SUMBANGAN LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA
Oleh Lusia Matulessy Lusia Matulessy adalah guru SMA Negeri 1 Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah
Abstrak: Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam menafsirkan dan menyerap berbagai informasi tersebut bila tidak ingin ketinggalan. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Keterampilan membaca seseorang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga. Hal ini karena Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan sekaligus keberhasilan belajar seseorang. Seiring dengan hal itu, peran orang tua juga turut memberikan nilai bagi perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Pada sisi inilah orang tua berperan sebagai contoh pendidik yang akan ditiru anak-anak dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan hidup, yang secara langsung mewarnai kehidupannya. Penulisan ini menitikberatkan pada peranan lingkungan keluarga dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa. Berkaitan dengan keterampilan membaca, keluarga diharapkan untuk dapat membantu memotivasi anak agar gemar membaca sehingga timbul kesadaran pentingnya membaca. Untuk menunjang agar anak gemar membaca
diperlukan sarana membaca berupa buku-buku bacaan, koran, majalah, dan buku-buku penunjang lainnya. Alangkah baiknya kalau di lingkungan keluarga pun tersedia fasilitas perpustakaan keluarga atau taman bacaan. Kata-kata kunci: Keluarga, Keterampilan Membaca.
Siswa,
PENDAHULUAN Dewasa ini ilmu dan teknologi berkembang makin pesat dan tak dapat dibendung lagi kehadirannya. Seiring dengan hal itu, setiap manusia dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam menafsirkan dan menyerap berbagai informasi tersebut bila tidak ingin ketinggalan. Informasi yang berkaitan dengan peristiwa dunia serta pertumbuhan dan perkembangan ilmu dan teknologi tidak cukup hanya diperoleh dari sumber lisan tetapi juga dari sumber tertulis. Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut memiliki keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu dan teknologi saat ini (Pramuki, 2006). Dengan memiliki keterampilan membaca, seseorang dapat memaparkan kembali peristiwa masa lalu untuk diambil manfaatnya dalam usaha memperbaiki kehidupan masa
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
112
kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Dengan modal tersebut seseorang dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan. Hal inilah yang menggelitik penulis untuk melihat sumbangan lingkungan keluarga dalam perannya untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa.
PEMBAHASAN Hakikat Membaca Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu (Oka, 1983). Burns, Roe, & Ross (1984) berpendapat bahwa membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan hasil. Membaca sebagai suatu proses mencakup semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada pencapaian tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca mengandung unsur: (1) suatu proses kegiatan yang aktifkreatif; (2) objek dan atau sasaran kegiatan membaca yaitu lambang tertulis sebagai penuangan gagasan atau ide orang lain; (3) adanya pemahaman yang bersifat menyeluruh. Dalam pengertian tersebut, membaca dipandang sebagai suatu kegiatan yang aktif karena pembaca tidak hanya menerima yang dibacanya saja, melainkan berproses untuk
memahami, merespon, mengevaluasi, dan menghubungkan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada pada dirinya. Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan yang dimiliki seseorang untuk memahami isi wacana tulis. Sejalan dengan hal tersebut, Harris & Sipay (1985) dalam Pramuki (2006), mengatakan bahwa: “Reading is the meaningful interpretation of printed or written verbal symbols. Reading (comprehension) is a result of the interaction between the perception of graphic symbols that represent language and the reader’s language skills, cognitive skills, and knowledge of the world. In this process the reader tries to re-create the meanings intended by the writer” (hal. 112). Lebih jauh, Murcia (2001) menyatakan bahwa dalam membaca: “An individual constructs meaning through a transaction with written text that has been created by symbols that represent language. The transaction involves the reader’s acting on or interpreting the text, and the interpretation is influenced by the reader’s past experiences, language background, and cultural framework, as well as the reader’s purpose for reading” (hal. 154). Sementara itu Pearson (1978) berpendapat bahwa kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan luar diri seseorang. Faktor dari dalam diri meliputi: kompetensi linguistik, minat, motivasi, dan kemampuan membaca. Sedangkan faktor dari luar diri yaitu unsur dari bacaan itu sendiri yang berupa pesan yang tertulis dan faktor di lingkungan membaca. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Leu Jr & Kinzer
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
113
(1987) yang mengatakan bahwa: ”Reading is a developmental, interactive, and global process involving learned skills. The process specifically incorporates an individual’s linguistic knowledge, and can be both positively and negatively influenced by nonlinguistic internal and external variables or factors” (hal. 9). Nunan dalam Language Teaching Methodology mengatakan bahwa : “Reading is usually conceived of as solitary in which the reader interacts with the text in isolation.” Membaca selalu dipahami bagaimana pembaca berinteraksi dengan apa yang terdapat dalam teks. To read dalam bahasa Inggris juga berarti “memahami”. Memang, yang terpenting dalam membaca adalah memahami isinya. Dari segi linguistik, Anderson menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembahasan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Secara singkat dikatakan bahwa membaca dari sudut linguistik merupakan penyandian kembali dari bahasa tulis dengan makna dalam bahasa lisan, yaitu pengubahan bentuk tulis menjadi bunyi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas diambil kesimpulan bahwa hakikat membaca, yaitu memahami isi yang terkandung dalam teks yang terdiri atas konstruksi berupa kata, frase, atau klausa baik yang tersurat maupun tersirat. Penyandian kembali dari bahasa tulis dengan makna dalam bahasa lisan, yaitu pengubahan bentuk
tulis menjadi bunyi serta suatu aktivitas yang mudah dilakukan tanpa banyak memerlukan perlengkapan lain. Peran Keluarga dalam Menunjang Aktivitas Membaca Dalam kehidupan sekolah, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam hal membaca karena yang bersangkutan belum ataupun tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai dan tidak jarang pula dalam kehidupan bermasyarakat siswa mengalami hambatan komunikasi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterampilan membaca yang rendah serta daya dukung lingkungan keluarga yang kurang menunjang. Apabila seseorang keterampilan membacanya rendah berakibat pula pada rendahnya minat atau keinginan untuk membaca. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyerap ilmu karena dengan membaca kita dapat membuka wawasan dan menambah cakrawala pengetahuan. Pengaruh faktor lingkungan keluarga terhadap keterampilan membaca seseorang juga dipercaya oleh Pearson (1978). Pengaruh terbesar dari lingkungan keluarga mengacu pada pemahaman bacaan yang berasal dari dasar bahasa dan berbagai konsep yang dibawa anak ke sekolah. Hal yang dilakukan oleh orang tua untuk membantu anak-anak mereka menjadi mengerti dan dapat berinteraksi dengan dunia mereka adalah menyiapkan anakanak untuk menjadi pembaca yang baik ketika mereka masuk ke sekolah. Demikian juga dengan penggunaan bahasa sehari-hari yang dipakai untuk berkomunikasi dalam keluarga tersebut. Lingkungan keluarga merupakan area pertama anak mengalami kehidupan sosial. Dalam interaksi ini orang tua banyak memberikan contoh
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
114
keteladanan kepada anaknya, seperti misalnya kebiasaan membaca yang dilakukan orang tua atau kebiasaan untuk lebih banyak membeli buku bacaan dibandingkan dengan jajan di luar. Menurut Kristiningsih (1992), bentuk hubungan yang terjadi dalam keluarga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak selanjutnya. Kristiningsih pun mengemukakan bahwa segi lain dalam keluarga yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak adalah tingkat pendidikan orang tua. Sebagai suatu proses, pendidikan akan menentukan perkembangan pribadi seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah dalam hal kepribadian, cara berpikir, bertindak, dan bersikap. Dengan demikian orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Artinya orang tua dengan pendidikan tinggi mampu menjadi tempat bertanya bagi anakanaknya sekaligus sebagai motivator bagi keberhasilan pendidikan anakanaknya. Berkaitan dengan kepentingan membaca, sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong kebiasaan membaca adalah buku bacaan, majalah, dan bahan bacaan lainnya. Sarana membaca tersebut dapat menunjang siswa dalam meningkatkan kemampuan membacanya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Rasyad (1989), menyatakan bahwa bahan bacaan yang tersedia di lingkungan keluarga dan di sekolah mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Bahan bacaan tersebut dapat menumbuhkan dan membina minat baca siswa. Pendapat tadi didukung oleh Harjasujana &
Misdan dalam Zuchdi, 1998 yang menyatakan bahwa ketersediaan buku merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan suasana kondusif untuk membaca. Minat membaca berpengaruh besar terhadap kesuksesan anak sehingga perlu ditumbuhkan sejak dini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang secara teratur terlibat dalam kegiatan baca-tulis dengan orang tuanya, misalnya orang tua selalu membacakan cerita/puisi kepada anak secara teratur dan mengarahkan anak untuk banyak membaca untuk dirinya sendiri, maka dalam diri anak akan tumbuh kebiasaan menjadi pembaca dini yang memiliki minat baca alamiah (Akhadiah, 1998). Cormick dalam Ekwall & Shanker, 1985 juga melaporkan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kebiasaan membaca dengan suara keras pada anak-anak akan menyempurnakan kemampuan membacanya, meningkatkan minat membaca, dan meningkatkan perkembangan bahasa anak. Leonhardt (1997), menyatakan ada sepuluh alasan mengapa harus menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu: (1) anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik; (2) anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi; (3) membaca akan memberikan wawasan yang lebih beragam sehingga belajar apa pun terasa lebih mudah; (4) di tingkat SMA, hanya anak-anak yang gemar membaca yang unggul dalam berbagai pelajaran dan ujian; (5) kemampuan membaca dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademiknya karena akan mampu menyelesaikan tugas hanya dengan sedikit waktu; (6) minat membaca akan
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
115
memberikan beragam perspektif pada anak melalui beragam pandangan dari para penulis sehingga anak terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sisi; (7) membaca membantu anak memiliki rasa kasih sayang, karena anak akan menemukan beragam pola kehidupan dan cara menyelesaikan masalah tersebut secara wajar; (8) anak yang gemar membaca dihadapkan pada dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan; (9) anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka; dan (10) kecintaan membaca adalah salah satu kebahagiaan utama dalam hidup, karena membaca merupakan rekreasi jiwa. Sementara itu, minat membaca merupakan salah satu faktor penting yang akan membantu anak untuk segera siap membaca. Membaca pada hakikatnya merupakan bagian dari kesiapan bersekolah. Dallman, Rouch, Char, dan DeBoer (1982) bahkan mengatakan bahwa minat membaca merupakan faktor terpenting dari kesiapan membaca anak untuk belajar membaca. Motivasi dalam membaca sangat penting karena kerap kali kegagalan dalam membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi (Akhadiah, 1998). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat membaca merupakan dorongan yang kuat pada seseorang untuk membaca yang ditandai dengan menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol, tertarik untuk menyimak cerita, dapat mengungkapkan secara lisan suatu peristiwa atau gagasan, suka mengucapkan sajak atau puisi, suka bernyanyi dengan mengubah syair lagu, suka melihat-lihat gambar dalam buku, tertarik dengan berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan huruf dan simbol, dapat menceritakan suatu cerita dari sebuah gambar, suka meminjam buku untuk dibawa pulang atau sebaliknya membawa buku ke sekolah, dan mencoba mengenali kata-kata tertentu dalam buku yang dikenalnya.
Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan membaca pelajar di Indonesia pada umumnya masih sangat rendah. Rendahnya kemampuan membaca siswa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Yang termasuk faktor instrinsik, antara lain: tidak adanya minat (motivasi) membaca; tingkat kemampuan/keterampilan membaca yang rendah; dan membaca belum menjadi suatu kebutuhan. Sedangkan yang termasuk faktor ekstrinsik antara lain: belum tersedianya bahan bacaan, mahalnya harga buku, belum adanya kedisiplinan keluarga, dan masyarakat untuk membudayakan membaca buku. Selain kedua faktor di atas, ada fenomena yang terjadi di beberapa sekolah, siswa lebih banyak menggunakan waktu di luar jam belajar untuk berbicara/mengobrol daripada untuk membaca buku atau menulis/mengerjakan tugas sekolah. Kegiatan membaca yang dilaksanakan di sekolah menengah atas (SMA) melibatkan pemikiran, penalaran, emosi, dan sikap siswa sesuai dengan tema dan jenis bacaan yang dihadapinya. Turner dalam Estil mengemukakan bahwa memahami bacaan sebagai tujuan hakiki dari proses membaca memiliki tiga jenjang, yaitu pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluatif. Sedangkan Barret dalam Carter (1984)
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
116
membagi jenjang pemahaman bacaan atas empat taksonomi, meliputi (1) pemahaman literal, (2) pemahaman inferensial/menyimpulkan,(3) pemahaman mengevaluasi, dan (4) pemahaman mengapresiasi. Pemahaman literal, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami: (a) mendeskripsikan apa yang tertulis dalam teks; (b) menginterpretasikan makna yang terkandung dalam teks. Kedua, pemahaman inferensial, yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam: (a) membandingkan fakta dengan interpretasi penulis; (b) mengenali asumsi-asumsi tersembunyi; (c) mengidentifikasi bias dalam pernyataan-pernyataan; (d) mengklasifikasikan kata-kata, frasefrase, atau pertanyaan dengan kriteria analisis tertentu; (e) meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang implisit; (f) mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab akibat, peruntutan; (g) meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan material yang dibacanya. Ketiga, pemahaman evaluasi, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk: (a) menyimpulkan deduksi, induksi, dan kekuatan argumen; (b) mengevaluasi ketepatan suatu karya atau dokumen; (c) mengevaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan; (e) mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan; (f) mengevaluasi suatu karya dengan menggunakan kriteria yang ditetapkan dan eksplisit. Keempat, pemahaman apresiasi, yaitu meningkatkan keterampilan siswa dalam: (a) memberikan respon emosional, mengidentifikasi karakter; (b) mereaksi bahasa yang digunakan
penulis, membayangkan apa yang dibaca. Penilaian pembelajaran membaca di SMA diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengukuran peningkatan keterampilan membaca ranah kognitif dan psikomotor dilakukan melalui tes sedangkan untuk ranah afektif dengan nontes. KESIMPULAN Pada akhirnya kita kembali pada basic place dalam suatu proses pembentukan karakter yakni keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sikap, tingkah laku, dan watak seorang anak banyak ditentukan oleh proses lingkungannya. Itulah sebabnya hal yang terpenting adalah proses awal atau dasar pembentukan anak tersebut, terutama dalam lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga. Dalam keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak pada umumnya adalah orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu. Segala kebutuhan anak yang berhubungan dengan pendidikan, orang tuanyalah yang memikirkan, memenuhi, dan mendukung sepenuhnya. Orang tua pun dapat membantu perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawawi (1982) yang menyatakan: ”Orang tua sebagai contoh pendidik adalah contoh nyata yang akan ditiru anak-anak dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan hidup, yang secara langsung mewarnai kehidupannya”.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
117
Keterampilan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga. Pengaruh terbesar di lingkungan keluarga mengacu pada pemahaman bacaan yang berasal dari dasar bahasa dan berbagai konsep yang dibawa anak ke sekolah. Selain itu, sarana dan prasarana yang ada dalam lingkungan keluarga juga turut berpengaruh dalam menunjang keberhasilan anak dalam belajar. Sarana tersebut antara lain tersedianya bahan bacaan yang memadai mempunyai korelasi yang sangat berarti dalam pemahaman bacaan. Meskipun demikian faktor perhatian dari orang tua, dorongan serta waktu yang diberikan dalam mendidik anak juga merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan suasana kondusif untuk membaca. Dengan demikian, makin tinggi dukungan lingkungan keluarga yang diberikan kepada anak akan makin tinggi pula keterampilan membacanya. SUMBER RUJUKAN Akhadiah, S. 1998. Pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar: Kajian pustaka ke arah perubahan. Makalah mata kuliah Bahasa dan Berpikir Anak PPS IKIP Jakarta. Jakarta: PPS IKIP Jakarta. Amini, M. 2007. Upaya meningkatkan minat baca anak melalui penenggelaman keaksaraan di TK Lebah Madu Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Terbuka. Brown, H. D. 2000. Principles of language learning and teaching. Fourth Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Burns, P. C., Roe, B. D., & Ross, E. P. 1984. Teaching reading in today’s elementary school. Boston: Houghton Mifllin Company.
Harris, J. A. & Sipay, R. E. 1985. How to increase reading ability. A guide to developmental and remedial methods. New Yersey: Longman Inc. Estil, Alexander J. (ed). 1988. Teaching reading. USA: Scott Foresman and company Hastuti, S. P. H., dkk. 1994. Buku pegangan kuliah pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta. Carter, Ronald and Micckael N. Long. 1991. Teaching literature .New York: Longman Publishing. Leu, Jr., D. J. & Kinzer, C. K. 1987. Effective reading instruction in the elementary grades. Columbus: Merrill Publishing Company and A Bell & Howell Company. Leonhardt, M. 1997. 99 cara menjadikan anak anda keranjingan membaca. Terjemahan Sari Meutia. Bandung: Kaifa. Nawawi, H. 1982. Organisasi sekolah dan pengelolaan kelas. Jakarta: Gunung Agung. Oka, I G. N. 1983. Pengantar membaca dan pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional. Pramuki, E. B. 2006. Sumbangan kompetensi linguistik dan lingkungan keluarga terhadap keterampilan membaca siswa SLTP. Jakarta: Universitas Terbuka.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-2, Cetakan ke-10.
118