Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
POLA PENGATURAN PENDAPATAN PEDAGANG ES PUTER DI KELURAHAN SUKOHARJO KOTA PROBOLINGGO (Studi Kasus Pada Pedagang Pendatang Es Puter dari Solo Tahun 2014) Fafan Adi Sumboro, Sukidin, Bambang Hari Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ)
Email :
[email protected] Abstrak Abstrak: Kebutuhan manusia terdiri dari pangan dan non pangan. Dalam memenuhi kebutuhan, seseorang harus berusaha untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk berkonsumsi. Pendapatan pedagang es puter yang berasal dari rantauan, pendapatannya masih tergolong rendah dan tidak menentu. Rendahnya pendapatan, membuat mereka harus pandai dalam mengatur pendapatannya untuk memenuhi segala kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pengaturan pendapatan para pedagang es puter yang berada di Kelurahan Sukoharjo Kota Probolinggo. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive area sedangkan penentuan subjek penelitian menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang meliputi, mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa rendahnya pendapatan yang diperoleh para pedagang es puter menyebabkan mereka harus berhemat dalam melakukan konsumsi di daerah rantauan. Para pedagang lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk menabung dibandingkan melakukan konsumsi di daerah rantauan. Semua pemenuhan kebutuhan para pedagang di daerah rantauan dilakukan dengan berkonsumsi apa adanya. Mereka menyadari bahwasanya mereka bekerja di daerah rantauan adalah untuk memperbaiki perekonomian keluarga mereka di kampung, sehingga mereka harus menerima segala kondisi yang ada di daerah rantauan. Kata kunci : Pengaturan Pendapatan, Perantauan Pedagang Es Puter
Abstract Abstract: The human needs consisting of food and non food. In meeting the needs, one must seek to earn income is used to consume. Revenue es puter traders coming from wandering, revenue is still relatively low and erratic. Low income, making them must be clever in arranging income to meet all needs. This study aimed to describe the pattern of revenue arrangements “es puter” traders residing in the Village Sukoharjo Probolinggo City. Determining the location of the study using purposive method of determining subject areas whereas the study using purposive sampling. Techniques of data collection using interviews, observation and documentation. The data obtained were then analyzed using qualitative descriptive analysis that includes, data reduction, data presentation, and conclusion. Conclusion The study showed that the low income earned traders “es puter” cause them to be thrifty in do wandering local consumption. Traders allocate more income to save money compared to local consumption wandering do. All meet the needs of the merchants in the area to consume wandering done what it is. They realize that they are working in the wandering are is to improve the economy of their families in the village, so they have to accept all the conditions that exist in the wandering area.. Keywords: Pattern Arrangement, Traders Wandering “Es Puter” ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
1
2
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
diterimanya. Dalam memenuhi kebutuhannya,
PENDAHULUAN Kebutuhan manusia selalu berkembang
tingkat pendapatan merupakan penentu bagi
seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini.
pengeluaran konsumsi, akan tetapi tidak semua
Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologi yang
dari penghasilan seseorang akan dibelanjakan
menggerakkan
aktivitas-
untuk konsumsi barang dan jasa, melainkan
aktivitasnya untuk selalu berusaha. Kebutuhan
lebih kecil atau sama dengan pendapatannya dan
yang harus dipenuhi bukan hanya kebutuhan
sisanya
pangan saja. Namun ada juga kebutuhan non
Boediono 1997:37).
manusia
dalam
pangan yang harus dipenuhi seperti memenuhi
akan Dalam
ditabung
(Keynes,
memenuhi
dalam
kebutuhan,
kebutuhan akan pakaian, perumahan, pendidikan,
seseorang harus bekerja untuk mendapatakan
dan kesehatan.
pendapatan atau income. Seperti halnya yang
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia
dilakukan oleh para komunitas pedangang es
yang harus dipenuhi karena untuk dapat bertahan
puter yang berada di Kelurahan Sukoharjo Kota
hidup
Probolinggo. Mereka merupakan pedagang
dan
Kebutuhan
melakukan pangan
aktivitas
merupakan
sehari-hari. satu
pendatang yang berasal dari satu daerah yang
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi guna
sama yaitu daerah Solo. Para pedagang ini
kelangsungan
berpindah dari daerah asal menuju daerah lain
hidup
manusia
salah seperti
yang
dikemukakan oleh Pitomo dalam Sumardi dan
karena
Evers (1985: 30) bahwa “kebutuhan yang paling
keluarga. Menurut Everet S. Lee (Munir, 2000:
utama
adalah
120) ada 4 faktor yang menyebabkan orang
kebutuhan pangan”. Ini menunjukkan bahwa
mengambil keputusan untuk bermigrasi, yaitu
kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang
faktor-faktor yang terdapat di daerah asal,
sangat penting bagi seseorang agar bertahan
faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan,
hidup secara layak dan dapat melakukan segala
rintangan-rintangan yang menghambat, dan
kegiatan dengan baik. Tuntutan seperti ini
faktor-faktor pribadi. Komunitas ini sebanyak 8
membuat manusia harus memenuhinya guna
orang.
kelangsungan hidup. Setiap orang maupun rumah
Probolinggo sebagai tempat perantauan karena
tangga mempunyai kebutuhan yang dipengaruhi
mereka mendapat informasi dari kerabat atau
oleh
kenalan tentang kemudahan mencari pekerjaan
dalam
kehidupan
pendapatannya
manusia
dalam
berkonsumsi.
ingin
Alasan
memperbaiki
mereka
perekonomian
memilih
kota
Pendapatan ini digunakan masyarakat untuk
dan kesempatan
memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun yang
dibandingkan dengan kesempatan di daerah
akan
datang.
berkonsumsi
Setiap dari
rumah
kerja yang lebih tinggi
tangga
akan
asal. Mereka juga mendapatkan informasi
yang
telah
bahwasanya kota Probolinggo khususnya di
pendapatan
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
3
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
kelurahan Sukoharjo RT02 / RW 02 lokasinya
berhemat dalam melakukan konsumsi di daerah
nyaman, tentram, dan strategis yaitu dilalui jalan
rantauan.
raya utama dan berada di daerah perkotaan. Hal
Permasalahan dalam penelitian ini
ini juga didukung dengan harga biaya hidup dan
adalah
biaya sewa tempat
pendapatan para pedagang es puter yang berada
tinggal yang harganya
terjangkau.
bagaimanakah
pola
pengaturan
di Kelurahan Sukoharjo Kota Probolinggo.
Dari hasil pendapatan mereka yang tidak
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka
menentu dan masih tergolong rendah, para
tujuan
penelitian
ini
adalah
ingin
pedagang harus mampu dan pandai dalam
mendeskripsikan pola pengaturan pendapatan
mengatur pendapatannya. Disamping itu, mereka
para pedagang es puter yang berada di
juga mempunyai kebutuhan yang harus mereka
Kelurahan Sukoharjo Kota Probolinggo.
penuhi di daerah rantauan. Kebutuhan tersebut tidak hanya kebutuhan pangan tetapi juga
METODE PENELITIAN
kebutuhan non pangan seperti kebutuhan tempat
Penentuan lokasi atau tempat penelitian
tinggal (kontrakan) dan kebutuhan kesehatan.
menggunakan metode purposive area yaitu
Disamping itu, para pedagang juga mempunyai
bertempat
kebutuhan yang harus mereka penuhi yaitu
Kenongo RT.02/RW.02 Kota Probolinggo.
kebutuhan
Sedangkan
keluarga
di
kampung,
seperti
di
Kelurahan
penentuan
Sukoharjo subjek
Gg.
penelitian
kebutuhan anak sekolah, kebutuhan istri, dan
menggunakan metode purposive sampling yaitu
kebutuhan tempat tinggal di kampung. Hal ini
ditunjuk langsung untuk memberikan informasi
menuntut para pedagang untuk menabung untuk
yang dibutuhkan. Jumlah subjek penelitian
kebutuhan keluarga di kampung.
adalah sebanyak 4 orang. Pengumpulan data
Para pedagang es puter juga harus
menggunakan
metode
wawancara
yang
berhemat dalam melakukan konsumsi terutama
dilakukan secara langsung kepada subjek
konsumsi pangan. Mereka juga mempunyai skala
penelitian
prioritas dalam berkonsumsi, mana kebutuhan
penelitian sebagai pedoman untuk mencari
yang harus didahulukan untuk dikonsumsi dan
informasi
mana kebutuhan yang harus mereka tahan dalam
pengaturan pendapatan para pedagang es puter
berkonsumsi. Hal ini mereka lakukan karena
dalam
mereka mempunyai tanggungan keluarga di
observasi juga digunakan untuk memperoleh
kampung
penuhi
data atau informasi dengan menggunakan
kebutuhannya sehingga menuntut mereka untuk
pengamatan yang dilakukan secara langsung
yang
harus
mereka
dengan yang
memenuhi
membawa
dibutuhkan
instrumen
tentang
kebutuhannya.
pola
Metode
mengenai fakta yang diteliti untuk mengetahui
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
4
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
kegiatan yang terjadi di lokasi penelitian. Metode
Kebonsari, SDN Kebonsari, Kantor Dinas
dokumentasi digunakan sebagai data pelengkap
Pendidikan
dari kedua metode. Dokumen yang dibutuhkan ini
Mangunharjo, kampung Wiroborang, dan yang
meliputi foto mengenai aktivitas para pedagang es
terakhir yaitu di Alun-alun Kota Probolinggo.
puter dalam kesehariannya. Data yang diperoleh
Rute ini tentunya berbeda antara pedagang satu
kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
dengan pedagang yang lain. Para pelanggan
deskriptif kualitatif yang meliputi, mereduksi data
pedagang es puter umumnya adalah anak kecil,
yaitu
anak remaja, bahkan bapak-bapak. Akan tetapi,
merangkum
data-data
yang
penting,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
dan
Kebudayaan,
kampung
sebagian besar peminat es puter merupakan kalangan anak-anak kecil, seperti anak TK dan SD.
HASIL PENELITIAN Para pedagang es puter dalam menjual
Berjualan es puter tidak selamanya laku
dagangannya dilakukan dengan cara berkeliling
keras, terkadang masih ada sisa. Biasanya sisa
dari satu kampung ke kampung lain atau dari satu
tersebut diolah kembali untuk dijual esok
sekolah ke sekolah lain. Dapat dikatakan, strategi
harinya. Tentunya dengan tambahan bahan-
penjualan mereka yaitu dengan cara menjemput
bahan lain. Dalam pembuatan es puter, para
bola
Mereka
pedagang memerlukan biaya produksi kurang
melakukan strategi ini untuk memperoleh hasil
lebih Rp. 150.000,00 perhari. Harga jual es
yang maksimal.
puter sendiri bermacam-macam. Untuk segelas
atau
menjemput
konsumen.
Sebagian besar, para pedagang memulai aktivitas
pada
pukul
07.30
WIB
es puter yang berukuran kecil seharga Rp.
sampai
2000,00 dan harga penjualan es puter untuk
menjelang malam yaitu pukul 18.30 WIB. Jam
gelas besar Rp. 5000,00, sedangkan harga
kerja yang tinggi ini tidak mematahkan semangat
penjualan untuk satu mangkuk yaitu seharga
mereka untuk tetap berkeliling berjualan es puter.
Rp. 7000,00. Para pedagang memperoleh
Mereka tetap setia menjalani pekerjaannya karena
pendapatan
ada motivasi tersendiri untuk tetap semangat
180.000,00 sampai dengan Rp. 200.000,00.
dalam menjalani pekerjaannya,
untuk
Jadi, pendapatan bersih yang mereka peroleh
memenuhi tuntutan kebutuhan keluarga yang ada
perhari yaitu sebesar Rp. 30.000,00 sampai Rp.
di kampung asal.
50.000,00.
yaitu
Para pedagang mempunyai rute tersendiri
perhari
yaitu
sebesar
Rp.
Pendapatan atau keuntungan dari hasil
ketika berkeliling menjual es puter. Seperti Pak
penjualan yang diperoleh para
Abdul Ghofur, biasanya berkeliling menjual es
selanjutnya akan digunakan untuk memenuhi
puter di beberapa tempat seperti pekampungan
kebutuhannya. Dalam memenuhi kebutuhan
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
pedagang,
5
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
pangan, mereka biasanya mengkonsumsi makanan
Kemudian dalam memenuhi kebutuhan
atau lauk yang sederhana. Rata-rata pola makan
papan
mereka adalah sebanyak dua kali dalam sehari.
pedagang
Menu yang dikonsumsi oleh para pedagang pada
rantauan. Hal ini dikarenakan harga kontrakan
umumnya masih kurang memenuhi standart gizi
di daerah rantauan yang mereka tempati
yang baik. Akan tetapi, bagi mereka yang
sangatlah murah yaitu seharga Rp. 250.000,-
terpenting
tidaknya
per tahun. Tempat tinggal yang ditempati oleh
melainkan kuantitas atau porsi dari makanan yang
mereka kondisinya masih sangat standart.
disantapnya. Walaupun dengan makanan yang
Dinding tempat tinggal mereka rata-rata terbuat
kurang bergizi, mereka tetap merasa baik-baik
dari tebeng (anyaman bambu) dan lantainya
saja.
masih beralaskan tanah. Tentunya hal ini sangat
bukanlah
bergizi
atau
Dari data yang penulis dapatkan di
atau
perumahan,
kebanyakan
memilih mengontrak
di
para daerah
jauh dari kriteria kenyamanan untuk kondisi
lapangan sebagian besar para pedagang mampu
tempat
memenuhi kebutuhan makannya sebanyak dua
kenyamanan bukanlah prioritas utama mereka
kali dalam sehari. Pemenuhan kebutuhan pangan
tetapi dengan adanya tempat tinggal mereka
para pedagang sangat tergantung dari tingkat
sudah merasa cukup.
pendapatan
para
pedagang,
itu,
Kemudian dalam memenuhi kebutuhan
dari
pola
kesehatan rata-rata para pedagang mengatasi
pemenuhan kebutuhan makan. Kebanyakan dari
kesehatannya yaitu dengan cara membeli obat
para pedagang es puter tidak terbiasa sarapan
tanpa resep dokter atau membeli obat-obatan
pagi sehingga dalam sehari mereka hanya makan
yang dijual di pasaran. Mereka menganggap
dua kali, yaitu siang dan malam. Sedangkan
bahwa penyakit yang sedang dideritanya tidak
dalam mengganti sarapan pagi mereka hanya
terlalu parah sehingga mereka merasa tidak
minum kopi atau teh saja. Bertitik tolak dari
perlu untuk pergi ke dokter atau puskesmas.
uraian
bahwa
Pemenuhan kebutuhan kesehatan para pedagang
pemenuhan kebutuhan makan para pedagang
es puter masih tergolong rendah. Rendahnya
sudah terbilang cukup terpenuhi, walaupun menu
kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan
yang mereka konsumsi sangat sederhana. Bagi
disebabkan karena faktor pendapatan dan
mereka, pemenuhan kebutuhan makan hanya bisa
pendidikan mereka yang rendah.
juga
tersebut,
diperolehnya.
Bagi
Selain
kebiasaan
yang
tinggal.
menjadi
dapat
faktor
dikatakan
diukur dengan tingkat kekenyangan. Apabila
Kemudian yang terakhir yaitu pemenuhan
mereka sudah merasa kenyang berarti pemenuhan
kebutuhan pendidikan. Rata-rata anak-anak dari
makan mereka sudah terpenuhi begitu juga
para pedagang es puter sudah tidak bersekolah
sebaliknya.
lagi kecuali anak dari Pak Parno dan Pak Abdul
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
6
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
Ghofur.
Mereka
berdua
masih mempunyai
Dari hasil wawancara, para pedagang biasanya
tanggungan anak sekolah. Bapak Parno yang
menyisihkan pendapatannya untuk ditabung
masih mempunyai dua orang anak harus bekerja
yaitu sebesar Rp. 15.000 sampai dengan Rp.
keras dalam memenuhi kebutuhan pendidikan
30.000
anaknya, terutama anak pertamanya yang masih
menyisihkan pendapatannya untuk ditabung
kuliah. Akan tetapi dalam memenuhi biaya anak
dibandingkan dengan melakukan konsumsi
pertamanya yang sedang kuliah beliau dibantu
berlebihan di daerah rantauan. Hal ini mereka
oleh kakak kandungnya yang juga menjadi
lakukan untuk berjaga-jaga jika suatu hari
seorang perantau di Jakarta. Pak Parno juga
terdapat kebutuhan yang mendesak dan tidak
mempunyai sawah yang merupakan tabungan
terduga. Berikut alokasi pendapatan para
untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Hal ini
pedagang
es
puter
dalam
tentunya berbeda dengan bapak Abdul Ghofur
pendapatannya.
Bapak
Latif
yang hanya memilik satu orang anak. Anak Pak
perbulan sebesar Rp. 1.200.00,00, kemudian
Abdul Ghofur ini masih berada di bangku SMP
untuk konsumsi pangan di daerah rantauan
yakni kelas 2 SMP. Akan tetapi, Pak Abdul
sebesar Rp. 300.000,00, untuk kebutuhan lain-
Ghofur tetep bekerja keras dalam memenuhi
lain Rp. 100.000,00, dan besarnya tabungan
kebutuhan keluarganya di kampung terutama
untuk kebutuhan keluarga dikampung sebesar
pemenuhan kebutuhan pendidikan anaknya.
Rp. 800.000,00. Kemudian untuk Pak Abdul
perhari.
Mereka
lebih
banyak
mengatur pendapatan
Pernyataan diatas cukup jelas bahwasanya
Ghofur, pendapatan perbulannya adalah sebesar
para pedagang es puter sangat peduli terhadap
Rp. 1.050.000,00, konsumsi pangan yang
kebutuhan keluarganya, baik itu untuk kebutuhan
dikeluarkan selama sebulan yaitu sebesar Rp.
pangan
180.000,00, untuk kebutuhan lain-lain sebesar
dan
pendidikan.
Sehingga
dapat
dimengerti jika para pedagang di daerah rantauan
Rp.
lebih banyak menabung dibandingkan dengan
perbulan untuk kebutuhan keluarga dikampung
melakukan konsumsi karena tujuan mereka
sebesar Rp. 770.000,00. Kemudian untuk Pak
bekerja
untuk
Parno, pendapatan yang diperoleh perbulan
terutama
yaitu sebesar 750.000,00, untuk kebutuhan
kebutuhan pangan dan pendidikan anaknya di
konsumsi pangan perbulannya yaitu sebesar Rp.
kampung.
180.000,00, untuk kebutuhan lain-lain sebesar
di
daerah
memenuhi kebutuhan
Sisa
dari
rantauan
adalah
keluarganya,
pendapatan
yang
100.000,00,
dan
besarnya
tabungan
sebagian
Rp. 70.000,00, dan besarnya tabungan perbulan
digunakan untuk konsumsi, kemudian akan
Pak Parno adalah sebesar Rp. 500.000,00.
ditabung untuk
memenuhi kebutuhan yang
Kemudian pedagang yang terakhir yaitu Pak
mendesak dan kebutuhan keluarga di kampung.
Sarno, pendapatan yang diperoleh Pak Sarno
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
7
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
selama sebulan adalah sebesar Rp. 1.200.00,00,
memang cukup kritis dalam perjalanan hidup
untuk kebutuhan makan selama sebualan sebesar
mereka. Para pedagang harus pergi merantau ke
Rp. 210.000,00, dan kebutuhan lain-lain sebesar
daerah
Rp. 80.000,00. Jadi besar tabungan yang beliau
keluarga yang kurang mencukupi sehingga
sisihkan perbulan yaitu sebesar Rp. 910.000,00.
menyebabkan
Pengaturan pendapatan para pedagang es puter lebih banyak untuk ditabung daripada
lain
dikarenakan mereka
faktor
harus
ekonomi
bekerja
dan
menyesuaikan diri di daerah rantauan untuk memperbaiki perekonomian keluarganya.
berkonsumsi. Hal ini sesuai dengan teori Keynes
Pendapatan merupakan pemasukan yang
yang menyatakan bahwa Pendapatan seseorang
dimiliki seseorang karena telah melakukan suatu
tidak hanya digunakan untuk berkonsumsi, akan
pekerjaan. Salah satu pendapatan yang diterima
tetapi mereka tentu saja menyisihkan untuk
oleh para pedagang es puter adalah penghasilan
menabung guna memenuhi kebutuhan di masa
dari hasil berjualan es puter atau laba bersih
yang akan datang. Dari semua subjek penelitian
yang diperoleh dari hasil berjualan es puter. Hal
diatas semua pendapatan yang mereka peroleh
ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
dari hasil berdagang nilainya lebih besar dari
Gilarso (2002: 63) bahwasanya pendapatan
pengeluaran
merupakan balas karya atau jasa atau imbalan
konsumsi
sehari-hari
sehingga
mereka dapat menabung dari sisa pendapatannya.
yang
diperoleh
karena
sumbangan
Dimana tabungan ini mereka sisihkan untuk
diberikan dalam kegiatan produksi. Secara
memenuhi kebutuhan yang akan datang ataupun
konkritnya pendapatan berasal dari usaha itu
kebutuhan yang tidak terduga.
sendiri, misalnya berdagang,
bertani,
yang
dan
membuka usaha sebagai wiraswasta. Seperti pedagang
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditentukan, pokok bahasan yang akan dikaji
es
puter
mereka
mendapatkan
penghasilannya dari hasil berdagang es puter. Pendapatan
yang
diperoleh
para
dalam penelitian ini adalah menggambarkan pola
pedagang es puter dalam satu hari kerja tidaklah
pengaturan pendapatan pedagang es puter dalam
menentu dan tergolong rendah. Berdasarkan
memenuhi kebutuhannya baik pangan maupun
hasil penelitian, pendapatan yang diperoleh para
non pangan.
pedagang es puter yaitu sebesar Rp. 25.000,00
Kondisi
ekonomi
yang
dialami
para
sampai dengan Rp. 40.000,00 perhari dan Rp.
pedagang es puter merupakan kondisi dimana
750.000,00 sampai Rp. 1.200.000,00 perbulan.
mereka harus menyiapkan bekal untuk memenuhi
Pendapatan yang diperoleh antara pedagang
kebutuhan hidupnya dengan baik tanpa harus
satu dengan pendapatan yang lain berbeda-beda.
mengalami kekurangan. Masa-masa seperti ini
Hal ini disebabkan oleh tingkat jam kerja dan
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
8
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
banyaknya
Dengan
teori Keynes bahwa semakin besar pendapatan
pendapatan yang masih tergolong rendah tersebut
seseorang, maka semakin besar bagian dari
para pedagang harus pandai dalam mengatur
pendapatan yang akan disisihkan untuk ditabung
pendapatannya agar dapat memenuhi kebutuhan
tanpa seseorang harus merasakan kekurangan
di daerah rantauan, baik keburtuhan pangan dan
makanan, pakaian, dan sebagainya. Konsumsi
non pangan serta kebutuhan keluarga dikampung
yang dilakukan masing-masing pedagang juga
asal.
berbeda, hal ini dipengaruhi oleh jumlah Pola
konsumen
konsumsi
pelanggan.
yang
dilakukan
para
anggota keluarga yang menjadi tanggungannya.
pedagang tentu saja juga berbeda karena setiap
Kondisi
konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan yang
dikemukakan oleh Farid Wijaya (1999:80)
diterimanya. Hal ini sejalan dengan teori yang
bahwa
dikemukakan oleh Keynes (Boediono, 1997:37),
pengeluaran konsumsi suatu masyarakat tidak
dalam
tingkat
semata-mata ditentukan oleh besarnya tingkat
pendapatan merupakan penentu bagi pengeluaran
pendapatan yang telah dicapai oleh masyarakat,
konsumsi,
dari
akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor
penghasilan seseorang akan dibelanjakan untuk
lainnya yang antara lain adalah jumlah anggota
konsumsi barang dan jasa melainkan lebih kecil
keluarga.
memenuhi akan
kebutuhannya, tetapi
tidak
semua
ini
sesuai
pada
dengan
hakekatnya
teori
besar
yang
kecilnya
atau sama dengan pendapatannya dan sisanya akan ditabung. Hasil penelitian menunjukkan
KESIMPULAN
bahwa para pedagang es puter di daerah rantauan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
lebih banyak menabung dibandingkan dengan
pengamatan secara langsung terhadap subjek
melakukan konsumsi. Hal ini disebabkan karena
penelitian yaitu para pedagang es puter di
tujuan mereka bekerja di daerah rantauan adalah
Kelurahan
untuk
keluarganya
ditemukan beberapa fakta bahwa para pedagang
sehingga mereka lebih memilih berhemat dalam
es puter lebih banyak menabung dibandingkan
berkonsumsi dan lebih senang menyisihkan
dengan
uangnya untuk ditabung. Besarnya tabungan para
rantauan. Pendapatan yang diperoleh para
pedagang dipengaruhi oleh besarnya pendapatan
pedagang es puter masih tergolong rendah.
mereka. Apabila pendapatan mereka lebih besar
Misalnya bapak Latif pendapatan perbulannya
maka pendapatan yang akan ditabung juga akan
yaitu sebesar Rp. 1.200.000,-, bapak Abdul
lebih besar, begitu juga sebaliknya. Apabila
Ghofur sebesar Rp. 1.050.000,-, bapak Parno
pendapatannya kecil maka besarnya nominal yang
sebesar Rp. 750.000,-, dan yang terakhir yaitu
akan ditabung juga kecil. Hal ini sejalan dengan
pendapatan bapak Sarno yang sebesar Rp.
memperbaiki
ekonomi
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
Sukoharjo
melakukan
Kota
konsumsi
Probolinggo
di
daerah
9
Sumboro, et al., Pola Pengaturan Pendapatan......................................
1.200.000,- per bulan. Tidak menentunya dan
baik. Bukan hanya itu, penggunaan uang dalam
kecilnya
para
berkonsumsi juga harus diperhatikan dalam
pedagang es puter menyebabkan para pedagang
jangka panjang supaya pengasilan dan tabungan
harus berhemat dalam melakukan konsumsi di
yang mereka miliki dapat mencukupi kebutuhan
daerah rantauan. Terutama konsumsi pangan,
hidupnya.
pendapatan
yang
diperoleh
para pedagang dalam memenuhi kebutuhan pangan yaitu dengan apa adanya tanpa harus
DAFTAR PUSTAKA
memikirkan kualitas gizi yang terkandung dalam
[1]
makanannya. Disamping itu, kondisi perumahan yang dihuni para pedagang juga terbilang jauh
untuk
memperbaiki
perekonomian
daerah rantauan. Disamping itu, jam kerja yang tergolong tinggi membuat mereka tidak pantang menyerah dan terus bekerja dari pagi sampai menjelang malam. SARAN Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini maka dapat diberikan saran guna perbaikan pemenuhan kebutuhan hidup bagi para pedagang es puter yang memiliki penghasilan yang rendah. Sebaiknya mereka membuka usaha lain ataupun menginvestasikan uangnya untuk membuka usaha baru di kampung halamannya sehingga mereka tidak perlu bekerja di daerah rantauan lagi. Dengan demikian kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendatang seperti kebutuhan pangan dan non pangan mereka akan terpenuhi dengan
ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA, 2014,
Mikro.
Makro. Yogjakarta:Kanisius. [3] Munir, R. 2000. Migrasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia. [4] Sumardi dan Evers. 1985. Kemiskinan dan
keluarga mereka di kampung, sehingga mereka harus menerima apapun kondisi yang berada di
Ekonomi
[2] Gilarso, T. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi
terima karena mereka bekerja di daerah rantauan adalah
1997.
Yogyakarta: BPFE UGM
dari kriteria kenyamanan. Pola hidup yang seperti itu memang harus mereka jalani dan mereka
Boediono.
Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV. Rajawali. [5]
Wijaya,
F.
1999.
Ekonomi
Yogyakarta: BPFE UGM.
Mikro.