SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
DESAIN REKLAMASI- REVEGETASI EKS TAMBANG UNTUK PEMENUHAN BAHAN BAKU ENERGI TERBARUKAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Lulu Yuningsih, Yayat Hidayat Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak Kerusakan ekosistim pada lahan bekas penambangan sebagai dampak dari kerusakan akibat kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah menjadi buruk. Selain itu tanah terbuka bekas penambangan terjadi pemadatan, lapisan tanah tidak berprofil, minim kandungan unsur hara, kekurangan unsur hara esensial, berpotensi keracunan mineral, miskinnya bahan organik, kapasitas tukar kation rendah, serta minimnya populasi dan aktivitas mikroba tanah potensial, merupakan faktor-faktor penyebab buruknya pertumbuhan tanaman dan rendahnya tingkat keberhasilan revegetasi.Untuk dapat mengatasi masalah ini maka upaya perbaikan lahan dan upaya memilih jenis tanaman yang tepat, serta perlakukan teknik silvikultur yang benar perlu diterapkan. Secara umum revegetasi bertujuan untuk protektif, produktif, konservatif dan estetika. Pemilihan jenis untuk revegetasi areal bekas tambang, harus didasarkan pada faktor ekologis, ekonomis, teknis dan social. Rencana reklamasi areal bekas tambang batubara PT. Adimas Puspita Serasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu dicanangkan untuk program pengembangan bio-energi dengan menanam jarak pagar (Jatropha curcas) dan kemiri (Aleuritas moluccana). Dalam rangka peningkatan pemanfaatan fungsi lahan selain menanam jarak pagar dan kemiri juga akan menanam tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan menanam rumput gajah (Pennisetum purpureum). Untuk percepatan perbaikan iklim mikro dan mengatasi kekurangan unsur hara terutama Nitrogen pada tapak tanam yang belum stabil, maka kegiatan revegetasi akan dikombinasikan dengan menanam cover croops. Kata Kunci : Reklamasi Ex Tambang, Bio Energi, Jarak Pagar, Kemiri Abstract Damage to ecosystems on ex mined land as a result of damage caused by physical, chemical, and biological soil condition becomes bad. In addition soil compaction occurs open mined, not subsoil profile, minimal nutrient content, deficiency of essential nutrients, minerals poisoning potentially, poor in organic matter, the status of the low cation exchange capacity, and the lack of population and potential soil microbial activity, the factors causing bad plant growth and the low success rate revegetation. For this problem of land improvement efforts and attempts selecting the right type of plant , as well as proper treatment of silvicultural techniques need to be applied. In general, revegetation aims to protective, productive, conservative and aesthetic. The selection of species for revegetation former mining areas, must be based on ecological, economic, technical and social factors. Plan of the former coal mine reclamation area of PT. Adimas Puspita Serasi in Ogan Komering Ulu Regency earmarked for the development of bio - energy program by planting jatropha (Jatropha curcas) and candle nut (Aleuritas moluccana). Functions in order to improve the utilization of land in addition to plant jatropha and candle nut will also grow plants that can be used to feed runch by planting bulrush (Pennisetum purpureum). To accelerate improvement of microclimate and overcome nutrient deficiencies, especially nitrogen at planting site that has not been stabilized, the revegetation activities will be combined with plant cover croops. Key word: Ex mined reclamation, bio-energy, jatropha, candle nut tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity. Selain itu tanah terbuka bekas penambangan terjadi pemadatan (bulk density), lapisan tanah tidak berprofil, minim kandungan unsur hara, kekurangan unsur hara esensial, berpotensi keracunan mineral, miskinnya bahan organik, KTK (Kapasitas Tukar Kation) rendah, serta minimnya populasi dan aktivitas mikroba tanah potensial, merupakan faktor-faktor penyebab buruknya pertumbuhan tanaman dan rendahnya tingkat keberhasilan revegetasi. Untuk dapat mengatasi masalah ini maka upaya perbaikan lahan dan upaya memilih jenis
Latar Belakang Kerusakan ekosistem pada lahan bekas penambangan adalah hal yang lazim dan wajar serta sudah dapat di prediksi sebelumnya. Bentuk kerusakan lahan tersebut sebagai dampak dari kerusakan akibat kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah menjadi buruk. Sehingga kendala utama dalam melakukan kegiatan revegetasi pada lahanlahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang marginal termasuk masalah fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi tanah . Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi 24
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
tanaman yang tepat, serta perlakukan teknik silvikultur yang benar perlu diterapkan. Secara umum revegetasi bertujuan untuk : (1). Protektif; Untuk yang di areal diharapkan dapat memperbaiki stabilitas lahan, mempercepat penutupan tanah, mengurangi surface run off dan erosi tanah, sedangkan pada barrier jalan untuk perlindungan dari dari debu dan polutan lainnya (2). Produktif; yang mengarah pada peningkatan kesuburan tanah (soil fertility) yang lebih produktif, sehingga bisa diusahakan tanaman yang tidak saja menghasilkan kayu, tetapi juga dapat menghasilkan produk non-kayu, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya, dan (3). Konservatif; yang merupakan kegiatan untuk membantu mempercepat terjadinya suksesi secara alami kearah peningkatan keanekaragaman hayati spesies lokal; serta menyelamatkan dan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan potensial lokal yang telah langka. (4) Estetika; dari penanaman diharapkan dapat memberikan nilai keindahan dan ketenangan terutama untuk penanaman yang dikonsentrasikan di areal sekitar fasilitas sarana dan prasarana.
energi), yang akan dikombinasikan dengan tanaman pohon yaitu kemiri. Kemiri (Aleuritas moluccana) termasuk tanaman Multy Prupose Tree Species (MPTS), selain menghasilkan kayu juga meberikan hasil lain seperti buah yang dapat digunakan untuk bumbu masakan, kosmetik dan juga bio-energi. Dalam rangka peningkatan pemanfaatan fungsi lahan selain menanam jarak pagar dan kemiri juga akan menanam tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan menanam rumput gajah (Pennisetum purpureum). Disamping berfungsi sebagai tanaman pakan ternak rumput gajah dapat berfungsi juga sebagai tanaman pembatas dalam sistem pertanaman lorong, sebagai tanaman penguat teras, dan sebagai sumber pupuk hijau. Selain itu diharapkan dapat berfungsi juga sebagai konservasi tanah dan tanaman penutup tanah yang diharapkan dapat mengurangi aliran run off, meningkatkan infiltrasi dan dapat menahan/ mengendalikan terjadinya erosi. Dilihat dari adaptasi tempat tumbuh hampir semua kelas tanah/lahan bisa ditanami rumput pakan. Untuk percepatan perbaikan iklim mikro dan mengatasi kekurangan unsur hara terutama Nitrogen pada tapak tanam yang belum stabil, maka kegiatan revegetasi menggunakan cover croops dengan menanam jenis colopogonium seperti Colopgonium mucunoides, Centrosema pubescens atau Crotaria juncea yang tergolong pada famili Leguminosae. Adanya kombinasi antara tanaman pohon dan tanaman bawah yang berupa cover croop selain mempercepat kesuburan tanah juga akan memperbaiki iklim mikro yang akan merangsang terbentuknya biota tanah yang akan mempercepat perbaikan sipat fisik, kima dan biologi tanah juga akan memperbaiki proses drainase. Secara umum jenisjenis tumbuhan yang termasuk pada famili Leguminosae memiliki bintil (nodul) akar yang mengandung bakteri rhizobium. Melalui bakteri rhizobium inilah maka tanaman kelompok Leguminosae dapat menambat nitrogen secara mandiri dari atmosfer dengan proses fiksasi N yang selanjutnya Nitrogen an organik ini diubah menjadi asam amino dan kemudian menjadi protein. Nitrogen bebas selain dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat atau petir juga dapat di tambat atau difiksasi oleh bakteri rhizobium yang berada pada nodul akar. Lokasi Revegetasi Salah satu investor pertambangan batu bara yang akan melakukan penambangan di kabupaten Ogan Komering Ulu adalah PT. Adimas Puspita Serasi. Sesuai dengan perencanaan tambang, PT. Adimas Puspita Serasi akan melakukan sistim penambangan terbuka. Pada tahapan 5 (lima) tahun pertama masa produksi, revegetasi akan dilakukan di areal sekitar pembangunan sarana prasarana, waste dump area, Kanan Kiri jalan
Dasar Pemilihan Jenis Pemilihan jenis untuk revegetasi areal bekas tambang, harus didasarkan pada faktor ekologis/ konservasi, ekonomis, teknis dan sosial. Secara ekologi/ konservasi umumnya merupakan spesies tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat dan diharapkan dengan melakukan beberapa manipulasi pada kondisi lahan sehingga bisa menyesuaikan pada kondisi tanah bekas tambang. Secara ekonomis jenis tersebut bernilai jual tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri besar dan kecil ataupun untuk pemenuhan keperluan rumah tangga, secara teknis mudah untuk membudidayakannya dan secara sosial diminati oleh masyarakat. Nilai Social yaitu itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi setempat, jenis yang cepat tumbuh (fast growing species), pionir dan memiliki sifat intoleran, karena areal bekas tambang pada umumnya merupakan areal yang terbuka. Dengan adanya permasalahan terbatasnya ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan adanya perkembangan harga BBM akhir-akhir ini, memberikan peluang untuk pengembangan bioenergi, diantaranya dengan pengembangan tanaman jarak pagar untuk menghasilkan minyak. Areal bekas tambang dapat dicanangkan untuk program pengembangan bio-energi. Kelebihan jarak pagar adalah selain mampu mereklamasi bekas lahan tambang dalam waktu singkat, tanaman ini juga menghasilkan sumber energi terbarukan biodisel. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka jenis yang akan dipilih untuk revegetasi pada areal bekas penambangan batubara PT. Adimas Puspita Serasi akan menggunakan jarak pagar (Jatropha curcas) yang akan dimanfaatkan sebagai sumber energi (bio25
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
tambang, areal konservasi meliputi bantaran sungai dan zona penyangga.
jalan. Adapun kiri kanan jalan yang akan ditanami adalah jalan dari bukaan tambang (Pit) menuju WDA, jalan antar Pit, jalan dari Pit ke CPP, jalan dari CPP lokasi fasilitas tambang, dan jalan dari CPP ke stockpile, yang diperkirakan mencapai ± 13km. Dari keseluruhan jalan yang akan dibangun, ± 8,5m dibangun dengan memakai teknik perkerasan tanah, sedangkan ± 4,5m dibangun dengan teknik perkerasan sirtu. Revegetasi yang akan dilakukan pada kirikanan jalan adalah dengan menanami jalur barrier dengan lebar masing-masing 3m. Jenis yang akan dipilih adalah jenis yang memiliki fungsi lindung dan nilai estetika. Dalam hal ini akan dipilih jenis mahoni dan angsana. Jarak tanam yang akan digunakan juga 5x5m. Untuk mencegah terjadi erosi atau pengikisan lapisan permukaan tanah, penanaman akan dikombinasikan dengan menanam cover croop. Kebutuhan bibit mahoni dan angsana untuk penanaman kiri-kanan jalan pada jalur barrier adalah 5.200 batang, ditambah persediaan bibit untuk penyulaman 20%, sehingga bibit yang harus disediakan adalah 6.240 batang.
1) Sekitar Bangunan Sarana dan Prasarana Sekitar bangunan sarana dan prasara meliputi halaman perkantoran, halaman perumahan karyawan dan areal taman atau ruang terbuka hijau (RTH). Kegiatan revegetasi pada lokasi ini akan dilakukan mulai tahun pertama penambangan. Luas keseluruhan yang akan direvegetasi termasuk taman adalah ± 15.000 m2. Adapun jenis yang dipilih untuk ditanam pada lokasi ini adalah mahoni (Swietenia macrophyilla), Tanjung (Mimusops elengi), Angsana (Pterocarpus indicus), Filisium (Filiciun decifiens), Jarak Jepang (Ricinus communis), flamboyan (Delonix regia), Trembesi (Samanea samans). Palm raja (Oreodoxa regia) dan glodokan tiang (Polyalthea pendula). Penanaman akan memakai jarak tanam 5x5 m sehingga jumlah bibit yang diperlukan adalah 600 batang ditambah persiapan untuk penyulaman 20% sehingga total bibit yang dipersiapkan adalah 720 batang. 2) Waste Dump Area Waste dump area adalah areal yang diperuntukkan untuk menyimpan lapisan penutup batubara berupa (sub soil). Luas waste dump area yang disiapkan adalah ±60 ha yang letaknya sekitar ± 1,0 km dari lokasi penambangan tahun pertama. Pada waste dump area ini akan dilakukan reklamasi dengan kegiatan revegetasi pada tahun ke-5. Jenis yang akan di tanam di areal ini adalah jenis yang dapat digunakan sebagai alyernatif bio energi yaitu jarak pagar (Jatropha curcas). Jarak pagar merupakan tanaman perdu sehingga akan dikombinasikan dengan tanaman tingkat tinggi yang tergolong tanaman MPTS (Multiple Purpose Tree Species) Kemiri (Aleuritas moluccana), yang juga dapat menghasilkanbio etanol. Selain itu akan dikombinasikan juga dengan tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) sebagai tanaman untuk pakan ternak dan dapat menjaga terjadinya erosi tanah. Agar terjadi percepatan perbaikan iklim mikro serta sipat biologi tanah serta menjaga kestabilan tanah, maka tanaman pokok tersebut akan dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah (cover croop). Dari luas keseluruhan West Dump Area akan ditanami jarak pagar (40%), kemiri (30%) dan rumput gajah (30%). Berdasarkan perhitungan jarak tanam ideal untuk jarak pagar 3x3m, kemiri 3x5m, dan rumput gajah 30x100cm, maka dibutuhkan bibit jarak pagar (40%) adalah 26.667 batang, kemiri (30%) 12.000 batang dan rumput gajah (30x100cm) 600.000 batang. Untuk penyulaman akan disiapkan 30% dari setiap jenis yang akan digunakan.
4) Areal Konservasi dan Zona Penyangga Penanaman yang akan dilakukan terhadap areal konservasi (bantaran sungai) yaitu melakukan penaman pengayaan terhadap bantaran sungai yang terkena rusak ringan dan melakukan revegetasi pada kondisi bantaran sungai yang mengalami rusak berat. Adapun jenis yang dipilih untuk penanaman ini kayu ara atau beringin dan cempedak. Selain itu akan dilakukan penaman pada jalur-jalur pembatas lahan yang berfungsi juga sebagai zona penyangga yaitu bambu. Cempedak merupakan tanaman MPTS yang dapat meberikan manfaat ganda selain kayu buah nya adalah sebagai sumber pangan dan juga dapat dijadikan sebagai sumber pakan satwa. Cempedak merupakan tumbuhan alami yang ada di hutan-hutan dan lahan khususnya wilayah Sumatera Selatan. Bambu merupakan tanaman konservatif baik untuk keseimbangan lingkungan yang berfungsi sebagai penahan erosi, peredam suara dan banyak meberikan mafaat seabagai bahan bangunan, peralatan rumah tangga, bahan baku industri, sumber pangan, peralatan musik, obat-obatan dll. Adapun kayu ara ataupun beringin selain meberikan fungsi sebagai penahan terjadinya erosi, buahnya menjadi sumber pakan satwa dan pohonnnya disukai sebagai sarang lebah Apis cerana. Areal zona penyangga adalah areal perbatasan antara lokasi tambang dengan areal peruntukkan lain seperti IUPHHK HTI, HTR, OMIBA, kebun masyarakat ataupun pemukiman. tanaman pagar dapat dipilih jenis bambu pagar. Penanaman vegetasi tersebut selain berfungsi sebagai pembatas juga berfungsi sebagai fungsi lingkungan yaitu meminimalisasi dampak yang disebabkan oleh penurunan kualitas udara
3) Kiri-Kanan Jalan Tambang Penanaman kiri kanan jalan tambang akan dilakukan mulai tahun pertama secara terus menerus seiring dengan pertambahan panjang 26
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
terutama debu, juga berfungsi sebagai peredam kanan jalan adalah jenis angsana, mahoni, atau meminimalisasikan dari adanya kebisingan. tanjung, keji beling dan kaca piring. Cempedak, kayu ara dan bambu digunakan untuk melakukan Pengenalan Jenis Terpilih penanaman dan pengayaan pada areal konservasi Berdasarkan beberapa kajian, jenis yang dan zona penyangga. dipilih untuk mereklamasi waste dump area adalah jarak pagar dan kemiri yang dikombinasikan dengan pakan ternak rumput gajah. Untuk kiriTabel 1. Rekapitulasi Kebutuhan Bibit dari Setiap Lokasi Revegetasi Lokasi Sekitar sarana prsarana, taman (RTH) Waste dump area
Kiri- kanan jalan
Areal konservasi dan Zona penyangga
Jenis/ komposisi Mahoni, Tanjung, Filisium, Jarak jepang, Famboyan, Trembesi Palm raja, Glodokan tiang Jarak pagar (40%) Kemiri (30%) Pakan ternak(30%) Kacangan Mahoni (50%) Angsana (50%) Kacangan Kayu ara/Beringin Cempedak, Bambu
Tinggi Jarak tanam bibit (cm) 50 – 80 5x5 m
Luas/ panjang 15.000m2
Penyu laman 20%
≥ 50
3x3m 3x5m 30 x 100 cm
60 ha
30%
50 – 80
5x5m
13 km
20%
50 – 80
5x5m
~
20%
Jumlah (btg) 720
Waktu Tahun ke-1 sampai ke-2
34.667 Tahun ke-5 15.600 780.000 60 kg 3.120 Tahun ke-1 3.120 sampai ke-5 60 kg ~
Tahun ke-1 sampai ke-5
untuk menghasilkan minyak. Sebagian lahan bekas tambang telah dicanangkan untuk program pengembangan bio-energi tersebut. Kelebihan jarak pagar adalah selain mampu mereklamasi bekas lahan tambang dalam waktu singkat, tanaman ini juga menghasilkan sumber energi terbarukan yaitu biodisel. Hal lain yang menjadi faktor pendukung pemilihan jenis jarak pagar adalah yang berhubungan dengan faktor ekonomis, jarak pagar dapat digunakan untuk mereklamasi lahan-lahan tererosi dan dapat menyerap pencemaran udara yang disebabkan oleh gas CO2 ( Karbon Dioksida ), NOx, dan SOx . Kemampuan Jarak pagar menyerap gas CO2 dari atmosfir cukup tinggi, sebesar 1,8 kg/ kg bagian kering tanaman. Disamping itu juga bermanfaat sebagai bahan baku berbagai macam obat-obatan, pembuatan sabun, cat dan kosmetika. Ampas bijinya merupakan sumber pupuk organic dan pakan ternak setelah mengalami proses Detoksifikasi ( penghilangan racun ). Pemanfaatan biji atau minyak jarak pagar tidak berkompetisi dengan penggunaan minyak sawit, minyak kelapa yang biasa digunakan untuk minyak makan atau industrioleokimia, sehingga harganya dapat diharapkan relatif stabil. Jarak pagar mengandung zat penyamak sebesar 11 – 18 %, sedangkan bijinya berisi minyak curcos kurang lebih 35 – 45 % yang terdiri dari gliserida-gliseria, asam palmitat, stearat dan kurkanolat. Minyak yang diambil dari pengepresan biji masih mengandung protein racun yang disebut krusin, alkaoid dan saponin. Selain sebagai pengganti BBM Jarak pagar (Jatropha curcas L.) dapat menghasilkan Biodiesel. Beberapa negara yang miskin sumber daya BBM, seperti India, Tanzania dan Gambia telah lama mengembangkan Jarak pagar sebagai pengganti Kerosin (minyak tanah) untuk kompor
1. Deskripsi Jarak Pagar (Jatropha curcas) Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) atau juga disebut juga physic nut merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, saat zaman penjajahan jepang. Minyak jarak pagar dipergunakan sebagai bahan pelumas dan bahan bakar pesawat terbang. Sesuai dengan namanya, tanaman ini memang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta sebagai obat tradisional, disamping sebagai bahan bakar dan minyak pelumas. Perkembangan jarak pagar sangat luas, awalnya dari Amerika Tengah, kemudian menyebar ke Afrika dan Asia. Luasnya perkembangan jarak pagar disebabkan oleh kemudahan dalam pertumbuhannya. Menurut Hambali. E, dkk (2007), Jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran rendah sampai dataran tinggi, curah hujan yang rendah maupun tinggi (300 – 2.380 ml/tahun), rentang suhu 20 – 26 oC. Karena sifat tersebut tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, bebatu, lempung ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis. Tanaman jarak pagar secara kultur teknis mempunyai potensi dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, antara lain tanah berbatu, berpasir, liat bahkan tanah kurang subur, oleh sebab itu tanaman ini sangat tepat digunakan untuk reklamasi bekas tambang, mengingat cadangan hara yang memang rendah disamping iklim mikro lahan bekas penambangan kering, kondisi air bekas penambangan (kolong) cenderung asam. Pemilihan spesies untuk revegetasi terkait juga tataguna lahan pasca tambang. Perkembangan harga minyak bumi akhir-akhir ini, memberikan peluang untuk pengembangan bio-energi, maka dengan pengembangan tanaman jarak pagar 27
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172 3. Deskripsi Rumput Gajah Rumput gajah (Pennisetum purpureum), merupakan keluarga rumput rumputan (graminae ) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah. Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus enghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek; helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing. Selain sebagai pakan ternak, jenis ini dapat berperan dalam pengawetan tanah dan air serta mampu untuk membantu mencegah terjadinya erosi dengan kajian sebagai berikut. Tanaman rumput-rumputan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam waktu singkat tanah dapat tertutupi oleh tanaman tersebut secara rapat dan tebal. Bagian atas dari tanaman (daun-daunan) mampu melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan dan memperlambat aliran permukaan. Bagian perakaran dapat memperkuat resistensi tanah dan membantu melancarkan infiltrasi air ke dalam tanah. Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara monokultur ataupun interkultur dengan tanaman tahunan sehingga dapat diperoleh manfaat secara maksimal. Pertumbuhannya yang relatif cepat dalam waktu yang pendek serta peranan daun-daun dan perakarannya terhadap erosi, maka pembudidayaan rumput gajah dapat menjadi alternatif pilihan. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempatdengan ketinggian antara (0 – 3000 dpl). Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama. Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pous) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20-25 cm (2-3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Pemotongan pada waktu penanaman ruas mata dapat Untuk bibit yang berasal dari sobekan rumpun/ anakan (pous) sebaiknya berasal dari rumpun yang sehat, banyak mengandung akar dan calon anakan baru. Sebelum penanaman bagian vegetatif dari sobekan rumpun dipangkas terlebih dahulu untuk menghindari penguapan yang tinggi sebelum sistem perakaran dapat aktif menghisap air. Rumput gajah dapat dipanen sepanjang tahun dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai
dan lampu. Potensi Jarak pagar di Indonesia sebagai salah satu sumber energi alternatif pengganti BBM dari komoditas pertanian (biofuel) saat ini bukan wacana lagi, karena Pemerintah melalui Blue Print Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menetapkan kebutuhan energi nasional akan dipenuhi dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 4,4 %, dimana sebesar 1,3 % berasal dari Biofuel (setara dengan 4,7 juta kilo liter ). 2. Deskripsi kemiri (Aleuritas moluccana) Selain jarak pagar, ternyata Kemiri juga memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan bio-diesel. Kemiri (Aleuritas moluccana) adalah tanaman yang memiliki perakaran tunggang dengan kanopi yang rapat dan lebar. Kemiri merupakan tanaman dikotil, tumbuh sebagai tegakan dengan diameter batang mencapai 1 meter. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 meter atau lebih serta hidup sampai usia diatas 75 tahun. Buah tanaman ini berada di kanopi terminal dan buahnya terletak di ujung cabang. Kemiri merupakan tanaman asli menyebar di Filipina dan Indonesia. Kemiri tumbuh baik pada tanah kapur, berpasir, podsolik kurang subur dan latosol, tapak bergelombang, datar dan curam. Kemiri dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut dengan kondisi iklim optimal adalah pada suhu 18,7–26,20C dengan pH 5,4– 7,1. Pola pengembangannya dapat dibudayakan secara polikultur atau tanaman campuran dan monokultur perkebunan. Kemiri memiliki potensi sebagai sumber energi alternatif karena memiliki kandungan minyak mencapai 52 % (disebut minyak kasar kemiri sunan (MKKS) atau Crude Trisperma Oil (CTO)) atau 40 % dari biji/gelondong. Selain itu, tanaman ini juga multiguna karena dapat digunakan sebagai obat, cat, pernis, tinta, pewarna batik, pelapis perahu, minyak lampu, pestisida nabati, pupuk organik, pelapis sepatu dan lain-lain. Dari 100 pohon Kemiri dapat diperoleh minyak biodiesel 10 ton/tahun (4-5 kali lebih tinggi dari Jarak Pagar dan 2 kali lebih tinggi dari Minyak Kelapa Sawit). Dari hasil analisis laboratorium, kadar minyak mentah biji Kemiri sampai 49-59 persen dan setelah melalui transesterifikasi mencapai 88-91 persen. Minyak diesel dari Kemiri bisa dipakai untuk mesin generator dengan bahan bakar 100 persen minyak dari biji Kemiri, sama halnya Jarak Pagar. Berdasarkan keragaman di lapangan, tanaman umur 25 tahun bisa menghasilkan 250 kg biji/ tahun. Misalnya satu hektar bisa ditanam 100 pohon, maka bisa dihasilkan 12,5 ton biodiesel. Dengan jarak tanam 8x8 m atau 8x10 m. Sedangkan produksi minyak mentah dari Kelapa Sawit sekitar 4 ton/ha/tahun. Bedanya, tanaman Kemiri belum dibudidaya seperti halnya kelapa sawit. 28
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
pakan hijauan untuk kerbau dan sapi. Biasanya rumput ini diberikan dalam bentuk segar, tetapi dapat juga diawetkan sebagai silase. Hasil bahan kering setiap tahun diharapkan berkisar 2 - 10 ton/hektar untuk tanaman yang tidak dipupuk atau dengan pupuk yang sedikit, tetapi yang menggunakan banyak pupuk N dan P hasilnya berkisar antara 6 - 40 ton/hektar. Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg; P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik.
dari stek, tidak harus berasal dari biji karena umur panen bibit asal stek lebih cepat daripada biji. Sedangkan untuk apa bila menginginkan lebih kepada tujuan konservasi disarankan untuk memakai bibit asal biji karena perakaran lebih kuat. Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan.
Urutan Kegiatan Penanaman Teknik penanaman pada lahan bekas tambang termasuk waste dump area harus menggunakan kaidah kaidah standar silvikultur pada lahan marginal dan ekstrim. Pada lahan ekstrim tesebut diharapkan dapat menggunakan silvikultur intensif dengan metoda yang disesuikan dengan keadaan alam dan ligkungannya. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam penanaman adalah sebagai berikut;
2. Pembangunan Persemaian Persemaian adalah tempat yang di persiapkan sedemikian rupa dengan berbagai persyaratan teknis dan administrasi yaitu sebagai lokasi khusus bagi suatu calon tanaman untuk dilakukan berbagai perlakuan dalam rangka tanaman tersebut siap tanam di lapangan. Terdapat 2 (dua) teknis penyemaian tanaman yang lazim adalah menggunakan teknik vegetatif dan teknik generatif. Dalam pelaksanaan pembangunan persemaian akan memberdayakan masyarakat dengan pertimbangan beberapa faktor antara lain letak lokasi, kondisi tanah, persediaan air, perlindungan terhadap berbagai gangguan fisik maupun sosial. Serta gangguan lainnya. Letak lokasi diupayakan dekat dengan pemukiman masyarakat, keadaan tempat datar, ada akses jalan untuk pengangkutan dan dekat dengan lokasi tanam atau lokasi revegetasi. Syarat lain yang mutlak harus diperhatikan adalah adanya sumber air untuk penyiraman. Memilih kondisi tanah persemaian yang subur, drainase baik, tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering, tidak mengandung batu-batu. Hal ini dimaksudkan agar tanah tersebut dapat digunakan sebagai media tabur ataupun media sapih. Dalam pembangunan suatu persemaian harus dilengkapi dengan pembuatan fasilitas pendukung yang sangat bergantung pada umur persemaian, kapasitas produksi dan sarana atau teknologi yang akan di pakai. Dalam pembuatan reklamasi ini kebutuhan bibit akan berlangsung terus menerus sehingga tipe persemaian yang dipilih merupakan persemaian permanen skala kecil dengan fasilitas dan peralatan persemaian adalah; 1. Pondok kerja sebagai sarana administrasi pekerjaan dan tempat pekerja istirahat. 2. Pembangunan bedeng tabur dan bedeng sapih permanen/ semi permanen. 3. Saluran penyiraman dengan menggunakan paralon atau selang plastik 4. Mesin Pompa 5. Hand sprayer 6. Paranet/ sarlon
1. Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan benih sangat erat hubungannya dengan pengadaan perbanyakan tanaman melalui proses generatif. Agar hasil perbanyakan ini mempunyai kualitas yang baik maka perlu memperhatikan aspek kualitas dari pohon induk benih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengunduhan buah kemiri antara lain: Benih harus diambil dari pohon yang pertumbuhannya baik dan jelas asal usulnya, sehat dan tidak terserang hama. Untuk mendukung hal tersebut perlu adanya upaya pemilihan pohon induk alami atau membangun secara khusus pohon induk yang terisolasi dari areal tanaman yang dimaksud. Hal ini dimaksudkan agar pohon induk tidak terkontaminasi oleh bunga tanaman lain yang tidak dikehendaki. Persyaratan sebagai pohon induk antara lain pohon harus memiliki penampakan tumbuh yang baik, sehat dan kokoh, tahan terhadap gangguan hama dan penyakit, memiliki kematangan umur optimal 15 tahun dan memiliki daya berkecambah mencapai > 80%. Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan inti biji. Inti merupakan sumber bagian yang menghasilkan minyak sebagai bahan bakar biodiesel dengan proses awal ekstraksi. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji baik cangkang maupun buah berkisar 25-35 % berat kering biji Prihandana, R (2007), jarak pagar mampu menghasilkan 7,5 – 10 ton /ha/tahun tergantung dari kualitas benih, agroklimat, tingkat kesuburan tanah dan pemeliharaan, (Hambali. E, 2007). Sebagai perhitungan kasar produksi minyak jarak mentah, cruide jatropha oil (CJO), dari 25 % /biji kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 1,875-2,5 ton minyak /ha/tahun. Untuk tujuan produksi bibit yang digunakan bisa berasal 29
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
7. Plastik atau sungkup 8. Parang, cangkul
3) Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan pupuk NPK atau dengan pupuk organik. Pupuk daun dapat digunakan setelah bibit usia 1 bulan dari penyapihan. 4) Setelah dua minggu atau satu bulan dari penyapihan dilakukan penyulaman. 5) Pembersiahan dilakukan agar memberikan ruang tumbuh yang luas pada anakan dan mencegah adanya hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan hama dan penyakit dengan pestisida apa bila dianggap perlu. 6) Melakukan proses pemisahan atau penseleksian dengan memilih bibit yang sama besar dan sehat, sehingga diharapkan pada saat penanaman terjadi pertumbuhan yang seragam. 7) Pengelompokan bibit ditindaklanjuti dengan pemeliharaan lanjutan yaitu terhadap bibit yang pertumbuhannya kerdil/ tidak normal dilakukan pemupukan kembali.
3. Penaburan benih Secara umum untuk jenis kemiri perlu dilakukan proses penaburan. Media tabur yang digunakan adalah campuran pasir halus dan tanah halus dengan perbandingan (1:1). Bahan media tersebut disterilkan dengan cara dijemur. Penaburan biji dilakukan pada bak tabur atau bedeng tabur dengan dicampur terlebih dahulu dengan pasir halus dengan perbandingan benih dan pasir 2:1, agar penyebaran dalam bak kecambah merata. Ukuran benih yang ditabur adalah 1 sendok teh untuk setiap penaburan pada bak tabur dengan ukuran 25 cm x 20 cm. Sebelum benih ditabur, media disiram sampai jenuh kemudian bak tabur ditutup dengan plastik transparan (sungkup). Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman sampai anakan siap disapih ke polybag. Penyiraman menggunakan air biasa untuk setiap harinya dan menggunakan air yang dicampur dengan fungisida untuk setiap minggunya. Biasanya benih mulai berkecambah setelah 7-15 hari setelah penaburan dan akan mulai merata setelah 30 hari. Adapun bibit yang berasal dari dari cangkokkan, penyiraman dapat dilakukan secara teratur tiap hari untuk mencegah kekeringan. Semai yang beasal dari cangkokan sebaiknya diberi naungan saat baru dipindahkan supaya tidak layu.
6. Pembongkaran dan Pengangkutan Bibit Proses pembongkaran dan pemindahan bibit harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar bibit tidak rusak. Bibit yang akan diangkut ke lapangan untuk penanaman sebaiknya disiram terlebih dahulu dan pengangkutan bibit ke lapangan penanaman sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Apabila jarak angkutan bibit cukup jauh, maka bibit yang telah dibongkar dirawat lebih dahulu beberap hari sebelum ditanam. 7. Penanaman Untuk kegiatan revegetasi eks- tambang Pola tanam diatur berdasarkan kaidah-kaidah dengan memperhatikan aspek konservasi tanah dan air, berdasarkan kondisi kekritisan lahan maka rekomendasi jarak tanam adalah jarak tanam 3m x 3m, sehingga jumlah tanaman adalah 1.112 tanaman/Ha. Jarak tersebut dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan diameter batangnya, sebab radius lingkaran bayangan kebawah batang atas pohon adalah wilayah penyerapan unsur-unsur hara ditanah oleh akar pohon (definite growth). Pada lahan yang re1atif datar (0 -15 %) penanaman dilaksanakan dengan sistem grid, yakni penempatan jalur dan titik tanam tegak lurus tersebar merata tanpa memperhitungkan kontur. Arah jalur tanam sedapat mungkin utara-selatan. Jalur tanam diusahakan bersambung apabila memotong jalan. Sedangkan pada lahan yang bergelombang (lereng 15-25 %) penanaman dilaksanakan dengan jalur tanam searah garis kontur (sesuai dengan teknis penyiapan lahan/buka jalur pada lahan miring), sehingga tidak lurus. Penanaman pada satu komparteman dilakukan secara monokultur yang berarti dalam satu kompartemen hanya terdapat satu jenis tanaman pokok. Bibit siap tanam adalah bibit yang sudah mempunyai sel kayu, tinggi >30 cm, diameter pangkal batang mencapai 4,0 mm-7,0 mm, daun
4. Penyapihan Penyapihan adalah pemindahan tanaman dari bak kecambah atau bedeng tabur ke polybag. Masa penyapiha bervariasi ada yang dilakukan ketika kecambah telah memiliki 2–3 pasang daun atau telah mencapai tinggi 2-3 cm pada usia anakan mencapai 6-10 minggu. Ada juga masa penyapihan yang dilakukan setelah batang mengandung kayu dan kelopak biji dan atau pada umur 1 – 1,5 bulan setelah tumbuh. Anakan sudah dapat dipindahkan ke dalam polybag secara hatihati supaya akarnya tidak putus. Ukuran polybag yang digunakan adalah 15cm x 20cm dengan memakai media tanah humus dicampur dengan pasir dan pupuk kandang. Untuk jenis Bambu tunas / anakan langsung disapih ke dalam polibag. 5. Pemeliharaan bibit di persemaian Pemeliharaan bibit dipersemaian secara umum perlakuannya sama untuk seluruh jenis tanaman yaitu dilakukan sebagai berikut: 1) Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari menggunakan air biasa dan setiap 1 minggu menggunakan air biasa dicampur dengan fungisida. 2) Pemberian naungan dengan menggunakan paranet dengan intensitas cahaya 30%, 40%, atau 50% dilakukan hingga bibit berumur ± 2 bulan 30
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
hijau dan batang tunggal. Untuk mencapai bibit seperti tersebut adalah pada saat umur bibit mencapai 3-5 bulan bisa menjadi lebih cepat atau lambat karena sangat tergantung dengan perlakuan yang diberikan selama di persemaian. Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi tanah pada lahan bekas tambang adalah minim unsur hara dan minim bahan organik sehingga lubang tanam tidak dibuat standar (30x30x30) atau (40x40x40) melainkan dibuat (1mx1mx80cm), hal ini diharapkan agar ketersediaan unsur hara bisa lebih memadai dan bertahan lama. Penanaman dilakukan pada musim penghujan, diawali dengan pemasangan ajir (panjang 45 cm) yang ditancapkan pada titik dan jalur tanam sebagai tanda posisi lubang tanaman yang akan dibuat. Ajir ditancapkan pada semua titik tanam dengan dibantu tali (supaya lurus). Lubang tanam yang sudah disiapkan diberakan terlebih dahulu selama 3-7 hari kemudian dimasukkan pupuk organik (kompos) + NPK sebagai pupuk dasar berbarengan pada saat bibit mau ditanam. Pada saat bibit ditanam, polybag dilepas secara hati-hati supaya media tetap utuh dan tanahnya tidak rusak. Bibit ditanam berdiri tegak pada lubang yang disiapkan pada setiap ajir yang terlebih dahulu sudah di tancapkan, kemudian ditutup dengan tanah yang gembur atau tanah kompos sampai leher akar.
pertama dilakukan satu bulan setelah penanaman dan penyulaman ke-dua dilakukan satu tahun setelah penanaman. Penyulaman harus dilakukan pada waktu musim hujan sebagaimana waktu yang layak untuk penanaman. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat, seumur dan berasal dari persemaian yang sama dengan bibit yang ditanam terdahulu. 10. Penyiangan Kegiatan penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tumbuhan pengganggu dan gulma agar ruang tumbuh menjadi lebih luas, terutama untuk memperoleh kandungan hara, mineral dan cahaya matahari yang dibutuhkan. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dan tumbuhan pengganggu secara total diareal tanaman, penyiangan secara manual dengan mengunakan alat cangkul atau parang. Ruang tumbuhan yang dibersihkan dapat berbentuk piringan atau melingkar dengan diameter 0,5 s/d 1 atau berbetuk jalur dengan lebar jalur 1 m. Kegiatan penyiangan dapat dilakukan pada saat musim kemarau atau musim hujan dengan frekuensi 3-4 bulan sekali dalam setahun untuk tanaman umur 1-2 tahun, frekuensi 6-12 bulan sekali untuk tanaman umur lebih dari 2 tahun hinggá tampak ada kepastian bahwa pohon tidak akan terkalahkan dalam bersaing dengan gulma.
8. Pemeliharaan Tanaman Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua komponen lingkungan berupa organisme hidup yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain patogen, parasit, serangga dan tetumbuhan liar seperti gulma. Faktor abiotik meliputi semua kondisi lingkungan yang berupa benda mati yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti iklim dan kesuburan tanah. Untuk meningktakan peran positif dan menekan peran negatif dari semua faktor lingkungan tersebut, maka pemeliharaan tanaman sangat diperlukan agar keberhasilan hidup dan pertumbuhan tanaman menjadi baik. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman antara lain sebagai berikut.
11. Pendangiran Pendangiran merupakan kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman dalam upaya memperbaiki sifat fisik tanah. Pendangiran dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul pada tanah disekitar tanaman dengan radius 25 – 50 cm. Kegiatan ini dilakukan selama dua kali dalam satu tahun berjalan, yaitu pada umur 4 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. 12. Singling dan Pemangkasan Pemangkasan cabang, merupakan kegiatan membuang cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu. Pemangkasan dilakukan dengan tujuan agar memperkecil mata kayu dan memperbaiki kualitas bentuk kayu. Singling dan pemangkasan dalam kepentingan reklamasi tidak diperlukan, karena pertumbuhan tanaman periode pertama lebih mengutamakan fungsi ekologis bukan ekonomis (kualitas kayu).
9. Penyulaman Pertumbuhan tanaman tidak selamanya sesuai dengan target. Persen pertumbuhan merupakan salah satu indikator keberhasilan penanaman. Untuk mendapatkan persen tumbuh yang baik diperlukan penyulaman. Setelah tanaman berumur 1-2 bulan dilakukan penyulaman pada tanaman yang mati atau tanaman yang pertumbuhannya tidak baik. Penyulaman didasarkan pada hasil sensus tanaman <90%, maka dilakukan penyulaman. Secara umum kegiatan penyulaman diperkirakan meliputi sekitar 10% dari kegiatan penanaman. Penyulaman
13. Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman. Untuk pertumbuhan, pemupukan dapat dilakukan minimal cukup sampai usia 2 tahun karena usia 2 tahun keatas diharapkan sumber makanan dan unsur hara didapat dari serasah yang sudah terdekomposisi secara alami selama 1-3 tahun. Periode pemupukan 1-2 kali/setahun, tetapi jika memungkinkan pemupukan dilakukan sampai 31
SYLVA V-1: 24-32, Juli 2016
ISSN 2301 - 4172
batas usia mendekati usia panen yaitu 5 sampai 6 tahun, agar hasil lebih maksimal. Pupuk yang digunakan bisa NPK atau pupuk organik (kompos, pupuk kandang, bokhasi). kompos/Bokhasi/Pupuk kandang berperan sebagai absorbent yang dapat menyimpan mineral & unsur hara dan memperlancar pertukaran kation di dalam tanah. Tanpa kompos/Bokhasi/Pupuk Kandang tanah semakin lama semakin jenuh, jika tanah jenuh pemberian pupuk menjadi sia-sia dikarenakan tanah jenuh tidak dapat lagi mengikat mineral sehingga pupuk yang diberikan tidak dapat mengurai kedalam tanah dan akan menguap atau tercuci, kompos memperbaharui kondisi tanah dan menjadikan tanah di sekitar pangkal pohon/akar menjadi lembab dan subur. Dengan kompos pupuk yang diberikan dapat mengurai dengan baik sehingga akar menjadi mudah menyerap unsur hara tersebut. Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan untuk tanaman Jarak pagar per Haadalah : 80 kg N, 18 kg P2O5, 32 kg K2O, 12 kg CaO dan 10 kg MgO. Pupuk N diberikan pada saat tanam dan umur 28 hari setelah tanam (HST), sedangkan pupuk P, K, Ca dan Mg diberikan saat tanam Pemberian pupuk organic disarankan untuk memperbaiki struktur tanah.
serasah cepat terdekomposisi bermanfaat menjadi hara, serasah disiram bakteri pengurai untuk mempercepat proses fermentasi. Penyemprotan dengan pestisida dilakukan secara aktif dan periodik, 1 atau 2 minggu sekali selama 3-5 bulan tergantung keadaan gangguan, agar daun tidak dimakan ulat. Daftar Pustaka Abubakar Fiki. 2009. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Revegetasi Lahan Bekas Tambang Nikel di PT. Inco Tbk. Sorowako Sulawesi Selatan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Adman Burhanudin. 2010. Kajian Teknik Reklamasi dan Jenis Tanaman Revegetasi Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah pada Lahan Eks Tambang Batubara. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja. Badan Penelitian dan pengembangan Kehutanan Kementrian Kehutanan. Hermawan Budi.2011. Peningkatan Kualitas lahan Bekas Tambang Melalui Revegetasi dan kesesuaian Sebagai lahan pertanian Tanaman pangan. Proseding Seminar Nasional Budidaya Pertanian. Wasis Basuki. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Terhadap pertumbuhan Semai mahoni (Swietenia macrophyilla) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Jurnal Silvikultur Tropika. Wibowo Mardi. 2008. Evaluasi Perubahan Kualitas tanah Pada Lahan Bekas Penambangan Nikel di Pulai Gebe. Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
14. Pemberantasan Hama dan Penyakit Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan serangan hama dan penyakit dengan melakukan penyemprotan segera setelah ditemukan gejala dan tanda serangan oleh jamur, mikroorganisme atau serangga. Prakiraan frekuensi penyemprotan dilakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan Dithane dan Ajodrin dengan dosis masing-masing 0,2 % atau 20 ml per 10 liter air. Pengandalian hama penyakit tanaman jarak pagar yang ditanam di Indonesia umumnya sedikit atau hampir tidak ada. Hal ini kemungkinan disebabkan system penanamannya yang umumnya dicampur dengan tanaman lain. Jika penanaman dilakukan secara monokultur diduga akan timbul serangan hama dan penyakit. 15. Penjarangan Penjarangan dilakukan dengan maksud memberikan ruang pertumbuhan yang baik bagi tegakan selanjutnya. Penjarangan dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun dengan sistem untu walang atau berseling ditebang dan dilanjutkan pada umur 5 tahun. Penjarangan terutama dilakukan terhadap pohon yang tertekan, terserang hama dan penyakit, batang pohon bengkok, menggarpu, bercabang banyak dan lain-lain. 16. Perawatan Perawatan kebersihan dilakukan pada sekitar pohon, agar sumber makanan akar tidak terganggu dan dapat maksimal diserap akar pohon. Minimal perawatan sampai usia 1 tahun. Sampah serasah di kumpulkan menjadi ring keliling pohon dengan radius jarak 1 meter, agar 32