SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 83
Sumber Daya Pengelolaan Pesantren di Pondok Pesantren Al Hidayah Pal 10 Kota Jambi Shalahudin Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN STS Jambi Abstrak: Tulisan ini adalah hasil penelitian tentang Pengelolalaan Sumber Daya Pesantren di Pondok Pesantren Al-Hidayah Pal 10 Kota jambi. Lahir pada tahun 1978, pesantren ini dikenal dengan nama Pondok Karya Pembangunan alHidayah. Tujuan utama pendirian pesantren ini adalah untuk membangun spiritualitas masyarakat pedesaan dan untuk mengkader para santri menjadi ulama intelektual yang dapat membantu pembangunan atas dasar agama, berjiwa inovatif dan mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesantren Alhidayah secara umum telah melaksanakan fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan, namun belum melaksanakan secara optimal seperti belum membuat pembagian tugas secara rinci, tidak ada standar pengawasan, terlalu banyak melaksanakan pendelegasian tugas pengelolaan sumberdaya pesantren, pemeliharaan dan penganggaran masih banyak terjadi tumpang tindih dan tidak tepat sasaran. Faktor penyebab tidak optimalnya aktivitas manajerial di pesantren Alhidayah Jambi adalah minimnya pengetahuan manajerial, etos kerja yang lemah, dan budaya kerja serampangan. Kata-kata Kunci: Pondok Pesantren, Manajemen Sumber Daya, Fungsi manajemen.
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pesantren sebagai subsistem pendidikan nasional berfungsi sebagai lembaga pendidikan memiliki jumlah yang besar dan luas penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah banyak memberikan saham dan pembentukan manusia Indonesia Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
84 SHALAHUDDIN
yang religious dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Pesantren juga sebagai tempat untuk mendalami ajaran agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian atau dasar sebagai tafaqquh fiddin. Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam.Inilah identitas pesantren pada awal perkembangannya. Berkenaan dengan itu pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai perilaku seharihari.1 Lebih lanjut Dhofier2 menjelaskan bahwa ada lima elemen sehingga dapat disebut sebagai pesantren yaitu adanya pondok, masjid, kiyai, santri dan pengkajian kitab Islam Klasik (Kitab Kuning). Penegasan ini diperlukan karena adakalanya orang menyebut pesantren padahal di sana hanya ada kiyai dan santri serta pengkajian kitab Islam Klasik, keadaan seperti ini hanya dapat disebut sebagai majelis ta’lim saja. Kehadiran pesantren model baru tidak terlepas dari inisiatif yang datang dari berbagai kalangan Islam di tanah air.Ide-ide pendirian pesantren model baru yang berorientasi kepada pembangunan tidak hanya datang dari pemerintah daerah (Gubernur dan Bupati). Ide awal dari pendirian pesantren model baru tersebut telah muncul sejak Departemen Agama di pimpin oleh Mukti Ali era 70-an sampai memasuki era 80-an ide-ide tersebut tetap berlanjut. Di Jambi, pesantren model baru seperti tersebut di atas pertama kali didirikan pada tahun 1978. Pesantren ini dikenal dengan nama Pondok Karya Pembangunan al-Hidayah. Ide dasar dari pendirian pesantren tersebut, menurut berbagai kalangan datang dari pribadi Gubernur Jambi yang saat itu dijabat oleh Djamaluddin Tambunan dan juga dipengaruhi oleh kebijakan yang sudah berkembang dari Departemen Agama sejak tahun 70-an.Atas dasar pendirian pesantren model baru ini Djamaluddin Tambunan
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 85
diangkat menjadi figur pembangunan (the founder) kehidupan beragama masyarakat Jambi. Tujuan utama pendirian pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi sebagaimana ditegaskan oleh Hasibuan3 adalah untuk membangun masyarakat pedesaan dan untuk menciptakan pribadi santri menjadi kader ulama. Sekaligus menjadi intelektual (ulama intelektual) yang dapat menyuarakan pembangunan atas dasar agama, membentuk santri berjiwa inovatif dan mandiri di tengahtengah pedesaan. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien ditentukan oleh manajemen yang digunakannya. Dubrin4 menjelaskan bahwa manajemen adalah proses dalam menggunakan sumber-sumber organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui fungsi perencanaan dan pembuatan keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), pengawasan (controling). Manajemen sebagai suatu proses tentunya memiliki sejumlah sumber-sumber yang harus diproses. Dalam hal ini, Dubrin5 menjelaskan bahwa sumber-sumber yang harus diproses itu terdiri dari sumber daya manusia, sumber finansial, sumber fisik dan sumber informasi.Semua sumber ini diproses melalui fungsi perencanaan dan pembuatan keputusan (planning and decision making), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading).Pengawasan (controling). Manajemen sumber daya pendidikan perlu ditata dengan baik, karena manajemen yang tertata dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Sebaliknya jika manajemen tidak tertata dan terbina, maka hasilnya juga tidak baik. Dari hasil grand tour peneliti di pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi, ditemukan berbagai fenomena antara lain sebagai berikut: dalam pelaksanaan fungsi manajemen kepala pesantren belum melaksanakan fungsi manajemen secara komprehensif, pengelolaan sumber daya pesantren belum optimal hal ini terlihat dalam semua sisi, baik dari sisi perencanaan maupun dari segi fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
86 SHALAHUDDIN
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pelaksanaan fungsi manajemen dan pengelolaan sumber daya pesantren. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian ini dirumuskan dengan konsep manajemen sumber daya pesantren. Dalam konsep tersebut yang ingin dilihat adalah: “bagaimana pengelolalaan sumber daya pesantren al-Hidayah Pal 10 Jambi”. Selanjutnya fokus penelitian akan diuraikan menjadi dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai subfokus penelitian dengan identifikasi permasalahan sebagai berikut: (1). Bagaimana pelaksanaan fungsi manajemen di pesantren al-Hidayah pal 10 jambi? (2). Bagaimana pelaksanaan pengelolaan sumberdaya pesantren di pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi? (3). Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan manajemen sumber daya pesantren al-Hidayah Pal 10 Jambi? Penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mengetahui pelaksanaan pengelolaan sumber daya pesantren al-Hidayah yang dilaksanakan kepala sekolah/ pimpinan. (2). Mengetahui pelaksanaan Fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh pimpinan pesantren. (3). Mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan manajemen sumber daya pesantren al-Hidayah Pal 10 Jambi Adapun kegunaan Penelitian ini yaitu: bagi Pihak Pemerintah Kota Jambi, sebagai masukan untuk dapat melakukan pembenahan-pembenahan dalam meningkatkan sumber daya pesantren di pesantren al-Hidayah Pal 10 Jambi. Sedangkan bagi Pihak penyelenggara pesantren al-Hidayah Pal 10 Jambi, sebagai masukan dalam pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya pesantren. B. Kerangka Teoritik Manajemen berasal dari kata bahasa inggris “management” mengandung arti suatu prosesyang kha syang terdiri dari tindakantindakan perencanaan, pengirganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.6 Menurut Arikunto manajemen identik dengan pengelolaan.7 Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 87
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa manajemen mengandung arti penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola itu dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien sesuai yang diharapkan sebelumnya.8 Apabila dilihat aplikasinya dalam dunia pesantren, manajemen lebih cenderung diarahkan pada suatu proses yang berjalan dalam lembaga tersebut untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan. Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah yang berkenaan dengan fungsi dan peran manajer. Henry Fayol menyebutkan bahwa fungsi manajerial itu meliputi : to plan, to organizer, to command, to coordinate, dan to control. Luther Gullick menyebutkan bahwa prosedur manajerial itu terdiri dari tujuh fungsi yang disingkat dengan “POSDCORB” (Planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, and budgeting).9 Andrew J. Dubrin hanya mengemukakan empat fungsi manajerial saja yaitu, planning, organizing, leading and controlling.10 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendapat Dubrin diatas yang mengatakan bahwa fungsi manajerial terdiri dari planning, organizing, leading and controlling. Adapun fungsi, peran, dan aktivitas manajerial tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: Dubrin menjelaskan bahwa perencanaan adalah fungsi sentral dari manajemen, dan ia merupakan pedoman bagi perilaku manajer. Perencanaan adalah gambaran masa depan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai. Untuk itu, harus ada upaya mencapainya. 11 Komaruddin menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menetapkan terlebih dahulu kegiatan yang harus dilaksanakan, prosedur dan metode pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan organisasi atau bagian dari organisasi itu selama periode waktu tertentu.12 Sutisna berpendapat bahwa perencanaan adalah persiapan yang cerdas bagi perbuatan di masa datang.13 Aktivitas manajer sebagai perencanaan ini meliputi sebagai perencana strategis dan perencana operasional.Pidarta menjelaskan bahwa perencanaan strategis adalah bagian rencana yang membahas tentang strateginya.Strategi ini menyangkut tujuan Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
88 SHALAHUDDIN
yang ingin dicapai oleh perencana.14 Sedangkan perencanaan operasional adalah usaha menspesifikasi tujuan dan memecahlan tujuan menjadi kenyataan dengan pelbagai alternatif pemecahannya.15 Dubrin mengemukakan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses yang meyakinkan kesesuaian penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya fisik dengan perencanaan yang dibuat dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.16 Oteng Sutisna menjelaskan bahwa pengorganisasian sebagai fungsi administrasi adalah kegiatan menyusun struktur dan membnetuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan organisasi.17 Jadi pengorganisasian itu pada intinya adalah kegiatan menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan untuk meyakinkan kesesuaian penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya fisik dengan perencanaan yang dibuat dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dubrin mengemukakan bahwa pemimpin adalah fungsi manajerial yang dilakukan dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi, yang terdiri dari berbagai proses interpersonal seperti permotivasian, komunikasi, latihan dan lain sebagainya.18 Nanang Fattah berpendapat bahwa pemimpinan pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.19 Jadi, pimpinan merupakan salah satu fungsi manajerial yang harus dilakukan seorang dalam mengatur organisasinya. Pimpinan bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi dengan penggunaan kekuasaan. Proses mempengaruhi tersebut bisa dilakukan dengan proses interpersonal seperti dengan pemberian motivasi, komunikasi, pelatihan dan lain sebagainya. Dalam fungsi pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi, ternyata tidak luput dari pelbagai masalah. Berbagai pendekatan telah dicoba oleh pakar manajemen dalam mengatasi masalahmasalah ini. Pendekatan pertama yang dilakukan adalah pendekatan sifat yang memfokuskan pada karakteristik pribadi pemimpin. Pendekatan kedua, yaitu pendekatan situasional yang Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 89
memfokuskan pada kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan karakteristik. Pendekatan-pendekatan ini dilakukan oleh para pakar dalam rangka untuk mencari teori dan gaya kepemimpinan yang efektif. Dari usaha para pakar ini maka melahirkan sejumlah teori dan gaya kepemimpinan (teories and leadership styles) yang bisa dijadikan pedoman dan panduan kepemimpinan dewasa ini. Turney menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses yang harus dilakukan oleh seseorang (pemimpin) dalam memanaj dan memberikan inspirasi kepada groupnya kea rah pencapaian tujuan organisasi dengan mengaplikasikan teknik-teknik manajemen. Kepemimpinan tanpa manajemen hanya merupakan retorika saja, sementara manajemen tanpa kepemimpinan jarang berhasil dalam perubahan yang berarti dan kreatif organisasi.20 Dalam konteks pesantren (sekolah), kepemimpinan bertujuan untuk menjalin hubungan yang lebih mendalam antara pemimpin (kepala pesantren), guru, pegawai, siswa, dan orang tua siswa. Kepemimpinan disini bukan hanya berkenaan dengan masalah apa yang harus dilakukan oleh mudir pesantren, tetapi bagaimana mudir sebagai pimpinan ini membuat perasaan orang lain mengenai diri mereka sendiri dalam situasi kerja mengenai organisasi pesantren itu sendiri. Dubrin menjelaskan bahwa pengawasan adalah fungsi manajerial yang menjamin kesesuaian antara kinerja tugas dengan rencana yang dibuat. Pengawasan ini dilakukan dalam rangka membandingkan antara kinerja yang aktual dengan standar yang dilakukan.21 Jadi, pengawasan adalah fungsi manajerial dimana para manajer memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Sumber daya pesantren yang harus dikelola oleh kepala pesantren terdiri dari sumber daya manusia (personalia) ialah: Ustadz/kiyai dan karyawan serta santri. Kemudian ditambah dengan sumber daya pesantren yang lain yaitu: kurikulum pesantren, sarana dan prasarana pesantren, finansial pesantren dan informasi. Sistem manajemen pesantren merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan.
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
90 SHALAHUDDIN
Sumber daya manusia yang harus dikelola oleh kepala pesantren adalah guru, karyawan dan santri. Sumber daya manusia ini akan optimal jika dikelola secara baik. Manajemen sumber daya manusia ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu manajemen guru dan karyawan (personalia), dan manajemen kesiswaan (santri). Oteng Sutisna berpendapat bahwa kualitas spendidikan juga ditentukan oleh kualitas personilnya. Walaupun konsep-konsep pendidikan dirancang dengan teliti, tanpa didukung oleh personil yang cakap dan efektif, kemungkinan program pendidikan tersebut tidak akan berhasil.22 Oleh karena itu penting bagi Mudir pesantren untuk memahami bagaimana sebaiknya mengelola personalia pesantren. Keberhasilan dalam mengelola personil pesantren ini (guru dan karyawan) ditentukan oleh dan kemampuan pemahaman kepala pesantren dalam menerapkan manajemen guru dan karyawan tersebut. Adapun proses manajemen guru dan karyawan yang harus dilaksanakan oleh kepala pesantren adalah; 1) pengadaan tenaga; 2) pemanfaatan tenaga yang telah dimiliki; dan 3) pembinaan dan pengembangan. Kepala pesantren mempunyai peran penting dalam mengelola santri ke arah yang diinginkan, yaitu membantu santri untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dalam hal ini, kepala pesantren harus menguasai dan memahami prinsip-prinsip dasar manajemen tentang santri, di samping harus menguasai dan mengaplikasikan tugas-tugas yang berkenaan dengan hal tersebut.23 Adapun tugas kepala pesantren yang berkenaan dengan manajemen santri adalah : 1) penerimaan santri baru, yang terdiri dari perencanaan daya tamping dan seleksi calon santri baru; 2) pembinaan santri di pesantren; dan 3) pemantapan program santri. Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan di pesantren diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Fasilitas yang dimaksud adalah sarana dan prasarana pesantren, yaitu semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang peyelenggaraan
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 91
proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.24 Aktivitas yang terdapat dalam manajemen sarana dan prasarana pesantren adalah: 1) perencanaan kebutuhan; 2) pengadasan; 3) penyimpanan; 4) inventarisasi; 5) pemeliharaan; 6) penghapusan; dan 7) pengawasan. Dalam mengelola keuangan pesantren diperlukan sikap terbuka dalam transparana dari kepala pesantren terhadap semua pihak .hal ini penting untuk memberikan kepercayaan kepada pemberi dana atau pihak lain. Sikap transparasi hendaknya diwujudkan dalam penggunaan anggaran.Anggaran ini seyogyanya dibuat dengan perencanaan yang matang, dan penggunaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga dapat terhindar dari kesan menghamburhamburkan uang pesantren. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun RAPBP adalah: 1) mengiventarisasi program/kegiatan pesantren selama dua tahun mendatang; 2) menyusun program/kegiatan tersebut berdasarkan jenis dan prioritas; 3) menghitung volume, harga satuan, dan kebutuhan dana untuk setiap komponen; 4) membuat kertas kerja dan lembaran kerja, menentukan sumber dana dan pembebanan anggaran, serta menuangkan ke dalam format baku RAPBP; dan 5) menghimpun data pendukung yang akurat untuk bahan acuan guna mempertahankan anggaran yang diajukan.25 Penelitian untuk artikel ini adalah kepala pesantren, guru/ustadz dan karyawan santri. Oleh karena itu, penelitian melihat bahwa pesantren Al-Hidayah Pal 10 Jambi sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang tetap eksis di Kota Jambi sudah selayaknya menerapkan manajemen sumber daya pendidikan secara efektif dan efisien.Karena dengan manajemen yang dikelola dengan baik lembaga pendidikan tersebut dapat berdayaguna dan berhasil guna sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik snowball sampling. Menurut Sanafiah Faisal,26 teknik snowball sampling
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
92 SHALAHUDDIN
adalah suatu proses menyebarnya sampel seperti bola salju yang semula kecil kemudian membesar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisis data dilakukan sejak awal sampai penelitian berakhir (terus –menerus) dengan menggunakan metode berpikir induktif. Menurut Usman27 metode berfikir induktif adalah pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum. Jenis analisis data yang digunakan mengutip pendapat Sanafiah Faisal,28 yaitu analisis domain, taksonomis, komponensial, dan tema kultural. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan November 2014. Penelitian dibagi ke dalam tiga tahap: Pertama, tahap persiapan meliputi seminar proposal, perbaikan proposal, perizinan dan penyusunan Instrumen Pengumpulan Data (IPD). Kedua, tahap pelaksanaan penelitian meliputi studi lapangan dan analisis.Ketiga, tahap pelaporan meliputi penyusunan draft, perbaikan draft, dan pendistribusian. C. Temuan Umum Penelitian Pendirian Pondok Karya Pembangunan al-Hidayah tidak luput dari peran Gubernur Jambi, Djamaluddin Tambunan, yang mengharapkan adanya perubahan terhadap lembaga pendidikan Islam di Jambi. Kenyataannya telah banyak berdiri lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren di Jambi, seperti Pondok Pesantren Nurul Iman dan Pondok Pesantren As’ad. Namun, pondok pesantren yang berdiri pada waktu itu menurut penilaian dan pengamatan Gubernur Jambi kurang responsif terhadap pembangunan dan perubahan-perubahan sosial yang semakin maju di tengah derasnya kemajuan ilmu pengetahuan dan globalisasi yang melanda dunia. Atas dasar itu, Gubernur Jambi memandang perlu didirikan sebuah lembaga yang mampu menjawab tantangan dan tuntutan pembangunan dan perubahan masyarakat Jambi namun tetap dapat mengakar kuat pada tradisi Islam. Alasan tersebutlah yang menjadi pendorong utama kebulatan tekad Gubernur Jambi ketika Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 93
itu untuk mendirikan sebuah lembaga yang mumpuni dalam bentuk pesantren modern, yang mampu menopang peradaban dan kebudayaan masyarakat Jambi, baik itu berasal dari pedesaan maupun kota.29 Pada awal pendirian, kepemimpinan pondok pesantren dijabat oleh Drs. Sulaiman Abdullah, tercatat sejak tahun 1978 sampai tahun 1995. Setelah itu, roda kepemimpinan pondok pesantren mengalami beberapa kali pergantian. Kepemimpinan Pondok Karya Pembangunan al-Hidayah ditunjuk lansung oleh Pemda Propinsi Jambi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jambi. Visi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah cita-cita. Visi adalah wawasan ke dapan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Visi bersifat kearifan intuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat.30 Adapun visi Pondok Pesantren Karya Pembangunan adalah "Mewujudkan pondok pesantren yang kompetitif sebagai lembaga transformasi nilai-nilai agama islam, ilmu pengetahuan dan teknologi". Sedangkan misinya adalah "Mencetak santri yang berilmu, beramal,
bertaqwa dan terampil".31 D. Temuan Khusus Penelitian Adapun temuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: Kepala Madrasah Aliyah al-Hidayah sebagai seorang manajer dalam kesehariannya telah melaksanakan fungsi manajemen yang sesuai dengan perannya sebagai kepala pesantren. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud adalah melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpin (leading), dan pengawasan (controlling). Kepala pesantren berfungsi sebagai planning telah melakukan pengembangan perencanaan jangka panjang. Hal tersebut dapat diselusuri dari wawancara peneliti dengan kepala pesantren al-Hidayah yang mengatakan bahwa dia telah melakukan perencanaan jangka panjang yang meliputi program pengadaan guru professional dalam bidang keterampilan, mengadakan kerja Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
94 SHALAHUDDIN
sama dengan PT Wks dalam bentuk pertanian terpadu, perikanan, dan peternakan.32 perencanaan tersebut dengan memberi pelatihan kepada guru yang mengajar bukan berdasarkan rumpun keahliannya yang berjumlah enam orang yaitu Siti Raihan, Bustanudin Arifin, Yokmi, S. Pd, Deni Nuspi, S.Pd, Awaluddin, S.Pd dan Brianti Amozana, S. Pd. Aktivitas kepala pesantren sebagai planner dapat dilihat dalam agenda tahunan 2014/ 2015 yang sesuai dengan kelender akademik. Agenda tersebut yatu: penerimaan santri baru, penentuan awal masuk sekolah, penentuan semester, mid semester, eveluasi akhir dan pengangkatan dan pengurangan guru honor.33 Aktivitas kepala pesantren yang berkenaan dengan perencanaan jangka pendek ialah: penerimaan santri baru tahun pembelajaran 2014/ 2015. Menetapkan masa aktif belajar dengan rincian sebagai berikut: pukul 7.30 s.d 12.30 belajar efektif, pukul 14.00 s.d 17.00 belajar sore (kursus), dan pukul 18.00 s.d 19.30 belajar malam. Adapun kebijakan yang berhubungan dengan program jangka pendek adalah pembagian tugas mengajar, roster pelajaran, dan pengangkatan guru tidak tetap (wawancara, 19 November 2014). Aktivitas lain kepala pesantren al-hidayah adalah memformulasikan pengoperasiaan dana dan mengembangkan jadwal kerja guru dan karyawan. Formulasi budget untuk tahun 2014/2015 terdiri dari dua bentuk budget yaitu budget persemester untuk tahun pembelajaran 2014/2015 dan formulasi budget perbulan untuk tahun 2014. Formulasinya dibuat dalam bentuk daftar isian proyek (DIP) dan daftar usulan proyek (DUP). pada tahun 2014 anggaran budget pesantren al-hidayah pal 10 Jambi untuk tingkat Aliyah berjumlah Rp 60.000.000,-persemester. Anggaran budget perbulan berjumlah Rp 10.000.000,-perbulan. Anggaran ini digunakan untuk kesejahteraan guru dan pegawai, biaya pemeliharaan dan perawatan gedung, pembelian ATK, biaya perjalanan dinas, biaya pembeliaan dan pemeliharaan inventaris, biaya pembayaran jasa telepan dan listrik (Dokumentasi Pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi, 2014). Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 95
Selain itu, kepala pesantren telah merencanakan jadwal kerja, jadwal rapat dengan majelis guru dan karyawan yang termuat dalam kalender pendidikan . Kepala pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi melaksanakan fungsi sebagai pengorganisasian telah melakukan beberapa aktivitas yaitu sebagai berikut: Kepala pesantren sebagai organizer bertugas mendesain tugas guru dan karyawan pada setiap awal tahun. Kepala membagikan tugas bagi masing-masing personil, menjelaskan kebijakan-kebijakan, peraturan dan peraturan organisasi kepada guru dan karyawan pesantren. Tugas kepala yayasan pesantren mendesain semua personil pesantren, mulai dari tugas kepala pesntren, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan, tata usaha, keuangan, dan para guru. Disain kerja ini adalah prosedur kerja yang akan ditempuh selama satu tahun yang akan dating. Akan tetapi, dalam rincian tugas yang diberikan kepala pesantren terlihat belum terinci secara mendetail. Hal ini diungkapkan oleh seorang guru yang mengatakan bahwa rincian tugas yang diberikan kepala pesantren belum lengkap. Demikian juga dengan uraian tugas (job description) kepala pesantren, wakil kepala, guru, dan karyawan (wawancara, 20 Oktober 2014). Sebagai penghubung, tugas kepala pesantren dapat terlihat dari sikapnya terhadap guru, karyawan dan santri, orang tua santri dan organisasi-organisasi lainnya. Hubungannya santri terlihat berjalan harmonis. Hubungan dengan orang tua santri tidak berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan komite sekolah hanya ada badannya saja tanpa ada pelaksanaan atau hanya bersifat formal saja. Kunjungan ke rumah orang tua santri apa bila ada musibah itupun diwakilkan (wawancara, 23 Oktober 2014). Hubungan kepala sekolah dengan organisasi lain juga belum berjalan dengan optimal. Aktivitas kepala pesantren sebagai penentu staf dan menyusun struktur organisasi pesantren tahun 2014/2015 dan pemberian tugas mengajar kepala pesantren telah berusaha semaksimal mugkin untuk menempatkan guru dan pegawai sesuai Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
96 SHALAHUDDIN
dengan kompetensi keilmuannya. Tapi, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa orang guru dan pegawai ditempatkan bukan didasari kompetensi masing-masing. Hal ini disebabkan berbagai alasan. Sebagaimana diungkapkan oleh kepla pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi: bahwa saat ini masih terdapat ketidaksesuaian antara kompetensi dengan keahlian guru dan pegawai. Hal ini dilakukan karena sulitnya mencari guru yang professional di bidangnya, di samping itu pertimbangan social (Wawancara, 20 Oktober 2014). Dalam menyusun staf, kepala pesantren melakukan aktivitas merekrut guru dan karyawan, mengevaluasi kinerja guru dan karyawan, melatih guru dan karyawan dan mempromosi guru. Peran kepala pesantren sebagai pengelola sember dengan melakukan aktivitas tertentu. Sumber-sumber fisik yang dikuasai pimpinan pesantren adalah semua sarana yang ada di pesantren. Seperti pemanfaatan gedung, ruang kantor, ruang guru, ruang kelas, ruang labor, ruang perpustakaan, ruang organisasi santri pesanter al-Hidayah (OSPAH), ruang kaligrafi, ruang pramuka, ruang WC, penggunaan halaman pesantren, pemanfaatan mobil dinas, serta sarana dan prasarana lain (Wawancara, 23 Oktober 2014). Kepala pesantren juga menguasai sumber-sumber keuangan dengan mengetahui setiap pemasukan dan pengeluaran keuangan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan kepala dibantu oleh bendahara bernama Dra. Siti Aminah. Tahapan pengelolan keuangan dilakukan dengan menyusun anggaran, pembukuan (accounting), dan pemeriksaan (auditing). Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah dana yang diperlukan dalam operasionalisasi program pendidikan di Pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi (Observasi, 27 Oktober 2014). Aktivitas kepala pesantren yang lain adalah pendelegasian tugas kepada wakil kepala, guru dan karyawan. Menjelaskan prioritas dan standar kerja untuk masing-masing tugas dengan tujuan untuk menjamin bahwa mereka dipekerjakan secara tepat dan efektif.
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 97
Dalam struktur organisasi pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi tahun 2014/2015 terlihat bahwa kepala pesantren telah melakukan pendelegasian dan menentukan masing-masing tugas kepada guru dan karyawan. Tugas-tugas yang dimaksud adalah tugas untuk kepala pesantren, kepala bagian pendidikan, kepala bagian kesiswaan/ humas, tata usaha, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, keamanan, kesehatan, unit produksi, perpustakaan, umum, petugas kebersihan, Pembina Ospah, Pembina pramuka, Pembina kesenian dan majelis guru (Dokumentasi, 2014). Kepala pesantren dengan fungsi leading berperan sebagai figure head, spokesperson, negotiator, coach, team builder, team player, technical problem solver, dan entrepreneur. Peran-peran tersebut dilakukan oleh pimpinan pesantren dengan berbagai aktivitas sebagai berikut: Sikap kepala sekolah sebagai panutan (figure head) belum semuanya dijalankan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan dalam keseharian. Seperti perilakunya terhadap santri, guru, karyawan dan masyarakat sekitarnya. Upaya yang dilakukan kepala pesantren untuk menyenangkan hati santri sebagai pelanggan diserahkan sepenuhnya kepada Pembina OSPAH dan Wakil kepala bagian kesiswaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan salah seorang santri bahwa dalam kepengurusan para santri baik secara individu atau kelompok sepenuhnya dikelola oleh Pembina OSPAH, jika tidak selesai akan diselesaikan melalui wakil kepala bagian kesiswaan (Wawancara, 25 Oktober 2014). Sebagai wakil resmi pesantren, pimpinan pesantren juga bersikap baik terhadap perkumpulan-perkumpulan di luar pesantren. Sikap ini terlihat seperti adanya kegiatan yang dilaksanakan pesantren kegiatan kelompok kerja guru agama (KKGA), kegiatan kelompok kerja madrasah (K3M), dan kegiatan yang tergabung dalam kelompok kerja madrasah (KKM). Peran lain yang dilakukan kepala pesantren adalah juru bicara seperti member laporan langsung kepada pemda Jambi secara rutin setiap bulan baik secara lisan maupun tulisan. Pemberi tahuan informasi kepada sntri dan guru dalam setiap moment. Juga Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
98 SHALAHUDDIN
dilakukan dalam hal memenuhi surat undangan dari lembagalembaga lain. Peran sebagai pelatih, pimpinan pesantren menekankan dalam masalah disiplin dan kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan yang lainnya belum nampak. dapun upaya kepala pesantren sebagai orang yang berperan mengatasi masalah yang dipraktekkan dalam kehidupan seharihari. Dalam hal ini dia terlihat cukup tanggap dan aspiratif. Ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala pesantren di ruang kerjanya yang mengatakan bahwa beliau telah melakukan beberapa kegiatan seperti saat MCK santri rusak ia memanggil tenaga ahli untuk memperbaikinya, demikian juga dengan kerusakan dan kekurangan di kantor, beliau mengajukan usulan biaya untuk memperbaikinya (Wawancara, 20 November 2014). Peran pimpinan sebagi pengawas yang dilakukan di pondok pesantren Al-Hidayah pal 10 Jambi dapat dilihat dari dua sisi yaitu peran sebagai monitor dan peran sebagai orang yang mengatasi masalah. Sebagai pemonitor pimpinan pesantren memonitor tugas guru dan berkunjung ke kelas di saat proses KBM berlangsung, memonitor kegiatan karyawan mulai dari tingkat kecil sampai ke tingkat yang terbesar. Juga memonitor kegiatan OSIS atau OSPAH, pramuka, dan organisasi ekstra lainnya. Aktivitas pengawasan ini dilaksanakan dengan bekerja sama dengan orang kepercayaannya atau kepala bagian dan wakil kepala, kepala tinggal menerima laporan. Kemudian memberikan solusi terhadap kendala atau masalah yang dihadapi. Untuk mengatasi permasalahan santri diserahkan kepada Pembina Ospah dan wakil bidang kesiswaan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh salah seorang santri bahwa apabila terjadi masalah santri yang bersifat ringan seperti perselisihan antar santri maka diselesaikan oleh Pembina Ospah, tetapi apabila masalahnya besar maka diselesaikan oleh waka kesiswaan (Wawancara, 25 Oktober 2014). Sumber daya pesantren harus dikelola dengan baik oleh pimpinan pesantren apabila pesantren ingin menuju kemajuan dan Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 99
kesuksesan. Sumberdaya pesantren yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Guru, karyawan, santri, sarana dan prasarana, dan keuangan. Dari data yang diperoleh sebagian telah dikelola dengan baik oleh pimpinan pesantern, sebahagian lagi belum terlaksana. Atau dalam kata lain aktivitas pimpinan pesantren al-Hidayah dalam mengelola sumberdaya belum optimal diperlukan perbaikan kinerja. Aktivitas pimpinan pesantern dalam mengelola guru dan karyawan yaitu berhubungan dengan masalah pengadaan tenaga, pembinaan, dan pengembangannya. Pengadaan tenaga guru dan karyawan sudah dilakukan oleh pimpinan pesantren dengan merekrut tenaga guru tetap dan pegawai honorer pada tahun 2013/ 2014, tetapi dalam perekrutan tersebut masih ditemukan ada sebagian guru dan karyawan tidak sesuai dengan kompetensinya. Misalnya guru yang mengajar Matematika tidak berlatar belakang pendidikan matematika demikian juga pegawai pustaka tidak berlatar belakang pendidikan pustakawan. Kinerja pimpinan dalam bidang pengembangan guru dan karyawan masih minim. Hal ini terlihat dengan sedikitnya pelatihan dan pengembangan guru yang dilaksanakan. Jadi, pimpinan pesantren telah melakukan pengelolaan guru dan karyawan sebahagian kecil dari fungsinya namun belum optimal karena masih ada proses manajemen yang belum mencapai target yang diinginkan. Aktivitas kepala pesantren dalam manajemen kesiswaan terlihat dari perencanaan penerimaan calon santri baru yang terdiri dari system seleksi santri baru, pembinaan santri, dan pemantapan program santri. Perencanaan sistem seleksi calon santri baru dilakukan kepala pesantren tidak ada penetapan umur, tidak ada ketentuan nilai akhir (NEM). Hal ini menunjukkan tidak ada ketentuan yang baku dalam proses rekrutmen santri. Kemudian dalam tes lisan dan tulisan materinya hanya menekankan materi al-Qur’an dan pengetahuan umum tanpa standar yang baku. Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
100 SHALAHUDDIN
Pembinaan yang dilakukan terhadap santri belum terorganisir dengan baik baik secara administratif maupun jalur koordinasi masih abu-abu masih masih tumpang tindih. Dengan demikian manajemen kesantrian yang dilaksanakan oleh pimpinan pesantren al-Hidayah belum terprogram dengan baik dan belum mencapai sasaran yang diinginkan. Aktivitas kepala pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi dalam mengelola sarana dan prasarana sebagian terlaksana dan sebahagian lainnya belum mencapai sasaran yang diinginkan. Yang terlaksana seperti masalah perencanaan kebutuhan, pengadaan barang, dan iventrasasi barang. Tapi, dalam hal pemeliharaan dan pengawasan belum terlaksana sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dengan masih banyaknya kursi, meja, dan alat lainnya yang rusak dan dibiarkan porak poranda tanpa ada penataan. Aktivitas kepala pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi dalam mengelola keuangan pesantren dilakukan seperti penyusunan danggaran (bugeting) dilakukan sesuai dengan keperluan. Dalam penyusunan anggaran, Pimpinan pesantren menerapkan langkahlangkah seperti menetapkan dana honor untuk Kepala pesantren, guru tetap, guru honorer, dan karyawan. Pembukuan (accounting) dilakukan oleh Bendahara yang mengatur uang masuk dan uang keluar. Pemeriksaan (auditing) yang dilaksanakan oleh Kepala dan Petugas inspektorat. Manajemen keuangan pada pesantren ini tidak berjalan dengan baik karena tidak dilakukan penganggaran dan pembukuan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Dari hasil wawancara dan observasi peneliti tentang faktor penyebab tidak optimalnya aktivitas manajerial dalam menjalankan fungsi manajemen adalah sebagai berikut: Pertama, minimnya penguasaan pengetahuan manajemen, hal ini terlihat dengan berbagai statemen yang dikemukan oleh kepala pesanteren seperti dia mengatakan bahwa perencanaan dalam suatu program tidak penting. Kemudian dilihat dari latar belakang pendidikan kepala pesantren yang tidak berlatar belakang pendidikan manajemen pendidikan walaupun hal tersebut tidak menjamin untuk seseorang dapat dikatakan professional. Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 101
Kedua, etos kerja yang masih kurang karena masih banyak dijumpai masih banyak sumber daya pesantren seperti sarana prasana yang belum dikelola dengan baik. Ketiga, budaya kerja asal jadi yang membuat aktivitas manajerial di pondok pesantren alHidayah pal 10 Jambi belum telaksana dengan baik. Budaya kerja maksimal dan mengedepankan mutu di sini kurang berjalan karena sebagian besar orang mengedepankan budaya kerja santai, apalagi budaya Asal Bapak Senang (ABS) yang semangat bekerja bila ada pimpinan pesantren saja (Wawancara, 28 Oktober 2014). Dari paparan tersebut dapat disentesiskan bahwa factor penyebab tidak oftimalnya aktivitas manajerial di pondok pesantren al-Hidayal pal 10 Jambi yaitu: minimnya penguasaan pengetahuan manajemen, lemahnya etos kerja, budaya kerja yang santai dan asal jadi. E. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapatlah disimpulkan sebagai berikut: (1) Pimpinan Pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi secara umum telah melaksanakan fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan, namun belum dilaksanakan secara optimal seperti belum membuat job deskripsion dengan rinci, tidak ada standar pengawasan, terlalu banyak melaksanakan pendelegasian tugas dan lain-lain. (2) Pengelolaan sumberdaya pesantren belum berjalan optimal terutama dalam bidang pemeliharaan dan penganggaran masih banyak terjadi tumpang tindih dan tidak tepat sasaran. (3) Faktor penyebab tidak optimalnya aktivitas manajerial di pesantren al-Hidayah pal 10 Jambi adalah minimnya pengetahuan manajerial, etos kerja yang lemah, dan budaya kerja serampangan. Dari hasil temuan penelitian peneliti merekomendasi hal-hal sebagai berikut: Diharapakan kepada pimpinan pesantren untuk selalu meningkatkan kompetensi dan kemampuan manajerial, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pesantren secara efektif dan efisien dengan melakukan pendidikan dan pelatihan. Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
102 SHALAHUDDIN
Diharapkan pemerintah mendukung sepenuhnya dalam pengembangan pondok pesantren dan pembinaan dengan mendukung pendanaan dan mengadakan kerja sama yang lebih intens untuk mewujudkan output pesantren yang unggul.
Catatan: 1
(Mastuhu, 1994 :55). (1985:44) 3 Hasibuan (1997) 4 Dubrin (1990:5) 5 (1990:13) 6 (Effendy, 1987:7 7 (1992:7). 8 (Poerwardaminta:415). 9 (Miskel, 1978:5). 10 (Dubrin, 1990:16-20). 11 (Dubrin, 1990:14). 12 (Komaruddin, 1994:679). 13 (Sutisna, 1985:162). 14 (Pidarta, 1990:63). 15 (Pidata, 1990:97). 16 (Dubrin, 1990:97). 17 (Sutisna, 1985:174). 18 (Dubrin, 1990:14-15). 19 (Fattah, 1996:88). 20 (turney, 1992:47). 21 (Dubrin, 1990:15). 22 (Sutisna, 1985:109). 23 (Anonim, 1999:87-93). 24 (Soetjipto dan Kosasi, 1999:170). 25 (Soetjipto dan Kosasi, 1999:98). 26 (1990:60-61), 27 (1998:2) 28 (1990:90), 29 (Dokumentasi Pemda Prop. Jambi, 1978: 1-2). 2
30
(Tap. MPR RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001) (Dokumentasi, PKP Al-Hidayah, 2014). 32 (Wawancara, 20 oktober 2013). 33 (wawancara, 16 November 2014). 31
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
SUMBER DAYA PENGELOLAAN PESANTREN … 103
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1992).Manajemen Sistem Pendidikan Nasional: Sentralisasi, Dekonstrasi, dan Desentralisasi. Bandung: Universitas Press IKIP Bandung. _______. (1999). Panduan Manajemen Sekolah.Jakarta: Depdikbud. _______. (1993). Pemasyarakatan Kebijakan Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdikbud. _______. (1984/1985).Materi Dasar Pendidikan Program Mengajar Akta V (Buku IA Filsafat Ilmu), Universitas Terbuka. Arikunto, S. (1988).Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. _______. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta _______. (2000). Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta _______. (1990). Administrasi dan Manajemen: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta : Rajawali Pers. Asri Marwan dan Gugup. (1989). Manajemen Lanjutan, Jakarta : Universitas Terbuka. Cunningham, W.G. (1982). Systematic Planning for Educational Change.United State: Myfield Publishing Company. Casteter, William B. (1981). The Personal Function in Educational Administration.New York: Mc Willan Publishing Co. Dhofier, Zamakhsyari. (1995). Tradisi Pesantyren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai. Jakarta: LP3ES. Dubrin, Andrew J. (1990). Essential of Management. Ohio: South Western Publising.
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014
104 SHALAHUDDIN
Drucker.F.F. (1964).Managing for Resuert.New York: Harper & Row Effendi,
Onong Uchjana.(1989). Manajemen.Bandung: Mandar Maju.
Sistem
Informasi
Effendi, Mochtar.(1996). Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.Jakarta: Bhratara. Faisal Sanafiah, (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikainya, Malang: YA3. Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya. Gilmore. (1974). The Productive Personality. Calipornia: Albion Publishing Company. Gordon.
B. Davis. (1974). Management Information System: Conceptual Foundation, Structure, and Development. Tokyo: McGraw Hill.
Griffin. R.W. (1986).Organizational Behavior.Boston: Hougton Mifflin Company. Gullick Luther. (1965). Management is A Science, Journal No. 8 Maret 1965. Handayaningrat, Soenarno. (1980). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Pengelolaan.Jakarta : Inti Daya Pers. Handoko, T. Hani. (1999). Manajemen (Edisi 2). Yogyakarta: BPEE. Hansen et. Al. (1977).Counseling: Theory and Process. Boston: Ally and Bacon Inc.
Media Akademika, Vol. 29. No.1, Januari 2014