SYIRKAH MUTANAQISHAH DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBIAYAAN KPRS DI BANK SYARIAH
Oleh: Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, Ph.D
Seminar Nasional Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Ruang Teater Lt. 2 Fak. Syariah dan Hukum Jakarta 03 Juni 2009
Kebutuhan Pengembangan Produk Syariah
Tuntutan Kebutuhan Manusia Yang Semakin Berkembang Persaingan di Industri Keuangan Syariah Komitmen Service Satisfaction pada Nasabah dan Customer Pengembangan Produk Syariah Harus Sesuai dengan Prinsip Syariah
Prinsip Syariah dalam UU Perbankan Syariah Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Pasal 26 1) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21 dan/atau produk dan jasa syariah, wajib tunduk kepada Prinsip Syariah. 2) Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia. 3) Fatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia. 4) Dalam rangka penyusunan Peraturan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bank Indonesia membentuk komite perbankan syariah. 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, keanggotaan, dan tugas komite perbankan syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia
Pengembangan Produk Syariah
Pengembangan produk syariah termasuk masalah ijtihadi Karena bagian dari masalah ijtihadi, maka dalam pengembangan produk syariah harus mengetahui ketentuan-ketentuan yang ada dalam hukum Islam, khususnya pengetahuan tentang: 1. Pengertian hukum, syariah dan fiqh 2. Qath’i dan dzanni 3. Istinbath al-hukm
Musyarakah Mutanaqisha Secara harfiah berasal dari dua kata, yakni (i) Musyarakah dan (ii) Mutanaqishah; Musharakah biasa juga disebut dengan syirkah yang berarti kerja sama. Ada berbagai macam syirkah , di antaranya: syirkah inan, syirkah mufawadhah, syirkah wujuh, syirkah amal (abdan); Mutanaqishah berasal dari naqasha yang berarti berkurang; Musyarakah Mutanaqisha adalah akad kepemilikan bersama (syirkah amlak) atas satu aset kekayaan dimana salah satu pihak kepemilikannya berkurang hingga habis (nol) untuk dimiliki secara sempurna oleh pihak lainnya.
Dasar Musyarakah Mutanaqisha 1. QS. Shad [38]: 24; “… dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini …” 2. Hadits riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” 3. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf: “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
Dasar Musyarakah Mutanaqisha (Lanjutan) 4. Pendapat Ulama: Wahbah Zuhaili dalam kitabnya al-Muamalah al-Maliyah alMuasyirah hal 436-437: “Musyarakah mutanaqishah ini dibenarkan dalam syariah, karena -sebagaimana ijarah muntahiya bit tamlik- bersandar pada janji dari bank kepada mitra (nasabah)nya bahwa bank akan menjual kepada mitra porsi kepemilikannya dalam syirkah apabila mitra telah membayar kepada bank harga porsi bank tersebut. Di saat berlangsung, musyarakah mutanaqishah tersebut dipandang sebagai syirkah ‘inan, karena kedua belah pihak menyerahkan kontribusi ra’sul mal, dan bank mendelegasikan kepada nasabah mitranya untuk mengelola kegiatan usaha. Setelah selesai syirkah bank menjual seluruh atau sebagian porsinya kepada mitra, dengan ketentuan akad penjualan ini dilakukan secara terpisah tidak terkait dengan akad syirkah.
Akad Yang Digunakan Akad yang dapat digunakan dalam musyarakah mutanaqishah adalah Syirkatul ‘Inan atau Syirkatul Amlak Apabila akad yang digunakan adalah syirkatul ‘inan: (i) Berlaku sebagaimana yang diatur dalam syirkatul ‘inan, dimana para mitra memiliki kewajiban dan hak dalam usaha, yaitu memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan di awal; memperoleh keuntungan berdasarkan kesepakatan di awal; menanggung kerugian sesuai proporsi modal; (ii) pihak yang berakad dalam syirkatul inan dapat membeli bagian pihak lainnya secara bertahap sehingga di akhir akad pihak tersebut memiliki seluruh bagian pihak lainnya. Apabila akad yang digunakan adalah syirkatul amlak: (i) Berlaku hukum syirkatul amlak dalam hal ini para pihak memiliki bagian dari aset syirkah tersebut secara nilai (haqqul musya’); (ii) Pihak yang berakad dapat menyewakan atau menjual bagian kepemilikannya kepada sesama pihak dalam syirkatul amlak atau pihak ketiga berdasarkan izin pihak dalam syirkah tersebut; (iii) Salah satu pihak dalam syirkatul amlak dapat mengalihkan bagiannya kepada pihak lain secara bertahap sehingga di akhir akad pihak lainnya tersebut memiliki seluruh bagian.
Praktek Akad Musyarakah Mutanaqishah Akad Musyarakah Mutanaqishah merupakan gabungan dari akad musyarakah dan akad ijarah. Maka ketentuan yang berlaku pada akad musyarakah dan akad ijarah berlaku dalam akad musyarakah mutanaqishah Musyarakah Mutanaqishah bukan termasuk akad sewa-beli yang dikategorikan sebagai transaksi ‘two in one’ Dapat dilakukan antara bank syariah dengan nasabah untuk kepemilikan rumah Sudah dijalankan di beberapa lembaga keuangan Islam, misal Koperasi Islam Kanada, Koperasi Perumahan Anshar Kanada, Perumahan Anshar Pakistan
Alur Akad Musyarakah Mutanaqishah 1
2 BANK SYARIAH
NASABAH
3
3 1. Negosiasi Angsuran dan Sewa 2. Akad/kontrak Kerjasama 3. Beli Rusun ke Developer (Bank/Nasabah) 4. Mendapat Berkas dan Dokumen dari Developer 5. Nasabah Membayar Angsuran dan Sewa 6. Bank Syariah Menyerahkan Hak Kepemilikannya
DEVELOPER 4
4 5
6
Simulasi Syirkah Mutanaqishah Rumus akad musyarakah mutanaqishah • P = B0 + C0 P : Harga Barang B0 : Nilai Kontribusi Bank Syariah C0 : Nilai Kontribusi Nasabah • M=R+A M : Total pembayaran per periode R : Sewa per periode A : Pembayaran angsuran nasabah per periode • ri = Ci/P ri : Rasio kepemilikan nasabah Ci : nilai kepemilikan nasabah P : Harga barang
[
x P − (1 + x) n C 0 A= (1 + x) n − 1
]
A : Angsuran per bulan x : R/P n : Jangka Waktu C0 : Nilai Kontribusi Nasabah
•
Contoh
1.
Modal Nasabah x[P − (1 + x) C ] 5.400.000 A= (1 + x) − 1 Modal Bank 138.600.000 Harga Rusun 144.000.000 Biaya Sewa (bulan) 500.000 Biaya Angsuran (bulan) 3.602.308 Jangka Waktu Pembiayaan (bulan) 36 IRR 0,0035 n
0
n
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Risiko Pembiayaan Syirkah Mutanaqishah • • • •
Risiko Kepemilikan Risiko Regulasi Risiko Pasar Risiko Kredit (Pembiayaan)
TERIMA KASIH