Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
STUDY ON EXCLUSIVE AND ELITIST CIVICS LEARNING KAJIAN TENTANG PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG BERSIFAT EKSKLUSIF DAN ELITIS Oleh : Imas Kurniawaty Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected]
Abstract. Based on research studies conducted by David K err in A pril 1999 in the international study conducted by the “School Curriculum and Assessment Authority (SCAA)” through the “National Foundation for Educational Research in England and Wales (NFER)” with a duty to hold “international review of curriculum and assessment framework” in 16 countries around the world. From these studies, civics has some traits maximum and minimum. Civics at the minimum point marked one containing civics lesson, exclusivist and elitist emerged in the process of learning in Asian countries, including Indonesia. The purpose of study is to find out information on trends in the civics learning SMA Negeri 1 Ciwidey, which is exclusive and elitist. Be it in terms of teachers, students and schools, including several contributing factors that should be developed continuously contained in the school environtment. The method used is the case study method, which aims to reveal an intensive, detailed and in-depth evaluation of a particular symptom. Results of the study revealed that learning civics in SMA Negeri 1 Ciwidey exclusive and elitist. This is caused by the lack of school facilities and civics teacher initiatives as well as the lack of student participation in the learning process. Keywords: Exclusive and Elitist, Civics Learning Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh David Kerr pada April 1999 atas nama Otoritas Kurikulum dan Evaluasi Sekolah (SCAA) melalui Badan Nasional Penelitian Pendidikan (NFER) di Inggris, yang bertujuan untuk mereviu kerangka kurikulum dan evaluasi di 16 negara di dunia. Hasil penelitian mengungkap bahwa terdapat karakter maksimum dan karakter minimum dalam pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan dengan karakter minimum mengandung materi kewarganegaraan dan bersifat eksklusif dan elitis, sebagaimana yang muncul dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi trend pendidikan kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Ciwidey, yang bersifat eksklusif dan elitis. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pendidikan kewarganegaraan yang bersifat eksklusif dan elitis ini antara lain guru, siswa, dan lingkungan sekolah, yang harus dibangun secara terus menerus. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yang bertujuan untuk mengungkap secara intensif dan mendalam dari suatu gejala tertentu. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa pendidikan kewarganegaraan di SMA 1 Ciwidey bersifat eksklusif dan elitis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitias sekolah dan inisiatif guru serta kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Kata kunci: Ekslusif dan Elitis, Pendidikan Kewarganegaraan
A. PENDAHULUAN Dalam
perkembangan
dang dikembangkan. Hal ini berdasarkan pendidikan
penelitian riset yang dilakukan oleh Da-
saat ini, pembelajaran PKn dengan
vid Kerr pada April tahun 1999 di 16
berbagai metode, strategi, dan kegiatan
negara di dunia. Dari penelitian tersebut,
dalam pengintegrasian budi pekerti se-
PKn mempunyai beberapa ciri maksimal
98 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
dan minimal. Terdapat dua ciri minimal
yang terdapat di lingkungan sekolah.
yang terdapat di Indonesia diantaranya
1. Rumusan Masalah
PKn bersifat eksklusif, artinya pembela-
Berdasarkan latar belakang diatas
jaran PKn cenderung tidak melibatkan
maka permasalahan dalam penelitian ini
atau menyambungkan ke mata pelajaran
yaitu:
lain seperti ekonomi, sejarah, geografi
1. Bagaimana cara guru menyusun dan
dan ilmu-ilmu lainnya yang tentunya ter-
mengembangkan kompetensi mata
dapat kaitannya dengan mata pelajaran
pelajaran Pendidikan Kewarganega-
PKn. Intinya PKn tidak mengglobal dan
raan ke dalam Silabus dan Rencana
tidak berkaitan satu sama lain dengan
Pelaksanaan Pembelajaran?
ilmu-ilmu lainnya. Ciri kedua ialah PKn
2. Bagaimana guru mengimplementasi-
bersifat elitis, artinya dalam proses pem-
kan Silabus dan Rencana Pelaksa-
belajaran PKn, guru sangat mendominasi
naan Pembelajaran tersebut dalam
kelas dengan kata lain tidak adanya pros-
proses pembelajaran di kelas?
es timbal balik (feed back) antara guru
3. Bagaimana cara guru menciptakan
dan siswa dalam penyampaian materi di
suasana kelas dan partisipasi siswa
dalam kelas sehingga siswa merasa
dalam proses pembelajaran PKn?
jenuh dan pembelajaran pun dirasakan
4. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi guru sehingga pembelaja-
monoton. Ciri minimal ini tentunya dapat mempengaruhi berkembangnya pendidi-
ran PKn bersifat eksklusif dan elitis? 5. Bagaimana upaya guru dalam
kan di Indonesia saat ini khususnya da-
mengatasi kendala-kendala dalam
lam mata pelajaran PKn di kancah
pembelajaran PKn yang bersifat ek-
persekolahan. Hal ini justru memicu kita
sklusif dan elitis?
untuk mengkaji lebih dalam beberapa
Sejauhmanakah upaya sekolah agar
masalah yang dihadapi oleh komponen-
program PKn menjadi program sekolah
komponen utama dalam proses pembela-
baik di integrasikan dengan mata-mata
jaran khususnya guru. Intinya dalam kar-
pelajaran yang relevan maupun usaha
ya tulis ini penyusun akan menjelaskan
penciptaan sekolah yang menunjang pen-
hasil
didikan?
riset
tentang
proses
belajar
mengajar PKn, termasuk beberapa faktor pendukung yang seharusnya dikembangkan secara kontinyu (terus-menerus)
2. Metode Penelitian
menggunakan
metode
deskriptif, yaitu metode yang akan
99 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
menghasilkan laporan penelitian yang
(Rencana Persiapan Pengajaran), doku-
berisi kutipan-kutipan data (berupa kata-
men-dokumen tes selama melakukan
kata, gambar dan bukan angka-angka)
ujian
untuk memberi gambaran penyajian
sekolah, serta data-data sekolah. Se-
laporan tersebut” (Moleong, 2004:10).
dangkan studi literatur, peneliti mencari
Sedangkan bentuk penelitiannya adalah
data
studi kasus, Hal ini seperti diungkapkan
pengertian
oleh Arikunto (1996:129-130) bahwa
dikemukakan oleh para ahli sebagai lan-
“penelitian kasus adalah penelitian yang
dasan teoritis, khususnya mengenai ma-
dilakukan secara intensif, terinci dan
salah-masalah
mendalam terhadap suatu organisasi,
penelitian ini.
lembaga atau gejala tertentu”. Ditinjau
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepada
berupa
peserta
teori-teori,
dan
profil
pengertian-
uraian-uraian
yang
Teknik penelitian
dari wilayahnya, maka penelitian kasus
didik,
sejalan
yang
dengan
observasi
dil-
hanya meliputi daerah atau subjek yang
akukan untuk meninjau keadaan yang
sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat
sebenarnya di sekolah mengenai pem-
penelitian, penelitian kasus lebih men-
belajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dalam.
yang bersifat Eksklusif dan Elitis di
Penulis menggunakan empat instru-
SMA Negeri 1 Ciwidey. Pada pembela-
men pengumpul data, yaitu observasi,
jaran PKn ini terdapat beberapa kelema-
wawancara, studi dokumentasi dan studi
han
literatur. Observasi dilakukan selama
mempengaruhi berhasil atau tidaknya
penelitian berlangsung dengan tujuan
sebuah pembelajaran. Pada pembelajaran
mengetahui situasi dan kondisi serta ke-
PKn ini, diawali oleh dapat menyam-
biasaan-kebiasaan yang terjadi, penga-
paikan dengan banyak metode dan ten-
matan berkenaan dengan proses kegiatan
tunya ditunjang oleh beberapa media.
belajar mengajar PKn yang cenderung
Selain itu juga, guru juga harus memiliki
bersifat eksklusif dan elitis. Wawancara
teknik-teknik khusus dalam menyam-
dilakukan kepada guru mata pelajaran
paikan pembelajaran pada saat kegiatan
PKn, guru mata pelajaran lain (yang
belajar mengajar di kelas. Metode-
dapat menunjang pada fokus penelitian),
metode yang ada belum tentu berjalan
dan siswa. Dalam studi dokumentasi,
dengan lancar tanpa adanya media,
peneliti
teknik, serta pengelolaan kelas yang baik
memeroleh
data
mengenai
standar isi PKn, silabus beserta RPP
dan
kelebihan
yang
dapat
dari pihak sekolah.
100 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
Adapun hasil observasi dan doku-
perminggunya 3 x 45 menit. pemilihan
mentasi yang dilakukan oleh penulis di-
metode pembelajaran PKn terlihat lebih
peroleh data sebagai berikut:
menonjol pada metode yang menguta-
1. Pengembangan Standar Isi Pen-
makan aspek kognitif (civic knowledge)
didikan Kewarganegaraan SMA
siswa. Namun dalam proses penilaian,
ke dalam Silabus dan Rencana
guru mata pelajaran PKn memadukan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
ketiga aspek yaitu aspek afektif, aspek
Dalam standar isi pembelajaran PKn
kognitif dan aspek psikomotor. Dan
di SMA Negeri 1 Ciwidey dikem-
penilaian di akhir pembelajaran, guru
bangkan ke dalam Silabus dan Rencana
mata pelajaran PKn lebih mengutamakan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk
penilaian dari aspek afektif. guru mata
kelas X, XI IPS dan XI IPA, standar isi
pelajaran menggunakan metode ceramah
PKn dikembangkan ke dalam silabus dan
bervariasi, diskusi, mengkaji buku sum-
RPP dengan mengacu pada kurikulum
ber
Tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat
kontroversial yang sedang mengglobal
Satuan Pendidikan (KTSP). Sedangkan
akhir-akhir ini, tanya jawab dan presen-
kelas XII IPS dan XII IPA, standar isi
tasi. Dalam silabus dan RPP juga dapat
PKn dikembangkan ke dalam silabus dan
dilihat bahwa alat dan sumber belajar
RPP dengan mengacu pada kurikulum
yang digunakan masih mengandalkan
Tahun 2004 yaitu Kurikulum Berbasis
buku sumber dan media massa dan el-
Kompetensi (KBK). hal pengalokasian
ektronik. Sedangkan dalam hal evaluasi
waktu pertemuan pembelajaran PKn di
yang direncanakan dalam silabus dan
SMA Negeri 1 Ciwidey dalam setiap sa-
RPP masih berorientasi pada proses dan
tu jam pelajarannya dialokasikan selama
hasil. Pada pemilihan jenis evaluasi,
45 menit. Untuk kelas X, pembelajaran
guru tidak hanya terbatas pada tertulis
PKn hanya dilakukan pada satu kali per-
saja namun pada tes lisan dan perfor-
temuan dalam satu minggu dengan alo-
mance test (baik individu maupun ke-
kasi waktu 45 menit. Untuk kelas XI IPS
lompok), dan dalam pelaksanaan tes ter-
dan IPA durasi pertemuan perminggu 2 x
tulis, guru mata pelajaran menyesuaikan
45 menit. Sedangkan untuk kelas XII
pada kompetensi dasar pada silabus di
IPA durasi 2 x 45 menit pertemuan
setiap materi bahasan. Pada intinya,
perminggunya, khusus untuk kelas XII
secara keseluruhan memang terlihat jelas
IPS
bahwa pembelajaran PKn yang di-
pertemuan
pembelajaran
PKn
yang
dikaitkan
dengan
isu-isu
101 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
tuangkan dalam silabus dan RPP masih
di sekolah, peneliti menemukan kasus
cenderung bersifat eksklusif.
yaitu dalam proses pembelajaran di kelas
2.
Implementasikan
dan
akan menggunakan metode diskusi yang
Rencana Pelaksanaan Pembelaja-
membahas tentang pokok bahasan yang
ran dalam Proses Pembelajaran
akan dibahas, namun karena alokasi
Pendidikan Kewarganegaraan di
waktu yang tidak mencukupi maka
Kelas
diskusi kelompok tersebut tidak selesai
Dalam
pengimplementasian
dan menggantung pada kesimpulan yang
pengembangan silabus dan RPP, guru
belum pasti dan kurang dimengerti oleh
mengalami ketidaksesuaian antara waktu
siswa itu sendiri. Memang guru juga tid-
pengembangan kompetensi dasar ke da-
ak dapat dipersalahkan dalam hal ini,
lam silabus dan RPP dengan waktu
karena dilihat oleh peneliti siswa banyak
pelaksanaan silabus dan RPP pada saat
yang acuh tak acuh pada saat diskusi
proses pembelajaran di kelas. Seringnya
berlangsung. Dalam hal metode diskusi,
guru alami kemelesetan rencana-rencana
guru hanya bertindak menjadi fasilitator
awal di silabus dan RPP serta dalam me-
atau hanya sekedar sebagai pengamat
nyesuaikan bobot materi dengan penga-
jalannya diskusi saja. Penyebab ku-
lokasian waktu. Pada pelaksanaannya
rangnya alokasi waktu yang digunakan
guru mengawalinya dengan Apersepsi
terpakai oleh pembahasan tugas-tugas
dan set induction seperti mengondisikan
rumah dan pembahasan Lembar Kerja
siswa agar kondusif untuk belajar, me-
Siswa (LKS).
nyesuaikan dengan agenda kelas supaya
3. Penciptakan Suasana Kelas dan
guru dapat mengetahui kehadiran siswa.
Partisipasi Siswa dalam Proses
Lalu setelah itu barulah guru memulai
Pembelajaran Pendidikan Kewar-
pada kegiatan inti, menjelaskan materi
ganegaraan
yang
hal
Silabus
dibahas
metode-metode
dengan
menggunakan
yang sesuai,
Penciptaan suasana kelas dan
seperti
sekolah serta partisipasi atau keaktifan
metode ceramah bervariasi dan metode
siswa dalam proses pembelajaran di ke-
diskusi.
dengan
las secara keseluruhan masih bersifat
menggunakan metode diskusi guru selalu
elitis. Hal tersebut disebabkan karena
kewalahan dalam penyesuaian penyam-
pada setting kelas, sekolah memang tid-
paian materi dengan pengalokasian wak-
ak dilakukan adanya moving class baik
tu. Hal ini terungkap pada saat penelitian
itu masalah perubahan bangku kelas dan
Hanya
saja
102 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
alat pelengkap belajar mengajar. Posisi
kan karena kondisi siswa berbeda dise-
setting kelas tersebut masih tetap bersifat
tiap kelasnya. Selain itu pula, guru men-
elitis. Dimana posisi bangku tetap baku,
galami kendala dalam hal pembagian
kaku dan tradisional serta terkadang
waktu/alokasi waktu dalam pembelaja-
siswa merasa tegang. Hal ini disebabkan
ran PKn. Waktu pembelajaran yang sing-
karena metode yang digunakan metode
kat, sehingga membuat guru kesulitan
ceramah bervariasi yang dikombinasikan
dalam mengejar materi sesuai target sila-
dengan metode tanya jawab pada saat
bus. Kendala lainnya, yaitu perihal sara-
kegiatan belajar berlangsung sehingga
na dan prasarana dalam pembelajaran
membuat siswa memperhatikan dengan
PKn di sekolah. Dalam pembelajaran
seksama guru yang sedang mengajar.
PKn tentunya belum lengkap apabila
Partisipasi siswa di waktu kegiatan bela-
tanpa adanya fasilitas sumber/bahan
jar mengajar dirasakan kurang di kelas
belajar seperti buku-buku paket PKn,
pada saat pembelajaran PKn.
labilnya motivasi siswa dalam pembela-
4. Kendala-kendala yang Dihadapi
jaran PKn dan tentunya ruangan labora-
Guru sehingga Pembelajaran Pen-
torium demokrasi.
didikan Kewarganegaraan Bersi-
5. Upaya Guru dalam Mengatasi Ken-
fat Eksklusif dan Elitis Seiringnya dengan adanya per-
dala-kendala dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang
gantian kurikulum maka berubah pula
Bersifat Eksklusif dan Elitis
komponen-komponennya mulai dari for-
Dalam mengatasi kendala-kendala
mat silabus dan RPP hingga materi yang
tersebut, guru PKn dalam hal pengaloka-
diajarkan kepada siswa, selain itu juga
sian waktu baiknya lebih memerhatikan
dalam membuat RPP, guru harus mem-
dan menyesuaikan dengan indikator
perhatikan kondisi lingkungan belajar
yang dicapai, guru mampu mengelola
siswa, karakteristik siswa, potensi guru,
kelas dengan baik sehingga kelas men-
metode dan media belajar sehingga dapat
jadi hidup, demokratis dan interaktif ser-
menarik perhatian siswa. Akan tetapi
ta terciptanya komunikasi antara guru
dalam pelaksanaannya, guru sering men-
dan siswa, siswa dan siswa lainnya. Guru
galami kendala dari segi pembuatan serta
juga harus mencari cara dalam memer-
pelaksanaan RPP yang sudah dirancang
jelas bahan ajar, yaitu dengan cara guru
sedemikian rupa sering kali berubah dan
memfokuskan diri pada bahan ajar yang
meleset dari perkiraan, hal ini disebab-
akan diajarkan di kelas supaya tujuan
103 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
pembelajaran dapat tercapai sesuai target
sekolah mengadakan outbond atau study
silabus dan RPP. Sedangkan dalam
tour/studi banding ke museum, gedung
upaya untuk mengatasi keterbatasan sa-
DPRD atau pun ke tempat-tempat yang
rana dan prasarana, guru harus lebih aktif
ada hubungannya dengan materi pada
dan kreatif dalam mencari sumber atau
mata pelajaran. Namun hal ini masih ku-
media belajar. Selain itu pula, guru mata
rang dijalankan dan diterapkan dengan
pelajaran PKn juga mengikuti berbagai
baik, karena keterbatasan fasilitas dan
seminar, pelatihan dari Dinas Pendidikan
upaya sekolah dalam menjalankan pro-
dan LPTK, In House Training (IHT),
gram PKn ini di dalam program sekolah.
serta melakukan dialog-dialog atau shar-
Terkait dengan program PKn ini, sekolah
ing secara personal dengan Guru PKn
masih belum mendirikan untuk membuat
lainnya, dan guru PKn melakukan Shar-
ruangan khusus bagi mata pelajaran PKn
ing secara formal dengan pakar/praktisi
yaitu Laboratorium Demokrasi.
PKn mengenai berbagai kendala/masalah
Berdasarkan hasil penelitian maka
yang dihadapi dalam pembelajaran PKn,
dapat diketahui beberapa temuan yaitu
guru mata pelajaran pun melakukan
guru mengalami beberapa kesulitan teru-
diskusi pada saat Musyawarah Guru Ma-
tama dalam proses pengembangan kom-
ta Pelajaran (MGMP).
petensi dasar yang harus dicapai oleh
6. Upaya Sekolah agar Program Pen-
siswa, sehingga guru harus paham dan
didikan Kewarganegaraan men-
menguasai
jadi Program Sekolah Baik di In-
pengembangan
tegrasikan
Mata-mata
pelaksanaan pembelajaran. Dalam proses
Pelajaran yang Relevan maupun
pembelajaran, keberadaan Perangkat si-
Usaha Penciptaan Sekolah yang
labus dan Rencana Pelaksanaan Pem-
Menunjang Pendidikan
belajaran sangat diperlukan. Guna teror-
Upaya sekolah dalam hal penginte-
ganisirnya pelaksanaan pembelajaran di
grasian mata pelajaran PKn dengan mata
sekolah. Tanpa adanya perangkat pem-
pelajaran lain yaitu dengan cara membu-
belajaran ini, guru akan alami kesulitan
at sosialisasi antar guru mata pelajaran,
dalam menyampaikan materi di kelas.
agar dapat memberi andil dan tanggung
Pengembangan kompetensi dasar ini di-
jawab yang besar terhadap pembinaan
tuangkan dalam perangkat silabus dan
watak, ketaqwaan dan budi pekerti yang
dikembangkan lebih detail lagi pada
luhur siswa di sekolah. Selain itu juga,
Rencana
dengan
langkah-langkah silabus
Pelaksanaan
dan
dalam rencana
Pembelajaran
104 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
(RPP). Silabus merupakan penjabaran
berlangsung rencana awal bisa saja beru-
standar kompetensi dan kompetensi da-
bah. Terutama hal-hal yang berkaitan
sar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
dengan pengalokasian waktu. Oleh kare-
kegiatan pembelajaran, dan indikator
na itu, guru sebisa mungkin merancang
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
pula perencanaan yang tak terduga guna
Terdapat
dalam
untuk menanggulangi hal-hal yang beru-
mengembangan silabus, yaitu: ilmiah,
bah pada saat proses kegiatan belajar.
relevan, sistematis, konsisten, memadai,
Terbayang jika guru tidak merencanakan
aktual dan kontekstual, fleksibel dan me-
dahulu dengan menggunakan silabus dan
nyeluruh (BSNP, 2006: 14-15). Aspek-
RPP. Silabus dan RPP dirancang dan
aspek kompetensi yang hendak dikem-
dibuat sesuai kurikulum yang berlaku
bangkan dalam pembelajaran pendidikan
sebagai bahan pedoman guru dalam
kewarganegaraan dalam silabus dan RPP
melaksanakan proses kegiatan belajar.
adalah Aspek-aspek yang mencakup
Dalam silabus dan RPP mata pelajaran
pengetahuan
Pendidikan
beberapa
prinsip
kewarganegaraan
(civic
Kewarganegaraan
(PKn),
knowledge); keterampilan kewarganega-
harus terdapat target pencapaian pada
raan (civic skills) dan watak atau karak-
siswa sesuai yang termaktub dalam visi,
ter kewarganegaraan (civic dispositions).
misi, dan tujuan mata pelajaran PKn.
Dalam Standar Isi Pendidikan Nasional
PKn atau Civic Education adalah
tahun 2006 antara lain dijelaskan pula
program pendidikan/pembelajaran yang
bahwa kelompok mata pelajaran kewar-
secara programatik – prosedural berupa-
ganegaraan
ya
dan
kepribadian
dimak-
memanusiakan (humanizing) dan
sudkan untuk meningkatan kesadaran
membudayakan
(civilizing)
dan wawasan peserta didik akan status,
memberdayakan (empowering) manu-
hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
sia/anak didik (diri dan kehidupannya)
bermasyarakat, berbangsa, dan bernega-
menjadi warga negara yang baik se-
ra, serta peningkatan kualitas dirinya se-
bagaimana tuntutan keharusan/yuridis
bagai manusia.
konstitusional
bangsa/negara
serta
ybs.
Pada saat pelaksanaan dari pengem-
(Djahiri, 2006:9). Menurut Prof. Drs.
bangan kompetensi dasar ke dalam sila-
H.A. Kosasih Djahiri, terdapat tantangan
bus dan rencana pelaksanaaan pembela-
dan keputusan yang harus ditetapkan
jaran, guru sering alami kemelesetan
guru minimal pada momentum sbb:
rencana awal. Sewaktu pembelajaran
a.
Saat melakukan kaji telik (analisis) the intended program, menentukan
105 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
kelayakan dan atau kekurangan dll; Saat melakukan evaluasi/diagnosa peserta didik dan lingkungan belajarnya serta dunia the hidden lainnya, harus menentukan kelayakan penyesuaian dll; c. Saat RPP selesai dan siap pakai, menentukan ketepatgunaan dan kehandalannya; d. Saat RPP dilaksanakan atau momentum pelakonan KBM, melihat dan membaca aksi-reaksi peserta didik serta suasana KBM untuk selanjutnya menentukan berbagai keputusan yang positif dan menguntungkan. e. Saat KBM selesai dan akan menentukan alat ukur penilaian, menentukan pola, isi dan kriteria evaluasi; f. Saat evaluasi atau pengukuran dilaksanakan dan dikaji serta diperoleh hasilnya, menentukan peringkat keberhasilan/kekurangan serta tindak lanjutnya. Diantara momentum dari paparan b.
diatas, yang paling esensial adalah momentum saat KBM berlangsung. Segala kepekaan dan kemahiran profesional guru
diminta
dikerahkan
untuk
“membaca peserta didik dan suasana KBM” untuk selanjutnya didiagnosa kelayakan dan keharusannya dan ditetapkan seketika tindakannya yang tepat serta mendukung kelayakan PBM selanjutnya. Dalam penggunaan metode yang dapat memakan waktu pembelajaran, guru harus cerdik dalam menyiasatinya. Namun, seringnya guru menggunakan metode yang biasa dilakukan dan dapat secara gamblang menjelaskan materi
kepada siswa yaitu metode ceramah bervariasi. Selain itu juga, guru kurang menggunakan
sumber/bahan
belajar
yang kurang memadai dikarenakan kurangnya fasilitas sekolah. Akan tetapi terdapat kelebihan guru pada saat proses pembelajaran, dalam hal penilaian guru tidak hanya menilai dari aspek kognitif saja, tetapi dari aspek afektif dan aspek psikomotor juga. Dalam suasana pembelajaran di kelas yang masih elitis dapat mempengaruhi partisipasi siswa pada saat pembelajaran di kelas. Menurut David Kerr (1999:26), Elitis yaitu proses pembelajaran PKn,
guru sangat mendominasi kelas dengan kata lain tidak adanya proses timbal balik (feed back) antara guru dan siswa dalam penyampaian materi di dalam kelas sehingga siswa merasa jenuh dan pembelajaran pun dirasakan monoton. Sikap
guru
merupakan
indikator
dalam
kegiatan belajar mengajar. Sikap guru ini termasuk sikap guru dalam memperhatikan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Karena sikap guru merupakan salah satu faktor utama dalam pembela-
jaran di persekolahan. Karena tanpa adanya faktor ini, kegiatan pembelajaran tak lengkap dan berjalan sesuai tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan hasil observasi, terungkap bahwa dalam penciptaan suasana sekolah cukup kondusif
106 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
untuk dijadikan lingkungan sekolah.
subjek pembelajaran tersebut menghada-
Tetapi, dalam setting kelas, masih baku,
pi berbagai kendala dan keterbatasan.
kaku dan tradisional. Dalam pembelaja-
Menurut Budimansyah (2006: 38), ken-
ran di kelas, posisi guru dan siswa masih
dala dan keterbatasan tersebut adalah:
tradisional dan terasa baku. Sehingga
a.
Masukan instrumental (instrumental
menimbulkan suatu pembelajaran yang
input) terutama
kaku dan
terjadi pendominasian guru
dengan kualitas guru/dosen serta
pada saat proses pembelajaran. Peru-
keterbatasan fasilitas dan sumber
bahan setting bangku kelas terjadi hanya
belajar, dan
pada saat guru menggunakan metode-
b.
yang berkaitan
Masukan
lingkungan
metode pembelajaran tertentu, seperti
(environtmental
metode diskusi. Tetapi setting bangku
yang berkaitan dengan kondisi dan
kelas pun dirubah seperti sedia kala apa-
situasi kehidupan politik negara
bila telah selesai diskusinya. Di setiap
yang kurang demokratis.
lingkungan sekolah, tentunya warga
Dengan demikian, pelaksanaan PKn
sekolah
mengharapkan
input)
terutama
lingkungan
tidak mengarah pada misi yang seha-
sekolah yang bersuasana kondusif. Na-
rusnya. Beberapa indikasi empirik yang
mun hal itu harus didukung oleh banyak
menunjukkan salah arah tersebut antara
faktor dan dilaksanakan dan merupakan
lain adalah sebagai berikut:
tanggung jawab bersama baik itu seluruh
Pertama, proses pembelajaran dan
warga sekolah dan pihak lainnya yang
penilaian dalam PKn lebih menekankan
terkait.
pada dampak instruksional (instructional
Dalam menyikapi pergantian kuriku-
effects) yang terbatas pada penguasaan
lum, guru harus mendalami karakteristik,
materi (content mastery) atau dengan
kelebihan dan kekurangan dari kuriku-
kata lain hanya menekankan pada dimen-
lum yang baru sekarang ini, sehingga
si kognitifnya saja. Sedangkan pengem-
dalam KBM guru dapat lebih kreatif da-
bangan dimensi-dimensi lainnya (afektif
lam menggunakan sumber belajar sesuai
dan psikomotorik) dan pemerolehan
dengan fasilitas yang ada. Sejak Pendidi-
dampak pengiring (nurturant effects) se-
kan Kewarganegaraan (PKn) diimple-
bagai
mentasian di Indonesia pada berbagai
mendapat perhatian sebagaimana mesti-
jenis
pendidikan
nya. Kedua, pengelolaan kelas belum
(persekolahan maupun perguruan tinggi),
mampu menciptakan suasana kondusif
dan
jenjang
“hidden
curricullum”
belum
107 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
dan produktif untuk memberikan pengalaman
belajar
siswa/
dalam proses pembelajaran guru lebih
mahasiswa melalui perlibatannya secara
sering dalam penggunaan metode yang
proaktif dan interaktif baik dalam proses
itu-itu saja seperti ceramah bervariasi.
pembelajaran di kelas maupun di luar
Hal tersebut menyebabkan pembelajaran
kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehing-
PKn yang cenderung eksklusif dan bersi-
ga berakibat pada miskinnya pengalaman
fat elitis. Membuat siswa bosan, jenuh
belajar
(meaningful
dan suasana kelas menjadi beku. Tidak
learning) untuk mengembangkan ke-
menutup kemungkinan juga dapat me-
hidupan dan perilaku siswa/mahasiswa.
nyebabkan
Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-
mengajar. Oleh karena itu, sesuai dengan
kurikuler
sisio-
temuan lapangan juga dapat di cari jalan
pedagogis untuk mendapatkan “hands-
keluar untuk semua kendala itu. Dengan
on experience” juga belum memberikan
menggunakan metode pilihan yang ber-
kontribusi yang signifikan untuk menye-
mutu seperti dengan menggunakan dan
imbangkan antara penguasaan teori dan
diterapkan metode pembelajaran diskusi
praktek pembiasaan perilaku dan ket-
dan metode games di SMA Negeri 1
erampilan dalam berkehidupan yang
Ciwidey. Dengan sedikit demi sedikit
demokratis
dapat membuka kreatifitas, keaktifan,
yang
kepada
Berdasarkan temuan di lapangan,
bermakna
sebagai
dan
wahana
sadar
hukum
kejenuhan
guru
dalam
dan partisipasi siswa di kelas pada pem-
(Budimansyah, 2006: 38-39). Dari paparan diatas, maka keku-
belajaran PKn. Sehingga dapat disimpul-
rangan dan keterbatasan pendidikan saat
kan bahwa dalam memecahkan kendala
ini ialah keterbatasan dari berbagai
pembelajaran PKn yang cenderung ek-
faktor, terutama keterbatasan dari pihak
sklusif dan elitis di SMA Negeri 1
sekolah yaitu keterbatasan dalam fasili-
Ciwidey,
tas dan sumber belajar dalam men-
metode pembelajaran diskusi dan metode
dukung
pembelajaran games.
kegiatan
belajar
mengajar.
Dengan keterbatasan inilah, guru harus
guru
Peningkatkan
dapat
menggunakan
program
PKn
di
pintar-pintar mengatur siasat untuk lebih
sekolah harus ditunjang dengan sarana
kreatif
dan prasarana yang baik seperti didiri-
dan
aktif
dalam
mengatasi
keterbatasan dan menggunakan fasilitas
kannya
Laboratorium
Demokrasi
yang mendukung sumber belajar dalam
sekolah. Pendidikan persekolahan seyog-
kegiatan belajar mengajar di kelas.
yanya dikembangkan sebagai wahana
108 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
di
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
sosial kultural untuk membangun ke-
menjadi komunitas yang memiliki bu-
hidupan yang demokratis. Hal ini dapat
daya yang berintikan pengakuan dan
diartikan bahwa sekolah harus menjadi
penghormatan
wahana pendidikan untuk mempersiap-
kewajiban serta keharmonisan dalam
kan kewarganegaraan yang demokratis
menjalani
melalui pengembangan kecerdasan spir-
yang tertib, adil dan berkeadaban.
itual, rasional, emosional, dan sosial
C. SIMPULAN DAN SARAN
terhadap
kehidupan
hak
dan
bermasyarakat
warganegara baik sebagai aktor sosial
Secara sosiografi SMA Negeri 1
maupun sebagai pemimpin/khalifah pada
Ciwidey merupakan area persekolahan
hari ini dan hari esok. Fungsi laboratori-
yang strategis, jauh dari kebisingan kota,
um PKn adalah:
bebas polusi kendaraan bermotor, udara
a. Sebagai lembaga yang membantu mengembangkan Iptek dan sains dalam pendidikan khususnya PKn b. Sebagai wahana untuk mengadakan penelitian ilmiah dalam bidang PKn dan ilmu-ilmu sosial lainnya c. Sebagai wahana untuk mengadakan pendidikan, latihan, dan sosialisasi, khususnya tentang hasil penelitian serta inovasi baru tentang PKn dan ilmu sosialnya. d. Sebagai sarana untuk mengembangkan kreatifitas, inovasi mahasiswa jurusan PKn dalam kajian; ilmu politik, hukum, IKN, dan ilmu sosial lainnya dalam kontek pendidikan khususnya dan Iptek pada umumnya. (Danial, 2006: 146).
yang segar dengan view yang indah, se-
Sekolah sebagai bagian integral dari
rangnya inisiatif guru terhadap kebu-
masyarakat perlu dikembangkan sebagai
tuhan siswa pada saat penyusunan dan
pusat pembudayaan dan pemberdayaan
pengembangan silabus dan RPP.
hingga dapat mendukung terciptanya proses pembelajaran yang kondusif dan efektif.
Pembelajaran PKn yang bersifat eksklusif dan elitis dapat ditemukan dari cara mengajar guru, baik itu dari segi penggunaan metode, setting kelas, alat peraga yang digunakan, non koordinasi dengan guru-guru bidang studi yang rel-
evan,
kurangnya
pengkaitan
materi
dengan ilmu-ilmu lainnya, pengkaitan materi dengan isu-isu global
dan ku-
peserta didik sepanjang hayat, yang
Penyebab dari pembelajaran yang
mampu memberi keteladanan, mem-
eksklusif dan elitis ini ialah kurangnya
bangun kemauan, dan mengembangkan
fasilitas sekolah dan inisiatif guru PKn
kreativitas peserta didik dalam proses
dalam proses pembelajaran.
Dengan
Untuk mengatasi pembelajaran yang
demikian secara bertahap sekolah akan
eksklusif dan elitis, guru PKn dapat
pembelajaran
demokratis.
109 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis
Edutech, Tahun 16, Vol.16, No.1, Februari 2017
menggunakan
metode
pembelajaran
ta.
diskusi dan metode pembelajaran games
Badan Standar Nasional Pendidikan.
(permainan). Dengan penggunaan kedua
(2006). Panduan Penyusunan Ku-
metode pembelajaran tersebut, dapat ber-
rikulum Tingkat Satuan Pendidi-
pengaruh besar terhadap suasana kelas
kan Dasar dan Menengah. Jakar-
dan kegiatan belajar mengajar PKn di
ta: BSNP.
kelas pun menjadi pembelajaran yang
Budimansyah,
Dasim
&
Syaifullah
menyenangkan dan mendidik bagi siswa.
Syam. (2006). Pendidikan Nilai
Upaya-upaya yang dilakukan oleh
Moral dalam Dimensi Pendidikan
guru PKn dalam menghadapi masalah
Kewarganegaraan
pembelajaran PKn yang Eksklusif dan
70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih
Elitis ini diperlukan keikutsertaan guru
Djahiri). Bandung: Laboratorium
PKn pada setiap seminar-seminar, pelati-
Pendidikan
han-pelatihan yang memberikan strategi
(PKn) FPIPS-UPI.
(Menyambut
Kewarganegaraan
model pembelajaran student centered,
Djahiri, Kosasih. (2006). Kapita Selekta
pertemuan diskusi guru bidang studi, in
Pembelajaran Pembaharuan Par-
house training, dan diskusi-diskusi yang
adigma PKn-PIPS-PAI. Bandung:
dapat membantu kretifitas guru PKn da-
Laboratorium PKn UPI.
lam
pembelajaran
PKn.
Walaupun
Danial, Endang, (2006), Peran Laborato-
demikian karena inisiatif guru masih ren-
rium PKn dalam Meningkatkan
dah maka kendala-kendala yang me-
Kualitas Pembelajaran, Bandung
nyebabkan pembelajaran PKn bersifat
Laboratorium PKn.
eksklusif dan elitis masih dapat dikenali secara tertulis.
Departemen
Pendidikan
Nasional.
(2003). Kurikulum 2004 SMA. Pe-
Penerapan program PKn yaitu labor-
doman
Khusus
Pengembangan
atorium PKn/demokrasi di SMA Negeri
Silabus dan Penilaian Mata Pela-
1 Ciwidey dapat meningkatkan kualitas
jaran Kewarganegaraan. Jakarta:
pembelajaran dan tercapainya tujuan
Depdiknas.
pembelajaran PKn.
Kerr, David. (1999). Citizenship Educa-
D. DAFTAR PUSTAKA
tion: an International Compari-
Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur
son. London.
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cip-
Penelitian Kualitatif. Bandung:
110 Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang Bersifat Eksklusif dan Elitis