School Action Research
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK GURU KELAS SATU MELALUI KERJA KELOMPOK PADA SEKOLAH DASAR DABIN – 2 DI UPT DINDIKPORA KECAMATAN BANJARNEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 1)
TRIONO, S.Pd1) Pengawas sekolah Dabin II UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara
Abstrak Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, telah terjadi perubahan paradigma dalam pendidikan, dari kurikulum yang sentralistik menjadi kurikulum yang desentralistik, termasuk di pendidikan dasar. Penelitian dilakukan pada pemetaan SK dan KD pada tema. penyusunan Progran Semester tematik, Penyusunan Progran Evaluasi tematik Silabus tematik dan RPP tematik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Banjarnegara. Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan persiapan pembelajaran tematik di kelas awal Sekolah Dasar? (2) Bagaimana permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas awal Sekolah Dasar? (3) Bagaimana permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penilaian pembelajaran tematik di kelas awal Sekolah Dasar. Hasil Dari siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 73 dan siklus 2 diperoleh nilai rata-rata 81 dengan kenaikan 8 poin setelah melalui pembinaan, pembimbingan dan monitoring terhadap tugas kelompok di masing-masing kelompok selama hampir dua bulan masih belum memuaskan. Masih diperlukan pembinaan dengan sungguh-sungguh terhadap subjek untuk dapat menyusun perencanaan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan baik dan benar. penelitian menunjukkan bahwa permasalahan persiapan pembelajaran tematik antara lain : (1) Guru mengalami kesulitan dalam menjabarkan SK dan KD ke dalam indikator terutama; (2) Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (3) Guru kesulitan cara melakukan pemetaan bagi KD yang lintas semester dan KD yang tidak sesuai dengan tema; (4) Beberapa contoh silabus pembelajaran tematik yang ada sangat beragam pendekatannya sehingga menimbulkan masalah dan keraguan untuk menggunakan; (5) Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kata kunci : Pembelajaran Tematik, Kelas Awal Sekolah Dasar
Al-Qalam Vol.XVI|137
Penelitian Tindakan Sekolah A. PENDAHULUAN
Berbagai bentuk pengembangan kualitas sumberdaya manusia, pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan sumberdaya manusia. Berkenaan perbincangan pendidikan, dalam konteks ke Indonesiaan, maka hal tersebut identik dengan pendidikan formal di sekolah yang paradigma, pendekatan, bentuk, pengelolaan, kurikulum dan manajemennya dari pemerintah. Meskipun telah dilakukan upaya peningkatan pendidikan oleh pemerintah dengan melakukan perubahan paradigma dan kurikulum, namun perubahan tersebut dari masa ke masa masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam sebuah kutipan Adang Rukhiyat tentang survey mutu pendidikan Internasional, Indonesia setia menempati peringkat bawah. Human Development Index (HDI) memposisikan Indonesia di peringkat 102 dari 106 negara yang disurvey. Sementara PERC (The Political Economic Risk Consultation) menempatkan sistem pendidikan Indonesia pada peringkat ke-12 dari 12 negara yang disurvey, satu peringkat di bawah Vietnam. (Adang Rukhiyat, 2003: 13). Dengan melihat data tersebut, maka diperlukan upaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya terkecil yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan adalah dengan membuat perencanaan pendidikan atau pembelajaran. Dengan adanya perencanaan yang strategis akan dengan mudah mengukur dan mencapai tujuan yang diimpikan. Tentunya dalam membuat perencanaan pembelajaran tersebut harus melihat dan melibatkan komponen-komponen yang ada dalam lingkungan pendidikan. Atas dasar pemikiran diatas, maka peneliti selaku pengawas Sekolah Dasar daerah binaan – 2 UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah sebagai ikhtiar nyata dalam upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Sekolah Dasar Dabin 2___ UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas Satu Sekolah Dasar Dabin – 2 UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara dalam Menyusun Perencanaan Pembelajaran Tematik Tahun Pelajaran 2014/2015 Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian tindakan sekolah ini sebagai berikut:
138 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
a. Bagaimana kemampuan guru kelas satu pada Sekolah Dasar Dabin – 2 UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara dalam menyusun perencanaan pembelajaran tematik?” b. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuan guru kelas satu Sekolah Dasar Dabin – 2 UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara dalam menyusun RPP tematik? B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran Memahami definisi Perencanaan Pembelajaran dapat dikaji dari kata-kata yang membangunnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan), sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. (Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2005). Sementara Herbert Simon mendefinisikan perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan. Bintoro Cokroamijoyo menyebut perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan utuk mencapai tujuan tertentu. Sedang Hamzah B. Uno menjelaskan perencanaan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Jadi, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pemecahan masalah dengan mempersiapkan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran sebagai suatu proses kerjasama, tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersamasama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dari pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya kemampuan penambahan pemahaman, dan informasi agar pengetahuan menjadi lebih baik. Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap siswa terhadap bahan dan proses pembelajaran, maupun pengembangan sikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pengembangan perilaku dalam bidang psikomotor adalah pengembangan kemampuan menggunakan otot atau alat tertentu, maupun menggunakan potensi otak untuk memecahkan permasalahan tertentu.
Al-Qalam Vol.XVI|139
Penelitian Tindakan Sekolah
Dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa perencanaan pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir, artinya suatu perencanaan pembelajaran tidak disusun sembarangan tetapi dengan mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh, dan segala sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. 2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sehingga ketercapaian tujuan merupakan fokus utama dalam perencanaan pembelajaran. 3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembelajaran dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
2. Fungsi Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi rumusan tentang apa yang akan diajarkan pada siswa, bagaimana cara mengajarkannya, dan seberapa baik siswa dapat menyerap semua bahan ajar ketika siswa telah menyelesaikan proses pembelajarannya. Perencanaan tersebut sangat penting bagi guru karena kalau tidak ada perencanan yang baik, tidak hanya siswa yang akan tidak terarah dalam proses belajarnya tapi guru juga tidak akan terkontrol, dan bisa salah arah dalam proses belajar yang dikembangkannya pada siswa. Berkaitan dengan fungsi perencanaan pembelajaran, mungkin pendapat Oemar Hamalik bisa dijadikan sebagai acuan, yakni; 1. Memberi guru pemahaman yang lebih luas tentang tujuan pendidikan sekolah, dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan. 3. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikuler yang baik, metode yang tepat dan hemat waktu. 4. Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka. 5. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan perkembangan profesionalnya.
140 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
6. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri pada diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri. 7. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Sementara itu juga ada yang menjabarkan kegunaan atau fungsi perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
a. Fungsi kreatif Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi Inovatif Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
c. Fungsi selektif Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Fungsi Komunikatif Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e. Fungsi prediktif Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
Al-Qalam Vol.XVI|141
Penelitian Tindakan Sekolah
f. Fungsi akurasi Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.
g. Fungsi pencapaian tujuan Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol dan evaluatif Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
3. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan pengertian-pengertian perencanaan pembelajaran di atas dapat ditarik suatu penegasan, bahwa perencanaan pembelajaran adalah sebagai kegiatan yang terus menerus dan menyeluruh, dimulai dari penyusunan suatu rencana, evaluasi pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari tujuan yang sudah ditetapkan. Sementara dalam prakteknya, pengembangan perencanaan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip sehingga proses yang ditempuh dapat dapat dilaksanakan secara efektif, diantara prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Kompetensi yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran harus jelas, makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan- -kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. 2. Perencanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi siswa 3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam perencanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. 4. Perencanaaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
142 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Lebih jauh Oemar Hamalik menyoroti hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan pembelajaran, yakni: a. Rencana yang dibuat harus disesuaikan dengan tersedianya sumber- sumber. b. Organisasi pembelajaran harus senantiasa memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat sekolah. c.
Guru selaku pengelola pembelajaran harus melakssiswaan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab.
4. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan perkembangannya (Beans, 1993 ; udin sa’ud dkk, 2006 ). Jacob (1993) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga. Definisi lain tentang pendekatan tematik adalah pendekatan holistic, yang mengkombinasikan aspek epistemology, social, psikologi, dan pendekatan pedagogic untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domaindomain pengetahuan ( Udin Sa’ud dkk, 2006 ) Wolfinger ( 1994:133 ) mengemukakan dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum tematik) dan intregated learning (pembelajaran tematik). Kurikulum tematik adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, ketrampilan, dan sikap. Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum tematik dan pembelajaran tematik terletak pada perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran tematikseharusnya bertolak pada kurikulum tematik, tetapi kenyataan menunjukan bahwa banyak kurikulum yang memisahkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya (separated subject curriculum) menuntut pembelajran yang sifatnya tamatik (integrated learning). Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan
Al-Qalam Vol.XVI|143
Penelitian Tindakan Sekolah
menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini. 1) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas. 2) Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa. 3) Efisiensi, Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
i.
Implementasi Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik ini. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi. Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini difokuskan pada kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anakanaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah
144 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
dasar. Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi.
5. Kelompok Kerja Guru Kelompok Kerja Guru merupakan organisasi guru yang dibentuk untuk menjadi forum komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari di lapangan. Organisasi ini pertama kali lahir dibidani oleh PEQIP dan SEQIP. Setelah PEQIP dan SEQIP selesai, tampaknya KKG masih cukup melekat di hati para guru. Kelompok Kerja Guru, adalah suatu organisasi profesi guru non yang bersifat struktural yang dibentuk oleh guru-guru di Sekolah Dasar, di suatu wilayah atau gugus sekolah sebagai wahana untuk saling bertukaran pengalaman guna meningkatkan kemampuan guru dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Tujuan Kelompok Kerja Guru adalah sebagai upaya pembinaan professional guru melalui kelompok kerja guru merupakan kegiatan yang terencana dengan tujuan yang cukup jelas. Tujuan kelompok kerja guru menurut PEQIP (1995) adalah : Tujuan kelompok kerja guru adalah (1) sebagai wadah kerjasama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar; (2) untuk menumbuhkan dan meningkatkan semangat kompetitif di kalangan anggota gugus dalam rangka maju bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar; (3) sebagai sarana pembinaan profesional bagi guru; (4) sebagai wadah penyebaran inovasi khususnya di bidang pendidikan. Secara umum tujuan kelompok kerja guru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam arti yang luas, dan secara khusus untuk meningkatkan professional guru. Kelompok Kerja Guru sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus, pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran. Untuk itu KKG memiliki tujuan, (1) memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru, (2) memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di sekolah, (3) meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing), (4) meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem). Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan mengajar, seperti yang di ungkapkan Turney (Abin, 2006), bahwa keterampilan mengajar guru sangat memengaruhi terhadap kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan
Al-Qalam Vol.XVI|145
Penelitian Tindakan Sekolah
menutup pelajaran, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan. C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode siklus dengan dua siklus. Masing masing siklus terdiri dari empat tindakan. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran tematik dibandingkan dengan kemampuan awal yang diperoleh melalui kusioner, dan studi dokumentasi. Selanjutnya data awal penelitian dibandingkan dengan siklus pertama dan siklus kedua. Data setiap siklus dan setiap tindakan dinilai dan dianalisis guna mengetahui perkembangan kemampuan guru siklus pertama dan siklus kedua. Penganalisisan data diperlukan untuk mengetahui tingkat perkembangan setiap siklus dan untuk mengetahui ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.
1. Tempat dan Waktu Penelitian akan dilaksanakan di pada Sekolah Dasar Dabin – 2 di UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara. Waktu penelitian akan dilaksanakan Selma tiga bulan Oktoer sd Novembe 2015. Jadwal penelitian dibuat tentatif dengan tujuan untuk menentukan waktu yang tepat bagi subjek dan peneliti serta tidak menganggu alokasi jam mengajar guru dan tugas-tugas kepengawasan peneliti. No 1 2 3
Tahap Tindakan
Pelaksanaan
Sosialisasi Proposal PTS Pelaksanaan Siklus 1 Pelaksanaan Siklus 2
2 Agustus 2014
2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang diterapkan dalam PTS ini adalah pendekatan Kerja Kelompok, dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pada pertemuan awal terlebih dahulu subjek diberikan penjelasan dalam bentuk workshop tentang cara-cara penyusunan perencanaan pembelajaran tematik dilanjutkan dengan diskusi. Selanjutnya subjek dibagi kedalam dua kelompok untuk menyelesaikan perencanaan pembelajaran yang telah dijelaskan dan didiskusikan.
3. Subjek Tindakan Subjek Tindakan dalam penelitan ini adalah guru-guru kelas satu Sekolah Dasar Dabin – 2 di UPT Dindikpora Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara., yang terdiri dari 7 (tujuh) Sekolah Dasar sebagai berikut.. NO 1.
NAMA Wahyu Windarti,S.Pd
146 | ISSN: 2356-2447-XVI
NIP -
SEKOLAH SDN 1 Sokayasa
School Action Research 2. 3.
Sri Susindahwati,A.Ma.Pd Wagito,S.Pd
19580321 197802 2 001 19550606 197401 1 001
SDN 2 Sokayasa SDN 1 Cendana
4. 5. 6. 7.
Sarwati,S.Pd.SD Umi Kulsum,S.Pd.SD Suci Lestari,A.Md Garit Ginanjarwati,S.Pd.SD
19790727 201406 2 009 19680801 199803 2 003 19820215 201406 2 005 19831130 201406 2 006
SDN 3 Cendana SDN 1 Tlagawera SDN 2 Tlagawera SDN 3 Tlagawera
Dari subyek penelitian diatas, akan dibagi menjadi 2 kelompok masing masing kelompok terdiri atas 4 dan 3 guru kelas satu, sebagai berikut: Kelompok A No 1. 2. 3. 4.
Nama Guru
Nama Sekolah
Keterangan
Wahyu Windarti,S.Pd Wagito,S.Pd Umi Kulsum,S.Pd.SD Suci Lestari,A.Md
19550606 197401 1 001 19680801 199803 2 003 19820215 201406 2 005
SDN 1 Sokayasa SDN 1 Cendana SDN 1 Tlagawera SDN 2 Tlagawera
Nama Guru
Nama Sekolah
Keterangan
Sri Susindahwati,A.Ma.Pd Sarwati,S.Pd.SD Garit Ginanjarwati,S.Pd.SD
19580321 197802 2 001 19790727 201406 2 009 19831130 201406 2 006
SDN 2 Sokayasa SDN 3 Cendana SDN 3 Tlagawera
Kelompok B No 1. 2. 3.
4. Prosedur Tindakan a. Sosialisasi PTS Sebelum melakukan Tindakan Peneliti terlebih dahulu dilakukan sosialisasi terhadap subjek. Pada sosialisasi disampaikan maksud dan tujuan PTS. Sosialisasi ini penting dilakukan untuk meyakinkan dan memberi dorongan kepada guru untuk dapat melaksanakan/menyusun Perencanaan Pembelajaran Tematik di Kelas 1 dengan benar. Sosialisasi dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 02 Agustus 2014
b. Seting Penelitian Tindakan Sekolah dilakukan dengan menggunakan siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tindakan. Siklus pada penelitian ini sebagai berikut:
c. Siklus 1 1) Tindakan 1, Pada tindakan pertama subjek diminta untuk mengisi kusioner. Pengisian kusioner ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
Al-Qalam Vol.XVI|147
Penelitian Tindakan Sekolah
subjek, guna dibandingkan dengan studi dokumentasi dari silabus dan RPP yang diminta sebelum tindakan kedua dilakukan. 2) Tindakan 2 Pada tindakan kedua peneliti bersama-sama dengan seluruh subjek menyusun jadwal kegiatan. Penyusunan jadwal bersama dilakukan agar dalam pelaksanaan tindakan berjalan lancar serta tidak menganggu jam mengajar guru di kelas. 3) Tindakan 3 Pada tindakan ketiga dilakukan: Penjelasan secara lengkap proses penyusunan pembelajaran tematik, mulai dari penentuan tema, alokasi waktu pada kurikulum, pemetaan sangat sederhana, pemetaan lengkap (termasuk alokasi waktu per tema dan per mata pelajaran), program tematik, silabus tematik dan RPP tematik. Setelah dijelaskan dilakukan diskusi untuk memaksimalkan pemahaman tentang perencanaan pembelajaran tematik. Selanjutnya subjek diminta untuk melakukan: (1) menentukan tema, (2) menyusun pemetaan (3) menyusun program tematik, (4) menyusun program evaluasi tematik. (5) menyusun silabus tematik, dan (6) terakhir penyusunan RPP tematik. Pelaksanaan penyusunan perencanaan pembelajaran tematik dilakukan melalui kelompok masingmasing; yaitu kelompok SD A dan Kelompok SD B. 4) Tindakan 4 Pada tindakan ke empat peneliti melakukan penilaian terhadap seluruh hasil pekerjaan subjek. Penilaian difokuskan pada pemetaan, program semester, program evaluasi, dan silabus dan RPP. Pemetaan digunakan sebagai pembanding dalam melakukan penilaian silabus. Berdasarkan penilaian peneliti melakukan refleksi. Pada refleksi ditentukan materi mana yang masih belum dikuasai subjek, atau materi mana yang perlu diperdalam. Selanjutnya diputuskan untuk diperbaiki pada siklus kedua.
d. Siklus 2 Pada siklus 2 tindakan pertama diberikan penjelasan ulang pada bagianbagian yang kurang dipahami subjek. Selanjutnya dilakukan diskusi dan tanya jawab. Setelah subjek merasa jelas pada tindakan pertama, peneliti bersama dengan seluruh subjek menyusun jadwal kegiatan untuk pelaksanaan tindakan ketiga. Kegiatan pada tahap ini subjek melakukan kerja kelompok untuk menyusun perencanaan pembelajaran yang masih dianggap kurang dikuasai pada tindakan tiga siklus pertama. Pelaksanaan dilaksanakan melalui kerja kelompok dengan kelompok sekolah masing-masing. Peneliti pada tahap ini memberikan masukan-masukan yang diperlukan subjek melalui monitoring.
148 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Pada tindakan terakhir peneliti memberikan penilaian terhadap hasil kerja subjek. Nilai siklus tiga dibandingkan dengan siklus pertama dan kondisi awal sebelum dilakukan penelitian. Setelah dinilai dan dibandingkan peneliti melakukan refleksi dan menarik kesimpukan dari hasil penelitian.
e. Teknik Pengumpulan Data Sebagai alat pengumpul data peneliti menggunakan kusioner pedoman monitoring dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh dihimpun untuk dilakuan analisis dan diolah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitafif, guna mengetahui kondisi kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran tematik di kelas satu. 1. Monitoring dilakukan terhadap penyusunan perencanaan pembelajaran tematik yang dikerjakan oleh kelompok yang belum selesai pada tindakan tiga di masing-masing siklus. 2. Studi Dokumentasi untuk mengungkap data kusioner dan data penilaian dokumen di awal tindakan dan hasil penilaian masing-masing siklus. Data kusioner dan penilaian dokumen di awal tindakan digunakan sebagai dasar awal kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran tematik, Sedangkan Data hasil pelaksanaan per-siklus digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan setiap siklus, selanjutnya ditentukan kesimpulan penelitian. Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: a) Kusioner yang digunakan sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah tindakan. b) Intrumen penilaian dokumen awal tindakan, c) Instrumen monitoring yang digunakan untuk memantau, membina dan membimbing subjek pada pada penyusunan perencanaan pembelajaran tematik. d) Instumen tindakan siklus 1. e) Instumen tindakan siklus 2.
D. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
1. Hasil Penelitian Hasil-hasil penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data melalui kusioner dan data dokumen. Data kusioner untuk mengetahui kemampuan awal guru sebelum dilakukan tindakan. Pemeriksaan dokumen yang dilakukan untuk mengetahui bukti yang telah dilakukan guru berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dari data dokumen hanya didapat berupa Silabus dan RPP.
Al-Qalam Vol.XVI|149
Penelitian Tindakan Sekolah
a. Data Awal Tindakan Dari data kusioner yang dilakukan sebelum penelitian tindakan, diketahui terdapat 1 (satu) orang guru dari kelompok SD A telah melakukan pemetaan tematik, tetapi tidak terdapat bukti pemetaan dokumen yang dilakukan sendiri. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap dokuken awal ternyata menggunakan pemetaan pada silabus yang berlabel BSNP. Pada RPP 4 (empat) orang guru telah mengakhiri pembelajaran dengan penutup, tetapi penutupnya tidak jelas, baru sebatas kata, Penutup.” Tanpa dilengkapi dengan deskripsi. Sehingga dapat disimpulkn ke 7 (tujuh) orang guru dari dua kelompok yaitu kelompok SD A dan kelompok SD B sebagai berikut: 1. Belum memahami karakterristik pembelajaran Tematik. 2. Belum memahami penyusunan perencanaan pembelajaran tematik. 3. Belum menentukan Tema sendiri sebagai dasar dalam penyusunan pembelajaran Tematik. 4. Belum orang guru sebagai subjek penelitian yang menyusun silabus tematik sendiri. 5. Belum mencantumkan tujuan pembelajaran pada pendahuluan pada RPP. 6. Belum menyusun RPP Tematik sendiri. 7. Pada RPP belum mencantumkan tujuan pembelajaran pada pendahuluan. 8. Pada kegiatan inti pembelajaran belum mencantumkan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi pada kegiatan inti pembelajaran, 9. Pada kegiatan akhir pembelajaran belum mencatumkan evaluasi untuk menguji indikator pada akhir pembelajaran. 10. Belum diakhiri dengan tindak-lanjut, perbaikan, pada siswa yang belum memahami sesuai KKM indikator 11. RPP yang dibuat belum mencantmkan pendidikan karakter bangsa. Dari data awal tindakan yang diketahui melalui studi dokumentasi yang dilakukan terhadap subjek di SD A dan di SD B hanya didapat Silabus dan RPP. Silabus yang digunakan guru adalah silabus buatan penerbit yang berlabel BSNP sedangkan RPP yang dibuat telah dilakukan sendiri. RPP masih jauh dari harapan Permenpan No 41 Tahun 2007 terutama pada kegiatan inti pembelajaran. Data dokumen guru sekalipun masih sangat jauh dari harapan dan Silabusnya bukan buatan sendiri untuk kepentingan penelitian tindakan tetap diberi nilai. Penilaian ini penting untuk mengetahui kemampuan awal sebelum dilakukan tindakan, kemajuan tindakan peretama dan kemajuan tindakan kedua, yang merupakan kegiatan tindakan akhir untuk ditarik kesimpulan
150 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
pada penelitian ini, Penilaian dilakukan sama terhadap 7 (tujuh) orang guru dari dua kelompok, karena mereka menggunakan Silabus yang sama dan model RPP yang sama pula. Nilai kemampuan awal penelitian sebagai berikut: 1. Penentuan tema belum dilakukan nilai 68. 2. Indikator tidak sesuai, nilai 70 3. Pemetaan belum dilakukan nilai 69 4. Silabus masih menggunakan buatan penerbit nilai 65,karena usaha guru belum ada. 5. RPP belum terdapat eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penilaian, kegiatan inti tidak jelas, nilai 70. 6. Nialai rata-rata data awal tindakan adalah 68.
b. Data Hasil Siklus 1 Pada siklus pertama dilakukan penilaian terhadap: (1) pemetaan SK dan KD dan indikator ke dalam tema (2) penyusunan program semester tematik, (3) penyusunan program evaluasi tematik. (4) menyusun silabus tematik, dan (5) penyusunan RPP tematik. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 1 sebagai berikut: a. Kelompok SD-A Tema ke 4 Kegemaran (1). Pemetaan SK, KD, dan Indikator kedalam Tema Nilai 70. (2) Program Semester Nilai 72. (3). Program Evaluasi Nilai 73. (4). Silabus Nilai 73. (5). RPP mengacu pada silabus Nilai 75. Nilai akhir tindakan 1 Kelompok SD –A nilai 73. b. Kelompok SD –B Tema ke 4 Kegemaran (1).Pemetaan SK, KD, dan Indikator kedalam tema Nilai 72. (2). Program Semester Nilai 73 (3). Program Evaluasi Nilai 74 (4). Silabus Nilai 73 (5). RPP mengacu pada silabus Nilai 76 Nilai akhir tindakan 1 Kelompok SD B 74. Nilai rata-rata tindakan 1 dari dua kelompok yaitu Kelompok SD -A--dan Kelompok SD–B nilai 73,5 dibulatkan menjadi 74. Secara rinci hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 1 tergambar pada tabel 1.
Al-Qalam Vol.XVI|151
Penelitian Tindakan Sekolah
NO
Tabel 1. Hasil Pelaksanaan Siklus 1 KOMPONEN NILAI PENILAIAN PERENCANAAN SD-A SD-B PEMBELAJARAN
JUMLAH
RATA-RATA
1
Pemetaan tema
70
72
142
71
2 3
Program Semester Program Evaluasi
72 73
73 74
145 147
72.5 73.5
4
Silabus
73
73
146
73
5
RPP
75
76
151
75.5
73
74
146.2
73.5
RATA-RATA
c. Data Hasil Siklus 2 Pada siklus kedua dilakukan penilaian yang sama dengan siklus 1 yaitu pada: (1) pemetaan SK dan KD dan indikator ke dalam tema (2) penyusunan program semester tematik, (3) penyusunan program evaluasi tematik. (4) menyusun silabus tematik, dan (5) penyusunan RPP tematik. Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus 2 sebagai berikut: a. Kelompok SD A hasil sebagai berikut: (1). Penentuan SK, KD dan Indikator kedalam tema Nilai 79 (2). Program Semester Nilai 80 (3). Program Evaluasi Nilai 78.( 4).Silabus Nilai 79. (5). RPP mengacu pada silabus Nilai 83 Nilai akhir tindakan 1 Kelompok SD --A Nilai 80. b. Kelompok SD B (1). Penentuan SK, KD dan Indikator kedalam tema Nilai 78. (2). Program Semester Nilai 82. (3). Program Evaluasi Nilai 83. (4). Silabus Nilai 82 (5). RPP mengacu pada silabus Nilai 84. Nilai akhir tindakan 1 Kelompok SD-B 82. Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 dilakukan sama dengan siklus 1 seperti tergambar pada tabel 10. Yaitu: (1) pemetaan SK dan KD dan indikator ke dalam tema (2) penyusunan program semester tematik, (3) penyusunan program evaluasi tematik. (4) menyusun silabus tematik, dan (5) penyusunan RPP tematik. Nilai rata-rata tindakan 2 dari dua kelompok yaitu Kelompok SD Adan Kelompok SD –B nilai 81.5, dibulatkan menjadi 82. Secara rinci hasil tindakan 2 tergambar pada tabel 2sebagai berikut pada tabel 2:
152 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research Tabel 2. Hasil Pelaksanaan Siklus 2
NO
KOMPONEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1
1
Pemetaan tema
2
2
Program Semester
3
3
Program Evaluasi
4
4
Silabus
5
5
RPP RATA-RATA
NILAI JUMLAH
RATARATA
SDA
SDB
79
78
157
78.5
80
82
162
81.5
78
83
161
80.5
79
82
161
80.5
83
84
167
83.5
80
82
161.6
81.5
d. Data kusioner setelah penelitian Data kusioner setelah dilakukan tindakan, dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman subjek terhadap tindakan yang telah dilaksanakannya, dan di-cros-cek dengan data hasil penilaian tindakan 2, dari data kusioner tersebut diperoleh data sebagai berikut: 1. Telah memahami karakterristik pembelajaran tematik seluruh subjek.. 2. Telah memahami penyusunan perencanaan pembelajaran tematik seluruh subjek. 3. Telah dapat menentukan tema sendiri sebagai dasar dalam penysunan pembelajaran tematik 5 orang, subjek, belum dapat menentukan tema sendiri 2 orang subjek. 4. Telah melakukan pemetaan sebagai dasar penyusunan silabus tematik seluruh subjek. 5. Telah dapat menyusun silabus tematik seluruh subjek 6. Telah dapat menyusun RPP Tematik sesuai silabus seluruh subjek.seluruh subjek 7. RPP telah mencantumkan tujuan pembelajaran pada pendahuluan seluruh subjek.
Al-Qalam Vol.XVI|153
Penelitian Tindakan Sekolah
8. RPP telah mencantumkan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi pada kegiatan inti pembelajaran. seluruh subjek 9. RPP telah diakhiri dengan penutup pada kegiatan inti pembelajaran seluruh subjek. 10. RPP telah dilakukan evaluasi untuk menguju indikator pada akhir pembelajaran 4 orang guru telah tampak dan 3 orang guru belum mencantumkan evaluasi dengan benar. 11. RPP belum diakhiri dengan tindak-lanjut, perbaikan, pada siswa yang belum memahami sesuai KKM indikator seluruh subjek 12. RPP yang di susun 5 orang guru telah mencantmkan pendidikan karakter bangsa dan 2 orang guru belum mencantumkan pendidikan karakter.
2. Pembahasan a. Data awal tindakan Dari data hasil penelitian pada awal tindakan dan kusioner pada awal tindakan tampak kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran tematik masih sangat rendah dengan nilai rata-rata 68,4, dengan komponen perencanaan terdiri dari silabus buatan penerbit dan RPP yang masih belum mengacu pada Standar Proses Permenpan No 41 tahun 2007. Data tersebut didukung dengan husioner yang diisi guru pada awal penelitian tindakan. Baik kelompok SD A maupun kelompok SD B. Dari 7 subjek guru yang diteliti semuanya masih belum memahami karakteristik tematik dan belum mampu menyusun perencanaan pembelajaran tematik. Demikian pula pada inti pembelajaran belum mencantumkan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Disertai penutup evaluasi dan tindak-lanjut mengacu pada KKM indikator.
a. Siklus 1 Tindakan pertama mengacu pada ciri-ciri pembelajaran tematik Yaitu : (1) Berpusat pada anak. (2) Memberikan pengalaman langsung. (3) Pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak. (4) Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu PBM. (5) Bersifat luwes. (6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. (7) Membuat/memilih tema. (8) Melakukan analisis SK, KD, membuat indikator, (9) Melakukan pemetaan hubungan KD, Indikator dengan tema. (10) Membuat jaringan indikator. (11) Melakukan penyusunan silabus. (12) Menyusun RPP. Mengacu pada ciri-ciri pembelajaran tematik tersebut pada siklus pertama dilakukan tindakan pada: (1) pemetaan SK dan KD dan indikator ke dalam tema (2) penyusunan program semester tematik, (3) penyusunan
154 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
program evaluasi tematik. (4) menyusun silabus tematik, dan (5) penyusunan RPP tematik. Hasil penilaian siklus pertama sebagai berikut: Kelompok SD A Tabel 3 Hasil penilaian tindakan 1 Kelompok SD A
NO
KOMPONEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
NILAI JUMLAH
RATA-RATA
Siklus 1
Siklus 2
70
79
149
74.5
72
80
152
76
73
78
151
75.5
73
79
152
76
75
83
158
79
73
80
152.4
76
1
1
Pemetaan tema
2
2
Program Semester
3
3
Program Evaluasi
4
4
Silabus
5
5
RPP RATA-RATA
Dari data tabel 3, tampak pada Kelompok SD A masih belum mampu menyusun Progran Evaluasi tematik Nilai masih 73. Pemetaan pada SK dan KD, telah dilengkapi indikator dengan mengacu tema, sehingga mulai tampak keterpaduan pembelajaran tematik dengan nilai 70. Sedangkan nilai Silabus dan RPP yang merupakan jantung perencanaan pembelajaran baru mencapai nilai 73 dan 75. Nilai rata-rata perencanaan pembelajaran tindakan 1 pada Kelompok SD A baru mencapai 73. Perolehan nilai ini masih jauh dari harapan. Kelompok SD B Penilaian siklus 1 pada Kelompok SD –A sama dengan penilaian pada Kelompok SD B.
Al-Qalam Vol.XVI|155
Penelitian Tindakan Sekolah Tabel 4 Hasil Tindakan 1 Kelompok SD B
NO
KOMPONEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
NILAI JUMLAH
RATA-RATA
78
150
75
73
82
155
77.5
74
83
157
78.5
73
82
155
77.5
76
84
160
80
74
82
155.4
78
Siklus 1
Siklus 2
72
1
1
Pemetaan tema
2
2
Program Semester
3
3
Program Evaluasi
4
4
Silabus
5
5
RPP RATA-RATA
Dari data tabel diatas masih terdapat nilai 73 yaitu pada Program Semester Pada pemetaan masih menggunakan pemetaan sangat sederhana tanpa dilengkapi indikator mengacu tema. Program Evaluasi kelompok ini sudah mulai baik nilai 74. Silabus 73 dan RPP nilai 76 Rata-rata nilai 74 Pencapaian nilai ini sama halnya degan Kelompok SD B (Nilai 74) masih jauh dari harapan. Nilai rata-rata kemajuan siklus 1 dari dua kelompok yaitu Kelompok SD A dan Kelompok SD B adalah 73.5 dibulatkan menjadi 74. berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1 pemetaan tema masih rendah nilai 72 dan 70. Nilai tindakan ini masih sangat rendah dan perlu peningkatan.
b. Siklus 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus ke 2 dilakukan terhadap materi yang sama dengan siklus 1. Demikian pula penilaian yang dilakukan sama dengan penilaian pada siklus 1 yaitu pada komponen (Pemetaan. (2) Program Semester. (3) Program Evaluasi, (4) Silabus dan, (5) RPP. Hasil penilaian pada siklus 2 masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut!
156 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
Tabel 5 Hasil penilaian siklus 2
NO
KOMPONEN PENILAIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
NILAI JUMLAH
RATA-RATA
78
157
78.5
80
82
162
81
78
83
161
80.5
79
82
161
80.5
83
84
167
83.5
80
82
161.6
81
SD A
SD B
79
1
1
Pemetaan tema
2
2
Program Semester
3
3
Program Evaluasi
4
4
Silabus
5
5
RPP RATA-RATA
Data pada tabel 5 pada Kelompok SD A terdapat peningkatan pada semua komponen. Pemetaan Program Semester dan Progran Evaluasi sudah sangat baik dengan masing-masing nilai 80 dan 82. Nilai rata-rata siklus telah mencapai nilai 81 dari nilai sebelumnya pada tindakan 1 nilai 73. Pada siklus 2 Kelompok SD A terdapat kenaikan sebesar 7 poin. Dari rata-rata nilai siklus nilai 73 menjadi nilai 80 pada siklus 2. Kelompok SD B meningkat dari 74 menjadi 82. tinggal pemantapan melalui pembinaan berkelanjutan, terutama pada RPP dan Silabus. Rata-rata tingkat kemampuan pada siklus 2 dari Kelompok SD –A dan Kelompok SD –B dapat digambarkan pada gambar 1 sebagai berikut: 82
80 78 76
Kelompok SD A
74
Kelompok SD B
72
70
Gambar 1.
68 Siklus 1
siklus 2
Tingkat kemajuan antar siklus
Al-Qalam Vol.XVI|157
Penelitian Tindakan Sekolah
Secara keseluruhan rata-rata mencapai nilai 81 dengan nilai terendah pada pemetaan 78, dan nilai tertinggi pada RPP 84. Program semester 81, Silabus dan program evaluasi mendapat nilai 80.5. Kegiatan pada awal siklus menunjukan Rendahnya pencapaian nilai hasil pelaksanaan setiap siklus pada penelitian baik per kelompok maupun secara umum(seluruh subjek) dengan menggunakan pendekatan workshop, kerja kelompok dan pembimbingan secara intensif melalui monitoring menggambarkan betapa sulitnya menyusun perencanaan pembelajaran tematik bagi guru SD, mengingat guru sebelumnya belum pernah mendapat pendidikan tentang pembelajaran tematik, dan dari pihak pemerintah tidak membekali terlebih dahulu tentang pembelajaran tematik sebelum diberlakukannya pambelajaran tematik di Sekolah Dasar sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian sebelum melakukan pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu dilakukan perencanaan pembelajaran. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengorganisasikan perencanaan pembelajaran tematik yang terpadu, memang rata-rata belum didapat sebelumnya. Sementara panduan yang baku tentang pembelajaran tematik sulit didapat. Dari data hasil penelitan pada siklus 1 dan siklus 2, yang menggambarkan betapa sulitnya merencanakan pembelajaran tematik dan sulitnya mencari panduan yang baku, agaknya peneliti dalam hal ini memohon kepada pihak terkait agar meninjau ulang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.
c. Data kusoner setelah tindakan Data kusioner yang diberikan kepada 7 guru setelah dilakukan penelitian menggambarkan kemajuan kemampuan guru yang semakin meningkat. Seperti pada tabel 6 di bawah ini.
No 1 2 3
Tabel 6. Hasil kusioner setelah penelitian. Pernyataan Apakah Saudara telah memahami karakteristik pembelajaran Tematik? Apakah Saudara tepah memahami penyusunan perencanaan pembelajaran tematik? Apakah Saudara telah dapat menentukan Tema sendiri sebagai dasar dalam penyusunan pembelajaran
158 | ISSN: 2356-2447-XVI
Jawaban 7 7 4
3
School Action Research
4 5 6 7. 8
9 10 11
12
Tematik? Apakah saudara telah melakukan pemetaan sebagai dasar penyusunan silabus Tematik Apakah Saudara telah dapat menyusun silabus tematik sendiri? Apakah Saudara telah dapat menyusun RPP Tematik sesuai silabus? Apakah pada RPP Saudara telah mencantumkan tujuan pembelajaran pada pendahuluan. Apakah RPP yang Saudara susun telah mencantumkan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi pada kegiatan inti pembelajaran? Apakah pada RPP Saudara telah diakhiri dengan penutup pada kegiatan inti pembelajaran? Apakah pada RPP Saudara telah dilakukan evaluasi untuk menguju indikator pada akhir pembelajaran? Apakah pada RPP yang saudara buat telah diakhiri dengan tindak-lanjut, perbaikan, pada siswa yang belum memahami sesuai KKM indikator? Apakah pada RPP yang Saudara susun telah mencantmkan pendidikan karakter bangsa?
7 7 7 7 7
7 4
3 7
6
1
Data table 6 menggambarkan 100% subjek telah mampu menentukan tema sendiri dalam penyusunan pembelajaran tematik. Dalam evaluasi tinggal 43% yang belum mencantumkan evaluasi dengan baik dan hanya 1 orang guru yang belum mencantumkan pengembangan pendidikan karakter bangsa, sekalipun ini bertentangan dengan dokumen siklus 1 dan 2 yang tersurat pada RPP baru. Selebihnya seluruh subjek telah menyatakan : 1. Telah memahami karakterristik pembelajaran Tematik. 2. Telah memahami penyusunan perencanaan pembelajaran tematik. 3. Telah melakukan pemetaan sebagai dasar penyusunan silabus Tematik. 4. Telah dapat menyusun silabus tematik sendiri. 5. Telah dapat menyusun RPP Tematik sesuai silabus 6. RPP telah mencantumkan tujuan pembelajaran pada pendahuluan. 7. RPP yang disusun telah mencantumkan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi pada kegiatan inti pembelajaran. 8. RPP telah diakhiri dengan penutup pada kegiatan inti pembelajaran 9. RPP yang dibuat telah diakhiri dengan tindak-lanjut, perbaikan, pada siswa yang belum memahami sesuai KKM indikator. Pengakuan guru yang dituangkan pada kusioner setelah penelitian sangat menggembirakan. Pengakuan tersebut didukung dengan data hasil penelitian tiap siklus yang terus meningkat sekali pun tidak signifikan. Hasil penilaian siklus yang
Al-Qalam Vol.XVI|159
Penelitian Tindakan Sekolah
meningkat dan pengakuan subjek yang menyatakan semakin memahami pembelajaran tematik pada kusioner mengambarkan pendekatan yang digunakan tepat, sekali pun belum mampu meningkatkan kemampuan yang memuaskan. E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Peneitian Tindakan Sekolah dengan judul, “Meningkatkan kemampuan Guru dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran Tematik Guru Kelas Satu dilakukanbelun sebagai wujud pengembangan keprofesionalan sebagai pengawas sekolah, sekaligus untuk mengetahui pemecahan masalah yang tepat berkaitan dengan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan pada pemetaan SK dan KD pada tema. penyusunan Progran Semester tematik, Penyusunan Progran Evaluasi tematik Silabus tematik dan RPP tematik. Dari siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 73 dan siklus 2 diperoleh nilai rata-rata 81 dengan kenaikan 8 poin setelah melalui pembinaan, pembimbingan dan monitoring terhadap tugas kelompok di masing-masing kelompok selama hampir dua bulan masih belum memuaskan. Masih diperlukan pembinaan dengan sungguh-sungguh terhadap subjek untuk dapat menyusun perencanaan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan baik dan benar. Rendahnya pencapaian nilai hasil pelaksanaan setiap siklus pada penelitian dengan menggunakan pendekatan kerja kelompok dan pembimbingan secara intensif melalui monitoring menggambarkan betapa sulitnya menyusun perencanaan pembelajaran tematik bagi guru SD, mengingat guru tidak dibekali terlebih dahulu tentang pembelajaran tematik sebelum diberlakukannya pambelajaran tematik di Sekolah Dasar. Keterbatasan kemampuan guru dalam mengorganisasikan perencanaan pembelajaran tematik yang terpadu, memang rata-rata belum didapat sebelumnya. Sementara panduan yang baku tentang pembelajaran tematik sulit didapat. Dari data hasil penelitan pada siklus 1 dan siklus 2, yang menggambarkan betapa sulitnya merencanakan pembelajaran tematik dan sulitnya mencari panduan yang baku, agaknya peneliti dalam hal ini memohon kepada pihak terkait agar meninjau ulang pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.
2. Saran Meninjau hasil penelitian Tindakan Sekolah yang telah peneliti lakukan di dengan hasil kemajuan yang tidak signifikan, penulis dalam kesempatan ini memberikan saran kepada: a. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan agar segera menerbitkan buku panduan tematik sebagai tuntunan bagi guru di sekolah-sekolah!
160 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
b. Kepada instansi terkait hendaknya mengadakan pelatihan secara menyeluruh terhadap guru kelas 1 dalam mengelola pembelajaran tematik, agar kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tematik segera tumbuh dan meningkat. c. Kepada rekan Pengawas Sekolah Dasar dan para Kepala Sekolah Dasar, pendekatan yang peneliti lakukan melalui kerja kelompok dan monitoring agar hendaknya dapat digunakan sebagai salah-satu model pembinaan terhadap guru dalam menyusun perencanaan pembelajarn tematik di kelas 1 Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA A. Nadriansyah, Upaya Guru untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa, (Jakarta, MUTU, 1998 A. Nadriansyah, Upaya Guru untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa, (Jakarta, MUTU, 1998 H. M. Arifin, Ilmu Pendidika Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), edisi I, H. M. Arifin, Ilmu Pendidika Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), edisi I, cet. ke-2, Henri Surya Hasibuan (Kepsek SD Citra Al Madina Padang), Wawancara, tanggal 23 Juli 2007 Ka. UPTD PAUD-SD Kecamatan [1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002 Munir. A. Aziz, Program Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta: Majalah Mutu, PEQIP, 1994 Munir. A. Aziz, Program Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta: Majalah Mutu, PEQIP, 1994 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Salman, Ketua gugus II kec. Bungus TL. Kabung,Wawancara, Tanggal 24 Juni 2007 Salman, Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KKG, (Padang: Gugus II kec. Bungus TL. Kabung,, 2006) Salman, Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KKG, (Padang: Gugus II kec. Bungus TL. Kabung,, 2006 Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayumedia Publishing.
Al-Qalam Vol.XVI|161