Suatu Inovasi Teknologi Untuk Konservasi Penambangan Timah Alluvial: Penambangan Hidrolis Bawah Permukaan dengan Peralatan BT M-SR-4
SUATU INOVASI TEKNOLOGI UNTUK KONSERVASI PENAMBANGAN TIMAH ALLUVIAL: PENAMBANGAN HIDROLIS BAWAH PERMUKAAN DENGAN PERALATAN BTM-SR-4 A TECHNOLOGY INNOVATION TO CONSERVE TIN ALLUVIAL MINING: SUBSURFACE HYDRAULIC MINING BY BTM-SR-4 EQUIPMENT Ichwan Azwardi Lubis, Robertus Bambang Susilo, dan Sasri Romi PT. TIMAH (Persero) Tbk INFO ARTIK EL Naskah Masuk : 14/10/2014 Naskah Revisi : 15/11/2014 Naskah Terima : 17/12/2014
Keywords: subsurface hydrolic mining sustainability conserve tin reserve environment
ABSTRACT Nowadays, surface hydrolic mining on tin alluvial has caused conflict with other interests. Due to a big mining area needed, the activity has conflict with plantation and local people gardens. Furthermore, activity of illegal mining has destroyed tin reserve and environment as well. Once the illegal mining is not managed properly, tin reserve of the company will decrease significantly, in addition, reclamation cost that must be beared by the company will increase significantly. Approach to manage conflict through negotiation on land use has not given a significant outcome. As the result, the company experiences a very difficult situation to make a mine planning, both short term and long term. Technology of subsurface hydrolic mining offers a mine activity with minimal land clearing and avoid to open overburden. Currently, PT Timah (Persero) Tbk has succeeded to study and examine the technology through operating a pack of equipment named BTM-SR4. Besides awareness on environment, due to its ability to mine on spotted tin deposit, the technology is able to increase tin reserve. Other good news are to decrease mining cost due to not opening over burden and to decrease reclamation cost. All of above good points will support sustainability of the company.
SARI KARANGAN Kata kunci: subsurface hydrolic mining keberlanjutan melestarikan cadangan timah lingkungan hidup
Penambangan timah alluvial saat ini dilakukan dengan metode semprot (hydraulic mining) secara terbuka (open mining). Cara ini akan menyebabkan benturan dengan sektor lainnya akibat kebutuhan area penambangan yang luas. Maraknya illegal mining berdampak pada terjadinya kerusakan sumberdaya cadangan perusahaan serta kerusakan lingkungan, termasuk lahan-lahan yang telah direklamasi. Jika tidak dikendalikan, sumberdaya cadangan perusahaan akan menyusut dengan cepat sementara biaya reklamasi akan meningkat dengan tajam. Masalah lain adalah terjadinya konflik sosial akibat terjadinya tumpang tindih lahan antara area pertambangan dan area penggunaan lain seperti perkebunan, industri, dan kebun masyarakat. Penyelesaian konflik dengan dialog dan ganti rugi lahan tidak berdampak signifikan. Khususnya bagi cadangan sumberdaya perusahaan, dengan kerusakan yang terjadi mengakibatkan sulitnya membuat rencana kerja penambangan karena cadangan cenderung menjadi spotted. Konsep penambangan dengan situasi dan kondisi ini adalah bagaimana penambangan dilakukan dengan area sekecil mungkin dan tidak melakukan penggalian tanah penutup (Stripping Overburden). Solusinya adalah penambangan semprot dapat dilakukan di bawah tanah atau disebut sub surface hydraulic mining atau Ore getting. Saat ini PT. Timah (Persero) Tbk sudah menyelesaikan penelitian penggunaan alat penambangan yang
* Korespondensi Pengarang, Jl Jend Sudirman 51, Pangkalpinang, 33121. Telp: 022-2503055, Fax:021-2504773, E-mail: Ichwan @pttimah.co.id ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
I.A. Lubis, R.B. Susilo, & S. Romi (2014)
dinamakan BTM-SR4. Diharapkan alat tersebut menjadi awal dari pengembangan-pengembangan teknologi selanjutnya sehingga konservasi pertambangan, khususnya pada pertambangan timah aluvial, dapat dilakukan dengan optimal. © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014: 177-188
1. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan timah terletak pada jalur sabuk timah yang dikenal dengan nama South East Asia Tin Belt. di mana di Indonesia membentang mulai dari Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Tujuh, Bangka, dan Belitung di bagian paling tenggara. Secara umum endapan timah yang tersebar di jalur tin belt Indonesia merupakan endapan timah alluvial atau disebut juga endapan sekunder. Tipe endapan timah alluvial sesuai dengan karakternya sebagai endapan sedimen tersebut selama ini ditambang dengan metode tambang terbuka secara hidrolis. Penambangan ini dilakukan dengan mengupas tanah penutup (overburden) terlebih dahulu menggunakan alat-alat mekanis seperti ekskavator dan buldoser lalu mengambil lapisan ore secara hidrolis, yaitu semprot dan isap. Selanjutnya dilakukan proses konsentrasi ore dengan menggunakan peralatan pencucian timah. Sejak era otonomi daerah mulai berjalan sekitar tahun 2000-an yang lalu, terjadi dampakdampak yang signifikan pada sektor pertambangan timah di Indonesia. Seiring dengan perkembangan wilayah yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengakibatkan adanya benturan yang dapat menyulitkan perusahaan untuk melakukan kegiatan penambangan timah dengan metode tambang terbuka. Permasalahan yang menyulitkan tersebut antara lain sulitnya melakukan pembebasan lahan di wilayah izin usaha pertambangan (IUP) milik perusahaan yang di dalamnya juga terdapat baik perkebunan masyarakat maupun perkebunan milik Badan Usaha biaya ganti rugi tanam tumbuh saat dilakukan pembukaan tambang akan sangat mahal. Masalah lainnya adalah terjadinya kerusakan lahan yang sudah direklamasi oleh
kegiatan illegal mining dan semakin banyaknya tambang rakyat. Dampak yang paling signifikan dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah rusaknya cadangan dan sumberdaya perusahaan serta hilangnya kesempatan untuk mendapatkan nilai dari kehilangan produksi timah. Permasalahan itu pada akhirnya dapat meng-
Gambar 2. Dampak akibat illegal mining. hambat perusahaan dalam rangka mewujudkan dan melaksanakan praktik penambangan yang baik dan benar (good mining practices). Penyelesaian masalah tersebut sudah ditempuh dengan solusi dialog-dialog dengan para stakeholder dan kebijakan-kebijakan internal tata kelola penambangan. Solusi tersebut dianggap belum efektif untuk kondisi dan situasi saat ini. Sejauh ini penanganan masalah dilakukan dengan membuat kebijakan-kebijakan yang terkait tatacara penambangan dan dialog-dialog dengan para stakeholder. Namun cara-cara ini sampai sekarang belum membuahkan hasil yang diharapkan. Solusi lain yang dianggap dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi yaitu dengan mencari teknologi penambangan yang dapat mengakomodasi penyelesaian masalah tersebut. Solusi teknologi tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Alat Mekanis Alat Hidrolis Alat Pencucian
Gambar 1. Pertambangan timah alluvial dengan tambang terbuka secara hidrolis. 178
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek,
Suatu Inovasi Teknologi Untuk Konservasi Penambangan Timah Alluvial: Penambangan Hidrolis Bawah Permukaan dengan Peralatan BT M-SR-4
a. b. c. d. e. f. g. h.
Luasan area penambangan minimal Kegiatan land clearing minimal Kegiatan stripping overburden tidak ada Penggalian ore optimal Jangka waktu penambangan tidak signifikan Potensi limbah minimal Reklamasi minimal Safety maksimal
Solusi yang dianggap dapat mengakomodasi persyaratan-persayaratan tersebut adalah penambangan dengan metode penambangan bawah tanah (subsurface hydraulic mining). Metode penambangan ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada saat ini dan memenuhi kriteria penambangan di atas. Dalam upaya tersebut, Satuan Kerja Penelitian dan Pengembangan Teknologi (Litbangtek) PT. Timah (Persero) Tbk telah melakukan penelitian dan dalam upaya mengembangkan peralatan Borehole Mining dengan prototipe alat yang dinamakan BTM SR4. Borehole Tin Mining type SR4 (BTM) dirancang pada akhir bulan Desember 2012 dan dilakukan uji coba dari bulan Februari 2013 sampai dengan September 2013. Kegiatan uji coba ini dilakukan untuk pengambilan data operasional dalam rangka mengetahui nilai ekonomi penambangan dengan alat BTM. Sampai saat ini kegiatan uji dalam skala operasional penambangan masih terus berlang-
Gambar 4. Permasalahan dalam pertambangan timah.
Gambar 5. Konsep penyelesaian masalah dengan solusi teknologi. turun. Lubang bor yang sudah terpasang casing siap melakukan penambangan dengan alat BTM. Sebelum tahap pengoperasian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan dengan langkah sebagai berikut: 1. Mendirikan tripod yang terpasang tackle crane sampai centre ke lubang bor dan kaki tripod dipasang pasak besi agar tidak bergeser. 2. Memasang talang overflow untuk menampung slurry yang naik ke atas melalui casing. 3. Memasukkan mining section (bit) yang di
Gambar 3. Kondisi cadangan dan sumberdaya timah.
sung. 2. METODE BTM SR4
PENAMBANGAN
DENGAN
1. Pemasangan Alat Setelah kegiatan pembuatan lubang (dengan alat hole maker) berdiameter 6” selesai dilakukan, lubang bor tersebut dipasang casing (pipa pvc 6”) sampai batas atas kedalaman lapisan bertimah. Pada ujung bawah casing dipasang cincin besi untuk mengikat kawat sling agar casing tidak
Gambar 6. Tripod
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
179
I.A. Lubis, R.B. Susilo, & S. Romi (2014)
Gambar 7. Talang overflow.
4. 5. 6. 7. 8.
dalamnya sudah disambung pipa besi 2” (inner) ke dalam lubang bor menggunakan tackle crane. Menyambung pipa besi 4” dan 2” sampai pada kedalaman yang akan ditambang. Memasang swivel pada ujung pipa paling atas. Merangkai selang-selang. Menyiapkan mesin robin untuk menyuplai air tambahan. Alat Borehole Tin Mining type SR4 (BTM)
Gambar 10. Swivel.
Gambar 11. Mesin pompa air. Gambar 8. Mining section (bit).
Gambar 9. Penyambungan pipa. 2. Prinsip Kerja Prinsip kerja alat BTM yaitu menembakkan air bertekanan tinggi dengan mesin pompa air pada lapisan yang bertimah (ore). Air ditembakkan melalui pipa besi 4” dengan dua buah nozzle arah samping yang saling berlawanan untuk menghancurkan material pada lapisan tersebut sehingga terbentuk slurry. Slurry kemudian masuk ke slurry inlet yang terdapat pada mining sec-
180
Gambar 12. Selang (hitam) 150 psi 3”. tion dan selanjutnya didorong oleh nozzle yang tembakannya mengarah ke permukaan untuk membawa slurry naik ke atas permukaan melalui pipa besi 2” (inner). Pengoperasian alat BTM sangatlah mudah dan tidak memerlukan banyak tenaga. Apabila solid dalam slurry yang naik ke permukaan semakin berkurang, operator cukup menaikkan alat BTM dengan tackle crane dan menurunkan kembali sambil diputar secara perlahan pada lapisan yang bertimah.
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek,
Suatu Inovasi Teknologi Untuk Konservasi Penambangan Timah Alluvial: Penambangan Hidrolis Bawah Permukaan dengan Peralatan BT M-SR-4
(a) Gambar 13. Mesin Robin.
(b) Gambar 15. Prinsip Kerja BTM SR4. 12 berturut-turut yaitu 0,534 kgSn/m3; 0,826 kgSn/m3, 1,030 kgSn/m3 dan 0,160 kgSn/m3. Alat BTM dioperasikan pada level tersebut dengan kedalaman 7,6 – 11,6 meter dan kadar Ore ratarata 0,638 kgSn/m3. 2. Uji Coba Gambar 14. BTM type SR4.
3. UJI COBA BTM 1. Lokasi Alat Borehole Tin Mining type SR4 (BTM) dilakukan uji coba dalam skala operasional penambangan di Lembah Nudur berdekatan dengan Tambang Besar Nudur 4, Bangka Selatan. Lokasi tersebut ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan dari kantor pusat PT Timah (Persero) Tbk dengan kendaraan roda empat. Alat BTM dilakukan uji coba pada lubang bor nomor 40 dengan kedalaman 11,6 meter yang terdiri dari 12 lapisan dengan kekayaan cabang tiga (Whole of hole). Berdasarkan taksasi bor, kadar per lapisan yang tinggi yaitu berada pada lapisan 9 – 12 dengan ketebalan lapisan masingmasing 1 meter. Kadar pada lapisan 9, 10, 11, dan
Uji coba untuk pengambilan data operasional dilakukan pada tanggal 28 – 29 Agustus 2013, 02 – 05 September 2013 dan 09 – 12 September 2013. Dalam uji coba selama 10 hari tersebut diperoleh 24,47 jam jalan efektif alat BTM dengan ore yang terangkat ke permukaan sebanyak 21 jumbo bag. Ukuran jumbo bag yang digunakan yaitu 0,9 m x 0,9 m x 0,9 m (0,73 m3). Jadi ore yang diperoleh dalam uji coba tersebut yaitu 15,33 m3. Solar yang dihabiskan selama uji coba yaitu 78 liter dan premium 24 liter. Kapasitas gali dan kapasitas pengangkutan material pada penambangan dengan menggunakan peralatan BTM SR4 dapat dilhat pada Gambar 18 dan 19. Ore yang diperoleh dari uji coba tersebut diangkut ke Processing Plant (PPBT) di Mentok dan digabung menjadi satu (komposit). Ore komposit (Feed BTM) diproses menggunakan Harz Jig dengan satu tahap pemisahan dan tailingnya diolah menggunakan Yuba Jig dengan
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
181
I.A. Lubis, R.B. Susilo, & S. Romi (2014)
Gambar 18. Kapasitas gali peralatan BTM SR4.
Gambar 16. Lokasi uji coba.
Gambar 19. Kapasitas angkut peralatan BTM SR4. Gambar 17. Jumbo bag. satutahap pemisahan. Produk dari proses Harz Jig dikodekan konsentrat dan produk proses Yuba Jig dikodekan middling sedangkan tailing Yuba Jig dikodekan tailing. Konsentrat, middling dan tailing yang diperoleh dari proses pemisahan, masing-masing diambil sampel dan kemudian dianalisis di bawah mikroskop untuk mengetahui kadar dan berat Sn. Berat Sn di Feed BTM dengan kadar 0,82 % Sn merupakan hasil dari analisis mikroskop yaitu 194,4 kg Sn dan total berat Sn yang diperoleh yaitu sebesar 188,65 kg Sn (Sn konsentrat ditambah dengan Sn middling), sehingga yang tertinggal di tailing yaitu sebesar 5,75 kg Sn.
4. ANALISIS EKONOMI 1. Capital Expenditure (CAPEX) Biaya investasi (CAPEX) perlatan BTM SR4 per bulan adalah sebesar Rp 6,8 juta. Kebutuhan peralatan operasional penambangan dengan peralatan BTM SR4 adalah seperti terlihat pada Tabel 5. 2. Operational Expenditure (OPEX) Biaya operasional (OPEX) penambangan
182
dengan peralatan BTM SR4 per jam adalah sebesar Rp 317.448 per jam. Komponen biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 6. 3. Harga Pokok Produksi Jumlah biaya operasional keseluruhan (termasuk depresiasi alat) per jam setelah ditambahkan dengan Over Head menjadi sebesar Rp 379.134 per jam. Dari perhitungan tabel 7, dapat diketahui Harga Pokok Produksi (HPP) penambangan dengan Borehole Tin Mining type SR4 yaitu sebesar Rp. 47.723 per kg Sn. 4. Break Even Grade (BEG) Perhitungan BEG penambangan dengan menggunakan Borehole Tin Mining type SR4 menggunakan asumsi harga Ore Concentrate berdasarkan target khusus yang ditetapkan pada penelitian ini sebesar Rp. 50.000 per kg Sn dan asumsi jam jalan efektif alat BTM sebesar 250 jam per bulan maka didapat hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Dari perhitungan tabel di atas, dapat diketahui BEG Ore untuk penambangan dengan Borehole Tin Mining type SR4 yaitu sebesar 0,609 kgSn/ m3 atau setara dengan BEG Overall 0.2 kgSn/m3.
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek,
Suatu Inovasi Teknologi Untuk Konservasi Penambangan Timah Alluvial: Penambangan Hidrolis Bawah Permukaan dengan Peralatan BT M-SR-4
Tabel 1. Analisis Sampel Feed BTM
ANALISA MIKROSKOP Tanggal
26/09/2013
Fraksi Ukuran (mesh) Berat Tiap Fraksi (Kg) No. URAIAN B.J Urut MINERAL
Asal Contoh Berat Dry Ore Berat Sn Kadar Sn
20# 12660 % Berat Asal
FEED BTM 23.670,00 Kg (Berat Kering) 194,40 Kg Sn 0,82%
50# 6793 % Berat Asal
70# 2043 % Berat Asal
100# 806 % Berat Asal
-100# 1367 % Berat Asal
Jumlah
1
Cassiterite
6,9
0,28
0,38
0,16
0,17
0,09
1,08
2
Ilmenite
4,5
0,00
1,26
0,27
0,05
0,06
1,64
3
Rutile
4,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
4
Monazite
4,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,01
5
Xenotime
4,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
6
Pyrit/Marcasite
4,8
0,95
1,04
0,15
0,03
0,04
2,21
7
Zircon
4,7
0,00
0,00
0,00
0,03
0,04
0,07
8
Topaz
3,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
9
Tourmaline
3,1
0,87
1,04
0,32
0,03
0,07
2,33
10 Q u a r t z
2,6
51,39
24,97
7,73
3,09
5,48
92,66
11 A n a t a s
3,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
12 S p i n e l
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
13 T e r a k
2,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
14 Karat Besi
4,0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
15 S i d e r i t e
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
16 Plumbogumite
7,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
17 L i m o n i t e
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
18 H e m a t i t
5,2
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
11,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
28,70
8,63
3,40
5,78
100,00
19 PB Buatan JUMLAH
53,49
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
183
I.A. Lubis, R.B. Susilo, & S. Romi (2014)
Tabel 2. Analisis Sampel Konsentrat BTM
ANALISA MIKROSKOP Tanggal
No. Urut
26/09/2013
Fraksi Ukuran (mesh) Berat Tiap Fraksi (Kg) URAIAN B.J MINERAL
Asal Contoh KONSENTRAT BTM Berat Ore 193,00 Kg Berat Sn 116,53 Kg Sn Kadar Sn 60,38%
20# 34 % Berat Asal
50# 61 % Berat Asal
70# 41 % Berat Asal
100# 40 % Berat Asal
-100# 17 % Berat Asal
Jumlah
1
Cassiterite
6,9
16,74
24,54
15,32
15,97
6,87
79,45
2
Ilmenite
4,5
0,00
0,85
2,10
1,53
0,31
4,80
3
Rutile
4,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
4
Monazite
4,8
0,00
0,00
0,47
0,20
0,09
0,75
5
Xenotime
4,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
6
Pyrit/Marcasite
4,8
0,55
1,61
1,21
0,68
0,16
4,21
7
Zircon
4,7
0,00
0,00
0,27
1,21
1,01
2,49
8
Topaz
3,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
9
Tourmaline
3,1
0,07
0,28
0,23
0,04
0,05
0,68
10
Quartz
2,6
0,18
4,55
1,68
0,92
0,29
7,62
11
Anatas
3,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
12
Spinel
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
13
Te rak
2,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
14
Karat Besi
4,0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
15
Siderite
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
16
Plumbogumite
7,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
17
Limonite
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
18
He mati t
5,2
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
19
PB Buatan
11,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
31,84
21,28
20,55
8,79
100,00
JUMLAH
184
17,55
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek,
Suatu Inovasi Teknologi Untuk Konservasi Penambangan Timah Alluvial: Penambangan Hidrolis Bawah Permukaan dengan Peralatan BT M-SR-4
Tabel 3. Analisis Sampel Middling BTM
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
185
I.A. Lubis, R.B. Susilo, & S. Romi (2014)
Tabel 4. Analisis Sampel Tailing BTM
ANALISA MIKROSKOP Tanggal
26/09/2013
Fraksi Ukuran (mesh) Berat Tiap Fraksi (Kg) No. URAIAN B.J Urut MINERAL
Asal Contoh TAILING BTM Berat Ore 22.622,000 Kg Berat Sn 6,080 Kg Sn Kadar Sn 0,03%
20# 12451 % Berat Asal
50# 6268 % Berat Asal
70# 1891 % Berat Asal
100# 702 % Berat Asal
-100# 1311 % Berat Asal
Jumlah
1
Cassiterite
6,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,03
0,04
2
Ilmenite
4,5
0,00
1,31
0,21
0,00
0,03
1,55
3
Rutile
4,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
4
Monazite
4,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
5
Xenotime
4,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
6
Pyrit/Marcasite
4,8
0,95
1,00
0,12
0,01
0,03
2,10
7
Zircon
4,7
0,00
0,00
0,00
0,01
0,00
0,01
8
Topaz
3,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
9
Tourmaline
3,1
0,90
1,09
0,33
0,02
0,07
2,41
10 Q u a r t z
2,6
53,19
24,31
7,70
3,06
5,63
93,89
11 A n a t a s
3,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
12 S p i n e l
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
13 T e r a k
2,9
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
14 Karat Besi
4,0
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
15 S i d e r i t e
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
16 Plumbogumite
7,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
17 L i m o n i t e
3,8
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
18 H e m a t i t
5,2
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
11,5
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
-
19 PB Buatan JUMLAH
186
55,04
27,71
8,36
3,10
5,79
100,00
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek,
Suatu Inovasi Teknologi Untuk Konservasi Penambangan Timah Alluvial: Penambangan Hidrolis Bawah Permukaan dengan Peralatan BT M-SR-4
Tabel 5. Capex No Uraian Jumlah 1 Peralatan BTM 1 2 Mesin Pompa Air (26HP/2200RPM) 1 3 Mesin Robin (9HP) 1 4 Pompa Tanah 4" 1 5 Pipa PVC 6" 2 6 Selang 150 PSI 6 7 Selang Spiral 4" 10 8 Selang Spiral 2,5" 10 9 Selang Karpet 30 10 Clamp dan Aksesoris Lainnya 1 11 Saringan Hisap 2 12 Safety Helmet 4 13 Safety Spactacle 4 14 Safety Boot 4 15 Sarung Tangan 4 16 Jumbo Bag 50 Jumlah
Unit Set Set Set Set Pcs meter meter meter meter Lumpsum Pcs Pcs Pcs Pasang Pasang Lembar
Harga/Unit Rp 135.000.000 Rp 5.000.000 Rp 2.650.000 Rp 3.000.000 Rp 400.000 Rp 650.000 Rp 55.000 Rp 40.000 Rp 52.000 Rp 1.000.000 Rp 125.000 Rp 79.000 Rp 62.000 Rp 270.000 Rp 3.000 Rp 80.000
Total Harga Umur (bulan) Rp 135.000.000 36 Rp 5.000.000 12 Rp 2.650.000 12 Rp 3.000.000 12 Rp 800.000 2 Rp 3.900.000 12 Rp 550.000 6 Rp 400.000 6 Rp 1.560.000 6 Rp 1.000.000 6 Rp 250.000 6 Rp 316.000 12 Rp 248.000 12 Rp 1.080.000 12 Rp 12.000 1 Rp 4.000.000 6 Rp 159.766.000
Biaya/bulan Rp 3.750.000 Rp 416.667 Rp 220.833 Rp 250.000 Rp 400.000 Rp 325.000 Rp 91.667 Rp 66.667 Rp 260.000 Rp 166.667 Rp 41.667 Rp 26.333 Rp 20.667 Rp 90.000 Rp 12.000 Rp 666.667 Rp 6.804.833
Tabel 6. Opex No Uraian Jumlah Unit 1 BBM Mesin Pompa Air (26HP/2200RPM) 78 Liter 2 BBM Mesin Robin (9HP) 24 Liter 3 Perawatan dan Sparepart 1 Lumpsum 4 Pembuatan Lobang Bor 1 Lumpsum 5 Persiapan 1 Lumpsum 6 Transportasi 1 Lumpsum 7 Pengolahan 1 Lumpsum 8 Gaji Pekerja 4 Orang Jumlah
Harga/Unit Rp 10.700 Rp 6.500 Rp 3.000.000 Rp 12.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.600.000 Rp 5.000.000 Rp 3.000.000
Total Harga Rp 834.600 Rp 156.000 Rp 3.000.000 Rp 12.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.600.000 Rp 5.000.000 Rp 12.000.000 Rp 38.590.600
Jam 24,47 24,47 250 250 24,47 250 48 720
Biaya/jam Rp 34.107 Rp 6.375 Rp 12.000 Rp 48.000 Rp 81.733 Rp 14.400 Rp 104.167 Rp 16.667 Rp 317.448
Tabel 7. Perhitungan Harga Pokok Produksi No
Parameter
Nilai
Satuan
Keterangan
(a)
Jam jalan efektif
24,47
Jam
Hasil ujicoba
(b) (c) (d)
Hasil PPBT Mentok Total Biaya Harga Pokok Produksi
194,4 379.134 47.723
kg Sn Rp/jam Rp/kg Sn
konsentrat+middling+tailing Termasuk depresiasi alat dan OH d = c / (b / a)
Tabel 8. Perhitungan BEG No
Parameter
Nilai
Satuan
Keterangan
(a) (b) (c) (d) (e)
Harga Ore Concentrate Jam jalan efektif Jam jalan efektif Kadar Ore (data bor) Hasil PPBT Mentok
50.000 250 24,47 0,638 194,4
Rp/kg Sn jam jam Kg Sn /m3 kg Sn
Target khusus Asumsi/bulan (2 Shift Kerja) Hasil uji coba kadar rata-rata lapisan 9 - 12 konsentrat+middling+tailing
(f) (g) (h) (i) (j)
Laju Pemindahan Tanah Bank Total biaya Break Even Production BEG Ore Harga Pemindahan Tanah
12,45 379.134 7,58 0,609 30.447
m3/jam Rp/jam Kg Sn/jam Kg Sn/m3 Rp/m3
f=e/d/c
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
h=g/a i=h/f j=g/f
187
I.A. Lubis, R.B. Susilo, & S. Romi (2014)
FEED BTM Berat Kering 23.670 Kg Kadar Sn 0,82% Berat Sn 194,40 Kg Sn HARZ JIG KONSENTRAT Berat 193 Kg Kadar Sn 60,38% Berat Sn 116,53 Kg Sn
TAILING YUBA JIG
MIDDLING Berat 855 Kg Kadar Sn 8,40% Berat Sn 72,12 Kg Sn
TAILING Berat 22.622 Kg Kadar Sn 0,03% Berat Sn 6,08 Kg Sn
Gambar 20. Hasil pengolahan. Sedangkan jika menggunakan Harga Ore Concentrate berdasarkan RKAP tahun 2013 sebesar Rp 90.210/KgSn didapat BEG Ore untuk penambangan dengan Borehole Tin Mining type SR4 yaitu sebesar 0,338 kgSn/m3atau setara dengan BEG Overall 0,11 kgSn/m3.
5. PENUTUP Berdasarkan uji operasional yang dilakukan dengan metode Borehole Tin Mining type SR4 dapat disimpulkan bahwa penambangan dengan cara ini sangat efisien dan mempunyai mobilitas yang tinggi serta mempunyai dampak penambangan yang sangat kecil dikarenakan antara lain : a. Area penambangan yang minimal b. Land Clearing yang minimal c. Tidak ada stripping over burden d. Penggalian ore getting e. Dampak lingkungan yang sangat kecil f. Reklamasi yang minimal g. Keselamatan kerja yang tinggi h. Dapat menjadi solusi dalam penyelesaian tumpang tindih lahan Dengan demikian metode ini sudah memenuhi kriteria-kriteria solusi yang diharapkan sebagai jalan keluar permsalahan-permasalahan sabagaimana yang disebutkan di atas.
188
Sebagai tindak lanjut ke depan diharapkan untuk jangka pendek BTM SR4 dapat diterapkan sebagai pengganti tambang skala kecil yang digunakan oleh masyarakat untuk menjamin keselamatan kerja dan meminimalisir kerusakan lingkungan ke depan. Dalam jangka panjang perlu dilakukan pengembangan teknologi dalam skala yang lebih besar dan teknologi yang lebih modern yang dapat digunakan baik di darat maupun di laut.
CATATAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ini adalah penyempurnaan dari makalah yang telah dipresentasikan dalam Forum Nasional IPTEKIN ke IV di Jakarta, tanggal 9 Oktober 2014, dengan penyelenggara Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, LIPI. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para nara sumber yang telah memberikan masukan substansi untuk perbaikan makalah ini sehingga dapat diterbitkan dalam Warta Kebijakan Iptek dan Manajemen Litbang.
DAFTAR PUSTAKA Annels, A. E. 1991. Mineral Deposit Evaluation, Chapman & Hall Azwardi, I. 2006. Filosofi Penambangan Timah dan Konsep Penambangan Endapan Timah Dalam di Laut, PT. Timah (Persero) Tbk. Azwardi, I. 2007. Penambangan Timah Alluvial, PT. Timah (Persero) Tbk Canonica, L.1991. Memahami Hidrolika, Angkasa Bandung Hartman, H. L. 1987. Introductory Mining Engineering, John Wiley & Sons Inc. Jansen, M.L., Bateman, A. M. 1981. Economic Mineral Deposits, third edition, John Wiley and Sons Inc. Toronto Mason, R. D., Lind, D. A. 1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis & Ekonomi Jilid 2, Penerbit Erlangga PPPTMB. 2005. Ensiklopedi Pertambangan Indonesia.
ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 12 No. 2 Tahun 2014, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek,