SUMMARY ABSTRAK Sri Rahmawati, 2013. Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Dengan Penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa. Jurusan Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I . Hj. Rany Hiola , dan Pembimbing II Andriany . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan umur dan imunisasi terhadap kejadian ISPA pada balita dipuskesmas Bulawa Penelitian ini bersifat dekriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan data primer kemudian diolah dengan analisa data bivariabel dengan uji statistik Chi Square. Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa responden yang memepunyai balita umur 0 - < 2 tahun 33 balita yang terdiri dari 25 balita (78,8%) ISPA dan 8 balita hilid tidak ISPA, sedangkan responden yang mempunyai anak balita ≥ 2 – 5 tahun sebanyak 22 balita yang terdiri dari 12 balita (54,5%) ISPA dan 10 balita (45,5%) tidak ISPA, sedangakan responden yang mempunyai balita dengan status imunisasi lengkap sebanyak 36 balita yang terdiri dari 22 balita (61,1%) mengalami ISPA dan 14 balita (38,9%) tidak menderita ISPA sedangkan responden yang mempunyai anak balita dengan ststus imunisasi tidak lengkap sebanyak 19 balita yang terdiri dari 15 balita u mengalami ISPA dan 4 balita tidak mengalami ISPA. Setelah dilakukan uji statistik Chi Square diketahui bahwa dari 2 variabel (umur dan status imunisasi) yang diteliti tidak ada variabel yang bermakna terhadap terjadinya penyakit ISPA
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju (WHO, 2003 ). Di Indonesia terjadi lima kasus diantara 1000 bayi atau Balita, ISPA mengakibatkan 150.000 bayi atau Balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus perhari, atau 17 anak perjam atau seorang bayi tiap lima menit (Siswono, 2007). Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu antara lain: Umur, Jenis Kelamin, Keadaan Gizi, Kekebalan, Lingkungan, Imunisasi Yang Tidak Lengkap dan Pemberian Asi Ekslusif yang tidak sesuai (Depkes, 2002). Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pertusis menyebapkan banyaknya balita terkena ISPA, Imunisasi pertusis yakni imunisasi yang diberikan agar balita tidak rentan terkena Infeksi Saluran Pernapasan. Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari 600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara dalam tahun 1983. Hampir 80 % anak- anak yang tidak di imunisasi menderita sakit pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 50 % terjadi pada bayi (umur < 1 tahun). Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5
tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Daulay, 2008). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo angka penderita ISPA diseluruh Kabupaten/Kota pada tahun 2010 tercatat 108.154 kasus (JanuariDesember), sedangkan tahun 2011 penderita ISPA tercatat 94.631 kasus (JanuariDesember) dan tahun 2012 penderita ISPA tercatat 90.051
kasus (Januari-
Desember). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang mempunyai kasus ISPA yang cukup tinggi. Data ISPA yang tercatat pada tahun 2010 di Kabupaten Bone Bolango Penderita ISPA sebanyak 20.708 kasus (Januari-Desember), Tahun 2011 penderita ISPA sebanyak 16.924 kasus (Januari-Desember),
sedangkan tahun 2012
Penderita ISPA sebanyak
7.535 kasus (Januari-Desember). Data yang diperoleh di Puskesmas Bulawa Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2010 jumlah Penderita ISPA sebanyak 781 kasus (Januari-Desember), dan tahun 2011 jumlah Penderita ISPA sebanyak 755 kasus (Januari-Desember), sedangkan tahun 2012 jumlah Penderita ISPA sebanyak 554 kasus (Januariapril).
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian umum tentang ISPA 2.1.1 Definisi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (WHO, 2003). Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Depkes RI, 2001). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bawah (Erlien, 2008). Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut seperti dalam penjelasan berikut: a) Infeksi adalah masuknya bibit kiman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b) Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan
bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paruparu), dan organ adneksa saluran pernapasan. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Ditjen PPM & PLP Depkes RI, 2000).
2.2. Definisi Umur .
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (http://id.wikipedia.org/wiki/Umur). Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai resiko terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Daulay, 2008). 2.3 Definisi Balita Balita adalah bayi yang berumur di bawah 5 tahun atau masih kecil yang perlu tempat bergantung pada orang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh ( Soetjeningsih, 2003). Balita yaitu anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan generasi yang perlu mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal
dasar untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat kematian balita masih tinggi (Arisman, 2004) . Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, menginggat angka kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka kesakitan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain; asap dapur, penyakit infeksi dan pelayanan kesehatan (Arisman, 2004) 2.4. Konsep Imunisasi 2.4.1. Pengertian Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Fuath, 2008). Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja.
2.5 Kerangka Teori Penelitian
Status
Umur
Imunisasi
Di bawah 2 tahun lumennya sempit Mempermudah masuknya
Kurangnya cakupan imunisasi lengkap
kuman penyakit penyakit ke
Daya tahan tubuh belum tubuh
matang nan
Meningkatnya cacat, kematian atau beresiko
Mempermudah masuknya
terserangnya penyakit
kuman penyakit ke tubuh
infeksi seperti ISPA
Beresiko menderita penyakit infeksi terutama ISPA
Kejadian ISPA
Modifikasi : (Almatsi)
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
umur
Kejadian ISPA
Status Imunisasi
Keterangan : Variabel Independen
hubungan antar variabel
Variabel Dependen
Hipotesis Penelitian Hipotesis Penelitian a. Ada hubungan umur dan Status Imunisasi dengan penyakit ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa Kabupaten Bone Bolango.
. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di Puskesmas Bulawa Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Mei 2013. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional study, ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan dan penelitian diamati pada waktu yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara objek yang akan diteliti tentang Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Terhadap Penyakit ISPA (Suatu penelitian Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa Kabupaten Bone Bolango. 3.2
Variabel Penelitian
3.2.1
Variabel Dependen Variabel Dependen ini merupakan variabel tergantung, terikat, akibat,
terpengaruh (Notoatmodjo 2010). Pada penelitian ini, variabel dependen yang dimaksud adalah Kejadian ISPA.
3.2.2Variabel Independen Variabel Independen ini mempengaruhi variabel bebas (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, variabel indenpenden yang dimaksud adalah Umur dan Status Imunisasi. 3.2.2
Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian sebanyak 55 balita yang menderita ISPA dan tidak ISPA. 3.2.3
Tehnik Pengambilan Sampling
Tehnik pengambilan sampel Non Random (Non Probability) Sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Tehnik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Smenggunakan Accidental Sampling. Dimana pada tehnik ini cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil responden kebetulan bertemu dengan peneliti atau ada dan bersedia sebagai responden di tempat penelitian kurang lebih selama penelitian dilakukan. 3.7 Tehnik Analisis Data Adapun penelitian ini yang menjadi sampel adalah semua anak balita yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa Kabupaten Bone Bolango datang berobat
Analisis data dilakukan dengan memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis penelitian yang akan di uji dengan uji Statistic Chi Kuadrat untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan α = 0,05. Dengan kriteria H0 ditolak jika x² hitung > x² tabel yang artinya ada hubungan antara variabel dependent dan variabel independent. a) Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang di teliti. 𝐹
P = 𝑁 × 100% Keterangan : P
: Presentasi
f
: Jumlah jawaban yang benar
N
: Jumlah sampel
100
: Bilangan tetap
b) Analisis Bivariat Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel indevendent dan variabel devendent yang di sajikan dalam bentuk tabel yang di analisa dengan uji statistik Continuity Corection. Statistik dilakukan dengan membandingkan nilai P Value dengan nilai α= 0,05
dengan ketentuan bila P value lebih kecil dari nilai α= 0,05 maka ada hubungan bermakna (Signifikan) antara variabel Indevenden dan Devenden sedangkan bila P Value lebih besar nilai α =0,05 maka tidak ada hubungan bermaknan (Siknifikan) antara Variabel Indevenden dan Variabel Devenden
BAB IV HASIL PENELITIAN
4..1 Analisa Univariat Analisa dengan menggunakan tabel distribusi dari tiap-tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik perhitungan persentase sebagai berikut : a. Menghitung semua hasil dari kuesioner terhadap setiap alternatif jawaban. b. Menjumlahkan hasil dari kuesioner pada setiap alternatif jawaban. a.
Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasrkan Umur Umur
Frek
%
0-<2
33
60
≥2–5
22
40
Jumlah
55
100.00
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa dari 55 responden di dapatkan 33 responden (60,0%) umur 0 - < 2 tahun dan 22 responden (40,0%) umur ≥ 2 – 5 tahun.
b.
Satus Imunisasi
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan status imunisasi Status Imunisasi
Frek
%
Lengkap
36
65,5
Tidak Lengkap
19
34,5
Jumlah
55
100
Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa dari 55 responden yang menderita ISPA diperoleh 36 balita (65,5 %) memiliki status imunisasi lengkap dan 19 balita (34,5 %) memiliki status imunisasi tidak lengkap. Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasrkan Status ISPA Status ISPA
Frek
%
ISPA
37
67,3
Tidak ISPA
18
32,7
Jumlah
55
100
Dari Tabel 5.2 diketahu bahwai dari 55 responden yang menderita ISPA diperoleh 37 balita (67,3%) memiliki status ISPA dan 18 balita (32,7%) tidak memiliki status ISPA. 4.2.2 Analisa Bivariat Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel indevendent dan variabel devendent yang di sajikan dalam bentuk tabel yang di
analisa dengan uji statistik Continuity Corection. Statistik dilakukan dengan membandingkan nilai P Value dengan nilai α = 0,05 dengan ketentuan bila P value < nilai α = 0,05 maka ada hubungan bermakna (Signifikan) antara variabel Indevenden dan Devenden sedangkan bila P Value ≥ nilai α 0,05 maka tidak ada hubungan bermaknan (Siknifikan) antara Variabel Indevenden dan Variabel Devenden.
a.
Hubungan Umur Dengan Kejadian ISPA Pada Balita 0-5 Tahun Tabel 4.4 Hubungan Umur Responden Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Puskesmas Bulawa Kecamatan Bulawa Tahun 2013 Status ISPA Total Umur
ISPA
Tidak Ispa
N
%
N
%
N
%
0-2 Tahun
25
75,8
8
24,2
33
100
>2-5 Tahun
12
54,5
10
45,5
22
100
jumlah
37
67,3
18
32,7
55
100
P
OR
0,177
1,820
Dari Tabel 4.4 memperlihatkan proporsi responden yang mempunyai anak balita 0 - < 2 tahun 33 balita yang terdiri dari 25 balita (78,8%) ISPA dan 8 balita (24,2%) tidak ISPA, sedangkan responden yang mempunyai anak balita ≥ 2 – 5 tahun sebanyak 22 balita yang terdiri dari 12 balita (54,5%) ISPA dan 10 balita (45,5%) tidak ISPA. Setelah dilakukan uji stitistik yaitu Continuity Corection di dapatkan nilai P > dari α (0,177 > 0,05), dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara umur responden dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita di puskesmas Bulawa tahun 2013.
c. Hubungan Status Imunisasi Balita Dengan Penyakit ISPA
Tabel 4.5 Hubungan Status Imunisasi Balita Dengan Penyakit ISPA Pada Balita Di Puskesmas Bulawa Kecamatan Bulawa Tahun 2013 Status ISPA Total
Status ISPA
Tidak Ispa
P
OR
0,299
1,078
Imunisasi N
%
N
%
N
%
Lengkap
22
61,1
14
38,9
36
100
Tidak Lengkap
15
78,9
4
21,1
19
100
Jumlah
37
67,3
18
32,7
55
100
Dari tabel 4.7 memperlihatkan proporsi responden yang mempunyai balita dengan status imunisasi lengkap sebanyak 36 balita yang terdiri dari 22 balita (61,1%) mengalami ISPA dan 14 balita (38,9%) tidak menderita ISPA sedangkan responden yang mempunyai anak balita dengan ststus iminisasi tidak lengkap sebanyak 19 balita yang terdiri dari 15 balita (78,9%) mengalami ISPA dan 4 balita (21,1%) tidak mengalami ISPA. Setelah dilakukan uji stitistik yaitu Continuity Corection di dapatkan nilai P > dari α (0,299 > 0,05), dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi responden dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita di puskesmas Bulawa tahun 2013.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini 1. Tidak ada hubungan antara umur anak balita terhadap terjadinya penyakit ISPA di Puskesmas Bulawa tahun 2013. 2. Tidak ada hubungan antara status imunisasi balita terhadap terjadinya ISPA di Puskesmas Bulawa tahun 2013. 5.2 Saran 1.
Bagi Kepala dinas Kesehatan Bonebolango
Untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan terhadap penyakit ISPA pihak Dinas Kesehatan Bonebolango dapat meningkatkan evaluasi dan monitoring pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada masyarakat sehingga tujuanya tercapai. 2.
Bagi Pimpinan Puskesmas Bulawa
Untuk mencegah peningkata ISPA pada Balita di perlukan perhatian Khusus dari petugas kesehatan yang dalam hal ini petugas kesehatan memeberikan penyuluhan secara berkala tentang ISPA bagaimana cara pencegahan ISPA, dan bagaimana cara menanggulangi ISPA. 3.
Bagi Ketua Jurusan Keperawatan
hasil penelitian inidiharafkan dapat memeberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam pengenbangan pembelajaran yang berhubungan dengan
penyakit ISPA pada Balita, dan juga dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan untuk mengembangkan wawasan seta pengetahuan. 4.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharafkan hasil penelitian inidapat digunakan sebagai data dasar untuk acuan dan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya yaitu melakukan penelitian dengan mengganti variabel selain yang telah diteliti disini.