BAB I PENDAHULUAN
Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2014 yang menyajikan data pada tahun 2014/2015. Profil Dikdasmen terdiri atas data dan indikator, dua jenis data nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator nonpendidikan dan pendidikan.Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2014. Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, penduduk miskin, serta geografi dan iklim, 3) ekonomi termasuk mata pencaharian penduduk, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahasdirinci menjadi prasarana sebanyak 7 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, kelompok belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), ruang komputer, dan laboratorium. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, mengulang, putus sekolah, lulusan, dan guru. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan 2010-2014 yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam Misi Pendidikan 5K. Misi Pendidikan 5Kterdiri atas 1) Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) Misi K2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) Misi K3 meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan, 4) Misi K4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) Misi K5 menjamin kepastian memperoleh layanan Pendidikan. Indikator untuk misi K1 terdiri atastujuh jenis, yaitu 1) rasio siswa per sekolah (RS/Sek), 2) rasio siswa per kelas (R-S/K), 3) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 4) persentase perpustakaan (%Perpus), 5) persentase ruang UKS (%RUKS), 6) persentase ruang komputer (%Rkom), dan 7) persentase laboratorium (%Lab). Indikator pendidikan termasukmisi K2 terdiri atastiga jenis, yaitu 1) tingkat pelayanan sekolah (TPS), 2) daerah terjangkau (DT), dan 3) satuan biaya (SB). Indikator pendidikan termasukmisi K3 terdiri atas11 jenis, yaitu 1) persentase siswa baru tingkat I SD asal TK (%SBI-TK), 2) persentase guru layak (%GL), 3) rasio siswa per guru (R-S/G), 4) angka lulusan (AL), 5) angka mengulang (AU), 6) angka putus sekolah (APS), 7) persentase ruang kelas baik (%RKb), 8) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 9) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), 10) persentase ruang komputer baik (%Rkomb), dan 11) persentase Laboratorium (%Lab). Indikator pendidikan termasukmisi K4 terdiri atas tiga jenis, yaitu 1) perbedaan gender (PG) APK, 2) indeks paritas gender (IPG) APK, dan 3) persentase siswa swasta (%SSwt). Indikator pendidikan termasukmisi K5 terdiri atasempat jenis, yaitu 1) angka partisipasi murni (APM)/angka partisipasi kasar (APK), 2) angka masukan murni
1
(AMM)/angka melanjutkan (AM), 3) angka bertahan 5 (AB5)/angka bertahan(AB), dan 4) rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan pada28 jenis indikator pendidikan menggunakan misi pendidikan 5K maka 27 jenis digunakanuntuk menghasilkankinerjadikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K.Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tujuh indikator. Misi K2 keterjangkauan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.Misi K3 kualitas/mutu layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit 10indikator. Misi K4 kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit tigaindikator.Misi K5 kepastian mendapatkan layanan pendidikan tercapai menggunakan komposit empat indikator. Indikator %SBI-TK pada misi K3 karena hanya pada tingkat SD maka tidak termasuk dalam menghitung kinerja dikdasmen. Begitu pula indikator APM pada misi K5 karena sudah digunakan APK. Tabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
No. 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 1 2 3 4
Jenis Indikator Rasio S/Sek Rasio S/K Rasio K/RK % Perpustakaan % Ruang UKS % R. Komputer % Laboratorium TPS DT SB %GL R-S/G AL AU APS %RKb % Perpus baik % RUKS baik % RKom baik % Lab baik PG APK IPG APK %S-Swt APK AMM/AM AB5/AB RLB
Satuan Siswa Siswa Kelas Persentase Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Rupiah Persentase Siswa Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Indeks Persentase Persentase Persentase Persentase Tahun
SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan 240 360 480 - SD 6 RK, SMP 9 RK, dan SM 12 RK untuk 40 siswa 28 32 32 - Permendiknas 15/2010, 24/2007 & 40/2008 (SMK) 1 1 1 1 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 48 100 110 - Angka nasional 2009/2010 185 435 675 - Angka nasional 2009/2010 670,000 960,000 1,200,000 - SD & SMP 60% dr BOS, SM ditentukan 100 100 100 100 Ideal 17 15 12 - Angka nasional 2009/2010 100 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 0 0 0 0 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 100 100 100 Ideal 0 0 0 0 Ideal 1 1 1 1 Ideal 10 25 50 - Angka nasional 2009/2010 115 100 100 100 Angka nasional 2009/2010 (SD)/ideal 55 100 100 100 Angka nasional 2009/2010 (SD)/ideal 94 100 100 - Angka nasional 2009/2010 (SD)/ideal 6 3 3 - Ideal
Masing-masing misi K1 sampai K5 memiliki nilai antara 1-100. Angka 1 yang terburuk dan 100 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing misi merupakan nilai ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian sedangkan rata-rata nilai misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan Misi K1 sampai K5 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna, utama, madya, pratama, dan kurang. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 1.2.
2
Tabel 1.2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 Tahun
No. 1 2 3 4 5
Jenis Kinerja Nilai Paripurna 95.00 ke atas Utama 90.00-94.99 Madya 85.00-89.99 Pratama 80.00-84.99 Kurang kurang dari 80.00
3
BAB II KEADAAN NONPENDIDIKAN Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikanKabupaten Semarang maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerahdisajikan pada Peta 2.1 Kabupaten Semarang. Peta 2.1 Kabupaten Semarang
Sumber: Profil Daerah Kabupaten Semarang
A. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di Kabupaten Semarangterdapat sejumlah 19 kecamatan dan235 desa/kelurahan, dengan luas wilayah950 km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6-7 tahun sampai usia 16-18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah penduduk usia masuk SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia SM. Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.1 maka jumlah penduduk Kabupaten Semarang sebesar 949.815 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 1.000 per km2 sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar 31.544 anak dengan kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar 33,20/km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 92.618 anak dengan rincian laki-laki sebesar 47.800 anak lebih besar daripada perempuan sebesar 44.818 anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar 97,49/km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 45.531 orang dengan rincian lakilaki sebesar 23.230 orang lebih besar daripada perempuan sebesar 22.301 orang sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar 47,93/km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar 46.700 orang dengan rincian laki-laki sebesar 23.325 orang lebih kecil daripada perempuan sebesar 23.375 orang sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar 49,16/km2. T
4
abel 2.1 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah Kabupaten Semarang Tahun 2014 No. Variabel Jumlah % Kepadatan 1 Penduduk 949.815 100.00 999.81 2 Penduduk 6-7 tahun 31.544 3.32 33.20 3 Penduduk 7-12 tahun 92.618 9.75 97.49 a. Laki-laki 47.800 51.61 b. Perempuan 44.818 48.39 4 Penduduk 13-15 tahun 45.531 4.79 47.93 a. Laki-laki 23.230 51.02 b. Perempuan 22.301 48.98 5 Penduduk 16-18 tahun 46.700 4.92 49.16 a. Laki-laki 23.325 49.95 b. Perempuan 23.375 50.05 6 Luas Wilayah (Km2) 950 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Semarang 2014
Grafik 2.1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Semarang Tahun 2014
5
Grafik 2.2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Semarang Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnyaKabupaten SemarangProporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar 3,32%, usia 7-12 tahun sebesar 9,75%, usia 13-15 tahun sebesar 4,79%, dan 16-18 tahun sebesar 4,92% sedangkan penduduk usia lainnya sebesar 77,22%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 19,46% atau 184.849 orang. B. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 2.3 diketahui proporsi tingkat pendidikan pendudukKabupaten SemarangTingkat pendidikan penduduk terbesar adalah tamat SD sebesar 373.214orang atau 45,93% sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil adalah tidak pernah sekolah sebesar 0orang atau 0%. Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar 672.240 orang atau 99,97% sedangkan yang buta huruf sebesar 196 orang atau 0,03%.
6
Grafik 2.3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Semarang Tahun 2014
Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja Kabupaten Semarang sebesar 947.317 orang. Angkatan kerja sebesar 717.995 orang yang bekerja sebanyak 673.120 orangdan pengangguran terbuka sebanyak 44.875 orang. Bukan angkatan kerja sebesar 229.322 orang dan terbesar adalah bersekolah sebesar 200.000 orangdan lain-lain sebesar 19.322 orang , dan terkecil adalah mengurus rumah tangga sebesar 10.000 orang. Penduduk miskin di Kabupaten Semarang sebesar 97.900dan lebih besar di perkotaan daripada di pedesaan masing-masing sebesar 50.000 dan 47.900. Sumber daya alam Kabupaten Semarangsebesar 2. Keadaan alam dilihat dari curah hujan sebesar 1.979mm dan hari hujan per tahun adalah 104 hari. C. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud ada enam, yaitu1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), 2) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), 3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), 4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), 5) pendapatan per kapita, dan 6) upah minimum regional (UMR), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai programprogram pendidikan. Grafik 2.4 menunjukkan kondisi ekonomi di Kabupaten Semarangdengan PAD sebesar Rp 215.680.000.000,- PBB sebesar Rp 18.526.950.000,- APBD sebesar Rp 1.373.000.000.000,- PDRB sebesar Rp 15.748.752.000.000,-dan pendapatan per kapita yang dihitung dari APBD dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya sebesar Rp 1.445.545,- sedangkan UMR sebesar Rp 1.419.000,-.
7
Grafik 2.4 Keadaan Ekonomi Kabupaten Semarang Tahun 2014
Biaya langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 2.2 dan Grafik 2.5. Biaya langsung untuk semua jenjang di Kabupaten Semarangsebesar Rp 87.162.820.000,-. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah SD sebesar Rp 29.798.610.000. atau 34,19% dan terkecil adalah PNFsebesar Rp 285.000.000,- atau 0,33%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah Kabupaten Semarangprioritas diberikan pada jenis satuan pendidikanSD. Tabel 2.2 Biaya Langsung Pendidikan Berdasarkan DPA SKPD Kabupaten Semarang Tahun 2014 Jenjang Pendidikan % Jumlah PAUD 0.45 395.000 PNF 0.33 285.000 SD 34.19 29.798.610 SMP 11.52 10.045.205 SMP 18.84 16.418.780 Lainnya 34.67 30.220.225 Jumlah 100.00 87.162.820 Sumber: Data Nonpendidikan, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten 2014
8
Grafik 2.5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014
Dari kondisi ekonomi, mata pencaharian penduduk dirinci menjadi 9 sektor, yaitu 1) pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, 2) pertambangan, 3) industri pengolahan, 4) listrik, gas, dan air, 5) bangunan, 6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, 7) angkutan, pergudangan, dan komunikasi, 8) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan, dan 9) jasa kemasyarakatan. Berdasarkan Grafik 2.6, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Semarang yang terbesar adalah pada pertanian sebesar 182.275 orang atau 36,19% sedangkan mata pencaharian terkecil pada pertambangan sebesar 1.425 orang atau 0,28%. Dengan demikian, sektor pertanian merupakan sektor primer di Kabupaten Semarang.
9
Grafik 2.6 Mata Pencaharian Penduduk menurut Sektor Kabupaten Semarang Tahun 2014
D. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Penduduk di Kabupaten Semarangyang terbesar beragama Islam sebesar 888.997 orangdan beragama Khonghucu yang terkecil sebesar 63orang. Berdasarkan kesehatan maka di Kabupaten Semarang terdapat sejumlah3 rumah sakit dan 26 puskesmas.
10
BAB III KEADAAN PENDIDIKAN Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan yang sederajat, 2) SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan yang sederajat, dan 3) SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan yang sederajat. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. A. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri daritiga jenjang dan 10 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SD yang sederajat, 4) SMP, 5) MTs, 6) SMP yang sederajat, 7) SMA, 8) MA, 9) SMK, dan 10) SM yang sederajat. Termasuk yang sederajat adalahSLB, Pendidikan Kesetaraan (Paket A, Paket B, dan Paket C) dan satuan pendidikan lainnya yang sederajat. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang, yaitu SD, SMP, dan SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 13 variabel data pada tahun 2011/2012. Sebanyak tujuh variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru tingkat I, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Data Dikdasmen Kabupaten Semarang disajikan pada Tabel 3.1dan 3.2, sertaGrafik 3.1, 3.2, dan 3.3. Tabel 3.1 Data Prasarana Dikdasmen Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 No. Variabel SD SMP 1 Sekolah 691 134 2 Rombongan Belajar 4.402 1.405 3 Ruang Kelas 4.467 1.389 4 Perpustakaan 430 99 5 Ruang UKS 417 108 6 Ruang Komputer 297 103 7 Laboratorium 269 Sumber:
SM 72 914 843 61 64 76 227
Dikdasmen 897 6.721 6.699 590 589 476 496
Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Semarang 2014
Berdasarkan Tabel 3.1 di Kabupaten Semarang terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 897 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang SD sebesar 691 sekolah dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 72 sekolah. Seperti satuan pendidikan di kabupaten/kota lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah.
11
Grafik 3.1 Prasarana Sekolah Dikdasmen Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Tabel 3.2 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
No. Variabel 1 Siswa Baru 2 Siswa 3 Lulusan 4 Guru 5 Mengulang 6 Putus Sekolah
SD 15.946 97.252 15.626 6.787 3.750 100
SMP 14.271 43.709 12.756 2.689 307 169
SM 9.570 27.387 7.804 2.006 29 192
Dikdasmen 39.787 168.348 36.186 11.482 4.086 461
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten Semarang 2014
Pada Tabel 3.1dan 3.2 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar 97.252, tersedia 691 sekolah dan 4.467 ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 4.402. Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar 43.709 orang, tersedia 134 sekolah dan 1.389 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 1.405. Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar 27.387 orang, tersedia sebesar 72 sekolah dan 843 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 914. Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak 168.348 orang di 897 sekolah dan 6.699 ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 6.721. Dari Tabel 3.1 juga diketahui ruang kelas SD yang lebih besar jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada sedangkan jenjang lainnya denga kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kelebihan ruang kelas. Kondisi di Kabupaten Semarang untuk jenjang SD kelebihan65 ruang, jenjang SMP kekurangan11 ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 71 ruang sehingga untuk dikdasmen masih kekruangan 22 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SM tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan siswa yang masuk ke jenjang SM sehingga Misi K1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemdiknas 2010-2014. Sebaliknya, jenjang pendidikan SD yang kelebihan ruang kelas hendaknya diupayakan untuk
12
meningkatkan jumlah siswa bersekolah sehingga ruang kelas yang ada tidak dibiarkan kosong agar Misi K1 ketersediaan layanan pendidikan dapat tercapai. Grafik 3.2 Sumber Daya ManusiaDikdasmen Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium, bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium) maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. Untuk jenjang SD Kabupaten Semarang masih kekurangan 261 perpustakaan, jenjang SMP kekurangan 35 perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 11 perpustakaan sehingga dikdasmen masih kekurangan 307 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, untuk jenjang SD kekurangan 274 ruang UKS, untuk jenjang SMP kekurangan 26 ruang UKS dan jenjang SM kekurangan 8 ruang UKS sehingga dikdasmen kekurangan 308 ruang UKS. Hal yang sama dengan ruang komputer, untuk jenjang SMP kekurangan 31 ruang komputer dan jenjang SM kelebihan4 ruang komputer sehingga dikdasmen kekurangan 421 ruang komputer. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di Kabupaten Semarang mengulang terbesar pada jenjang SD sebesar 3.750 orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang SM sebesar 29 orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar 4.086 orang. Putus sekoah yang terbesar terdapat pada jenjang SD sebesar 100 orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang SMP sebesar 169 orang sehingga jumlah putus sekolah di dikdasmen menjadi sebesar 461 orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang SD harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang SM hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM.
13
Grafik 3.3 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Tabel 3.3 Guru menurut Kelayakan Mengajar Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 No. Variabel SD SMP SM 1 Layak 5.368 2.430 1.959 2 Tidak Layak 1.419 259 47 Jumlah 6.787 2.689 2.006 1 % Layak 79.09 90.37 97.66 2 % Tidak Layak 20.91 9.63 2.34
Dikdasmen 9.757 1.725 11.482 84.98 15.02
Sumber: Rangkuman Data, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota ..... 2012
Grafik 3.4 Guru menurut Kelayakan Mengajar Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Grafik 3.4. Kondisi kelayakan mengajar menggunakan Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005
14
tentang Guru dan Dosen (UU No.14/2005). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru layak mengajar yang terbaik di Kabupaten Semarang terdapat di jenjangSM sebesar 1959 orang atau 97,66% sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjangSDsebesar 5.368 orang atau 79,09%. Kecilnya guru layak di jenjang SD. karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SD yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar di jenjangSD sebesar 1.419 orang atau 20,91% dan yang terendah di jenjangSMA sebesar 47 orang atau 2,34%. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 9.757 orang atau 84,98% dan tidak layak sebesar1.725 orang atau 15,02%. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/2005. Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam tiga kondisi, yaitu baik, rusak ringan, dan rusak berat. Berdasarkan ruang kelas di Kabupaten Semarang yang terdapat pada Tabel 3.4dan Grafik 3.5, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat.Jumlah ruang kelas di jenjang SD yang baik sebesar 3029 atau 67,81% yang terkecil sedangkan ruang kelas di jenjang SM yang baik sebesar 789 ruang atau 93,59% yang terbesar. Hal yang sama untuk jumlah ruang kelas di jenjang SD yang rusak berat sebesar 394 ruang atau 8,82% yang terburuk sedangkan ruang kelas di jenjang SM yang rusak berat sebesar 17 ruang atau 2,02% yang terbaik. Tabel 3.4 Ruang Kelas Milik menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 No. Variabel SD SMP SM 1 Baik 3.029 1.205 789 2 Rusak Ringan 1.044 148 37 3 Rusak Berat 394 36 17 Jumlah 4.467 1.389 843 1 % Baik 67.81 86.75 93.59 2 % Rusak Ringan 23.37 10.66 4.39 3 % Rusak Berat 8.82 2.59 2.02
Dikdasmen 5.023 1.229 447 6.699 74.98 18.35 6.67
Sumber: SD, SMP, dan SM, Isian Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota ........... 2012
Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas baik sebesar 5.023 atau 74,98% dan rusak berat sebesar 447 atau 6,67%. Dengan kondisi seperti ini berarti, hampir semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah tingkat SM banyak yang berada di daerah kota dan yang mudah dijangkau. Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak. Berdasarkan perpustakaan di Kabupaten Semarang yang terdapat pada Tabel 3.5 dan Grafik 3.6, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan di jenjang SD yang baik sebesar 384 atau 92,98% yang terkecil sedangkan perpustakaan di jenjang SM yang baik sebesar 58 ruang atau 95,08% yang terbesar. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan di jenjang SD yang rusak sebesar 29 ruang atau 7.02% yang terburuk sedangkan perpustakaan di jenjang SM yang rusak sebesar 3 ruang atau 4,92% yang terbaik.
15
Grafik 3.5 Ruang Kelas Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
Tabel 3.5 Perpustakaan menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 SD SMP SM 384 90 58 29 9 3 413 99 61 92.98 90.91 95.08 7.02 9.09 4.92
Grafik 3.6 Perpustakaan Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
16
Dikdasmen 532 41 573 92.84 7.16
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendiknas No. 15/2010) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak. Berdasarkan ruang UKS di Kabupaten Semarang yang terdapat pada Tabel 3.6 dan Grafik 3.7, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS di jenjang SD yang baik sebesar 368 atau 88,25% yang terkecil sedangkan ruang UKS di jenjang SM yang baik sebesar 60 ruang atau 93,75% yang terbesar. Hal yang sama untuk jumlah ruang UKS di jenjang SD yang rusak sebesar 49 ruang atau 11,75% yang terburuk sedangkan ruang UKS di jenjang SM yang rusak sebesar 4 ruang atau 6,25% yang terbaik. Tabel 3.6 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 368 98 60 526 2 Rusak 49 10 4 63 Jumlah 417 108 64 589 1 % Baik 88.25 90.74 93.75 89.30 2 % Rusak 11.75 9.26 6.25 10.70
Grafik 3.7 Ruang UKS Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah ruang komputer juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak. Berdasarkan ruang komputer di Kabupaten Semarang yang terdapat pada Tabel 3.7 dan Grafik 3.8, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki ruang komputer yang rusak. Jumlah ruang komputer di jenjang SD yang baik sebesar 269 atau 90,57% yang terkecil sedangkan ruang komputer di jenjang SM yang baik sebesar 73 ruang atau 96,05% yang terbesar. Hal yang sama untuk jumlah ruang komputer di jenjang SD yang rusak sebesar 28 ruang atau 9,43% yang terburuk sedangkan ruang komputer di jenjang SM yang rusak sebesar 3 ruang atau 3,95% yang terbaik.
17
No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
Tabel 3.7 Ruang Komputer Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 SD SMP SM 269 94 73 28 9 3 297 103 76 90.57 91.26 96.05 9.43 8.74 3.95
Dikdasmen 436 40 476 91.60 8.40
Grafik 3.8 Ruang Komputer Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
No. Variabel 1 Baik 2 Rusak Jumlah 1 % Baik 2 % Rusak
Tabel 3.8 Laboratorium Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 SMP SM Dikdasmen 244 212 456 25 15 40 269 227 496 90.71 93.39 91.94 9.29 6.61 8.06
Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendiknas No. 15/2010 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak. Berdasarkan laboratorium di Kabupaten Semarang yang terdapat pada Tabel 3.8 dan Grafik 3.9, ternyata hampir semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium di jenjang SMP yang baik sebesar 244 atau 90,71% yang terkecil sedangkan laboratorium di jenjang SM yang baik sebesar 212 ruang atau 93,39% yang terbesar. Hal yang sama untuk jumlah laboratorium di jenjang SMP yang rusak sebesar 25 ruang atau 9,29% yang terburuk sedangkan laboratorium di jenjang SM yang rusak sebesar 15 ruang atau 6,61% yang terbaik.
18
Grafik 3.9 Laboratorium Menurut Kondisi Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
B. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5 K. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K1 Untukmengetahui ketersediaan layanan pendidikan digunakan 7indikator pendidikan yang terkait dengan prasarana pendidikan, yaitu tiga jenis rasio seperti R-S/Sek, R-S/K, RK/RK dan empat jenis prasarana seperti %Perpus, %RUKS, %Rkom, dan %Lab.
Tabel 3.9
19
No. 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K1 Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Rasio S/Sek siswa 141 326 380 188 Rasio S/K siswa 22 31 30 25 Rasio K/RK ruang kelas 0.99 1.01 1.08 1.00 % Perpustakaan persentase 59.77 73.88 84.72 63.88 % Ruang UKS persentase 60.35 80.60 88.89 65.66 % R. Komputer persentase 42.98 76.87 105.56 53.07 % Laboratorium persentase 200.75 31.53 55.30
Berdasarkan Tabel 3.9,Grafik 3.10, dan Grafik 3.11 maka R-S/Sek di Kabupaten Semarangsangat bervariasi antara 380 di jenjangSM yang terjarang sampai 140 di jenjang SDyang terpadat dengan rata-rata dikdasmen sebesar 188. Sekolah yang dibangun untuk SD dan memiliki 6 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) sehingga dapat menampung 240 siswa.Pada kenyataannya penggunaaan ruang kelas SD sebesar 141 atau mencapai 58,75%. Bila SMP menggunakan tipe sekolah C yang memiliki 9 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat digunakan untuk menampung 360 siswa.Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas di SMP sebesar 326 atau belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 90,56%. Bila SM menggunakan 12 ruang kelas (setiap ruang 40 siswa) maka dapat menampung 480 siswa.Pada kenyataannya penggunaan ruang kelas SM hanya sebesar 380 siswa atau belum didayagunakan secara maksimal karena mencapai 79,17%. Dengan demikian, dari tiga jenjang pendidikan yang ada maka penggunaan ruang kelas yang paling baik adalah jenjang SMPdan paling buruk adalah jenjang SD. Grafik 3.10 Rasio Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Berdasarkan Permendiknas No.15/2010, R-S/K SD sebesar 28 sedangkan SMP dan SM sebesar 32. Pada kenyataannya, R-S/K di Kabupaten Semaranguntuk jenjang SD sebesar 22, untuk jenjang SMP sebesar 31, dan untuk jenjang SM sebesar 30 sehingga rata-rata dikdasmen sebesar 25 siswa. SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan tingkat SMP maupun SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SDtercapai 78,57% atau belummaksimal. Efisiensi penggunaan kelas untuk jenjang SMP belum maksimal sebesar 96,88% sedangkanjenjang SM belum maksimal sebesar 93,75%. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin
20
lebihefisien dan lebih padat dantelah di atas standar R-S/K. R-K/RK di Kabupaten Semarangpada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 0,99di jenjang SDdan sampai 1,08 di jenjangSM. Untukjenjang SD terdapat 0% ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar sedangkan di jenjang SMP 1% ruang kelas yang digunakan lebih dari sekali kegiatan belajar mengajar dan jenjang SMsebesar 8% sudah digunakan untuk kegiatan belajar mengajar lebih dari sekali. Khusus jenjang SD, adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajardapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah sehingga APK jenjang SDakan meningkat.Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar 1,00. Grafik 3.11 Persentase Prasarana Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
%Perpus di Kabupaten Semarang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 59,77di jenjang SD sampai 84,72 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 59,77%Perpus yang terkecil sehingga terdapat 40,23% sekolah belum memiliki perpustakaan. Pada jenjang SMP terdapat 26,12% sekolah belum memiliki perpustaakan dan SM terdapat 15,28% sekolah belum memiliki perpustakaan sehingga dikdasmen yang belum mempunya perpustakaan 36,12 %. %RUKS di Kabupaten Semarang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 88,25% di jenjang SD sampai 93,75% di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 88,25%RUKS yang terkecil sehingga terdapat 11,75% sekolah belum memiliki ruang UKS. Pada jenjang SMP terdapat 9,26% sekolah belum memiliki ruang UKS dan SM terdapat 6,25% sekolah belum memiliki ruang UKS sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS 10,60 %. %RKom di Kabupaten Semarang pada kenyataannya juga sangat bervariasi dari 90,57 di jenjang SD sampai 96,05 di jenjang SM. Untuk jenjang SD terdapat 90,57%RKom yang terkecil sehingga terdapat 9,43% sekolah belum memiliki ruang komputer. Pada jenjang SMP terdapat 8,74 % sekolah belum memiliki ruang komputer dan SM terdapat 3,95% sekolah belum memiliki ruang komputer sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang komputer 8,40 %. %Lab di Kabupaten Semarang pada kenyataannya juga bervariasi. %Lab SMP sebesar 90,71% sedangkan %Lab SM sebesar 93,39% sehingga dikdasmen yang masih kekurangan %Lab sebesar 8,06%. 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K2
21
Untuk mengetahui keterjangkauan layanan digunakan indikator sekolah atau TPS, indikator daerah atau DT, dan indikator biaya atau SB. Berdasarkan Tabel 3.10 maka keterjangkauan layanan pendidikan di Kabupaten Semarang yang berasal dari TPS terbaik adalah jenjang SMP sebesar 54 sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SD sebesar 42. Hal ini berarti layanan pendidikan jenjang SD yang paling buruk sedangkan jenjang SMP yang paling baik. Bila dilihat dari DT maka jenjang SM sebesar 649 memiliki jangkauan terluas jika dibandingkan dengan jenjang lainnya sedangkan jenjang SD sebesar 134 memiliki jangkauan terkecil. Keterjangkauan SB yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar Rp 296.196 dan terbesar adalah jenjang SM sebesar Rp 683.006. Dengan demikian, keterjangkauan Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp 413.915
No. 1 2 3
Tabel 3.10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K2 Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen TPS siswa 42 54 51 49 DT siswa 134 340 649 392 SB rupiah 382.156 296.196 683.006 413.915
3. KualitasLayanan Pendidikan: K3 Untuk dapat melihat kualitas/mutu layanan pendidikan maka digunakan 11 indikator, enam indikator berasal dari sumber daya manusia dan lima indikator berasal dari prasarana pendidikan. Mutu pendidikan dilihat dari masukan, yaitu %SBI TK. Mutu pendidikan dapat dilihat dari %GL. Mutu pendidikan juga dapat dilihat dari sudut siswa itu sendiri melalui AL, AU, dan APS. Mutu pendidikan lainnya dapat dilihat dari prasarana yang dimiliki, yaitu %RKb, %Perpusb, %RUKSb, %Rkomb, dan %Labb yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 3.11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K3 Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 Jenis Indikator Satuan SD SMP % SB TK persentase 3.15 %GL persentase 79.09 90.37 R-S/G siswa 14 16 AL persentase 100.00 99.99 AU persentase 3.86 0.74 APS persentase 0.10 0.41 %RKb persentase 67.81 86.75 % Perpus baik persentase 92.98 90.91 % RUKS baik persentase 88.25 90.74 % R. Kom baik persentase 90.57 91.26 % Lab baik persentase 90.71
SM Dikdasmen 97.66 84.98 14 15 99.96 99.99 0.11 2.48 0.75 0.28 93.59 74.98 95.08 92.84 93.75 89.30 96.05 91.60 93.39 91.94
Berdasarkan Tabel 3.11, %SBI TK ternyata sebesar3,15 sangat kecil karena tidak ada separuh. Berdasarkan Tabel 3.11 dan Grafik 3.12, %GL tertinggi terdapat di jenjang
22
SMsebesar97,66% dan yang terkecil pada jenjang SD sebesar79,09%.Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Kabupaten Semarang.Namun, peningkatan mutu guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SMsebesar 97,66% juga belum mencapai ideal atau kurang dari 100%. Oleh karena itu, Kabupaten Semarangharus benar-benar memprioritaskan guru-gurunya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai 84,98% belum cukup tingg.Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 15,02% guru dikdasmen. R-S/G pada kenyataannya juga bervariasi dari 14 di jenjang SD sampai 16 di jenjang SMP dan rata-rata dikdasmen sebesar 15. Hal ini dapat dimaklumi karena bidang studi di SM memang lebih banyak daripada SMP dan SD adalah guru kelas sehingga paling kecil. ALdi Kabupaten Semarangyang terbesar terjadi di jenjang SDsebesar100% dan terkecil pada jenjang SMsebesar99,96% sedangkan jenjang SM sebesar 99,99%. Kecilnya AL di jenjang SMperlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. AU di jenjang SMyang terbaik dengan nilai terkecil sebesar 0,11% dan yang terburuk dengan nilai terkecil di jenjang SDsebesar 3,84%. Sebaliknya, untuk APS jenjangSD yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar0,10% sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar 0,75%. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 99,99%, AU Dikdasmen sebesar 2,48% dan APS Dikdasmen sebesar 0,28%. Grafik 3.12 Persentase Mutu SDM Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Dalam rangka meningkatkan mutu prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 3.11 dan Grafik 3.12maka %RKb di jenjang SM yang terbesar sebesar 93,59% dan terkecil di jenjang SDsebesar 67,81%. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SD yang terkecil, kemudian jenjang SMP dan jenjang SM cukup baik karena mencapai lebih dari 90%. %Rkb dikdasmen mencapai74,98% masih jauh dari 100%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Semarang terhadap ruang kelas yang rusak berat agar segera diperbaiki.
Grafik 3.13 Persentase Mutu Prasarana Pendidikan
23
Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 %RKb
%Perpusb SD
SMP
%RUKSb SM
%Rkomb
%Labb
Dikdasmen
Prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, dan laboratorium. %Perpusb terbaik pada jenjangSM sebesar 95,08% lebih besar/kurang dari 100% yang berarti terdapat 4,92% sekolah memiliki lebih dari 1 perpustakaan dan terburuk pada jenjangSMP sebesar 90,91%. Bila mutu SD harus sama dengan SMP dan SM maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas pembangunan perpustakaan SD. %Rkom di jenjang SM sebesar 96,05% lebih baik daripadajenjang SD sebesar 90,57%. Sebaliknya, %Lab jenjang SM sebesar 93,39% lebih kecil dari 100% yang berarti tedapat 6,61% sekolah belum memiliki laboratorium padahal peningkatan mutu lebih diprioritaskan pada jenjang SM hanya sebesar 93,39%, dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya Kabupaten Semarang terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium khusus jenjang SM agar segera direalisasikan pengadaannya sesuai dengan ketentuan bahwa SM memiliki 5 jenis laboratorium. Dengan demikian, untuk dikdasmen %perpus sebesar92,84%, %Rkom sebesar 91,60%, dan %Lab sebesar 91,94%. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. 4. Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K4 Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukurandari segi jenis kelamin seperti PG APK danIPG APK serta dari segi status sekolah seperti %S-Swt.
No. 1 2 3
Tabel 3.12 Indikator Kesetaraan dalam Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K4 Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen PG APK persentase 4.61 1.02 1.76 3.52 IPG APK indeks 0.96 0.99 0.97 0.96 %S-Swt persentase 27.01 33.38 39.53 30.70
Berdasarkan Tabel 3.12dan Grafik 3.14, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SMP sebesar 1,02% yang berarti laki-laki lebih baik daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SD sebesar 4,61% karena makin jauh dari angka. Dengan demikian, PG APKdikdasmen juga kurang bagus sebesar3,52% dan perempuan lebih baik dari lakilaki. Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SMP sebesar 0,99 yang berarti hampir seimbang sedangkan jenjang SDmakin jauh dariseimbang sebesar 0,96 yang berarti perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian IPG APK dikdasmen mencapai 0,96 yang berarti belum seimbang dan lperempuan lebih diuntungkan.
24
Kesetaraan dalam hal sekolah swasta dan negeri maka kesetaraan jenjang SM untuk memperoleh siswa sebesar39,53.% yang terbesar sedangkan jenjang SD yang terkecil sebesar 27,01%. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen hanya sebesar 30,70%. Grafik 3.14 PG dan IPG APK Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan empat ukuran, yaitu seberapa banyak siswa sudah dilayani melalui APK, sejauh mana akses masuk sekolah melalui AMM dan siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi melalui AM, sejauh mana siswa dapat bertahan di sekolah melalu AB5/AB, dan sejauh mana siswa dapat lulus dengan tepat waktu melalui RLB. Berdasarkan Tabel 3.13 dan Grafik 3.15 digunakan dua partisipasi, yaitu APM dan APK. APM jenjang SD sebesar 95,15%, jenjang SMP sebesar 81,80% dan jenjang SM sebesar 40,10% sehingga dikdasmen sebesar 77,95%. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi juga terdapat pada jenjang SD sebesar 105% sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar 58,64% sehingga dikdasmen sebesar 91,07% belum mendekati 100%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SD mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SMP dan jenjang SM karena anak yang bersekolah di jenjang SD paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi.
Tabel 3.13 Indikator Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan Misi K5
25
No. 1 2 3 4 5
Jenis Indikator APM APK AMM/AM AB5/AB RLB
Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 Satuan SD persentase 95.15 persentase 105.00 persentase 48.79 persentase 99.40 tahun 6.25
SMP 81.80 96.00 91.33 99.85 3.02
SM Dikdasmen 40.10 77.95 58.64 91.07 75.02 98.95 3.00 -
AMM jenjang SD belum ideal sebesar 48,79%. Besarnya AMM ini menunjukkan bahwa orang tua telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dan dalam usia yang sesuai. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP adalah 91,33% belum baik karena belum 100%. Lulusan SMP yang melanjutkan ke SM sebesar 75,02% sangat rendah jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Namun, kondisi di Kabupaten Semarang agak berbeda karena AM ke SMP dan SM kurang dari 100% karena adanya siswa dari Kabupaten Semarang yang melanjutkan ke kabupaten lain. Grafik 3.15 APK, AMM/AM, AB5/AB, dan RLB Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
RLB jenjang SM sebesar 3,00 tahun sudah ideal dan jenjang SD paling buruk sebesar6,25 tahun. RLB jenjangSD melebihi 6tahun karena siswa lulus tidak tepat waktu akibat adanya siswa yang mengulang sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun dan 8 tahun. RLB jenjang SMPmendekati ideal sebesar 3,02. C. Analisis Indikator Indikatormisi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator Misi K1 digunakan untuk menilai ketersediaan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K2 digunakan untuk menilai keterjangkauan layanan pendidikan yang dapat dicapai, indikator Misi K3 digunakan untuk menilai kualitas/mutu layanan pendidikan, indikator Misi K4digunakan untuk menilai kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, danindikator Misi K5digunakan untuk menilai
26
kepastian/keterjaminanlayanan pendidikan. Gabungan dari kelima indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan.
Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Tabel 3.14 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi 5 K Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 No. Jenis Indikator SD SMP SM Dikdasmen 1 Rasio S/Sek 141 326 380 188 2 Rasio S/K 22 31 30 25 3 Rasio K/RK 0.99 1.01 1.08 1.00 4 % Perpustakaan 59.77 73.88 84.72 63.88 5 % Ruang UKS 60.35 80.60 88.89 65.66 6 % R. Komputer 42.98 76.87 105.56 53.07 7 % Laboratorium 200.75 31.53 55.30 1 TPS 42 54 51 49 2 DT 134 340 649 392 3 SB 382.156 296.196 683.006 413.915 1 %GL 79.09 90.37 97.66 84.98 2 R-S/G 14 16 14 15 3 AL 100.00 99.99 99.96 99.99 4 AU 3.86 0.74 0.11 2.48 5 APS 0.10 0.41 0.75 0.28 6 %RKb 67.81 86.75 93.59 74.98 7 % Perpus baik 92.98 90.91 95.08 92.84 8 % RUKS baik 88.25 90.74 93.75 89.30 9 % RKom baik 90.57 91.26 96.05 91.60 10 % Lab baik 90.71 93.39 91.94 1 PG APK 4.61 1.02 1.76 3.52 2 IPG APK 0.96 0.99 0.97 0.96 3 % S-Swt 27.01 33.38 39.53 30.70 1 APK 105.00 96.00 58.64 91.07 2 AMM/AM 48.79 91.33 75.02 3 AB5/AB 99.40 99.85 98.95 4 RLB 6.25 3.02 3.00 -
Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 3.14. Untuk indikator misi pendidikan 5K maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah %SBI TK (Misi K3) karena hanya untuk jenjang SD sedangkan analisis ini untuk dikdasmen. Selain itu, APM (Misi K5) juga tidak digunakan karena APK mengukur yang sama dengan APM sehingga tidak terjadi duplikasi. Tabel 3.15 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan layanan, keterjangkauan layanan, kualitas layanan, kesetaraan dalam memperoleh layanan, dan kepastiandalam memperoleh layanan pendidikan dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata Misi K1 sampai K5. Berdasarkan analisis dari misi pendidikan 5K tersebut maka nilai ratarata Misi K1 sampai K5 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi K1 yang mengalami konversi adalah R-S/Sek, R-S/K, dan R-K/RK. Indikator misi K2 semuanya mengalami konversi. Indikator Misi K3 tidak ada yang mengalami konversi karena standarnya 100 dan 0. Untuk nilai 0 maka hasilnya adalah 100 dikurangi nilainya. Indikator Misi K4 yang mengalami konversi adalah %S-Swt. Indikator Misi K5 yang
27
mengalami konversi adalah RLB.
Misi Misi K1
Misi K2
Misi K3
Misi K4
Misi K5
Tabel 3.15 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 No. Jenis Indikator SD SMP SM Dikdasmen 1 Rasio S/Sek 58.64 90.61 79.24 76.16 2 Rasio S/K 78.90 97.22 93.64 89.92 3 Rasio K/RK 98.54 98.86 92.23 96.55 4 % Perpustakaan 59.77 73.88 84.72 63.88 5 % Ruang UKS 60.35 80.60 88.89 65.66 6 % R. Komputer 76.87 100.00 53.07 7 % Laboratorium 100.00 31.53 65.76 1 TPS 98.87 98.16 97.85 98.29 2 DT 72.45 78.11 96.09 82.22 3 SB (Rp) 98.25 96.76 98.24 97.75 1 %GL 79.09 90.37 97.66 84.98 2 R-S/G 84.29 100.00 100.00 94.76 3 AL 100.00 99.99 99.96 99.99 4 AU 96.14 99.26 99.89 97.52 5 APS 99.90 99.59 99.25 99.72 6 %RK baik 67.81 86.75 93.59 74.98 7 % Perpus baik 92.98 90.91 95.08 92.84 8 % RUKS baik 88.25 90.74 93.75 89.30 9 % RKom baik 91.26 96.05 91.60 10 % Lab baik 90.71 93.39 91.94 1 PG APK 95.39 98.98 98.24 96.48 2 IPG APK 95.70 98.94 97.05 96.20 3 %S-Swt 100.00 100.00 79.06 93.02 1 APK 91.31 96.00 58.64 91.07 2 AMM/AM 88.70 91.33 75.02 85.02 3 AB5/AB 100.00 99.85 98.95 99.60 4 RLB 96.04 99.20 99.87 98.37
Indikator Misi K1 setelah mengalami konversi, R-S/Sekjenjang SD menjadi 58,64, jenjang SMP menjadi90,61, danjenjang SM menjadi79,24 sehingga dikdasmen menjadi 79,16. R-S/K jenjang SD menjadi 78,90,jenjang SMP menjadi 97,22, dan jenjang SM menjadi 93,66. R-K/RK jenjang SD menjadi 98,54, jenjang SMP menjadi 98,86, dan jenjang SM menjadi 92,23.Sebanyak empat indikator prasarana lainnya tidak mengalam konversi. %perpus terbaik pada jenjang SM sebesar 84,72 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 59,77, %RUKS terbaik pada jenjang SM sebesar 88,89 dan terburuk pada jenjang SD sebesar 60,35, %RKom terbaik pada jenjang SM sebesar 100 dan terburuk pada jenjang SMP sebesar 76,87, sedangkan %lab terbaik pada jenjang SMP sebesar 100 jika dibandingkan dengan jenjang SM sebesar 31,53. Indikator Misi K2 setelah mengalami konversi menjadi terbaik adalah TPS jenjangSD sebesar 98,87 sedangkan terkecil adalah TPS jenjang SM sebesar 97,85 sedangkan Dikdasmen sebesar 98,29. DT yang terbaik adalah jenjang SMsebesar 96,09 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 72,45 sedangkan dikdasmen sebesar 82,22. SB yang terbaik adalah jenjang SD sebesar98,25dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 96,76. Dengan demikian, SB dikdasmen sebesar 97,66. Indikator Misi K3 yang mengalami konversi adalah R-S/G dengan nilai terbaik adalah jenjang SM sebesar 100% dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 84,29. Untuk sumber daya manusia maka %GL terbaik adalah jenjang SMsebesar 97,66 dan terburuk jenjang
28
SDsebesar 79,09 sedangkan dikdasmen sebesar 84,98. Sebaliknya, AL terbaik adalah jenjang SDsebesar 100 dan terburukjenjang SMsebesar 99,96 sedangkan dikdasmen sebesar 99,99. AU terbaik adalah jenjang SMsebesar 99,89 dan terburuk adalah jenjang SDsebesar 96,14 sedangkan dikdasmen sebesar 97,52. APS terbaik adalah jenjang SDsebesar 99,90 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar 99,59 sedangkan dikdasmen sebesar 99,72 mendekati ideal. Bila dilihat dari prasarana pendidikan maka %RKb terbaik adalah jenjang SMsebesar 93,59 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 67,81 sedangkan dikdasmen sebesar 74,98. Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang SM sebesar 95,08 dan terburuk adalah jenjang SMPsebesar 90,91 sedangkan dikdasmen sebesar 92,84%. Untuk %RUKSb jenjang SM sebesar 93,75 lebih besar daripada jenjang SD sebesar 88,25 sedangkan dikdasmen sebesar 89,30. Untuk %Rkombjenjang SMsebesar 96,05lebih besar daripada jenjang SMPsebesar 91,26 sedangkan dikdasmen sebesar 91,60. Sebaliknya, %Lab di jenjang SMsebesar 93,39 lebih besar daripadajenjang SMPsebesar 90,71sedangkan dikdasmen sebesar 91,94. Indikator Misi K4, PG APK yang terbaik adalah jenjang SMP sebesar 98,98 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 95,70 sedangkan dikdasmen sebesar 96,48. Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang SMPsebesar98,94 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 95,70 dengan dikdasmen sebesar 96,20%. S-Swt terbaik adalah jenjang SD sebesar 100 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 79,06 sedangkan dikdasmen sebesar 93,02. Indikator Misi K5, APK terbaik adalah jenjang SMP sebesar 96,00 dan terkecil adalah jenjang SMsebesar 58,64 sedangkan dikdasmen sebesar 91,07. AMM SD sebesar 88,70AM SMP sebesar 91,33 AM SM sebesar 75,02 sedangkan dikdasmen sebesar 85,02. RLB terbaik adalah jenjang SMsebesar 99,87 dan terkecil adalah jenjang SD sebesar 96,04 sedangkan dikdasmen sebesar 98,37. Berdasarkan Tabel 3.16 dan Grafik 3.16 diketahui bahwa untuk misi K1 maka ketersediaan layanan pendidikan jenjang SMP yang terbaik sebesar 88,29 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 71,24 sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 80,33. Untuk misi K2 maka keterjangkauan jenjang SM yang terbaik sebesar 97,40 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 89,86 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 92,75. Untuk misi K3 maka kualitas jenjang SM yang terbaik sebesar 96,86 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 88,56 sehingga untuk kualitas layanan dikdasmen tercapai sebesar 93,15. Untuk misi K4 maka kesetaraan jenjang SMP yang terbaik sebesar 99,30 dan terburuk adalah jenjang SM sebesar 91,45 sehingga kesetaraan dikdasmen tercapai sebesar 95,93. Untuk misi K5 maka kepastian jenjang SMP yang terbaik sebesar 96,59 dan terkecil adalah jenjang SM sebesar 83,12 sehingga kepastian layanan untuk dikdasmen tercapai sebesar 91,24.Bila dilihat dari jenjang pendidikan SD mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, jenjang pendidikan SMP mempunyai nilai terbaik untuk Misi K4, sedangkan jenjang pendidikanSM mempunyai nilai terbaik untuk Misi K2.
Misi Misi K1 Misi K2 Misi K3 Misi K4 Misi K5 Kinerja Jenis
Tabel 3.16 Pencapaian KinerjaDikdasmen Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015 SD SMP SM Dikdasmen 71.24 88.29 81.46 80.33 89.86 91.01 97.40 92.75 88.56 93.96 96.86 93.13 97.03 99.30 91.45 95.93 94.01 96.59 83.12 91.24 88.14 93.83 90.06 90.68 MADYA UTAMA UTAMA UTAMA
29
Jenis PRATAMA UTAMA UTAMA PARIPURNA UTAMA UTAMA
Dengan mengambil rata-rata misi pendidikan 5K maka diperoleh kinerja pendidikan menurut jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 93,83 termasuk kategori UTAMAdan terburuk adalah jenjang SD sebesar 88,14termasuk kategori MADYAsehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 90,68 termasuk kategori UTAMA. Grafik 3.16 Kinerja ProgramDikdasmen Berdasarkan Misi 5K Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Kinerja SD berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.17, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 71,24dan misi K4 yang terbaik sebesar 97,03sehingga jenjang SD sebesar 88,14 termasuk kategori MADYA. Grafik 3.17 Kinerja SD Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Kinerja SMP berdasarkan misi pendidikan 5K juga dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.18, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 88,29dan misi K4 yang terbaik sebesar 99,30 sehingga jenjang SMP sebesar 93,83 termasuk dalam kategori UTAMA.
30
Grafik 3.18 Kinerja SMP Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Kinerja SM berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.19, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 81,46dan misi K3 yang terbaik sebesar 96,86 sehingga kinerja SM sebesar 90,06 termasuk kategori UTAMA. Grafik 3.19 Kinerja SM Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Hal yang sama jenjang pendidikan maka kinerja dikdasmen berdasarkan misi pendidikan 5K dapat lebih jelas terlihat menggunakansarang laba-laba pada Grafik 3.20, menunjukkan bahwa misi K1 yang terburuk sebesar 80,33 termasuk kategori PRATAMAdan misi K4 yang terbaik sebesar 95,93 termasuk kategori PARIPURNA sehingga kinerja dikdasmen sebesar 90,68 termasuk kategori UTAMA.
Grafik 3.20
31
Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 5K Menggunakan Sarang Laba-laba Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Misi K1 menurut jenjang pendidikan juga dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.21, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terburuk sebesar 71,24dan jenjang SMP yang terbaik sebesar 88,29sehingga misi K1 termasuk dalam kategori PRATAMA. Grafik 3.21 Misi K1 Ketersediaan Layanan Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Grafik 3.22
32
Misi K2 Keterjangkauan Layanan Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Misi K2 menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.22, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terburuk sebesar 89,86 dan jenjang SM yang terbaik sebesar 97,40 sehingga misi K2 termasuk dalam kategori UTAMA. Misi K3 menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.23, menunjukkan bahwa jenjang SD yang terburuk sebesar 88,56 dan jenjang SM yang terbaik sebesar 96,86 sehingga misi K3 termasuk dalam kategori UTAMA. Misi K4 menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.24, menunjukkan bahwa jenjang SM yang terburuk sebesar 91,45 dan jenjang SMP yang terbaik sebesar 99,30 sehingga misi K4 termasuk dalam kategori PARIPURNA. Grafik 3.23 Misi K3 Kualitas Layanan Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Grafik 3.24
33
Misi K4 Kesetaraan Layanan Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Misi K5 menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.25, menunjukkan bahwa jenjang SM yang terburuk sebesar 83,12 dan jenjang SMP yang terbaik sebesar 96,59 sehingga misi K5 termasuk dalam kategori UTAMA. Dengan demikian, kinerja misi pendidikan 5K menurut jenjang pendidikan dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.26, menunjukkan bahwa jenjang SMP yang terbaik sebesar 93,83 dan jenjang SD yang terburuk sebesar 88,14 sehingga kinerja dikdasmen sebesar 90,68termasuk dalam kategori UTAMA. Grafik 3.25 Misi K5 Kepastian Layanan Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
Grafik 3.26
34
Kinerja Dikdasmen Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015
35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa Misi K4jenjang SMP yang terbaik dengan nilai dikdasmen sebesar 95,93 berarti kinerjanya termasuk kinerja kategoriPARIPURNA. Sebaliknya, Misi K1jenjang SD yang terburuk sebesar 71,24termasuk kinerja kategori KURANGdibandingkan Misi K lainnya dengan jenjang SMP yang terburuk sebesar 88,29termasuk kinerja kategori PRATAMAdan jenjang SMsebesar 81,46 termasuk kinerja kategori PRATAMA. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kinerja terbaik adalah jenjang SMP sebesar 93,83 dan terburuk adalah jenjang SD sebesar 88,14namun kesemuanya termasuk kinerja kategori MADYA dan UTAMA. Dengan demikian, kinerja dikdasmen Kabupaten Semarangtermasuk kinerja kategori UTAMA. Kondisi kinerja pendidikan di Kabupaten Semarangpada kategori UTAMA, untuk itu Misi K1 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 80,33 termasuk kinerja kategori PRATAMA.Khusus untuk Misi K2, dalam rangka meningkatkan kinerja di jenjang SD maka diperlukan tambahan ruang kelas agar TPS makin besar. Hal yang sama untuk keterjangkauan SB di jenjang SD maka satuan biaya hendaknya diminimalkan. Untuk Misi K3, indikator %GLjenjang SDperlu ditingkatkan dengan melaksanakan penyetaraan guru, indikator AUjenjang SDperlu ditingkatkan melalui program remedial, indikator %RKbjenjang SDperlu ditingkatkan dengan melaksanakan rehabilitasiruang kelas, dan %Perpus jenjang SDperlu ditingkatkan dengan pengadaan pembangunan ruang kelas. Untuk jenjang SMP maka %GL SMP, perlu ditingkatkan dengan melaksanakan penyetaraan guru, %Perpusdan %Rkom SMP perlu ditingkatkan melalui pembangunan perpustakaan dan ruang komputer. Untuk SM, %RKb perlu ditingkatkan melalui rehabilitasi, %Kompdan %Lab perlu ditingkatkan dengan pembangunan perpustakaan dan laboratorium. Hal yang sama untuk Misi K4, dalam rangka peningkatan kesetaraan maka PG APK jenjang SM hendaknya dikurangi dengan cara meningkatkan siswa perempuan bersekolah. Hal yang sama dengan IPG jenjang SM. masih jauh dari seimbang. Selain itu, %S-Swt perlu ditingkatkan khususnya di jenjang SM agar siswa bersekolah di sekolah swasta dengan mutu dan biaya yang sama dengan sekolah negeri.
36
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2014.Kabupaten Semarang Dalam Angka2014, ............... DPA SKPD Kabupaten/Kota .................. Tahun 2011 (tidak diterbitkan) Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Nomor 14, Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional.2011. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2011-2014. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Mendiknas Nomor 15, Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Jakarta Pusat Statistik Pendidikan. 2011.Keberhasilan Program Pembangunan Pendidikan, Tahun 2009/2010.Jakarta Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2011a.APK/APM TK, SD, SMP, SM, dan PT 2011/2012.Jakarta. Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2011b.Isian Instrumen Profil Dikdasmen Tahun 2010/2011.Hasil Survai di 30 Kabupaten/Kota. Jakarta (tidak diterbitkan) Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2011c. Profil Dikdasmen Tahun 2010/2011 Buku Rangkuman. Jakarta
37