SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
STUDI TENTANG IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN AKTIF BERBASISKAN KONSTRUKTIVISME UNTUK PRODI ELEKTRONIKA-INSTRUMENTASI-STTN Djoko Hari Nugroho PRPN – BATAN, Gd. no 71 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, 15310 Email :
[email protected]
Abstrak STUDI TENTANG IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN AKTIF BERBASISKAN KONSTRUKTIVISME UNTUK PRODI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI-STTN. Tumbuhnya industri nuklir di negara-negara Asia yang pesat telah mendorong penyiapan SDM di bidang teknologi nuklir. STTN sebagai institusi yang memiliki visi sebagai penyedia SDM iptek nuklir yang profesional tentu saja diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi terhadap kebutuhan tersebut. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 diperlukan komponen-komponen dalam proses pendidikan. Dalam Seminar SDM STTN di Yogyakarta tahun 2008 dan 2009 telah dibahas tentang tujuan dan sistem pendidikan serta penerapan soft skills bagi peserta didik yang diharapkan dapat diteladani dari soft skills guru/pendidik, orang tua, para pemimpin/tokoh masyarakat dan lingkungan pendidikan di sekolah. Pada makalah ini dibahas tentang interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ditawarkan untuk diimplementasikan metode pembelajaran aktif berbasiskan konstruktivisme untuk Prodi Elektronika-Instrumentasi STTN. Pembelajaran aktif berdasarkan prinsip konstruktivisme akan berimplikasi pada penguasaan aspek kognitif dari instrumental diubah ke bentuk kemampuan untuk berpikir analitik filosofis, penguasaan aspek afektif dari pragmatis diubah ke komprehensif manajerial, dan penguasaan aspek psikomotorik dari adaptif diubah ke profesional inovatif. Dalam implementasi perlu didukung multimedia dan fasilitas e-learning. Diharapkan kajian ini akan dapat memberikan kontribusi ke arah perkembangan dan kemajuan untuk mendukung pencapaian visi dan misi STTN. Kata kunci : implementasi, metode pembelajaran aktif, konstruktivisme, Program Studi Elektronika Instrumentasi-STTN
Abstract A STUDY ON THE IMPLEMENTATION OF CONSTRUCTIVISM-BASED ACTIVE LEARNING METHOD FOR ELECTRONIC INSTRUMENTATION STUDY PROGRAM–POINT. The growing nuclear industry in Asian countries has prompted rapid preparation of human resources in the field of nuclear technology. STTN as an institution that has the vision as a provider of nuclear science and technology human resources professionals, of course, expected to be able to contribute to those needs. To realize the function and purpose of national education as contained in Act No. 20 of 2003 required the components in the education process. In POINT Human Resource Seminar in Yogyakarta, 2008 and 2009 have been discussed about the educational objectives system and the application of soft skills for students who are expected to emulate the soft skills of teachers, parents, community leaders and environmental education in schools. This study discussed about the methode for educational interaction between teachers and students associated with the process of education and learning. The paper offered an implementation of active learning methods based on constructivism to improve the learning method in Electronic Instrumentation Study Program–POINT.Active learning based on constructivism utilizing multimedia and elearning facility in the implementation will affect to the cognitive aspects of instrumental converted into the
Djoko H.N.
111
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 ability to think philosophic analytic, affective capability aspects of pragmatic converted into a comprehensive managerial, and psychomotor aspects of adaptive converted into professional innovative supported. It is expected that this study will be able to contribute towards development and improvement to support the achievement of the vision and mission of PINT. Keywords : implementation, active learning method, constructivism, Electronic Instrumentation Study Program – POINT
PENDAHULUAN Tumbuhnya industri nuklir di negara-negara Asia yang pesat telah mendorong penyiapan SDM di bidang teknologi nuklir. Survei Byung-Joo-Min dari KAERI dalam IAEA Knowledge Management Workshop menunjukkan bahwa pada tahun 2010 diperlukan SDM di Korea Selatan sebanyak 35.000 orang. Di Jepang tahun 2030 dengan terpasangnya PLTN dengan kapasitas 371 000 GWh diperlukan 47.474 orang. Di Vietnam jika pada tahun 2017 akan dikonstruksi satu buah PLTN, maka diperlukan 1000 orang SDM[1] . Sedangkan di Indonesia jika pada tahun 2025 akan terpasang 4 buah PLTN masing-masing daya, maka berdasarkan perhitungan dari Mitsubishi Heavy Industri (MHI) paling tidak diperlukan SDM sebanyak 1400 orang. STTN sebagai institusi yang memiliki visi sebagai Penyedia SDM iptek nuklir yang
profesional tentu saja diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap kebutuhan tersebut minimal pada level nasional. Walau STTN merupakan salah satu unit pendukung dalam struktur organisasi di BATAN, namun sebagai institusi pendidikan harus melaksanakan standar mutu yang mengacu pada Sistem Pendidkan Nasional pada proses akademiknya. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu [2] : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti tersebut di atas diperlukan komponen-komponen dalam proses pendidikan antara lain : a) Tujuan pendidikan, b) Materi pendidikan
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
c) d) e) f)
Peserta didik, Orang tua, Guru/pendidik di sekolah, Pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan, g) Lingkungan pendidikan h) Interaksi edukatif pendidik dan anak didik Dalam Seminar SDM STTN di Yogyakarta tahun 2008, Djoko Hari Nugroho telah membahas tentang tujuan pendidikan di STTN yang diperbandingan dengan institusi pendidikan teknologi nuklir di negara lain yang telah menerapkan ABET[3]. Walaupun kualitas lulusan perguruan tinggi di Indonesia dinilai oleh BAN (Badan Akreditasi Nasional) Dikti Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan akreditasi di Amerika Serikat berdasarkan standar ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology); namun jika STTN berniat untuk menawarkan sistem pendidikannya ke pasar tingkat internasional, maka adopsi ABET ini perlu untuk dipertimbangkan. Dalam Seminar SDM STTN di Yogyakarta tahun 2009, telah juga dibahas oleh Djoko Hari Nugroho terkait dengan penerapan soft skills yang merupakan bagian dari materi pendidikan bagi peserta didik. Implementasi softskills ini diharapkan dapat diteladani dari soft skills guru/pendidik, orang tua, para pemimpin/tokoh masyarakat dan lingkungan pendidikan di sekolah[4]. Komponen yang tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan kedua hal di atas adalah interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran. Hal inilah yang akan dikaji dalam makalah ini. Dengan menggunakan strategi interaksi edukatif yang sesuai maka diharapkan sistem pendidikan yang diciptakan akan dapat memberikan kontribusi ke arah perkembangan dan kemajuan untuk mendukung pencapaian visi dan misi STTN dalam mencetak SDM iptek nuklir
yang profesional. PROSES/METODE PEMBELAJARAN Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru dan murid berinteraksi, membicarakan materi pelajaran atau melakukan suatu aktivitas, 112
Djoko H.N.
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Dr Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran sebagai “suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”[5]. Pembelajaran merupakan upaya pengorganisasian lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Salah satu aspek penting guru untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi pembelajaran yang direncanakan ialah pemahaman tentang konsep atau teori belajar. Kalau guru memahami bagaimana seseorang dapat belajar secara efektif, maka ia akan dapat membantu peserta didik pada saat mengikuti kegiatan belajar dengan hasil optimal. Kalau guru hanya menguasai materi/bahan pengajarannya namun kurang mengerti cara efektif peserta didik dalam belajar, maka hasil kegiatan yang dikelolanya tentu bisa kurang memuaskan. Untuk tujuan itu, maka guru perlu terus belajar dari berbagai teori belajar, dan meninjau secara kritis dan konstruktif manfaatnya dalam pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik diperlukan proses pembelajaran yang berkualitas. Kualitas/mutu pendidikan nasional berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19, ayat (1) yang berbunyi [6]: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar peserta didik yang berasal dari pelaku aktif dalam pembelajaran maupun lingkungan di sekitar peserta didik misalnya guru/pendidik, orang tua, para pemimpin/tokoh masyarakat. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan melalui proses pembelajaran berdasarkan berbagai pengalaman dengan menggunakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Dengan demikian indikator hasil pembelajaran ditunjukkan oleh perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran terkait dengan pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau Djoko H.N.
pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan; dimana komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan. Ada beberapa macam metode pembelajaran antara lain [7] : a) Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan yang paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain. Metode ini sering disebut sebagai teacher learning center. b) Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar. c) Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang pelakasanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh warga belajar. Hal yang diperagakan hádala harus kegiatan yang sebenarnya, tidak bersifat abstrak. d) Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan. e) Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh sejumlah anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan. f) Metode Rembuk Sejoli yaitu cara pemecahan suatu masalah yang pelaksanaannya warga belajar dalam kelompok dibagi secara berpasangan kemudian dalam waktu yang singkat masing-masing kelompok membahas suatu masalah dan diakhiri dengan penyampaian laporan nya oleh masing-masing juru bicara dalam kelompok besar. g) Metode Buzz Group (Diskusi Kelompok Kecil) yaitu cara pembahasan suatu masalah yang pelaksanaannya warga belajar dibagi dalam kelompok kecil antara tiga sampai enam orang membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil pembahasannya oleh setiap juru bicara pada kelompok besar. h) Metode Panel yaitu cara pembahasan suatu masalah melalui kegiatan diskusi yang dilakukan oleh beberapa akhli dari berbagai keakhlian dihadapan warga belajar i) Metode forum (debate) adalah cara pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi 113
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
s)
t)
terbuka yang disampaikan oleh beberapa nara sumber dengan topik masalah yang kontroversial. Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil penelitian yang diikuti dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar dibawah bimbingan sumber belajar. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh warga belajar dapat berdasarkan hasil penelitian tentang suatu kasus/masalah, dapat juga hasil bacan/literatur. Metode Simposium yaitu cara penyampaian materi secara lisan yang dilakukan berupa kegiatan ceramah oleh beberapa orang nara sumber. Metode drill (latihan) yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan tertentu secara berulang-ulang dengan materi yang sama. Metode Resitasi (penugasan) yaitu suatu metode pengajaran dimana peserta didik diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Metode DIAD yaitu cara komunikasi diantara dua orang baik secara lisan maupun tertulis terutama menyangkut identitas dari masingmasing pribadi. Metode Broken Square (kubus pecah) yaitu cara penyusunan pecahan-pecahan Bujursangkar yang dilakukan oleh empat atau lima kelompok menjadi bentuk bujur sangkar yang utuh. Metode Role Playing (bermain peran) yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan. Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan. Metode Simulasi yaitu cara permainan yang berupa cuplikan suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar. Metode kelompok kerja (workshop) adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas. Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata di lapangan melalui kegiatan penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan.
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
u) Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu dengan melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya dan unsur wisatanya. v) Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan w) Metode latihan keterampilan adalah suatu metode pembelajaran, dimana peserta didik diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya x) Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode pembelajaran dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. y) Metode perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian z) Metode Bagian yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya aa) Metode Global (Ganze method ) yaitu suatu metode mengajar dimana peserta didik disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut. bb) Metode Discovery (penemuan) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dimana bila peserta didik menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain. Dengan menggunakan strategi penemuan, maka peserta didik akan belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Metode ini sering juga disebut sebagai konstruktivisme. cc) Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif dd) Metode andragogi, atau metode pembelajaran orang dewasa. Artinya dosen tidak terkesan 114
Djoko H.N.
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 menggurui, tapi lebih banyak berdikusi dan menyajikan seminar. Metode ini dilakukan yaitu dengan cara sekelompok mahasiswa menyajikan materi sesuai topik bahasan, yang kemudian mahasiswa lainnya mendengarkan, menanggapi, dan mendiskusikannya. Dosen berperan sebagai pengarah diskusi, artinya membetulkan materi yang dibahas jika ternyata terdapat kekurangtepatan. ee) dan sebagainya
untuk mengingat kembali materi pembelajaran sebanyak sepuluh kali lipat, selain itu peserta didik lebih menikmati proses pembelajaran dan membuat pembelajaran lebih mendalam. Perlu dipertimbangkan juga bahwa proses pembelajaran peserta didik dapat ditingkatkan oleh tantangan, tetapi lemah oleh ancaman. Mohamad Surya dalam Cepi Triatna mengemukakan pengajaran akan bersifat efektif jika [8] : a) berpusat kepada peserta didik yang aktif, bukan hanya guru; b) terjadi interaksi edukatif diantara guru dengan peserta didik; c) berkembang suasana demokratis; d) metode pengajaran bervariasi; e) gurunya profesional; f) apa yang dipelajari bermakna bagi peserta didik; g) lingkungan belajar kondusif, h) sarana dan prasarana menunjang proses pembelajaran Mengutip gagasan Paul D. Dierich, Oemar Hamalik dalam Cepi Triatna mengemukakan delapan kelompok pembelajaran aktif antara lain [8]: a) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain. b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. d) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahanbahan kopi (foto copy), membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. f) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun. g) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan. h) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya Dari aspek implementasi ada sejumlah strategi pengajaran yang dapat digunakan untuk secara aktif melibatkan siswa dalam proses belajar,
METODE PEMBELAJARAN AKTIF Pada hakekatnya semua kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif, namun mungkin saja pada saat guru mengajar di kelas seringkali hanya berbicara, bercerita, sedangkan peserta didik hanya mendengar dan mencatat. Pada saat itu terjadi komunikasi satu arah. Harus disadari bahwa belajar memerlukan tahapan dimana peserta didik diwajibkan untuk memproses informasi yang diberikan kepadanya. Mereka membutuhkan kegiatan yang mengarahkan untuk dapat memahami materi yang disampaikan secara pribadi diri dan membangun makna diri. Dengan demikian pengertian yang dapat dibangun akan bersifat pribadi dan unik, dan dibangun di atas pembelajaran sebelumnya dan pengalaman pribadi, yang berbeda dari siswa satu dengan siswa yang lain. UC Davis TAC Handbook dalam Cepi Triatna menjelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menjadi guru bagi mereka sendiri[8]. Pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan bukan metode. Joel Wein dalam Cepi Triatna[8] menjelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah nama suatu pendekatan untuk mendidik para peserta didik dengan memberikan peran yang lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Unsur umum yang terkait dalam pendekatan ini adalah bahwa guru dipindahkan perannya dari yang paling berperan depan suatu kelas dan mempresentasikan materia pelajaran menjadi fasilitator; dan para siswa berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri. Dengan demikian guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong di dalam proses itu. Tidak hanya satu cara yang dapat dipergunakan untuk belajar sesuatu dan berbagai tugas serta pengalaman yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu. Peserta didik memungkinkan untuk melakukan kegiatan yang beragam dalam mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” oleh guru. Kegiatan proses pembelajaran yang membutuhkan peserta didik untuk aktif akan meningkatkan potensi peserta didik Djoko H.N.
115
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 termasuk diskusi kelompok, pemecahan masalah, studi kasus, bermain peran, menulis jurnal, dan kelompok belajar terstruktur. Manfaat kegiatan tersebut antara lain peningkatan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan retensi dan transfer informasi baru, peningkatan motivasi, dan keterampilan interpersonal yang baik. Pengalaman pada University of Minnesota menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran aktif tidak berarti meninggalkan format kuliah. Guru yang menggunakan pembelajaran aktif melakukan jeda dengan periode-sekali setiap lima belas menit atau lebih-untuk memberikan siswa beberapa menit bekerja dengan informasi yang disediakan. Guru mungkin meminta siswa untuk menjawab pertanyaan, untuk meringkas konsepkonsep penting secara tertulis, atau membandingkan catatan dengan pasangan. Untuk beberapa kelas kuliah yang menggunakan pembelajaran aktif
mungkin sedikit lebih menantang karena ukuran kelas atau keterbatasan ruang peserta didik seperti tempat duduk tetap. Memecah siswa menjadi kelompok-kelompok dalam situasi seperti ini mungkin tidak dapat dilakukan, tetapi strategi lain seperti penulisan individu atau aktivitas berpasangan cukup mungkin dan mengakibatkan hasil yang baik. Ada empat pilar pembelajaran secara aktif yaitu [9]: a) bicara dan mendengarkan, b) menulis, c) membaca, d) melakukan refleksi Piramida pembelajaran aktif dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar tampak bahwa semakin siswa/peserta didik aktif dan tertantang, maka laju siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran akan semakin bagus.
Gambar 1. Piramida Pembelajaran Aktif [10] (diadaptasi dari National Training Laboratories. Bethel, Maine, USA) STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Para peneliti ahli pada otak menyatakan bahwa proses belajar bukan lagi secara pasif menerima materi yang diajarkan, dan kemudian mengingatnya. Namun sebaliknya, belajar melibatkan secara aktif STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
diri dengan cara mengkonstruksi makna secara mandiri. Hal ini benar-benar melibatkan pembangunan hubungan antara neuron. C. Glennon Rowell, Barbara C. Palmer menyatakan bahwa [11] konstruktivis kognitif menggambarkan lingkungan yang terberpusat di mana konstruksi pengetahuan dilakukan oleh masing-masing siswa dalam mode 116
Djoko H.N.
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 yang mendukung kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. Untuk konstruktivis kognitif, pembelajaran ini merupakan suatu usaha individualistis. Seseorang menciptakan konsep dan ide sendiri, terkait dengan apa yang sudah diketahui. Teori pembuatan arti dalam pembelajaran ini disebut pembelajaran secara Konstruktivisme. Bila seseorang telah belajar, maka dia telah mengubah otaknya secara fisik. Proses pembuatan arti secara kreatif ini sebagian besar tampak pada saat terjadi kesalahan. Misalnya slip yang dibuat oleh anak-anak. Falsafah konstruktivisme menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Belajar harus melibatkan berbagai kegiatan untuk memproses materi pembelajaran yang baru, dan kemudian mengaitkannya dengan apa yang sudah diketahui. Tugas harus otentik, ditetapkan dalam konteks yang bermakna, dan terkait dengan dunia nyata. Peserta didik tidak hanya dilibatkan dalam pembelajaran pada segi permukaan seperti misalnya dengan pengulangan kembali fakta-fakta. Pembelajaran peserta didik juga perlu melibatkan segi kesalahan seperti misalnya tugas harus menawarkan kesempatan bagi penilaian diri, koreksi, diskusi dengan rekan, umpan balik guru dan 'cek realitas' lainnya. Peserta didik perlu berpikir tentang bagian dan keutuhan pada saat yang sama, dan untuk mengintegrasikan topik. Keterampilan seperti penalaran guna tinggi perlu diajarkan bersama dengan isi, tidak terpisah. Pada pengajaran Konstruktivisme, maka belajar memerlukan tahapan dimana peserta didik diwajibkan untuk memproses informasi yang diberikan kepadanya. Mereka membutuhkan kegiatan yang mengharuskan untuk memahami secara pribadi dari bahan yang diperoleh dan membangun makna mereka sendiri. Dengan demikian metode pengajaran secara konstruktivisme akan memberikan arti yang bersifat pribadi dan unik, dibangun di atas pembelajaran sebelumnya dan pengalaman pribadi, yang tentunya akan berbeda untuk setiap siswa. Tidak ada satu cara untuk belajar sesuatu dan berbagai tugas dan pengalaman yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan individu. Keterampilan seperti penalaran tingkat tinggi perlu diajarkan bersama dengan isi tanpa terpisah. Alex Koohang, Liz Riley, dan Terry Smith membahas tentang model pembelajaran terpusat pada peserta didik (student-centered learning model) untuk merancang e-learning tugas / kegiatan berdasarkan teori belajar konstruktivisme dalam Djoko H.N.
117
lingkungan. Model ini mencakup tiga bagian penting yaitu elemen desain dasar, elemen desain kolaboratif, dan elemen penilaian belajar. Untuk dapat mengimplementasikannya diperlukan konstruksi aktif pengetahuan dengan merancang tugas / kegiatan secara nyata. Melalui eksplorasi, peserta didik didorong untuk mengembangkan tujuan mereka sendiri dan sasaran dalam memecahkan masalah. Mereka diminta untuk memasukkan dan menerapkan pengalaman mereka sebelumnya dalam memecahkan masalah. Keterkaitan dan belajar interdisipliner, refleksi diri peserta didik dan pendukungnya adalah elemen yang diperlukan untuk mendesain tugas / kegiatan. Kolaborasi elemen desain seperti berbagai perspektif dan negosiasi sosial yang dirancang ke dalam tugas / kegiatan yang menggunakan tim kecil dan / atau besar untuk bersama-sama membangun pengetahuan. Penilaian diri, penilaian tim, dan penilaian fasilitator dibangun ke dalam desain untuk terus menilai kemampuan belajar siswa[12]. ANALISIS DAN PEMBAHASAN : IMPLEMENTASI METODE PADA PRODI ELEKTRONIK-INSTRUMENTASI Di dalam buku Panduan Akademik STTN dijelaskan bahwa Lulusan Program Studi Elektronika Instrumentasi-STTN diharapkan memiliki kompetensi yang memadai dalam bidang elektronika dan instrumentasi, serta memiliki keunggulan komparatif dalam bidang instrumentasi nuklir. Berdasarkan Kurikulum Standard Diknas, maka kurikulum Prodi Elin terdiri dari 75 % mata kuliah inti (MKK dan MKB) serta 25 % mata kuliah penunjang (MPK, MPB, MBB) dimana beban belajar mahasiswa secara riil adalah 100 jam teori (40%), ditambah 144 jam praktek (60%) termasuk praktek kerja lapangan. Dengan komposisi tersebut, mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan daya analisis dan keahlian yang memadai untuk berkarya dan berkembang secara profesional dalam bidang yang ditekuni serta mempunyai bekal tambahan baik perilaku berkehidupan bersama maupun perilaku berkarya sesuai dengan standard yang berlaku secara nasional [13] . Untuk mencapai tujuan pendidikan seperti yang dinyatakan dalam Buku panduan Akademik seperti di atas, maka selain materi pembelajaran hardskill dan softskill yang memiliki kualitas bagus serta kurikulum/tujuan pembelajaran yang sesuai standar nasional/ internasional; juga perlu diintegrasikan metode pembelajaran yang mendukung. Ada beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat dipergunakan seperti sudah dijelaskan di atas. Sebenarnya setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan untuk STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 mengimplementasikan diperlukan pemilihan prioritas metode yang sesuai dengan kasus yang dihadapi. Metode pembelajaran yang ditawarkan dalam makalah ini yaitu metode pembelajaran aktif berdasarkan prinsip konstruktivisme yang akan menyajikan kegiatan pembelajaran dimana peserta didik secara aktif berproses meningkatkan kemampuan dalam memahami materi kompetensi sehingga akan lebih menikmati proses pembelajaran, dan membuat pembelajaran lebih dalam. Dalam implementasi metode pembelajaran ini, secara kritis Kiirschner, Sweller, dan Clark menyarankan bahwa dalam metode pembelajaran aktif diperlukan bimbingan langsung dan instruksional kuat daripada bimbingan minimal berbasis konstruktivisme terutama untuk peserta didik pada tingkat pemula dan menengah. Aspek negatif dan kurang efektif instruksi terarah karena peserta didik memperoleh kesalahpahaman atau pengetahuan yang tidak lengkap atau tidak teratur [14] . Sesuai pendekatan yang dilakukan Alex Koohang, Liz Riley, and Terry Smith[12], maka untuk meningkatkan efisiensi impementasi metode pembelajaran aktif berbasis konstruktivisne perlu didukung dengan sarana jaringan komputer dan portalnya yang merepresentasikan metode belajar elearning. Dengan memanfaatkan sarana dan prasarana ini, maka para peserta didik akan dapat mempersiapkan semua materi dari luar kelas, dan pada saat masuk kelas mereka sudah memiliki pemahaman mandiri walau masih awal akan materi pembelajaran yang akan mereka terima. Untuk membangun e-learning perlu dipersiapkan modul kuliah dalam bentuk softfile yang diintegrasikan ke dalam database intranet STTN seperti terlihat pada Gambar 2. Untuk mengembangkan pengetahuan (knowledge) peserta didik dengan cara mengakses informasi dari luar kampus, maka arsitektur intranet ini dikomunikasikan dengan internet.
Gambar 2. Arsitektur Intranet e-learning[15]
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
Kurikulum pendidikan tinggi 2000 didasarkan pada paradigma content based approach yang diimplementasikan menggunakan metode pembelajaran aktif berdasarkan prinsip konstruktivisme untuk program Diploma akan berimplikasi pada : a) penguasaan aspek kognitif dari instrumental diubah ke bentuk kemampuan untuk berpikir analitik filosofis, b) penguasaan aspek afektif dari pragmatis diubah ke komprehensif manajerial, dan c) penguasaan aspek psikomotorik dari adaptif diubah ke profesional inovatif. Pada program Diploma dimana keahlian memiliki porsi lebih daripada teori, kemampuan untuk melakukan analisis, trouble shooting, dan melakukan inovasi/recovery serta koordinasi/manajerial menjadi jaminan akan kompetensi yang diperlukan di dunia kerja kelak. Strategi yang dapat diterapkan dalam pengajaran aktif berbasiskan konstruktivisme antara lain : a) Strategi pengajaran yang menuntut peserta didik untuk membuat dan membangun. Menyajikan informasi tidak cukup. Peserta didik harus menerapkan, menggunakan, atau memproses informasi. b) Agar dipastikan bahwa semua peserta didik berpartisipasi dalam membangun konstruksi pemahaman materi. Para penyelia bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka. c) Agar dipastikan bahwa tugas mengharuskan peserta didik untuk memproses informasi pada level yang tinggi pada taksonomi Bloom d) Peserta didik perlu untuk membuat instrumen yang dapat dipergunakan untuk mendiagnosa kesalahan dan kelalaian dalam pembelajaran dan sekaligus memeriksa diri mereka sendiri untuk mengetahui kesalahan masing-masing dalam melaksanakan proses pembelajaran e) Peserta didik perlu untuk belajar memperbaiki kesalahan dan kelalaian yang telah diperbuatnya f) Membuat langkah-langkah di atas menyenangkan untuk dilakukan oleh peserta didik g) Peningkatan sarana dan prasarana (termasuk portal dan jaringan komputer) untuk mendukung teknologi pembelajaran berbasiskan multimedia dan e-learning Strategi pembelajaran aktif mengajak mahasiswa untuk belajar lebih aktif. Ketika mahasiswa belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan metode ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah, memecahkan persoalan, atau pun mengaplikasikan
118
Djoko H.N.
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Metode belajar aktif ini juga mengajak mahasiswa untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya mahasiswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Strategi menilai proses pembelajaran meliputi: a) penilaian pengetahuan awal, ingatan dan pemahaman, b) penilaian kecakapan dalam berpikir analisis kritis, c) penilaian kecakapan dalam berpikir sintesis kreatif, d) penilaian dalam memecahkan masalah, dan e) penilaian kecakapan dalam aplikasi dan performasi. Disarankan bahwa pembelajaran aktif diimplementasikan pada saat peserta didik telah mengenal materi sebelumnya, dan mereka telah memiliki suatu pemahaman yang baik menyangkut materi sebelumnya. Olehkarena itu informasi kurikulum dan silabus ke peserta didik merupakan hal penting yang perlu diterapkan pada saat diselenggarakannya metode pembelajaran aktif
filosofis, penguasaan aspek afektif dari pragmatis diubah ke komprehensif manajerial, dan penguasaan aspek psikomotorik dari adaptif diubah ke profesional inovatif. Untuk dapat menerapkan metode pembelajaran ini, maka selain diperlukan pemahaman tentang perilaku peserta didik dan para pengajar terkait proses belajar-mengajar termasuk sistem penilaian, juga diperlukan sarana dan prasarana untuk mewujudkan perangkat ajar yang mendukung antara lain fasilitas kelas, laboratorium, dan jaringan komputer yang dapat menyediakan fasilitas e-learning. Diharapkan kajian ini akan dapat memberikan kontribusi ke arah perkembangan dan kemajuan untuk mendukung pencapaian visi dan misi STTN. DAFTAR PUSTAKA [1] MIN, B.J. IAEA Knowledge Management Workshop, Vienna (2007), tidak terbit. [2] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL [3] NUGROHO, D.H., Studi Komparasi Tujuan Pendidikan pada Pendidikan Tinggi Teknik Nuklir untuk Memenuhi Permintaan Pasar Global. (Prosiding Seminar SDM STTN. Yogyakarta. 2008) [4] NUGROHO, D.H., Integrasi Soft Skills pada Kurikulum Prodi Elektronika InstrumentasiSTTN untuk Persiapan SDM PLTN. (Prosiding Seminar SDM STTN. Yogyakarta. 2009) [5] HAMALIK, O., Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. 1995. [6] kpmu.unila.ac.id/wpcontent/uploads/2010/09/pp-no-19-2005.pdf [7] http://file.upi.edu/Direktori/A - FIP/JUR. PEND. LUAR SEKOLAH/ IHAT HATIMAH/ JENIS METODE PEMBELAJARAN.pdf [8] http://file.upi.edu/Direktori/A - FIP/JUR. ADMINISTRASI PENDIDIKAN/ 197907232001121 - CEPI TRIATNA/ Artikel 2009/PEMBELAJARAN AKTIF DI SEKOLAH DASAR.pdf [9] http://www1.umn.edu/ohr/teachlearn/tutorials/a ctive/index.html [10] http://siteresources.worldbank.org/DEVMARK ETPLACE/Resources/Handout_TheLearningP yramid.pdf [11] ROWELL, C. G, PALMER, B., C. P, Cognitive and Constructivist Strategies for Teaching about Language and for Providing Reading and Writing Instruction Forum on Public Policy di http://www.forumonpublicpolicy.com/archives um07/rowell.rev.pdf
KESIMPULAN Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2003 diperlukan komponenkomponen dalam proses pendidikan. Dalam Seminar SDM STTN di Yogyakarta tahun 2008 dan 2009 telah dibahas tentang tujuan dan sistem pendidikan serta penerapan soft skills bagi peserta didik yang diharapkan dapat diteladani dari soft skills guru/pendidik, orang tua, para pemimpin/tokoh masyarakat dan lingkungan pendidikan di sekolah. Pada makalah ini dibahas tentang interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ditawarkan untuk diimplementasikan metode pembelajaran aktif berbasiskan konstruktivisme untuk Prodi Elektronika-Instrumentasi STTN. Metode pembelajaran ini akan menyajikan kegiatan pembelajaran dimana peserta didik secara aktif berproses meningkatkan kemampuan dalam memahami materi kompetensi sehingga akan lebih menikmati proses pembelajaran, dan membuat pembelajaran lebih dalam. metode pembelajaran aktif berdasarkan prinsip konstruktivisme untuk program Diploma akan berimplikasi pada penguasaan aspek kognitif dari instrumental diubah ke bentuk kemampuan untuk berpikir analitik Djoko H.N.
119
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 [12] KOOHANG, A., RILEY, L., and SMITH, T.. E-Learning and Constructivism: From Theory to Application Interdisciplinary Journal of ELearning and Learning Objects Volume 5, 2009 [13] STTN-BATAN, Pedoman Akademik Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. 2008 [14] KIIRSCHNER, SWELLER, and CLARK, Why Minimal Guidance During Instruction Does Not Work: An Analysis of the Failure of Constructivist, Discovery, Problem-Based, Experiential, and Inquiry-Based Teaching. Educational Psychologist 41 (2): 75–86. 2006 [15] TURBAN, E. “Electronic Commerce, A Managerial Perspective”. Upper Saddle River, New Jersey
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
120
Djoko H.N.