Penyelesaian Umum Krisis Kesejahteraan Bangsa Indonesia Sutrisno Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected] ABSTRACT Indonesia prosperity crisis is currently more dominated by political issues since the fall of the new order. Popular argumentation, believed mostly by politician and economist, have failed to explain the Japanese Miracles since Japan adapts developmental state economic policy. In order to clarify this issue, in this paper the nonlinear behavior of human and system of society have been derived, demonstrating the existence of hysterisis regime, enriched with jump phenomenon, characterized by multistable states or solutions, and showing that human can give two or many difference responses, some kind of spontaneous adaptive responses with respect to the surrounding and their environment. Exploiting this behavior, one could formulate the five basic foundations as guidance toward the nation maturity process, which is universally valid, especially for Eastern culture, in the case of Indonesia is so called “Pancasila”. In this derivation, it includes their corresponding success indicators. Exploration further on the industrialization process in America, Japan and South Korea, the theory of industrialization can be formulated, requiring strong consideration on historiccultural aspects and psychology. The theory also suggests nonconventional economic aspects such as sinergy, trust, familiness, which plays very dominant role in the development process of Japanese Miracle. Indonesia crisis however, is not over yet, and is expected due to the fact that some theories and laws in exact science have been ignored or violated by the politician and economist theories. Further exploration in this nonlinear or turbulent regime in economic, industry and technology development process, it needs additional new instruments in the form of complex variables concept, consisting real materialistic components and imaginary or abstract components to include ideas such as sinergy, trust and familliness. General solution for Indonesia prosperity crisis finally could be formulated even though only in the form of collection of recipes and activities and conceptual components. Complete solution including sequence, scheduling, and cost calculation would vary in the domain of space and time. Keywords: crisis, prosperity, hysterisis, nonlinear, model, human, nonconventional, instrument, complex, sinergy, trust, imaginary. PENDAHULUAN Krisis kesejahteraan di Indonesia ditengarai oleh tingkat kesejahteraan sebagian rakyat Indonesia yang sangat rendah, tingkat pengangguran sangat tinggi dan daya beli masyarakat sangat rendah. Dalam bidang sosial, politik dan ekonomi terlihat jelas pula tingkat gangguan, ancaman dan kekerasan seperti mogok, demo liar dan anarkhis, gangguan keamanan, keberingasan masyarakat, tawuran remaja dan antar desa, separatisme dan terorisme. 1
Kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi mengingat cadangan sumber daya alam Indonesia yang makin menipis, globalisasi makin mendekat, banyak industri yang direlokasi ke negara tetangga seperti Malaysia dan Cina, sementara investor besar tidak kunjung datang. Lebih pahit lagi semakin sedikit perhatian pakar dan pemerintah dalam usaha peningkatan kesejahteraan, dan sebagian besar usaha dituangkan dalam persoalanpersoalan politik. Pemilihan umum yang masih 3 tahun lagi, yaitu tahun 2009, saat ini sudah ramai dibicarakan dan dipersiapkan. Beberapa hal penting yang mendesak untuk ditinjau adalah free trade, peran pemerintah, beberapa istilah seperti predatory state, prinsip ekonomi dan “immaturity” sebuah bangsa. Halhal mendasar ini, ditambah akarakar permasalahan pokok harus segera ditemukan untuk segera mendapatkan penyelesaian dan memperoleh penanganan secara tepat. TINJAUAN TENTANG PERAN PEMERINTAH DALAM EKONOMI DAN BISNIS
Government Intervention
a. Government Intervention menurut aliranaliran politik dan ekonomi Aliranaliran politik dan ekonomi percaya bahwa pembangunan bisnis dan ekonomi dipengaruhi oleh peran pemerintah yang bersifat minimal, regulatory, developmental atau malah predatory (Danny, 2006, Jansen, 1983, dan Kumio, 1992), yang secara skematis dapat ditampilkan seperti Gambar 1. Gambar ini menerangkan peran James Watt, seorang steam engineer, membangkitkan revolusi industri di Inggris (1750). Pemerintah Inggris, yang semula memang telah mulai berperan menuju developmental state dengan pengaturan bisnis perkapalan (15001750), makin memperkuat peran developmentalnya dalam perkembangan bisnis dengan memberikan training pada pekerja dan kredit bunga lunak. Amerika dan Inggris menekankan pada penguatan kerangka pasar secara nasional, menghilangkan kendalakendala perdagangan dan komersial antar negara bagian. James Watt
Small Business Brandon Wood (IMF) Briton Wood (IMF)
ReaganThatcher FreeTrade
Big Business Japanese Miracle
FW Taylor Perkapalan Training pekerja Kredit Lunak
Zaibatsu Orde Baru
Developmental state
Krisis Ekonomi
Regulatory state
Britain 1700 America Japan Industrial Revolution
1998 2004 1750
Kereta Api Kanalkanal
1800 Indonesia
Meiji Meiji
Minimal State
1910 1945 1966 1974 Hiroshima
Sistem Kabinet Modern Rintangan perdagangan internal Mobilitas Rakyat, Jalur Kereta Api Subsidi Perkapalan, dana industri
1982
Oil Boom Welfare State Roosevelt
Predatory State
Gambar 1 Peran pemerintah bersifat minimal, regulatory, developmental, dan predatory di negara Inggris, Amerika, Jepang dan Indonesia, tahun 1500 – 2006 (Dany, 2006 dimodifikasi)
Pemerintah Amerika memberikan bantuan jumlah besar pada pembiayaan jalur kereta api yang membelah gunung Appalachian, kanalkanal, dan jalurjalur penghubung. Dalam perioda Meiji (1860 1910) kaisar Jepang kembali memerintah dengan memodernisir sistem kabinet dan pelayanan pemerintah. Peran pemerintah sangat dominan, yaitu mengakhiri rintanganrintangan perdagangan internal, mendorong mobilitas rakyat, mengakhiri sistem kelas, dan mendorong rakyat biasa bercocok tanam apakah saja. Pemerintah membangun jalur kereta api pertama menghubungkan Tokyo dan 2
Yokohama. Kebijakan Jepang yang menonjol sebagai developmental state, adalah memberikan subsidi kepada perusahaan perkapalan laut, memberikan dana pada industriindustri tertentu, seperti penambangan, pembuatan kapal, dan kapas. Tahun 1850, di Amerika diwarnai oleh bisnisbisnis besar seperti perkeretaapian, baja, mobil, dan tembakau. Kedatangan bisnis besar di Inggris terlambat, karena pertumbuhan bisnisbisnis kecil telah meluas. Hal ini disebabkan oleh budaya aristokrasi dan konservatif yang berseberangan dengan nilainilai entrepreneurship, serta gaya hidup bangsawan, keluarga terhormat, idealisasi pedesaan. Makna harmonisasi dan perubahan perlahan menjadi pembatas tumbuhnya nilainilai industrial yang berorientasi perubahan cepat, motivasi berorientasi uang, dan meritokrasi. Kedatangan bisnis besar ke Jepang juga terlambat, karena mulai 1900an telah muncul Zaibatsu, yang juga merupakan bisnis besar, tetapi usahanya lebih terdiversifikasi, yang diperbolehkan untuk memiliki ventura manufaktur, bank, dan sekaligus perusahaan dagang. Selama perioda perang, peran pemerintah Inggris dan Amerika lebih diantara regulatory dan developmental, sedang Jepang lebih ke developmental. Pemerintah Amerika memulai kerjasama antara pemerintah sendiri dengan grup bisnis untuk usaha memobilisasi industri untuk perang. Roosevelt melangkah lebih ke depan lagi dengan membuat Amerika menjadi “negara kesejahteraan”. Perannya juga sebagai developmental state, yang dalam hal ini National Industry Recovery Act membantu tumbuhnya industri seperti IBM, dan perusahaan HighTech menerima grant pemerintah untuk kegiatan R&D. Di Inggris, pabrik mobil RollRoyce berhenti membuat mobil karena membuat 80.000 mesin pesawat terbang. Sedang di Jepang, perusahaan yang semula industri ringan didorong menjadi industri berat untuk produkproduk baja, bahan kimiawi, dan mesin yang dibeli pemerintah. Munculah Zaibatsu baru dalam industri berat seperti Nissan. Setelah perang dunia kedua (19451970), untuk membangun kembali kegiatan ekonomi pasca perang, dalam perjanjian Briton Wood disepakati dibentuk Bank Dunia dan IMF untuk memperkuat mekanisme bantuan dana pemulihan dan perjanjian GATT untuk mengurangi rintanganrintangan dagang dan liberalisasi perdagangan internasional (Baswir, 2006). Di Amerika, sejak 1945 muncul istilah “multinational corporation”, yang sangat diuntungkan oleh globalisasi perdagangan ini. Marshal Plan dideklarasikan untuk membantu pemulihan ekonomi Eropa dan bahkan Jepang. Sedangkan Amerika mulai mengetengah isuisu hidup berkualitas, seperti hak sipil, lingkungan, dan perlindungan pelanggan. Di Jepang, peran MITI (Ministry of Internal Trade and Industry) mencapai puncak, mampu mentransformasi Jepang dari semula “porakporanda” 1950, menjadi Super power ekonomi dunia, yang dikenal dengan “Japanese Miracle”. Ekonom dan politisi mendapat banyak kesulitan menerangkan Japanese Miracle ini (Danny, 2006, Jansen, 1983). Disebabkan kondisi keuangan pemerintah Amerika yang memburuk, Ronald Reagan dan Margareth Teatcher (1980an) mendeklarasikan dan mempopulerkan “free trade” atau “pasar bebas”, diregulasi dan debirokratisasi untuk kembali menekankan peran ekonomi “neoklasik”, yang cenderung menguntungkan negaranegara dengan bisnis mapan, seperti Amerika dan Inggris. Di Indonesia (Dany, 2006), pada perioda awal (19451965), awal jaman Orde Baru, pemerintah menerapkan rancangan kebijakan ekonomi nasionalistik “berdikari”, yang memberikan penanganan dan hak khusus bagi bisnis beberapa rakyat pribumi, yang menerima fasilitas pemerintah seperti pinjaman dan subsidi. Karena kelemahan birokrasi, program ini gagal. Tahap kedua (19661974) merupakan era konsolidasi menuju sistem pasar, Indonesia makin membuka pintu sehingga mengalir deras modal asing. Infrastruktur ekonomi makin giat dibangun, seperti telepon, jalur keretaapi, seiring munculnya sektor swasta, dan pemerintah Indonesia juga memiliki perusahaan pembuat keuntungan. Saat itu, peran pemerintah selain developmental state tetapi juga predatory state, selain membangun, peran kroni dan teman di sekitar penguasa sangat menonjol, membawa pembangunan menjadi tidak sehat, korupsi melanda hampir di setiap aspek. 3
Pada perioda “oil boom” (19741982), penerimaan pemerintah Indonesia meningkat pesat, pemerintah mulai memperhatikan bisnis kecil, tetapi juga membentuk perusahaan besar seperti Pertamina dan bankbank. Pembangunan ekonomipun menjadi lebih tidak sehat. Jaman kejatuhan Orde Baru, 19821998, harga minyak menurun, ekonomi pemerintah melemah. Maka dikumandangkan de regulasi dan debirokratisasi dalam semua sektor, yang berarti menuju minimal state. Akibat kelemahan manajemen tingkat korupsi di Indonesia pun meningkat tajam (Dwiyanto, 2003). Tinjauan aliranaliran ekonomi dan politik yang lebih menekankan penggunakan ukuran metodologi dan dampak riel terhadap “peran pemerintah terhadap ekonomi dan bisnis”, memandang “free market” menjadi pilihan unggulan satusatunya, minimal government intervention sebagai kebijakan yang “adil”. Perlu disadari tinjauan tersebut sangat lemah, contohnya argumentasi ini tidak mampu menerangkan dengan baik mekanisme proses dari “Japanese Miracle”. Analisis dan metodologi lain perlu dicari, dan kebijakan minimal state tersebut harus ditinjau kembali. Dipihak lain, Wahyudi et.al (2005) kembali menekankan perlunya membangun negara kesejahteraan yang modern atau modern welfare state, untuk pencapaian kesejahteraan yang harus menjadi tugas pemerintah. Negara tidak bisa mengandalkan pada pasar, untuk mengatasi seperti penganggguran, kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan. Wahyudi berpendapat bahwa tanpa peran aktif dan komitmen pemerintah yang kuat, kesejahteraan rakyat tidak dapat diwujudkan. Peran pemerintah yang cenderung pasif akhirakhir ini, perlu mendapatkan justifikasi, mengingat ada perbedaanperbedaan pendapat tentang peran aktif ini. Makalah ini mencoba untuk menelaah secara makro dan mikro peran pemerintah ini dimulai dengan menelaah karakter manusia dan sistem dalam kondisi normal maupun kondisi krisis. b. Ronald Reagan dan Margareth Tatcher provokator FreeTrade Pemahaman konsep pembangunan industri Indonesia, yang dianut aliranaliran politik dan ekonomi, yang tidak kondusif bagi perkembangan entrepreneurship sangat ganjil dan perlu dikaji. Sutrisno dan Aliq (2005), serta Sutrisno (2006c) secara skematik membahas perkembangan aliranaliran ekonomi sejak jaman Adam Smith hingga krisis ekonomi. Diidentifikasi terdapat 3 pemenang hadiah Nobel ekonomi yang temuannya kurang teraplikasikan di Indonesia, yaitu tentang keajaiban konsep kerjasama, sisi gelap konsep FreeTrade dalam bentuk informasi asimetris yang merugikan negara lemah, dan sisi edukatif konsep ekonomi perilaku yang sangat penting diajarkan di sekolah agar generasi muda memiliki perilaku ekonomi yang cerdas. Jawaban masih perlu dikaji lebih jauh. Kondisi ekonomi Amerika tahun 1980an yang terpuruk, memerlukan pemilihan strategi yang jitu agar bisnisbisnis besar Amerika Serikat dan jaringan bisnis Inggris yang menggurita dapat memiliki posisi perdagangan dan persaingan yang menguntungkan. Saat itulah presiden Ronald Reagan dan perdana menteri Margareth Thatcher mengkukuhkan free trade sebagai strategi yang harus dianut dunia, yang sebenarnya senafas dengan Perjanjian Briton Wood, Amerika. Ketergantungan Indonesia dengan pinjaman IMF membuat Indonesia menyetujui konsep globalisasi ini, dan masih menjadi teka teki hingga kini alasan Indonesia menjadi pemrakarsa terbentuknya free trade di Asia Pasific. c. Kelemahan Landasan dan Background Indonesia dalam memilih landasan dasar minimal state pun sangat lemah, dan akhirnya kekuatan kesatuan Indonesia pun terpecah, terbentuklah otonomi di daerahdaerah, yang masingmasing daerah memiliki anggaran kecilkecil, sangat sulit Indonesia memiliki program, gagasan, kegiatan berskala dunia yang membanggakan. Hal ini masih diperlemah kenyataan bahwa negara ini kini tanpa pegangan dan dasar yang kokoh, semua kebijakan baru mengambang tanpa pegangan. Tidak terhindarkan banyak kebijakan, perundangan, yang tidak berpihak pada keadilan, perkembangan bangsa, dan masyarakat luas. 4
Dunia pendidikan pun sangat memprihatinkan, karena kebijakan pendidikan dan praktek pelaksanaan pendidikan kurang memiliki tujuan jangka panjang yang jelas. Konsep pendidikan yang dihasilkan oleh bapak pendidikan Indonesia ki Hadjar Dewantara (Anonim, 1977) pun ditinggalkan begitu saja. Sutrisno (2006c) secara analitis–matematis menurunkan teori moral dan karakter yang dapat diturunkan menjadi tujuan objektif pendidikan, yang ternyata sesuai dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara. Konsep pendidikan sekarang sangat disangsikan mampu mempertahankan dan membawa bangsa secara menyeluruh ke moral dan peradaban yang tinggi, dalam kondisi ekonomi, perundang undangan dan praktek hukum seperti sekarang ini.
TINJAUAN PEMAHAMAN TENTANG MANUSIA DAN PROSES INDUSTRIALISASI a. Pemahaman tentang nonlinieritas karakter manusia dan interaksi antar manusia Pemahaman proses mensejahteraan bangsa tidak bisa menghindar dari pemahaman tentang manusia dan interaksi antar manusia, baik dalam bentuk model maupun dalam karakteristik. Sutrisno (2004) mengetengahkan model interaksi antar manusia dalam bentuk model pertumbuhan ekonomi nasional sederhana ¿
¿
I =I −α C ; C =β I −C−G (1) di sini dipakai 2 model Government Expenditure, yaitu a) G = Go+ k I , b) G = Go+ k I2 ; yang dalam hal ini, I=National income, C=rate of consumer spending, G=rate of government expenditure. Dengan transformasi sederhana bentuk berikut ini dapat diperoleh : 3
¿
¿⋅¿2η ζ X X α X =F cosτ
η
2
X ¿
o
(2) ¿
yang kemudian dilakukan transformasi tambahan X=u cos τ–v sin τ dan X =u sin τ–v cos τ untuk mendapatkan diagram phasa yang deskriptif (Jordan and Smith, 1987). Untuk η = 1.6, ζ = 0.1, α = 0.05 dan Fo = 2.5 diperoleh penyelesaian seperti pada Gambar 2.
5
Gambar 2 Penyelesaian model ekonomi nasional sederhana dinyatakan dalam phase potrait, mirip dengan penyelesaian persamaan Duffing dalam bidang Van der Pol. Nonlinear resonance response dan phase diagram menunjukkan suatu hysterisis regime pada resonansi fundamental. Karakteristik jump phenomenon ditunjukkan pada gambar kanan (Thompson dan Stewart, 1996). Permodelan di atas menunjukkan adanya 2 kondisi akhir equilibrium, yang sangat peka terhadap kondisi awal. Pada daerah awal di sekitar garis menuju saddle point, sedikit perubahan bisa berakhir katastropik, atau bisa memiliki akhir ekuilibrium yang jauh berbeda. Daerah histeristis ini banyak ditemui dalam phenomena fisis di alam raya, misalnya pada termodinamika penguapanpengembunan, reaksi kimia, sistem biologi (Davies, 1989), bahkan pada peristiwa instabilitas aliran Taylor–Couette. Daerah histerisis ini merupakan ciri khas dari sistem nonlinier (Jordan and Smith, 1987). Model ini bisa dikembangkan ke dalam masalahmasalah sosial, ekonomi, industri dan teknologi yang lebih rumit. Prigogine dan Stengers (1984) mulai mengetengahkan uraian tentang perkembangan biologi dan fisika, Sutrisno (2003a) memperluas tinjauan tentang perkembangan bangsa yang memerlukan tekad mengembangkan ilmu, teknologi dan manajemen untuk Indonesia, untuk mensinkronkan perkembangan ilmuilmu sosial dalam keterkaitannya dengan ilmu eksakta dalam rangka mencari general solution dari krisis Indonesia. Prigogine, pemenang hadiah Nobel 1977 untuk termodinamika sistem nonekuilibrium, bersama dengan Stengers (1984) bekerja lebih luas dari bidangnya, mengawali penggabungkan potongan potongan yang terpisah antara biologi dan fisika, keniscayaan–kebetulan, dan antara science dan humanity. Dibuktikannya bahwa hukum Logistik pun dapat mengalami kaotik. Prigogine menerangkan adanya bifurcation dalam sistem nonlinear, atau sistem far from equilibrium, menimbulkan sensitivitas sistem terhadap perubahan eksternal yang mengakibatkan pengorganisasian adaptif spontan terhadap sekitar, yang tercermin munculnya keberadaan kondisi multistasioner, dalam bentuk phenomena histerisis. Hysteristic regime, yang dimiliki pula oleh sistem interaktif antar manusia, juga merupakan karakter nonlinier manusia itu sendiri (Sutrisno, 2004 dan Sutrisno, 2006). Dalam diagram hubungan “harga diri” terhadap “kekayaan”, Gambar 3, Sutrisno (2006) menerangkan bahwa pada waktu keberhasilan dan kekayaan seseorang, misalnya pengusaha sukses baru, sedang menanjak, sifat ekstrim immature manusia pada umumnya ditunjukkan oleh pengutamaan pengumpulan kekayaan atau ketenaran yang cenderung mengkesampingkan keutamaan harga diri, tercermin sebagai garis A. Demikian pula pada waktu kesuksesan menyurut, Aa, mereka lebih mengutamakan penampilan dengan mengabaikan kondisi keuangan yang menuntut penghematan. Hal ini merupakan karakter ekstrim dari manusia immature.
6
CITRA DIRI
HARGA DIRI
MOTIVASI SINERGI
MUTU INTERNAL
Aa Bb B
A
Upah / Kekayaan
Percaya bahwa masa depan akan lebih baik, menjunjung nilai-nilai
Gambar 3 Model karakter nonlinier manusia dilukiskan dalam hysterisis regime, menunjukkan karakter immature dan karakter lebih mature. Karakter lebih mature ditandai oleh mengutamakan harga diri, kualitas diri, dan percaya masa depan lebih baik, lebih adil (Sutrisno, 2005 dan Sutrisno, 2006). Dengan argumentasi yang sama, Gambar 3 bagian kanan menerangkan bahwa sifat mature suatu bangsa dicirikan oleh i) mendahulukan harga diri atau kualitas diri, bukan mendahulukan reward, ii) mayoritas percaya akan masa depan yang lebih baik, dengan tercapainya citacita luhur bangsa, iii) kepercayaan pada nilainilai luhur ini, akan menjamin terealisasinya keadilan, iv) bersedia mengorbankan sebagian kebebasan diri untuk menghormati kebebasan dan hakhak orang lain, sehingga lebih mengutamakan kepentingan bersama, v) pemupukan semangat nasionalismekebangsaan makin dikembangkan sebagai batas dari persatuan perjuangan untuk memajukan industri dan teknologi menuju kesejahteraan bangsa. b. Pemahaman nilainilai, dasardasar dan penerapannya menuju maturity Bangsa Pemahaman di atas, dengan kalimat lain bisa dikatakan bahwa maturity suatu bangsa dirumuskan dalam lima dasar, yaitu i) ketuhanan, artinya semua anak bangsa, pengusaha, pemimpin dan karyawan selalu percaya pada masa depan, nilainilai luhur, dan keadilan akhirat, ii) kemanusiaan yang adil dan beradab, artinya ingin menjadi bangsa yang menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan sebagai cermin keadilan untuk membentuk bangsa yang beradab, iii) politik ekonomi, industri dan teknologi nasional, atau batasan ekonomi, industri dan teknologi nasional dipandang sebagai kepentingan satu bangsa yang akan menarik garis pembatas perbedaan antara kepentingan nasionalis dan imperialis, iv) rakyat memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan memperhatikan kepentingan negara dan masyarakat. Keputusan diusahakan secara musyawarah dan mufakat, dilandasi akal sehat sesuai hati nurani yang luhur. Kepentingan bersama lebih diutamakan di atas kepentingan pribadi, dan v) citacita keadilan dijadikan sebagai motivasi menuju bangsa yang besar dan jaya. Penerapan nilainilai lima dasar di atas ditunjukkan dalam Tabel 1, dan Rasionalisasi penerapan nilainilai tersebut disajikan dalam Tabel 2. Tabel 1. Penerapan nilainilai lima dasar menuju maturity sebuah bangsa 7
Dasar ke
Aktivitas
Dampak
Aktor
Ketuhanan
Percaya masa depan, nilai luhur, dan keadilan total
Tingkat semangat menabung bangsa, menunda menikmati, hidup bersahaja
Pemimpin dan sistem memberikan keteladanan
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mengutamakan kemanusiaan sebagai landasan keputusan, harga diri, kualitas, merasa sebagai anggota bangsa berperadaban tinggi, ingin mencapai cita cita luhur bangsa
Nilainilai kemanusiaan diutamakan, pemimpin dan rakyat menghindari perbuatan yang mencemarkan, memerlukan keteladanan dan penegakan keadilan
Pemimpin dan masyarakat memberi keteladanan dan penegakan
Persatuan Indonesia
Strategi nasional tentang penerapan manajemen industri di segala aspek, menuju manajemen teknologi. Sinergi menjadi landasan politik ekonomi, industri dan teknologi
Memiliki blueprint, road map cukup jelas, yang mudah diikuti, sehingga semua pelaku kegiatan ekonomi, industri dan teknologi terlindungi
Pemerintah dan unit yang berwenang
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
Musyawarah, mufakat, semangat kebersamaan, mengutamakan kepentingan bersama di atas pribadi dan golongan Memiliki manajemen SDM handal
Aturan permainan dan SOP, berwawasan budaya yang memberikan rasa aman, terlindungi. Penerapan manajemen industri handal di semua aspek bangsanegara
Pemimpin, pemuka masyarakat dan agama
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Menjunjung tinggi nilainilai luhur bangsa menuju keadilan sosial
Nilainilai abstrak dan jangka panjang akan melestarikan ciri moral menuju keadilan sosial
Semua unsur pemerintah dan rakyat
Sumber : Sutrisno (2006) di modifikasi
Argumentasi ini menguatkan bahwa secara filosofis negara perlu landasan atau dasar negara, seperti Pancasila, sebagai pedoman pengembangan undangundang dan kebijakan seperti yang berlaku seperti sekarang ini, dan hal ini perlu ditekankan lebih jauh. Memang Pancasila bukanlah hal yang sakral, tetapi malahan merupakan pedoman umum yang dipakai oleh negaranegara Timur, sehingga masyarakat negara tersebut sering terkesan lebih pancasilais. Yang jelas bahwa terjemahan dari terapan landasan dasar di atas menghasilkan “indikator keberhasilan” seperti tersebut dalam baris terakhir Tabel 2. Dengan landasanlandasan serupa, diperkaya dengan metodologi terapannya, negaranegara maju berhasil menumbuhkembangkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan menuju tujuan sebagai bangsa yang berperadaban .
8
Dasar ke 1
dasar ke 2
dasar ke 3
dasar ke 4
dasar ke 5
Sila
Ketuhanan
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Terapan
Percaya masa depan, nilainilai luhur, percaya atas keadilan total universal
Berharga diri/kualitas merasa sebagai anggota bangsa berperadaban tinggi, ingin mencapai citacita luhur bangsa
Strategi nasional yang jelas, penerapan manajemen industri di semua aspek, sinergi dalam tindakan dan kebijakan ekonomi, industri dan teknologi
Musyawarah dan mufakat, semangat kebersamaan diutamakan
Menjunjung tinggi nilai nilai luhur bangsa menuju keadilan sosial
Aktivitas
Peningkatan semangat menabung bangsa, hemat, dan menunda menikmati
Pemimpin dan masyarakat menjunjung nilainilai kemanusiaan, dan menghindarkan diri dari perbuatan yang mencemarkan
Memiliki blueprint, road map tentang strategi nasional, menerapkan manjemen ekonomi, industri & teknologi pelaku terlindungi
Musyawarah, mufakat sebagai pilihan utama, kebersaman, mengutamakan kepentingan bersama diatas pribadi dan golongan
Nilainilai abstrak dan jangka panjang sebagai penjaminan melestarikan ciri, moral dan keadilan sebagai jembatan menuju citacita keadilan sosial
Indikator Keberhasilan
Tabel 2. Rasionalisasi penerapan nilainilai Lima Dasar menuju maturity, kesejahteraan dan kejayaan sebuah bangsa, serta tolok ukur keberhasilan masingmasing landasan dasar.
Perbaikan kondisi → Bunga bank turun, memudahkan investasi,
→ →
→ →
Tabungan masyarakat Entreprenur Inkubator bisnis Peluang kerja
Perbaikan kondisi → Korupsi turun → Hidup hemat, membenci boros → Pemilihan industri orientasi SDM → Fair Play, → Fair Trade → Network dalam industri
Perbaikan kondisi → Industri dalam negeri tertata, terencana dan terlindungi → Industri bergeser substitusi impor ke ekspor → Sinergi Governmnt Industri – Perguruan Tinggi
Perbaikan kondisi → Kebersamaan manajerburuh
→
→
Continuous Improvement menuju World Class Companies/Nation Sinergi di segala bidang di segala strata
Perbaikan kondisi → Keadilan dan kesejahteraan meningkat → Menuju Peradaban Tinggi → Menjadi negara besar dan jaya
→
Menjadi Top 10 % di dunia
Sumber : Sutrisno (2006) di modifikasi
c. Teori pengembangan manajemen industri, manajemen teknologi, dan teori industrialisasi Untuk mempelajari lebih dalam metodologi yang dipergunakan negaranegara maju dalam menumbuhkembangkan kesejahteraan rakyat, dengan berkeadilan menuju bangsa peradaban tinggi, Sutrisno (2003b) memformulasikan konsep strategi budaya, terapan psikologi, dan falsafah manajemen menjadi landasan karakteristik kebijakan proses industrialisasi yang berhasil diaplikasikan di negara Amerika Serikat ( sampai dengan 1950an), di Jepang (19501973an) hingga muncul sebagai pemain besar industri kelas dunia, yang sering dikenal sebagai “Japanese Miracle”, di Korea Selatan (19701995an) yang muncul seimbang dengan negara raksasa Amerika dan Jepang, serta di Amerika Serikat (19901995 an) dalam merebut kembali dominasi industrinya di tingkat dunia.
9
OTAK KIRI
OTAK KANAN
sekuensial terstruktur detail/ rinci rasional matematika bahasa
Suka MENULIS Tidak Suka NGOMONG mudah Profesnal
empiris random menyeluruh/ kulit emosional/ kreatif kreativitas / ide seni / hobi
Suka NGOMONG Tidak Suka MENULIS JAGONGAN
Budaya PERTANIAN RISK AVOIDER Pegawai Negeri
Budaya PESISIRAN RISK TAKER Entrepreneurshp PEDAGANG
MASYARAKAT PATEMBAYAN
MASYARAKAT PAGUYUBAN
Budaya Barat (Amerika)
Budaya Timur (Jepang)
FW Taylor
Scientific Management manajemen linier
Assembly Line (Ford)
TEORI X & Y
Kejayaan Industri Mobil Amerika Kejayaan Program Ruang Angkasa
1970
Kejayaan Program Komunikasi Komputer
manajemen nonlinier
MRP MRP II
1950
1950
Deming, Juran Manajemen Rasional TQC, TQM
1980 Harley Davidson
JIT
Atomic Bomb HiroshimaNagasaki
Konsep MIKRO
Kayzen, Sistem Saran JIT, Kanban, 5R TQM TEORIZ 1973 Costumer Satisfaction Kejayaan Industri Continuous Improvement Employ Empowerment
JEPANG
1984
KOREA SEL 1990
Manaj Industri
EROPA
Kebangkrutan Manajemen Birokrasi Amerika Proyek Apollo Reliability
MBNQA
P200 Motorola GE 1995
Manajemen SIX SIGMA
Ranah Psikologi
2
Perlom. Kelinci Kura Toshiba
Manaj Teknologi Perlom. SapiTikusLebah
ISO9000
Kemerosotan Industri JEPANG
1995 TEORIW
INDONESIA
TEORI U & TEORI V
Gambar 4 Teori Perkembangan Manajemen Industri dan Manajemen Teknologi (Sutrisno, 2000) Keterangan lengkap tentang sketsa ini terdapat pada Sutrisno (2003b dan 2005) Aliranaliran politik dan ekonomi, menurut penulis, mempercayai argumentasi yang relatif lemah dalam memandang kebijakan politik dan ekonomi bangsabangsa, sehingga hampir gagal menerangkan “Japanese Miracle”, karena tinjauantinjauan yang ada sangat makro. Sutrisno (2003b) dengan menggunakan “manusia” sebagai obyek tinjauan sentral. Contoh kongkrit inti masalahnya, misalnya argumentasi apakah 10
jumlah besar manusia dalam masyarakat adalah “beban” ataukah “aset”. Antara pilihan jawaban satu dengan lainnya memiliki dampak yang sangat jauh berbeda. Manusia akan menjadi “beban negara” tatkala aturan masyarakat kacau dan turbulen. Sedangkan di lain pihak, dengan manajemen sistem yang sinergi, handal dan adaptif serta kepemimpinan visioner yang tepat, manusia berubah menjadi “aset negara”. Dalam kajiannya, uraian proses industrialisasi dimulai dari tinjauan psikologis manusia, yaitu tinjauan otak kiri dan otak kanan beserta karakteristik khas masingmasing, berkembang ke tinjauan budaya, yaitu perbandingan kontras budaya timur dan barat, diteruskan dengan kemajuan terapannya dalam praktek, diikuti dengan penggabungan hasil budaya, seperti dilakukan Jepang, dan penggabungan peran sinergi Pemerintah– Universitas–Industri seperti dilakukan Korea, yang dalam pengembangan produknya, mereka mengembangkan “filosofi kurakura dengan kelinci” dan “filosofi sapi, tikus dan lebah”. Akhirnya Amerika mengejar kembali ketertinggalannya dengan mengembangkan diri sesuai budayanya, yaitu menemukan metodametoda Six Sigma. Hal ini disajikan secara sketsa dalam Gambar 4 dalam judul pengembangan manajemen industri dan manajemen teknologi, dan diuraikan secara menyeluruh dalam Sutrisno (2003b). Uraian industrialisasi tersebut kemudian disusun dalam bentuk teori industrialisasi dalam Sutrisno (2005), yang menekankan strategi budaya, terapan psikologi, dan falsafah manajemen sebagai landasan karakteristik kebijakan proses industrialisasi negaranegara industri baru. Teori industrialisasi tersebut oleh Sutrisno (2005) dirumuskan dalam bentuk “Persamaan Transformasi” berikut dP/dt = S – H dalam domain ξ
-- (3)
di sini dP/dt = ΔPt - Δ Po / Δt ; ΔPt = P - P∞ dan Δ Po = P0 - P∞ ; yang menyatakan bahwa laju peningkatan potensi produksi, dP/dt, dalam domain ξ , makin besar bila S, yaitu tingkat sinergi dalam membangun teknologi, fleksibilitas, dan derajat sistematika, dan H, yaitu tingkat hambatan, olakan dan gangguan, memberikan selisih SH positip, sehingga mampu membuat dinamika aliran sistem melaju lancar dan terarah. Persamaan (3) juga bisa dianggap sebagai “Persamaan Transformasi” bila t dianggap berdimensi ruang waktu, dan domain ξ merupakan kondisi atau persyaratan pembatas dan sekaligus persyaratan awal, yang dalam hal ini berupa kondisi awal budaya, historis dan kultural, kebiasaan masyarakat, serta ketersediaan sumber daya alam yang unik. d. Kaidah ilmuilmu eksakta yang diabaikan atau dilanggar Krisis kesejahteraan di Indonesia saat ini sangat unik. Di negaranegara tetangga krisis sudah lewat dan bahkan Thailand malahan menunjukkan perkembangan yang amat pesat akhirakhir ini. Pada umumnya untuk kondisi wajar, setelah mencapai titik balik krisis, justru skala ekonomi dan bisnis akan tumbuh berlipat. Di Indonesia krisis ini sangat khusus, selain krisis ekonomi juga dibarengi dengan perubahan drastis kondisi politik, yaitu berakhirnya jaman orde baru dan penumbangan kekuasaannya, yang diwarnai dengan perubahan aturan politik, amendemen Undangundang Dasar secara mencolok, penguatan konsep otonomi, perubahan proses pemilihan umum. Kejutan politik ini memberi dampak pada dominasi politik yang berlebihan dan hanya menyisakan sedikit ruang bagi pendalaman dan aksi perbaikan kesejahteraan bangsa. Dalam kasus seperti di atas, kajian Sutrisno (2003a) yang mencoba menelaah perkembangan science yang tercermin dalam perkembangan hadiah Nobel di bidang fisika, engineering, biologi, ekonomi dan psikologi (Sutrisno, 2004) sangat membantu tinjauan ini. Terdapat sekurangnya 3 hadiah Nobel ekonomi yang kandungan maknanya luput dari perhatian pakar apalagi untuk diterapkan, yaitu tahun 1994 untuk Prof. John Nesh tentang ‘konsep kerjasama dan sinergi”, tahun 2001 untuk Prof. Stiglitz tentang peran informasi asimetris dalam globalisasi, freetrade, dan tahun 2002 untuk Prof. 11
Daniel Kahnemann, tentang ekonomi perilaku yang sangat berbasis pada psikologi. Ketiga karya besar tersebut perlu untuk mendapatkan tempat dalam kemajuan science dan terapannya di Indonesia. Dalam carutmarut krisis seperti ini di Indonesia, banyak kaidah ilmu eksakta yang diabaikan atau dilanggar oleh aliranaliran ekonomi dan politik. Kaidahkaidah tersebut adalah kaidah kekekalan sumberdaya atau hukum neraca energi, kaidah optimasi atau hukum termodinamika II tentang entropi, kaidah hambatan dan sinergi atau hukum Ohm tentang listrik, kaidah keberaturan aliran atau hukum aliran fluida (Sutrisno, 2006e). Sebagai contoh, dalam pelaksanaan pemilihan umum seorang bupati tidak memperhatikan kesetaraan dan transformasi timbal balik antara energi atau dollar diperlukan untuk kampanye dengan power atau kekuasaan yang didapat selama menjabat dalam bentuk pendapatan dikalikan masa jabatan. Di sini telah diabaikan adanya konsep entropi atau irreversibility, dalam hukum termodinamika (Holman, 1980), sehingga “kelebihan beban biaya kampanye” akan ditanggung oleh diri sendiri, pihak lain atau institusi lain yang nanti kepentingannya terpaksa harus diperjuangkan. Analisis permasalahanpermasalahan di atas memerlukan telaah modeling tingkat lanjut dengan memanfaatkan variabel kompleks, yang selain memiliki komponen riel juga memiliki komponen abstrak, misal seperti dalam Saff and Snider (1976). e. Unsur abstrak dan unsur rielmateriel Dengan memperhatikan kompleksitas konsep di atas, nampak bahwa persoalan yang dibahas adalah besaran atau nilainilai yang berkomponen rielmateriel maupun komponen abstrak atau imajiner,i, yang dalam konsep aljabar dinyatakan bahwa i2 = 1. Besaran atau angkaangka ini disebut sebagai angka kompleks, dengan sumbu riel, mendatar, tegak lurus terhadap sumbu imajiner (Saff and Snider, 1976). Sebagai contoh terapan dengan variabel kompleks ini adalah seperti pada pembahasan konsep negara kesejahteraan, teori moral dan karakter, teori far from equilibrium yang melakukan pengorganisasian adaptif spontan terhadap sekitar; yang memiliki kondisi multistasioner dalam bentuk phenomena histerisis, diagram kekayaan versus harga diri, nilainilai material kekinian dan nilainilai luhur, jangka panjang, serta konsep otak kiri otak kanan. Tinjauan menggunakan bilangan kompleks ini merupakan satusatunya pilihan karena yang ditinjau adalah sistem nonlinier, persoalan sistem yang saling berinteraksi dan watak linier atau laminer sudah sangat terkontaminasi oleh efek nonlinier atau efek turbulen. f. Nonconventional Economy: fair trade, SINERGY, trust, dan proses isentropis. Dengan pemakaian variabel jenis kompleks ini akan ditemukan tinjauan ekonomi non konvensional. Teori resistansi listrik dan hukum Ohm dapat digunakan, dengan pengertian resistansi bisa bersifat rielmateriel, maupun bersifat abstrak seperti pada impedansi. Dalam sistem yang rumit, hukum supply–demand bisa disederhanakan dalam bentuk resistansi listrik. Sehingga apabila dari petani sampai ke pasar induk Jakarta produk beras harus melewati tiga level pedagang pengumpul, maka kondisi supply dan demand bisa digambarkan seperti pada Gambar 5. Dengan menggunakan analogi ini mudah dipahami peran pemerintah dalam mempromosikan konsep Fair Trade menghadapi Free Trade.
A petani petani petani
A
B
C C C
A pasar
petani
pasar
petani
pasar
petani
B
C
B
C C
pasar pasar pasar
12
Gambar 5
Perubahan dari Free Trade menuju Fair Trade. Pada gambar sebelah kiri, Free Trade, petani makin terdesak, pedagang besar C yang makin mendekati setelah mengalahkan B, sehingga petani yang tidak berdaya makin berhadapan frontal dengan pedagang besar C. Sedangkan gambar kanan, Fair Trade, karena peran bantuan pemerintah, petani makin diperkokoh kekuatan penetrasi pasarnya sehingga makin lama makin berperan di pasar global. Konsep ini bisa dikembangkan dengan tambahan impedansi kapasitif untuk melukiskan timbunan dalam storage para pedagang. Diagram ini sekaligus membuktikan bahwa konsep “trickledown effect” itu adalah konsep yang buruk.
Hal ini bisa dicontohkan dalam industri otomotif, yang memiliki profit zone pada bisnis spareparts, setelah memiliki cabang di ibukota, akhirakhir ini membuka anakanak cabang di kotakota propinsi, yang bisnisnya dikendalikan langsung oleh prinsipalnya di Jepang. Globalisasi dan free trade adalah ibarat lenganlengan gurita yang menerkam ikanikan kecil hingga yang tersembunyi di dalam liang. Konsep sinergi merupakan konsep yang cukup sulit dipahami, karena mengandung unsur riel materiel dan unsur abstrak, yaitu unsur trust. Bahkan kata sinergi sulit dicari pada kamus bahasa Inggris setingkat Oxford Advanced Learner’s (Hornby, 1985), yang berarti bahwa sinergi bukan merupakan konsep yang umum dimengerti oleh budaya Western, tetapi sangat lekat dengan budaya Cina perantauan. Sinergi mengandung unsur trust, suatu variabel imajiner. Keterbatasan level trust yang dicapai, merupakan keterbatasan tingkat sinergi yang didapatkan. Dalam konteks hubungan supply demand, baik dari sisi supply maupun demand saling mendekati sehingga terbentuk sinergi, dengan level sinergi makin meningkat berbanding langsung dengan level trust yang terjadi diantaranya (Hadiwinata dan Pakpahan, 2004). Contoh kongkrit sinergi adalah hubungan unitunit dalam suatu perusahaan, hubungan dalam suatu organisasi, dan yang jelas adalah hubungan antara suamiisteri. Hubungan sinergi antara Government – Industri – Perguruan Tinggi di Jerman, Belanda, Jepang, Korea, Taiwan, dan Thailand merupakan contoh keberhasilan kemajuan ekonomi yang mengagumkan. Bahkan konsep ini membuat keberhasilan pemerintah Jepang dikenal sebagai Japan Inc. Dalam ilmu termodinamika, proses dalam sistem sinergi sejenis dengan proses isentropis, proses paling efisien di alam semesta, dengan sistematisasi, fleksibilitas, kehandalan dan efisiensi yang tinggi, tentu saja memerlukan tingkat pemborosan minimal. Praktek bisnis internasional yang sukses didukung pula konsep sinergi seperi jaringan dan kepercayaan (Perry, 2000). g. Solusi kegiatan ekonomi, industri dan teknologi yang dikembangkan Dengan krisis yang masih berlangsung hingga saat ini, sebenarnya perlu segera dilakukan langkah langkah aksi untuk penyelamatan, pemulihan, menuju kebangkitan kembali. Sutrisno (2006b) menggunakan analisis manajemen risiko teknik untuk mencari solusi, sedemikian rupa sehingga risiko yang ada bisa ditekan minimal. Kemudian dipilih pembangkitan aktivitas yang paling kecil risikonya tetapi memberikan benefit terbesar. Kehandalan operasional sistem harus dijamin dan persyaratan untuk mempertahankan motivasi dan tetap handal harus diidentifikasi, yang selanjutnya halhal untuk menjamin citacita jangka panjang harus dirumuskan. Analisis dengan manajemen risiko ini menerangkan bahwa risiko sosial, budaya, politik, dan psikologis disebutkan di atas, dapat diatasi dengan pembangkitan dan penghayatan nilainilai luhur, percaya pada nilai jangka panjang, percaya masa depan yang lebih baik, makin memotivasi ke arah peningkatan kualitas diri. Hal ini merupakan prasyarat keberhasilan solusi kegiatan ekonomi, industri dan teknologi dipilih selanjutnya. Dengan peran aktif pemerintah, dipilih solusi yang berisiko minimal dengan benefit maksimal, yaitu konsep “Dual Scheme”. Peran pemerintah selama ini yang sangat didominasi dukungan dan keberpihakan pada capitalintensive industries, harus segera disusul dengan dukungan dan peran aktif menumbuhkembangkan industri penumbuh peluang kerja, yang nantinya makin meningkatkan daya beli masyarakat, yaitu industri berbasis SDM, sesuai dengan latar belakang kulturalhistoris dan 13
kebiasaan masyarakat, berbasis sumber daya alam unik seperti ditegaskan dalam TeoriW dan penerapan teknologi HiTouch (Lee, 1996). Konsep HiTouch di sini lebih berientasi pada produsen, bukan berorientasi pada konsumen seperti dalam Naisbitt (2002). Contoh paling konkrit pilihan tersebut adalah pertanian, peternakan, dan kerajinan yang diperkaya dengan teknologi terapan HiTouch kerjasama sinergi PemerintahIndustriUniversitas. Pemerintah aktif mempromosikan Fair Trade, subsidi terselubung, dan melontarkan program peningkatan nilainilai kemanusiaan, menuju keadilan dan tumbuh sebagai bangsa berperadaban tinggi. Semangat nasionalis melawan imperialisme ekonomi, industri dan teknologi perlu dikobarkan. Selain kehandalan sistem manajemen pemerintah dan masyarakat, untuk menjaga semangat sinergi dan motivasi, filosofi dan manajemen industri perlu terus diperkokoh, dengan memberikan roh falsafah, budaya dan psikologi lokal dengan semangat kebijaksanaan dan musyawarah. Misi dan visi terus diperkuat untuk menjamin citacita keadilan. Dengan demikian yang dipilih pemerintah adalah konsep ekonomi, industri dan teknologi dual scheme. Di satu pihak capitalintensive indutries, dengan penguatan teknologi startegis hasil kerjasama sinergi Industri – Universitas dengan fasilitator pemerintah, tetapi tanpa intervensi dari Pemerintah, sedangkan di pihak lain adalah pengembangan industri berbasis SDM seperti pertanian, peternakan, kerajinan yang diperkaya oleh teknologi HiTouch kerjasama sinergi Government – industri kecil – Universitas dengan subsidi terselubung dari pemerintah. Penggunaan teknologi HiTouch seperti kultur jaringan (Santoso, Nursandi, 2004 dan Syafa’at dkk, 2005) telah diterapkan dengan sukses di Thailand dan Taiwan. h. Memasukkan istilah teknomanajemen industri : justintime, memanusiakan manusia, dll. Dengan transformasi seperti dirumuskan oleh persamaan transformasi (3), metoda yang ditemukan di Amerika seperti scientific management, dan metodametoda di kembangkan di Jepang seperti JIT, TQM, Kaizen, memanusiakan manusia, bisa ditransformasikan dan dipakai dengan menekankan adaptasi kondisi kulturalhistoris dan kebiasaan masyarakat. Manajemen seperti ini saat ini banyak berkembang diberbagai kegiatan (Permas dkk, 2003). Pola berpikir masyarakat saat ini perlu diluruskan terutama yang berkiblat dengan yang disebut “prinsip ekonomi”. Prinsip tersebut diperkirakan berasal dari konsep dasar pengembangan manajemen industri yaitu : Work smarter not harder, yang kini mulai diartikan sebagai perbaikan bertahap, demi sedikit, berkesinambungan melibatkan semua orang, seperti pada konsep Kayzen (Masaaki Imai, 1994). Pola pikir masyarakat tersebut kini sangat merugikan terbentuknya peradaban tinggi, dan malahan akhirakhir ini cenderung tergabung pada hidup boros dan mengarah pada tindakan mencemarkan diri seperti korupsi. Oleh karena itu perlu pola pikir masyarakat tersebut diluruskan kembali, yaitu menuju pola pikir habit of industrialization, seperti yang diusulkan oleh Stephen Covey (Sutrisno, 2006a). JAWABAN UMUM KRISIS KESEJAHTERAAN BANGSA INDONESIA Dari uraian di atas jelaslah bahwa beberapa langkah konkrit perlu segera diambil pemerintah Indonesia, yaitu i). Kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi, industri dan teknologi konsep DualScheme, yaitu capitalintensive industries dikembangkan teknologi strategis dibawah koordinasi tapi tanpa intervensi pemerintah, dan industri berbasis SDM, dengan dukungan teknologi HiTouch dengan subsidi terselubung dari pemerintah ii). Pola pikir masyarakat perlu diluruskan yaitu menuju habit of industrialization. iii). Sebagai pasangan konsep supplydemand, harus dimasyarakatkan secara luas konsep sinergi, yang terapannya adalah Tripilar, kooperasi, kerjasama dan Networking. Sinergy adalah roh atau kekuatan abstrak dari sebuah sistem yang handal, fleksibel dan adaptif. 14
iv).
v). vi). vii).
Sistem ekonomi, industri dan teknologi yang sinergi ini dapat ditransformasikan dari konsep manajemen industri dan manajemen teknologi yang sudah ada dengan pemahaman non linieritas atau psikologi manusia yaitu dalam konteks historiskultural, dan kebiasaan masyarakat Landasan Lima Dasar yang untuk Indonesia disebut Pancasila sangat penting untuk diterapkan bersamasama dengan indikator keberhasilan masingmasing secara berurutan atau sekaligus. Pemerintah harus berperan aktif dalam pengembangan kegiatan ekonomi, industri dan teknologi dengan secara bertahap menggeser menuju praktek Fair Trade dari praktek semula Free Trade Pengembangan New Sciences diperlukan untuk mengejar ketertinggalan perguruan tinggi dari problematika nyata bidang ekonomi, industri dan teknologi, yang menggunakan tambahan piranti baru yaitu variabel kompleks. New Sciences ini merupakan kombinasi dari bidang ilmu 1. Technology dan Philosophy untuk merumuskan produkproduk teknologi 2. Economy, Psychology, Physics dan Math untuk merumuskan ekonomi bermoral, yaitu Economy in Complex Variables berupa ekonomi nonlinier yang merupakan gabungan dari ekonomi riel dan abstrak 3. Psychology dan Educations untuk menghasilkan Education Objectives yang sesuai dengan langkah keluar dari krisis (Sutrisno, 2006c) 4. Politics, Psychology dan Nonlinear Modeling untuk mendapatkan konsep politik keluar dari krisis kesejahteraan.
KESIMPULAN Dari uraian dan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa krisis kesejahteraan di Indonesia memang berbeda dari negara tetangga karena muatan politiknya sangat dominan, dan masih menggelora hingga saat ini sehingga perlu penyadaran bahwa wacana, langkahlangkah aksi perlu segera bergeser menuju penyelesaian krisis kesejahteraan. Persoalan menjadi lebih berat karena aliranaliran ekonomi dan politik lebih terjebak pada argumentasi tentang peran pemerintah dalam ekonomi dan bisnis tanpa tinjauan unsur manusia terutama karakter nonlinier secara sepadan, sehingga argumentasi ini tidak bisa menjelaskan Japanese Miracle. Oleh karena itu pilihan aliranaliran ekonomi dan politik untuk memilih kebijakan minimal state dinilai penulis kurang bijaksana, dan akan membuat Indonesia makin tertinggal dari negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Taiwan. Indonesia sangat terpengaruh oleh anjuran IMF dan Bank Dunia, yang berawal dari provokasi Ronald Reagan dan Margareth Thatcher tentang ide globalisasi dan FreeTrade. Ide ini tentu saja akan sangat merugikan bangsa dengan sistem ekonomi, industri dan teknologi yang masih belum tertata seperti Indonesia dan akan sangat menguntungkan negara dengan industri raksasa seperti Amerika, dan industri menengah menggurita seperti Inggris. Analisis mendalam tentang karakter nonlinier manusia menunjukkan hysterisis regime dengan jump phenomena, dan multistable solutions, yang berarti bahwa manusia bisa berpendapat dengan referensi ganda atau lebih, paling tidak berperangai lain saat masyarakat belum dewasa dan saat bangsa telah mencapai kedewasaan atau maturity. Diperlukan sebuah landasan lima dasar sebagai pedoman bangsa menuju maturity ini, yang di Indonesia dikenal sebagai Pancasila, dan telah dilengkapi dengan indeks keberhasilan masingmasing landasan dasar secara berurutan. Konsep landasan lima dasar ini sebenarnya berlaku universal terutama untuk bangsa berbudaya Timur. Penelusuran proses pembangunan dan industrialisasi Amerika, Jepang dan Korea Selatan memerlukan analisis lebih dalam dari analisis yang digunakan aliranaliran politik dan ekonomi. Analisis ini memerlukan argumentasi tentang psikologi manusia, yang Mubyarto (1982) belum sempat membahasnya. Tinjauan psikologi otak kanan dan otak kiri, tinjauan budaya, kultur historis, tinjauan 15
sosiologis sinergi kekeluargaan dan trust, sinergi Tripilar, PemerintahIndustriPerguruan Tinggi, menghasilkan manajemen industri, seperti yang terjadi di Jepang sebagai penjelasan terjadinya Japanese Miracle. Lebih jauh lagi, tinjauan filosofi pengembangan teknologi di Korea Selatan oleh Myun W. Lee menghasilkan manajemen teknologi Korea Selatan. Dari bahasan di atas dirumuskan teori industrialisasi yang menerangkan bahwa laju peningkatan potensi produksi, dalam suatu domain, akan makin besar bila selisih antara derajat sinergi dalam membangun industri, teknologi, fleksibilitas, dan derajat sistematika, dengan derajat hambatan, olakan dan gangguan, memberikan nilai positip. Tinjauan untuk krisis di Indonesia ini menunjukkan bahwa ternyata beberapa kaidahkaidah ilmu eksakta diabaikan atau dilanggar oleh aliranaliran ekonomi dan politik, yaitu kaidah kekekalan sumberdaya atau hukum neraca energi, kaidah optimasi atau hukum termodinamika II tentang entropi, kaidah hambatan dan sinergi atau hukum Ohm tentang listrik, kaidah keberaturan aliran atau hukum aliran fluida. Oleh sebab itu untuk usaha pendalaman lebih lanjut bagi aliranaliran ekonomi dan politik memerlukan tambahan perangkat dan peralatan baru khusus daerah nonlinier atau turbulen ini, yaitu konsep variabel komples yang memiliki komponen rielmateriel dan komponen abstrak. Pada komponen abstrak ini indikatorindikator seperti moral bisa diukur meskipun tidak secara langsung. Terminologiterminologi abstrak ini umumnya hanya akan berdampak jangka panjang, seperti sinergi, trust, dan kedamaian. Penyelesaian umum krisis kesejahteraan bangsa Indonesia akhirnya dapat dirumuskan, dan yang disampaikan masih merupakan resep atau komponenkomponen penyembuhan krisis saja, belum menyertakan urutan proses atau penjadwalan, yang akan sangat bervariasi dalam domain waktu dan ruang. DAFTAR SIMBUL P dP/dt S H Pt P0 P∞ Pt P0 t I C G
= = = = = = = = = = = = =
potensi produksi laju peningkatan potensi produksi tingkat sinergi dalam membangun teknologi, tingkat fleksibilitas, dan derajat sistematik tingkat hambatan, olakan dan gangguan pada dinamika proses produksi dan aliran produk potensi produksi pada saat ini (t) potensi produksi pada referensi waktu (t=0) potensi produksi pada referensi daerah sekitar beda potensi produksi dengan daerah sekitar pada saat ini (t) beda potensi produksi dengan daerah sekitar pada referensi waktu (t=0) beda waktu dari referensi waktu National income, rate of consumer spending, rate of government expenditure
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua rekanrekan, sulit penulis sebutkan satu per satu, baik langsung atau pun tidak langsung berinteraksi, berdiskusi, bertukar pemahaman, sehingga terkristalisasinya makalah ini. Penghargaan setinggitingginya kami sampaikan kepada almarhum Prof. Dr. Arief Ramelan Karseno, yang mengenalkan penulis kedalam bidangbidang kajian noneksakta, terutama ekonomi makro sejak tahun 1987an dan terus penulis kembangkan hingga saat ini. Makalah ini penulis dedikasikan untuk beliau. DAFTAR PUSTAKA Baswir, R. (2006) Mafia Berkeley, Andi, Yogyakarta
16
Davies, P. (1989) The New Physics, Cambridge Univ. Press, Cambridge Deny, J.A. (2006) The Role of Government in Economy and Business, LKIS, Yogyakarta Dwiyanto, A., dkk (2003) REFORMASI: Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, PSKKUGM, Yogyakarta Hadiwinata, B.S., Pakpahan, A.K. (2004) Fair Trade: Gerakan Perdagangan Alternatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Holman, J.P. (1980) Thermodynamics, McGrawHill, New York Hornby, A.S. (1985) Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford Univ. Press, Oxford Jansen, M.B. (1983) Jepang Selama dua abad perubahan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Jordan, D.W. and Smith, P (1987) Nonlinear Ordinary Differential Equations, Oxford, New York (1977) Karya Ki Hadjar Dewantara, Vol IIIa, Percetakan TamanSiswa, 1977 Kunio, Y (1992) Pembangunan Ekonomi Jepang, UIPress, Jakarta Masaaki Imai (1994) Kaizen: Kunci sukses Jepang dalam Persaingan, LPPM, Jakarta Mubyarto (1982) Moral Ekonomi Pancasila, Yayasan Idayu, Jakarta. Myun W. Lee (1996) Teori W: Gaya Manajemen Korea. Penerbit Andi, Yogyakarta. Naisbitt, J (2002) High Tech – High Touch: Pencarian Makna di Tengah Perkembangan Pesat Technologi, Mizan, Yogyakarta Permas, A., Sedyono, C.H., Pranoto, L.H., dan Saputro, T (2003) Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan, PPM, Jakarta Perry, M (2000) Mengembangkan Usaha Kecil: dengan memanfaatkan berbagai bentuk jaringan kerja ekonomi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta Prigogine, I, dan Stengers, I (1984) Order Out of Chaos: Man’s New Dialogue with Nature, Bantam Books, Toronto Saff, E.B. and Snider, A.D. (1976) Fundamental of Complex Analysis for Mathematics, Science, and Engineering, PrenticeHall Inc, New Jersey Santoso, U dan Nursandi, F (2004) Kultur Jaringan Tanaman, UMM Press, Malang Syafa’at, N, Simatupang, P, Mardianto, S, dan Khudori (2005) Pertanian Menjawab Tantangan Ekonomi Nasional, Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta Sutrisno (2003a) Memperkokoh tekad mengembangkan Ilmu, Teknologi dan Manajemen untuk Indonesia, Jurnal Teknologi 2004, BEMFTUGM, Yogyakarta, pp. 1726. Sutrisno (2003b) Industri Manufaktur Jepang dan Proses Transfer Teknologi dalam Bob Widyahartono, ed. Belajar dari Jepang, Salemba Empat, Jakarta. Sutrisno dan Aliq Zuhdi (2005) Modeling dan Simulasi untuk Industrialisasi, Industri Proses dan Manufaktur, Proceeding Seminar Nasional Teknologi Simulasi dan Aplikasinya, JTMIFTUGM, Yogya, pp. 210. Sutrisno (2005) Strategi Budaya, Terapan Psikologi, Dan Falsafah Manajemen Menjadi Landasan Karakteristik Kebijakan Proses Industrialisasi NegaraNegara Industri Baru, Jurnal Mesin dan Industri, JTMFTUGM, Vol. 3, No. 1, pp. 4758 Sutrisno (2006a) How to challenge Economic Crisis dengan Nilainilai Pancasila, Makalah Penunjang Simposium Hari Lahir Pancasila, UGM Sutrisno (2006b) Proses industrialisasi yang economically high risk dan solusinya, Makalah Penunjang Simposium Hari Lahir Pancasila, UGM Sutrisno (2006c) Teori Moral dan Karakter Manusia, Makalah Penunjang Simposium Hari Lahir Pancasila, UGM Sutrisno (2006d) Theory of Industrialization Economics Revitalization, Makalah Penunjang Simposium Hari Lahir Pancasila, UGM Sutrisno (2006e) Kaidahkaidah ilmu eksakta yang diabaikan atau dilanggar oleh aliranaliran ekonomi dan politik., Jurnal Mesin dan Industri, JTMFTUGM, (dalam persiapan) Thompson,JMT dan Stewart,HB (1996) Nonlinear Dynamics and Chaos, John Wiley&Sons, NewYotk. Wahyudi, A. et.al (2005) Bulaksumur menggagas Negara Sejahtera, BP Fak. Filsafat UGM, Yogyakarta
17
Lampiran 1.
Alasan Pemilihan Dual Scheme:
1. Pertumbuhan natural bisnis dan entrepreneurship Perkembangan modal usaha yang ideal adalah dengan menggunakan tambahan harta dipakai sebagai tambahan modal. Tambahan harta atau tambahan modal ( m) dalam suatu kurun waktu tertentu ( ∆t ), adalah (tambahan harta / kurun waktu ) = pendapatan pengeluaran Besar tambahan harta sebanding dengan modal saat itu. m / t = β m, atau dm / m = β dt , didapatkan pertumbuhan modal usaha, bila hidup berhemat, menunda menikmati dan berhubungan baik dengan pekerjanya, didapatkan bahwa pertumbuhan kekayaan/aset usaha adalah eksponensial m = m0 e βt = m0 exp (βt), seperti perhitungan beternak sapi di bawah ini CONTOH PERHITUNGAN BETERNAK SAPI (diurus sendiri) ( )* dalam ribuan rupiah Th ke 1 2 3 4 5
6
7
8
9
Bln ke Jml sapi mnjadi 0 20 33 42 49 55 60 65 69 72 75 78 81 83 86 88 90 92 94 95 97
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Setara hrg* Tabung*/ bln Jml*tabngn Hasil bersih* / bln Jml beli / thn 0.0 10,000.0 20,000.0 30,000.0 40,000.0 50,000.0 60,000.0 70,000.0 80,000.0 90,000.0 100,000.0 110,000.0 120,000.0 130,000.0 140,000.0 150,000.0 160,000.0 170,000.0 180,000.0 190,000.0 200,000.0
500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
0.0 10,000.0 16,500.0 21,000.0 24,500.0 27,500.0 30,000.0 32,500.0 34,500.0 36,000.0 37,500.0 39,000.0 40,500.0 41,500.0 43,000.0 44,000.0 45,000.0 46,000.0 47,000.0 47,500.0 48,500.0
0.0 300.0 600.0 900.0 1,200.0 1,500.0 1,800.0 2,100.0 2,400.0 2,700.0 3,000.0 3,300.0 3,600.0 3,900.0 4,200.0 4,500.0 4,800.0 5,100.0 5,400.0 5,700.0 6,000.0
0 1 1 1
3
3
4
6
Catatan:
a. Diawali dengan menabung 500 ribu / bulan, setelah terkumpul untuk membeli sapi perah siap produksi seharga 10 juta, per hari menghasilkan 15 liter susu @ 1250, dikurangi biaya makan dan obat tinggal hasil bersih 10 ribu / hari atau 300 ribu / bulan dan akan menambah tabungan, sehingga setiap tambah sapi tambah besar tabungan, makin sering membeli sapi. Tahun kedua, satu sapi, ketiga satu sapi, keempat 1 sapi, tapi mulai kelima 3 sapi,keenam 3 sapi, ketujuh 4 sapi, ke delapan 6 sapi, demikian seterusnya. b. Pada akhir tahun ke 8, telah memiliki sapi yang ke 20, atau kekayaan setara dengan 200 juta, dengan penghasilan bersih 6 juta / bulan. Padahal kalau sisa uang 500 ribu / bulan ditabung tanpa bunga, hanya menjadi 48,5 juta, dan yang paling berbahaya adalah berapa besar yang telah termakan inflasi yang sangat ganas di Indonesia c. Berhemat sangat penting, “hemat pangkal kaya”. Coba bandingkan bila orang yang sama karena kurang hemat, sehingga tabungan hanya bisa 300 ribu / bulan. Baru tahun ketiga dapat sapi pertama, ke lima sapi kedua, dan seterusnya. Pada akhir tahun ke 9 baru terkumpul 14 sapi, dengan penghasilan bersih 4,2 juta. Hemat di sini diikuti dengan di investasikan juga untuk memperbesar hasil produksi sekaligus memperluas lapangan kerja.
2.
18