STUDI TINGKAH LAKU MIGRASI IKAN DEMERSAL BERDASARKAN DATA PEMERUMAN
DEDDY IRAWAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRAK DEDDY IRAWAN. Studi Tingkah Laku Migrasi Ikan Demersal berdasarkan Data Pemeruman. Dibimbing oleh SRI PUJIYATI dan ROZA YUSFIANDAYANI. Pengolahan data pemeruman di Laut Tarakan bertujuan mengetahui tingkah laku migrasi gerombolan ikan demersal. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak Echoview 4.8 dan Ms. Exel 2007. Data pemeruman yang diolah adalah Nautical Area Scattering Coefficient (NASC), Volume Backscattering Strength (SV), kedalaman gerombolan ikan, kedalaman dasar laut, panjang gerombolan dan tebal gerombolan ikan. Diduga ikan yang terdapat di Laut Tarakan pada bulan Mei, Agustus dan November adalah sama, bedasarkan kemiripan karakteristik rasio tebal terhadap panjang gerombolan. Migrasi mendatar terbesar terjadi pada bulan Agustus dan migrasi menegak terbesar terjadi pada bulan November. Diduga migrasi mendatar terjadi dari perairan lebih dangkal ke perairan lebih dalam, berdasarkan bentuk gerombolan yang membesar ke arah perairan lebih dalam. Migrasi menegak pada bulan November diduga merupakan jenis migrasi untuk memperoleh makanan, berdasarkan kemunculan objek pelagis kecil. Kata kunci: ikan demersal, pemeruman, migrasi ABSTRACT DEDDY IRAWAN. Behavior Study of Demersal Fish Migration based on Sounding Data. Under supervision of SRI PUJIYATI and ROZA YUSFIANDAYANI. Sounding data processing of Tarakan sea is aimed to discover migration behavior of demersal fish. The data were processed by using Myriax Echoview 4.8 and Microsoft Office Excel 2007. Data were processed are Nautical Area Scattering Coefficient (NASC), Volume Backscattering Strength (SV); fish school and seabed depth; height and length of fish school. Fishes in May, August and November are assumed as same varieties, based on similarty of height to length ratio. The biggest horizontal migration was found in August and the biggest vertical migration in November. Horizontal migration was occured from shallower to deeper depth, based on enlarged school shape that towards the deeper depth. Vertical migration in November is assumed as feeding migration, based on appearance of small pelagic objects. Key words: demersal fish, sounding, migration.
DEDDY IRAWAN. Behavior Study of Demersal Fish Migration based on Sounding Data. Supervised by SRI PUJIYATI and ROZA YUSFIANDAYANI Behavior study of demersal fish migration is important to improve efficiency in demersal fishing. Behavior study of demersal fish using sounding data of hydroacoustic system is rarely do in Indonesia. The system is applicable for monitoring distribution, biomass and behavior of fish. The system is environmental friendly, accurate, fast and relatively inexpensive. Demersal fishes are all fishes live on, at or buried in seabed. Demersal fishes are being object of underwater detection because of they are belonging to strategic and potential fishery commodity. Demersal fishes can be detected by hydroacoustic system when they are laying on or above the seabed. Sounding data were obtained from Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Jakarta. Data were taken from Tarakan Sea, East Borneo (3o55’26’’−3o20’34’’ N and 117 o56’56’’−117o58’4’’ E), by using hydroacoustic sensor EK 60. Data were taken every an hour, at tracking speed of 1.27 m/s and in area with depth rate of 26.5 meters. Data were taken at daytime of May, August and November 2012. Data were processed are NASC (nmi/m), SV (dB); fish school and seabed depth; length and height of fish school. Data were processed by using Myriax Echoview 4.8 (trial version) and Microsoft Office Excel 2007. NASC and SV were processed to decide spesific threshold of demersal fishes and to see the movement variability of individual fish in a school. Fish school and seabed depth were processed to define distance (m) of fish school from seabed. Length and height of school were processed to define a length to height ratio (m/m) and size of school (m2). Spesific threshold of demersal fishes in May is -65 to -44 dB, in August is -68 to -62 dB and in November is -62 to -47 dB. The highest movement variability of indiviual fishes in a school is in November. In this month, most of demersal fishes are migrating vertically to the nearest layer of small pelagic objects. It means that the most of demersal fishes in Tarakan Sea are pelagic feeders. The lowest movement variability is in August. In this month, most of fishes are migrating horizontally to deeper water. It means that the fishes homogenizing direction of movement when migrating horizontally. The most of fish schools in May are near the seabed, in August is stay away from seabed in depth rate of 1.01 meters and in November is in dept rate of 3.23 meters. The most school form in May is elongated and slim in small size, in August is elongated in great size, and in November is thicken in small size. Therefore, migration is occurred when demersal fishes are stay away from seabed; horizontal migration is in great size with elongated school shape; vertical migration is in small size with thicken school shape. This study does not consider the variability of backscattering strength from differences size of individual fishes in a school. In the next study, data of fish size can be calculated by analizing the rate of fish captured by gillnet. Gillnet should be use are in height size of 3.895 m in May, 3.699 m in August and 13.459 m in November. Key words: demersal, migration, sounding, hydroacoustic
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Tingkah Laku Migrasi Ikan Demersal berdasarkan Data Pemeruman adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dari karya penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2013 Deddy Irawan NIM C54090045
STUDI TINGKAH LAKU MIGRASI IKAN DEMERSAL BERDASARKAN DATA PEMERUMAN
DEDDY IRAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Studi Tingkah Laku Migrasi Ikan Demersal berdasarkan Data Pemeruman Nama NIM
: Deddy Irawan : C54090045
Disetujui oleh
Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si Pembimbing I
Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: 12 April 2013
PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pemahaman dan ilmu pengetahuan yang diberkahi. Hormat dan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Sri Pujiyati M.Si dan Dr. Roza Yusfiandayani S.Pi atas dukungan dan pengarahannya sebagai pembimbing penyusunan skripsi. Ucapan terimakasih kepada Asep Priatna, S.Pi dari Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Moh. Natsir, S.Pi, M.Si dari Pusat Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan; dan Sri Ratih Deswati, S.Pi, M.Si dari Laboratorium Akustik Kelautan IPB; sebagai pembimbing di lapangan. Skripsi ini membahas metode studi tingkah laku ikan demersal menggunakan data pemeruman perairan Laut Tarakan. Skripsi ini merupakan penelitian rintisan untuk menambah koleksi ilmu pengetahuan di laboratorium Akustik Kelautan IPB. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2013 Deddy Irawan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Watu dan Tempat Penelitian
2
Bahan dan Alat Penelitian
2
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Hasil
5
Pembahasan
9
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
16
DAFTAR TABEL 1 Nilai maksimum dan minimum karakteristik gerombolan perbulan pengamatan
9
DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi pengamatan (inset dari GoogleMap 2003) 2 Batas integrasi sel untuk menentukan ambang batas spesifik ikan demersal (400 ping x 2.5 m) 3 Contoh digitasi gerombolan ikan demersal 4 Selisih ambang batas bulan Mei 5 Selisih ambang batas bulan Agustus 6 Selisih ambang batas bulan November 7 Karakteristik migrasi bulan Mei 8 Karakteristik migrasi bulan Agustus 9 Karakteristik migrasi bulan November 10Jumlah luas menegak gerombolan ikan demersal perbulan pengamatan
2 4 4 6 6 6 7 8 8 8
DAFTAR LAMPIRAN 1 Tampilan ekogram pada bulan Mei, Agustus dan November sebelum perlakuan ambang batas 2 Tampilan ekogram pada bulan Mei, Agustus dan November setelah perlakuan ambang batas
14 15
PENDAHULUAN Latar Belakang Perum gema merupakan fungsi sensor akustik bawah air yang biasa digunakan untuk mengukur kedalaman perairan dan mendeteksi obyek bawah air. Penerapan perum gema memungkinkan untuk mengetahui hubungan antara jenis ikan dan persebarannya di kolom air secara menegak dan mendatar (Stensholt et al. 2002). Akuisisi data kelimpahan dan distribusi ikan menggunakan perum gema lebih ramah lingkungan, akurat, cepat, memberikan lebih banyak informasi mengenai habitat ikan dan biaya pengoperasiannya lebih murah dibandingkan dengan pengoperasian alat tangkap (ESRF 2011). Ikan demersal merupakan ikan yang hidup di dekat atau di dasar perairan (Saptojo 2008). Ikan demersal merupakan salah satu obyek kajian deteksi bawah air karena sebagian besar jenis ikan ini merupakan komoditas penting di sektor perikanan tangkap (Suawardiyono 2007). Ikan demersal yang mampu dideteksi dengan baik oleh perum gema adalah ikan demersal yang berada di atas paparan dasar laut, sedangkan ikan yang terkubur di dasar laut tidak terdeteksi (Furusawa 2011). Di Indonesia, penelitian mengenai ikan demersal lebih banyak bertujuan menduga kelimpahan dan distribusinya. Sebagian besar penelitian tersebut didasarkan pada data pemukatan. Sebagian kecil penelitian dengan tujuan yang serupa, didasarkan pada kolaborasi data pemeruman dan data pemukatan (Ridho et al. 2004 dan Nugraheni 2011). Kemungkinan adanya penelitian yang meninjau tingkah laku ikan demersal melalui data pemeruman masih sangat sedikit. Informasi mengenai tingkah laku ikan demersal dalam kegiatan perikanan tangkap tidak kalah penting dari informasi kelimpahan ikan dan distribusinya.
Perumusan Masalah Ekogram data pemeruman logis digunakan untuk melihat gerombolan ikan demersal untuk area pengamatan luas. Implikasi dari kenyataan tersebut adalah adanya kemungkinan untuk mengidentifikasi beberapa jenis gerombolan ikan dalam suatu periode pengamatan tertentu dan mengidentifikasi hubungan antara gerombolan ikan satu dan lainnya. Perairan Laut Tarakan masih kaya akan komoditas ikan demersal baik dari segi jumlah maupun keanekaragamannya, sehingga mempermudah dalam memonitoring gerombolan ikan menggunakan ekogram. Lokasi stasiun pengamatan dipilih pada posisi koordinat yang identik dengan rerata kedalaman laut 26.5 m untuk menghindari terjadinya bias dalam memisahkan kelompok ikan pelagis dan demersal. Informasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah tingkah laku migrasi spesifik dan karakteristik terukur dari gerombolan ikan demersal perbulan pengamatan.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menduga tingkah laku gerombolan ikan demersal berdasarkan karakteristik data pemeruman.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berlangsung dari tanggal 1 Februari hingga 6 Maret 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Akustik Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian adalah data pemeruman yang diperoleh dari Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum, Jakarta. Pemeruman menggunakan sensor EK 60. Waktu pemeruman adalah siang hari di bulan Mei, Agustus dan November tahun 2012 (Lampiran 1). Lokasi pemeruman adalah perairan laut sebelah Timur Pulau Tarakan antara 3o55’26’’−3o20’34’’LU dan 117o56’56’’−117o58’4’’BT, dengan kedalaman perairan 11–42 m (Gambar 1). Satu unit data pemeruman diambil selama satu jam, bersesuaian dengan laju dan arah penjejakan pengoperasian kapal. Rerata laju kapal saat akuisisi data adalah 1.27 m/s. Alat penunjang penelitian adalah perangkat keras berupa komputer jinjing merek dagang Acer ASPIRE ONE D257 berpemroses Intel Atom; perangkat lunak Myriax Echoview 4.8 (versi bebas coba) dan Microsoft Office Excel 2007. u
Gambar 1 Peta lokasi pengamatan (inset dari GoogleMap 2003)
3 Prosedur Analisis Data Myriax Echoview 4.8 digunakan untuk mengekstrak data pemeruman sehingga diperoleh data hambur balik volume (dB), koefisien hambur balik permukaan (NASC) (m2nmi-2); kedalaman perairan, kedalaman gerombolan ikan; ukuran tebal dan ukuran panjang gerombolan ikan (m). Data tersebut diperoleh dengan mengintegrasi sel pada ekogram (Gambar 2). Sel terdiri dari kumpulan piksel yang mewakili semua jenis data yang diekstrak. Prinsip integrasi sel berdasarkan Simmonds dan MacLennan (2005): 2
2
1
d .................................... (1)
di mana merupakan integrasi eko untuk satu kali transmisi pulsa yang diperoleh dari penjumlahan energi dalam bentuk voltase kuadrat. Batas waktu integrasi (t) bersesuaian terhadap nilai ping. Satu ping pada data penelitian ini bersesuaian terhadap waktu penerimaan satu panjang gelombang selama 0.512 ms. ...................................... (2)
1
di mana merupakan penggabungan integrasi eko untuk N kali transmisi pulsa. NASC dihitung berdasarkan Myriax Echoview (2009): 4
18522 10
10
T .............. (3)
di mana 4 merupakan pengubah penampang l n ang “hambur bal k” menjad penampang l n ang “hambur”. 1852 merupakan nilai meter permil laut. SV merupakan kuat hambur balik volume yang diintegrasi (dB re 1 m2/m3). T merupakan ketebalan daerah integrasi. SV dihitung berdasarkan Myriax Echoview (2009): 10 l g
n
n
... (4)
di mana merupakan nilai linier SV untuk sampel s (m2/m3). bernilai 0 apabila sampel s diabaikan dari analisis daerah integrasi dan bernilai 1 apabila sampel s ikut dalam analisis daerah integrasi. bernilai 0 apabila sampel s berada di bawah nilai spesifik ambang batas minimum dan bernilai 1 apabila berada sama dengan atau di atas nilai spesifik ambang batas minimum. A merupakan jumlah sampel dalam daerah analisis. Microsoft Office Excel 2007 digunakan untuk menabulasi, menghitung dan mendeskripsikan hasil pemrosesan data dalam bentuk grafik. Penyortiran obyek pemeruman Penyortiran obyek yang dimaksud adalah penapisan obyek selain ikan demersal dan pemilihan jejak ikan demersal yang berada di atas dasar perairan. Penyortiran dilakukan dengan menentukan ambang batas spesifik kuat hambur balik ikan demersal dan mendigitasi gerombolan ikan secara langsung pada ekogram.
4 Penentuan ambang batas spesifik ikan demersal dilakukan dengan melihat respon perubahan nilai NASC dalam satu sel, terhadap penyempitan selang ambang batas hambur balik volume. |Δ | merupakan harga mutlak dari selisih nilai NASC setelah dan sebelum penyempitan selang ambang batas terhadap satu luasan sel yang diintegrasi. Besar satu tingkat penyempitan selang adalah 3 dB. Selang awal adalah -71 hingga -38 dB dan selang akhir adalah -41 hingga -38 dB. Perlakuan tersebut dilakukan terhadap enam sel berisi satu gerombolan ikan pada setiap bulan pengamatan.
Gambar 2
Batas integrasi sel untuk menentukan ambang batas spesifik ikan demersal (400 ping x 2.5 m)
Digitasi gerombolan ikan demersal dilakukan setelah memperoleh ambang batas spesifik ikan demersal. Digitasi dibatasi hingga lapisan kedalaman munculnya pelagis kecil terdekat dari dasar laut. Digitasi (Gambar 3), bertujuan menghitung panjang dan tebal gerombolan ikan demersal.
Gerombolan ikan Dasar Laut Gambar 3 Contoh digitasi gerombolan ikan demersal Pengelompokan karakteristik gerombolan ikan Pengelompokan karakteristik gerombolan ikan didasarkan pada jarak migrasi menegak dari dasar laut, rasio tebal terhadap panjang (TP) dan luas menegak gerombolan ikan. Jarak menegak gerombolan (DistV) dihitung menggunakan persamaan: -
....................................... (5)
di mana D dan Ds adalah kedalaman laut dan rerata kedalaman gerombolan ikan. Panjang (L) dan tebal (H) gerombolan dihitung berdasarkan Lawson et al. ( 2001): Lu
e-
e-
e-1
............. (6)
5 di mana subskrip u menyatakan parameter yang belum dikoreksi terhadap efek lebar berkas dan panjang pulsa. Diste, Dists, dan Diste-1 adalah jarak mendatar di sepanjang transek pada awal, akhir dan praakhir ping pada gerombolan. L
Lu -2
m
an
2
...................... (7)
di mana subskrip c menyatakan parameter yang telah dikoreksi oleh efek lebar berkas dan panjang pulsa. Dm adalah rerata kedalaman. adalah sudut antara transduser dan permukaan gerombolan yang dihitung saat pendeteksian pertama. u
ma
-
mn
................................... (8)
di mana Dmax dan Dmin adalah kedalaman maksimum dan minimum batas garis permukaan gerombolan. u-
2 ..................................... (9)
di mana c adalah kecepatan suara (m/s) dan adalah durasi pulsa (s). Luas menegak (AV) dihitung menggunakan persamaan: L
....................................... (10)
Pengonversi satuan ping menjadi besaran jarak (Dist) dalam meter adalah p ng 0.512, di mana v adalah rerata laju kapal saat akuisisi data (m/s). 0.512 adalah peubah satuan waktu (s) terhadap satuan ping.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penyortiran obyek pemeruman Penerapan perubahan selang ambang batas pada enam sampel gerombolan ikan demersal pada masing-masing bulan pengamatan dideskripsikan pada Gambar 4, 5 dan 6. Kisaran nilai hambur balik gerombolan ikan demersal pada bulan Mei adalah -65 hingga -44 dB, bulan Agustus -68 hingga -62 dB dan bulan November -62 hingga -47 dB. Perubahan nilai |ΔNASC| terhadap nilai minimum ambang batas menyebabkan terbentuknya satu atau lebih kerucut dalam grafik. Ujung kerucut merupakan nilai kumpulan piksel dominan yang mewakili nilai koefisien hambur balik permukaan terbesar dalam satu gerombolan ikan demersal. Lima dari enam cuplikan gerombolan ikan demersal pada bulan Mei menunjukkan kecenderungan ejad nya a u n la |ΔNASC| dominan. Pada cuplikan keenam erl ha ga n la |ΔNASC| dominan (Gambar 4). Keenam cuplikan gerombolan ikan demersal pada bulan Agustus menunjukkan kecenderungan terjadinya satu nilai |ΔNASC| dominan (Gambar 5).
6 Tiga cuplikan awal gerombolan ikan demersal pada bulan November menunjukkan kecenderungan terjadinya dua hingga tiga nilai |ΔNASC| dominan dan tiga cuplikan lainnya menunjukkan kecenderungan terjadinya satu nilai |ΔNASC| dominan (Gambar 6).
Gambar 4 Selisih ambang batas bulan Mei
Gambar 5 Selisih ambang batas bulan Agustus
Gambar 6 Selisih ambang batas bulan November Karakteristik migrasi ikan demersal Karakteristik migrasi ikan demersal mengacu kepada luas menegak, rasio tebal terhadap panjang (TP) dan jarak migrasi menegak gerombolan. Luas
7 menegak gerombolan diasumsikan berbanding lurus terhadap jumlah individu ikan demersal dalam gerombolan. Rasio TP mengindikasikan bentuk gerombolan saat bermigrasi. Rasio TP mendekati 0 menunjukkan karakteristik gerombolan ikan semakin memanjang dan ramping. Rasio TP mendekati 1 menunjukkan karakteristik gerombolan ikan semakin membulat. Rasio TP lebih dari 1 menunjukkan gerombolan ikan semakin menebal dan ramping. Rentang luas menegak gerombolan ikan pada bulan Me 0.70−102.58 m2. Sebagian besar gerombolan ikan memiliki karakteristik memanjang. Terdapat satu gerombolan ikan yang berbentuk menebal ramping dan dua berbentuk membulat. Rerata jarak migrasi menegak dari dasar laut 0.70 m. Terdapat dua gerombolan yang secara pasti bermigrasi menegak sejauh lebih kurang 3 m dari dasar laut (Gambar 7). Ren ang lua ger mb lan kan pada bulan gu u 3.34−1499.05 m2. Sebagian besar gerombolan ikan memiliki karakteristik memanjang namun tidak seramping karakteristik gerombolan ikan pada bulan Mei. Terdapat satu gerombolan ikan dengan karakteristik membulat. Rerata jarak migrasi menegak 1.01 m dari dasar laut (Gambar 8). Ren ang lua ger mb lan kan pada bulan ember 6.36−125.49 m2. Karakteristik gerombolan terbanyak adalah memanjang dan membulat. Terdapat dua belas gerombolan berbentuk menebal ramping. Rerata jarak migrasi menegak 3.23 m dari dasar laut (Gambar 9). Gerombolan ikan demersal terluas secara menegak ditemukan pada bulan Agustus dengan nilai 6529.712 m2. Pada bulan November ditemukan hampir setengah nilai luas menegak gerombolan ikan demersal pada bulan Agustus, yaitu 3303.736 m2. Pada bulan Mei ditemukan luas menegak gerombolan ikan demersal dengan nilai 643.1236 m2 (Gambar 10).
menebal
membulat
Gambar 7 Karakteristik migrasi bulan Mei
8
membulat
Gambar 8 Karakteristik migrasi bulan Agustus
menebal
Gambar 9 Karakteristik migrasi bulan November
Gambar 10 Jumlah luas menegak gerombolan ikan demersal perbulan pengamatan
9 Gerombolan ikan terluas ditemukan pada bulan Agustus. Karakteristik gerombolan terpanjang ditemukan pada bulan Agustus. Karakteristik gerombolan yang paling tebal di kolom perairan ditemukan pada bulan November. Jarak migrasi maksimum gerombolan ikan pada bulan Mei, Agustus dan November berturut-turut adalah 3.895 m, 3.699 m dan 13.459 m. (Tabel 1). Tabel 1
Nilai maksimum dan minimum karakteristik gerombolan perbulan pengamatan
Karakteristik Gerombolan Tebal (m) Panjang (m) Luas (m2) Jarak migrasi menegak (m)
Mei Maks Min 7.143 0.393 34.242 0.740 102.585 0.727
Agustus Maks Min 9.200 1.050 162.941 2.547 1499.057 3.347
November Maks Min 12.090 1.050 36.524 2.425 153.333 6.368
3.895
3.699
13.459
0.03
0.116
0.074
Pembahasan Data pemeruman dilakukan saat siang hari. Menurut Hjellvik et al. (2004), kelimpahan eko ikan demersal saat siang hari adalah 40−50% lebih tinggi dibandingkan saat malam hari. Saat malam hari ikan tidak banyak terdeteksi oleh sistem akustik. Berdasarkan waktu pemerumannya, data penelitian ini memenuhi standar kriteria pemeruman. Kecepatan rerata penjejakan kapal adalah 1.27 m/s. Standar penjejakan kapal yang disarankan oleh Furusawa (2011), adalah 10 knot yang bersesuaian dengan 5.14 m/s. Penetapan 10 knot bertujuan mengurangi terbentuknya zona gelap yang menyebabkan ikan demersal tidak terdeteksi dengan baik. Oleh karena itu, kecepatan penjejakan akuisisi data sudah memenuhi standar tersebut. Luas sel integrasi dibatasi oleh satuan ping pada arah mendatar dan oleh satuan meter pada arah menegak. Selang mendatar adalah 400 ping. Penentuan selang mendatar didasarkan pada kemunculan gerombolan ikan demersal di setiap rentang 400 ping perbulan pengamatan. Selang menegak adalah 2.5 m dari dasar laut. Penentuan selang menegak didasarkan pada lapisan kedalaman maksimum kemunculan objek pelagis kecil pada bulan November. Selang ini digunakan untuk memastikan obyek tujuan integrasi adalah ikan demersal. NASC merupakan koefisien hambur balik permukaan yang memiliki rasio 2 m /nmi2 (Simmonds dan MacLennan 2005). NASC memiliki arti: ukuran luasan obyek pendeteksian (m2), dalam luasan berkas pemeruman (nmi2). Nilai NASC berbanding lurus terhadap nilai hambur balik volume (dB). Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penyortiran obyek pendeteksian dengan menggunakan kedua besaran tersebut. Penyortiran obyek pemeruman dalam ekogram penting dilakukan agar gerombolan ikan demersal terpisah dari obyek lainnya yang tidak diharapkan terlihat. Hal ini juga berpengaruh saat melakukan pengukuran tebal, panjang dan luas menegak gerombolan. Masuknya obyek selain ikan demersal dalam
10 perhitungan akan menyebabkan pengukuran parameter karakteristik gerombolan jauh melebihi ukuran yang sebenarnya. Penyortiran obyek pendeteksian dilakukan dengan mengambil data NASC di setiap penyempitan selang ambang batas sebesar tiga desibel. Pemilihan nilai selisih tersebut didasarkan pada teori: terjadi perubahan kuat hambur balik sebesar tiga desibel setiap terjadi perubahan sebesar dua derajat dari posisi sudut migrasi mendatar individu ikan dan terhadap arah transmisi pemeruman (Mitson 1983). Mekanisme penyempitan selang ambang batas terhadap satu gerombolan ikan adalah untuk melihat seberapa besar variabilitas kuat hambur balik dalam gerombolan tersebut. Perbedaan nilai hambur balik ini mengindikasikan terdapatnya perbedaan ukuran ikan atau berbedaan sudut renang individu ikan dalam satu gerombolan. Semakin besar ukuran ikan dan semakin tegak lurus posisi tubuh ikan terhadap arah datang pulsa, maka akan semakin kuat hambur balik pulsa yang diterima sensor (Simmonds dan Maclennan 2005). Semakin aktif dan semakin renggang jarak antar individu ikan dalam gerombolannya memungkinkan semakin tinggi variabilitas data hambur baliknya (Simmonds dan Maclennan 2005). Kejadian ini ditemukan pada bulan Mei dan lebih banyak pada bulan November. Variabilitas hambur balik gerombolan ikan di bulan Agustus cenderung stabil. Hal ini mengindikasikan pergerakan individu ikan lebih banyak searah terhadap individu ikan lainnya dalam satu gerombolan. Apabila asumsi terjadinya homogenisasi pergerakan individu ikan di bulan Agustus dikaitkan dengan kejadian migrasi di dalamnya, maka dapat dihasilkan asumsi baru yang menyatakan bahwa: aktivitas individu ikan dalam gerombolan yang bermigrasi secara mendatar adalah hampir homogen. Luas gerombolan ikan dengan karakteristik gerombolan memanjang di bulan Agustus jauh lebih besar daripada di kedua bulan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan demersal membentuk gerombolan relatif besar saat bermigrasi secara mendatar. Migrasi mendatar terlihat dari kedalaman lebih dangkal ke kedalaman lebih dalam, sehingga lebih banyak gerombolan ikan di dasar laut yang lebih dalam (Macpherson dan Duarte 1991). Kejadian migrasi mendatar dapat dilihat jelas di bulan Agustus. Salah satu indikator terjadinya migrasi mendatar adalah dari segi bentuk gerombolan dengan luas menegak yang lebih besar di bagian terdepan dan mengerucut di bagian terbelakang. Migrasi menegak paling banyak ditemukan pada bulan November. Hal ini bisa saja diakibatkan oleh kemunculan obyek pelagis kecil yang memenuhi kolom air dari permukaan hingga dekat dasar laut. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan Galvan (2008) mengenai stimulan ikan bermigrasi. Oleh karena itu, kemungkinan besar jenis ikan demersal di stasiun pengamatan ini adalah jenis pemakan mangsa pelagis (Suetsugu dan Ohta 2005). Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Arnold (2001) dan Tyrrell et al. (2011), migrasi menegak pada bulan November dapat dianggap sebagai migrasi musim makan. Jenis migrasi tersebut mungkin saja memiliki kaitan terhadap migrasi mendatar dalam sekala besar yang terjadi pada bulan Agustus. Migrasi besar tersebut diduga sebagai fase permulaan dalam mempersiapkan masuknya musim kelimpahan mangsa pelagis pada bulan November. Karakteristik gerombolan besar memanjang pada bulan Agustus diasumsikan sebagai puncak terjadinya migrasi mendatar. Karakteristik
11 gerombolan besar menebal pada bulan November diasumsikan sebagai puncak terjadinya migrasi menegak. Gerombolan ikan demersal mampu terdeteksi dengan jelas oleh metode akustik. Setiap jenis ikan memiliki bentuk gerombolan yang spesifik (Doray et al 2010). Setiap jenis ikan demersal memiliki pola distribusi mendatar dan menegak yang berbeda. Distribusi tersebut ditemukan berbeda di setiap perubahan musim; dengan perubahan besar ukuran gerombolan, pola makan dan tingkat trofik ikan dalam suatu ekosistem (Reun dan Essington 2011). Oleh karena itu, perluasan atau penyempitan gerombolan ikan dapat diasumsikan tidak mengubah karakteristik rasio TP perjenis gerombolan ikan. Diduga jenis-jenis ikan pada seluruh bulan pengamatan adalah hampir sama. Oleh karena itu, terjadinya beda kelimpahan ikan demersal di bulan pengamatan yang berbeda bukan disebabkan oleh kedatangan jenis ikan yang berbeda, namun disebabkan oleh migrasi makan yang terjadi dari kedalaman dasar laut yang lebih dangkal ke dasar laut yang lebih dalam. Penelitian ini belum mempertimbangkan perbedaan hambur balik gerombolan yang disebabkan oleh perbedaan ukuran individu ikan. Hal ini tidak dapat dilakukan karena tidak ada data tangkapan ikan demersal. Validasi ukuran individu ikan dapat diperoleh dari hasil tangkap menggunakan jaring insang dasar (Tu ˇer et al. 2012). Jaring ini memiliki selektifitas tinggi terhadap ukuran ikan (Baskoro dan Yusfiandayani 2012). Berdasarkan data migrasi menegak maksimum dan jumlah luas menegak perbulan pengamatan, dapat didesain ukuran jaring insang dasar dan jaring insang lingkar agar kegiatan validasi ukuran ikan lebih efisien. Setidaknya tinggi jaring —jarak antara tali apung dan tali pemberat— yang sesuai digunakan pada bulan Mei, Agustus dan November secara berturut-turut adalah 3.895 m, 3.699 m dan 13.459 m. Jaring insang lingkar sangat efisien digunakan pada bulan Agustus karena sesuai dengan besarnya jumlah kemunculan ikan demersal. Penggunaan jaring insang lingkar dapat mengurangi kejadian terlepasnya ikan demersal dari jaring.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Migrasi mendatar gerombolan ikan demersal memiliki karakteristik pola gerak individu ikan yang hampir homogen sedangkan migrasi menegak memiliki karakteristik pola gerak per individu ikan yang lebih bervariasi. Migrasi terjadi dari perairan yang lebih dangkal ke perairan yang lebih dalam. Migrasi mendatar terbesar terjadi pada bulan Agustus. Migrasi menegak terbesar terjadi pada bulan November. Migrasi yang terjadi tergolong migrasi untuk memperoleh makanan. Bedasarkan kemiripan karakteristik rasio tebal terhadap panjang gerombolan, diduga gerombolan ikan pada bulan Mei, Agustus dan November adalah sama.
12 Saran Perlu adanya usaha validasi karakteristik gerombolan ikan menggunakan alat tangkap berupa jaring insang dasar yang disusun berlapis dan memiliki bukaan mata jaring yang bervariasi agar dapat memastikan kesesuaian variabilitas nilai hambur balik terhadap variabilitas ukuran individu ikan dalam satu gerombolan. Perlu adanya pengoperasian kamera bawah laut secara bertingkat, dari permukaan hingga dasar laut. Hal ini penting untuk memvalidasi lapisan kedalaman batas migrasi ikan demersal.
DAFTAR PUSTAKA Arnold GP. 2001. Fish migration, Horizontal. Suffolk(UK): Crown. hlm 947−955. doi:10.1006/rwos.2001.0021. Baskoro MS, Yusfiandayani R. 2012. Garis-garis Besar Program Pengajaran Metode Penangkapan Ikan. Bogor (ID): IPB. hlm 83. Doray M, Mahévas M, Trenkel VM. 2010. Estimating gear efficiency in a combined acoustic and tr awl survey, with reference to the spatial distribution of demersal fish. ICES Journal of Marine Sc ience: Journal du Conseil. 67(4):668−676. (ESRF) Environmental Studies Research Funds. 2011. Report No 190 of workshop on Fish Behavior in Response to Seismic Sound. Halifax (CA): ESRF. hlm 13. Furusawa M. 2011. Echo Integration Near the Seabed. Journal of Marine Science and Technology. 19 3 : 259−266. Galvan DE. 2008. Fish assemblages of the Northern Patagonian reefs: diversity abundance, trophic relationshipsand associations with the habitat [thesis]. Bariloche (AR): Universidad Nacional del Comahue. Hjellvik V, Godø OR and Tjøstheim D. 2004. Diurnal variation in acoustic densities: why do we see less in the dark?. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 61:2237−2254.doi: 10.1139/F04-161. Lawson GL, Barange M, Fréon P. 2001. Species identification of pelagic fish schools on the South African continental shelf using acoustic descriptors and ancillary information. ICES Journal of Marine Science. 58: 275−287. doi:10.1006/jmsc.2000.1009. Macpherson E and Duarte CM. 1991. Bathymetric trends in demersal fish size: is there a general relationship?. Mar. Ecol. Prog. Ser. 71: 103−112. Mitson RB. 1983. Fisheries Sonar. Surrey (GB): Fishing News Books. 287 hlm. ISBN 0-85238-124-7. Nugraheni AD. 2011. Hubungan antara Distribusi Ikan Demersal, Mkrozoobhentos dan Substrat di Perairan Selat Malaka. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 67 hlm.
13 Reun JCP and Essington TE. 2011. Season- and depth-dependent variability of a demersal fish assemblage in a large fjord estuary (Puget Sound, Washington). Fish. Bull. 109:186–197. Ridho MR, Kaswadji RF, Jaya I, Nurhakim S. 2004. Distribusi Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Laut Cina Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 11 2 :123−128. Saptojo D, Sutarto, Sansmita S. 2008. Pendugaan Potensi Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Tanah Laut. Jurnal Ariomma, 23(12):2. Simmonds J, MacLennan D. 2005. Fisheries Acoustics Theory and Practice: Second Edition. Oxford (USA): Blackwell Science. 429 hlm. ISBN-13: 978-0632-05994-2. Stensholt BK, Aglen A, Mehl S, Stensholt E. 2002. Vertical density distributions of fish: a balance between environmental and physiological limitation. ICES Journal of Marine Science, 59: 679–710. Suardiyono, Pebruanti N. 2007. Reevaluasi Potensi Ikan Demersal di Pantai Utara Jawa. Jurnal Ariomma, 22(9):87. Suetsugu K and Ohta S. 2005. Day and Nighttime Changes in Species Composition of Deep-Sea Demersal Fishes. Journal of Oceanography. 61:187−196. Tu ˇer M, Prch alova M, Mrk ˇka T, Frou zova J, CEch M, Peterka J, Ju˚ za T, a ˇek M, Kra h ı´l M, ra ˇ ı ´k V, Kube ˇka J. 2012. A simple method to correct the results of acoustic surveys for fish hidden in the dead zone. J. Appl. Ichthyol., 1: 1−6. doi: 10.1111/jai.12091. Tyrrell MC, Link JS, Moustahfid H. 2011. The importance of including predation in fish population models: Implications for biological reference points. Fisheries Research. 108: 1−8. doi: 10.1016/j.fishres.2010.12.025.
14 Lampiran 1 Tampilan ekogram pada bulan Mei, Agustus dan November sebelum perlakuan ambang batas
(a) Mei
(b) Agustus
(c) November
15 Lampiran 2 Tampilan ekogram pada bulan Mei, Agustus dan November setelah perlakuan ambang batas
(a) Mei
(b) Agustus
(c) November
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1990 dari pasangan Sujastera, MM dan Zarmelly, SS. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 25 Setiabudi Pamulang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum DasarDasar Akustik Kelautan dan Akustik Kelautan tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014; dan asisten praktikum Biologi Laut tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif mengajar di bimbingan belajar PASCAL di bidang studi matematika, fisika dan biologi.