School Action Research
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU KELAS ATAS MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PADA SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN III UPT DINDIKPORA KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 1)
SURIPTO, S.Pd,MM Pengawas sekolah Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan
Abstrak Penelitian ini merupakan Penelitian tindakan sekolah (PTS) yang dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan perbaikan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilatar belakangi fakta dilapangan bahwa di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara masih terdapat guru yang kurang berkualitas secara kedisiplinan, pembuatan perangkat pembelajaran dan metode yang kurang up to date, sehingga perlu ditingkatkan untuk kualitas guru dalam pembelajarannya. Hal demikian sangat perlu solusi yang efektif melalui kajian supervisi akademik. Supervisi akademik memberikan kontribusi menyeluruh tentang kegiatan pembelajaran. Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan dengan melakukan kegiatan pra siklus untuk mengetahui kondisi awal penelitian, siklus 1 dan siklus 2 untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran.pengumpulan data melalui lembar observasi dan evaluasi kemudian dianalisis menggunakan kualitatif deskriptif. Indicator keberhasilan jika semua komponen indikator minimal 85% terpenuhi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Pelaksanaan tindakan supervisi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan hasil semua komponen baik kedisiplinan, perangkat pembelajaran dan metode up to date lebih dari 85% telah terlaksana. Supervisi akademik dilaksanakan dengan mengadakan bimbingan pada proses persiapan dan pengadaan perangkat pembelajaran dan mengadakan diskusi untuk kemudian memberikan masukan kepada guru untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Kata Kunci: Kualitas Pembelajaran dan Supervisi akademik
Al-Qalam Vol.XVI|223
Penelitian Tindakan Sekolah A. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Sementara itu, Oemar Hamalik (1995: 70), mengartikan pembelajaran sebagai “suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Mulyasa (2002: 101) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan. Menurut Lovitt dan Clarke (Suherman, 2007: 79) menambahkan bahwa kualitas pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam lingkungan belajar; mulai dari mana siswa ini berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda, melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar, meminta siswa untuk memvisualkan yang imajiner. Dalam kaitan ini, penulis sebagai pengawas sekolah dasar menemukan fakta bahwa pada SD-SD binaan Penulis didapatkan kualitas pembelajaran secara umum masih kurang maksimal. Hal ini dikarenakan proses belajar mengajar di kelas juga masih menggunakan cara-cara konvensional. Guru masih cenderung mengajar tanpa rencana pembelajaran, masih menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru. Keadaan ini menyebabkan rendahnya nilai rata-rata kelas. Masalah lain yang sering dijumpai adalah tingkat kedisiplinan guru yang masih rendah baik guru PNS ataupun guru non PNS. Rendahnya kedisiplinan guru ini dapat dilihat dari masih adanya guru yang datang dan pulang tidak tepat waktu, administrasi kelas yang kurang lengkap, tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tidak mengisi buku nilai dan banyak lagi jenis ketidaksiplinan guru. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan karena dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kualiatas pendidikan. Fakta-fakta diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah (PTS) sebagai salah satu ihtiar penulis dalam rangka
224 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
meningkatkan kualitas pembelajaran pada sekolah dasar daerah binaan penulis, terutama untuk kelas atas (kelas IV, V dan VI) dengan judul: Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru Kelas IV, V dan VI melalui Supervisi Akademik pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III di UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banajarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015 Mengaju pada uraian latarbelakang dan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan penelitian tindakan sekolah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah supervisi Akademik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015 ? 2. Bagaimana penerapan supervisi Akademik dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015? Adapun tujuan dilaksanakanya penelitian tindakan sekolah ini diantaranya adalah untuk: 1. Mengetahui apakah supervisi Akademik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015 ? 2. Mengetahui bagaimana penerapan supervisi Akademik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015 ? B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Hakekat Pembelajaran Pembelajaran terdiri dari dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar. Mengajar adalah kata kerja yang tersirat sebuah subyek proses ajar yaitu guru. Keberadaan guru tidak cukup dalam terjadinya proses pembelajaran. Di dalamnya harus ada siswa. Tidak ada guru bila tidak ada siswa yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, tidak ada aktivitas mengajar bila tidak ada siswa. Siswa melakukan kegiatan belajar. Kata belajar merupakan kata kerja aktif yang berarti berusaha untuk mendapatkan pengetahuan. Peningkatan mutu pendidikan hakekatnya membangun dua pilar pelaku kegiatan mengajar dan belajar. Membangun kegiatan pembelajaran berarti membangun kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam belajar. (Suyanto, 2001). Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3) .Pembelajaran adalah Proses
Al-Qalam Vol.XVI|225
Penelitian Tindakan Sekolah
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal. Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Komunikasi di dalam kelas terjadi karena transfer pesan dari banyak arah. Komunikasi dalam kelas harus memenuhi tiga (3) fungsi, yaitu: fungsi proposisional (kognisi dan transmisi), fungsi sosial (hubungan dengan orang lain) dan fungsi ekspresional (pembuktian identitas). Ketiga fungsi di atas secara sinergi akan membentuk jiwa akademik dengan mengemukakan secara logis dalam menyatakan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan, jiwa membangun hubungan antar pribadi dan jiwa manifestasi dari keberadaan diri. Jika dalam setiap pembelajaran ketiga fungsi di atas dikembangkan dengan optimal maka terbentuk pribadi siswa yang ulet, kritis, sosial dan mandiri. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelas yang terdiri atas pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Ketiga tahap pembelajaran tersebut merupakan satu rangkaian yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Pembelajaran berdasarkan Standar Proses terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
a. Pendahuluan Kegiatan guru dalam tahap pendahuluan adalah melaksanakan kegiatan berikut ini: 1) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik; 2) mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; 3) dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti Kegiatan yang dilakukan guru pada kegiatan inti meliputi tiga (3) hal, yaitu: eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam eksplorasi, guru 1) melibatkan siswa dalam mencari informasi, 2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, dan 3) berupaya menciptakan interaksi yang positif di antara guru, siswa dan lingkungan. Kegiatan guru yang dilakukan dalam elaborasi adalah 1) membiasakan siswa dalam membaca dan menulis, 2) memfasilitasi, dan memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan, 3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan
226 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
bertindak tanpa rasa takut, 4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, dan 5) memfasilitasi siswa untuk berkompetensi secara sehat. Tahap konfirmasi mengharuskan guru melaksanakan: 1) memberikan umpan balik positif, 2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi, 3) memfasilitasi siswa melakukan refleksi dan memperoleh pengalaman bermakna, 4) membantu menyelesaikan masalah, 5) memberi motivasi kepada siswa untuk bereksplorasi lebih lanjut.
c. Penutup Berdasar pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan, dalam kegiatan penutup, guru melaksanakan: 1) membuat rangkuman bersama siswa, 2) melakukan penilaian dan atau refleksi, 3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil, dan 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut.
d. Pembelajaran yang Efektif Upaya untuk membuat siswa dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus-menerus belajar sehingga dapat membuahkan hasil yang lebih baik. Untuk menjamin dan membina suasana belajar yang efektif, guru dan siswa dapat melakukan beberapa upaya sebagai berikut : 1)Sikap guru sendiri terhadap pembelajaran di kelas. 2)Perlu adanya kesadaran yang tinggi di kalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik dalam kelas. 3) Guru dan siswa berupaya menciptakan hubungan dan kerja sama yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelas, yang dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan. 4) Rasa tenggang rasa dan tanggung jawab untuk kepentingan bersama ternyata lebih efektif dibandingkan dengan suasana dengan persaingan, berusaha untuk kepentingan sendiri, dan pergaulan guru siswa yang renggang dan kaku. R.D. Conner ( dalam Syaiful Bahri Djamarah: 69), mengidentifikasikan tahap pengajaran menjadi tiga tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap sebelum pengajaran (pre active), tahap pengajaran (interactive) dan tahap sesudah pengajaran (post active).
2. Konsep Supervisi Akademik Pengertian supervisi secara etimologis menurut Ametembun 91993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataan, supervisi terdiri dari dua buah kata super+vision: Super=atas, lebih, Vision=lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi. Secara umum, istilah supervisi berarti
Al-Qalam Vol.XVI|227
Penelitian Tindakan Sekolah
mengamati, mengawasi atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya Tujuan supervisi akademik adalah: (1), membantu guru mengembangkan kompetensinya, (2). mengembangkan kurikulum, (3). mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan
228 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik. 1) Model supervisi tradisional a) Observasi Langsung b) Pra-Observasi c) Observasi d) Post-Observasi 2) Supervisi akademik dengan cara tidak langsung
a) Tes dadakan b) Diskusi kasus c) Metode angket
3) Model kontemporer (masa kini) Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu: 1) Pendekatan Langsung (Direktif). 2) Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif) 3) Pendekatan Kolaboratif Salah satu tugas pengawas sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu, setiap pengawas sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.
3. Hipotesis Penelitian Merujuk pada uraian diatas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini bahwa kualitas pembelajaran guru kelas pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2014/2015 dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik.
Al-Qalam Vol.XVI|229
Penelitian Tindakan Sekolah C. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakanini ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara pada tahun Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas atas (Kelas IV, V dan VI) pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara , sebagai berikut: NO 1.
NAMA SEKOLAH
NAMA GURU
KELAS
SDN 1 Karangsari
Suratno, S.Pd.SD
IV A
2.
SDN 1 Karangsari
Rianto, S.Pd.SD
VA
3.
SDN 1 Karangsari
Kustirah Ely M, S.Pd.SD
VI A
4.
SDN 1 Karangsari
Suparti, S.Pd.SD
IV B
5.
SDN 1 Karangsari
Sri Suminiasih, S.Pd.SD
VB
6.
SDN 1 Karangsari
Sulimah, S.Pd.SD
VI B
7.
SDN 2 Karangsari
Daryanto, S.Pd.SD
IV
8.
SDN 2 Karangsari
Titin Haryani, S.Pd.SD
V
9.
SDN 2 Karangsari
Sigit Wuryanto, S.Pd.SD
VI
10.
SDN 4 Karangsari
Khanan, S.Pd.SD
IV
11.
SDN 4 Karangsari
Mahful, S.Pd.SD
V
12.
SDN 4 Karangsari
Hary Nuryanto, S.Pd
VI
13.
SDN 1 Sawangan
Dyah Kurniati, S.Pd.SD
IV
14.
SDN 1 Sawangan
Puji Nurdiyah, S.Pd.SD
V
15.
SDN 1 Sawangan
Jadi Mursito, S.Pd
VI
16.
SDN 2 Sawangan
Herman Dwi S., S.Pd.SD
IV
17.
SDN 2 Sawangan
Suryati, S.Pd.SD
V
18.
SDN 2 Sawangan
Anteng Hidayati,S.Pd.SD
VI
19.
SDN 3 Sawangan
Rustini, A.Ma.Pd
IV
20.
SDN 3 Sawangan
Arif Sujono, S.Pd.SD
V
21.
SDN 3 Sawangan
Suharto, S.Pd.SD
VI
230 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
3. Jadwal Penelitian Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan selama 4 bulan, yakni bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Desember 2014 dengan time schedule sebagai berikut:
NO 1 2 3 4 5 6
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan PTS KEGIATAN Membuat Proposal Menyeminarkan Proposal Merevisi Proposal Melaksanakan Penelitian Membuat Laporan Menyeminarkan Hasil PTS
WAKTU
4. Prosedur Tindakan Langkah-langkah PTS meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus tersebut tergambar dalam bagan berikut:
Gambar 3.2. Langkah-langkah PTS (Direktorat Tendik, 2008)
Al-Qalam Vol.XVI|231
Penelitian Tindakan Sekolah
Keterangan: Pada setiap Siklus meliputi empat langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
5. Tekhnik Pengumpulan Data Penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa teknik atau metode untuk mengumpulkan data, diantaranya metode Fokus group discution (FGD), dokumentasi, observasi atau pengamatan, dan wawancara
6. Indikator Keberhasilan Untuk menentukan keberhasilan tindakan dalam PTS ini perlu dibuat indicator-indikator keberhasilan PTS. Adapun indicator keberhasilan tindakan dalam PTS ini adalah sebagai berikut:
NO 1
2
Tabel 3.3 Indikator Keberhasilan PTS Rincian Sub Indikator: Indikator Keberhasilan PTS Guru yang kualitas pembelajarannya meningkat ( 85 % ) Semakin meningkatnya a. Datang ke kelas tepat waktu kedisiplinan guru b. Membuat persiapan mengajar c. Menggunakan waktu secara efektif, efisien untuk mengajar d. Guru selalu hadir di kelas Semakin berkualitasnya a. Perangkat pembelajaran yang pembelajaran yang dipersiapkan guru lengkap dilakukan b. Guru menggunakan media/ alat peraga c. Guru menggunakan metode/ model pembelajaran yang uptodate d. Terciptanya suasana pembelajaran yang aktif
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian a. Pra Siklus Sebelum tindakan siklus 1 dimulai, peneliti mengadakan observasi pra siklus dengan maksud sebagai pembanding peningkatan kualitas pada siklus 1. Pra siklus menggunakan supervisi seperti biasanya. Adapun hasil kegiatan pra siklus sebagai berikut:
232 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research Tabel 4.1 Hasil Pra Siklus No
Nama Guru
Kedisiplinan
Perangkat pembelajaran
Metode Uptodate
1.
Suratno, S.Pd.SD
1
0
0
2.
Rianto, S.Pd.SD
0
1
1
3.
Kustirah Ely M,
1
0
1
4.
Suparti, S.Pd.SD
0
0
0
5.
Sri S.,S.Pd.SD
1
1
1
6.
Sulimah, S.Pd.SD
1
1
1
7.
Daryanto,S.Pd.SD
0
0
0
8.
Titin H.,S.Pd.SD
1
1
1
9.
Sigit W.,S.Pd.SD
0
1
1
10.
Khanan,S.Pd.SD
0
0
0
11.
Mahful,S.Pd.SD
1
1
1
12.
Hary N.,S.Pd
1
1
1
13.
Dyah K.,S.Pd.SD
1
1
0
14.
Puji N.,S.Pd.SD
1
0
1
15.
Jadi M.,S.Pd
0
1
1
16.
Herman D,S.Pd.SD
1
1
0
17.
Suryati,S.Pd.SD
1
1
1
18.
Anteng H,S.Pd.SD
1
0
1
19.
Rustini, A.Ma.Pd
0
1
0
20.
A.Sujono,S.Pd.SD
1
1
1
21.
Suharto, S.Pd.SD
0
1
1
Jumlah Ya
13
14
14
Jumlah Tidak
8
7
7
Persentase Ya (%)
62
67
67
Persentase Tidak (%)
38
33
33
Dari tabel diatas dapat diketahui dalam kegiatan pra-siklus dengan menggunakan tindakan supervisi konvensional diperoleh hasil tingkat kedisiplinan guru 62% dari jumlah guru yang ada, sedangkan guru yang melengkapi perangkat pembelajarannya sebanyak 67% serta guru yang mengajar dengan metode/ model pembelajaran baru sebesar 67 %. Dengan demikian hasil pra-siklus masih belum menunjukkan peningkatan kualitas
Al-Qalam Vol.XVI|233
Penelitian Tindakan Sekolah
pembelajaran yang diharapkan yakni semua indikator memperoleh minimal 85 % dari jumlah keseluruhan.
b. Siklus 1 Pada siklus 1 penelitian meliputi empat langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Perencanaan Tahap ini dimulai dengan mempersiapkan format-format supervisi, menentukan jadwal pelaksanaan supervisi, membuat kesepakatan dengan guru yang akan disupervisi dan menyiapkan instrument-instrumen yang dibutuhkan dalam pengambilan data. 1) Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan penekanan pada proses pembelajaran di kelas. Siklus 1 dilaksanakan selama 7 hari yakni tanggal 6 s.d 13 Oktober 2014 Pelaksanaan supervisi siklus satu dengan jadwal sebagai berikut: No 1.
Hari/tanggal
Sekolah
Keterangan
Senin, 6 Okt 2014
SDN 1 Karangsari
Kelas IVA, VA, VIA
2.
Selasa, 7 Okt 2014
SDN 1 Karangsari
3.
Rabu, 8 Okt 2014
SDN 2 Karangsari
Kelas IVB, VB, VIB Kelas IV, V, VI
4.
Kamis, 9 Okt 2014
SDN 4 Karangsari
Kelas IV, V, VI
5.
Jum’at, 10 Okt 2014
SDN 1 Sawangan
Kelas IV, V, VI
6.
Sabtu, 11 Okt 2014
SDN 2 Sawangan
Kelas IV, V, VI
7.
Senin, 13 Okt 2014
SDN 3 Sawangan
Kelas IV, V, VI
Pada pelaksanaan siklus di dapat hasil sebagai berikut:
No
Nama Guru
Tabel 4.2 Hasil Siklus 1 Kedisiplinan
Perangkat pembelajaran
Metode Uptodate
1.
Suratno, S.Pd.SD
1
0
0
2.
Rianto, S.Pd.SD
1
1
1
3.
Kustirah Ely M,
1
0
1
4.
Suparti, S.Pd.SD
1
0
0
5.
Sri S.,S.Pd.SD
1
1
1
6.
Sulimah, S.Pd.SD
1
1
1
234 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research 7.
Daryanto,S.Pd.SD
0
0
0
8.
Titin H.,S.Pd.SD
1
1
1
9.
Sigit W.,S.Pd.SD
0
1
1
10.
Khanan,S.Pd.SD
1
1
1
11.
Mahful,S.Pd.SD
1
1
1
12.
Hary N.,S.Pd
1
1
1
13.
Dyah K.,S.Pd.SD
1
1
0
14.
Puji N.,S.Pd.SD
1
1
1
15.
Jadi M.,S.Pd
0
1
1
16.
Herman D,S.Pd.SD
1
1
1
17.
Suryati,S.Pd.SD
1
1
1
18.
Anteng H,S.Pd.SD
1
1
1
19.
Rustini, A.Ma.Pd
0
1
1
20.
A.Sujono,S.Pd.SD
1
1
1
21.
Suharto, S.Pd.SD
0
1
1
Jumlah Ya
16
17
17
Jumlah Tidak
5
4
4
Persentase Ya
76
81
81
Persentase Tidak
24
19
19
Dari tabel diatas dapat dilihat pada kegiatan siklus 1 (satu) dengan menggunakan tindakan supervisi kelas diperoleh hasil tingkat kedisiplinan guru 76% dari jumlah guru yang ada, sedangkan guru yang melengkapi perangkat pembelajarannya sebanyak 81% serta guru yang mengajar dengan metode/ model pembelajaran baru sebesar 81%. Dengan demikian hasil siklus 1 (satu) masih belum menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan yakni semua indikator memperoleh 85% dari jumlah keseluruhan sehingga perlu dirancang kembali tindakan pada siklus berikutnya. 2) Observasi Observasi dilaksanakan sebelum pembeljaran dengan menggunakan format supervisi kelas. Pengamatan dilakukan pada kelengkapan perangkat pembelajaran guru (silabus, RPP, soal evaluasi, media dan bahan ajar). Observasi dilakukan juga pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas (metode/model pembelajaran, interaksi guru dengan siswa, antusias siswa dan hasil penilaian guru )
Al-Qalam Vol.XVI|235
Penelitian Tindakan Sekolah
3) Refleksi Refleksi dilakukan dengan mengadakan diskusi dengan kolaborator dengan menitik beratkan pada aspek-aspek yang masih pelaksanaannya kurang maksimal. Hasil refleksi tersebut adalah: 1) Perangkat pembelajaran guru masih kurang lengkap, sehingga perlu bimbingan pada guru yang bersangkutan sebelum pelaksanaan supervisi 2) Proses Supervisi yang terlalu rapat ( hari pelaksanaan berurutan ) 3) Komunikasi dengan guru yang disupervisi perlu ditingkatkan
2. Siklus 2 a. Perencanaan Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan maka perlu adanya revisi pada tindakan yang akan dilakukan di siklus 2. Siklus 2 dilaksanakan selama 7 yakni mualai tanggal 10 s.d 17 November 2015
b. Pelaksanaan Pada pelaksanaan siklus 2 di dapat hasil sebagai berikut:
No
Nama Guru
Tabel 4.3 Hasil Siklus 2 Kedisiplinan
Perangkat pembelajaran
Metode Uptodate
1.
Suratno, S.Pd.SD
1
1
0
2.
Rianto, S.Pd.SD
1
1
1
3.
Kustirah Ely M,
1
1
1
4.
Suparti, S.Pd.SD
1
1
0
5.
Sri S.,S.Pd.SD
1
1
1
6.
Sulimah, S.Pd.SD
1
1
1
7.
Daryanto,S.Pd.SD
1
0
1
8.
Titin H.,S.Pd.SD
1
1
1
9.
Sigit W.,S.Pd.SD
0
1
1
10.
Khanan,S.Pd.SD
1
1
1
11.
Mahful,S.Pd.SD
1
1
1
12.
Hary N.,S.Pd
1
1
1
13.
Dyah K.,S.Pd.SD
1
1
1
14.
Puji N.,S.Pd.SD
1
1
1
15.
Jadi M.,S.Pd
0
1
1
236 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research 16.
Herman D,S.Pd.SD
1
1
1
17.
Suryati,S.Pd.SD
1
1
1
18.
Anteng H,S.Pd.SD
1
1
1
19.
Rustini, A.Ma.Pd
0
1
1
20.
A.Sujono,S.Pd.SD
1
1
1
21.
Suharto, S.Pd.SD
1
1
1
Jumlah Ya
18
20
19
Jumlah Tidak
3
1
2
Persentase Ya
86
95
90
Persentase Tidak
14
5
10
Berdasar pada hasil kegiatan siklus 2 dapat diketahui bahwa supervisi akademik dengan bimbingan penyusunan perangkat pembelajaran dan jeda waktu antar supervisi yang cukup diperoleh hasil sebagai berikut: 1) tingkat kedisiplinan guru 86% dari jumlah guru yang ada 2) guru yang melengkapi perangkat pembelajarannya sebanyak 95% 3) guru yang mengajar dengan metode/ model pembelajaran baru sebesar 90% Dengan demikian hasil siklus 2 (dua) sudah menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan yakni semua indikator memperoleh 85% dari jumlah keseluruhan sehingga tindakan supervisi siklus 2 (dua) dapat disimpulkan telah berhasil meningkatkan kualitas pembelajaran guru kelas IV. V dan VI pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015.
c. Observasi Pada siklus ini observasi dilakukan sebelum pembelajaran, selama proses pembelajaran dan sesudah pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah kelengkapan perangkat pembelajaran, metode/ model pembelajaran yang dilaksanakan guru, antusiasme siswa dan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan
d. Refleksi Setelah pembelajaran berlangsung peneliti kembali melakukan refleksi bersama guru yang bersangkutan dengan hasil refleksi sebagai berikut: 1) Perangkat pembelajaran yang digunakan guru sudah lengkap 2) Rencana Pelaksaan Pembelajaran sudah dapat dikategorikan baik 3) Proses pembelajaran menunjukkan kualitas yang meningkat terlihat dari antusiasme siswa, munculnya metode/model pembelajaran yang aktif dan tidak monoton.
Al-Qalam Vol.XVI|237
Penelitian Tindakan Sekolah
3. Pembahasan Dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan persentase indikator keberhasilan PTS ini. Supervisi akademik berdampak positif terhadap tingkat kedisiplinan guru, persiapan guru dalam menyusun dan menggunakan perangkat pembelajaran dan ini berdampak guru yang disupervisi telah menggunakan inovasi pembelajaran dengan metode-metode pembelajaran yang lebih kreatif. Pada penelitian tindakan ini terlihat jelas peningkatan kualitas pembelajaran yang terlihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
a. Kedisiplinan guru Pada siklus 1 diperoleh tingkat kedisiplinan guru sebesar 76% meningkat menjadi 86% pada siklus 2 peningkatan ini merupakan dampak dari tindakan supervisi yang telah dilakukan peneliti. Dengan adanya supervisi akademik maka guru dapat datang tepat waktu serta menggunakan waktu mengajar dengan lebih efektif dan efisien.
b. Perangkat Pembelajaran Pada siklus 1 diperoleh persentase guru yang melengkapi perangkat pembelajaran sebesar 81% meningkat menjadi 95% pada siklus 2. Dengan demikian pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan jumlah guru yang menyiapkan secara lengkap perangkat pembelajarannya.
c. Metode/ Model Pembelajaran yang digunakan Pada siklus 1 diperoleh persentase guru yang mengajar dengan metode/ model pembelajaran baru sebesar 81% meningkat menjadi 90% pada siklus kedua. Pelaksanaan supervisi akademik yang dilaksanakan peneliti selaku pengawas sekolah daerah binaan III di UPT dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2014/2015 terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, ini terjadi karena guru yang sedang disupervisi tidak merasa canggung/takut dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam kegiatan supervisi ini supervisor lebih bertindak membimbing dan membantu guru yang disupervisi.
238 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Gambar 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian Antar siklus
A. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan sekolah ini yang bermuara pada kesimpulan berikut: a. Pelaksanaan tindakan supervisi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Supervisi akademik dilaksanakan dengan mengadakan bimbingan pada proses persiapan dan pengadaan perangkat pembelajaran dan mengadakan diskusi untuk kemudian memberikan masukan kepada guru untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
2. Saran a.
Saran bagi guru
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran, guru harus dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik, memanfaatkan waktu yang efektif, dan menggunakan metode yang up to date. b.
Saran bagi kepala sekolah
Agar kualitas pembelajaran di sekolah dapat meningkat maka kepala sekolah dapat melakukan supervisi kelas secara rutin dan periodik.
DAFTAR PUSTAKA Abuy Sodiqin dan Badruzaman, Metodologi Studi Islam, ( Bandung : Insan Mandiri, 2004 ) Achmad Sugandi, dkk. Belajar dan Pembelajaran. (Semarang:IKIP PRESS, 2000) Ahmad Sugandi, dkk. Teori Pembelajaran. (Semarang:UPT MKK UNNES, 2004), hal.4 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Jakarta: Balai Pustaka., 1996),
Al-Qalam Vol.XVI|239
Penelitian Tindakan Sekolah Dirjen PMPTK, 2009. Bahan Belajar Mandiri Program Bermutu KKKS Penelitian Tindakan Sekolah, Jakarta: Depdiknas Glikman, C.D., Gordon, S.P., & Gordon, J.M.R. 2007. Supervision and Instructional Leadrship A Developmental Approach. Seventh Edition. New York: Pearson Education, Inc. Kemmis and McTaggart (1994) The Action Research Planner, Dekain University M Sobry Sutikno, Pembelajaran Efektif, ( Mataram, NTP Press :2005 ) Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Pelita, 2009b, Panduan untuk Peningkatan Proses Belajar dan Mengajar, International Development Center of Japan, Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan. Purwadinata, 1967. Pengajaran di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. (Surabaya : Usaha Nasional, 1993 Suyanto dan Abbas,M.S, Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, Adicita Karya Nusa,Yogyakarta, 2001. Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta,2002) Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tantang Pendidikan Nasional
240 | ISSN: 2356-2447-XVI