Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
ISSN : 2355-9284
Relasi antara Elemen Dekoratif Interior Berbasis Kain Tenun Gringsing Bali dengan Pengguna Fasilitas Relaksasi (Studi Kasus : Spa House of Mom n Jo Bali) Putu Surya Triana Dewi1, Pribadi Widodo2, & Achmad Haldani3 Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali, Jalan Tukad Batanghari No. 29, Denpasar, Bali, Indonesia 2 KK Manusia dan Ruang Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa No. 10, Bandung 40132, Indonesia. 3 KK Kriya dan Tradisi, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa No. 10, Bandung 40132, Indonesia. Email:
[email protected] 1
Abstrak. Bali tersohor akan destinasi wisata spa-nya, namun sayangnya peranan unsur-unsur visual pembentuk atmosfer ruang spa di Bali belum optimal meningkatkan kondisi relaks pengguna. Upaya pencapaian relaksasi pada fasilitas spa lebih dititikberatkan pada ‘servis’ dibanding aspek lainnya. Penelitian ini berupaya mengkolaborasikan unsur tradisi Bali ke dalam interior spa modern untuk menghasilkan respon positif terhadap pencapaian relaksasi pengguna spa. Unsur tradisi Bali yang digunakan adalah kain tenun Gringsing Bali yang memiliki motif dasar tapak dara, simbol keseimbangan alam semesta. Secara mitologi Bali khususnya Tenganan Pegringsingan, kain Gringsing tersebut dijadikan sebuah reminder bahwa hidup itu harus seimbang; seperti halnya pesan yang tersirat pada selembar kain Gringsing. Perasaan relaks tidak akan tercapai apabila tidak terjadi keseimbangan antara kebugaran sukma dan raga. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ruang treatment spa yang menggunakan elemen dekoratif Gringsing lebih berhasil meningkatkan perasaan rileks pengguna secara signifikan dibandingkan ruang treatment spa tanpa elemen dekoratif Gringsing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa elemen interior berbasis kain Gringsing relevan jika diaplikasikan pada fasilitas relaksasi spa. Kata kunci: Kain Gringsing, Interior Spa, Relaksasi, Sugestif. Abstract Bali was famous for its spa destination, but unfortunately the visual elements of many spa in Bali has not been optimally improve the user relaxed state. Efforts to achieve relaxation in the spa facilities more focused on 'services' than other aspects. This research tried to collaborate on elements of Balinese tradition into a modern spa interior to produce a positive response of relaxation achievement as well as efforts to prove that traditional artifacts capable of generating relax feels when applied into spa room. Elements of tradition that is used is Gringsing textile which has a basic motif of tapak dara, a symbol of the balance of the universe. In the mythology of Bali especially Tenganan Pegringsingan, Gringsing textile was used as a reminder that life must be balanced; as well as between the lines on a piece of Gringsing. A relaxed state can’t be achieved if there is no balance between body and spirit.The experiment results showed that the spa room which uses Gringsing as decorative elements more successful in increasing feelings of relaxation significantly compared to the spa room without Gringsing elements. It concluded that the interior elements based Gringsing textile relevant when applied to relaxation facilities. Keywords: Gringsing Textile, Spa Interior, Relaxation, Suggestive. 79
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
1. PENDAHULUAN Saat ini spa sudah menjadi gaya hidup masyarakat kota, salah satu alternatif untuk kebutuhan relaksasi masa kini. Spa di Bali telah tumbuh menjadi fasilitas publik yang banyak diminati masyarakat konsumen. Di Indonesia, keminatan ini mayoritas disebabkan oleh ‘servis’ yang diberikan spa kepada pengguna, bukan oleh lingkungan fisik ruang interior. Padahal fasilitas relaksasi haruslah didukung oleh desain yang bersifat membantu pemulihan penggunanya; banyak unsur desain pada interior yang bisa dimanfaatkan dalam proses penciptaan ketenangan dan relaksasi [1]. Beranjak dari latar belakang tersebut, penulis berinisiatif untuk mencoba memasukkan unsur tradisi ke dalam desain interior spa modern. Terlebih merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Zein [2] mengungkapkan bahwa karakter ruang spa yang menggunakan artefak tradisional sebagai elemen pembentuk ruang lebih berhasil meningkatkan daya relaksasi. Kain Gringsing Bali, sebagai salah satu artefak tradisional, menurut keyakinan mitologis masyarakat Bali, khususnya Bali Tenganan, diyakini memiliki spirit keseimbangan. Gringsing merupakan kain tenun ikat tradisional dari Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali. Kata Gringsing berasal dari gering yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi 'tidak sakit', atau singkatnya sebagai penolak bala. Kain Gringsing dibuat melalui teknik dobel ikat dan menggunakan bahan-bahan serta pewarna dari alam. Menelusuri lebih jauh bagaimana persepsi masyarakat
ISSN : 2355-9284
Tenganan Pegringsingan terhadap kain Gringsing, ternyata kain tradisional ini tidak hanya dimaknai sebagai penolak bala secara dangkal, tidak serta merta dipakai layaknya obat yang efeknya diharapkan instan. Kain Gringsing memiliki motif dasar tanda tambah (tapak dara) yang memiliki makna keseimbangan alam semesta. Masyarakat Tenganan Pegringsingan lebih memandang kain Gringsing ini sebagai reminder yang mengingatkan masyarakat Tenganan Pegringsingan untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupannya seharihari agar terhindar dari marabahaya. Hal ini menguatkan asumsi mengapa kain Gringsing mampu menciptakan perasaan relaks yang diharapkan dari sebuah fasilitas spa dengan filosofi keseimbangan yang dimilikinya. Perasaan relaks tidak akan tercapai apabila tidak terjadi keseimbangan antara kebugaran sukma dan raga [3]. House of Mom n Jo sebagai studi kasus merupakan salah satu spa modern di kota Denpasar. Mom n Jo dipilih dengan pertimbangan bahwa spa ini merupakan salah satu private spa modern yang cukup ramai dikunjungi sehingga efektif untuk penelitian ini. Jika spa ini baru bisa menjawab kebutuhan relaksasi secara lahiriah, maka jalinan filosofi yang dimiliki motif Gringsing inilah nantinya diasumsikan menjadi sugestif untuk menjawab kebutuhan batiniah pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan elemen dekoratif berbasis kain Gringsing Bali pada interior ruang treatment spa, sehingga dapat diketahui relasi antara elemen tersebut dengan pencapaian relaksasi pengguna. Penelitian ini 80
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017 diharapkan memberikan gambaran yang jelas bagi para praktisi desain dan masyarakat luas dalam penerapan artefak tradisi pada interior agar tidak menurunkan makna filosofis dan prestise yang terkandung di dalamnya. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif - kuantitatif dengan metode eksploratori deskriptif dan eksperimen. Eksploratori deskriptif dilakukan sebagai langkah awal untuk menginterpretasi data dalam rangka menggali lebih dalam makna filosofis dari motif Gringsing. Langkah lanjutan berupa tahap eksperimen untuk menguji apakah hasil generalisasi dan temuan tahap eksploratori deskriptif dinyatakan valid dapat mempengaruhi pengunjung dalam mengambil keputusan. Tahapan ini dilakukan dengan mengaplikasikan filosofi dari kain Gringsing Bali beserta teori-teori pendukung ke dalam perancangan interior yang berbasis pada ruang treatment spa yang dijadikan studi kasus. Hasil perancangan berupa gambar 2D dan 3D. Simulasi visual berupa format 3D digunakan sebagai bahan kuisioner kepada responden. Lalu kemudian dilanjutkan pada tahapan membandingkan antara interior ruang treatment yang dimodifikasi menggunakan dekoratif Gringsing dengan interior ruang treatment tanpa dekoratif Gringsing melalui media kuisioner. Pada penelitian ini, objek pengukurannya adalah perasaan rileks yang dialami pengguna pada masing-masing ruang treatment spa, sedangkan parameter pengukurannya adalah indikator perasaan rileks yang diwakili oleh beberapa kata sifat seperti nyaman, hangat, betah, sejuk, teduh, harmonis, tentram, dan menyenangkan.
ISSN : 2355-9284 Pengolahan data menggunakan SPSS jenis Paired Sample t Test untuk menguji dua buah sampel berpasangan; sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda. Tahap analisis akhir dari penelitian ini untuk mengetahui relasi antara elemen dekoratif interior berbasis Gringsing dengan pengguna ruangan fasilitas relaksasi spa sehingga diketahui apakah spirit di dalamnya bisa memberikan respon positif dalam rangka memenuhi fungsi relaksasi yang diharapkan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Bell [4] menyebutkan ada empat macam stimulus yang memegang peranan penting dalam mempengaruhi psikologis manusia akan ruang, yaitu visual, akustik, olfaktori, dan termal. Beberapa teori membuktikan bahwa dari berbagai macam stimulus yang ada, stimulus visual mempunyai kemampuan paling dominan dalam menciptakan persepsi seseorang, sehingga dalam penelitian ini dibatasi pada eksperimen yang sifatnya visual, meskipun banyak aspek yang dimiliki sebuah ruangan spa untuk menciptakan perasaan rileks selain secara visual. Gringsing memiliki konsepsi bentuk dasar Tapak Dara dan menggunakan warna Tri Dhatu. Tapak Dara merupakan simbol keseimbangan alam semesta beserta isinya; simbol penyatuan dwalitas kehidupan (Rwabhineda – siang malam, laki-laki perempuan, baik buruk) untuk mencapai harmonisasi. Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan secara vertikal (ke atas sebagai lambang untuk berbakti kepada Tuhan, ke bawah sebagai wujud kasih sayang pada semua makhluk) dan horizontal (wujud 81
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017 pengabdian yang bersifat timbal balik kepada sesama umat manusia). Sedangkan Tri Dhatu adalah sebutan untuk tiga elemen warna yang dipakai dalam kain Gringsing, yaitu putih/kuning, merah, dan hitam yang dibuat melalui pewarnaan alam. Menurut salah seorang sesepuh masyarakat Tenganan, Nyoman Sadra [3], secara makrokosmos putih/kuning melambangkan oksigen atau udara yang ada di alam, merah melambangkan panas atau energi, dan hitam melambangkan air. Hal yang sama secara mikrokosmos juga ada dalam tubuh manusia. Jika ketiganya tidak seimbang, maka alam atau tubuh kita akan menjadi sakit. Motif Gringsing terpilih lalu di-tracing ke dalam bentuk 2D dan 3D dengan mempertahankan warna dan bentuk aslinya. Selanjutnya diterapkan sebagai elemen dekoratif dinding pada ruang treatment spa eksisting yang telah dievaluasi dalam bentuk wall hanging dan laser cut wall art panel. Ruang spa treatment yang dimodifikasi inilah kemudian diujicobakan pada tahap eksperimen. Ada dua stimulus utama pada penelitian ini, dimana keduanya merupakan stimulus visual, diantaranya interior ruang spa treatment single Mom n Jo yang dimodifikasi dengan elemen interior berbasis Gringsing (A) dan interior ruang spa treatment single Mom n Jo yang dimodifikasi tanpa menggunakan elemen interior barbasis Gringsing (B). Variasi pada stimulus ini diharapkan dapat menghasilkan perbedaan persepsi yang signifikan pada responden sehingga bisa dinilai apakah penambahan elemen interior berbasis Gringsing ini bisa menimbulkan respon positif atau tidak.
ISSN : 2355-9284
Stimulus (A) Interior ruang spa treatment single Mom n Jo yang dimodifikasi dengan elemen dekoratif interior berbasis Gringsing (data penulis, 2016)
Stimulus (B) Interior ruang spa treatment single Mom n Jo tanpa elemen dekoratif interior berbasis Gringsing (data penulis, 2016)
Eksperimen dilakukan dengan menyebarkan kuisioner online, lalu data responden diolah menggunakan program SPSS jenis Paired Sample t Test. Pada penelitian ini, Paired Sample t Test mengacu pada hipotesis berikut, Ho : tidak ada perbedaan persepsi yang dirasakan pada ruang spa dengan elemen dekoratif Gringsing dan ruang spa tanpa elemen dekoratif Gringsing. H1 : ada perbedaan persepsi yang dirasakan pada ruang spa dengan elemen dekoratif Gringsing dan ruang spa tanpa elemen dekoratif Gringsing. H1 merupakan hipotesis alternatif yang menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. 82
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
ISSN : 2355-9284 Maka dalam penelitian ini, Paired Sample t-Test ini diujikan pada delapan variabel indikator rileksasi diantaranya nyaman, hangat, betah, sejuk, teduh, harmonis, tentram, dan menyenangkan.
Kriteria Pengambilan Keputusan: Jika nilai signifikan/ P-Value > 0.05; maka Ho diterima. Jika nilai signifikan/ P-Value < 0.05; maka Ho ditolak, H1 diterima.
Mean Variabel
Signifikansi dg Gringsing
tanpa Gringsing
Nyaman
3.40
2.60
0.000
Hangat
3.60
2.60
0.000
Betah
3.32
2.36
0.000
Sejuk
3.08
2.24
0.000
Teduh
3.20
2.20
0.000
Harmonis
3.44
2.40
0.000
Tentram
3.36
2.44
0.000
Menyenangkan
3.52
2.32
0.000
Tabulasi Hasil Pengolahan Data SPSS Paired Sample t-Test (data penulis, 2016)
Berdasarkan hasil analisis uji Paired Sample t-Test, kedelapan variabel indikator rileks memiliki nilai signifikansi 0.000 (<0.05) sehingga hipotesis alternatiflah yang terbukti, bahwa ada perubahan signifikan yang dirasakan pengguna. Jika dilihat dari perbandingan nilai mean pada tabel di atas, bisa dilihat bahwa ruang spa dengan dekoratif Gringsing memiliki skor keseluruhan lebih tinggi daripada ruang spa tanpa elemen dekoratif Gringsing. Ruang treatment spa dengan elemen interior berbasis Gringsing lebih
membuat pengguna merasa nyaman, hangat, betah, sejuk, teduh, harmonis, tentram, dan senang. Kelima variabel ini tentunya berhubungan erat dengan fungsi relaksasi yang ingin dihadirkan pada ruangan spa tersebut. Sehingga dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ornamen Gringsing menghasilkan dampak positif terhadap respon rileks pengguna. Diamati lebih lanjut skor mean variabel hangat pada ruang spa dengan dekoratif Gringsing ataupun ruang spa tanpa dekoratif Gringsing sama-sama menempati ranking teratas dari kolom skor variabel. 83
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017 Hal ini seakan menegaskan bahwa desain ruang spa modifikasi ini kuat akan kesan hangat yang ditimbulkan dari penggunaan warna-warna hangat di dalamnya. Terbukti bahwa warna menjadi komponen yang penting dalam menciptakan ambience ruang. 4. KESIMPULAN Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Penelitian ini membuktikan bahwa ada perubahan signifikan yang dirasakan pengguna ketika berada di dalam ruang treatment spa dengan elemen dekoratif Gringsing. Jika dibandingkan dengan ruang treatment spa tanpa elemen interior berbasis Gringsing, ruang treatment spa dengan elemen interior berbasis Gringsing lebih membuat pengguna merasa nyaman, hangat, betah, sejuk, teduh, harmonis, tentram, dan senang. Kelima variabel ini tentunya berhubungan erat dengan fungsi relaksasi yang ingin dihadirkan pada ruangan spa tersebut. Sehingga dengan demikian, asumsi bahwa ornamen Gringsing menghasilkan dampak positif terhadap respon rileks pengguna terbukti, dan ornamen Gringsing ini relevan untuk diaplikasikan pada interior ruang treatment spa. 2. Kain Gringsing ini berhasil diimplementasikan pada interior modern melalui pendekatan desain yang universal (estetika, bentuk, warna) dengan mempertahankan karakteristik asli dan nilai filosofis
ISSN : 2355-9284 yang dimilikinya. Teori-teori desain tersebut membantu untuk menyatukan persepsi masyarakat umum terhadap image ruangan tersebut. Sedangkan pemahaman mendalam akan nilai filosofis yang terkandung di dalamnya menjaga pemakaian aksen tradisi ini tidak sebatas elemen estetis yang bersifat asal tempel dan menghindari pengaplikasian yang menurunkan nilai rasa dari Gringsing tersebut. Sehingga kolaborasi tersebut memberikan kontribusi yang signifikan dalam membangun ambience relaks pada ruang spa. 3. Warna menjadi komponen yang penting dalam menciptakan ambience ruang. Desain ruang spa modifikasi ini kuat akan kesan hangat yang ditimbulkan dari penggunaan warna-warna hangat di dalamnya seperti warna merah, coklat, dan hitam. Kesan hangat ini akan mengimbangi efek dingin yang muncul dari penyatuan zona basah dan kering dalam satu ruangan.
84
Jurnal Desain Interior Vol.IV/ No. 1/ Tahun 2017
ISSN : 2355-9284
DAFTAR PUSTAKA [1]
Azis, Azhar Ridwan. Handoko, Bagus. (2013): Desain Pencahayaan Buatan pada Proses Relaksasi Pengguna Pusat Kebugaran, Bandung, Jurnal Sarjana FSRD ITB Vol 2 No 1. [2] Zein, Anastasha O. Tamara, Khaerunnisa. (2013): Hubungan Warna dengan Tingkat Stres Pengunjung, Bandung, Jurnal Rekajiva Itenas no. 01 vol 01, Januari 2013. [3] Sadra, Nyoman. (2015). Wawancara. Bali [4] Bell, Paul A. (1980): Environmental Psychology, Philadelphia, WB Saunder Company.
85