersebut, maka dipilih organisasi kerja
berdasarkan Sistem Line and Staff. Pada sistem ini, garis wewenang lebih sederhana, praktis dan tegas. Demikian pula dalam pembagian tugas kerja seperti yang terdapat dalam sistem organisasi fungsional, sehingga seorang karyawan hanya akan bertanggung jawab pada seorang atasan saja. Untuk kelancaran produksi, perlu dibentuk staf ahli yang terdiri dari orang-orang yang ahli di bidangnya. Bantuan pikiran dan nasehat akan diberikan oleh staf ahli kepada tingkat pengawas demi tercapainya tujuan perusahaan.
Menurut Djoko (2003), ada 2 kelompok orang yang berpengaruh dalam menjalankan organisasi kerja berdasarkan sistem garis dan staff ini, yaitu : 1.
Sebagai garis atau lini, yaitu orang-orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
2.
Sebagai staff, yaitu orang - orang yang melakukan tugas sesuai dengan keahliannya, dalam hal ini berfungsi untuk memberi saran - saran kepada unit operasional.
Dewan Komisaris mewakili para pemegang saham (pemilik perusahaan) dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya. Tugas untuk menjalankan perusahaan dilaksanakan oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh Direktur Produksi dan Direktur Keuangan-Umum. Direktur Produksi membawahi bidang produksi dan teknik, sedangkan direktur keuangan dan umum membawahi bidang pemasaran, keuangan, dan bagian umum. Kedua direktur ini membawahi beberapa kepala bagian yang akan bertanggung jawab atas bagian dalam perusahaan, sebagai bagian dari pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Masing-masing kepala bagian akan membawahi beberapa seksi dan masing-masing seksi akan membawahi dan mengawasi para karyawan perusahaan pada masing-masing bidangnya. Karyawan perusahaan akan dibagi dalam beberapa kelompok regu yang dipimpin oleh seorang kepala regu dimana setiap kepala regu akan bertanggung jawab kepada pengawas masing - masing seksi (Widjaja, 2003). Manfaat adanya struktur organisasi adalah sebagai berikut : a.
Menjelaskan, membagi, dan membatasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab setiap orang yang terlibat di dalamnya
b.
Penempatan tenaga kerja yang tepat
c.
Pengawasan, evaluasi dan pengembangan perusahaan serta manajemen perusahaan yang lebih efisien.
d.
Penyusunan program pengembangan manajemen
e.
Menentukan pelatihan yang diperlukan untuk pejabat yang sudah ada
f.
Mengatur kembali langkah kerja dan prosedur kerja yang berlaku bila tebukti kurang lancar. Struktur organisasi pabrik stirena disajikan pada Gambar 5.1.
5.3.
Tugas dan Wewenang
5.3.1. Pemegang Saham Pemegang saham adalah beberapa orang yang mengumpulkan modal untuk kepentingan pendirian dan berjalannya operasi perusahaan tersebut. Para pemilik saham adalah pemilik
perusahaan. Kekuasaan tertinggi pada perusahaan yang mempunyai bentuk perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada RUPS tersebut para pemegang saham berwenang (Widjaja, 2003) : 1.
Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris
2.
Mengangkat dan memberhentikan Direksi
3.
Mengesahkan hasil-hasil usaha serta laba rugi tahunan perusahaan
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pabrik Stirena
5.3.2. Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan pelaksana tugas sehari-hari dari pemilik saham sehingga dewan komisaris akan bertanggung jawab kepada pemilik saham. Tugas-tugas Dewan Komisaris meliputi (Widjaja, 2003) : 1.
Menilai dan menyetujui rencana direksi tentang kebijakan umum, target perusahaan, alokasi sumber - sumber dana dan pengarahan pemasaran.
2.
Mengawasi tugas - tugas direksi.
3.
Membantu direksi dalam tugas - tugas penting.
5.3.3. Dewan Direksi Direksi Utama merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap maju mundurnya perusahaan. Direktur utama bertanggung jawab kepada dewan komisaris atas segala tindakan dan kebijakan yang telah diambil sebagai pimpinan perusahaan. Direktur utama membawahi Direktur Teknik dan Produksi, serta Direktur Keuangan dan Administrasi. Tugas-tugas Direktur Utama meliputi : 1.
Melaksanakan kebijakan perusahaan dan mempertanggung jawabkan pekerjaannya secara berkala atau pada masa akhir pekerjaannya pada pemegang saham.
2.
Menjaga kestabilan organisasi perusahaan dan membuat kelangsungan hubungan yang baik antara pemilik saham, pimpinan, karyawan, dan konsumen.
3.
Mengangkat dan memberhentikan kepala bagian dengan persetujuan rapat pemegang saham.
4.
Mengkoordinir kerja sama dengan Direktur Teknik dan Produksi, dan Direktur Keuangan dan Administrasi. Tugas-tugas Direktur Teknik dan Produksi meliputi :
1.
Bertanggung jawab kepada direktur utama dalam bidang produksi, teknik, dan rekayasa produksi.
2.
Mengkoordinir, mengatur, serta mengawasi pelaksanaan pekerjaan kepala- kepala bagian yang menjadi bawahannya.
3.
Memimpin pelaksanaan kegiatan pabrik yang berhubungan dengan bidang teknik, produksi pengembangan, pemeliharaan peralatan dan laboratorium. Tugas-tugas Direktur Keuangan dan Administrasi meliputi :
1.
Bertanggung jawab kepada direktur utama dalam bidang pemasaran, keuangan, administrasi, dan pelayanan umum.
2.
Mengkoordinir, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan kepala- kepala bagian yang menjadi bawahannya.
5.3.4. Staf Ahli Staf ahli terdiri dari tenaga - tenaga ahli yang bertugas membantu direktur dalam menjalankan tugasnya, baik yang berhubungan dengan teknik maupun administrasi. Staf ahli bertanggung jawab kepada direktur utama sesuai dengan bidang keahlian masing - masing.
Tugas dan wewenang staf ahli meliputi : 1.
Mengadakan evaluasi bidang teknik dan ekonomi perusahaan.
2.
Memberi masukan - masukan dalam perencanaan dan pengembangan perusahaan.
3.
Memberi saran - saran dalam bidang hukum.
5.3.5. Kepala Bagian Secara umum tugas kepala bagian adalah mengkoordinir, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan garis wewenang yang diberikan oleh pimpinan perusahaan. Kepala bagian dapat juga bertindak sebagai staf direktur. Kepala bagian bertanggung jawab kepada direktur Utama. Kepala Bagian membawahi Kepala Seksi. Kepala Seksi merupakan pelaksana pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai dengan rencana yang telah diatur oleh kepala bagian masing-masing, agar diperoleh hasil yang maksimum dan
efektif selama berlangsungnya proses produksi. Setiap kepala seksi bertanggung jawab terhadap kepala bagian masing-masing sesuai dengan seksinya. Kepala bagian terdiri dari: 1.
Kepala Bagian Produksi dan Utilitas Kepala Bagian Produksi dan Utilitas bertanggung jawab kepada Direktur Teknik dan
Produksi dalam bidang mutu, jalannya operasi pabrik sehari-hari, dan menjaga kelancaran proses produksi serta mengkoordinir kepala-kepala seksi yang menjadi bawahannya. Kepala Bagian produksi membawahi dua Kepala Seksi : a)
Kepala Seksi Proses Produksi Tugas
:
Mengawasi jalannya proses produksi, menjalankan tindakan seperlunya terhadap kejadian-kejadian yang tidak diharapkan sebelum diambil oleh seksi yang berwenang.
Pendidikan
:
Sarjana Teknik Kimia / Teknik Mesin
Jumlah
:
1 orang
Bawahan
:
4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Kimia) 48 orang operator (STM / SLTA)
Tabel 5.1. Perincian Jumlah Karyawan Proses
Nama Alat
Unit persiapan bahan
Jumlah
Jumlah orang x 4
orang/shift
shift
3
12
5
20
3
12
11
44
(tangki, pompa, heat exchanger, furnace) Unit reaksi dan pemisahan (reaktor, WHB, separator, dekanter, menara distilasi) Unit finishing (tangki, pompa, heat exchanger) TOTAL b) Kepala Seksi Utilitas
Tugas
:
Melaksanakan dan mengatur sarana utilitas untuk memenuhi kebutuhan proses, kebutuhan uap, dan air.
Pendidikan
:
Sarjana Teknik Kimia / Teknik Mesin
Jumlah
:
1 orang
Bawahan
:
4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Kimia) 20 orang operator (STM / SLTA)
Tabel 5.2. Perincian Jumlah Karyawan Utilitas
Nama Alat
Jumlah orang/shift
Jumlah orang x 4 shift
Unit Recovery
1
4
2
8
Unit pengolahan limbah
2
8
TOTAL
5
20
Unit
pengolahan
air
dan
penyediaan steam
2.
Kepala Bagian Teknik Tugas kepala bagian teknik, antara lain: a.
Mengkoordinir kepala - kepala seksi yang menjadi bawahannya.
b.
Bertanggung jawab kepada direktur produksi dalam bidang peralatan dan utilitas. Kepala Bagian teknik membawahi dua Kepala Seksi :
a)
Kepala Seksi Listrik dan Instrumentasi Tugas
: Bertanggung jawab terhadap penyediaan listrik serta alat-alat instrumentasi.
Pendidikan
: Sarjana Teknik Elektro
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Elektro) 8 orang operator (STM Listrik)
b) Kepala Seksi Peralatan dan Bengkel
Tugas
:
Bertanggung jawab terhadap kegiatan perawatan dan penggantian alat-alat serta fasilitas pendukungnya, dan melaksanakan pemeliharaan fasilitas gedung dan peralatan pabrik.
Pendidikan
:
Sarjana Teknik Mesin
Jumlah
:
1 orang
Bawahan
:
4 orang kepala regu (S-1 / D3 Teknik Mesin) 8 orang operator (STM Mesin)
3.
Kepala Bagian Pengembangan dan Penelitian (Litbang) Kepala Bagian Pengembangan dan Penelitian (Litbang) bertanggung jawab kepada
Direktur Teknik dan Produksi dan bertanggung jawab memimpin aktivitas laboratorium, pengendalian mutu, penelitian dan pengembangan. Kepala Bagian Litbang membawahi dua Kepala Seksi : a)
Kepala Seksi Laboratorium dan Pengendalian Mutu Tugas
: Menyelenggarakan pemantauan hasil (mutu) dan
pengolahan
limbah. Pendidikan
: Sarjana Teknik Kimia
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 4 orang kepala regu (S-1 Teknik Kimia / MIPA Kimia) 8 orang operator (D3 MIPA / Analitik)
b)
Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Tugas
: Mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan produksi dan efisiensi proses secara keseluruhan.
Pendidikan
: Sarjana Teknik Kimia
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 8 orang staff I (S-1 Teknik Kimia / Mesin / Elektro)
4.
Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran Kepala Bagian Keuangan dan Pemasaran bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan
dan Administrasi dalam bidang administrasi, keuangan, dan pemasaran termasuk pembelian bahan baku, bahan pembantu, dan penjualan produk. Kepala Bagian Keuangan membawahi tiga Kepala Seksi : a)
Kepala Seksi Keuangan Tugas
: Bertanggung jawab terhadap pembukuan serta hal-hal yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.
Pendidikan
: Sarjana Ekonomi / Akuntansi
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 Ekonomi / Akuntansi) 4 orang staff II (D3 Ekonomi / Akuntansi)
b)
Kepala Seksi Pemasaran Tugas
: Mengkoordinir kegiatan pemasaran produk dan mengatur distribusi barang dari gudang.
Pendidikan
: Sarjana Ekonomi / Teknik Industri
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 Ekonomi / Akuntansi) 2 orang staff II (D3 Ekonomi / Akuntansi)
c)
Kepala Seksi Pembelian Tugas
: Mengatur dan mengumpulkan semua informasi mengenai bahan baku dan bahan lain yang dibutuhkan perusahaan dan mengadakan tender pembelian.
Pendidikan
: Sarjana Ekonomi / Teknik Industri
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 Ekonomi / Akuntansi) 2 orang staff II (D3 Ekonomi / Akuntansi)
5.
Kepala Bagian Administrasi Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi dalam bidang
administrasi pabrik, personalia, dan tata usaha. Kepala Bagian Administrasi membawahi dua Kepala Seksi : a)
Kepala Seksi Personalia Tugas
: Mengkoordinasi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian.
Pendidikan
: Sarjana Hukum / Psikologi
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 Komunikasi / Psikologi) 2 orang staff II (D3 Komunikasi / Psikologi)
b)
Kepala Seksi Tata Usaha Tugas
: Bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berhubungan dengan rumah tangga perusahaan serta tata usaha kantor.
Pendidikan
: Sarjana Ekonomi / Hukum
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 Manajemen Perusahaan) 2 orang staff II (D3 Manajemen Perusahaan)
6.
Kepala Bagian Umum Bertanggung jawab kepada Direktur Keuangan dan Administrasi dalam mengelola bidang
hubungan masyarakat, keamanan dan kesejahteraan karyawan. Kepala Bagian Umum membawahi dua Kepala Seksi : a)
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat
Tugas
: Menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan relasi perusahaan, pemerintah dan masyarakat serta mengawasi langsung masalah keamanan perusahaan.
Pendidikan
: Sarjana Hukum / Psikologi / Komunikasi
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 / D3 Komunikasi) 4 orang kepala regu 12 orang satpam (SLTA)
b)
Kepala Seksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Tugas
: Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan karyawan dan keluarga serta menangani masalah keselamatan kerja dalam perusahaan.
Pendidikan
: Sarjana Kedokteran Umum
Jumlah
: 1 orang
Bawahan
: 2 orang staff I (S-1 / D4 Hiperkes) 2 orang staff II (D3 Hiperkes / Akper)
5.4.
Pembagian Jam Kerja Karyawan Pabrik stirena ini direncanakan beroperasi selama 330 hari dalam satu tahun dan proses
produksi berlangsung 24 jam per hari. Sisa hari yang bukan hari libur digunakan untuk perawatan, perbaikan, dan shutdown pabrik. Sedangkan pembagian jam kerja karyawan digolongkan dalam dua golongan yaitu karyawan shift dan non shift 5.4.1. Karyawan non shift / harian Karyawan non shift adalah karyawan yang tidak menangani proses produksi secara langsung. Yang termasuk karyawan harian adalah direktur, staf ahli, kepala bagian, kepala seksi serta karyawan yang berada di kantor.
Karyawan harian akan bekerja selama 5 hari dalam seminggu dan libur pada hari Sabtu, Minggu dan hari besar, dengan pembagian kerja sebagai berikut : Jam kerja : ·
Hari Senin – Jum’at : Jam 08.00 – 17.00
Jam Istirahat : ·
Hari Senin – Kamis : Jam 12.00 – 13.00
·
Hari Jum’at
: Jam 11.00 – 13.00
5.4.2. Karyawan Shift Karyawan shift adalah karyawan yang secara langsung menangani proses produksi atau mengatur bagian - bagian tertentu dari pabrik yang mempunyai hubungan dengan masalah keamanan dan kelancaran produksi. Yang termasuk karyawan shift ini adalah operator produksi, sebagian dari bagian teknik, bagian gudang dan bagian utilitas, pengendalian, laboratorium, dan bagian - bagian yang harus selalu siaga untuk menjaga keselamatan serta keamanan pabrik. Para karyawan shift akan bekerja secara bergantian selama 24 jam, dengan pengaturan sebagai berikut : o
Shift Pagi
: Jam 07.00 – 15.00
o
Shift Sore
: Jam 15.00 – 23.00
o
Shift Malam
: Jam 23.00 – 07.00
Untuk karyawan shift ini dibagi menjadi 4 kelompok (A / B / C / D) dimana dalam satu hari kerja, hanya tiga kelompok masuk, sehingga ada satu kelompok yang libur. Untuk hari libur atau hari besar yang ditetapkan pemerintah, kelompok yang bertugas tetap harus masuk. Jadwal pembagian kerja masing-masing kelompok disajikan dalam tabel 5.3. Tabel 5.3. Jadwal pembagian kelompok shift Hari
Shift pagi
Shift sore
Shift malam
Libur
Senin
A
B
C
D
Selasa
D
A
B
C
Rabu
C
D
A
B
Kamis
B
C
D
A
Jum’at
A
B
C
D
Sabtu
D
A
B
C
Minggu
C
D
A
B
Kelancaran produksi dari suatu pabrik sangat dipengaruhi oleh faktor kedisiplinan para karyawannya dan akan secara langsung mempengaruhi kelangsungan dan kemajuan perusahaan. Untuk itu kepada seluruh karyawan perusahaan dikenakan absensi. Disamping itu masalah absensi digunakan oleh pimpinan perusahaan sebagai salah satu dasar dalam mengembangkan karier para karyawan di dalam perusahaan (Djoko, 2003).
5.5.
Status Karyawan dan Sistem Upah Pada pabrik Stirena monomer ini sistem upah karyawan berbeda - beda tergantung pada
status karyawan, kedudukan, tanggung jawab, dan keahlian. Menurut status karyawan dapat dibagi menjadi tiga golongan sebagai berikut: 1.
Karyawan Tetap Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan dengan surat keputusan (SK) direksi dan mendapat gaji bulanan sesuai dengan kedudukan, keahlian, dan masa kerjanya.
2.
Karyawan Harian Yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan direksi tanpa SK direksi dan mendapat upah harian yang dibayar tiap akhir pekan.
3.
Karyawan Borongan Yaitu karyawan yang digunakan oleh pabrik bila diperlukan saja. Karyawan ini menerima upah borongan untuk suatu pekerjaan.
5.6.
Penggolongan Jabatan, Jumlah Karyawan, dan Gaji
5.6.1. Penggolongan Jabatan 1.
Direktur Utama
: Sarjana Ekonomi / Teknik / Hukum
2.
Direktur Teknik dan Produksi
3.
Direktur Keuangan Dan Administrasi
: Sarjana Ekonomi/Akuntansi
4.
Kepala Bagian Produksi dan Utilitas
: Sarjana Teknik Kimia
5.
Kepala Bagian Teknik /Elektro
6.
: Sarjana Teknik Kimia
:Sarjana Mesin /
Kepala Bagian Litbang Elektro
Teknik
Kimia
/Mesin
Elektro :Sarjana Teknik Kimia/ Mesin / Mesin / Elektro
7.
Direktur Keuangan Dan Pemasaran
: Sarjana Ekonomi/Akuntansi
8.
Kepala Bagian Administrasi
: Sarjana Ekonomi/Hukum
9.
Kepala Seksi
: Sarjana
10. Kepala Regu
: Sarjana atau D3
11. Pegawai Staff 1
: Sarjana atau D3
12. Pegawai Staff 2
: Sarjana atau D3
13. Operator
: D3 atau STM
14. Sopir, Keamanan, Pesuruh
: SLTA / Sederajat
5.6.2. Jumlah Karyawan dan Gaji Jumlah Karyawan harus ditentukan dengan tepat, sehingga semua pekerjaan dapat diselenggarakan dengan baik dan efektif. Tabel 5.4. Jumlah Karyawan Menurut Jabatan
No.
Jabatan
Jumlah
1
Direktur Utama
1
2
Direktur
2
3
Staff Ahli
4
4
Kepala Bagian
6
5
Kepala Seksi
13
6
Kepala Shift
4
7
Kepala Regu
20
8
Pegawai Staff 1
14
9
Pegawai Staff 2
14
10
Operator
96
11
Security
12
12
Sopir
6
13
Cleaning Service
8
TOTAL
200
Tabel 5.5. Perincian Golongan dan Gaji Karyawan
Gol.
Jabatan
Gaji/bulan (Rp.)
Kualifikasi
III
Direktur Utama
40.000.000,00
S-1/S-2/S-3
IV
Direktur
30.000.000,00
S-1/S-2
V
Kepala Bagian
10.000.000,00
S-1
VI
Staff Ahli
15.000.000,00
S-1/S-2
VII
Kepala Seksi
7.500.000,00
S-1
VIII
Kepala Shift
6.000.000,00
S-1/D-3
IX
Kepala Regu
4.500.000,00
S-1/ D-3
X
Pegawai Staff I
4.500.000,00
S-1
XI
Pegawai Staff II
3.000.000,00
D-3
XII
Operator
3.000.000,00
SLTA
Security
1.500.000,00
SLTA
Sopir
1.500.000,00
SLTA
Cleaning Service
1.000.000,00
SLTA
5.7.
Kesejahteraan Sosial Karyawan Kesejahteraan sosial yang diberikan oleh perusahaan pada para karyawan, antara lain
(Masud, 1989) : 1. Tunjangan o
Tunjangan yang berupa gaji pokok yang diberikan berdasarkan golongan karyawan yang bersangkutan.
o
Tunjangan jabatan yang diberikan berdasarkan jabatan yang dipegang karyawan.
o
Tunjangan lembur yang diberikan kepada karyawan yang bekerja diluar jam kerja berdasarkan jumlah jam kerja.
2. Pakaian Kerja Diberikan kepada setiap karyawan setiap tahun sejumlah empat pasang. 3. Cuti o
Cuti tahunan diberikan kepada setiap karyawan selama 12 hari kerja dalam satu tahun.
o
Cuti sakit diberikan kepada karyawan yang menderita sakit berdasarkan keterangan dokter.
o
Cuti hamil diberikan kepada karyawati yang hendak melahirkan, masa cuti berlaku selama 2 bulan sebelum melahirkan sampai 1 bulan sesudah melahirkan.
4. Pengobatan o
Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, ditanggung oleh perusahaan sesuai dengan undang-undang.
o
Biaya pengobatan bagi karyawan yang menderita sakit tidak disebabkan oleh kecelakaan kerja, diatur berdasarkan kebijaksanaan perusahaan.
5. Asuransi Tenaga Kerja Asuransi tenaga kerja diberikan oleh perusahaan bila jumlah karyawan lebih dari 10 orang atau dengan gaji karyawan lebih besar dari Rp1.000.000,00 per bulan. 5.8.
Manajemen Perusahaan
Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dari manajemen perusahaan yang fungsi utamanya adalah menyelenggarakan semua kegiatan untuk memproses bahan baku menjadi produk dengan mengatur penggunaan faktor - faktor produksi sedemikian rupa sehingga proses produksi berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Manajemen produksi meliputi manajemen perancangan dan pengendalian produksi. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi mengusahakan perolehan kualitas produk sesuai target dalam jangka waktu tertentu. Dengan meningkatnya kegiatan produksi maka selayaknya diikuti dengan kegiatan perencanaan dan pengendalian agar penyimpangan produksi dapat dihindari. Perencanaan sangat erat kaitannya dengan pengendalian dimana perencanaan merupakan tolak ukur bagi kegiatan operasional sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diketahui dan selanjutnya dikembalikan pada arah yang sesuai.
5.8.1. Perencanaan Produksi Dalam menyusun rencana produksi secara garis besar ada direktur keuangan dan umum. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kemampuan pabrik sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang menyangkut kemampuan pasar terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Dipengaruhi oleh keandalan dan kemampuan mesin yaitu jam kerja efektif dan beban yang diterima. 1.
Kemampuan Pasar Dapat dibagi menjadi 2 kemungkinan, yaitu : ·
Kemampuan pasar lebih besar dibandingkan kemampuan pabrik, maka rencana produksi disusun secara maksimal.
·
Kemampuan pasar lebih kecil dari kemampuan pabrik.
Ada tiga alternatif yang dapat diambil : ·
Rencana produksi sesuai kemampuan pasar atau produksi diturunkan sesuai dengan kemampuan pasar, dengan mempertimbangkan untung dan rugi.
·
Rencana produksi tetap dengan mempertimbangkan bahwa kelebihan produksi disimpan dan dipasarkan tahun berikutnya.
· 2.
Mencari daerah pemasaran baru.
Kemampuan Pabrik Pada umumnya kemampuan pabrik ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain ·
Bahan Baku Dengan pemakaian yang memenuhi kualitas dan kuantitas, maka akan mencapai jumlah produk yang diinginkan.
·
Tenaga kerja Kurang terampilnya tenaga kerja akan menimbulkan kerugian, sehingga diperlukan pelatihan agar kemampuan kerja keterampilannya meningkat dan sesuai dengan yang diinginkan.
·
Peralatan (Mesin) Ada dua hal yang mempengaruhi kehandalan dan kemampuan mesin, yaitu jam kerja mesin efektif dan kemampuan mesin. Jam kerja mesin efektif adalah kemampuan suatu alat untuk beroperasi pada kapasitas yang diinginkan pada periode tertentu. Kemampuan mesin adalah kemampuan mesin dalam memproduksi.
5.8.2. Pengendalian Produksi Setelah perencanaan produksi disusun dan proses produksi dijalankan, perlu adanya pengawasan dan pengendalian produksi agar proses berjalan baik. Kegiatan proses produksi diharapkan menghasilkan produk dengan mutu sesuai dengan standard dan jumlah produk sesuai dengan rencana dalam jangka waktu sesuai jadwal. a. Pengendalian Kualitas
Penyimpangan kualitas terjadi karena mutu bahan baku tidak baik, kerusakan alat, dan penyimpangan operasi. Hal - hal tersebut dapat diketahui dari monitor atau hasil analisis laboratorium.
b. Pengendalian Kuantitas Penyimpangan kuantitas terjadi karena kesalahan operator, kerusakan mesin, keterlambatan bahan baku serta perbaikan alat yang terlalu lama. Penyimpangan perlu diketahui penyebabnya, baru dilakukan evaluasi. Kemudian dari evaluasi tersebut diambil tindakan seperlunya dan diadakan perencanaan kembali dengan keadaan yang ada. c. Pengendalian Waktu Untuk mencapai kuantitas tertentu perlu adanya waktu tertentu pula. d. Pengendalian Bahan Proses Bila ingin dicapai kapasitas produksi yang diinginkan maka bahan proses harus mencukupi sehingga diperlukan pengendalian bahan proses agar tidak terjadi kekurangan.
BAB VI ANALISIS EKONOMI
Pada perancangan pabrik stirena ini dilakukan evaluasi atau penilaian investasi dengan maksud untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang menguntungkan atau tidak. Komponen terpenting dari perancangan ini adalah estimasi harga alat - alat. karena harga ini dipakai sebagai dasar untuk estimasi analisis ekonomi. Analisis ekonomi dipakai untuk mendapatkan perkiraan/estimasi tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu pabrik dengan meninjau kebutuhan modal investasi.besarnya laba yang diperoleh. lamanya modal investasi dapat dikembalikan. dan terjadinya titik impas. Selain itu analisis ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui apakah pabrik yang dirancang dapat menguntungkan atau tidak jika didirikan.
6.1
Penaksiran Harga Peralatan Harga peralatan proses tiap alat tergantung pada kondisi ekonomi yang sedang terjadi.
Untuk mengetahui harga peralatan yang pasti setiap tahun sangat sulit sehingga diperlukan suatu metoda atau cara untuk memperkirakan harga suatu alat dari data peralatan serupa pada tahuntahun sebelumnya. Penentuan harga peralatan dilakukan dengan menggunakan data indeks harga.
Tabel 6.1 Indeks Harga Alat Cost Indeks tahun
Chemical Engineering Plant Index
1991
361,3
1992
358,2
1993
359,2
1994
368,1
1995
381,1
1996
381,7
1997
386,5
1998
389,5
1999
390,6
2000
394,1
2001
394,3
2002
390,4 Sumber : Tabel 6-2 Peters & Timmerhaus. ed.5, 2003
405 400 395
indeks
390 385 380
y = 3,6077x - 6823,2
375 370 365 360 355
1990 1991 Gambar 1992 1993 1995 Engineering 1996 1997 1998 2000 2001 2002 2003 6.1 1994 Chemical Cost1999 Index
Dengan asumsi kenaikan indeks linear. tahun maka dapat diturunkan persamaan least square sehingga didapatkan persamaan berikut: Y = 3,6077 X - 6823,174 Pabrik direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2014 dan pembelian alat dimulai tahun 2012. sehingga indeks pada tahun 2012 adalah 435,518. Harga alat dan yang lainnya diperkirakan pada tahun evaluasi (2012 dan dilihat dari grafik pada referensi. Menurut Peters & Timmerhaus, 2003, untuk mengestimasi harga alat tersebut pada masa sekarang digunakan persamaan : Ex
= Ey .
Nx Ny
Ex
= Harga pembelian pada tahun 2012
Ey
= Harga pembelian pada tahun 2002
6.2
6.3
Nx
= Indeks harga pada tahun 2012
Ny
= Indeks harga pada tahun 2002
Dasar Perhitungan Kapasitas produksi
:
60.000 ton/tahun
Satu tahun operasi
:
330 hari
Pabrik didirikan
:
2014
Harga bahan baku etilbenzena
:
US $ 0,64 / lb
Harga katalis Fe2O3
:
US $ 20 / kg
Penentuan Total Capital Investment (TCI)
Asumsi-asumsi dan ketentuan yang digunakan dalam analisis ekonomi : 1.
Pengoperasian pabrik dimulai tahun 2014. Proses yang dijalankan adalah proses kontinyu.
2.
Kapasitas produksi adalah 60.000 ton/tahun.
3.
Jumlah hari kerja adalah 330 hari per tahun.
4.
Shut down pabrik dilaksanakan selama 30 hari dalam satu tahun untuk perbaikan alat-alat pabrik.
5.
Modal kerja yang diperhitungkan selama 1 bulan.
6.
Umur alat-alat pabrik diperkirakan 20 tahun.
7.
Nilai rongsokan (Salvage Value) alat adalah nol. Nilai tanah diperhitungkan.
8.
Situasi pasar, biaya dan lain - lain diperkirakan stabil selama pabrik beroperasi.
9.
Upah buruh asing US $ 20 per manhour.
10. Upah buruh lokal Rp. 7.500,00 per manhour 11. Satu manhour asing = 2 manhour Indonesia
12. Kurs rupiah yang dipakai Rp. 9706,3773
6.4
Hasil Perhitungan
6.4.1
Capital Investment
6.4.1.1 Fixed Capital Investment (FCI) Tabel 6.2 Fixed Capital Investment No
Jenis
US $
Rp.
1.
Harga pembelian peralatan
1.249.247
0
2.
Instalasi alat-alat
157.405
284.828.330
3.
Pemipaan
612.131
346.666.060
4.
Instrumentasi
303.567
53.405.312
5.
Isolasi
37.477
46.846.765
6.
Listrik
124.925
46.846.765
7.
Bangunan
374.774
0
8.
Tanah & perbaikan lahan
149.910
21.087.337.224
9.
Utilitas
1.884.305
0
5.400.936
21.865.930.455
1.080.187
4.373.186.091
6.481.123
26.239.116.546
Physical Plant Cost 10.
Engineering & Construction Direct Plant Cost
11.
Contractor’s fee
635.150
2.571.433.421
12.
Contingency
1.620.281
6.559.779.136
8.736.554
35.370.329.104
Fixed Capital Invesment (FCI)
6.4.1.2 Working Capital Investment (WCI) Tabel 6.3 Working Capital Investment No.
Jenis
1.
Persediaan bahan baku
2.
Rp.
US $
0
7.971.582
Persediaan bahan dalam proses
47.501
9.366.378 2.060.603.178
3.
Persediaan produk
10.450.129
4.
Extended credit
13.403.037
5.
Available cash
10.450.129
2.060.603.178
42.322.376
4.130.572.734
Working Capital Investment (WCI)
0
6.4.1.3 Total Capital Investment (TCI) TCI
= FCI + WCI = (8.736.554 US $ + Rp 35.370.329.104) + (42.322.376 US $ + 4.130.572.734) = 51.088.930 US $ + Rp 39.500.901.837 = Rp 533.098.142.650
6.4.2
Manufacturing Cost
6.4.2.1 Direct Manufacturing Cost (DMC) Tabel 6.4 Direct Manufacturing Cost No.
Jenis
US $
Rp.
1.
Harga bahan Baku
95.658.980
0
2.
Gaji pegawai
0
4.032.000.000
3.
Supervisi
0
2.520.000.000
4.
Maintenance
567.876
2.299.071.392
5.
Plant supplies
85.181
344.860.709
6.
Royalty & patent
3.216.729
0
7.
Utilitas
0
7.450.071.604
99.528.767
16.646.003.705
Direct Manufacturing Cost
6.4.2.2 Indirect Manufacturing Cost (IMC) Tabel 6.5 Indirect Manufacturing Cost No.
Jenis
US $
Rp.
Rp
1.
Payroll overhead
0
645.120.000
2.
Laboratory
0
443.520.000
3.
Plant overhead
0
2.217.600.000
4.
Packaging & shipping
24.125.466
0
Indirect Manufacturing Cost
24.125.466
3.306.240.000
6.4.2.3 Fixed Manufacturing Cost (FMC) Tabel 6.6 Fixed Manufacturing Cost No.
Jenis
US $
1.
Depresiasi
873.655
3.537.032.910
2.
Property Tax
436.828
530.554.937
3.
Asuransi
436.828
707.406.582
1.747.311
4.774.994.429
Fixed Manufacturing Cost
Rp.
6.4.2.4 Total Manufacturing Cost (TMC) TMC = (99.528.767 US $ + Rp 16.646.003.705) + (24.125.466 US $ + Rp 3.306.240.000) + (1.747.311 US $ + Rp 4.774.994.429) = 125.401.544 US $ + Rp 24.727.238.134 = Rp 1.241.921.930.995
6.4.3
General Expense Tabel 6.7 General Expense
No,
Jenis
US $
1,
Administrasi
0
2,
Sales
13.349.425
3,
Research
6.433.458
4.
Finance
3.392.592
1.194.051.183
23.175.474
4.210.051.183
General Expense (GE)
Rp, 3.016.000.000 0 0
= DMC + IMC + FMC
6.4.4
Total Production Cost (TPC) TPC
= TMC + GE = (125.401.544 US $ + Rp 24.727.238.134) + (23.175.474 US $ + Rp 4.210.051.183) = 148.577.818 US $ + Rp 28.937.289.316 = Rp 1.471.081.878.945
Hasil penjualan stirena
= 60.000.000 kg/th x 2,65 US $ / kg = 158.888.212 US $ = Rp 1.542.228.934.916
Hasil penjualan benzene
= 511.254.98 kg/th x 1,35 US $ / kg = 690.163 US $ =Rp 6.698.980.559
Hasil penjualan toluene
= 852.091.63 kg/th x 1,48 US $ / kg = 1.258.065 US $ = Rp12.211.256.753
Hasil penjualan total
= 160.836.441 US $ =Rp 1.561.139.172.228
Keuntungan
= Penjualan Produk – Biaya Produksi = Rp 1.561.139.172.228 – Rp. 1.471.081.878.945 = Rp 90.057.293.284
Pajak
= 25% dari keuntungan
(Dirjen pajak. tahun 2008)
= Rp 22.514.323.321 Keuntungan sebelum pajak
= Rp 90.057.293.284
Keuntungan setelah pajak = Rp 67.542.969.963
6.5
Analisis Kelayakan
6.5.1
Percent Return On Investment (ROI)
Percent Return On Investment adalah rasio keuntungan tahunan dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan modal investasi. ROI membandingkan laba rata - rata terhadap Fixed Capital Investment. ROI
Profit ´ 100% FCI
=
Untuk industrial chemical dengan high risk ROI = min. 44 % (Aries-Newton) a.
Percent Return on Investment sebelum pajak Profit sebelum pajak = Rp 90.057.293.284
b.
FCI
= Rp. 120.170.618.656
ROI
= 0,7494 = 74,94 %
Percent Return on Investment setelah pajak Profit setelah pajak ROI
= Rp 67.542.969.963
= 0,5621 = 56,21 %
6.5.2
Pay Out Time (POT)
Pay Out Time adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan Fixed Capital Investment berdasarkan profit yang diperoleh.
POT
=
FCI Profit + Depresiasi
Untuk industri kimia dengan risiko tinggi POT = 2 tahun a.
Pay Out time Sebelum pajak FCI Profit
= Rp.
120.170.618.656
= Rp 90.057.293.284
Depresiasi
= Rp. 12.017.061.866
POT
= 1,18 tahun = 14,13 bulan
b.
Pay Out time Setelah pajak Profit
= Rp 67.542.969.963
POT
= 1,51 tahun = 18,13 bulan
6.5.3
Break Even Point ( BEP )
Break Even Point adalah titik impas. Besarnya kapasitas produksi dapat menutupi biaya keseluruhan. Dimana pabrik tidak mendapatkan keuntungan namun tidak menderita kerugian. a.
Fixed manufacturing Cost ( Fa ) Fixed manufacturing Cost ( Fa )
b.
= Rp.
21.735.052.339
Variabel Cost ( Va ) Raw material
= Rp 928.502.154.028
Packaging + transport
= Rp 234.170.875.834
Utilitas
= Rp
Royalti
= Rp
7.450.071.604 31.222.783.445
Variabel Cost ( Va ) = Rp 1.201.345.884.911 c.
Regulated Cost ( Ra ) Labor Supervisi
= Rp = Rp
4.032.000.000
2.520.000.000
Payroll Overhead
= Rp
645.120.000
Plant Overhead
= Rp
2.217.000.000
Laboratorium
= Rp
443.520.000
General Expense
= Rp 229.159.947.950
Maintenance
= Rp
7.811.090.213
Plant Supplies
= Rp
1.171.663.532
Regulated Cost ( Ra ) = Rp 248.000.941.695 d.
Penjualan ( Sa ) Total Penjualan produk selama 1 tahun
=
Sa
= Rp 1.561.139.172.228
BEP
=
Fa + 0,3Ra ´ 100% Sa - Va - 0,7Ra
= 51,63 % 6.5.4
Shut Down Point ( SDP )
Shut Down Point adalah suatu titik dimana pabrik mengalami kerugian sebesar Fixed Cost yang menyebabkan pabrik harus tutup.
SDP
=
0,3Ra ´ 100% Sa - Va - 0,7Ra
= 39,96 %
6.5.5
Discounted Cash Flow ( DCF )
Discounted Cash Flow adalah interest rate yang diperoleh ketika seluruh modal yang ada digunakan semuanya untuk proses produksi. DCF dari suatu pabrik dinilai menguntungkan jika melebihi bunga pinjaman bank. DCF (i) dapat dihitung dengan metode Present Value Analysis dan Future Value Analysis (Peters & Timmerhaus. 2003). Future value analysis Persamaan: (FC+WC)(1+ i )n = WC+ SV+C ( (1+ i )n-1+ ( 1 + i )n-2 +.. + (1+ i )0 ) dimana : FC
= Rp 120.170.618.656
WC
= Rp 414.927.523.994
SV = salvage value = nilai barang rongsokan = Rp 0
SV = salvage value = nilai tanah
= Rp
Finance
= Rp 34.123.829.766
diperkirakan umur pabrik ( n )
= 20
C = =
24.524.023.342
tahun
laba setelah pajak + finance + besarnya depresiasi
Rp 113.683.861.594 dilakukan trial harga i untuk memperoleh harga kedua sisi persamaan
( FC + WC )(1 + i )n
sama .
= 2.443.950.943.781
WC+SV+C((1+ i )n-1+( 1 + i )n-2 +...+ (1+ i)0) =
2.443.950.943.781
Dengan trial and error diperoleh nilai i = 0,1210 = 12,10 % Tabel 6.8 Analisis Kelayakan No.
Keterangan
1.
Percent Return On Investment (% ROI)
2.
Perhitungan
Batasan
ROI sebelum pajak
74,94%
min 44 %
ROI setelah pajak
56,21%
Pay Out Time (POT). tahun POT sebelum pajak
1,18
POT setelah pajak
1,51
3.
Break Even Point (BEP)
51,63%
4.
Shut Down Point (SDP)
39,96%
5.
Discounted Cash Flow (DCF)
12,10%
KESIMPULAN Dari analisis ekonomi yang dilakukan dapat dihitung : 1.
Percent Return On Investment (ROI) sebelum pajak sebesar 74,94 %
2.
Pay Out Time (POT) sebelum pajak selama 1,18 tahun
3.
Break Event Point (BEP) sebesar 51,63 %
4.
Shut Down Point (SDP) sebesar 39,96 %
5.
Discounted Cash Flow (DCF) sebesar 12,10 %
max 2 tahun
40 - 60 %
min 11 %
Jadi. pabrik stirena proses dehidrogenasi etilbenzena dengan kapasitas 60.000 ton/tahun layak untuk didirikan. Grafik hasil analisis ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut :
Ra
Sa Va
0,3 Ra
SDP
BEP Fa
Gambar 6.2 Grafik Analisis Kelayakan Pabrik