Tahapan dan Proses Perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Agens Pengendali Hayati (APH) Vikayanti, S.Si POPT Muda Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Agens Pengendali Hayati (APH) adalah usulan rumusan standar tentang agens pengendali hayati golongan jamur yang meliputi Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae dan Trichoderma sp. Pengusulan ini dilatar belakangi belum adanya acuan bagi laboratorium penguji mutu APH dalam melakukan uji mutu APH yang diproduksi oleh BBPPTP Surabaya, UPTD wilayah kerja
maupun produsen APH lain. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka BBPPTP Surabaya mengusulkan RSNI APH di tahun 2012. Usulan ini ditindaklanjuti oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dengan memasukkan RSNI APH kedalam Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) 2013. PNPS merupakan kegiatan pengembangan SNI dalam periode tertentu dan dipublikasikan sehingga diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan (BSN, 2005). Pengusulan
RSNI APH melalui beberapa
tahap.
Tahap
pertama
pembahasan dan perbaikan konsep RSNI oleh Panitia teknis 65-03. Rapat teknis dilaksanakan pada tanggal 25 s/d 26 April 2013. Dari hasil pertemuan ini ditetapkan RSNI2 APH. Setelah melalui tahap rapat teknis, RSNI2 APH masuk dalam tahap konsensus. Pada tahap ini RSNI2 APH dikonsensuskan di lingkungan panitia teknis dengan memperhatikan pandangan anggota yang hadir dan pandangan tertulis dari anggota yang tidak hadir. Rapat konsensus dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2013 dengan dihadiri oleh lebih dari 2/3 anggota panitia teknis dan semua pihak yang berkepentingan terwakili. Pada akhirnya RSNI3 APH ditetapkan setelah rancangan tersebut disepakati oleh 2/3 peserta rapat konsensus dan menyatakan setuju. Pelaksanaan konsensus dipantau oleh tenaga ahli standarisasi (TAS) BSN. Hasil rapat konsensus dituangkan kedalam berita acara dan selanjutnya dikirimkan ke BSN beserta naskah RSNI3APH. Adapun ruang lingkup RSNI3 APH sebagai berikut :
No.
Nomor RSNI
Judul Indonesia
Ruang lingkup
1
RSNI3
Agens Pengendali Hayati
8027.1:2014
(APH)-Bagian 1:
syarat
Beauveria bassiana
contoh,
Standart
ini
menetapkan
mutu,
pengambilan pengujian,
pengemasan dan penandaan Agens
Pengendali
Hayati
(APH) Beauveria bassiana 2
RSNI3
Agens Pengendali Hayati
Standart
8027.2:2014
(APH)-Bagian 1:
syarat
Metarhizium anisopliae
contoh,
ini
menetapkan
mutu,
pengambilan pengujian,
pengemasan dan penandaan Agens
Pengendali
Hayati
(APH) Beauveria bassiana 3
RSNI3
Agens Pengendali Hayati
Standart
8027.3:2014
(APH)-Bagian 1:
syarat
Trichoderma sp.
contoh,
ini
menetapkan
mutu,
pengambilan pengujian,
pengemasan dan penandaan Agens
Pengendali
Hayati
(APH) Beauveria bassiana
Setelah melalui konsensus, RSNI 3 APH memasuki tahap jajak pendapat (enquiry) dengan media elektronik. Pada tahap ini BSN akan memverfikasi sesuai dengan ketentuan pada Penulisan Standar Nasional (PSN). Dalam proses ini anggota panitia teknis dan anggota kelompok minat Masyarakat Standarisasi Indonesia (Mastan) yang relevan, baik yang memiliki atau tidak memiliki hak suara dapat memberikan tanggapan dalam kurun waktu 2 (dua) bulan untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap RSNI3 APH. Sampai saat ini RSNI3 APH masih dalam tahap jajak pendapat. Jajak pendapat mulai dilaksanakan pada tanggal 17 Maret s/d 15 Mei 2014. Sampai dengan saat ini hasil sementara jajak pendapat RSNI3 APH sudah memenuhi kuorum akan tetapi masih belum disetujui. Hasil jajak pendapat memenuhi kuorum apabila lebih dari 50% anggota yang memiliki hak suara memberikan tanggapan. Apabila 2/3 anggota yang memilik hak suara menyatakan setuju dan tidak lebih dari ΒΌ dari seluruh peserta vote tidak setuju dengan alasan, maka RSNI3 tersebut dinyatakan disetujui. Apabila kondisi ini dipenuhi dan tidak ada satupun pihak yang menyatakan tidak setuju, maka RSNI3 tersebut dianggap telah disepakati oleh pihak berkepentingan sehingga dapat diproses langsung menjadi RASNI tanpa melalui tahap voting. Sedangkan apabila
ada pihak yang menyatakan tidak setuju, RSNI3 tersebut dapat diperbaiki dan diproses lebih lanjut menjadi RSNI4 untuk memasuki tahap pemungutan suara. Pada tahap pemungutan suara BSN menyebarluaskan RSNI4 melalui mastan untuk mendapatkan persetujuan suara. Pada tahap ini anggota kelompok minat mastan yang relevan dapat menyatakan setuju tanpa catatan, tidak setuju dengan alasan yang jelas atau abstain. Pemungutan suara dilaksanakan dalam kurun waktu 2 bulan. Secara rinci tata alir proses perumumusan RSNI tersaji dalam bagan sebagai berikut :
Sumber : BSN, Lampiran B PSN 01-2005
Setelah melalui tahap pemungutan suara, RSNI yang telah menjadi RASNI akan mememasuki tahap penetapan SNI. Pada proses ini akan dialokasikan
penomorannya oleh BSN. Penomoran SNI terdiri dari kata SNI diikuti 2 digit kode bidang berdasarkan International Classification for Standards (ICS), nomor induk dan tahun penetapan. BSN menetapkan RASNI menjadi SNI dengan menerbitkan surat keputusan kepala BSN. Selanjutnya BSN menyampaikan surat keputusan tersebut kepada panitia teknis. Hak cipta SNI merupakan milik BSN, perbanyakan SNI untuk diperjualbelikan hanya dapat dilakukan atas izin BSN. SNI yang sudah ditetapkan oleh BSN pemeliharaannya dilaksanakan oleh panitia teknis terkait. Sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 (lima) tahun setelah ditetapkan dilakukan kaji ulang terhadap SNI tersebut. Apabila dalam kurun waktu 5 (lima) tahun karena kondisi tertentu SNI tersebut memerlukan perubahan, maka kaji ulang terhadap SNI tersebut dapat diusulkan ke BSN atau panitia teknis untuk ditindaklanjuti. Pustaka Anonim, 2005. Pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Standarisasi Nasonal (BSN), hlm. 6-9. Anonim, 2006, Tata Alir perumusan SNI, Direktorat Mutu dan Standarisai Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 102 tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional. Standarisasi PPHP: Panitia Teknis 65-03 : Pertanian, http://standarisasipphp.blogspot.com/2012/01/panitia-teknis-65-03, diakses pada tanggal 12 April 2013 jam 13.00.