;
." t?,
a
-
SUBSTANSI BUDAYA DALAM KEBIJAKAN TATA RUANG Dl BALl
. q - q
@?
$-:? ,,.-
lr I 5
,I
-'
-,-.<-t
GustiAyu Made Suartika *
ABSTRACT This article adyses essential e l h n t s of Balinese culture, which are formulative of land use planning for Bali. Using ethnographic and herrneneutic methodologies and a cultural matrix derived from E. T. Hall (1973), strategic territorialitiesare definedand wrielated to ninedimemionsof culture. The study is c o n t e x t d i d by the ongoing debate w e r the challenges Bali faces in conserving its cultural heritage while achieving its development objectives. The results emerge from Fudammd Research Scheme funded by the Indonesian Department for Education.
Kmy Words cultural forms and practices, spatial planning, development
Artikel ini menganalisa el~men-elmenbudaya yang memukan dalam perencanaan tata guna Man di Bali. Dengan memmpkan pendekatan herrnenutik, etnograf~,dan Matrix Kebudayaanymg diderivasi deh E.T. Hdl(1973), ksru;vrgan-keruanganstrategis diddtnisikanserta dikorelasikandmgm sembilan dimensi kebudayaan tainnya. Studi ini dikontekstualisasi oleh terjadinya debad yang berkelanjutan tgrkait tantangan-tantangan yang dihadapi Bali dalam mengkonservasi peninggalanpeninggalankebudayaan, serta pada saat yang sarna, mencapai tujuan-tujuan pembangunan.Artikel ini menyajikan hasil studi yang diperoleh melalui Penelitian Skim Fundamental yang didanai oleh Departemen Pendidikan Indonesia.
Kata hnci: wujud dan pmW& b u m , perencanam keruangan, pcmbangunan
- PENGANTAR
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia mencanangkan bahwa wujud pemhiangunan di Bali berada dalam kerangka pengembanganbennrawasanbudapt. Keputusan W dituangkan ke dalam RencanaPernbangunan Um,Tahun (Repeli) Bali yang dimulai di akhir barhun 1960-an. Konsepsi ini telah dijadikan fondasi yang melandasi beragam aktivitas
pembangunan, mulai dari penyusunanberagam produk regulasi, implementasi kebijakan. pengendalian, serta evaluasi dari aktivitasaktivitas pembangunan. Pencanangan format pembangunan berbudaya untuk Balidii-kangi oleh beberapa hal. Pertarna, potensikeunikankultwyang dimki Bali yang pada akhimya menjadi alasan utarna terpilihnya pulau ini sebagai sentra pem-
staf PengajarProgram StudiArsitektur, UnivmitasUdayana
m n a n kepariwisataan di Indonesia oleh pamiden pertama Republik Indonesia, Ir. . Potensi ini dibarengi oleh alasan ke praktik danwjud M a y a langsung menjadiacuan laku kehidupansehari-hari "orang Bali". Bali" ini terikat akan kaidawtata nilai, , serta kode-kode tradisi yang dijadikan i acuan "pengatur" pola-poia interaksi ldlolam kehidupan sosial kemasyarakatan. b m s t a n s i ini menjadikan budayatidak hanya h r a t akardari satuan masyarakat pendukung&a. tetapi keberlangsungannyasecara kontinyu dimtankan dalam basis keseharian. Kebijakan tata ruang yang diimplementasikan di Bali tidak dapat dipisahkan dari nuansa budaya yang menjadi nafas pembangunannya. Beragam tata aturan spasial yang ada, eksistensinya mengakomodasi tata nilai tradisi yang ada. Misalnya, pengaturansempadan bangunan secara teknis tidak hanya terkait pertimbangan keamanan, kelancaran sirkulasi, ketersediaan ruang terbuka hijau, atau kenyamanan dalam lingkungan terbangun, tetapi juga mempertimbangkan tata aturan adat lokal. Pembangunan bangunan yang berfungsi mewadahi aktivitas manusia (pawongan) hanya diizinkan untuk dibangun di sebelah wadah berfungsi ritual (phyangan) jika memenuhisempadanapene/eng atau apenimpugan batu. Apeneleng adalah satuan jarak yang diukur dari titik seseorang berdiriketitik pandangandariorang bersangkutan menghilang, sedangkan apenimpugadalahjarak yang diukur dari titik seseorang berada dan melempar batu sejauh-jauhnya, ke titik yang dicapai oleh batu yang dilemparkan oleh orang bersangkutan. Contoh pengaturanspasial berbasis budaya adalah Peraturan Daerah Bali No 2,3,4 Tahun 1974yang mengatur ketinggianbangunanyang tidak melebihi ketinggian bhon kelapa - atau jika dimetrikkan ketinggian ini telah diekuivalenkan menjadi 15meter. Produk regulasi ini memiliki kekhususan karakter tersendiri, bahkan telah menjadiikonyang rnernperkayakdeksi keunikan yang melekat pada pulau Dewata, salah satu pulau kecil penyusun gugusan kepulauan Nusa
Tenggara Barat, Indonesia.Dalamperkembangan kemudian, Pemerintah Darah Bali melalui Peraturan Daerah No 5 Tahun 2005 tentang Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali, memberi peluang pemberianizin - pada kondisi-kondisi khusus bagi pengadaan bangunanlstruktur dengan ketinggian yang melebihi 15 m. Namun, Perda ini tidak memberi kejelasan akan kondisi-kondisi khususyang dimaksud di sini. lmplementasi pengaturan spasial di atas bersifatrnengikatdan bersanksihukumjika tejadi pelanggaran: Dalamkontekspemanfaatan lahan di Bali, konforrnasinya sangat kentaldikendalikan oleh kesadaran masyarakat untuk memproteksi elemen-elemen budaya yang eksistensinya rentan akan pengrusakan. Ini, khususnya, melingkupfaktor-faktor ekstemalitasyang diakibatkan oleh beragam aktivitas pembangunanyang terjadi di sekitamya (Suartika 2005). Akan tetapi, pascaempat puluh tahun pernbangunannya, Bali menghadapi dilema yang serius, berkenaan dengan konsistensi antara pemanfaatan sumber daya spasial dengan ide pelaksanaanpraktik-praktik pembangunanyang mengusung ide konservasi budaya. Berikut beberapa contoh keadaan yang meretleksikan kompleksitas dilema yang dimaksud. Telah terjadinyakonversilahanyang berperanstrategis dalam melestarikan interaksi budaya dalam kecepatan yang semakin tidak terkontrol. Para petani (karena kesukarelaan mereka atau keterpaksaan karena himpitan dari beragam kondisi) kehilangan ribuan hektare lahan pertanian yang dialihfungsikanuntuk memnuhi kepentingan lahan yang diakibatkan sektor pembangunan lainnya (Suartika 2010). Lebih lanjut, para pemerhati lingkungan menunjukkan kekhawatiran mereka dengan terjadinya penurunan yang signifikan dari skala hutan di Bali barat, hutan di daerah perairan Danau Batur (Kintamani), dan hutan bakau di Suwung (Denpasar). Kemudian, telah terjadinya pembangunan hotel dan fungsi-fungsi komersial lainnya yang direalisasikan dengan melalaikan sempadan bangunan yang diizinkan untuk struktur berfungsi pawongan dan ritual. Masih terkaidengan konflik kepentinganantara kedua
fbngsi ini, Telah sering terjadi keputusan untuk mmindahkantempat sua dabm rangka rnemberi jalan bagi pembangunanfasilitas serta amenitis ketpariwisataan. Kondisiini blah menjadi polemik berkepanjanganyang menernpatkanmyarakat lokal pada posisi yang mengalah dan termarginalii. Tidak dapat dipungkiri jika praktik-praktik pembangunan tersebut di atas terjadi karena pertama, adanya peningkatan kuantitas aktivitas pernbangunandari berbagai sektor kepentingan yang semuanya memiliki kebutuhan untuk rnemanfaatkan ruang-ruang (lahan) yang ada. Kedua, kebutuhanini tidak bersifatstagnan, atau d i m di tempat, tetapi beranjak pada grafik yang meningkat dari waktu ke waktu. Ketiga, keragaman kepentingan ini tidak hanya berkompetisi dalam penguasaan akses terhadap Man, tetapi masing-masing memaikikepentingan yang berbeda antar satu dengan yang lain, dan pada banyak kesempatan tidak berjalan beriringan. Kondisiterakhir initelah rnenimbulkan konflik di rnasyarakat. Jadi, dalam ha1ini, telah terjadi peningkatan varian dari kelompok kspentinganpengguna lahan, skala lahan yang dibutuhkan mengalami peningkatan, dan munculnya konflik-konflik keruangan. Ketiga kondisi ini telah secara sukses meningkatkan kompleksitassirkunstansi tata kenrangandi Bali. Dalamkenyataansecara umumdi lapangan, !ahan-lahanyang rentan eliminasiadalah hhanlahan strategis yang memilikifungsi menyangga Wanan lingkungandan polapolainteraksibudaya (Suartika, 2005). Ini konsisten. dengan kajian teoretis yang dilaksanakan oleh Keiser, Godschalk,clan Chapin (1995)yang rnenekankan bahwa tren dahm tata guna lahan menunjukan Mcenderungan bagi sektor ke-pentingansosial kemasyarakatan(dalam kategori ini melingkupi maw-ruang penyangga budaya) dan proteksi lingkungan, yang terkesampingkan oleh lahan untuk aktivitas ekonomi. L~~~~ - bntvk kedua kepentingan ini cenderung terkonversi dan kemudian tereliminasi untuk : hwadahi kebutuhan lahan yang dimunculkan F @tor lainnya. : Konversi dan eliminasi ruang-ruang untuk hgkungan dan mewadahi kepentingan sosial
wuhan
8
\
yang berurat akar di masyarakat akandan blah berpengaruhpada sustainabilitas dari bragam interaksi budaya di Bali. Terputusnya jaringan irigasiair untuk pertanian (subawsistemkigasidi Bali), semakin sempitnyaarea pantaiyang dapat dimanfaatkan untuk upacara melasti (upacara ritual untuk pembersihan yang dilaksanakan di pantai), eliminasi ruang terbuka hijau, praktikpraktik pembangunanfasilitas yang melanggar sempadan dan batas ketinggianbangunan, dan lain-lain telah menginterupsi dan menciutkan nrang-ruang yang tersedia untuk mewadahi praktik-praktik budaya lokal. Frekuensi praktikpraktik pernbangunanyang sernacam, dariwaktu kewaktu rnenunjukkanfrekuensiyang meningkat. Jadi, dalam konteks ini, konsepsi dasar pembangunanBaliyang berbudaya menghadapi tantangansignifikan. Jika tidak ditangani, tantangan ketataruangananiniakan sangat memungkinkan rnenggoyahkanfondasi pembangunanyang dicanangkan lebih dari empat &ad yang lalu. Dalam kerangka konteks diskusi ini, artikel ini bertujuan menganalis ruang-ruang berfungsi budaya di Pulau Dewata. Analisis ini akan menghasilkan beragam wujud teritorial yang eksistensinya hamsdijaga keberlangsungannya j i b tatanan budaya Bali akan tetap dilestarikan dalam pembangunannyake depan. Artikel ini didasari sebuah studi tentang M a y a keruanganyang rnenerapkanmetoddogi penelitian etnagrafi dan herrnenuetik. Tulisan ini mengulas bentuk dan praktik-praktik budaya keruangandi Balidengan mengimplementasikan matriks kebudayaan yang ditawarkan oleh seorang antropologisbernama E. T. Hall (1973). TRADlsl DAN KEBUDAYAAN 01 BALl Dalam periode kolonialisasi di Indonesia, Belanda menemukan bahwa kebudayaan Bali sangatlah kaya dan memiliki daya pikat yang sangat memukau bangsa kulit putih dari Negeri Kincir Angin ini. Selain bertugas memanopoli perdaganganserta sistern produksidi Kepulauan K*ldengan Balisebasai pulau yang tennasuk di dalamnya, Belanda sangat ~roteH terhadap keberadaan dan k e r n % sungan wujud budaya Yang mereka kagumi-
*
iora, Vot. 222,M.39kfober2u10: a3-326
mmmgahkebudaymnhi dari pen& ketmdaran, staf
Mwkyaan di BaM. utuhannya secara secara luas dHam Sistsm iniberutatabr & msyara*atp n g mewimp&w~ikGdan ~ F I & &&em ini. Dslatwlasi kehidupan yang t ddad &-an lingkungan atarniah dan pmktik-prdctik ritual yang kmpkks terkatt
If---..-
-,-a~~Qmasyewakat
~
+
LebihIernjut,hdisi dm adat d i M ma kan wujud kebudayaan yang dkncksi k~hiirkhiyangkoksh,~d kan dalam beralgam bentuk. Ko membagi mwiatu da
rnemilikitiga tingkatan, ubma tingkatany
a
~
~
yang mnjunjung sistem adat-percaya akan
.
k= cLa
g-
:; 1
mng. kunsep keseimbangan dan ketrarrnonisan masyardcat pel&, Semenprkeatab. ~ w c u h pulau: n pwai kosmos. Kwdmbangan dipercaya sebagai m b e r kebbgiaan yang dimfkksikan dalam rumah dihgi d&m tiga zone -mi dmgm #c&woni~sam hubunganantara martusiadengan kmsepTriAngga. Iruhan-nya; mnusia dengan manusia: zeian 1s BODAYAKER~ANOAN musiadengantingkwlganalamfahse~~.DM1 SISI ASUTRWLQGI EGonsepyangmmempatkanrrranusia~~i Di blah dikemumn m b a l d'ienal denganTri Hita m n a . Hamisasi ini W k hanya Wj&i dafarn damr yang melandwi wuj aigwn kasat mata, &pi melingkuphamasnmi kebudayaan di Bali. $eLI.jutnya, atcan diq &qp" demonstrasikan bagaimm k ~ r m p edi atas Mabel dari penghatanatau p m b n . Ds$m f x a k t i i , k m p Tri Hita K h a m hri mnitlki faeksibilatas p n g dituangkan dahm
DI'BAU
ubunganyang diingpp dbwahndengmdim, m konteks yang bagairnana hu didefinisikan dan dirakfikkm oleh adat dari desa adat teFtentu. ra itu, pada saat
h n sebuah metode
m w M mb
,
kehseimbangan. Selurut~ blah d h j u d k m sebagai
wuk; terang-gefap; perempuantian. Keburukan W a C &itpat ctiengan h@an unhrk: memelih M k saja. Salah satunya tidak dapat berdiri
d&e,ml d e q q &kt& of Cuffure,K m i ~ g ~ l idad n Matrix hi a d a w
Hall (1973b )a-
-
GustiAyu Made Suartika Substansi Budaya dalam Kebij9kan Tats
h m p u a n n y a untuk rnenunjukkankomponen psnyusun kebudayaansecara kronologiswalau tetap mengakui bahwa overlap antara satu demen dengan yang lainnya masih harus diirtimbangkan. PemikiranHallbukanbertujuan mensimplifikasi budaya itu sendiri, tetapi mengafirmasibahwakebudayaanadidahsesuatu yang kompleks. Hallberpendapatbahwa kebudayamadalah wujud dari proses manusia bermediasi, berkomunikasi, dan berinteraksidengan likungannya. Kebudayaan merupakan mekanisme kornunikasiantara manusiadan lingkungannya.
d C W
Kebudayaan memiliki 10 elemn pambaW yang masing-masingmernilikiwujud nilaiEpraW dan wujud bentuk. Masing-masing dmm W diberi nama primary message system (PM8)I Detail interaksi antara satu PMS dengan PAAS lainnya dari satu komunitas budaya d t p n g ~ komunitas budaya yang lainnya akan berwkig - kemasyarakatan yang mana, serb pada lingkungan yang bagaimana kebudayaan ini muncul dan berkembang. Diagram 1 mendemonstrasikan secara singkat esensi budaya Bali dan proses penjabarannyadengan menerapkan 10 PMS dari Hall.
Berikut akan didiskusikan kebudayaan Bali PRAKTIK DAN WUJUD BUDAYA dengan format yang disesuaikan dengan 10 Selain menjelaskanbentuk dan praktik (tata elemen budaya/pnmasymessage system(PMS) nilai) budaya dari 9 elemen (PMS) kebudayaan, dad Hall. Tujuan utama yang akan dicapai dari sebagai penekanan, analisis dalam bagian ini proses ini adalah mengidentifikasiwujud budaya akan diiekankan pada bentuk $an p r a mbudaya keruangan di Bali yang akan menjadi langkah keruangandan keterkaitannyadengan 9 elemen w a l dalam penentuan ruang.-ruang Mungsi budaya lainnya. Strategi ini dikaitkan dengan budaya. Pengetahuan akan eksistensi ruang- fokus diskusiyang berbicara tentang tata ruang mang ini akan memiliki peran ,strategis jika yang tidak hanya bemiifatfisik tetapipada aWlbnya advokasi pektarian kebudayaan akan ditindak- akan berkorelasidenganat4 budayayang dimiliki knjuti dalam pengaturan tata mang di Bali. deh area pewadahan sebuah fungsi direnanaRqetahuan ini akan menggambarkankarakter kan untuk ditempatkanldialokasikan. Padaakhir bspasial sebuah area yang selanjutnya akan pembahasan akan dilengkapi dengan konklusi mnjadi tdak ukur dalam penentuan kebijakan tentang ruang-ruang kritikal berfungsi budaya dahm pemanfaatan lahan, penzonhgan, maupun yang secara ideal menjadi pertimbangan, jmnentuan design guidelines (acuan desain sebelum PBKB difinalisasi keberadaannya. I bwasan maupun bangunan) untuk daerah @) Kemangan, yang dimaksudkan dengan 1 m a n potensitertentu atau khusus. elernen teritorial dalam ha1 ini adalah proses I
-
-niora,
Vol. 22, No. 3 OMober 2010: 313-326
bmunikasi (= proses yang memunculkan W a y a ) yang terjadi karena adanya usaha, .. brkaitan dengan kepemitikan, tata guna, palindungan, maupun pembelaan terhadap E= ssbuaharealteritori. Sejarahmenunjukan bahwa peradahn manusia selalu diwamai oleh usaha >. --EEelompok tertentuyang merasa terancam untuk membela teritorinya, sementara di pihak lain, pihak yang mema memiliki superioritas akan *melakukan perampasan teritori yang bukan menjadi hak miliknya. Kolonisasi yang terjadi sebelumPerangDunia IImerupakana m k h nyata dari praktiksemacam dalamrangka penguasaan khanyang kaya sumber daya alam atau bertqjai sumber pendukungproses produksi. Perwujudan praktik dan bentuk budaya spasial dalam kebudayaandi Bali mengacu pada penerapankonsepTriAngga dan Sanga mandala --
8 .
-
>
%
Tri Angga
IndMdu
diorientasikan dari utara ke sehtan (orientasi kosmik)dantimurbamt(ulmtasialamiah). Didam skala ~ m abngga, h pekamgansebuahtumah tradisional, zona yang dianggap paling sakral (utarna=kepala)adalah fokasi pumm h t a m (sanggahlmerajan) berada. Area di tempat anggota keiuargatinggal dikbiflkasikansebagai zona madya (badan), dan area tempat pembersihan diklastfikasikan sebagai zone nista (kaki). Pada skala yang lebih besar, dalam level Bali sebagai sebhh pulau secara k ~ l u n r h a n , zona utama adalah tempat gunung (arah utam, area tertinggi) berada, sedangkan area pemuWm an adalah zona madya dan area pembersihan direpresentasikan tempat air atau laut (arah se&tan) berlokasi. Gambar 1mempresentasikan bagairnanakonsep ruang ini diaplikasikan.
Sanga Mandala
Permukiman
Kepala
Badan
Kaki
U Rumah
_I
Gambar 1 Keruangan dalam Kebwkyaan Wi
Secara umum, arah timur laut mmililcinilai @entS. M i d d0 zona utama akan terdapat pub d i i u s yang signifikan dalam k a i i n y a denwn sub-mayang temdd, m d p , dm nista, spa4 orientasi kosmikdan alamiah. Dalampmktik, mona pula hakrya dengan zona-zona lainnya. Contoh ini sangat disakralkan dan mefupakan zona bmpat struktur-struktur berfurrgsiriftral ditempatkan. Sepertiblahd i i n k a n sebelwmvya hhwa b b i n a s i antara konsep hierarki Tri Angga, konsep keseimbangan Tri Hita Kharana d m kanscrpperbedaan Rwa Bhineda, mgngarahkankanabsennyademarkasiabsdut antamzona saki denggn yang lain. Lebih hnjut, setiap zanajuga dba@dalam tiga tingkatan mikro zona yang
dalam kcwasan pura yang Mbsiflkasikan sebagai zona utama, pada seat yang sam memilikizdna utama @i a w p e m ~ m tertinggi dWsanakan),madya(dEtempatakMta pemdukungpemujaan utslma dilaksanakan), dm nista (dl tempat rnaspmld Wumpul .sebslurn memperslapicandiri wrtuk rnemasukiarea madya ataupun utama. Penmdngan ini bi-nya didemonstarsikan W l u i perbedaan level ks-
b i i a n denganzmra utma berada di kehggian (b) tnteraksi, berbeda halnya dengan brtinggi,diikuti zona rnadyadan M a . Dilaut yang sembilan elemen budaya (PMS) ltirinnya yang secara urnumdiplotsebagaizona nista, pada saat merepresentasikan wujud komunikasi yang yang sama juga menrpakan area saw. Laut bersifat non-linguistik, Hall primary message merupakan tempat aktivitas peleburan, pem- system untuk interaksisecara khususbwbbm brsihan dilaksanakan, terrnasuk pembersihan mengenai bahasa sebagai unsur uiama datam simbd dan pemujudan dari dewadewi yang berkomunikasi: to be able to inbract with tke environmentis to be alive, and M u m to da so b d i i j a dan disuakan. Bergerak dari teritori &lam pengertiankhan to be dead (Hall 1973:55). Pemyataan ini tidak secara tradisional di Bali, khan dikonotasikan mengesampingkan arti penting dari elemen s&agai ibu pertiwi, warisan leluhuryangd i i r i s i budaya lainnya, tetapi lebih pada penekanan secara turun temurun dari satu generasi ke kebudayaansebagaibentuk komunikasidengan genemi berikutnya. Pengaturannya berada di bahasa sebagai kornponen utamanya. Bahasa dalam kebudayaandi Balim a t t a h tangan lembaga adat/institusi desa adat. Pada zaman sebdum hak pribadiatas tanah diuioleh kompleks yang diperkuat oleh intonasi .d;m k y a r a Kesatauan RepuMik Indonesia melalui gerakan tubuh. Seperti penjelasan awal yang pemberlakuan Undang-Undang Agraria dan telah diberikan, seiring dengan konsep hierarki, Patanahan1960, setiap krama adat (1 keluarga) bahasa Bali dibagi dalam tiga tingkatan: utama; diirikan sebiiangtanah tanah kamg desa - madya, dan nista - bahasa Ban halus, bahasa untuk rnembangunan rumah dan pekarangan Balimadya, dan Bahasa Bali nista. Pernanfaatan kduarga. Kelompok krama ad& yang b d a masing-masing disesuaikan dengan konsw pada lokasi tertentu dengan l m n W n t u pub desa, kala, patra: di mana, kapan, dan d a b akan membentuk satu banjar adat. Sebalrknya, konteks yang mana bahasa ini dipergunakan, sebagai anggota banjar dan desa adat, krama Bahasa halus biasanya dipergunakan dalam adat disyaratkan untuk memenuhi kewajiban konteksformal, penuhperurnpamaan, bwtiuw untuk berpartisipasidalam berbagaiaktivitas adat bunga, dan mengandungpenghorrnatan. Bahasa dalam bentuk kontribusitenaga - ayahan -dan ini sering juga dipakai berkomunikasiuntuk orang materi - patuslpesu-pesuan. Aktivitas adat ini yang tidak dikenal untuk tujuan kesopanan, mliputi kegiatan ritual bersarna, interaksiantar- sedangkan bahasa Bali biasa dimanfaatkan b m a adat, dan keharrnonisan hidup dengan dalam interaksi keseharian. Dan bahasa kasar alam. Dengan diberlakukannyaUUAgraria dan biasanya dipakai dalam konteks yang sangat Pertanahan 1960, hak adat un8d< memakaikhan informal, misalnya sebagai bahasa keseharian sKfat hamsditinggalkan, k& di beber%padesa jika seseorangmarah, mengumpatataupun berBenliasli- BaliAga -, dengm M semacpm tstap komunikasi untuk menyampaikan kondisi i dipegangteguh. Desa BallAge inibmmuk desa psikologis yang tidak setuju dengan suatu : Tenganan, desa Bayung Gede d r n desa keadaan. Pernakaian bahasa di sini juga berkaitan 1 F%nglipuran. Dan sini dapat diihami kmpleksitas dari dengan kasta dari kelornpok orang yang diajak i budaya kenrangandi Bali yang sangat berbgda berkomunikasi. Bahasahalusdimanfaatkanuntuk :L dengan sistem budaya yang labmya. Semua ini berkomunikasi dengan k e h ' p k masyarakat ;lelahmendasariperwujudansistem intmkdyang yang berasaldari golongankasta yang lebihtinggi unik dan kompleks dalam kaibnnya &m atau dengan k m a adat yang juga memiliki [ budaya kecuangan. Secarak o n s e k d , o ~ a mjabatan sebagai anggotakepernimpinanlembaga I.tansi ini tidak memberi kesempatan-untuk adat atau tokoh di masyarakat. Jadi, dalam ha1 menggeneralisasi suatu kondisi dengan ini bahasa Bali rnernpresentasikanlevel komplekmnyusun produk regulasi yang bersifat "satu sitas tertentu yang merefleksikan interaksi mtuk semua (one for all)*. sekaligus skuktur dan hubungansosial.
-
dm ker;elwuhm p u h . k i di sini bedahn m t peran. Selain sbagai
ri tampa upacara. Kegbtan ini mm wmber daya matrierial dm ahmiah,
kepehtingannya pada w b W p9.taRwfi-n pem-mm
Gainbar 2 Diagram VplkatftwMh ~rad&l
di Bali Dh&iw~ .
-
-
ing sumber mata pencaharian memunculkan mang-niang khusus yang menjadi tanggung jawab dan dilindungi oleh masing-masing gntp mata pencaharian. Dominanasi dari pola ini -adalahmuncutnya pum-pura yang mereReksin Wntingan dan perandari masing-mdng grup. Misalnya, Pura Melanting untuk mereka yang .berrnata pencaharian sebagai pedagang; Pura Dugul untuk krama adat yang bergdutdi bidang bemcoktanam padi; dan PuraSegam untuk para nelayan. Masing-masing pura memiliki ruangruang ekstra yang masing-masing kelompok berkomunikasidan berinteraksi. (e) Gender,dalam PMS ini Hall mernasukan wujud komunikasi yang terjadi karma adanya perbedaan dua kekmpok jenis kelamin - lelaki dan perempuan-di masyarakat. Seperti halnya pola kshidupan di masyarakat di kebanyakan negara di dataran Asia, Bali menganut pola patrilineal, yaitu posisi kaum lelaki memiliki dominasi di atas kaum perempuan. Dalam kehidupanadat, sebuah keluarga dwakti oleh si bapak sebagai kepala keluarga. Pengukuran skala rumah dalam pekarangan rumah tangga juga didasari pada ukuran si bapak, sekali lagi sebagai aktor utama keluarga. Setelah menikah, seorangwanitajuga rnengikutikasta darisi suami. Kastasi anakjuga akan rnengikutikasta si bapak. Pada kondisi tertentu yang dianggap tidak sua -sebel -, wanita tidak memilikikesempatan untuk memsuki ruang-ruang yang disucikan, wperti misalnya area pura atau tempat-tempat persembahyangan lainnya, area p umum tertentu, atau tempat-temp lainnya yang dianggap sud. Larangan hkukansecara khusus bagiwanita mengalamim e n s W ataubaru Bahkan,dalam kasus tertentu, seorang wanita yang baru mdahirkan hanya diizinkan m~anginjakkan kakidi dapur dan surnur keluargasWah 42 hariterhitung dari hari kelahiran. Semntaa, _#gWi ada kcmdisiyang k a h pria pada kondi pi, ada kondisi-kondisiterkntu yang aik wanita maupun lelaki untuk area-area yang disucikan. Seperti m k h y a adanya kematian di dalam keluarga.
Kemudian, sepasang penganten baru tidak diizinkan untuk memasuki area tempat sud sebelum upacara pernikahan secara a d d dilaksanakan. Sekain mntoh-con%ohdi secara prinsip umum, tidak ada perbecimm perlakuan spasial terhadap klaki maupan perempuan berkabn dengan akses ke rua@ruang kefuarga maupun umum yang ada di masyarakat. Namun, studi inirnengakui bahwa isu gender akan mempengaruhi konsep mendar~ n g . (9 WaMu,d a m elemen bud- ini.dibiam kanberagamwjud ruang yang dikaitkan interaksi yang berhubung patnm, putaranwaktu, dan interaksiini dalam dalam kalendar tuntunanu r h n chi ritual, termasuk a kat kebanyakan.Sekali lagi, ditekankan k e M bahwa ini bukanhanya m p a k a n ukumnwaW, tetapi juga menunjukkan makna budaya dad setiap satuan waktu yang rnenentukan dakih putaran kehidupanmanusia di Bali. KalerrdarenD didasari oleh dua sistem perhitungan wzrktu seeara bersamaan: solar -lunar system, $an wukuan. Sistem Hindu Sotar dan Lunar memiliki kemiripan dengan Gregorian calendar ya6g dipakai secaraluassaat ini dengandurasisetahm sama dengan 12bulan, sedangkan perhiingal berdasafkan pawukuandidtitsari pada satu wk'u yang panjangnya sarna gagan satu minggu. Dalam setahun terdapat 30 minggu. Kedua sistem inilah yang dipakai semra mendakdr sebagai aturan penghitungan waktu. Selain hitungan waktu ini, orang BaA juga menge& tahun Caka yang berasal dari suku Scythian di bagian selatan India.Tahun ini diawali pada hsvD pertama dari bulan ke sepuluh kedasa d&i sistem Hindu Solar dan Lunar kalendar, d m beraw178 tahriildl belakang tahun Gregorian, Sistem pengaturanwaktu yang kompleks ini mempengarirhi bagaimana ruang, baik y a k berada pada level keluarga rnaupun yang m& nampungaktivitas kemasyarakatan,dimanfwkan. Kalendarini berpemnsebagai #me scheduk
-
-
GusUAyu Made Suartik
bagairnana ruang diregulasi pemanfaatannya; daya tampugnya dikaji; kondsii fisiknya dipelihara; dan keberlangsungannya dijaga. Ruang yang menjadi fokus pengaturan dalam kalendar ini b i i n y a yang berkaiin dengan ruang berfungsi umum, seperti misalnya pura-pura besar yang mengundang keterlibatanseluruh atau sebagian besar krama adat di seluruh Bali. (g) lnstwksi, dalamprimarymessage system ini, Hall berbicara mengenai wujud komunikasi yang terjadi karena terjadinya interaksi yang bertujuan membagi dan mentrasfer -informasi, instruksi, dan pengetahuan.Dalam kehidupandi masyarakat, proses ini lebih dikenal dengan proses pembelajaran, bagaimana pengetahuan dibagidan dipelajarimelalui proses pembelajaran, baik formal maupun informal. Hall memandang tahapan ini sebagai proses adaptif yang diperluas dalam kerangka waktu dan ruang melalu alat komunikasi: bahasa. Proses inijuga rnerefbksikan interaksibagaimana seseorangbelajar mengenai kebudayaan, sebagaimana kebudayaansendiri merupakan tingkah laku yang dipelajari dan ditanamkan. Melalui proses pembelajaran, seseorang akan mengenal bagaimana pola komunikasidari kelompok masyarakat tertentu. Pembelajaranmerupakanagen di masyarakat, yang dalam konteks keberlangsungan kehidupan berbudaya di Bali, seringkali tejadi melalui proses informal melaluiberbagaiaktivitas kemasyarakatan yang mengambil tempat di berbagai ruang berfungsi umum: wantilan, pura, dun-alun. Penelitian ini mengakuijika budayatulis dan membaca bukan mnjadi pola tingkah laku dari kebanyakan orang Bali secara tradisional. Proses pembelajaran seringkali dilaksanakan melalui proses limn-mulut ke rnulut dad kelom pok yang menguasai pengetahuan kepada kelompokyang membutuhkannya.Jadi, tempattempat kedua kelompok ini bertemu menjadi ruang strategis yang haws ada dan dijaga keberlangsungannya. Karena sistem kemasyarakatan yang komunal, hubungan sosial yang dekat dan koperatif, pembelajaransangat dominan terjadi padawaktu masyarakatberternusatu sama lain, pada event-event komunal, seperti rapat adat,
-
upacara ritual di pura, gotong royong, atau aktivitas komuniti lainnya. Jadi, ruang-ruang urnumkernasyarakatanperannyamenjadisangat strategis dalam suatu sistem kebudayaan, khususnya di Bali. (h) Rekreasi, dalam mengkaji primary message system play melingkupi komunikasi akibat interaksiyang tejadi untuk tujuan, rekmasi, kesenangan, permainan, dan termasuk pertandingan, atau bahkan pejudiin. Seperti halnya dengan budaya pembelajaran, elemen ini utamanya tejadi di ruang-ruang yang menampungaktivitas kernasyarakatan. lnteraksijnteraksi terkait biasanya dilakukan sebagai bagian dari interaksi pada sistem kemasyarakatankomunal dengan kehidupan ritual yang sangat kental. Permainan dapat dilaksanakan dalam level keluarga di ruang natah dan di luar rumah di tempt-tempat umum, seperti misalnyawantilan, alunalun, balai desa, balai banjar, dan natar pura. Pejalanan menuju ke pura-pura selain merupakan pejalananritualjuga berperan rekreasional. Pemandangan alam yang dilalui, percakapan yang terjadi, humor yang diceritakanmenrpakan bagian dari proses untuk menyenangkan diri secara fisik maupun psikdogis. Jadi, keberadaan ruang-ruang umum dan pemandangan scenik alamiah merupakanbagian spasialdari aktivitas budaya, khususnya yang berkaitan dengan elernen perrnainandan rekreasi. (i) Pembelaan did, dalam menjelaskan PMS defense, Hall dibatkan interaksiumat manusia dan metode-metode yang mereka manfaatkan untuk melindungidirinya, tidak hanyadari ancarnan alamiah tetapi juga dari masyarakat dan kekuatan-kekuatanyang dianggap merusakyang ada di masyarakat.Ada beragamwujud interaksi dalam sistem kebudayaandan tradisi di Baliyang berfungsisejenis. Kepemyaanterhadap Hinduisrne-Balidan beragamwujud praktiknya rnerupakan sebuah usaha untuk melindungikehidupan rnasyarakat dari hal-ha1 yang membahayakan yang disebabkan oleh alam maupun oleh insting dasaryang diinggap merusakyang melekatpada din manusia. Sistem adat dan lembaga adatnya merupakan wujud institusi kemasyarakatan yang 2% ?A E -- z=. - - ,.: -.> >,--*-?+. .-- -.-, : .- :2 - -"* , Y
9
a
-4.e.-
<-
>.#%pP
J..
=,.
-=.-
A
8
4 ~ 7
2.*:5;:
Huvnaniom, Vol. 22, No. 3 Okbber 20 10: 3 13-326
Table 1 Ringkasan Praktik den Wujud Budaya Keruangan di Bali
KEBUDAYAAN BALI Hall's primary message system (PMS) lnteraksi Interaction
-
Organisasi Ascosiation
-
-
Waktu Temporality
Pengaturan mang yang ditentukan deh tika tika, yang bukan saja merupakan ukuran waktu, tetapi juga menunjukan arti budaya dari waktu dalarn setiap putaran kehidupandi Bali. Metode pembelajaraninformal yang terjadi bersamaandengan beragam aktivitas kemasarakatan
InstruksiLearning Rekreasi Play
Permainan untuk tujuan: 1. Ritual. 2. Sosial. 3. Kesenangan.
-
Praktik-praktik pembelaan diri: 1. Praktik ritual. 2. Adat dan institusinya. 3. Praktik pengobatan tradisional. 4. Arsitektur Bali. Pertanian, pemanfaatan bahan bangunan local, penataan bangunan dan site.
melindungi krama adat dari berbagai kelompok yang melakukan pelanggaran terhadap bermacam norrna maupun kode etik yang'diyakini atau diipakati sebagaikebenarandi masyarakat (Geertz1991, Suartika2006a, 2006b,2007). Tata cara pengobatantradisional dengan memanfaatkan elemen-elemnalamiah yang ada di sekitarnya, menrpakanwujud pmteksidari penyakityang membahayakan eksitensi manusia. Petwujudan arsitektur Bali, juga merupakan wujud proteksi dari kondiiond'ii ekstremyang tidak diinginkan,
BentuWjud budaya Berkaltan dengan PMS territoriality Ruang keluarga: natah, telajakan. Ruang komunat: ahm-alun, pasar, wantilan desa, balai banjar, balai desa, natar pura, jaba pura, dan daerah pantai. 1. Ruang komunal: balai banjar, balai desa, wantilan desa.
1. 2.
Pengaturan hal-hal terkait krarna adat, grup dari golongon berbeda; kasta, klanlsoroh, and kelompok prafesi. 1. Praktik-praktik terkait usaha pertanian. 2. Paraktek-praktikterkait profesi nelayan. 3. Praktik-praktik terkait perdagangan. Konsep ruang suci yang tidak boteh dimasuki deh grup yang dianggap sedang dalam kondisi sebel (berhalangan), yaitu bagi wanita yang sedang haid, keluarga yang sedang berkabung, dan pasangan yang baru menikah.
Gender Bisexuality
Eksploitasi Exploitation
1. lnteraksi dalam keluarga. 2. lnteraksi antar karma adat.
1.
Ekonomi Subsistence
Pembelaandiri Defense
Paraktekkebudayaan Berkaitandengan PMS territoriality
1. 2.
1. 2. 3. 4.
Lahan pertanian, laut, pasar. Pura Dugul, pura Segaa, Pura Mdanting, alun-alun. Perrnandian untuk wanita. Permandian untuk lelaki. Permandian untuk ibu baru melahirkan. Ruang-ruang suci dan sakral
Ruang-ruang yang diatur sesuai keteraturan putaran waktu: odalan di pura, merajan, upacara di pantai, dan lain-lain Tempat belajar: 1. Rumah tangga. 2. Ruang komunal: wantilan, balai banjar. 3. Pura, balai desa. Ruang ruang berfungsi rekreasi: 1. Jaba pura, natar pura, 2. Wantilan desa, balai banjar, alunalun. 3. Natah, alun-alun, balai banjar, balai desa. 4. Daerah pantai dan pernandanganalam. Ruang-ruang berfungsi defense: 1. Pura dan lingkungansekitamya, laut. 2. Balai desalbanjar, wantilan, alun-dun. 3. Rumah tinggal, bangunan umum.
1. Lahan pertanian 2. b a t a m ruang dengan pola natah.
seperti rnisalnya panas, dingin, hujan, petir, banjir, kejahatan, atau bentuk-bentuk ketidaknyamanan lainnya. Secara mendasar, teritorial komponen yang mengizinkan praktik-praktik berkaitan dengan elemen pembelaandiri dan perlindungan diri ini sebagian bertepatan dengan ruang-ruang yang mewadahi praktik-praktikritual (pura)yang tersebar di seluruh pelosok pulau, ruang umum yang dimanfaatkan (k) Eksploitasi, istilah exploitation mengandung pengettian interaksi manusia dengan
kenrangan berleaitan emt
n#rltifwrgsiiniadaM