Syirkah sebagai Model Investasi Berbasis Syari`ah (Kajian Ontologi) Dyah Ochtorina Susanti Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Email:
[email protected] ABSTRACT The aim of this reseach is discover and analyze and give an evaluation about the concept of syirkah in Indonesian positive law. Syirkah is a mixture capital between two or more people who aim to create a partnership in a particular field. The results of studies which is using the method of normative juridical approach, statute approach, and legal history was made clear that syirkah has been arranged in the positive law in Indonesia in the frame of banking law. The presence of syirkah concept in banking law is driven by the desire of Muslims to apply the teachings mu'amalah. Keyword : Syirkah, investment, ontology ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menemukan dan menganalisa serta memberikan evaluasi mengenai pengaturan konsep syirkah dalam hukum positif Indonesia. Syirkah adalah percampuran modal antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk membuat suatu kerjasama dalam bidang tertentu. Hasil dari penelitian yang menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan, dan sejarah hukum ini memberikan penjelasan bahwa syirkah selama ini diatur dalam hukum positif di Indonesia dalam frame hukum perbankan. Hadirnya konsep syirkah dalam hukum perbankan ini didorong oleh keinginan umat Islam untuk menerapkan ajaran mu’amalah. Kata Kunci: Syirkah, Investasi, Ontologi Pendahuluan
teologis ajarannya memberikan ke-
Latar Belakang
yakinan dan kedamaian bagi penga-
Masuknya agama Islam ke
nutnya. Diterimanya ajaran Islam
Indonesia sekitar abad ke 7 Masehi
tersebut, masyarakat dengan rela dan
memberikan
patuh serta tunduk mengikuti ajaran
pemahaman
bahwa
sejak saat itu di wilayah hukum
Islam
Indonesia (saat itu bernama Nusan-
kehidupan (Manaf, 2008:35). Salah
tara) terdapat hukum Islam. Pada
satu dari dimensi kehidupan tersebut
Perkembangannya, Islam menjadi
adalah hubungan mu’amalah (hubu-
pilihan masyarakat karena secara
ngan antara sesama manusia dalam 19
dalam
berbagai
dimensi
20
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
bidang perekonomian).
untuk melakukan usaha bersama
Salah satu bagian yang ter-
dengan jumlah modal yang tidak
dapat dalam konsep mu’amalah
sama, masing-masing pihak berparti-
Islam adalah syirkah. Secara bahasa
sipasi dalam perusahaan, dan keun-
Syirkah berarti ikhtilath (percampu-
tungan atau kerugian dibagi sama
ran), yakni bercampurnya satu harta
atau atas dasar proporsi modal
dengan harta yang lain sehingga
(Kompilasi Hukum Ekonomi Syari-
tidak bisa dibedakan antara kedua-
ah, MA, 2003:43). International
nya. (Al-Harran, 1993:74) Selanjut-
Islamic Bank for Invesment and
nya jumhur ulama mempergunakan
Development memberikan penger-
kata Syirkah untuk label suatu tran-
tian Musyarakah (Syirkah) dalam
saksi tertentu, meski tidak ada
bentuk yang lebih aplikatif, yakni
pencampuran dua kajian, karena
sebagai suatu metode yang didasar-
terjadinya sebuah transaksi merupa-
kan pada keikutsertaan pemilik
kan sebab terjadinya pencampuran
modal
(Al-Harran, 1993:74). Lebih lanjut,
perbankan syari’ah maka pemilik
Warkum Sumitro mengatakan bahwa
modal adalah pihak bank) dan
syirkah adalah perjanjian kerja sama
pencari pembiayaan (mitra potensi-
antara pemilik modal (uang atau
al) untuk suatu proyek tertentu, dan
barang) untuk membiayai suatu
akhirnya
usaha (Warkum, 1997:34-35). Keun-
menghasilkan laba atau rugi (Inter-
tungan dari usaha tersebut dibagi
national Islamic Bank for Investment
sesuai dengan persetujuan antara
and Development : 6)
(jika
diterapkan
keikutsertaan
dalam
tersebut
pihak-pihak tertentu, yang tidak
Berdasar penjelasan diatas,
harus sama dengan pangsa modal
dapat ditemukan penjelasan bahwa
masing-masing pihak.
konsep syirkah sebenarnya adalah
Berdasar kompilasi hukum
konsep menanamkan modal dengan
ekonomi syari’ah yang dikeluarkan
pembagian keuntungan yang propor-
Mahkamah Agung Republik Indone-
sional. Terkait hal ini, terdapat
sia, konsep Syirkah adalah kerjasa-
sebuah permasalahan yang menjadi
ma yang dapat dilakukan antara dua
tema sentral dari tulisan ini, yaitu:
pihak pemilik modal atau lebih
“Apakah
syirkah
diatur
dalam
21
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
hukum positif di Indonesia?...”
persoalan hukum yang akan diteliti
Jawaban pertanyaan ini adalah me-
dan dikaji dalam penelitian ini,
ngenai “ada” dan “tiada”. Terkait
adalah mengacu kepada pendapat S.
jawaban tersebut maka pertanyaan
Soekanto & Sri Mamudji, bahwa
tersebut hanya bisa dijawab dengan
dalam penelitian hukum normatif
menggunakan kajian ontologi, yakni
mencakup antara lain: (Soerjono &
sebuah kajian yang mempelajari
Sri, 2001:61)
realitas
konkret
a. Pendekatan peraturan perun-
secara kritis (“ada”), sehingga syir-
dang-undangan, yaitu pengkajian
kah harus dibuktikan keberadaannya
hukum melalui aturan tertinggi
dalam hukum positif Indonesia.
yang berupa peraturan-peraturan
atau
kenyataan
hukum positif yang berlaku, yaitu Metode Penelitian
Undang-Undang Dasar Negara
Jenis Penelitian dan Pendekatan
Republik Indonesia Tahun 1945,
Jenis penelitian ini merupakan pene-
peraturan
litian hukum normatif (normative
(di dalamnya termasuk undang-
legal research) untuk menganalisa
undang sampai kepada peraturan
syirkah sebagai model investasi
bank Indonesia sebagai aturan
berbasis syari’ah (kajian ontologi).
pelaksana di lapang) dan keputu-
Penelitian normatif seringkali dise-
san lembaga yang berwenang
but dengan penelitian doktrinal,
(Didik Sukriono, 2009:68).
yaitu: penelitian yang objek kajiannya
adalah
dokumen
peraturan
perundang-undangan
b. Pendekatan sejarah hukum (legal historical approach), digunakan
bahan
untuk mengidentifikasi tahap-
pustaka, demikian menurut pendapat
tahap dan faktor-faktor yang
Soejono dan H. Abdurahman (Soejo-
mempengaruhi
no dan H. Abdurrahman, 2003: 56).
hukum (Sunggono, 1998:102)
Adapun
yang
yang mengatur masuknya ekono-
relevan untuk digunakan sebagai
mi syari’ah di Indonesia, sehing-
pelengkap dalam upaya memahami
ga dapat memperluas cakrawala
dan menjelaskan secara lebih leng-
pemikiran bahwa hukum yang
kap (utuh) fenomena hukum dan
mengatur ekonomi syari`ah pada
perundang-undangan
pendekatan
dan
lain
perkembangan
22
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
bangan hukum pada masa lampau
jual beli yang diharamkan
yang dalam proses perkemba-
menurut kajian fiqh mua-
ngannya dipengaruhi faktor-fak-
malah
tor non hukum (seperti sosial,
an-ketentuan lainnya yang
ekonomi, budaya dan politik).
tidak tercakup dalam fatwa
Jenis dan Sumber Bahan Hukum Bahan-bahan hukum bersifat
untuk
ketentu-
DSN. 2) Ketentuan hukum positif yang
normatif-preskriptif berupa peratu-
terdiri dari:
ran hukum positif nasional, dan
a. Norma dasar atau kaedah
hukum
Islam
yang
merupakan
dasar, yaitu Pancasila
bagian dari hukum positif yang tidak
b. Peraturan dasar, yaitu Un-
bisa dipisahkan, di mana berdasar-
dang-Undang Dasar Nega-
kan kekuatan mengikatnya diklasifi-
ra Republik Indonesia Ta-
kasikan
hun 1945
sebagai
bahan
hukum
primer, bahan hukum sekunder dan
c. Undang-Undang Nomor 21
bahan hukum tersier (Soerjono,
Tahun 2008 Tentang Per-
1986:52) yang terdiri atas:
bankan Syari’ah;
a. Bahan hukum primer yaitu bahan
b. Bahan hukum sekunder bahan
hukum yang mempunyai kekua-
yang menjelaskan bahan hukum
tan mengikat ke dalam, meliputi:
primer, seperti: hasil penelitian,
1) Ketentuan yang terdapat dalam
jurnal ilmiah, hasil seminar atau
hukum Islam, yaitu prin-
pertemuan ilmiah lainnya, bah-
sip-prinsip hukum Islam yang
kan menurut Ronny Hanitijo
bersumber dari:
Soemitro, dokumen pribadi atau
a. Al-Qur’an
pendapat dari kalangan pakar
b. Al-Hadist
hukum termasuk dalam bahan hu-
c. Fatwa-fatwa yang dikemu-
kum sekunder ini sepanjang
kakan oleh Dewan Syari’ah
relevan dengan objek telaah
Nasional (DSN) dan Maje-
penelitian hukum berupa jurnal
lis Ulama Indonesia (MUI)
ini (Ronny, 1988:24).
prinsip
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan
syari’ah tentang riba dan
hukum penunjang yang memberi
serta
beberapa
23
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
petunjuk dan penjelasan terhadap
ingin mencari kesesuaian dan rele-
bahan hukum primer dan bahan
vansi aturan-aturan atau pasal-pasal
hukum sekunder, seperti kamus
yang ada dalam pengaturan syirkah
hukum dan kamus bahasa Indo-
sebagai model investasi berbasis
nesia. (Soerjono & Sri, 2001:14-
syirkah (kajian ontologi).
15) Surat khabar, majalah mingguan juga menjadi bahan bagi
Hasil dan Pembahasan
penelitian ini sepanjang memuat
Sebelum menguraikan eksis-
informasi yang relevan dengan
tensi syirkah dalam hukum positif
objek telaahan penelitian hukum
Indonesia, maka penulis akan me-
berupa jurnal ini (Sieglar dan
nguraikan pengertian syirkah guna
Beede, 1997:23).
menyamakan persepsi. Musyarakah
Teknik
Penelusuran
Bahan
Hukum
atau banyak yang menyebutnya dengan Syirkah, merupakan bentuk
Pada penelitian ini, pengum-
kerjasama di mana dua atau lebih
pulan dan penelusuran bahan hukum
orang
dilakukan dengan menggunakan me-
tenaga bersama-sama, untuk mem-
tode kepustakaan sistematis, yaitu
bagi keuntungan, menikmati hak dan
penelusuran dokumen terkait dengan
kewajiban yang sama (Al-Harran,
syirkah sebagai model investasi
1993:74). Secara bahasa Syirkah
berbasis syari’ah (kajian ontologi)
berarti ikhtilath (percampuran), yak-
Teknik Analisa Bahan Hukum
ni bercampurnya satu harta dengan
menghimpun
modal
dan
Berbagai informasi dan data
harta yang lain sehingga tidak bisa
yang diperoleh dalam penelitian ini
dibedakan antara keduanya. (Al-
kemudian akan dianalisa dengan
Harran,
menggunakan metode analisis isi
Warkum Sumitro mengatakan bahwa
(content analysis) ( Valerina JL
perjanjian kerja sama antara pemilik
Kriekhoff, 2002 :27) , baik dalam
modal (uang atau barang) untuk
membandingkan akad, maupun pera-
membiayai suatu usaha (Warkum,
turan perundang-undangan, untuk
1997:34-35). Keuntungan dari usaha
selanjutnya
tersebut
ditarik
kesimpulan.
Terkait dengan hal tersebut, peneliti
1993:4).
dibagi
Lebih
sesuai
lanjut,
dengan
persetujuan antara pihak-pihak ter-
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
24
tentu, yang tidak harus sama de-
bentuk final dari negara kesatuan
ngan pangsa modal masing-masing
Republik Indonesia (Rusli Karim,
pihak.
1985 :211-227). Jauh sebelum akad Musya-
Undang-undang
perbankan
rakah diakomodir dalam tata hukum
di Indonesia diawali dengan lahirnya
di Indonesia, KH. Mas Mansur
Undang-undang No. 14 tahun 1967
Ketua
Muhammadiyah
tentang Perbankan, namun di dalam
pada tahun 1937 telah mempunyai
UU No. 14 tahun 1967 tentang
keinginan untuk mendirikan bank
Perbankan ini tidak memberikan
Islam, namun gagal karena beliau
ruang guna berdirinya kegiatan
dianggap SARA pada waktu itu dan
ekonomi Islam di dunia perbankan.
dikhawatirkan akan mengganggu
Undang-undang No. 14 Tahun 1967
stabilitas keamanan nasional (War-
tentang Perbankan ini murni menga-
kum,1997: 71). Anggapan bahwa
tur dunia perbankan dengan sistem
kata-kata berlabel ”Islam” akan
bunga. UU No. 14 tahun 1967 ini
mengganggu stabilitas keamanan
merupakan penghalang bagi berdi-
nasional, terus berkembang dan
rinya bank Islam di Indonesia. Satu
tertanam dalam pola pikir pemerin-
tahun berikutnya, tepatnya tahun
tah, baik pada masa penjajahan kolo-
1968, Majlis Tarjih Muhammdiyah
nial Belanda, orde lama dan ataupun
pada Muktamar di Sidoarjo Jawa
pada masa orde baru. Pemikiran ini
Timur, memutuskan bahwa bunga
mulai mengalami pergeseran sampai
bank yang diberikan oleh bank-bank
era 1980-an, tepatnya setelah tahun
negara kepada nasabah, demikian
1982, peme- rintah mulai bersikap
pula sebaliknya, hukumnya terma-
resiprokal kritis dan tidak lagi
suk syubhat atau musytabihat, arti-
bersikap antagonis terhadap umat
nya belum jelas halal atau haramnya
Islam. Pada perkembangan selanjut-
(PP Muhammadiyah, 1971: 309-
nya, sejak tahun 1995 pemerintah
312). Guna menjaga prinsip keha-
menjadi sangat akomodatif terhadap
ti-hatian bermu’amalah dengan bank
umat Islam. Di lain pihak, umat
yang menerapkan bunga tersebut,
Islam kembali menegaskan bahwa
KH. Azhar Basjir, MA Ketua Majlis
negara berdasarkan Pancasila adalah
Tarjih Muhammadiyah waktu itu
Pengurus
25
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
memberikan rambu-rambu bahwa
masih ada peraturan-peraturan lain-
untuk menentukan hukumnya bunga
nya yang melarang didirikannya
bank harus dipertimbangkan besar
bank-bank baru pada waktu itu.
kecilnya bunga atau keuntungan
Setelah
menunggu
lima
siapa yang memperoleh keuntungan
tahun, tepatnya setelah adanya Paket
dan untuk siapa keuntungan itu
Oktober 1988, yang dikeluarkan
dimanfaatkan.
pemerintah pada 27 oktober 1988
Setelah sekian tahun terku-
(kemudian dikenal dengan nama
bur, gagasan mengenai pembentukan
PAKTO ’88) yang membuka pelu-
kegiatan ekonomi Islam dalam dunia
ang
perbankan di Indonesia itu baru bisa
swasta baru. Pakto 1988 ini bertu-
direalisasikan di setelah adanya
juan untuk : (Iwan Triyuwono, 2000:
kebijakan deregulasi perbankan 1
122)
Juni
1. Meningkatkan pengerahan dana
1983,
yang
membebaskan
bank-bank untuk menetapkan sendiri
bagi
berdirinya
bank-bank
masyarakat
tingkat bunganya bahkan sampai 0
2. Meningkatkan ekspor non migas
% (nol persen). Deregulasi perbank-
3. Meningkatkan efisiensi lemba-
an 1 Juni 1983 mempunyai tujuan
ga-lembaga
untuk : (Iwan Triyuwono, 2000:122)
perbankan
keuangan
dan
1. Meningkatkan volume penghim-
4. Meningkatkan kemampuan pe-
punan dana domestik semaksimal
ngendalian pelaksanaan kebija-
mungkin melalui sistem perbank-
kan moneter
an. 2. Mengurangi ketergantungan bank pada bank sentral.
5. Meningkatkan iklim pengembangan pasar modal Sampai pada tahun 1988 ini
3. Meningkatkan efisiensi dan profe-
Indonesia belum mengakomodasi
sionalisme pada bank-bank nasi-
Syirkah. Pada perkembangan selan-
onal Indonesia.
jutnya, atas dorongan keinginan
Deregulasi 1 Juni 1983 ternyata
umat Islam untuk dapat menjalankan
belum cukup kesempatan untuk
kewajiban beribadah yang bisa se-
mendirikan bank yang kegiatan ope-
laras dengan kegiatan mu’amalah,
rasionalnya berbasis Islam, karena
maka pada Munas IV majelis Ulama
26
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
Indonesia (MUI) di hotel Sahid pada
dan berdasarkan Izin Prinsip Surat
tanggal 22 - 25 Agustus 1990 mem-
Menteri Keuangan RI no.1223/M-
bentuk suatu tim Steering Commite
K.013/1991 tanggal 5 November
yang diketuai oleh Amin Aziz yang
1991, Izin Usaha Keputusan Menteri
bertugas
segala
Keuangan RI no. 430/KMK :
dengan
013/1992 tanggal 24 April 1992 pada
rencana mendirikan bank syari’ah di
tanggal 1 Mei 1992 BMI bisa me-
Indonesia, sebagai bentuk langkah
mulai operasi untuk melayani kebu-
konkrit dari MUI atas lokakarya “
tuhan masyarakat melalui jasa-jasa
Bunga bank dan perbankan “ pada
atau
tanggal 18 – 20 Agustus sebelumnya
pendirian bank biasanya izin usaha
(Sulaiman, 2001:45).
keluar belakangan setelah ada izin
keperluan
mempersiapkan yang
terkait
produk-produknya
(dalam
Tim MUI tersebut melaku-
prinsip, sehingga banyak bank-bank
kan langkah awal dengan mengada-
syari’ah yang beroperasi awal hanya
kan penggalangan dana dari pengu-
berdasar izin prinsip) ( Buku Pedo-
saha-pengusaha muslim untuk men-
man
jadi pemegang saham pendiri. Ter-
Artha Mentari Bangil, 1998:5).
Pembiayaan
BPRS
Daya
nyata penggalangan dana ini me-
Posisi bank syari’ah ini se-
ngalami kesuksesan, terbukti dalam
makin pasti setelah disahkan Un-
waktu 1 tahun sejak ide berdirinya
dang-undang
bank syari’ah tersebut, dukungan
tentang Perbankan, di mana bank
dari berbagai pihakpun terus me-
diberikan kebebasan untuk menentu-
ngalir. Pada tanggal 1 November
kan jenis imbalan yang akan diambil
1991, setelah berbagai persyaratan
dari nasabahnya baik bunga ataupun
pendirian bank syari’ah terpenuhi,
keuntungan bagi hasil. Pada tahun
maka dilakukanlah penandatanganan
1992 ini pula, pemerintah mengelu-
akte pendirian bank syari’ah pertama
arkan PP No.72 Tahun 1992 tentang
di Indonesia dengan nama Bank
bank bagi hasil. Titik puncak terjadi
Mu’alamat Indonesia (BMI) di Sahid
pada tahun 1998 dengan dikeluar-
Jaya Hotel dengan akte notaris Yudo
kannya UU No.10 Tahun 1998
Paripurno, SH dengan ijin Menteri
tentang perubahan UU No. 7 Tahun
Kehakiman No. C.2.2413.HT.01.01.
1992 tentang Perbankan, yang mem-
No.7 Tahun
1992
27
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
buka kesempatan bagi siapa saja
bagi hasil. Diantara perubahan
yang akan mendirikan bank syari’ah
yang berkaitan langsung dengan
maupun yang ingin mengkonversi
keberadaan bank Islam adalah
dari sistem konvensional menjadi
pasal 1 ayat 12, pasal 1 ayat 13,
sistem syari’ah. UU No. 10 Tahun
pasal 6 huruf m, pasal 13 huruf c.
1998 ini juga sekaligus menghapus
Guna menjalankan undang-un-
pasal 6 PP No.72 Tahun 1992 yang
dang tersebut selanjutnya dikelu-
melarang dual sistem. Pasal 6 UU
arkan Surat Keputusan Direksi
No.10 Tahun 1998 secara tegas
Bank Indonesia tentang Bank
memperbolehkan bank umum yang
Umum dan Bank Perkreditan
melakukan kegiatan secara konven-
Rakyat Tahun 1999 dilengkapi
sional dapat juga melakukan kegia-
Bank Umum Berdasarkan Prinsip
tan usaha dengan berdasar prinsip
Syari'ah dan Bank Perkreditan
syari’ah melalui:
Rakyat
1. Pendirian kantor cabang atau di
Syari'ah. Aturan yang berkaitan
bawah kantor cabang baru, atau
dengan Bank Umum Berdasarkan
Pengubahan kantor cabang atau
Prinsip Syari'ah diatur dalam
di bawah kantor cabang yang
Surat Keputusan Direksi Bank
melakukan kegiatan usaha secara
Indonesia No. 32 / 34 / KEP / DIR
konvensional
tgl. 12 Mei 1999.
menjadi
kantor
yang melakukan kegiatan usaha
Berdasarkan
Prinsip
Sampai pada kurun tahun
berdasar prinsip syari’ah. (UU
1998-an,
Syirkah
belum
diatur
no. 10 Tahun 1998 tentang peru-
secara eksplisit namun secara impli-
bahan UU No. 7 Tahun 1992
sit dapat ditemukan di pasal 1 ayat
tentang Perbankan)
(12) dan pasal 1 (13) UU No. 10
2. Selain itu, Undang-Undang No.
tahun 1998 tentang Perubahan UU
10 Tahun 1998 juga melakukan
No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan
revisi beberapa pasal yang diang-
yang memperbolehkan bank meng-
gap penting, dan merupakan atur-
gunakan prinsip syari’ah, dan salah
an hukum secara leluasa menggu-
satu dari kegiatan perbankan yang
nakan istilah syari'ah dengan ti-
berlandaskan syari’ah Islam adalah
dak lagi menggunakan istilah
akad bagi hasil yang di dalamnya
28
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
terdapat syirkah (dalam dunia per-
ngatur mengenai Syirkah, di perkuat
bankan syari’ah disebut juga Musya-
dengan lahirnya Undang-Undang
rakah).
No. 21 tahun 2008 tentang PerbankPada perkembangan selanjut-
an Syari’ah yang disahkan pada
nya, setelah bertahun-tahun kegiatan
tanggal 16 Juli 2008 yang menyebut-
ekonomi syari’ah semakin berkem-
kan akad Musyarakah secara ekspli-
bang, dan akad bagi hasil yang salah
sit pada pasal 1 (25), pasal 19 ayat
satu jenisnya adalah Syirkah menjadi
(1) huruf c, pasal 19 ayat (2) huruf i,
andalan bank syari’ah, berbagai pi-
pasal 19 (2) huruf c dan i, pasal 21
hak menyadari bahwa kegiatan eko-
huruf b point 1. Pada tahun yang
nomi syari’ah (termasuk Syirkah),
sama pula (tahun 2008), Direktorat
belum mempunyai piranti (alat) da-
Perbankan Syari’ah yang ada Bank
lam hal menyelesaikan perkara apa-
Indonesia, mengeluarkan kodifikasi
bila mengalami sengketa diantara
produk perbankan syari’ah, yang
para mitranya. Mahkamah Agung
berisi semua mekanisme produk-
Republik Indonesia segera merespon
produk perbankan syari’ah yang
hal ini, dengan membentuk Tim
berdasarkan prinsip syari’ah Islam,
Penyusunan
Hukum
dan Syirkah di jelaskan secara rinci
Ekonomi Syari’ah berdasarkan Surat
pada bagian II tentang pembiayaan
Keputusan Nomor: KMA/097/SK/
atas dasar Syirkah, pada point a
X/2006 pada tanggal 20 Oktober
sampai point i. Kodifikasi produk
2006. Tim penyusunan Kompilasi
perbankan syari’ah yang dikeluarkan
Hukum Ekonomi Syari’ah ini berha-
oleh Direktorat perbankan Syari’ah
sil menyusun hukum formal dan
di Bank Indonesia semakin membe-
material berkaitan dengan hukum
rikan arah yang jelas mengenai
ekonomi syari’ah pada bulan Juni
Syirkah (Bank Indonesia, 2008), h.
2008, dan Syirkah di atur secara jelas
B-4 – B-5.).
Kompilasi
dalam BUKU II tentang akad, di
Guna melengkapi pedoman
dalam Bab VI tentang Syirkah serta
pelaksanaan Syirkah di Indonesia,
Bab VII tentang Syirkah Milk.
dengan tidak meninggalkan Al-Qur’
Kompilasi Hukum Ekonomi
an dan Hadits, Bank Indonesia juga
Syari’ah yang secara eksplisit me-
mengeluarkan berbagai Peraturan
29
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
Bank Indonesia yang menjadi pedo-
jawaban pertanyaan diatas, peneliti
man serta dasar hukum bagi pelaksa-
akan menguraikan kedudukan fatwa
naan akad Musyarakah. Beberapa
DSN dalam tata hukum di Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia terkait
Hingga awal abad ke-20, pemberi
dengan Syirkah adalah:
fatwa
1. PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang
dilakukan oleh ulama secara pero-
Transparansi Informasi Produk
rangan. Pada kuartal abad ke-20
Bank dan Penggunaan Data Pri-
beberapa fatwa mulai diberikan oleh
badi Nasabah beserta Ketentuan
para ulama secara berkelompok.
Perubahannya.
Pada tahun 1926 M, beberapa ulama
di
Indonesia
sepenuhnya
2. PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang
tradisional telah mendirikan per-
Akad Penghimpunan dan Penya-
kumpulan Nadhdlatul Ulama (selan-
luran Dana Bagi Bank yang
jutnya disingkat NU) dan mulai
Melaksanakan Kegiatan Usaha
mengeluarkan fatwa untuk para
Berdasarkan Prinsip Syari’ah.
pengikutnya melalui Lajnah Bahtsul
3. PBI No. 9/19/PBI/ 2007 tentang
Masail bersamaan dengan waktu
Pelaksanaan
Prinsip
Syari’ah
pelaksanaan kongres pertamanya
dalam Kegiatan Penghimpunan
pada tahun itu juga. Persyarikatan
Dana dan Penyaluran Dana serta
Muhammadiyah yang berdiri tahun
Pelayanan Jasa Bank Syari’ah.
1912 M, pada mulanya tidak mem-
Selain, Syirkah dapat ditemu-
perhatikan soal fatwa hingga tahun
kan dalam hukum positif di Indone-
1927 M, sewaktu organisasi itu
sia, Syirkah juga dapat ditemukan di
membentuk panitia khusus yang
dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasi-
diberi nama Majelis Tarjih, yang
onal (selanjutnya disingkat DSN).
bertugas menetapkan soal-soal kea-
Pada
selanjutnya,
gamaan pada umumnya dan hukum
fatwa dewan syari’ah nasional juga
Islam pada khususnya (Cholil Nafis,
menjadi dasar hukum bagi pelaksa-
:3)
perkembangan
naan Syirkah. Pertanyaan berikutnya
Perkembangan
berikutnya,
adalah sejauhmana fatwa mengikat
dibentuk Majelis Ulama Indonesia
kepada para mitra dalam kaitannya
(selanjutnya disingkat MUI) oleh
dengan Syirkah?... Terkait dengan
perkumpulan organisasi Islam di
30
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
Indonesia pada tahun 1975 M, baik
syari’ah. MUI sebagai payung dari
ulama dari kalangan tradisional
lembaga-lembaga organisasi kea-
maupun kalangan modern mempu-
gamaan (Islam) di Indonesia meng-
nyai wakil-wakilnya dalam MUI dan
anggap perlu membentuk suatu
melalui perhimpunan itu memberi-
badan dewan syari’ah yang bersifat
kan fatwa-fatwa bersama. Sejak
nasional
didirikan pada tahun 1975 M hingga
DSN) yang membawahi seluruh
sekarang, MUI telah melahirkan
lembaga keuangan, termasuk dida-
fatwa-fatwa yang cukup banyak,
lamnya bank-bank syari’ah. Hal
meliputi soal upacara keagamaan,
dimaksud untuk memberi kepastian
pernikahan,
dan jaminan hukum Islam dalam
kebudayaan,
politik,
ilmu pengetahuan, kedokteran dan
(selanjutnya
disingkat
masalah ekonomi syari’ah.
ekonomi, yang sebagian besar di-
Fatwa merupakan salah satu
kumpulkan dalam kumpulan Fatwa
institusi dalam hukum Islam untuk
Majelis Ulama Indonesia dan Him-
memberikan jawaban dan solusi
punan Fatwa Majelis Ulama Indone-
terhadap problem yang dihadapi
sia. Ketika munculnya praktik eko-
umat. Umat Islam pada umumnya
nomi syari’ah di Indonesia pada
menjadikan fatwa sebagai rujukan
tahun 1990-an yang dimulai secara
dalam bersikap dan bertingkah laku,
yuridis normatif dengan lahirnya
posisi fatwa dikalangan masyarakat
Undang-undang No. 7 tahun 1992
umum, laksana dalil di kalangan
tentang Perbankan, yang mengan-
para mujtahid (Al Fatwa fi Haqqil
dung ketentuan bolehnya bank kon-
‘Ami kal Adillah fi Haqqil Mujtahid,
vensional beroperasi dengan sistem
yang artinya kedudukan fatwa bagi
bagi hasil, dan ketika bergulirnya
orang kebanyakan seperti dalil bagi
orde reformasi yang melahirkan
mujtahid) (Zainuddin Ali, 2008 :
amandemen Undang-undang No. 7
127). Kehadiran fatwa, menjadi
tahun 1992 tentang Perbankan, yakni
aspek organik dari bangunan eko-
Undang-undang No. 10 tahun 1998
nomi syari’ah yang sedang ditata/-
tentang Perubahan UU No. 7 tahun
dikembangkan, sekaligus merupa-
1992 tentang Perbankan, memuat
kan alat ukur bagi kemajuan ekono-
lebih
mi syari’ah di Indonesia secara
rinci
tentang
perbankan
31
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
umum dan kemajuan bagi akad
sampai pada suatu norma yang tidak
Syirkah secara khusus. Secara fung-
dapat ditelusuri lebih lanjut dan
sional, fatwa memiliki fungsi tabyin
bersifat hipotesis dan fiktif yaitu
dan tarjih. Tabyin artinya menjelas-
norma dasar (Grundnorm) (Maria
kan hukum yang merupakan regulasi
Indrati,2009 :25). Masih menurut
praktik bagi lembaga keuangan,
kelsen dalam Charles Sampford
khususnya yang diminta oleh prakti-
(yang terilhami muridnya bernama
si
DSN,
Adolf Merkl) bahwa suatu norma
sedangkan tarjih yaitu memberikan
hukum itu keatas ia bersumber dan
petunjuk (guidance) serta pencera-
berdasar pada norma di atasnya,
han kepada masyarakat luas tentang
tetapi kebawah ia juga menjadi dasar
norma ekonomi syari’ah (Zainuddin
dan menjadi sumber norma hukum
Ali, 2008 : 128).
di bawahnya, sehingga suatu norma
ekonomi
syari’ah
ke
Dilihat dari eksistensi Syir-
hukum itu mempunyai masa berlaku
kah dalam hukum positif Indonesia,
yang relatif karena norma hukum itu
menurut penulis ada pola yang dapat
berlaku pada norma yang diatasnya
dilihat, yakni ada pola berjenjang
(Maria Indrati, 2009: 25 ). Hal ter-
dari peraturan perundang-undangan
sebut senada dengan ajaran Kelsen
yang tertinggi sampai pola yang
seperti yang dikutip oleh Charles
palling rendah sesuai hukum positif
Sampford yang disebutkan bahwa
di Indonesia. Terkait dengan hukum
ajaran Kelsen ini dikenal sebagai
di Indonesia dalam mengakomodasi
positivist system. Beliau mengutara-
Syirkah, Hans Kelsen juga menge-
kan “The element of positivist tend
mukakan teorinya mengenai jenjang
to be rules or norms rather tahan
norma hukum (Stufenbau Theory). ia
actions or event. In early theory they
berpendapat bahwa norma-norma
were the command of real person,
hukum itu berjenjang dan berla-
later they became institutionalised,
pis-lapis dalam suatu hirarkhi tata
depersonalised and finally were not
susunan. Ini berarti suatu norma
described as commands it all. The
yang lebih rendah berlaku, bersum-
element are usually held to be
ber dan berdasar pada norma yang
“legal”
lebih tinggi, demikian seterusnya
(Charles Sampford, 1989 :43).
rather
than
“casual”
32
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
Apabila dikaitkan mengenai
semua peraturan hukum itu disusun
hukum sebagai suatu sistem norma,
dalam satu kesatuan secara hirarkis
maka Hans Kelsen berpendapat
dan demikian ia juga merupakan
bahwa suatu norma dibuat menurut
suatu sistem. Grundnorm ini ibarat
norma yang lebih tinggi dan norma
bahan bakar yang mengerakkan
yang lebih tinggi itu pun dibuat
seluruh sistem hukum. Grundnorm
berdasar norma yang lebih tinggi
memiliki fungsi sebagai dasar me-
pula hingga menuju suatu Grund-
ngapa hukum itu ditaati dan mem-
norm atau Basic Norm yang pada
pertanggungjawabkan pelaksanaan
dasarnya
hu- kum (Achmad Ali, 2002 : 273).
tidak
berubah-rubah.
Dengan adanya Grundnorm maka
Terkait dengan teori Hans
Hans Kelsen mengatakan bahwa
Nawiasky, maka hukum di Indonesia
basic norm’s as the source of validity
dalam mengakomodasi Syirkah da-
and as the source of unity of legal
pat dilihat pada bagan berikut ini:
systems. Melalui Grundnorm inilah
Gambar Eksistensi Akad Musyarakah dalam Hukum Positif di Indonesia Sila ke 1 PANCASILA “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Ps. 29 UUD N RI Tahun 1945 (hasil amandemen terakhir)
UU No. 7 tahun 1989 Jo. UU No. 3 tahun 2006 Jo. No. 50 tahun 2009 ttg PA
Ps. 50 UU No. 3 tahun 2006 Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syari’ah
UU No. 21 tahun 2008 ttg Perbankan Syari’ah pasal pada pasal 1 (25), pasal 19 ayat (1) huruf c, pasal 19 ayat (2) huruf i, pasal 19 (2) huruf c dan i, pasal 21 huruf b point 1.
Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Syirkah (akad Musyarakah)
Sumber: Catatan pribadi peneliti, diolah. 2013
KHES MARI BUKU II tentang akad, di dalam Bab VI tentang Syirkah serta Bab VII tentang Syirkah Milk
Fatwa DSN-MUI tentang akad Musyarakah (Syirkah)
33
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
Dilihat pada bagan tersebut,
orang yang beragama Islam dibi-
maka dapat dilihat dari Pancasila sila
dang: (a) Perkawinan; (b)Waris; (c)
ke-1 yang merupakan dasar masuk-
Wasiat; (d) Hibah; Wakaf; (e) Zakat;
nya hukum Islam ke dalam hukum
(f) Infaq; (g) Shadaqoh; (h) Ekonomi
positif di Indonesia, sila ke-1 kemu-
Syariah” dan UU No. 21 tahun 2008
dian menjiwai dan mendasari lahir-
tentang Perbankan Syari’ah sebagai
nya pasal 29 UUD Negara Republik
payung hukum keberadaan perbank-
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
an syari’ah di Indonesia, yang secara
disingkat sebagai UUD N RI Tahun
tidak langsung juga semakin mem-
1945), yang secara implisit membe-
perkuat kedudukan ekonomi syari’
rikan keleluasaan kepada para peme-
ah di Indonesia.
luk agama untuk melaksanakan aja-
Ada keunggulan pasti ada
ran agamanya. Pasal 29 UUD N RI
kelemahan, dan menurut peneliti,
Tahun
menjadi
salah satu kelemahan hukum yang
payung hukum lahirnya UU No. 3
mengakomodasi Syirkah adalah be-
tahun 2006 tentang Perubahan UU
lum adanya peraturan perundang-un-
No. 7 Tahun 1989 tentang Penga-
dangan yang mengakomodasi Syir-
dilan Agama, yang sekarang telah
kah dalam frame hukum bisnis
diubah lagi dengan adanya UU No.
syari’ah, sampai saat ini yang ada
50 tahun 2009 Tentang Perubahan
adalah pasal 1619 KUHPerdata me-
Kedua atas UU No. 7 tahun 1989
nyatakan bahwa:
1945
kemudian
Tentang Pengadilan Agama yang
terdapat dalam pasal 50 UU No. 3
”Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.”
tahun 2006, yang selengkapnya
Secara tidak langsung, aturan perse-
menjadi sumber hukum formal dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah. Kewenangan menyeselsaikan sengketa ekonomi syari’ah
Agama
kutuan dalam KUHPerdata, juga
bertugas dan berwenang memeriksa,
mengandung nilai Islami yang uni-
memutus dan menyelesaikan perka-
versal, di mana dalam pasal berikut-
ra di tingkat pertama antara orang-
nya, yakni pasal 1619 KUHPerdata,
berbunyi:
“Pengadilan
34
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
disebutkan bahwa:
bentuk mekanisme-mekanisme pe-
”Segala persekutuan harus mengenai suatu usaha yang halal, dan harus dibuat untuk menfaat bersama para pihak. Masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barangbarang lain ataupun kerajinannya ke dalam perseroan itu.”
ngaturan sendiri (inner order mechanism atau self regulation) dalam komunitas-komunitas
masyarakat,
merupakan hukum yang secara lokal berfungsi sebagai sarana untuk menjaga keteraturan dan ketertiban sosial (Nurjaya, 2007:33). Eksistensi Syir-
Lahirnya berbagai peraturan
kah dalam hukum positif di Indone-
perundang-undangan yang menga-
sia tidak dapat dilepaskan dari seja-
komodasi akad Syirkah secara khu-
rah (historis), artinya peraturan per-
sus dan kegiatan ekonomi syari’ah
undang-undangan yang berkaitan
secara umum di Indonesia merupa-
dengan Syirkah lahir bukan dari
kan tuntutan kebutuhan masyarakat
sebuah undang-undang yang bersifat
muslim terhadap kegiatan bisnis
a-historis
yang dilandasi dengan semangat
bepaald, yang artinya munculnya
keinginan
syari’ah
dinamika hukum terkait diakomo-
Islam sebagai konsekuensi dari
dasinya akad Musyarakah tidak
keyakinan yang dianut oleh sebagian
dapat melepaskan atau menyembu-
besar masyarakat Indonesia. Ini
nyikan dinamika sosial dibelakang-
menandakan
pluralisme
nya. Hukum tumbuh berkembang
hukum (legal pluralism) harus diteri-
dan ambruk disebabkan oleh dinami-
ma sebagai realitas (real of entity)
ka dalam masyarakat.
menjalankan
bahwa
historisch
flurality)
Diakui atau tidak, kegiatan
dalam kehidupan bermasyarakat.
ekonomi syari’ah di Indonesia me-
Ungkapan ini menjelaskan bahwa
rupakan bentuk pemahaman hukum
hukum yang berlaku dalam ma-
dalam konteks kehidupan masyara-
syarakat
dalam
kat yang dinamis ke arah yang lebih
bentuk peraturan perundang-unda-
baik, lalu lintas kebutuhan yang se-
ngan (order of law) juga berwujud
makin beragam dan kompleks me-
sebagai hukum agama (religious
rupakan realitas tuntutan kebutuhan
law) yang secara antropologis mem-
hukum dan hukum bukan sekedar
yang
majemuk
selain
(legal
melainkan
terwujud
35
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
menjadi bahan pengkajian secara
fatwa Majelis Ulama Indonesia.
logis rasional melainkan hukum
Dimana fatwa dalam hukum positif
dibuat untuk dijalankan. Perwujudan
Indonesia, kehadiran fatwa, menjadi
tujuan, nilai-nilai atau ide-ide yang
aspek organik dari bangunan eko-
terkandung di dalam peraturan per-
nomi syari’ah yang sedang ditata/-
undang-undangan
dengan
dikembangkan, sekaligus merupa-
eksistensi Syirkah me- rupakan suatu
kan alat ukur bagi kemajuan ekono-
kegiatan yang tidak berdiri sendiri,
mi syari’ah di Indonesia secara
melainkan mempunyai hubungan
umum dan kemajuan bagi akad
timbal balik yang erat dengan ma-
Syirkah secara khusus. Pengaturan
syarakat (Black, 1989: 10). Masya-
ini mempunyai kelemahan bahwa
rakat membutuhkan aturan hukum
syirkah yang sejatinya bisa digu-
konkrit mengenai Syirkah dan pera-
nakan sebagai model kerjasama
turan perundang-undangan membe-
(investasi) yang berbasis syari’ah
rikan apa yang dibutuhkan oleh ma-
belum
syarakat tersebut.
khusus) dalam frame hukum bisnis
terkait
diatur
tersendiri
(secara
sebagaimana pengaturan Perseroan Kesimpulan
Terbatas di Indonesia.
Bahwa konsep syirkah lahir dari desakan umat Islam untuk me-
Saran
laksanakan kegiatan mu’amalah ber-
Kepada DPR RI dan Presiden
dasar hukum Islam. Sampai saat ini
selaku pembentuk Undang-Undang,
syirkah diatur dalam hukum positif
sehubungan dengan temuan bahwa
yang berlaku di Indonesia. Pengatu-
syirkah selama ini masih “mengin-
ran mengenai syirkah ini terletak
duk” kepada hukum perbankan di
pada hukum perbankan syari’ah di
Indonesia,
Indonesia, dari payung hukum yang
saran bahwa akan lebih baik dan
tertinggi di Pasal 29 UUD N RI 1945
lebih memberikan peluang kepada
sampai kepada Peraturan Bank Indo-
eko- nomi syari’ah berkembang di
nesia. Selain diatur pada hukum
Indonesia, jika pemerintah membuat
positif yang masuk pada ranah per-
sebuah undang-undang yang menga-
bankan, syirkah juga diatur dalam
tur mengenai syirkah sebagai model
penulis
memberikan
36
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
kerjasama dalam bidang investasi. Dimana pengaturan ini harus berdiri sendiri dan tidak menjadi satu dengan hukum perbankan. Daftar Rujukan Abdul Manaf. 2008. Refleksi Beberapa Materi Cara Beracara di Lingkungan Peradilan Agama. Bandung: Mandar Maju. Abdul Sattar Al-Harran, Saad . 1993. Islamic Finance, Partnership Financing. Tanpa Kota: Pelanduk Publication. Achmad Ali. 2002. Menguak Tabir Hukum. Jakarta: Toko Gunung Agung. A. Sieglar, Jay dan Benyamin R. Beede. 1997. The Legal Sources of Public Policy. Massachusset: Lexington Books. Buku Pedoman Pembiayaan BPRS Daya Artha Mentari Bangil – Pasuruan, 1998. Bambang Sunggono. 1998. Metodologi Penelitian hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada Black, Donald. 1989. Sociological Justice. New York: Oxford University. Direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia. 2008. Kodifikasi Produk Perbankan Syari’ah. (Jakarta: Bank Indonesia Didik Sukriono. 2009. Ringkasan Disertasi: Politik Hukum Peme-
rintahan Desa Di Indonesia. PDIH Univ. Brawijaya. Iwan Triyuwono. 2000. Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta : LKIS. International Islamic Bank for Investment and Development (IIBID). TT. Al Tanwil bi al Musyarakah. Tanpa Kota: Tanpa Penerbit. I Nyoman Nurjaya. 2007. Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara dan Masyarakat Multikultural (Perspektif Hukum Progresif). Semarang: Kerjasama FH UNDIP- FH Trisakti. M.Rusli Karim. 1985. Dinamika Islam di Indonesia: Suatu Tujuan Sosial Politik. Jakarta: Hanindita. M. Cholil Nafis. Makalah: Corak Pemikiran Hukum ekonomi Islam di Indonesia. Jakarta: MUI Nur Sulaiman. 2001. BPR NU dalam Tinjauan Al-Qur’an. Sidoarjo: Ponpes Muta’alimin/mat. PP. Muhammadiyah.1971. Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah. Bandung: Sumberjaya. Ronny Hanitijo Soemitro. 1988. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soejono dan H. Abdurahman. 2003. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.
Dyah Ochtorina Susanti: Syirkah sebagai Model
37
S. Soekanto & Sri Mamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Valerina JL Kriekhoff. 2002. Analisis Kontent Dalam Penelitian Hukum : Suatu Telaah Awal. Era Hukum No.6.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Warkum Sumitro. 1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soerjono Soekanto. 1983. Pengantar Sejarah Hukum. Bandung: Alumni.
Zainuddin Ali. 2008. Ekonomi Syari’ah. Sinar Grafika. 2008.
Hukum Jakarta: