Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
Summary GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTAN KETERATURAN PENGOBATAN PENYAKIT TB PARU DI DESA LIMEHE TIMUR DESCRIPTION OF PUBLIC KNOWLEDGE ABOUT THE MEDICATION ADHERENCE OF PULMONARY TUBERCOLOSIS DISEASE AT VILLAGE OF LIMEHE TIMUR Sri Dewi Sartika Legiman Legiman. S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo.
ABSTRAK Sri Dewi Sartika Legiman Legiman. Nim 841409043. Gambaran pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo Skripsi, Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I,1.Dr.Zuhriana K.yusuf, M.KesDan Pembimbing II,2.Syahrul Said, S.Kep, Ns, M.Kes Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan masalah yang serius bagi dunia karena menjadi penyebab kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain.Tujuan penilitian ini Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru didesa Limehe Timur. Metodelogi Penelitian digunakan metode deskriptif Populasi dalam penelitian ini kepala keluarga didesa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten gorontalo yang berjumlah 769KK tahun 2013. Teknik smpling yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tipe nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan Mendapatkan hasildari 73 responden masih ada 33 responden (45,2%) tergolong cukup, 18 responden (24,6%) tergolong kurang dan 22 responden (30,1%) tergolong baik. Kesimpulannya bahwa pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru di desa Limehe Timur tergolong cukup dengan skor 45,2% sedangkan yang tergolong baik hanya 30,1%,bahkan kurang ada 24,6%,hal ini menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat tersebut masih rendah.saran dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat tentang penyakit TB paru terutama pengobatanya,sebagai bahan masukan dan penyempurnaan dalam menunjang pelayanan kesehatan yang baik khususnya tentang penyakit TB paru bagi petugas kesehatan,menjadi tolak ukur maupun referensi kepada peneliti selanjutnya dan memberikan informasi maupun wawasan bagi 1
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
peneliti itu sendiri. Kata kunci kunci: TB Paru, pengetahuan, keteraturan pengobatan. ABSTRACT Sri Dewi Sartika Legiman Legiman.. 841 409 043. Description of public knowledge about the medication adherence of pulmonary Tubercolosis disease at village of Limehe Timur. Skripsi, Department of Nursing, Faculty of Sport and Health Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. Principal Supervisor was Dr.Zuhriana K.yusuf, M.Kes And Co-Supervisor was Syahrul Said, S.Kep, Ns, M.Kes. Pulmonary Tuberculosis (TBC) is a serious problem for the world, it was regarded to the cause of death compared with other infectious diseases. The study aimed to describe of public knowledge about the medication adherence of pulmonary Tubercolosis disease at village of Limehe timur. The study methodology applied descriptive method. The study population was 769 families at Limehe Timur Village, Tabongo Sub-district of Gorontalo District, in 2013. The Sampling technique used in this study was non-probability sampling type with purposive sampling technique analysis Applied was descriptive analysis techniques and gained results from 73 respondents; there were 33 respondents (45.2%) classified into enough, 18 respondents (24.6%) classified into less and 22 respondents (30.1%) classified into good. To sum up, public knowledge about the medication adherence of pulmonary Tubercolosis disease at Village of Limehe Timur was enough. There were some verifications as classified into enough with the score of 45.2%, while good classifications amounted 30.1%, and 24.6% were classified into less. This showed that on average, people’s knowledge was still low.some suggestions that can be disclosed are, 1) this study are expected to be material information for the public about this disease, especially pulmonary tuberculosis medication, 2) as inputs and diases for health professionals, 3) as a benchmark or reference for further research and 4) provide information and insights for researchers.
Keywords Keywords:: Pulmonary Tuberculosis Tuberculosis,, Knowledge Knowledge,, Medication Adherence Adherence..
2
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
Latar Belakang Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi menduduki peringkat 3 didunia dalam jumlah penderita Tb. Terdapat 220.000 orang pasien penderita TB baru per tahun atau 500 orang penderita per hari. Data 2008, angka kematian 88.000 orang/tahun atau 240 orang/hari meninggal akibat penyakit TB. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita tuberkulosis, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS disamping faktor pelayanan kesehatan yang belum memadai. Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia dalam hal jumlah penderita TB paru (583 ribu orang) setelah cina (2 juta orang) dan India (1,5 juta orang), Di Indonesia kematian akibat penyakit TB paru setiap tahun ada sekitar 140.000 orang meninggal dunia dari total penderita. Tujuan jangka panjang penanggulangan TB paru di Indonesia adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB paru dengan cara memutus mata rantai penularan. Dengan harapan penyakit TB paru tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat di indonesia. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita TB paru dengan BTA positip yang ditemukan. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap, sehingga pada tahun 2007 dapat mencapai 60% dari perkiraan semua penderita TB paru dengan BTA positif. Sebagai penyakit kronis, dimana membutuhkan pengobatan yang rutin
selama enam bulan membuat penderita menjadi bosan sehingga timbul ketidakpatuhan dalam proses pengobatan. Alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara teratur dalam waktu yang diharuskan Seluruh keberhasilan program tergantung dari supervisi yang baik atas pengobatan. Ketidakpatuhan penderita dalam proses pengobatan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain latar belakang pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan bagi penderita usia produktif dan bekerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain pelayanan kesehatan, jarak dan transportasi menjangkau layanan kesehatan, petugas puskesmas, biaya pengobatan. Penyakit tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia.Laporan TB dunia oleh WHO (2006) masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang pasien TB terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 per tahun. Penyebab masih tingginya kasus TB diakibatkan karena banyak faktor diantaranya kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru. Penyakit tuberkulosis adalah penyakit yang menular langsung antar manusia yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Kuman ini cepat mati oleh cahaya sinar matahari langsung karena terkena sinar ultraviolet dan radiasi panas. Dalam tempat yang gelap dan lembab kuman tersebut dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Mycobacterium tubeculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Hingga saat ini Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu 3
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di tingkat dunia. (Depkes.RI,2002). Suvervisi pengobatan TB paru sangat penting untuk mendapat tempat dalam program penanggulangan TB paru. Seluruh keberhasilan program bergantung pada suvervisi yang baik atas pengobatan,dan pengobatan harusnya di observasi langsung yaitu pasien diawasi langsung setiap kali minum obat,tapi kadang-kadang di suatu daerah atau tempat pelayanan kesehatan banyak yang tidak melihat secara langsung bagaimana pasien setiap kali minum obat sehingga banyak juga pasien yang mengalami kendala putus pengobatan,hal ini sangat berpengaruh pada kesembuhan pasien dan resiko penularan penyakit TB paru ini. Banyak pasien yang menjalani pengobatan 6-8 bulan tapi tidak sampai selesai karna tidak begitu paham bagaimana keteraturan pengobatan TB paru ini, kebanyakan kalau pasien tersebut suadah merasa sehat mereka sudah tadak mau lagi minum obat (Crofton 2002). Sebagai penyakit kronis, dimana membutuhkan pengobatan yang rutin selama enam bulan membuat penderita menjadi bosan sehingga timbul ketidakpatuhan dalam proses pengobatan.Alasan utama gagalnya pengobatan adalah pasien tidak minum obatnya secara teratur dalam waktu yang diharuskan Seluruh keberhasilanprogram tergantung dari supervisi yang baik atas pengobatan. Ketidakpatuhan penderita dalam proses pengobatan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor intern alantara lain latar belakang pendidikan, pengetahuan, pekerjaan dan pendapatan bagi penderita usia produktif dan bekerja. Sedangkan faktor eksternal antara lain pelayanan kesehatasn, jarak dan transportasi menjangkau layanan kesehatan, petugas puskesmas, biaya
pengobatan. Berdasarkan data penderita TB paru yang ada dikabupaten gorontalo selama 3 tahun terakhir ini selalu mengalami perubahan ditahun 2010 mencapai 534 orang dan ditahun 2011 mencapai 494 orang dan ditahun 2012 naik menjadi 626 orang. Limehe Timur merupakan desa yang paling banyak masyarakat penderita TB paru dari pada desa lainnya yang ada di kecamatan tabongo, ditahun 2010 penderita TB di Desa Limehe Timur mencapai 8 orang dimana pasien yang putus pengobatan atau DO 2 orang,pengobatan lengkap 5 orang,dan 1 orang meninggal.di tahun 2011 naik lagi mencapai 15 orang di mana pasien yang putus pengobatan atau DO 4 orang, yang pengobatan lengakap 7 orang, pindah daerah 2 orang dan meninggal 2 orang. Di tahun 2012 pasien mencapai 17 orang dimana yang putus pengobatan ada 5 orang pengobatan lengkap 9 orang dan kambuh 2 orang, meninggal 1 oarang. Mencermati kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentang penyakit TB paru, terutama pengobatannya. Terkait kondisi ril tentang penyakit TB paru maka diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai keteraturan pengobatan untuk mencegah penularan penyakit ini. Adanya pengetahuan yang memadai tentang penyakit TB Paru maka masyarakat dapat melakukan pencegahan secara dini dan melanjutkan pengobatan sampai tuntas sehingga mampu mengurangi kasus TB Paru di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang diformulasikan dengan judul; Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang keteraturan pengobatan TBParu di Desa Limehe Timur. 4
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
skoring. Data yang diperoleh untuk menilai pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan pertanyaan sesuai dengan indikator perilaku keluarga kemudian diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator.
Metode Penelitian Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian kuantitatif dimana penelitian ini mendeskripsikan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit TB Paru dan keteraturan pengobatan di Desa Limehe Timur. Dalam konteks ini akan digunakan metode deskriptif untuk memperoleh gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit TB Paru dan keteraturan pengobatandi Desa Limehe Timur. Populasi adalah suatu subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di teliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tertentu (Dahlan, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada didesa limehe timur dengan jumlah kepala keluarga 769. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan Total Purposive Sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan pertimbangan tertentu. Variabel dalam penelitian ini yaitu pengetahuan masyarakat tentang TB paru secara umum dan keteraturan pengobatan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa angket. Angket diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru di Desa Limehe Timur. Data yang telah terkumpul kemudian diolah atau dipresentasekan dengan menggunakan
Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis Deskriptif Variabel Penunjang Tabel 4.1 Distribusi responde berdasarkan jenis kelamin Persentase Jenis kelamin N (%) Laki - laki 66 90,4 Perempuan 7 9,5 Jumlah 73 100 Berdasarkan distribusi tersebut menunjukan bahwa masyarakat yang menjadi responden paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 66 orang dan yang paling sedikit perempuan dengan jumlah 7 orang. Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur Umur (Tahun) 22 – 28 29 – 35
n
Persentase(%)
11 15
15,0 20,5
36 – 42 43 – 49
18
24,6
14
19,1
50 – 56 57 – 63 64 – 70
11 2
15,0 2,7
2
2,7
Jumlah
73
100
Berdasarkan distribusi tersebut menunjukan bahwa masyarakat di Desa 5
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
Limehe Timur untuk responden yang tergolong banyak yaitu umur 36 – 42 tahun sebanyak 18 orang atau 24,6%, sedangkan untuk responden yang tergolong sedikit yaitu pada umur 57 – 63 Pendidikan
n
SD
24
menunjukan bahwa pekerjaan dari masyarakat yang tergolong menjadi responden di Desa Limehe Timur yang paling banyak adalah wiraswasta dengan jumlah 32 orang atau 43,8% , sedangkan yang paling sedikit adalah PNS dengan jumlah 3 orang atau 4,1% dari jumlah keseluruhan responden.
Persentase (%) 32,8
Tabel 4.5 Distribusi kumulatif pengetahuan masyarakat tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru di Desa Limehe Timur Pengetahuan Jumlah Persentase (n) (%) Baik 22 30,1 Cukup 33 45,2 Kurang 18 24,6 Jumlah 73 100
SMP 26 35,6 SMA 22 30,1 Perguruan tinggi 1 1,3 Jumlah 73 100 tahun dengan jumlah 2 orang atau 2,7% dan umur 64 – 70 tahun dengan jumlah 2 orang atau 2,7%. Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Distribusi diatas menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat tentang tentang TB Paru dan keteraturan pengobatan penyakit TB Paru ini dari 73 responden masih ada 33 responden (45,2%) tergolong cukup, 18 responden (24,6%) tergolong kurang dan 22 responden (30,1%) tergolong baik.
Berdasarkan distribusi tesebut menunjukan bahwa pendidikan terkahir dari masyarakat yang tergolong menjadi responden di Desa limehe Timur yang paling banyak yaitu SD dengan jumlah 24 orang atau 32,8%, sedangakan yang paling sedikit yaitu Perguruan Tinggi dengan jumlah 1 oarang atau 1,3% dari semua responden.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian telah didapatkan 18 orang (24,6%) masyarakat yang masih kurang pengetahuan, 33 orang (45,2%) masyarakat yang tergolong cukup dan 22 orang (30,1%) masyarakat yang tergolong baik. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat lebih banyak yang berpengetahuan cukup dibandingkan masyarakat yang pengetahuannya baik, danbahkan ada juga masyarakat yang masih kurang pengetahuan, hal ini dikarenkan oleh masyarakat yang tidak tahu tentang bagaimana cara minum obat
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan n Persentase (%) Petani 24 32,8 Pedagang 10 13,6 Wiraswasta 32 43,8 URT 4 5,4 PNS 3 4,1 Jumlah 73 100 Berdasarkan
distribusi
tersebut 6
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
secara teratur selama 6 bulan, kebanyakan masyarakat memilih untuk berhenti berobat ketika merasa sudah sembuh walau tanpa konfirmasi dengan petugas kesehatan, mereka juga bahkan kurang mengetahui bahwa daya tahan tubuh sangat berpengaruh pada kesembuhan penyakit TB paru. Permasalahan ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat itu sendiri tentang penyakit TB paru terutama keteraturan pengobatanyanya,baik dari petugas kesehatan maupun tokoh-tokoh masyarakat lain yang berpengetahuan lebih tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru tersebut. Sehingga pada akhirnya insiden atau kejadian-kejadian TB di desa Limehe Timur terus saja meningkat, walaupun sabagian masyarkat sudah banyak yang mengetahuai tentang gejala dan pencegahan TB paru tersebut. Sehubungan dengan pernyataan-pernyataan diatas, untuk itu sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana keteraturan pengobatan penyakit TB Paru ini, agar dapat mengurangi hal-hal yang dapat menyebabkan masyarakat penderita yang menjalani pengobatan mengalami putus berobat karena kurangnya pengetahuan. Ketika seseorang putus berobat maka penykit TB paru ini akan lebih sukar diobati sehingga kemungkinan besar akan meningkatkan resiko penularan penyakit TB paru pada orang lain. Pengawasan minum obat dari petugas kesehatan juga berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan penyakit TB paru ini. Terkadang karena tidak adanya pengawasan minum obat dari petugas kesehatan menyebabkan penderita yang menjalani pengobatan bisa gagal berobat kerena berhubungan dengan kurangnya pengetahuan penderita itu sendiri dalam pentingnya keteraturan
pengobatan TB paru. Saran Setelah dilakukan penelitian ini maka peneliti perlu menyampaikan saran-saran sebagai berikut pertama bagi instansi pelayanan kesehatan, Hasil penelitian ini diharapkan dapat Memberikan masukan dan penyempurnaan kepada para Petugas Puskesmas serta para kader mengenai cara-cara praktis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat yang baik khususnya kepada pengawasan minum obatdan memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru. Kedua, bagi masyarakat diharapkan diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat yang ada di desa limehe timur tentang keteraturan pengobatan penyakit TB paru,untuk dapat mencegah hal-hal yang bisa menyebabkan gagal pengobatan. Ketiga, bagi peneliti diharapkan Mendalami Memberikan informasi dan wawasan mengenai penyakit TB Paru terutama keteraturan pengobatan di desa limehe timur. Keempat, diharapkan dapat menjadi tolak ukur dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan judul yang sama. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2005. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis). Jakarta: Rineka Cipta Achmad H.M., 1997. Praktisi Aplikasi Chi- Square dalam bidang kesehatan, Alfa Publicing, Semarang. Crofton,Horne,&Miller. Tuberkulosis paru 7
klinis
2002 edisi
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
2.Jakarta,Widya Pengobatan Ditjen
Tuberculosis Paru Di Puskesmas Limba B Kota Gorontalo Tahun 2012. Jurusan sarjana keperawatan, universitas Gorontalo, Gorontalo.
Medika.
Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI,2008. Kebijakan pelayanan kesehatn kerja di era desentralisasi . dalam Konvernsi nasional kesehatan kerja, Jakarta.
Muhibbin S, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 96-97 Notoatmodjo S. 2010. Promosi kesehatan.
DepKes RI., 1996. Metode Survei Cepat, Pusat Data Kesehatan, DepKes RI, Jakarta.
Rineka Cipta: Depok Nursalam & Pariana ,2000,konsep pengetahuan. cipta: jakarta : 133 Purnomosidhi, 2009.Riwayat kontak tuberculosis sebagai factor resiko hasil ujui tuberculin positif.http://st283875.sitekno.com /?pg=articles&article=2590. Diakses tanggal 15 Maret 2013
DepKes RI., 2003. Prosedur Kerja Surveilan Faktor Resiko Penyakit Menular dalam Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Terapdu Berbasis Wilayah, khusus: Faktor Resiko Lingkungan dan Perilaku, Dirjen PPM & PL, DepKes RI, Jakarta.
Putra, 2011, Panduan riset Keperawatan dan Penulisan ilmiah.D-MEDIKA : Jogjakarta
DepKes RI., 2003Kebijakan Teknis program kesehatan kerja Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002
Price & Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC, Jakarta.
Jujun S. Suriasumantri. 1995. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.104)
Robbins., 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. EGC, Jakarta. Rahajoe NN. Setyanto DB, 2008; h.
Mansjoer, A, 2000.Kapita selekta kedokteran edisi 3.Media Aesculapius, Jakarta.
169-176..Patogenesis
dan
Perjalanan Alamiah Tuberkulosis. Dalam: Buku Ajar Respirologi
Martin G, Lazarus A, 2000. Epidemiology
Anak. Edisi ke-1. Rahajoe NN,
and diagnosis of tuberculosis.
Supriyatno
Postgraduate Medicine
B,
penyunting. penerbit IDAI.
Mihrawaty S.A, 2013. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Datang Berobat Pasien 8
Setyanto Jakarta:
DB, Badan
Jurnal, S1 Keperawatan UNG Juli 2013
Sjamsuri S.A,1989 Pengantar Teori Pengetahuan (Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. , hh.2-3
ofcommon illnesses with limited resources.
Somantri. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pernapasan edisi ke dua. Salemba medika: Jakarta Soemantri, E. S. 1997. Masalah respirologi masa kini dan tantangannya di masa depan. Cermin Dunia Kedokteran. 115: 41 - 4. Soepandi. 2007: 65-70.TB Management in HIV patients. In : The National Symposium : Up Date on Tuberculosis and Respiratory Disorders. Bleslink Rema; Bandung Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga. EGC: Jakarta. Pebrica. 2010.rendahnya pengetahuan masyarakat yang memberikan pengaruh terhadap keteraturan pengobatan. Program Pendidikan Dokter http:// repository.unand.ac.id/id/eprint/26 8 WHO Report 2003.Global Tuberculosis Control. Surveillance, Planning, Financing. [serial online]. 2002 [cited 2006 October 18]. Available from: URL: http://www.who.int/gtb/publication s/globrep Renny
WHOGeneva; 2005. Pocket book of hospital care for children : guidelines for the management 9