ASURANSI SYARIAH SEBAGAI INSTRUMENT INVESTASI Oleh : Mila Fursiana Salma Musfiroh Dosen Program Studi Perbankan Syari’ah FSH UNSIQ Email:
[email protected] Abstrak Asuransi ibarat lilin dan generator yang berfungsi sebagai pengganti listrik. Asuransi memiliki fungsi sebagai pengganti sumber nafkah, jika terjadi musibah. Asuransi dapat mengurangi dampak finansial dari risiko yang terjadi. Fungsi Asuransi Syariah di samping sebagai alat proteksi untuk memberikan perlindungan financial atas risiko yang mungkin terjadi, juga mengandung unsure investasi. Pada prinsipnya Asuransi Syariah harus terbebas dari unsur maisîr, gharar, dan ribâ. Dan pada praktiknya Asuransi syariah merupakan pengembangan dari prinsip tolong-menolong melalui dana tabarru’, dan memasukkan unsur investasi dengan akad bagi hasil. Sebagai alat pengembangan dana investasi dapat diibaratkan menanam pohon. Pohon yang baru ditanam perlu diberi pupuk dan disiram terus menerus agar dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, pohon juga perlu dilindungi, diberi pagar agar tidak diganggu oleh binatang atau ulah iseng manusia. Seperti itulah asuransi melindungi investasi, seperti pagar yang melindungi tanaman dari gangguan. Asuransi syariah dapat menjadi alternatif pilihan proteksi dan investasi bagi warga masyarakat yang menginginkan produk yang sesuai dengan prinsip syariah. Produk ini juga bisa menjadi pilihan bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah adil bagi mereka. Syariah adalah sebuah prinsip atau sistem yang bersifat universal. Kata Kunci : Asuransi Syariah, Dana Tabarru’, Investasi, berfungsinya
A. Pendahuluan
alat
elektronik.
Bayangkan apabila tiba-tiba listrik
Dampaknya juga sangat besar terhadap
PLN dirumah anda mati. Apa yang akan
pelajar yang akan ujian esok hari, ia
terjadi? Gelap gulita, tentu saja. Bukan
tidak dapat belajar karena gelap. Oleh
cuman itu, anda juga tidak dapat
karena itu, beberapa alternatif solusi
menikmati siaran televisi yang anda
dapat diambil. Bagi yang membutuhkan
gemari, anak-anak tidak bisa belajar
penerangan, ia dapat mengandalkan
karena gelap, bahkan kegiatan memasak
penerangan tradisional seperti lilin atau
dan mencuci pakaian pun menjadi
lampu minyak. Namun, bagi
terganggu karenanya.
membutuhkan peralatan elektroniknya
yang
Efeknya bagi setiap rumah tangga
tetap berjalan, ia akan membutuhkan
akan berbeda. Bagi rumah tangga yang
sebuah generator untuk menggantikan
sangat
listrik PLN yang padam.
mengandalkan
alat-alat
elektronik, tentu saja akan merasakan
Sebagai konsumen, kita sering tidak
dampak yang sangat besar karena tidak
dapat memastikan apakah listrik PLN
Vol. I No. 01, Mei 2015
akan mati. Kapan dan untuk berapa lama
menyebabkannya
juga
bekerja,
sering
kali
tidak
dapat
tidak
keluarga
dapat
tersebut
lagi akan
diprediksikan. Namun, yang pasti risiko
mengalami kesulitan secara ekonomi
mati lampu mesti dihadapi jika sudah
dalam mencukupi kebutuhan rumah
terjadi.
ada
tangganya, karena sumber nafkah yang
persiapan sebelumnya, tidak ada lilin
selama ini diandalkan sudah tidak ada
dan generator cadangan, namun tiba-tiba
lagi.
Bayangkan
jika
tidak
listrik mati. Bisa jadi semua aktivitas
Di
sinilah
asuransi
akan terhenti karena listrik padam. Beda
peranan.
halnya jika kita sudah menyiapkan
generator yang berfungsi menggantikan
sebelumnya lilin, lampu minyak, atau
listrik, maka asuransi juga memiliki
generator. Jika listrik padam, kita masih
fungsi sebagai pengganti sumber nafkah
punya cadangan yang menggantikan.
jika terjadi musibah. Asuransi tidak
Walaupun tidak dapat menggantikan
mengurangi risiko apalagi mencegah
listrik secara penuh, namun setidaknya
terjadinya
cadangan ini dapat secara sementara
mengurangi dampak secara finansial dari
menggantikan fungsi listrik yang mati.
risiko yang mungkin terjadi. Inilah yang
Adanya
sering
cadangan
menjadi
sangat
Sebagaimana
memiliki
dimaksud
penting karena kita tidak pernah tahu
memberikan
kapan listrik akan mati.
risiko.
Sekarang bila kita analogikan listrik
risiko,
Fungsi
lilin
dan
asuransi
bahwa
hanya
asuransi
proteksi
finansial
atas
asuransi
dewasa
ini
sebagai sumber tenaga alat elektronik,
disamping sebagai alat proteksi untuk
dengan gaji atau honor sebagai sumber
memberikan perlindungan finansial atas
pemasukan bagi sebuah rumah tangga.
risiko
Bayangkan juga jika kejadian listrik
mengandung unsur investasi (asuransi
padam
dwiguna).
juga
terjadi
pada
sumber
yang
saja.
jika sumber pemasukan anda tiba-tiba
membayar
terhenti? Apa dampaknya bagi rumah
jumlah
tangga
perlindungan
keluarga
yang
Bayangkan selama
ini
sebuah hanya
terjadi,
Mekanismenya
pemasukan anda. Apa yang akan terjadi
anda?
mungkin
Nasabah
akan
tertentu
premi
untuk
asuransi.
dibayarkan tersebut
sederhana
diminta
sejumlah
juga
untuk dengan
mendapatkan Premi
yang
oleh perusahaan
mengandalkan pemasukan dari gaji sang
asuransi akan dibagi mejadi premi untuk
kepala keluarga. Jika terjadi suatu
proteksi dan premi untuk investasi. Dana
musibah
yang didapat dari premi investasi akan
98
terhadap
sang
ayah
yang
Asuransi Syariah
Vol. I No. 01, Mei 2015
dikembangkan untuk mendapatkan hasil
asuransi syariah belum banyak dikenal
yang optimal. Selanjutnya, dalam jangka
dan
waktu tertentu, nasabah peserta asuransi
terdidik maupun orang awam. Untuk itu
akan
hasil
paper ini membahas seputar asuransi
investasinya. Jika jadwal pengembalian
syariah sebagai salah satu instrumen
investasi asuransi dwiguna disesuaikan
investasi.
mendapatkan
kembali
dipahami
baik
oleh
kalangan
dengan jadwal masuk sekolah si anak, asuransi
ini
pendidikan.
dinamakan
Namun,
jika
asuransi jadwal
pengembaliannya disesuaikan dengan usia pensiun
nasabah,
asuransi
B. Hasil Temuan dan Pembahasan I. Pengertian Asuransi Syariah dan Investasi Asuransi
syariah
mempunyai
ini
beberapa padanan dalam bahasa Arab, di
dinamakan asuransi pensiun (Ahmad
antaranya, yaitu (1) takâful, (2) taˋmîn,
Gozali, 2004:83) .
dan (3) taḍâmun. Ketiga kata tersebut,
Selama ini asuransi konvensional
merupakan padanan
dari
pengertian
menginvestasikan dana yang didapatnya
asuransi syariah yang mempunyai makna
tanpa mempertimbangkan halal atau
saling menanggung, saling menolong.
haram, sehingga uang hasil investasi
Yang
yang diterima nasabah juga tidak terjaga
diartikan dengan saling menanggung
kehalalannya. Ketidakhalalan tersebut
atau tanggung jawab sosial (Al-Fanjari,
mencakup
1994: 23).
unsur-unsur
maisîr
kemudian
oleh
Al-Fanjari
(perjudian, untung-untungan), gharar
Menurut Musthafa Ahmad Zarqa,
(ketidakjelasan, ketidakpastian), dan ribâ
makna asuransi secara istilah adalah
(bunga)
baik
pada
operasionalnya.
akad
maupun
kejadian
Kehadiran
asuransi
1968). Namun pada intinya, asuransi
(Musthafa
Ahmad
Zarqa:
syariah yang di desain untuk menghapus
adalah
unsur maisîr, gharar, dan ribâ tersebut
memelihara manusia dalam menghindari
diharapkan sebagai salah satu alternatif
risiko (ancaman) bahaya yang akan
bagi umat muslim khususnya dan umat
terjadi
manusia
dalam
perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam
dan
aktivitas ekonominya. Tujuannya adalah
seluruhnya
menginvestasikan
dananya
cara
dalam
atau
metode
hidupnya,
untuk
dalam
melindungi harta dan keluarganya secara
menghilangkan
aman dan halal.
kerugian dari peristiwa-peristiwa yang
Namun demikian, sebagai suatu gagasan
dan
Asuransi Syariah
sistem
baru,
atau
meringankan
terkadang menimpa sebagian mereka.
industri
99
Vol. I No. 01, Mei 2015
Dan, jalan yang mereka tempuh adalah
'aqîlah, menurut Thomas Patrick dalam
dengan memberikan sedikit pemberian
bukunya Dictionary of Islam seperti
(derma) dari masing-masing individu.
yang
Dewan Syariah Nasional Majelis
dikutip
oleh
Zainuddin
Ali
(2008:10) . Al-’Aqîlah adalah saling
definisi
memikul atau bertanggung jawab untuk
asuransi syariah (takâful, taˋmîn, dan
keluarganya. Jika salah satu anggota
taḍâmun.)
saling
suku terbunuh oleh anggota suku yang
melindungi dan tolong menolong di
lain, maka ahli waris korban akan
antara sejumlah orang atau pihak melalui
dibayar dengan uang darah (diyat)
investasi dalam bentuk aset atau dana
saudara terdekat dari terbunuh. Saudara
tabarru’
terdekat dari pembunuh disebut ’aqîlah.
Ulama
Indonesia
memberi
adalah
yang
usaha
memberikan
pola
pengembalian untuk menghadapi risiko
Lalu
tertentu melalui akad (perikatan) yang
diperuntukkan membantu keluarga yang
sesuai dengan syariah (DSN-MUI, 2001)
terlibat
Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi
syariah
bersifat
saling
dana
(al-kanzu)
dalam
yang
pembunuhan
tidak
sengaja. Al-’aqilah berbeda halnya dengan
melindungi dan tolong menolong yang
al-Muwâlah.
disebut ”ta’âwun”. Yaitu, prinsip hidup
perjanjian
saling melindungi dan saling menolong
menjamin seseorang yang tidak memiliki
atas dasar ukhuwah Islamiyah antara
harta warisan dan tidak diketahui ahli
sesama anggota peserta asuransi syariah
warisnya.
dalam menghadapi malapetaka (resiko).
menanggung biaya, jika orang yang
Investasi adalah menanamkan atau
dijamin
Al-Muwâlah
jaminan.
Penjamin
meninggal,
adalah
Penjamin
setuju
maka
akan
untuk
penjamin
menempatkan aset, baik berupa harta
boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak
maupun
ada ahli warisnya.
dana,
sesuatu
yang
memberikan
hasil
Praktik ’aqîlah di zaman Rasulullah
pendapatan atau meningkatkan nilainya
tetap diterima oleh masyarakat Islam dan
dimasa
menjadi bagian dari hukum Islam. Hal
diharapkan
akan
pada
mendatang
(Iwan
P.Pontjowinoto, 2003:45) . 1.1 Asal usul Asuransi Syariah Praktik asuransi syariah saat ini berasal dari budaya suku Arab sebelum zaman Rasulullah yang disebut dengan
100
dimaksud, dapat dilihat dari hadist Nabi Muhammad saw; ”Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., dia berkata: berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain
Asuransi Syariah
Vol. I No. 01, Mei 2015
sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah saw, maka Rasulullah saw, memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilah-nya (kerabat dari orang tua laki-laki).”(HR. AlBukhari).
Berdasarkan uraian di atas, yang kemudian
diformulasi
berdasarkan
prinsip
syariah
sehingga
menjadi
asuransi
syariah.
Karena itu,
yang
tampak dalam praktik asuransi syariah adalah pengembangan prinsip tolongmenolong melalui dana tabarru’ juga memasukkan unsur investasi (khususnya pada asuransi jiwa) baik dengan akad bagi hasil (muḍârabah) maupun fee (wakâlah).
Selain hadist di atas, ada pasal
1.2 Kontroversi Status Hukum Asuransi Konvensional
khusus dalam konstitusi Madinah yang
Sebagai salah satu bentuk instrumen
memuat
semangat
untuk
saling
keuangan dalam ekonomi Islam, status
menanggung bersama, yaitu pasal tiga
hukum
(3) yang isinya sebagai berikut:”orang
perdebatan di kalangan ulama. Ada
Quraisy yang melakukan perpindahan
beberapa ulama yang mengharamkan
(ke Madinah) melakukan pertanggungan
dengan alasan: a) Asuransi mengandung
bersama dan akan saling bekerja sama
unsur maisîr, gharar dan ribâ, b)
membayar uang darah di antara mereka.”
Asuransi mengandung unsur pemerasan
’Aqîlah merupakan praktik yang
yang
asuransi
bersifat
masih
menekan,
pemegang
seorang
melakukan
dilanjutkan, maka premi yang sudah
pembunuhan terhadap anggota suku
dibayar akan hangus atau dikurangi, c)
yang lain, maka ahli waris korban akan
premi yang sudah dibayar seringkali
memperoleh bayaran sejumlah uang
diputar dalam praktik riba, d) asuransi
darah
termasuk jual beli dan hidup matinya
sebagai
penutupan
suku
kompensasi
keluarga
oleh
pembunuh.
seseorang
dijadikan
apabila
karena
biasa terjadi pada suku Arab kuno. Jika anggota
polis,
menjadi
obyek
tidak
bisnis
Penutupan yang dilakukan oleh keluarga
(Syakir Sula, 2004:58). Dan ada yang
pembunuh itulah yang disebut sebagai
membolehkan
’aqîlah.
asuransi. Yang kemudian oleh Abdul
atau
menghalalkan
Ghafur Anshori(2007:11) merangkum
Asuransi Syariah
101
Vol. I No. 01, Mei 2015
beberapa
alasan
membolehkan
mereka
asuransi
yang
menjadi:
a)
walaupun maksud dan tujuannya baik, tetapi
karena
caranya
salah
maka
Tidak ada naṣ (al-Qur`an dan Sunnah)
asuransi konvensional tidak dibenarkan
yang secara jelas dan tegas melarang
secara syar’i. 3) konsep asuransi yang
asuransi,
dan
ideal menurut kaidah hukum Islam
kerelaan kedua belah pihak baik peserta
adalah asuransi yang dikelola dengan
maupun
c)
sistem mutual (saling menjamin) dan
bagi
asuransi sosial. Namun konsep dan
b)
Ada
kesepakatan
perusahaan
Asuransi
dapat
asuransi, berguna
kepentingan umum, sebab premi yang
pratek
terkumpul dapat diinvestasikan untuk
berkembang di berbagai negara dewasa
proyek-proyek
yang
dan
ini masih dalam taraf pembelajaran atau
pembangunan.
Dengan
lain
belum ideal atau masih dalam ”konsep
kemaslahatan dari usaha asuransi lebih
antara” sehingga masih belum terbebas
besar
d)
dari unsur maisîr, gharar dan ribâ, atau
menguntungkan kedua belah pihak, e)
praktik-praktik lainnya yang terlarang
asuransi
dalam muamalah yang Islami. Namun
daripada
produktif kata
mudharatnya,
dikelola
berdasarkan
akad
asuransi
demikian
termasuk kategori koperasi (syirkah
Berdasarkan
ta’âwuniyah), g) Asuransi dianalogikan
yudraku kulluhu la yutroku kulluhu”
(diqiyaskan) dengan dana pensiun.
artinya, kalau tidak dapat melakukannya
ikhtilaf
di
kalangan
ulama tentang masalah asuransi, menurut
secara
perlu
yang telah
muḍârabah (bagi hasil), f) asuransi
Terjadinya
tidak
syariah
kaidah
ditinggalkan.
fiqih,”
keseluruhan,
maka
Mâ
lâ
jangan
ditinggalkan seluruhnya.
Syakir Sula (2004:77-82) terjadi karena: 1) asuransi dalam pengertian ta’âwun (tolong-menolong) dan taḍâmun antara sejumlah
besar
manusia
dalam
mengganti akibat-akibat peristiwa yang terjadi, memang dibolehkan, akan tetapi cara merealisasikannya dalam teori dan sistem
asuransi
konvensional
mengandung kontroversi di kalangan ulama. 2) sistem operasional asuransi konvensional
jelas-jelas
mengandung
1.3 Ketentuan Operasional Asuransi Syariah Prinsip dasar operasional asuransi syariah tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, yaitu terbebas dari unsur maisîr,
gharar
mengatasi
dan
masalah
ribâ.
Untuk
gharar
dalam
asuransi konvensional maka sistem yang ditawarkan
asuransi
syariah
adalah
menukar akad tadabbuli (jual beli) dengan bentuk akad takâfuli (tolong
unsur maisîr, gharar dan ribâ. Sehingga
102
Asuransi Syariah
Vol. I No. 01, Mei 2015
menolong) atau akad tabarru’ (dana
pemanfaatan
kebajikan) dan akad muḍârabah (bagi
diperoleh kedua pihak menjadi serba
hasil).
jelas dan transparan.
Dengan
akad
takâfuli
atau
untuk
membantu
para
hasil
yang
Adapun cara untuk menghilangkan
tabarru’ maka sebagian dana premi dicadangkan
maupun
unsur
riba
dilakukan
dengan
cara
peserta asuransi. Dana yang lainnya
melakukan investasi yang dilakukan
diinvestasikan oleh perusahaan asuransi
perusahaan
sebagai wakil peserta atau anggota
menerapkan unsur bunga melainkan
asuransi.
dengan cara muḍârabah, musyârakah,
Keuntungan
dari
investasi
tidak
tersebut didistribusikan kepada para
atau
peserta dan perusahaan berdasarkan
(Jusmaliani, 2008: 391).
itu
untuk
skim
Dalam
kesepakatan kedua belah pihak. Sementara
dengan
dengan
mengatasi
syariah
cara
lainnya
operasionalnya,
penulis
mengambil contoh Asuransi Bumiputra
terjadinya unsur maisîr pada asuransi
Syariah
konvensional dapat dilakukan dengan
produk-produknya dapat dikelompokkan
cara memberlakukan reversing period
menjadi dua: 1)
sejak awal akad, sehingga tak ada uang
(Asper),
anggota asuransi yang hangus. Artinya,
Mabrur, dan Mitra Sakinah, 2) Asuransi
semua peserta asuransi syariah berhak
Kumpulan
memperoleh kembali seluruh dana premi
Barokah (Kanwil Syariah Semarang,
yang telah disetor (cash value) kapan
2009)
saja diperlukan, kecuali dana tabarru’ yang
memang
telah
diniatkan
dan
sebagai
modelnya,
Asuransi perorangan
yaitu:
Mitra
Iqra’,
(Askum),
Pada
dengan
bagian
yaitu
berikut
Mitra
Mitra
diberikan
ilustrasi pola pengelolaan dana pada
diikhlaskan untuk membantu sesama
produk Mitra Iqra’.
peserta lain yang terkena musibah.
Iqra’ ini dirancang untuk memprogram
Pembayaran klaim atau pengembalian
pendidikan
uang peserta dan pembagian keuntungan
sejumlah dana pendidikan sejak putra
yang diberikan oleh perusahaan asuransi
putrinya
masuk
taman
kanak-kanak
bersumber dari dana tabarru’, dana
sampai
sarjana,
dari
kemungkinan
tabungan, dan hasil investasi yang
terjadinya resiko yang tidak terduga.
dilakukan
skim
Produk
skim
gabungan antara, unsur tabungan dan
perusahaan
muḍârabah,
dengan
musyârakah
atau
anak
Mitra
atau
Iqra’
menolong
tersedianya
merupakan
syar’i lainnya. dengan demikian bagi
unsur
peserta maupun perusahaan baik sumber,
Premi Mitra Iqra’ terdiri dari : Premi
Asuransi Syariah
tolong
Program Mitra
(Ta’âwun).
103
Vol. I No. 01, Mei 2015
Tabungan, Premi Tabarru’, dan Premi
tahun, usia anak 1 tahun, masa perjanjian
Biaya.
17 tahun, premi tahunan 1.200.000
Bila
peserta
dikaruniai
panjang
rupiah,
tabarru’
5,80%,
biaya
umur sampai dengan masa asuransinya
pengelolaan 39% dari premi tahun
berakhir dan premi telah dibayar lunas,
pertama. Sedangkan muḍârabah 70%
maka kepada anak yang dibeasiswakan
peserta dan 30% perusahaan. Dengan
di terimakan sesuai dengan tabel. Bila
tingkat investasi rupiah 9% per tahun
peserta meninggal dunia sebelum akad
(Saleskit Mitra Iqra’ Asuransi bumiputra
berakhir,
Syariah).
diterimakan;
kebajikan,
b)
Nilai
a)
santunan
Tunai
(premi
Secara teoritis perhitungan premi
tabungan + muḍârabah), tahapan sesuai
pada
dengan tabel + PT II=15%MA, PT
Indonesia dapat dianggap sama, tidak
III=20%MA,
PT
ada perbedaan yang signifikan (Hasan
waris
Ali, 2004 : 177). Satu hal yang menjadi
V=25%MA,
PT
IV=20%MA,
selanjutnya
ahli
produk
asuransi
pembeda
mengundurkan diri sebelum perjanjian
adalah asumsi investasi pada satu tahun
berakhir,
akan
ke depan. Sebuah perusahaan asuransi
mendapatkan: a) premi tabungan, b) bagi
syariah dapat menetapkan tingkat asumsi
hasil muḍârabah. Disamping itu juga
investasi
peserta boleh berhenti sementara (cuti)
perusahaan dan investasi yang sedang
bayar : a) apabila dalam rentang waktu
berjalan.
cuti mendapatkan tahapan pendidikan,
asuransi syariah tersebut dalam keadaan
maka peserta wajib melunasi premi yang
sehat
belum dibayar terlebih dulu, baru bisa
menetapkan asumsi investasi setingkat di
mendapatkan tahapan pendidikan. b)
atas perusahaan asuransi syariah yang
apabila peserta meninggal dunia saat cuti
lainnya. Pada aspek ini, perusahaan
bayar selama masih ada premi tabarru’:
asuransi syariah dapat bermain dalam
(1)
sebuah
ahli
waris
peserta
menerima
santunan
perhitungan
di
dikenakan bebas premi. Apabila peserta
maka
dalam
syariah
sesuai
Jika
dengan
kondisi
kondisi
perusahaan
permodalannya,
persaingan
premi
bisa
bisnis
jadi
dengan
kebajikan, (2) nilai tunai (bila masih
memberikan return yang baik dan lebih
ada). (Kanwil Syariah Semarang, 2009:
untuk setiap peserta asuransi. Asumsi
1-2)
tingkat
investasi
pada
Data di tabel bawah ini, dengan
perusahaan asuransi syariah bukanlah
asumsi peserta dari produk Mitra Iqra’
identik dengan praktik bunga pada
adalah sebagai berikut: umur peserta 30
perusahaan konvensional, karena asumsi
104
Asuransi Syariah
Vol. I No. 01, Mei 2015
yang dipakai tersebut belumlah fixed
bisnis (umat Islam) agar dalam setiap
(tetap), hanya sebagai ancangan dalam
melakukan investasi didasarkan pada
perhitungan awal. Sedangkan kenyataan
nilai-nilai
di lapangan harus didasarkan pada hasil
akuntabilitas. Hal dikarenakan sifat dari
akhir investasi pada satu tahun investasi
sebuah investasi adalah tidak pasti
setelah
(cost)
(uncertainty) perolehan keuntungannya.
yang
Dengan semangat profesionalitas, maka
dikurangi
operasional.
baya-biaya
Prinsip
ini
membedakan antara perusahaan asuransi
tingkat
syariah
profesionalitas
kerugian
dalam
berinvestasi
dan
perusahaan
asuransi
dapat
konvensional.
Perusahaan
asuransi
serendah mungkin. Oleh karenanya,
konvensional memakai sistem bunga
pada bidang investasi dibutuhkan fund
yang sudah fixed sebagai instrumen
manager yang profesional dan andal,
dalam
serta berpengalaman di bidangnya.
menjalankan
kinerja
diminimalisasi
dan
pada
tingkat
operasionalnya. Dalam sistem bunga ini, keuntungannya secara pasti
sudah
dapat
pada awal
dilihat
melakukan
transaksi. Realita ini yang ditolak dalam etika
bisnis
islami,
karena
telah
menetapkan sesuatu (keuntungan) yang belum pasti. Bertentangan dengan firman Allah SWT, dalam QS. Luqman [31]: 34 Artinya: ”Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok; dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal”. Dalam ayat ini di atas tersirat
1.4 Asuransi Investasi
sebagai
Alat
Agar dapat memiliki sejumlah dana untuk tujuan tertentu di masa depan, digunakanlah investasi. Misalnya, jika anda memiliki seorang anak berusia satu tahun dan ingin menyiapkan sejumlah dana untuk biaya pendidikannya mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi nanti, Anda dapat menyisihkan sebagian kemampuan finansial anda dari sekarang secara rutin, sedikit demi sedikit,
sampai
nanti
dananya
mencukupi. Untuk mengurangi jumlah yang harus anda sisihkan secara rutin jangan hanya kumpulkan dananya, tapi investasikan juga dana yang terkumpul tersebut agar dapat berkembang. Di sinilah investasi memegang peranan sebagai salah satu alat perencanaan.
adanya sebuah tuntunan bagi pelaku
Asuransi Syariah
105
Vol. I No. 01, Mei 2015
Namun, rencana ada di tangan manusia sedangkan takdir di tangan
sebuah prinsip atau sistem yang bersifat universal Fenomena asuransi syariah adalah
Tuhan. Bagaimana jika di tengah jalan, anda dipanggil untuk menghadapNya.
unik
Bagaimana jika anda dipanggil lebih
ekonomi
cepat dan dana yang anda siapkan untuk
individualistik. Secara finansial, sistem
itu belum mencukupi. Siapa yang akan
asuransi
meneruskan setoran rutinnya. Untuk itu
perolehan (manfaat) yang lebih baik.
anda
Bersamaan
memerlukan
suatu
alat
yang
(al-ghurabâ) yang
di
tengah
kapitalistik
syariah
arus dan
memungkinkan
dengan
itu,
semangat
melindungi investasi anda agar tetap
solidaritas pun dipupuk melalui iuran
terjaga pertumbuhan dananya walaupun
kebajikan (tabarru’) peserta asuransi.
anda sudah tidak ada lagi. Alat itu adalah
Selain itu, sistem tabarru’ dan bagi hasil
asuransi
(muḍârabah) yang ditetapkan dalam
dwiguna.
Asuransi
yang
memberikan proteksi dan menjamin
pola
operasional
asuransi
syariah
investasi.
mengharuskan adanya transparansi di
Sebagai alat pengembangan dana,
dalam status dana dan pengelolaannya.
investasi dapat diibaratkan menanam
Demikian pula dalam hal kontribusi
pohon. Pohon yang baru ditanam perlu
biaya
diberi pupuk dan disiram terus menerus
sedikit
agar dapat tumbuh dengan baik. Selain
ditetapkan dengan jelas dan menjadi
itu, pohon juga perlu dilindungi, diberi
bagian dari kesepakatan peserta. Karena
pagar agar tidak diganggu oleh binatang
itu, sejak awal peserta mengetahui
atau ulah iseng manusia. Seperti itulah
dengan jelas komponen premi yang
asuransi melindungi investasi, seperti
disetorkannya, yaitu tabarru’, tabungan,
pagar yang melindungi tanaman dari
dan
gangguan (Ahmad Gozali, 2004 : 84-85).
peserta dapat melihat perkembangan dari
Asuransi syariah dapat menjadi
waktu ke waktu yang berkenaan nilai
pengelolaan, dari
biaya
yang
premi
tahun
pengelolaan.
tunai
bagi
tabungan dan bagi hasilnya.
menginginkan
masyarakat produk
yang
yang sesuai
Apabila
yakni
peserta
itu,
akumulasi
bermaksud
dengan prinsip syariah. Produk ini juga
mengundurkan
bisa menjadi pilihan bagi pemeluk
perjanjian karena suatu hal, nilai tunai
agama lain yang memandang konsep
yang dapat diterimanya dapat dihitung
syariah adil bagi mereka. Syariah adalah
nilainya dan jelas sumbernya (berasal
106
diri
pertama,
Selain
alternatif pilihan proteksi dan investasi warga
polisnya,
disisihkan
dalam
masa
Asuransi Syariah
Vol. I No. 01, Mei 2015
hasilnya).
syariah adalah harus terbebas dari unsur
Demikian pula klaim meninggal yang
maisîr, gharar, dan ribâ. Dan dalam
diterima oleh ahli waris peserta, terdiri
praktiknya
dari santunan kebajikan (bersumber dari
pengembangan prinsip tolong-menolong
tabaru’-tabaru’ peserta), tabungan yang
melalui dana tabarru’ juga memasukkan
sudah
unsur investasi (khususnya pada asuransi
dari
tabungan
dan
disetorkan
bagi
dan
bagi
hasil
asuransi
tabungannya. Dalam hal investasi, selain
jiwa)
dengan
pertimbangan profitabilitas, kesesuaian
(muḍârabah) .
akad
syariah
bagi
adalah
hasil
syariah
Sebagai alat pengembangan dana,
merupakan faktor penentu keputusan
investasi dapat diibaratkan menanam
investasi. Oleh karena itu peran Dewan
pohon. Pohon yang baru ditanam perlu
Pengawas
Syariah
sangat
diberi pupuk dan disiram terus menerus
penting
di
dinamika
agar dapat tumbuh dengan baik. Selain
pengembangan asuransi syariah, hal
itu, pohon juga perlu dilindungi, diberi
yang tidak ditemukan dalam asuransi
pagar agar tidak diganggu oleh binatang
konvensional.
atau ulah iseng manusia. Seperti itulah
usaha
dengan
ketentuan
menjadi
dalam
Akhirnya, tidak keliru jika dikatakan
asuransi melindungi investasi, seperti
bahwa operasionalisasi asuransi syariah
pagar yang melindungi tanaman dari
seperti diuraikan diatas dan keterlibatan
gangguan.
Dewan Pengawas Syariah di dalam
Asuransi syariah dapat menjadi
keseluruhan mata rantai aktivitas dan
alternatif pilihan proteksi dan investasi
produk asuransi syariah menggambarkan
bagi
konsistensi asuransi syariah sebagai
menginginkan
sebuah sistem ta’âwun yang berpijak
dengan prinsip syariah. Produk ini juga
pada nilai-nilai syariah Islam. Dan
bisa menjadi pilihan bagi pemeluk
sebagai salah satu instrumen investasi
agama lain yang memandang konsep
syariah dewasa ini.
syariah adil bagi mereka. Syariah adalah
warga
masyarakat produk
yang
yang sesuai
sebuah prinsip atau sistem yang bersifat C. Simpulan Dari
universal. uraian
diatas
dapat
disimpulkan, Prinsip dasar dari asuransi
Asuransi Syariah
***
107
Vol. I No. 01, Mei 2015
DAFTAR PUSTAKA Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media.
Jusmaliani, 2008. Investasi Syariah Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Kanwil Syariah Semarang. 2009. Pemahaman Produk Asper & Askum Syariah. Semarang.
Anshori, Abdul Ghafur. 2007. Asuransi Syariah di Indonesia Regulasi dan Operasionalnya di dalam kerangka Hukum Positif di Indonesia. Yogyakarta: UII press. Al-Fanjari, Muhammad Syauqi. 1994. Al-Islâm wa at-Ta’mîn. Riyadh. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 21/DSNMUI/X/2001, Tentang: Pedoman Umum Asuransi Syariah, Jakarta : 17 Oktober 2001.
Pontjowinoto, Iwan P. 2003. Prinsip Syariah D Pasar Modal (Pandangan Praktisi). Jakarta: Modal Publications. Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani. Saleskit Mitra Iqra’ Asuransi bumiputra Syariah..
Gozali, Ahmad, 2004. Halal, Berkah, Bertambah, Mengenal dan Memilih Produk Investasi Syariah. Jakarta: Gramedia.
108
Asuransi Syariah