ARTIKEL HASIL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH:
Implementasi Manajemen “Re” Untuk Mengurangi Jam Kosong, Keterlambatan Guru Datang Di Sekolah, Dan Keterlambatan Guru Masuk Kelas DI SMP NEGERI 4 KRAKSAAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 Suyatno Tri Kurniawan)* Kepala SMP Negeri 4 Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penulisan Untuk mengurangi jam kosong di sekolah, mengurangi jumlah guru yang terlambat datang di sekolah, mengurangi jumlah guru yang terlambat masuk kelas. Yang dimaksud manajemen RE adalah sebuah konsep manajemen yang berarti upaya-upaya untuk menciptakan teori atau konsep baru (Tentunya yang lebih efektif) berkaitan dengan cara mengelola sebuah sekolah dengan 6 langkah melalui sebuah siklus (cycling). Keenam langkah tersebut adalah “reorienting, relearning, replanning, redoing, rechecking, dan re-acting”. Inti dari manajemen ini adalah bagaimana seorang kepala sekolah memberdayakan semua aspek yang ada disekolah, untuk dikelola secara profesional dan total, melalui tahapan-tahapan yang digambarkan melalui model siklus tersebut. Selain itu bagaimana komponen-komponen yang ada dalam siklus tersebut dapat disinergikan sehingga pola pengelolaan sekolah yang menurut penulis bersifat spiralis tidak terjadi “missing link”. Adapun pola siklus yang penulis tawarkan dimulai dari pengendalian, perbaikan/peningkatan, pemeliharaan, tindakan, perencanaan, pemeriksaan dan pelaksanaan. Pengendalian perlu dilakukan terhadap produk input, proses pengerjaan (KBM) atau implementasi PBM hingga akhir output. Untuk itu perlu dikembangkan “mentalitas berkwalitas guru” yang melekat pada pelaku proses (built in quality) dan menerapkan do it right the first time. Dari hasil yang diperoleh dapat disampaikan disini bahwa dengan manajemen RE dapat menformat disiplin guru dan berefek pada disiplin siswa, yang akhirnya akan mewujudkan sekolah yang efektif dan unggul. Karya Tulis ini diharapkan bukan hanya sebuah tulisan yang bermimpi besar (dream big) saja, tetapi juga dapat dilakukan dan di implementasikan mulai dari yang kecil (start from little) yang kemudian melalui tindakan (do it now).
Kata Kunci : Implementasi, Manajemen, ReAbstract The aim of this school action researh is to enless the empty hours at school, to decrease the total of the teachers coming late at school, to minimalize the total of the teachers coming late on entering the class.. The meaning of RE- Managementis one concept of management that has a meaning the efforts to create the theory or a new concept,( of course, more effective}, relatinge with how to manage to the school by using 6 steps through a cycle. The six steps are “reorienting, relearning, replanning, redoing, rechecking, 1
dan re-acting”. The core of this mangement is how the headmaster to empower all the aspects, are there in the school, to be managed profesinally and totally, by using the steps are described through the cycles-model.Beside,how the components, there are in the cycles, is harmonized, so the school-management type according to the writer is spiralized, not missing-link However, the cycle-typed offered by the writer, is started form controlling, remiding/increasing, redoing, planning, checking,ang acting.the controlling is necessary done for input-product, on doing process( teaching learning process) or implementing on teaching learning process until the outcome. For that, it is neccessary developed of “ th equality of teacher mentallity, that deals with the doer-process (built in quality) and implement do it right the first time. From the result got, can be said that by using RE- management can format the teachers dicipline and effects on students dicipline, that it will create the effective- school and qualified school. This article is hoped not only a dream big article but also also can be done and can be implemented from starting the little till doing it now.
Keywords : Implementation, Management, RePENDAHULUAN Latar Belakang Disadari atau tidak disadari, guru adalah panutan bagi siswa di sekolah dimana ia bertugas. Oleh karena itu apapun yang dilakukan oleh guru selalu menjadi contoh bagi anak didiknya. Jika gurunya masih ada yang datang terlambat di sekolah atau terlambat masuk kelas, jangan harap siswanya dapat hadir tepat waktu atau masuk kelas sesuai dengan jam bel masuk. Penulis prihatin jika menyaksikan ada guru yang datang ke sekolah terlambat, atau masuk kelas tidak sesuai dengan bel masuk atau bahkan ada guru yang sering meninggalkan jam mengajar dengan alasan yang tidak jelas. Hal tersebut terjadi pada sekolah tempat penulis bertugas. Pada saat itu tingkat kosong jam tinggi, guru terlambat datang menjadi pemandangan sehari-hari dan guru terlambat masuk kelas menjadi kebiasan yang membudaya. Dalam keadaan tersebut penulis ingin mengubah kondisi itu menjadi kondisi yang disiplin. Dan disiplin itu harus dimulai dari kepala sekolah dan guru. Oleh karena itu penulis mengimplementasikan manajemen RE untuk mengurangi jam kosong, keterlambatan guru datang di sekolah dan keterlambatan guru masuk kelas. Sehingga judul karya tulis ini adalah : Implementasi Manajemen RE untuk mengurangi Jam Kosong, Keterlambatan Guru datang di sekolah, Keterlambatan Guru Masuk Kelas di SMP Negeri 4 Kraksaan. Permasalahan
2
Dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Sejauhmana Manajemen RE dapat mengurangi jam kosong di SMP Negeri 4 Kraksaan ?. 2. Sejauhmana Manajemen RE dapat mengurangi jumlah guru yang terlambat datang ke sekolah ?. 3. Sejauhmana manajemen RE dapat mengurangi Jumlah guru yang terlambat masuk kelas ?. Dari 3 permasalahan tersebut, penulis akan bahas dan uraikan dalam rangka membantu pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang sering terjadi di sekolah. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan di SMP Negeri 4 Kraksaan melalui peningkatan disiplin guru. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengurangi jam kosong di sekolah. 2. Untuk mengurangi jumlah guru yang terlambat datang di sekolah. 3. Untuk mengurangi jumlah guru yang terlambat masuk kelas. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi sekolah Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah secara keseluruhan antara lain Kepala
Sekolah,
Wakil
Kepala
Sekolah,
Guru,
Siswa,
Tenaga
Kependidikan lainnya / Staf Administrasi Sekolah, Staf Penunjang (Petugas kebersihan, Petugas Pertamanan, Satpam, dan Penjaga Sekolah) Orang Tuan siswa / Pengurus Komite Sekolah dan yang menjadi kunci dari kedisiplinan adalah kepala sekolah, guru dan siswa. 2. Bagi Kepala Sekolah Memudahkan dalam memantau disiplin warga sekolah, secara keseluruhan baik guru, siswa maupun staf tata usaha. 3. Bagi Guru Tanpa terasa guru dapat berusaha menyesuaikan dengan kesepakatan yang sudah dibuat pada saat awal semester, yaitu menuju kedisiplinan yang tinggi. 4. Bagi Siswa Mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yaitu contoh disiplin yang diinginkan sekolah.
3
5. Bagi Orang tua Dengan disiplin tinggi di sekolah orang tua tidak usah khawatir anaknya beraktifitas diluar kegiatan belajar mengajar di sekolah.
KAJIAN LITERATUR Sebuah organisasi akan berjalan sebagaimana yang diinginkan, jika seluruh stakeholder yang ada di dalamnya selalu mempunyai kemauan yang kuat
untuk
berinovasi.
mengembangkan
Inovasi
organisasi
yang
kearah
dimaksud
yang
positif
adalah melalui
keinginan langkah
meningkatkan hal-hal yang positif dan menghilangkan hal-hal yang menghambat. Hal tersebut di Jepang dikenal dengan “Kaizen” yang artinya Inovasi tiada henti, dalam dunia bisnis dikenal dengan Manajemen Peningkatan Mutu, dalam dunia pendidikan kita kenal dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Implementasi Inovasi tiada henti secara operasional dalam sebuah sekolah adalah Ulangi dan tingkatkan (Re). Dalam manajemen RE kondisi organisasi sekolah dan Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat menentukan. Robert G. Owen dalam bukunya Organizational behavior in Education (1992) menyatakan sebagai berikut : Faktor utama (dari organisasi yang efektif atau tidak efektif) adalah kondisi organisasi dan tingkah laku kepala akan menunjukkan efek terhadap bagaimana bawahan melakukan perjanjian dengan yang lain secara individual dan secara team works dalam memproduk hasil akhir. Tipe-tipe Kepemimpinan Ada 2 teori kontemporer yang disampaikan oleh Douglas McGregor dalam Robert G. Owen (1992) membedakan manusia ke dalam dua tipe yaitu manusia tipe X dan manusia tipe Y. Klasifikasi ini dibuat oleh McGregor atas dasar karakteristik manusia di dalam organisasi. Manusia yang mempunyai kecenderungan pasif atau negatif oleh McGregor dikategorikan sebagai manusia X dan manusia yang cenderung bersifat kreatif atau positif dikategorikan sebagai manusia Y. Ciri-ciri manusia X (Teori X) dan manusia Y (Teori Y) adalah sebagai berikut : Teori X 1. Pada umumnya manusia tidak menyukai bekerja dan sebisa mungkin menghindarinya (pasif). 2. Karena mereka tidak suka bekerja, tidak memperhatikan kebutuhan dan tidak berusaha untuk meraih keberhasilan tujuan organisasi.
4
3. Tiap pekerja akan menghindari tanggungjawab dan suka mencari petunjuk dari mereka yang bertanggung jawab (atasan). 4. Sebagian banyak pekerja menilai bahwa kepentingan individu merupakan segalanya, diatas faktor-faktor yang lain, namun mereka sangat kecil untuk melakukannya. 5. Kebanyakan mereka suka diarahkan. Teori Y 1. Secara alamiah, pada dasarnya para pekerja tidak malas dan dapat dipercaya, dan pekerjaan merupakan tugas yang wajar dan dapat diterima. 2. Manusia pada waktu bekerja secara otomatis akan memperoleh gagasan atau inisiatif dan kreatif, petunjuk diri serta pengawasan diri pada pekerjaannya bila mereka diberi komitmen (kepercayaan) terhadap tujuan organisasi serta termotivasi. 3. Pada umumnya, tiap-tiap orang dalam kondisi yang termotivasi, mereka dapat mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing, dan dalam waktu yang bersamaan dapat mencapai tujuan-tujuan organisasi. 4. Pada umumnya pegawai/pekerja menghargai kreatifltas yaitu kemampuan untuk membuat sebuah keputusan yang baik dan mencari kesempatan yang baik untuk berkreasi dalam kerja. Teori X mempercayai bahwa untuk memotivasi para pegawai/ pekerja diperlukan adanya model kepemimpinan “carrot and stick” sehingga pimpinan harus selalu mengadakan supervisi yang ketat dan ditail terhadap bawahan dengan apa yang disebut “down-the line hierarchical control” dalam organisasi. Sedangkan teori Y menekankan pada pembangunan sebuah komitmen dalam kontek kerja, penanaman rasa saling percaya, peningkatan kemampuan interpersonal pekerja yang didalamnya bagaimana seorang pekerja mampu membangun sebuah komunikasi ke semua lini serta intrapersonal yang kuat. Dari kedua teori tersebut pertanyaannya adalah mana yang paling bagus dan paling tepat untuk mengembangkan sebuah lembaga. Jawabannya adalah sangat tergantung, sangat situasional dan kondisional. Untuk itu diperlukan sebuah kepemimpinan situsional yang mampu memilah dan memilih sebuah sistem yang sekiranya sesuai dengan kondisi sekolah masingmasing. Sedangkan Teori X dan Teori Y dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan dan membangun sebuah sistem yang tepat. Dan sistem menurut W. Edwar Deming dalam bukunya The New Economics for Business, Education, and Government dalam David P. Langford dan Barbara
5
A. Clearly (1989:36) menyatakan bahwa : Sebuah system adalah sebuah jaringan kerja dari komponen yang saling bebas (interdependent) yang bekerja bersama untuk mencoba untuk menyempurnakan tujuan dari
sistem ….
Manajemen dari sebuah sistem membutuhkan pengetahuan tentang hubungan antara semua komponen dalam sistem dan orang-orang yang bekerja di dalamnya. Sebuah sistem harus mengatur (memanage). Artinya mengatur dirinya sendiri …… Rahasia dari kerjasama di antara komponen terhadap tujuan organisasi.
Langkah-langkah Manajemen Dalam kaitannya dengan pengembangan pengelolaan sekolah dan sistem manajemen operasionalnya seorang pimpinan harus mengetahui 3 hal yaitu (1) system planning (2) system programming (3) system management (Brown, Norbeg dan Srygley dalam Administrating Educational Media, 1972, p.7). Ketiganya dapat didiskripsikan dalam gambar sebagai berikut : Gambar 1 : Strategi-strategi Sistem dalam Pendidikan SYSTEM PLANNING Mengidentifikasi Input Menentukan Outcomes (Output yang diharapkan Mengembangkan indikatorindikator tindakan
SYSTEM PROGAMMING Mempertimbangkan dana memilih alternatif-alternatif Mengintegrasikan Mengujikan dan memvalidasi sistem
SYSTEM MANAJEMEN Memonitor sistem dan mengevaluasi outputoutputnya Menganalisis monitoring dan evaluasi data Mendesain dan memperkenalkan perubahanperubahan dan penyesuaian yang diperlukan
Sejalan dengan sistem pengelolaan sekolah dan pengembangannya, ada paradigma pendidikan yang perlu dipertimbangkan oleh para pengelola sekolah. Zamroni lewat tulisannya Paradigma Pendidikan Masa Depan (2000) menyatakan ada 2 paradigma yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pembangunan dalam bidang pendidikan yaitu paradigma fungsional sosial yang bersifat analis-mekanik dan paradigma baru yang bersifat sistemikorganik. Paradigma pertama menjadikan pendidikan sebagai “engine of growth” penggerak dan lokomotif pembangunan dan lebih bersifat linier dan unidemensional sedangkan yang kedua lebih bersifat kompleks dan interaktif yang dapat melahirkan pendidikan multi tracks dan multidemensional. Menurut Heid, 1995 dan Klauder, 1992; Conference Board of Canada (1997) dalam Terry Evans dan Daryl Nation dalam bukunya Changing University Teaching (2000) menyatakan ada perbedaan dalam menghadapi
6
perkembangan dunia pendidikan antara masyarakat informatif dan masyarakat industri dimana masyarakat informasi cenderung memiliki kwalifikasi dan kompetensi yang lebih, terutama dalam menghadapi perubahan. Oleh sebab itu dalam rangka menghadapi era informasi paradigma kedua kiranya lebih tepat dalam menumbuh kembangkan dan mengelola persekolahan. Untuk itu para pengelola sekolah diharapkan untuk mampu (1) belajar dan terus belajar secara mandiri dan otomatis (2) berkomunikasi dengan yang lain secara hatihati dan teliti (3) berkolaborasi dengan yang lain dalam kelompok (4) menunjukkan sensifitas sosial yang tinggi (5) menerima tanggung jawab sosial (6) siap dan berkeinginan untuk flexible dan memiliki pengalaman keluwesan. Kemudian menurut Hohler (1989) dalam Terry Evans at.all. (2000;) lembaga sekolah memerlukan adanya para pegawai (guru-karyawan) yang secara sosial lebih kreatif, percaya diri, ramah, berkomitmen, komunikatif, serta berkompeten. Dalam kontek pendidikan yang efektif seorang kepala sekolah juga harus tahu dengan apa yang disebut “needs of assessment” penilaian akan kebutuhan lembaga dalam rangka mewujudkan kwalitas manajemen secara total (TQM). W. Edward Deming 1986 dalam David P. Langford at. all. dalam bukunya Orchastrating Learning with Quality (1989:5) menyatakan bahwa dalam memenej/mengelola sebuah sekolah melalui TQM ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu (1) sense of improvement, (2) customer focus dan (3) total involment.
Manajemen RE Dari uraian konsep-konsep manajemen di atas kemudian apa yang ditawarkan oleh RE dalam rangka membantu kepala sekolah menghadapi kompleksitas pendidikan sekarang ini. RE berasal dari “RE and UP” dimana “RE” menurut kamus The Amarican Heritage Dictionary (1991:1029) artinya “again” atau “anew” lagi atau memperbarui kembali, sedangkan menurut Hernowo dalam bukunya Bu Slim dan Pak Slim (2004:12) menyatakan bahwa “RE” berarti upaya-upaya untuk menciptakan teori atau konsep baru berkaitan dengan cara mengelola bisnis misalnya ada “repositioning yang berarti” memposisikan kembali strategi perusahaan, atau ada pula “relearning” yang berarti mempertanyakan kembali cara-cara belajar yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman”, dan seterusnya. Sedangkan “UP” menurut kamus
dapat
diartikan
“maju
terus”
artinya
menu
terus
sambil
menyempurnakan kekurangan yang lalu. Sehingga RE dapat diartikan sebagai
7
usaha untuk mengulang sambil menyempurnakan. Walaupun fenomena RE ini sudah dikembangkan beberapa tahun lalu dan sukses dengan konsepnya yaitu “reenginering, relearning, repositioning dan RE yang lainnya, penulis ingin mencoba lagi manajemen RE ini dalam kontek yang lain dan khususnya dalam bidang pengelolaan sekolah. Sedangkan manajemen sendiri menurut Sudjana dalam bukunya Manajemen Program Pendidikan (2004:16) menyatakan bahwa pengelolaan sekolah atau manajemen merupakan ketrampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Harsey dan Blanchard (1982) dalam Sudjana (16-17) menyatakan sebagai berikut: “Management as working with and through individuals and groups to accomplish organizitional goals”. Sedangkan Stoner (1981) dalam Sudjana (17) mengartikan sebagai berikut : “Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan evaluasi sebagai efek dari anggota suatu organisasi dan pemanfaatan seluruh sumber daya organisasi yang lain untuk mencapai tujuan lembaga organisasi”. Implementasi kedua pengertian tersebut menurut Sudjana adalah bahwa
manajemen
merupakan
serangkaian
kegiatan
merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Strategi manajemen RE bertujuan untuk : 1. Mengelola rencana-rencana strategis dan taktis yang dibuat untuk dilaksanakan diseluruh tingkatan manajemen dengan baik dan benar. 2. Menyelaraskan kebijakan dan tindakan yang strategis diseluruh tingkatan manajemen untuk mencapai tujuan bersama. 3. Melaksanakan proses manajemen strategi yang sistematis dengan konsisten. 4. Menyediakan prinsip-prinsip sistem manajemen yang dapat mengukur tingkat keberhasilan baik yang sudah berlalu, operational yang sedang berjalan, maupun yang akan datang. 5. Menyediakan prinsip-prinsip sistem manajemen yang bisa mengukur dan membedakan keberhasilan sisi financial, sisi operasional maupun sisi pencapaian siswa (students ‘achievement). Adapun ranah “manajemen RE” yang kami tawarkan adalah sebagai berikut 1. Re-orienting
8
Reorienting adalah sebuah proses yang sistimatis yang meliputi pemahaman, pengenalan serta pengidentifikasian kembali segala sesuatu yang telah dimiliki oleh sebuah lembaga yang dilakukan oleh kepala sekolah, para guru, karyawan, wali murid, siswa dan stakeholder lainnya. Dan ini harus dilakukan sebelum dan setiap tahun ajaran baru sehingga apa saja potensi yang dimiliki sekolah akan diketahui oleh semua komponen sekolah. Bentuk peningkatan pada fase ini adalah menghilangkan segala hambatan dan mengarahkan orientasi pada posisi yang lebih operasional dan rasional. 2. Re-learning Relearning merupakan sebuah proses yang sistimatis untuk mempelajari kembali cara-cara atau teknik-teknik pengelolaan sekolah yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang didalamnya ada seperangkat instrument dan assesoris menejerial yang berdasarkan kebutuhan (need assesment). Bentuk peningkatan pada fase ini adalah menghilangkan teknik yang tidak efektif dan mengganti dengan metodemetode lain yang dianggap lebih efektif. 3. Re-planning Replaning adalah sebuah proses yang sistimatis dalam rangka mempersiapkan kembali seperangkat keputusan tentang kegiatan-kegiatan untuk masa yang akan datang dengan diarahkan pada pencapaian tujuantujuan melalui penggunaan sarana yang tersedia berdasarkan hasil relearning yang telah dilakukan. Menurut Sudjana (2004;67-72) ada 3 tipe perencanaan yaitu pertama perencanaan berdasarkan perintah (Command Planning) dimana orientasinya pada rencana umum yang telah disusun berdasarkan patokan-patokan yang telah ditetapkan, sedangkan pakar hanya sebagai spesialis saja. Perencanaan ini lebih bersifat sentralistik. Kedua Perencanaan berdasarkan kebijakan (Polecies Planning) yang telah ditetapkan yang ditandai dengan kehadiran para pakar perencanaan yang berperan sebagai penasehat (advisor) bagi para perencana di tingkat pusat, daerah,
dan
tingkat
lembaga
penyelenggara
program.
Orientasi
perencanaan ini hampir sama dengan yang pertama yang cenderung pada kepentingan lembaga yang lebih tinggi. Ketiga Perencanaan berdasarkan persekutuan (Corporate Planning) yang orientasinya berbeda dengan keduanya di atas. Perencanaan ini ditandai oleh hadirnya para pakar perencanaan yang berperan sebagai penghubung dalam perundinganperundingan antara bebagai pihak yang terlibat dalam perencanaan.
9
Perecanaan ini menekankan pada proses kegiatan yang saling hubungan antara berbagai pihak baik dalam menentukan tujuan maupun dalam menetapkan kegiatan untuk mencapai tujuan. Untuk mengembangkan manajemen RE yang ketiga yang paling sesuai. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan komitmen dari semua pihak dengan cara melibatkan (participation) mereka dalam perencanaan sejak awal. Hal ini dilandasi pada keyakinan bahwa fase replanning adalah kesempatan untuk membangun sinergi yang amat dibutuhkan pada fase implementasi. Bentuk peningkatan pada fase ini adalah membuat planing ulang sesuai dengan yang telah direncanakan pada fase reorienting dan relearning. 4. Re-doing Fase ini bertujuan untuk menghasilkan kembali kinerja yang optimal yang dibarengi dengan mengarahkan dan membimbing (Coaching & conseling) anggota kelompok kerjanya. Kegiatan mengarahkan dan membimbing merupakan proses pengendalian (check) berdasarkan fakta untuk menghidari penyimpangan atau kesalahan yang mungkin terjadi dan atau memperbaikinya. Fase ini merupakan kesempatan untuk saling memberdayakan. Bentuk peningkatan pada fase ini adalah mengerjakan semua yang sudah direncanakan sebagaimana yang sudah dituangkan dalam replaning. 5. Re-checking Manusia sebagai salah satu unsur terpenting dalam menetukan efektifitas kegiatan dalam suatu lembaga sekaligus sebagai unsur penggerak dalam suatu kegiatan yang menyandang tugas-tugas organisasi sebagai pelaksana kegiatan organisasi, tentunya memerlukan stimulanstimulan yang dapat mendorong kinerja mereka. Untuk itu setiap kurun waktu harus dideteksi kembali secara berkelanjutan perilaku mereka, sehingga etos kerja mereka tetap konsisten bahkan cenderung meningkat. Pemotivan kembali yang merupakan sebuah proses pembangunan karakter manusia dalam rangka mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dan merupakan daya (inner power) penggerak diri dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu sering tercermin dalam bentuk kebutuhan (needs), keinginan (willings), rangsangan (drive) dan kata hati (Sudjana;2004:147). Oleh sebab itu pemotivan kembali merupakan hal yang penting yang harus selalu dilakukan secara berkelanjutan dan simultan.
10
Jadi fase ini bertujuan untuk memotifasi selama proses “Redoing”, dengan cara menilai dan menghargai (Appraising and Rewarding). Fase ini merupakan kesempatan untuk merayakan yang telah diperoleh dan menggalang kebulatan tekat untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Bentuk peningkatan pada fase receckeing adalah pengecekan tidak hanya pada satu permasalahan saja, namun pengecekan juga dilakukan pada semua langkah, untuk mendapat informasi sebanyak mungkin, agar dapat membuat langkah-langkah antisipatif lebih dini. 6. Re-acting Re-acting atau melakukan kembali merupakan upaya memelihara atau, membawa kembali, suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga kembali keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana dengan cara conforming pada semua pihak yang telibat. Tujuannya adalah agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Menurut Sudjana (2004:209) menyatakan bahwa pembinaan (conforming) merupakan rangkaian upaya pengendalian secara professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. Fase ini bertujuan untuk : -
Menanggulangi persoalan yang timbul (problem solving)
-
Menggulirkan improvement/inovasi
-
Menarik pelajaran (insight) dan mengubah sikap mental (paradigm shift)
Hal ini dapat dicapai dengan cara : -
Menujukkan bahwa setiap individu di dalam kelompok (termasuk pemberi tugas) merupakan bagian dari permasalahan tersebut.
-
Memecahkan
persoalan
secara
bersama
dalam
semangat
memberdayakan anggota kelompok. -
Mengambil alih tanggung jawab bila persoalan tidak terselesaikan oleh kelompok. Fase ini merupakan kesempatan untuk melakukan lompatan/terobosan. Dengan demikian, dapat disimpulkan salah satu tugas utama seorang atasan adalah membangun kerjasama kelompok pada setiap tahapan manajemen RE. Adapun siklus manajemen RE sebagai konsep manajemen yang
perlu dilakukan oleh setiap kepala sekolah dalam tiap kurun waktu tiap
11
tahunnya sebagai berikut:
Gambar 3. Siklus RO RL RP RD RC RA dan OLPDCA
Perputaran siklus RO, RL, RP, RD, RC, RA dilakukan sampai tercapainya standard kinerja tertentu yang selanjutnya digulirkan sebagai OLPDCA (Orienting, Learn, Plan, Do, Create, Act) atau RO RL RP RD RC RA berikutnya.
Dari keenam langkah manajemen RE tersebut sebagai sebuah model manajemen sekolah, penulis akan menjabarkan sasaran (goal) dan strategi untuk mencapai operational excellent dalam gambar 3. Model ini akan digunakan selanjutnya untuk menyusun sistimatika manajemen sekolah yang merupakan suatu system yang menyelaraskan seluruh elemen superstruktur (visi, nilai-nilai dan strategi) dan infrastruktur 12
(Proses, Sistem dan struktur serta Sarana-Prasarana) sekolah sedemikian rupa hingga memiliki kesinambungan dan tidak terjadi “missing link” didalam alignment-nya. Jika salah satu elemen model di bawah ini lemah atau tidak ada, maka akan berakibat tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Misalnya jika unsur strateginya tidak jelas, maka organisasi akan salah dalam langkah pertamanya. Gambar 5.
Pada akhir kajian teori ini akan saya sampaikan beberapa pengertian antara lain : 1. Jam Kosong Yang dimaksud jam kosong adalah jam pelajaran yang tidak diajar oleh guru, karena gurunya ijin atau ada keperluan lain dan bukan karena tugas dari sekolah, dan siswa diberi tugas atau tidak diberi tugas. 2. Guru Terlambat Datang ke sekolah Yang dimaksud guru datang terlambat datang ke sekolah adalah guru yang sudah waktunya mengajar tetapi belum hadir di sekolah lebih dari 10 menit. 3. Guru terlambat masuk kelas Yang dimaksud guru terlambat masuk kelas adalah guru yang sudah bel masuk tetapi belum kelas tempat mengajar lebih 5 menit. 4. Siswa Membolos Yang dimaksud dengan siswa membolos adalah siswa yang tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan dari orang tua. 5. Siswa Datang terlambat datang ke sekolah Yang dimaksud siswa datang terlambat di sekolah adalah siswa yang datang di sekolah lebih dari 5 menit. 6. Siswa terlambat masuk kelas Yang dimaksud siswa terlambat masuk kelas adalah siswa yang masuk kelas sesudah guru yang mengajar sudah di dalam kelas lebih dari 5
13
menit. Implementasi Manajemen RE Dalam
mengimplementasikan
manajemen
RE
ini
penulis
menggunakan tiga siklus sebagai berikut : 1. Siklus Pertama Siklus pertama dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014, dimana pada saat itu di awal semester diadakan rapat pembagian jam mengajar dengan kesepakatan bahwa kita harus meningkatkan disiplin siswa dan kita awali dari disiplin kepala sekolah, guru dan karyawan dengan langkah : a) Merencanakan penempatan guru sebagai wakil kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, Guru BK, guru ekstrakurikuler, guru piket b).Menfungsikan masing-masing guru tersebut secara maksimal. c).Menyiapkan Buku point siswa d).Menyiapkan absensi kehadiran guru e).Menyiapkan Buku Ijin Guru f). Menyiapkan buku piket guru g)Melaksanakan kegiatan sesuai dengan kesepakatan tersebut. 2. Siklus Kedua Siklus kedua ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dimana pada awal semester 2 diadakan rapat pembagian raport dengan agenda rapat sebagai berikut : a. Evaluasi kehadiran guru dari buku kehadiran guru oleh kepala sekolah. b. Evaluasi disiplin siswa dari buku point oleh wali kelas. c. Merencanakan penanganan bagi siswa yang pointnya melebihi 40 point dalam satu semester d. Merumuskan sanksi bagi guru yang meninggalkan jam mengajar lebih dari 5 kali dalam satu semester, mulai dipanggil, diperingatkan secara lisan, tertulis atau pengurangan jam mengajar. e. Melaksanakan program sesuai dengan kesepakatan di awal semester. Pada siklus kedua ini ada peningkatan tindakan yaitu pemberian sanksi bagi siswa dan guru yang melanggar disiplin sesuai dengan kesepakatan pada awal semester. 3. Siklus Ketiga Siklus ketiga ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 yang diawali pada rapat pembagian jam mengajar dengan agenda sebagai
14
berikut : a. Evaluasi Disiplin siswa oleh Wali kelas. b. Evaluasi Disiplin guru oleh Wakasek Kurikulum c. Merencanakan rumusan tugas masing-masing guru secara jelas, termasuk yang berhak memperingatkan siswa yang melanggar tata tertib, tidak hanya wali kelas dan BK tetapi semua bapak/ibu guru berhak
mengingatkan
siswa.
Demikian
juga
yang
berhak
mengingatkan guru yang melanggar kesepakatan adalah Wakasek dan guru Piket. d. Melaksanakan program sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang sudah tertulis dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada Siklus ketiga ini ada peningkatan tindakan yaitu memperluas pengambil langkah untuk mengingatkan bagi warga sekolah yang melanggar kesepakatan. Hal ini dapat berjalan karena tugas pokok dan fungsi sudah tertulis secara rinci, sehingga akan kelihatan siswa yang melanggar dan sanksinya juga jelas, demikian juga guru yang melanggar kesepakatan akan mudah diingatkan dengan mengembalikan pada tugas pokok dan fungsinya.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dibantu oleh tata usaha melalui rekap buku kehadiran guru, buku ijin guru. Data yang diperoleh direkap dan disajikan dalam bentuk tabel.
Metode Analisis Data Data yang sudah terkumpul disusun dalam tabel dan dinyatakan dalam bentuk prosentase antara lain mengenai Jumlah Jam Kosong, Jumlah guru terlambat datang ke sekolah, dan jumlah guru yang terlambat masuk kelas.
Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data diperoleh hasil sebagai berikut : No
Jenis Kegiatan
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1
Rata-rata Jumlah Jam Kosong
10%
5%
3%
2
Rata-rata guru terlambat datang ke sekolah
25 %
20 %
5%
3
Rata-rata guru terlambat masuk kelas
30%
25%
10%
15
4
Rata-rata siswa bolos sekolah
15%
4%
2%
5
Rata-rata siswa terlambat datang ke sekolah
16%
8%
3%
6
Rata-rata siswa terlambat masuk kelas
20%
6%
1%
Data guru diperoleh dari rekapitulasi yang dibuat oleh Tata Usaha, dan data siswa diperoleh dari guru BK dan wali kelas.
Penafsiran Hasil Dari data yang terkumpul tampak bahwa dengan menggunakan manajemen RE ditambah dengan peningkatan langkah dan tindakan terjadi peningkatan yang berarti yaitu : 1. Rata-rata jam kosong Rata-rata jam kosong menurun secara berarti dimana siklus satu 12 % dan pada siklus dua sebesar 5 % dan pada siklus tiga menjadi 3 %. Pada siklus satu guru mudah sekali meninggalkan tugas mengajarnya, sehingga jika di sekolah total jam belajar ada 300 Jam/minggu, -
Siklus satu 12 % nya atau sebesar 36 jam kosong/minggu atau 144 Jam kosong/bulan atau kira-kira 720 jam kosong/semester
-
Siklus kedua 5 %nya atau sebesar 15 jam kosong/minggu atau 60 Jam kosong/bulan atau kira-kira 300 jam kosong/semester.
-
Siklus ketiga 3 % nya adalah sebesar 9 jam kosong/minggu atau 36 jam kosong/bulan atau kira-kira 45 jam kosong/semester.
Sampai pada siklus ketiga sudah kita anggap wajar dengan tingkat kosong jam 3 % tersebut. 2. Rata-rata guru terlambat datang ke sekolah Rata-rata guru terlambat datang ke sekolah menurun secara berarti yaitu pada siklus satu 25 % dan pada siklus dua 20 % dan 5 % pada siklus tiga. Ini berarti jika di SMP Negeri 4 Kaksaan ada 12 guru, maka : -
Siklus satu 25 % nya atau sebesar 3 orang guru/minggu yang terlambat atau 12 orang guru/bulan atau kira-kira 60 orang guru/semester
-
Siklus satu 20 % nya atau sebesar 2 orang guru/minggu yang terlambat atau 8 orang guru/bulan atau kira-kira 40 orang guru/semester
-
Siklus satu 5 % nya atau sebesar 1 orang guru/minggu yang terlambat atau 4 orang guru/bulan atau kira-kira 20 orang guru/semester
Pada akhir siklus ketiga dianggap wajar dan dapat dimaklumi dengan jumlah guru yang terlambat 5 % itu pun sebagian besar tanpa ada 16
kesengajaan. 3. Jumlah Guru yang terlambat masuk kelas Rata-rata jumlah guru yang terlambat masuk kelas terjadi peningkatan yang berarti yaitu siklus pertama sebesar 30 %, dan 25 % pada siklus dua serta 10 % pada siklus tiga. Ini berarti jika di SMP Negeri 4 Kaksaan Kabupaten Probolinggo ada tiga kali pergantian guru dalam sehari kali 4 kelas, maka ada 12 kali pergantian jam. -
Siklus satu 30% x 12 = 4 guru yang terlambat masuk kelas/hari, atau 24 guru/minggu atau 96 guru/bulan.
-
Siklus satu 25% x 12 = 3 guru yang terlambat masuk kelas/hari, atau 18 guru/minggu atau 72 guru/bulan.
-
Siklus satu 10% x 12 = 1 guru yang terlambat masuk kelas/hari, atau 6 guru/minggu atau 18 guru/bulan.
Pada siklus ketiga masih cukup tinggi, namun efek jera bagi siswa sudah cukup baik, karena siswa masih mengganggap guru adalah panutan. 4. Disiplin Siswa Disiplin siswa meningkat seiring meningkatnya disiplin guru, ini berarti memang guru adalah kunci keberhasilan penegakan disiplin di sekolah.
Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan (Education Key Success Factor-EKSF) Untuk mendorong ketercapaian tujuan sekolah sebagai lembaga pengembang
dan
pembangun
sumberdaya
manusia
serta
mengukur
kemampuan sekolah untuk tetap exist dan maju, maka perlu adanya perumusan dan analisa sekolah, analisa pasar dan analisa hasil dengan model EKSF atas dasar manajemen RE tersebut untuk mendapatkan seluruh qualified-educational share. Tetapi untuk mendapatkan seluruh qualifiededucational share tersebut, diperlukan resources yang sangat besar sehingga akan menimbulkan masalah dalam keberhasilan dan keuntungan lembaga dikemudian hari. Maka sekolah perlu membatasi diri dengan menetapkan School Key Success Factor (SKSF) yang reasonable. EKSF bersifat dinamis, bergerak sesuai dengan tuntutan stakeholder yang makin meningkat, kecepatan tersebut tergantung pada situasi saat itu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan menentukan EKSF adalah sebagai berikut : 1. Apa dan bagaimana kondisi pendidikan yang sedang dijalani saat ini? (identifikasi apakah implisit dan eksplisit strategi saat ini, Analisa SWOT
17
dan kondisi persaingan). 2. Apa yang terjadi dengan lingkungan pendidikan? (Educational analysis, Competitor analysis, Social analysis, Strength & Weakness yang berkaitan dengan competitor saat ini dan yang akan datang). 3. Bagaimana menjalankan pendidikan ke depan? (Uji asumsi dan strategi, alternatif strategi, dan pilihan strategi). Contoh : Educational Key Success : Pendidikan Sekolah Dasar Hubungan kepala sekolah yang baik -
Kompetensi teknologi yang memadai
-
Memiliki chanel yang luas
-
Dukungan dana yang kuat
-
Reliabilitas produk (outcome)
-
Inovasi yang berkelanjutan
-
Regulasi yang bersaing
-
Kepuasan pelanggan. Telah disampaikan sebelumnya bahwa tidak semua lembaga
pendidikan bisa memenuhi kriteria EKSF yang ideal karena akan menimbulkan
biaya
yang
sangat
tinggi.
Tujuan
sekolah
adalah
menyeimbangkan antara tuntutan kepuasan pelanggan (orang tua siswa) dengan keberadaan sekolah. Objeknya adalah qualified school tertentu dengan students ‘achievement tertentu. Untuk itu sekolah hanya memprioritaskan Key Success Faktor yang paling esensial sesuai dengan visi dan kemampuan sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan SKSF (School Key Success Factor): 1. Apakah KSF yang dipilih akan mampu mempertahankan eksistensi mutu sekolah? 2. Apakah KSF yang diplilih dapat memenuhi dinamika tuntutan pelanggan (orang tua/wali)? 3. Apakah KSF sekolah lebih baik dari pesaing (benchmarking)? Contoh : SKSF yang dimiliki dan diprioritaskan sekolah bergerak di bidang akademis. Infrastruktur (sarana-prasarana pembelajaran) -
KBM (approach, metoda dan teknik pembelajaran)
-
Dukungan financial yang kuat
-
Product Reliability (keberhasilan Siswa)
Dengan ke 4 SKSF tersebut misalnya sekolah mendapatkan peningkatan
18
keberhasilan (Achivement Growth) siswa sebesar 25%. Dengan berjalannya waktu, EKSF berubah dengan lebih banyak tuntutan. Jika sekolah masih menggunakan SKSF yang lama (tidak disesuaikan), maka Achievement Growth mungkin tinggal 15%.Hal ini disebabkan sekolah ketinggalan dalam memenuhi tuntutan pendidikan (education) atau pesaing (Competitors). Gap antara EKSF dan SKSF akan menjadi alasan bagi sekolah untuk melakukan aktifitas transformasi. Gap antara SKSF dengan competitor akan menjadi alasan bagi operasional sekolah untuk melakukan Strategic Improvement. EKSF = SKSF sekolah + GAP transformasi sekolah SKSF pesaing = SKSF sekolah + GAP strategic improvement. Contoh Aspek ketuntasan siswa antara EKSF dan SKSF dalam diagram
Dari diagram diatas Standar Nasional (SN)/EKSF tahun 2004 = 75, Sekolah A menetapkan 65, apabila tahun 2005 Standar Nasional (EKSF) menjadi 85 sedang sekolah tetap 65 maka terjadi kemunduran = 10,20% walaupun nilai sekolah tetap 65 seperti tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pihak sekolah tidak ada usaha untuk melakukan perubahan dan pengembangan sesuai yang ditawarkan pada manajemen RE Sekolah B terjadi kenaikan = 1,57% karena mengikuti perkembangan Standar Nasional dengan menggunakan manajemen RE Jadi dalam hal ini selalu ada peluang suatu sekolah untuk bertumbuh kembang dengan memperbaiki jarak (GAP) antara SKSF nya dengan EKSF maupun SKSF pesaing. Perlu diketahui bahwa sifat dari SKF lebih merupakan suatu syarat untuk masuk ke kwalitas pendidikan sehingga tidak mudah untuk merubah dalam periode yang relatif singkat karena memerlukan sumber daya yang banyak. 19
Kesimpulan Disiplin guru merupakan kunci keberhasilan membangun disiplin warga sekolah dan merupakan kunci keberhasilan Membangun sebuah sekolah yang ideal dan merupakan cita-cita setiap kepala sekolah. Namun cita-cita tidak akan terlaksana tanpa adanya tindakan, strategi, serta pemberdayaan sumberdaya yang ada, termasuk bagaimana mengembangkan manajemen sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimiliki oleh sebuah sekolah. Seorang kepala sekolah sebagai seorang manejer tentunya memiliki peran yang banyak (multi-roles) yang mampu bagaimana memotivasi, memberdayakan serta mendayagunakan semua komponen yang ada, sehingga sekolah setidaktidaknya tidak dalam kondisi status “Quo”. “Kemajuan” (Improvement) adalah sebuah kata kunci dalam manajemen. Sehingga manajemen apapun termasuk RE, bila tidak ada kemajuan berarti ada 2 hal yang menjadi penyebab. Pertama, mungkin manajemennya itu sendiri yang secara sistimatis tidak tepat dan bagus. Kedua, mungkin pihak institusinya (Kepala sekolah, guru, karyawan dan stakeholder lainnya) yang belum paham serta belum mampu secara kualitas baik secara teoritis maupun implementatif. Sedangkan RE sebagai salah satu model manajemen merupakan salah satu alternatif manajemen yang mungkin dapat sebagai acuan untuk memecahkan persoalanpersoalan yang selama ini terjadi di pihak sekolah sebagai sub-sistem terkecil di kelembagaan pendidikan. RE yang secara implementatis dilaksanakan secara sirkuler (cycling) akan mempermudah kepala sekolah untuk mengontrol
dan
mengevaluasi
fungsi-fungsi
manajemen
secara
berkesinambungan dan sinergis. Perubahan yang dinamis di dunia pendidikan, memerlukan sebuah manajemen yang dinamis pula. Tumbuhnya prinsip-prinsip manajemen justru akan menjadi inspirasi dan acuan bagi sekolah untuk berpikir dan bertindak dalam upayanya membina dan mengembangkan sumberdaya manusia sehingga pada gilirannya manusia Indonesia memiliki integritas, inisiatif, moral, intelektual, ketrampilan dan keluwesan yang memadai untuk menghadapi era kesemrawutan sekarang ini. Tulisan ini hanyalah sekapur sirih, yang manfaatnya mungkin masih terlalu kecil dibanding buku-buku manajemen pendidikan lainnya, namun betapapun kecilnya mudah-mudahan bermanfaat bagi para pembaca. Saran-saran Kepada Para Kepala Sekolah yang sedang mengemban tugas mulia
20
sebagai manajer di Sekolahnya, hendaknya selalu berinovasi untuk memperoleh salah satu bentuk manajemen yang paling efektif untuk mempercepat peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, misalnya dengan Manajemen RE. Kepada Para birokrasdi hendaknya memberikan kesempatan yang luas kepada
para
kepala
sekolah
untuk
selalu
berinovasi
melalui
mengimplementasi- kan MPMBS secara total di lembaga yang dipimpinnya.
DAFTAR PUSTAKA Sudarman Danim., (2002), Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Pustaka Pelajar Offset, Bengkulu Terry Evans and Daryl Nation, (2000), Changing University Teaching, Reflection on Creating Educational Technologies, Kogan Page Limited Stylus Publishing Inc., London David P. Langford., Barbara A. Cleary., (1996), Orchestrating Learning with Quality, Synergy Books International Depdiknas,(Juni 2005), Paket Pelatihan I, Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui MBS,PSM, dan PAKEM Hernowo., Chairul Nurdin., (2003), Bu Slim & Pak Bil, Kisah tentang Kiprah Guru “Multiple Intelligences” di Sekolah, Penerbit Mizan Learning Center, Bandung Indra Djati Sidi., (2001), Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina dengan Logos Wacana Ilmu, Telaga Kahuripan. Ibtisam Abu-Duhou., (2002), School Based Management, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, Logos Zamroni., (2000), Paradigma Pendidikan Masa Depan, Bigraf Publishing Dedi Supriadi., (2003), Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Jason Tan., S. Gopinathan., Ho Wah Kam., (1997), Education in Singapore, A book of Reading, National Institute of Education Nanyang Technological University, Prentice Hall, Singapore James W. Brown., Kenneth D. Norberg., Sara K. Srygley., (1965) Administering Educational Media - Instructional Technology and Library services, McGraw-Hill Book Company Joseph Murphy., Karen Seashore Louis., (1999), Hand Book of Research on Educational Administration-A Project of The American Educational
21
Research Association, Jossey-Bass Publishers Robert G. Owens., (1991), Organizational Behavior in Education, Allyn and Bacon United States of America. ______ (1976), The American Heritage Dictionary, Houghton Mifflin Company, Boston, New York, London Sudjana., (2004), Manajemen Program Pendidikan-untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Falah Production. LAMPIRAN -LAMPIRAN
A. Kegiatan Siklus Pertama Implementasi Manajemen RE Siklus pertama dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2009/2010, dimana pada saat itu di awal semester diadakan rapat pembagian jam mengajar dengan kesepakatan bahwa kita harus meningkatkan disiplin siswa dan kita awali dari disiplin kepala sekolah, guru dan karyawan dengan langkah: 1.
Merencanakan penempatan guru sebagai wakil kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, Guru BK, Guru Ekstrakurikuler, Guru Piket
Contoh Format Perencanaan Penempatan Guru No
Nama Guru
Jabatan
Tupoksi
1
Drs . Supartono
Wakasek
2
Ria Febrina,S.Pd
Waka Kurikulum
3
Edy Suyono,S.Pd
Wali kelas
4
Andi Haryono, M.Pd
Guru mapel
5
Erna Kartikasari, S.Pd
Guru BK
6
Suharto, M.Pd.
Guru Piket
7
Arief Suasanto, S.Pd.
Guru Ekstra
2.
Menyiapkan Buku Point Pelanggaran Siswa
Contoh Format Buku Point Pealanggaran Siswa No
3.
Nama Siswa
Jenis Pelanggaran
Point
Keterangan
Menyiapkan absensi kehadiran guru
Contoh Format Absensi Kehadiran Guru Per Hari No
1
Nama Guru
Hari :
Tanggal :
Datang
Tanda
Pulang
Tanda
ngan/
Jam
tangan
Jam
tangan
Catatan
Suyatno Tri K, S.Pd., M.Pd
2
Drs . Supartono
3
Suharto,M.Pd
Ketera
22
4
Edy Suyono, S.Pd
5
Yuslia Mazidah,M.Pd
6
Andi Haryono, M.Pd
7
Juhartini, S.Pd
8
Sayu Qomariyah, S.Pd.
9
Amelia Marianti, S.Pd.
10
Arief Susanto,S.Pd
11
Norma S., S.Pd.
12
Hasan, S.Pd
Guru Piket : 1………………… 2………………… 4.
Menyiapkan Buku Ijin Guru
Contoh Format Buku Ijin Guru No
5.
Nama Guru
Solusi dan
Alasan Ijin
Keterangan
Tindak lanjut
Menyiapkan buku piket guru
Contoh Format Buku Piket Guru No
Nama Guru Piket
Catatan
Solusi dan
Kejadian
Tindak lanjut
Keterangan
B. Kegiatan Siklus Kedua Implementasi Manajemen RE Siklus kedua ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dimana pada awal semester 2 diadakan rapat pembagian raport dengan agenda rapat sebagai berikut : 1. Evaluasi kehadiran guru dari buku kehadiran guru oleh kepala sekolah. Contoh Format Rekapitulasi Kehadiran Guru oleh Kepala Sekolah No
Nama guru
Alasan
Bentuk
Solusi dan Tindak Lanjut
ketidakhadiran
Penanganan
dari Ketidakhadiran
2. Evaluasi disiplin siswa dari buku point oleh wali kelas Contoh Format Evaluasi disiplin siswa dari buku point oleh wali kelas No
Nama siswa
Bentuk pelanggaran
Point
Penanganan/ pemberian sanksi
3. Merencanakan penanganan bagi siswa yang point nya melebihi 40 point dalam satu semester
23
Contoh perencanaan Penanganan siswa yang point pelanggaran melebihi 40 point No
Bentuk
Nama siswa
Point
pelanggaran
Penanganan/ pemberian sanksi
4. Merumuskan sanksi bagi guru yang meninggalkan jam mengajar lebih dari 5 kali dalam satu semester, mulai dipanggil, diperingatkan secara lisan, tertulis atau pengurangan jam mengajar. Contoh rumusan sanksi guru yang meninggalkan lebih dari 5 kali dalam 1 semester No
Nama siswa
Bentuk
Rumusan
pelanggaran
sanksi
Keterangan
5. Melaksanakan program sesuai dengan kesepakatan di awal semester. Pada siklus kedua ini ada peningkatan tindakan yaitu pemberian sanksi bagi siswa dan guru yang melanggar disiplin sesuai dengan kesepakatan pada awal semester. Contoh Format Program Kesepakatan Pelaksanaan Program Pelanggaran Disiplin, guru,dan Siswa dan Pemberian sanksinya No
Nama Guru/Siswa
Kesepakatan
Tindak lanjut
pemberian sanksi
dan solusinya
Keterangan
C. Kegiatan Siklus Ketiga Implementasi Manajemen RE Siklus ketiga ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014
yang
diawali pada rapat pembagian jam mengajar dengan agenda sebagai berikut : 1.Evaluasi Disiplin siswa oleh Wali kelas. Contoh Catatan Hasil Evaluasi Disiplin siswa oleh Wali kelas No
Nama Siswa
Pelanggaran
Bentuk
disiplin
penanganan
Sanksi dan Tindak lanjut
Keterangan
2. Evaluasi Disiplin guru oleh Wakasek Kurikulum Contoh Catatan Hasil Evaluasi Disiplin No
Nama guru
Pelanggaran
Bentuk
disiplin
penanganan
Sanksi dan
Keterangan
Tindak lanjut
3.Merencanakan rumusan tugas masing-masing guru secara jelas, termasuk yang berhak memperingatkan siswa yang melanggar tata tertib, tidak hanya wali kelas
24
dan BK tetapi semua bapak/ibu guru berhak mengingatkan siswa. Demikian juga yang berhak mengingatkan guru yang melanggar kesepakatan adalah Wakasek dan guru Piket. Contoh Format Perencanaan Tugas Guru Wali Kelas, BK, Wakasek dan Guru Piket No
Nama
Jabatan
Guru
Bentuk
Kesepakatan
Hasil
Solusi dan
Peringatan
Tindakan
yang
Tindak
dicapai
lanjut
Pelanggaran
D. Hasil pengumpulan data per siklus ( I, II, dan III ) No
Jenis Kegiatan
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
1
Rata-rata Jumlah Jam Kosong
10%
5%
3%
2
Rata-rata guru terlambat datang ke sekolah
25 %
20 %
5%
3
Rata-rata guru terlambat masuk kelas
30%
25%
10%
4
Rata-rata siswa bolos sekolah
15%
4%
2%
5
Rata-rata siswa terlambat datang ke sekolah
16%
8%
3%
6
Rata-rata siswa terlambat masuk kelas
20%
6%
1%
Keterangan :
Data guru diperoleh dari rekapitulasi yang dibuat oleh Tata Usaha.
Data siswa diperoleh dari guru BK dan Wali Kelas
BIODATA PENULIS NAMA
: SUYATNO TRI KURNIAWAN, S.Pd., M.Pd
NIP
: 1970413 199703 1 009
Pangkat/ Gol./TMT
: Pembina Utama Muda/ IV.c / 01-04-2013
Tempat Tgl Lahir
: Banyuwangi, 13 April 1970
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan Terakhir
: Magister ( S-2)
Jurusan
: Teknologi Pembelajaran
Unit Kerja
: SMPN 4 Kraksaan
Alamat Sekolah
: JL. Tamansari Desa Asembakor KRAKSAAN- PROBOLINGGO 67282
Jabatan
: Guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah
Alamat Rumah
: BLOK KRAJAN RT. 05 RW. 02
GENDING
PROBOLINGGO Nama Institusi
: DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PROBOLINGGO
25