STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA KETEKUNAN BELAJAR DENGAN PERILAKU IHSAN DALAM PERGAULAN SEHARI-HARI ( Pada Santri Madin ”Nurul Huda” di Promasan Kumpulrejo Argomulyo Salatiga Tahun 2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh : NUR AZIZAH 111 06 085
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI Bismilahirrahmanirrahim Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikiran juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqasah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 12 Agustus 2010 Penulis
Nur Azizah NIM : 111 06 085
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Drs. Abdul Syukur, M.Si DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Hal
: Naskah skripsi Saudari Nur Azizah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama
: Nur Azizah
NIM
: 111 06 085
Jurusan / Progdi : TARBIYAH / PAI Judul
: STUDI
TENTANG
HUBUNGAN
ANTARA
KETEKUNAN BELAJAR DENGAN PERILAKU IHSAN
DALAM
PERGAULAN
SEHARI-HARI
(Pada Santri Madin ”Nurul Huda” di Desa Promasan Kumpulrejo Argomulyo, Kota Salatiga Tahun 2010)
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, wr, wb Salatiga, 12 Agustus 2010 Pembimbing
Drs. Abdul Syukur, M.Si NIP. 19670307 199403 1 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
[email protected] E-mail : www.stainsalatiga.ac.idWebsite :
PENGESAHAN Skripsi Saudari NUR AZIZAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 06 085 yang berjudul : "STUDI TENTANG HUBUNGAN ANTARA KETEKUNAN BELAJAR DENGAN PERILAKU IHSAN DALAM PERGAULAN SEHARI-HARI (Pada Santri Madin ”Nurul Huda” di Desa Promasan Kumpulrejo Argomulyo, Kota Salatiga Tahun 2010)", Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa yang bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. 31 Agustus 2010 M Salatiga, 21 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmad Hariyadi, M. Pd. NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. NIP. 19570812 198802 2 001
Ahmad Maemun, M. Ag. NIP. 19700510 199803 1 003
Pembimbing
Drs. Abdul Syukur, M. Si. NIP. 19670307 199403 1 002
iv
MOTTO
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah terhadap seseorang menjadi orang yang baik, niscaya orang itu akan memperdalam agama Islam” “Yang menghiasi manusia adalah budi pekerti yang mulia”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. BAKTIKU Lillah Wali Mar Dhatillah 2. PERSEMBAHANKU KEPADA Almamaterku Tercinta 3. PERHATIANKU TERTUMPU PADA a. Ibu dan Ayahku yang tiada henti berdo’a untuk kesuksesanku b. Mbak Hidayah dan mas Arif yang selalu membantu dan mendukungku untuk terselesainya skripsi ini c. Adik-adikku Muth dan Latifah yang selalu membantuku d. Ponakanku Laura yang selalu bikin aku tersenyum e. Sahabat-sahabatku tersayang f. Someone yang selalu mensuportku g. Kaum muslimin dan muslimat
vi
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmad, taufiq serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan skripsi ini. emoga sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan kerabatnya. Yang ada di hadapan pembaca adalah sebuah skripsi yang berjudul “Studi tentang Hubungan antara Ketekunan Belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda dengan Perilaku Ihsan dalam Pergaulan Sehari-Hari (Pada Santri Madin Nurul Huda di Desa Promasan Kumpulrejo Argomulyo, Kota Salatiga Tahun 2010)”. Kemudian dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 3.
Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku pembimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
4. Bapak Irfandi selaku pengasuh Madin Nurul Huda di Promasan Kumpulrejo Argomulyo Salatiga, yang telah memberikan izin dan membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
vii
5. Seluruh reponden penelitian yang dengan hati-hati dan jujur memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam angket yang penulis ajukan. 6. Ayah, Ibu dan saudara-saudara penulis yang telah membiayai, mendidik dan mengasuhku dengan kasih dan sayang, serta para teman dan sahabat-sahabat penulis mahasiswa PAI angkatan 2006 khususnya
kelas ‘C’ yang ikut
membantu dan memberi dorongan demi terselesainya tugas penulisan skripsi ini. Kepada semua pihak tersebut, mudah-mudahan semua amal baiknya mendapat imbalan yang sepantasnya dari Allah SWT dan tergolong sebagai amal sholih yang diridhoi oleh-Nya. Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis serta bagi Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada umumnya. Amien ya robbal ‘alamiin.
Salatiga, Agustus 2010 Penulis
viii
ABSTRAK
Azizah, Nur, 2010. Studi Tentang Hubungan Antara Ketekunan Belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda dengan Perilaku Ihsan dalam Pergaulan Seharihari. Skripsi Jurusan Tarbiyah Progdi Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, Msi. Kata kunci : Ketekunan Belajar dan Perilaku Ihsan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketekunan belajar siswa dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari pada siswa di Desa Promasan Kumplrejo Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : 1. Bagaimana ketekunan belajar siswa di Madin Nurul Huda Promasan Salatiga. 2. Bagaimana perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari siswa di Madin Nurul Huda Promasan Salatiga. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah seluruh santri di Madin Nurul Huda di Promasan Kumpulrejo Salatiga. Dan dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi, interview dan metode angket. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat ketekunan belajar siswa di Madin Nurul Huda Promasan Salatiga tergolong tinggi sebanyak 65,71% ( sebanyak 23 siswa/santri ). Sedangkan tingkat perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari juga tergolong tinggi sebanyak 54,28% ( sebanyak 19 siswa/santri) Setelah dianalisis menggunakan product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,747 lebih besar dari r tabel sebesar 0,334 pada taraf signifikansi 5% dan 0,430 pada taraf signifikansi 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara ketekunan belajar dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari pada siswa/santri di Madin Nurul Huda Promasan Kumpulrejo Salatiga.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
MOTTO....................................................................................................
v
PERSEMBAHAN.....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ............................................................................................
x
DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL........................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................
1
B. Penegasan Istilah ...........................................................
3
C. Rumusan Masalah..........................................................
4
D. Tujuan Penelitian...........................................................
5
E. Manfaat Penelitian.........................................................
5
F. Hipotesis........................................................................
6
G. Metodologi Penelitan.....................................................
6
H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................
10
x
BAB II
LANDASAN TEORI A. Ketekunan Belajar .........................................................
12
1. Pengertian Ketekunan ..............................................
12
2. Pengertian Belajar....................................................
13
3. Teori-teori Belajar ...................................................
16
4. Jenis-jenis Belajar....................................................
18
5. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Ketekunan
Belajar .....................................................................
22
B. Perilaku Ihsan ................................................................
28
1. Pengertian Perilaku Ihsan.........................................
28
2. Perilaku Ihsan dengan Orang Tua ............................
28
3. Perilaku Ihsan dengan Guru .....................................
31
4. Perilaku Ihsan dengan Teman ..................................
33
5. Perilaku Ihsan dengan Lingkungan Sekitar ..............
34
C. Hubungan Ketekunan Belajar Santri dengan Perilaku Ihsan..............................................................................
BAB III
34
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................
37
1. Situasi dan Kondisi Biografis Madin Nurul Huda ....
37
2. Misi dan Visi Madin Nurul Huda.............................
38
3. Fasilitas dan Sarana Pendidikan Madin Nurul Huda.
38
4. Keadaan guru dan santri Madin Nurul Huda Promasan ...............................................................
xi
39
5. Keuangan.................................................................
40
6. Kendala dan keunggulan Madin Nurul Huda ...........
41
7. Struktur kepengurusan organisasi Madin Nurul
BAB IV
BAB V
Huda ......................................................................
41
B. Penyajian Data...............................................................
42
1. Data Keadaan Responden .........................................
42
2. Data tentang Jawaban Angket Ketekunan Belajar .....
44
3. Data tentang Jawaban Angket Perilaku Ihsan ............
45
ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ............................................................
47
B. Analisis Kedua...............................................................
55
C. Analisis Ketiga ..............................................................
63
D. Analisis Uji Hipotesis ....................................................
66
PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................
68
B. Saran-saran ....................................................................
69
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL Diagram
Struktur Kepengurusan Madin Nurul Huda Promasan Kumpulrejo Salatiga Kota Salatiga .................................
42
Tabel 1
Daftar Nama Responden..................................................
42
Tabel 2
Rekapitulasi Jawaban Angket Ketekunan Belajar ............
44
Tabel 3
Rekapitulasi Jawaban Angket Perilaku Ihsan ...................
45
Tabel 4
Daftar Hasil Angket Tentang Ketekunan Belajar Siswa ...
48
Tabel 5
Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Tentang Ketekunan Belajar Siswa..................................................................
49
Tabel 6
Interval Skor Ketekunan Belajar Siswa............................
52
Tabel 7
Data Nominasi Interval Tentang Ketekunan Belajar Siswa..............................................................................
Tabel 8
52
Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Ketekunan Belajar Siswa..............................................................................
55
Tabel 9
Daftar Angket Tentang Perilaku Ihsan .............................
56
Tabel 10
Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Tentang Perilaku Ihsan
57
Tabel 11
Interval Skor Perilaku Ihsan.............................................
60
Tabel 12
Data Nominasi Interval Tentang Perilaku Ihsan ...............
60
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Perilaku Ihsan ......
63
Tabel 14
Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Ketekunan Belajar Siswa Dengan Perilaku Ihsan..............................
xiii
64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik itu pendidikan formal ataupun non formal. Adapun pendidikan yang sudah memiliki batas-batas dan aturan-aturan tertentu adalah pendidikan formal sebagai contoh yaitu sekolah. Sedangkan pendidikan non formal yaitu pendidikan baru yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah ada, sebagai contoh adalah pendidikan di Madrasah Diniyah. Pendidikan non formal atau luar sekolah merupakan hal yang menarik karena : 1. Pendidikan luar sekolah merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk dan pelaksanaannya berbeda dengan sistem sekolah yang sudah ada 2. Dalam pendidikan luar sekolah terdapat hal-hal yang sama-sama penting bila dibandingkan dengan pendidikan sekolah, seperti: bentuk pendidikan, tujuannya, sasarannya, pelaksanaannya dan sebagainya (Joesoef, s. dan Santoso, s. 1981:1) Jadi, pendidikan luar sekolah (Madrasah Diniyah) juga mempunyai peranan penting dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik, terutama bagi
1
2
siswa untuk dapat menunjang keberhasilan pendidikan agamanya di sekolah. Karena pendidikan di Madrasah Diniyah lebih menekankan pada aspek ukhrowiyah maka ini dapat dijadikan penyeimbang bagi pendidikan duniawiyah. Dalam pendidikan Madrasah Diniyah juga dibutuhkan kerjasama yang kuat antara orang tua/keluarga dengan pihak guru. Karena biasanya siswa SMP/MTs, SMA/MA yang merupakan usia remaja adalah masa gemar bermain untuk lebih mengenal lingkungan luar, sehingga orang tua harus lebih waspada dan lebih protektif lagi dalam mengawasi putra-putrinya. Apabila orang tua sampai teledor maka anak akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan dirinya sendiri bahkan merugikan orang tua. Ini artinya setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengarahkan dan mengawasi putraputrinya terutama mengenai tingkah lakunya dalam pergaulan kesehariannya. Karena usia remaja emosinya belum stabil sehingga dibutuhkan binaan, dorongan dan pengawasan yang lebih agar anak dapat berperilaku sesuai dengan yang diajarkan agama. Salah satu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mengantisipasi agar anak tidak berperilaku yang bertentangan dengan agama yaitu dengan mengikutsertakan anak dalam pendidikan di Madrasah Diniyah. Karena dengan demikian yang akan mengawasi perilaku anak menjadi lebih banyak lagi yaitu dari orang tua sendiri, guru di sekolah dan guru di Madrasah Diniyah. Sehingga peluang anak untuk berperilaku yang bertentangan dengan agama itu kecil.
3
Dari uraian dan pemikiran tersebut, penulis terdorong untuk meneliti seberapa jauh kebenaran konsep di atas dengan melakukan penelitian di Desa Promasan, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga tahun 2010, dengan mengambil judul
“STUDI
BELAJAR
TENTANG
DENGAN
HUBUNGAN
PERILAKU
IHSAN
ANTARA
KETEKUNAN
DALAM
PERGAULAN
SEHARI-HARI”.
B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan judul yang kami tulis, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan makna judul di tas. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1. Ketekunan adalah kekerasan tekat dan kesungguhan hati (Poerwadarminta, 1982:1231) Jadi yang penulis maksud mengenai kesungguhan hati dalam skripsi ini adalah intensitas, kemauan serta kesungguhan siswa dalam mengikuti pendidikan belajar di Madrasah Diniyah. Adapun indikator dari variabel ketekunan belajar siswa adalah: a. Keaktifan dan kerajinan siswa hadir di madrasah b. Kerajinan mencatat mata pelajaran c. Memusatkan perhatian secara penuh saat proses belajar mengajar berlangsung d. Menyiapkan/menggunakan alat tulis saat belajar untuk membuat tanda/catatan penting
4
e. Tidak membaca selama guru menerangkan (Y.B. Sudarmanto, 1993:37) f. Menanyakan mengenai persoalan yang belum jelas g. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 2. Perilaku mengandung arti tanggapan/reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993:755) Perilaku ihsan disini adalah bagaimana penerapan siswa mengenai hasil belajar agamanya di Madin dalam kehidupanya terutama mengenai perilaku dalam kesehariannya Adapun indikator dari variabel perilaku ihsan terhadap orang tua dan guru adalah: a. Selalu mengucapkan salam pada waktu masuk rumah dan kelas b. Mendo’akan orang tua ketika masih hidup dan sesudah meninggal c. Sealu berbusana sopan pada saat di madrasah atau di rumah d. Berbicara sopan pada orang tua, guru dan teman e. Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan yang ditempati
C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana ketekunan belajar santri di Madin Nurul Huda di Promasan Kumpulrejo Salatiga? 2. Bagaimana perilaku ihsan santri dalam pergaulan sehari-hari di Promasan Kumpulrejo Salatiga?
5
3. Adakah hubungan antara ketekunan belajar santri di Madin Nurul Huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari di Promasan Kumpulrejo Salatiga?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan mengadakan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ketekunan belajar santri di Madin Nurul Huda di Promasan Kumpulrejo Salatiga. 2. Untuk mengetahui perilaku ihsan santri dalam pergaulan sehari-hari di Promasan Kumpulrejo Salatiga. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara ketekunan belajar di Madin Nurul huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehai-hari di Promasan Kumpulrejo Salatiga.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya hubungan ketekunan santri mengikuti pendidikan Madrasah Diniyah dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun secara teoritis, yaitu: 1. Secara praktis hal ini akan berarti bagi orang tua dan guru apabila ada hubungan tentang ketekunan siswa mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari dengan orang
6
tua dan guru senantiasa memberikan bimbingan sikap positif terhadap anak/siswa. 2. Secara
teoritik
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
bagi
pengembangan pendidikan.
F. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1992:67). Berdasarkan asumsi sementara, maka hipotesis penelitian ini adalah “ada hubungan yang positif antara ketekunan belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari” artinya semakin tinggi tingkat ketekunan belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda maka peluang perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari juga semakin besar atau tinggi.
G. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah : 1. Populasi dan sample a. Populasi Suharsimi Arikunto memberi pengertian populasi adalah subyek penelitian. Dengan kata lain populasi adalah sekumpulan individu yang menjadi subyek penelitian. Adapun subyek dalam penelitian ini
7
adalah seluruh santri Madrasah Diniyah Nurul Huda di Desa Promasan Kumpulrejo Salatiga. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik menjelaskan “apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih”. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 35 santri yang merupakan siswa SMP/MTs dan SMA/MA yang tergolong usia remaja dimana pada usia ini sudah mampu menerapkan atas ilmu yang dipelajari ke dalam kehidupanya. Dan juga mampu membedakan atas baik buruk perilakunya dalam keseharian. 2. Metode pengumpulan data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode angket Angket yaitu memberikan sejumlah daftar pertanyaan yang harus di jawab dan diisi oleh seluruh santri dengan tujuan untuk memperoleh data dan mengetahui tingkat ketekunan siswa dalam mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku ihsan dalam pergaulan sehai-hari.
8
b. Metode interview (wawancara) Interview yaitu metode yang dipergunakan untuk memperoleh data tentang ketekunan siswa dengan cara mengadakan wawancara secara langsung mengenai hal-hal yang berkenaan dalam kegiatan belajar. Kemampuan dalam memahami pelajaran, cara mengatasi kesulitan baik dengan jalan diskusi, bertanya pada guru, membaca dan memahami serta mendalami materi, kemudian diambil kesimpulan kemudian diberi nilai. c. Metode dokumentasi Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencatat dari catatan/dokumentasi yang ada seperti guru, data santri, daftar nilai, daftar kegiatan, catatan peristiwa atau permasalahan anak, data-data lainnya yang ada kaitannya dengan kegiatan serta hasilnya. 3. Analisis data Setelah penulis memperoleh data, penulis melakukan rekap data kemudian analisis, dalam menganalisis data ini penulis menggunakan dua tahap yaitu: a. Analisis pendahuluan Dalam analisis setelah penulis memperoleh data kemudian penulis akan mengadakan perhitungan awal data yang terkumpul. Dalam hal ini penulis menggunakan perhitungan analisis persentase. Rumus yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
9
P=
F × 100% N
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden b. Analisis uji jipotesis Analisia akhir ini penulis lakukan antara variabel x dan variabel y dengan menggunakan analisis statistik dengan rumus product moment. Variabel x ketekunan siswa mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah, variabel y tentang perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari.
Hasil
dari
hubungan
ketekunan
siswa
mengikuti
pendidikan di Madrasah diniyah dengan perilaku ihsan dalam pergaulan seha-hari atau penggabungan antara variabel x dan variabel y penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
rxy =
NΣxy − (Σx )(Σy )
{NΣx
2
}{
− (Σx ) NΣy 2 − (Σy ) 2
Keterangan : rxy = koefisien korelasi x = jumlah skor total variabel x y = jumlah skor total variabel y x2 = jumlah kuadrat x y2 = jumlah kuadrat y
2
}
10
N = jumlah sampel/obyek yang diteliti
H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam skripsi yang penulis susun terdiri dari 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian, analisis data dan sistematika penyusunan skripsi
BAB II
Landasan Teori Dalam bab ini akan diuraikan: A. Masalah ketekunan belajar siswa yang meliputi: Pengertian ketekunan, pengertian belajar, teori-teori belajar, jenis-jenis belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketekunan belajar. B. Perilaku ihsan yang meliputi: pengertian perilaku ihsan, perilaku ihsan dengan orang tua, perilaku ihsan dengan guru, perilaku ihsan dengan teman dan perilaku ihsan dengan lingkungan sekitar. C. Hubungan antara ketekunan belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari
BAB III Laporan Hasil Penelitian Dalam bab ini akan diuraikan: A. Keadaan umum obyek penelitian, yaitu situasi dan kondisi biogarafi, fasilitas dan prasarana, keadaan guru dan santri,
11
keuangan, kendala dan keunggulan, dan struktur kepengurusan organisasi Madin Nurul Huda. B. Laporan data responden: hasil angket ketekunan belajar santri dan hasil angket perilaku ihsan BAB IV Analisis Data A. analisis pertama/pendahuluan B. Analisis lanjutan/uji hipotesis BAB V
Penutup A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ketekunan Belajar 1. Pengertian ketekunan Ketekunan adalah kekerasan tekat dan kesungguhan hati (Poerwadarminta, 1982:1035). Artinya bekerja, belajar, dan berusaha semaksimal mungkin, sehingga dengan kesungguhan hati dan tekat yang kuat bisa dijadikan sebagai teladan bagi oranng lain dan memberikan hasil kepada dirinya sendiri. Siswa yang memiliki tingkat ketekunan tinggi, dia akan lebih konsentrasi pada setiap pelajaran yang diberikan oleh guru maupun lingkungan
sekitarnya,
dengan
cara
mencermati,
merenungkan,
menganalisis, kemudian memilih mana yang baik untuknya dan mana yang harus ditinggalkan. Biasanya siswa yang tingkat ketekunanya tinggi sangat peka dan sensitif sekali terhadap lingkunganya, dia pandai membaca situasi,mampu mengambil keputusan yang tepat, cepat namun terkesan tenang, tanpa ada unsur keterpaksaan. Artinya bahwa sesuatu yang telah ada dikembangkan seoptimal mungkin pada dirinya. Hal itu merupakan satu langkah untuk menunjukkan kemampuan (potensi) yang dimiliki sekaligus sebagai penyosialisasian diri terutama dalam dunia pendidikan. Karena dalam pendidikan mempunyai tujuan yang sangat penting yaitu :
12
13
a. Menumbuhkan dan mengembangkan ketaqwaan. Firman Allah :
ΝçFΡr&uρ āωÎ) ¨è∫θèÿsC Ÿωuρ ϵÏ?$s)è? ¨,ym ©!$# (#θà)®?$# (#θãΨtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩⊇⊃⊄∪ tβθßϑÎ=ó¡•Β Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Q.S Ali Imron, ayat: 102) (Depag RI, 2003: 50) b. Menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah. Firman Allah:
∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 āωÎ) }§ΡM}$#uρ £Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ… Artinya: “…dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Q.S Ad-Dzariyat, ayat 56) (Depag RI, 2003: 417) c. Menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu amar makruf nahi mungkar. Firman Allah:
∩⊂∪⊃.... ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Í×‾≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi....”(Q.S Al Baqarah, ayat: 30) (Depag RI, 2003: 6) 2. Pengertian belajar Pada dasarnya belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, bergaul dengan orang, memegang benda, dan dalam menghadapi berbagai peristiwa. Orangnya harus aktif sendiri, melibatkan sendiri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Misalnya setiap guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa dalam kelas, belum berarti siswa
14
sedang belajar, selama siswa tidak melibatkan diri, dia tidak akan belajar, maka supaya terjadi belajar, dituntut orang melibatkan diri, harus ada interaksi aktif. Dari beberapa uraian di atas pengertian belajar menurut beberapa pendapat para ahli dirimuskan sebagai berikut: a. Menurut W.S Winkel belajar pada manusia adalah meripakan suatu aktifitas mental/psikis. Yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap, perubahan ini bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1997: 36). b. Menurut Gagne (1994) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu
organism
berubah
perilakunya
sebagai
akibat
pengalaman (Dahar, 1989:11). c. Menurut Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati dalam bukunya mengatakan, belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkunganya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Usman dan Setiawati, 1993:4). d. Menurut Arno F. Wittingh (1981) di dalam bukunya “Psychological of Learning” mendefinisikan belajar sebagai relati any relatively permanent change in an organism’s behavior repertoire that occurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif tetap yang terjadi segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil penalaman (Djamal, 2002: 26).
15
e. Menurut Cronbach, dalam buku Educational Psychology menyatakan Learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar yang terbaik menurut Cronbach harus dilakukan dengan mengalami secara langsung. Definisi yang singkat dan cenderung menekankan proses atau tujuan dari belajar itu sendiri dikemukakan oleh Stephen A. Courine, yang mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Pengertian belajar yang lain lebih menekankan pada hasil dikemukakan oleh Crow dan Crow yang memberikan pengertian belajar mengacu pada diri aktifitas belajar itu sendiri, yaitu belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Sementara Witherington dalam Educational Psychology mengatakan bahwa belajar sebagai perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanifestasikan dalam perubahan penggunaan pola-pola respon atau tingkah laku yang baru, nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan atau pemahaman. Berbagai definisi dan pengertian belajar di atas membawa pada suatu pengertian dan dapat diambil pokok-pokok penting yang menggambarkan atau menunjukkan karakteristik dari belajar. a. Belajar membawa perubahan baik potensial maupun aktual. Namun harus dipahami bahwa tidak semua perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari perbuatan belajar.
16
b. Perubahan hasil belajar dicirikan dengan diperolehnya kecakapan baru yang bersifat positif fungsional. c. Perubahan hasil belajar terjadi karena usaha, artinya dilakukan dengan sengaja (Yanti, 2003:5-7). 3. Teori-teori belajar Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa masalah belajar adalah bersifat komplek, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi berbagai sumber baik dalam maupun luar manusia. Maka dari itu muncullah berbagai macam pendapat tentang berbagai teori belajar. Berikut ini akan dibahas beberapa teori belajar antara lain: a. Teori belajar menurut konsepsi ahli-ahli ilmu jiwa daya Disebut juga vermogons-psychology atau the faculty psychology. Menurut teori ini jiwa manusia mempunyai daya-daya misalnya: daya mengenal, daya mengingat, daya berfikir, daya fantasi dan sebagainya. b. Teori tanggapan Yang mengemukakan teori ini adalah Herbart, teori tanggapan yaitu unsure siswa yang paling sederhana adalah tanggapan. Menurut Herbart orang pandai adalah orang yang mempunyai banyak tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. c. Teori assosiasi dari Thorndike disebut juga teori sarbond Yaitu suatu perbuatan yang menimbulkan respons pada anak. d. Teori trial and error Yaitu teori yang tidak berdasarkan insight.
17
e. Teori Medan dari Lewin Yaitu mencegahkan masalah dengan meletakkan persoalan pada suatu medan context, sehingga terpecahkan masalah. f. Teori gestalt Belajar yang penting adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. g. Teori behaviourisme Yaitu pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat diamati, yaitu berupa tingkah laku. h. Teori belajar menurut J. Brunner Sekolah sebaiknya dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. i. Teori belajar menurut Piaget Dalam perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama benda, dan adaptasi yaitu sutu rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu debagai hasil interaksi dengan dunia sederhana. j. Teori dari R. Gagne Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori yang disebut “The Domains of Learning” yaitu: 1) Ketrampilan motoris (motor skill)
18
2) Informasi verbal 3) Kemampuan intelektual 4) Strategi kognitif k. Purposeful Learning Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan yang dilakukan sendiri tanpa perintah atau bimbingan orang lain dan dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi sekolah. l. Belajar dengan jalan mengamati dan meniru (Observational Learning and Imitation) Menurut Bandura Aan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model, contoh atau teladan. m. Belajar yang bermakna (Meaning Learning) Dalam reception learning semua bahan yang harus dipelajari, diberikan dalam bentuknya yang final (bentuk yang sudah jadi) dalam bahan yang sudah disajikan (ekpositori material) (Slameto, 1987:8-25) 4. Jenis-jenis belajar Setelah di pahami bahwa belajar itu ialah suatu proses usaha yamg di lakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi denagn lingkungannya. Banyak orang yang melakukan belajar dan banyak ragam lingkungan yang ada di sekelilingnya. Sekaligus banyak
19
situasi yang memberikan suasana untuk proses belajar tersebut. Maka lahirlah berbagai jenis perbuatan yang disebut dengan belajar. a. Belajar dengan wawasan (Learning by insight) Kosep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang tokoh psychology Gestalt pada permulaan tahun 1917. Sebagai suatu konsep wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Dan meskipun W. Kohler sendiri dalam menerangkan wawasan berorientasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingkah laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinsipil ditentang oleh penganut aliran neobehaviorisme. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian satu persoalan. Sedangkan bagi kaum neobehavorisme (antara lain C. E Osgood) menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus respons (S-R). b. Belajar diskriminatif (Discriminative Learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha yang memiliki beberapa sifat situasi stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan perngertian ini maka dalam
20
eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan. c. Belajar global/keseluruhan (Global Whole Learning) Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan dan berulang sampai individu menguasainya, lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt. d. Belajar insidental (Incidental Learning) Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (Intensional). Sebab dalam belajar incidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut incidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang di berikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Dalam kehidupan sehari-hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting. e. Belajar instrumental (Instrumental Learning) Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi individu (murid) yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah kepada apakah individu tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tingkattingkat kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Disini
21
individi diberi hadiah bila bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu. f. Belajar intensional (Intentional Learning) Belajar dengan arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental. g. Belajar laten (Latent Learning) Dalam laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut dengan laten. Selanjutnya eksperimen yang dilakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat (reinforcement) dalam belajar. h. Belajar mental (Mental Learning) Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain. i. Belajar produktif (Productive Learning) R. Berguis (1964), memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentrasfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi yang lain.
22
j. Belajar verbal (Verbal Learning) Adalah belajar yang mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan (Chalidjah, 1994: 88-92). 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketekunan belajar Ketekunan bukanlah sesuatu yang dimiliki seseorang begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan. Selanjutnya sesuai dengan umur, maka ketekunanpun berubah dalam bentuk dan isi. Oleh karena itu, tiap-tiap tingkat umur manusia mempunyai ketekunan masing-masing. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ada dua macam yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri (Roestiyah, 1986: 151) Faktor ini meliputi: 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. 2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan atau yang diperoleh, faktor ini terdiri atas: a) Faktor intelek yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
23
b) Faktor non intelek yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. (Roestiyah,1986: 151) b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada dari luar si anak (Usman, dkk, 1993:10) Faktor ini meliputi: 1) Faktor keluarga Keluarga sangat menentukan sekali pola tingkah laku anak, bagaimana orang tua mendidik anak, hubungan anggota keluarga, keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan keluarga sangat harmonis tanpa konflik akan memberi dorongan anak untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di madrasah yang didudukinya, anak dapat hidup tenang, nyaman, tanpa terusik oleh kondisi lingkungan keluarga di rumah. 2) Faktor sekolah a) Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang dibawakan oleh guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar anak yang tidak baik pula. Ini terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga keterangan guru menjadi kurang jelas dan akibatnya siswa menjadi malas belajar. Agar siswa dapat
24
belajar dengan baik, maka metode pembelajaran harus diusahakan tepat, efisien dan efektif. b) Relasi guru-siswa Relasi guru siswa yang baik akan membuat siswa menjadi menyukai guru, juga mata pelajaran yang diberikannya, sehingga siswa berminat dengan sebaik-baiknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Siswa menjadi jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. c) Relasi siswa dengan siswa Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap ketekunan belajar siswa. 3) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap ketekunan belajar murid, pengaruh ini terjadi karena keberadaan dalam masyarakat. a) Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya, tetapi jika siswa terlalu banyak ambil kegiatan dalam kegiatan masyarakat akan terganggu belajarnya, lebihlebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu, perlu kiranya membatasi siswa dalam masyarakat.
25
b) Media massa Media yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya, begitu pula sebaliknya. Adapun media-media tersebut adalah bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku komik dan lain-lain. Jadi perlu sekali siswa mendapatkan bimbingan yang cukup bijaksana baik dari pihak pendidik maupun orang tua. c) Teman bergaul Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan mempunyai teman bergaul yang baik, pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua atau pendidik harus cukup bijaksana. d) Bentuk kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap ketekunan siswa, masyarakat yang terdiri dari orang yang tidak terpelajar akan berpengaruh jelek terhadap anak yang belajar di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, baik-baik, antusias dengan citacita yang luhur, maka akan terpengaruh dengan apa yang ada di sekitarnya, adalah perlu mengusahakan dengan lingkungan belajar yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap anak didik atau siswa, sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
26
4) Sikap siswa di sekolah Ketekunan belajar siswa diartikan sebagai suatu kekuatan pendorong bagi siswa untuk lebih aktif dan bersungguh dalam menuntut ilmu di madrasah baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar. Pola tingkah laku siswa yang memiliki ketekunan belajar adalah sebagai berikut: a) Aktif mengikuti pelajaran b) Memperhatikan penjelasan guru c) Kerajinan mencatat mata pelajaran d) Kesediaan bertanya terhadap hal-hal yang belum jelas e) Tekun berlatih f) Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya g) Mencatat hah-hal yang dianggap penting h) Kerajinan belajar di rumah Jadi sikap-sikap tersebut jika diterjemahkan ke dalam kehidupan sehari-hari di madrasah dalam menjalani interaksi hubungan dengan guru adalah sebagai berikut: a) Menghormati guru Guru sebagai tenaga pengajar sekaligus yang melayani semua kebutuhan siswa dalam hal belajar, sudah sepantasnya atau wajib untuk dihormati. Rasa hormat tersebut dapat diharapkan dengan cara selalu bersikap sopan, mengajukan pertanyaan
27
dengan santun, mengerjakan perintah, menjauhi larangan dan sebagainya. b) Melaksanakan perintah dan larangan guru Pada dasarnya perintah dan larangan guru merupakan sebuah undang-undang di madrasah. Siswa wajib melaksanakan dan menjauhi larangan guru selama tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada karena itu demi kemajuan siswa itu sendiri. c) Masuk dan keluar kelas sesuai dengan peraturan Kelancaran proses belajar mengajar banyak ditentukan oleh siswa sendiri, salah satunya adalah tingkat kerajinan siswa masuk dan keluar kelas. Siswa yang terlambat masuk kelas akan mendapat banyak perhatian dari teman-temannya sehingga
mengganggu
kegiatan
belajar
mengajar
yang
menyebabkan hilangnya konsentrasi atau mengurangi minat belajar mengajar dari teman-temannya. Bagi siswa diharuskan konsisten untuk datan tepat waktu sebelum
gurunya dan
apabila datang terlambat hendaknya duduk di bagian belakang. d) Ikut menjaga nama baik madrasah Nama baik madrasah sangat ditentukan oleh pihak-pihak terkait anggota madrasah tersebut, guru dan siswa sangat bertanggung jawab atas kemajuan dan kemunduran madrasah.
28
B. Perilaku Ihsan 1. Pengertian perilaku ihsan Perilaku adalah tingkah laku, tanggapan seseorang terhadap lingkungan. Ihsan artinya baik. Dari definisi di atas maka dalam benak kita muncul istilah etika, etika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan tentang manusia. Etika atau ethich berasal dari kata-kata Yunani : ”Ethos” artinya kebiasaan. Ia membicarakan tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti adat, melainkan tata adab, yaitu berdasar pada inti sari/sifat dasar manusia; baik-buruk. Jadi dengan demikian etika ialah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik-buruknya (Ahmad, 1997:15). Jadi perilaku ihsan di sini adalah keadaan siswa berperilaku baik dalam kesehariannya. a. Perilaku ihsan dengan orang tua Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anakanak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemunkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan
29
dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak (Daradjat, 1984:35). Perwujudan dari akhlak mahmudah salah satunya berbuat baik pada orang tua yang meliputi segala aspek, baik dalam tindak tanduk, ucapan, bertingkah laku sopan, lemah lembut, dan anak harus mendo’akan orang tua supaya rahmad Allah dilimpahkan kepadannya. Firman Allah: QS. Lukman: 14
’Îû …çµè=≈|ÁÏùuρ 9÷δuρ 4’n?tã $Ζ÷δuρ …絕Βé& çµ÷Fn=uΗxq ϵ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ/ z≈|¡ΣM}$# $uΖøŠ¢¹uρuρ ∩⊇⊆∪ çÅÁyϑø9$# ¥’n<Î) y7÷ƒy‰Ï9≡uθÎ9uρ ’Í< öà6ô©$# Èβr& È÷tΒ%tæ Artinya:“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu”(Q.S lukman, 14) (Daradjat, 1995:158 ). Firman Allah : ∩⊄⊂∪ 4 $Ζ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ çν$−ƒÎ) HωÎ) (#ÿρ߉ç7÷ès? āωr& y7•/u‘ 4|Ós%uρ Artinya : “. . . . Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan sebaik-bamenyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya . . . .”(Q.S. Al- Israa’:23) (Ilyas, 1999 :148 ). Di antara ajaran akhlaq Islam yang berkenaan dengan anak pada ibu bapak, terdapat pula pada mutu menikam nasehat-nasehat Lukman kepada puteranya, karena sangat penting, maka Islam mengabadikannya di dalam Al-Qur’an. Adapun nasehat-nasehat
30
Lukman kepada puteranya yang diabadikan dalam Al-Qur’an, terdapat dalam Surat Luqman ayat 13 sampai dengan 19. Dan yang berkaitan dengan akhlak adalah ayat 14, 15, 17, 18, dan 19 yaitu sebagai berikut: 1) Berbuat baiklah kepada ibu bapakmu, terutama ibu. Betapa amat susah
payahnya
ibumu
menghamilkanmu,
dan
kemudian
melahirkanmu dan menyapihmu dalam usia dua tahun (Ayat 14). 2) Jangan kau ikuti ibu bapakmu, kalau keduanya menyuruhmu mengerjakan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan agama Islam, seperti mempersekutukan Tuhan dan lain sebagainya. Namun kamu tetap berkewajiban membina hubungan baikmu dengan keduanya di dunia (Ayat 15). 3) Dirikanlah sholat, kerjakan amar ma’ruf nahi mungkar, dan sabarlah atas apa yang menimpa dirimu (Ayat 17). 4) Janganlah kamu congkak dan sombong, dalam berjalan dan dalam bergaul dengan orang lain. Kesombongan tidak disukai oleh Allah (Ayat 18). 5) Sederhanakanlah cara berjalanmu, begitu juga bersuara dan berkata-katamu. Suara terburuk adalah suara keledai (Ayat 19) (Tatapangarsa, 1991:101). Adapun cara bagi seorang anak untuk mewujudkan perilaku ihsan dengan orang tua yaitu sebagai berikut:
31
1) Mengikuti keinginan orang tua dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainya. 2) Menghormati dan memuliakan orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa keduanya yang tidak bisa dinilai dengan apapun. 3) Membantu orang tua secara fisik dan materiil. 4) Mendo’akan orang tua semoga diberi oleh Allah keampunan dan rahmat. 5) Setelah orang tua meninggal dunia, maka birrul walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain: a) Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya b) Melunasi hutang-hutangnya c) Melaksanakan wasiat d) Meneruskan silaturrahim yang dibinanya selagi hidup e) Memuliakan sahabat-sahabatnya f) Mendo’akanya (Ilyas, 1999:152-156) b. Perilaku ihsan dengan guru Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu (guru dan ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keuruhan hidup. Firman Allah :
∩⊇⊇∪ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ
32
Artinya: “….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat . . ..” (Q.S. Al-Mujadilah: 11) (Daradjat, dkk, 1996: 40). Tabrani meriwayatkan dari Abi Umamah ra. Ia berkata: “Rosulullah SAW bersabda: sesungguhnya Luqman berkata kepada anaknya, wahai anakku engkau harus banyak bergaul dekat dengan para
ulama.
Dengarkan
juga
perkataan
para
ahli
hikmah.
Sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana ia menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan” (Abdul Hafizh, 1992: 182). Guru adalah orang yang sangat mulia karena pekerjaan mengajar atau mendidiknya. Selain itu kemuliaan guru disebabkan juga karena kealiman/kepandaianya. Dan guru juga orang yang sangat besar jasanya karena pekerjaan guru ialah mengajarkan ilmu. Sedang ilmu adalah satu hal yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan juga yang membedakan manusia dari hewan. Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua daripada muridnya, sedang orang yang muda wajib menghormati kepada yang lebih tua (Tatapangarsa, 1991: 117-118). Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya bertaqwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmaniahnya, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa nasional (Daradjat, dkk, 1996:41).
33
Adapun di antara akhlak guru tersebut adalah : 1) Mencintai jabatanya sebagai guru 2) Berbuat adil terhadap semua murid 3) Berlaku sabar dan tenang 4) Guru harus berwibawa dan harus selalu gembira 5) Bekerja sama dengan guru-guru lain dan dengan masyarakat Untuk itu perilaku ihsan siswa yang harus diterapkan antara lain: 1) Bila bertemu berjabat tangan dan mengucap salam 2) Selalu menghormati dan menaati nasehat guru 3) Menghormati guru di manapun berada 4) Berkata sopan, lemah lembut dan selalu mendoakan guru disetiap habis sholat c. Perilaku ihsan dengan teman Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang lain. Seperti juga anak/siswa di madrasah, ia pasti membutuhkan teman bergaul. Namun Islam mengajarkan
bahwa
sebelum
seseorang
berteman
hendaknya
memeriksa terlebih dahulu watak dan perilaku temanya: apakah temanya itu berwatak baik atau buruk. Jika ia berwatak baik, maka kita dianjurkan untuk bergaul dengannya. Tetapi jika ia berwatak buruk, sementara kita bermental lemah dan tidak mempunyai pendirian kuat,
34
maka hendaknya kita menjauhinya. Sebab tidak mungkin kita akan ikut terseret meniru perbuatan buruknya (Salamullah, 2008:93). Untuk itu perilaku ihsan yang harus dibiasakan di madrasah diantaranya: 1) Suka menolong dan saling menyayangi 2) Menciptakan suasana yang harmonis dalam berteman 3) Saling mengingatkan dan saling menasehati 4) Manyatukan teman yang berselisih d. Perilaku ihsan dengan lingkungan sekitar Siswa yang memiliki dasar agama yang kuat akan selalu berbuat baik di mana saja berada, di rumah maupun di sekolah. Mereka tidak akan terpengaruh terhadap perilaku yang tidak baik, sebagai contoh: suka membolos, berkata tidak sopan, selalu berbuat gaduh dan bikin onar. Adapun perilaku ihsan yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah atau di lingkungan rumah adalah: 1) Menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan 2) Menjalin kerukunan dan persaudaraan 3) Turut menjaga keamanan lingkungan 4) Selalu menjaga nama baik lingkungan yang di tempati 5) Membiasakan berinfaq/bershodaqoh
C. Hubungan Ketekunan Belajar Siswa dengan Perilaku Ihsan
35
Sebagaimana disebut pada uraian di depan, bahwa ketekunan belajar mempunyai hubungan yang positif dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari. Ini karena belajar di Madrasah Diniyah merupakan upaya untuk mengantisipasi atas tindak tanduk siswa dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa tekun belajar, ini artinya siswa tidak akan mempunyai waktu luang untuk bermain-main karena waktunya semua untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun di Madrasah Duniyah. Pendidikan di Madrasah Diniyah adalah upaya pembentukan perilaku yang islami sehingga dapat di jadikan penyeimbang bagi pendidikan di sekolah formal. Dan juga belajar agama di Madrasah Diniyah dapat di jadikan patokan bagi perilaku siswa, karena siswa yang belajar dengan tekun mampu mengambil hikmah atas belajarnya tersebut. Yaitu tau dan mengerti bagaimana perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan mana yang tidak sesuai. Sehingga apabila siswa berperilaku menyimpang dengan ajaran agama, siswa itu mampu mengoreksi diri dan mengendalikannya sesuai dengan tujuan belajarnya di Madrasah Diniyah, karena selain kewajiban menuntut ilmu agama, tujuan belajar di Madrasah Diniyah adalah untuk membentuk perilaku ihsan siswa dalam kesehariannya. Belajar tanpa adanya tujuan, minat dan motivasi merupakan tindakan yang tidak ada gunanya, karena tidak ada batasan yang jelas. Itu sebabnya para ahli pendidikan sangat menekankan masalah pentingnya tujuan pendidikan/tujuan belajar tersebut. Seperti yang di katakana Zuhairini bahwa tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena tujuan
36
merupakan arah yang hendak di tuju oleh pendidikan itu (Zuhairini, dkk, 1991:40). Dalam hal tersebut, faktor internal yang ada pada diri siswa sangat mempengaruhi banyak hal, terutama yang berkaitan dengan perilaku kesehariannya, tetapi juga tidak bisa lepas dari faktor eksternal karena faktor eksternal dapat di jadikan pengarah, pengawas sekaligus pengendali bagi siswa apabila terjadi perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Situasi dan Kondisi Biografi Madin Nurul Huda Madrasah Diniyah Nurul Huda berdiri pada tahun 1992 dan berdiri di atas tanah bapak Irfandi yang tepat terletak di RT.02 RW. 02 di Desa Promasan Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Adapun lingkungan madrasah tersebut di tengah-tengah perkampungan sebelah timur musholla RT.3, menempati tanah seluas 140 m, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara
: Desa Tetep Kec. Argomulyo
b. Sebelah selatan
: Desa Salam Kec. Argomulyo
c. Sebalah timur
: Desa Raduacir Kec. Argomulyo
d. Sebelah barat
: Desa Slumut Kec. Argomulyo
Adapun tujuan didirikanya Madin Nurul Huda adalah ; a. Membentuk generasi penerus yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. b. Membantu mengembangkan potensi santri dengan Pendidikan Agama Islam. c. Menguasai dasar-dasar ilmu Agama. d. Menanamkan perilaku yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
37
38
2. Visi dan Misi Madin Nurul Huda a. Visi Madin Nurul Huda Promasan adalah: “Terwujudnya pendidikan keagamaan yang berkualitas, berdaya saing dan mampu menjadi pusat unggulan pendidikan agama Islam dan pengembangan masyarakat dalam rangka pembentukan watak dan kepribadian santri sebagai muslim yang taat dan warga Negara yang baik”. b. Misi Madin Nurul Huda Promasan adalah: “Meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan sistem pembelajaran serta peningkatan sumber daya pendidikan
serta
membekali dan menerapkan syariat agama Islam”. Jadi dengan berdirinya Madin Nurul Huda di Promasan, masyarakat sangat terbantu karena anak-anak mereka berada dalam lingkup pendidikan agama sehingga tidak ada kekhawatiran anak-anak mereka terjun dalam pergaulan dunia luar yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Dan Madin Nurul Huda berdasarkan fungsi adalah sebagai Suplemen karena sebagian besar santri/siswanya adalah dari madrasah/ sekolah. 3. Fasilitas dan Sarana Pendidikan di Madin Nurul Huda Dalam suatu lembaga, baik lembaga pendidikan maupun lembaga non pendidikan, fasilitas merupakan kebutuhan primer, apalagi dalam lembaga pendidikan fasilitas yang mendukukung untuk membantu terlaksananya tujuan yang telah ditentukan. Setelah penulis mengadakan
39
observasi dan interview seperlunya maka dapat dikemukakan fasilitas pendidikan yang ada di Madin Nurul Huda Promasan. a. Keadaan Gedung Madrasah 1) Bangunan gedung
: permanen
2) Status kepemilikan
: milik sendiri
b. Keadaan ruang dan sarana pendidikan terdiri dari: 1) 6 ruang belajar 2) 5 meja guru 3) 25 meja santri 4) 5 kursi guru 5) 1 WC santri 6) 1 buah pengeras suara 7) 2 buah jam dinding 8) Buku teks santri 9) Buku pedoman guru c. Sarana olah raga 1 buah meja tennis 4. Keadaan guru dan santri Madin Nurul Huda Promasan a. Keadaan guru Madin Nurul Huda Promasan mempunyai 14 ustadz dan 4 ustadzah, yang terdiri dari 5 lulusan SLTP/ Wustha, 6 lulusan SLTA/ Ulya, 5 lulusan Diploma/ Ma’had Aly dan 2 yang masih menyelesaikan pendidikan tingkat S1 di STAIN Salatiga.
40
b. Keadaan santri Adapun jumlah santri Madin Nurul Huda Promasan adalah: TPA
: 30 santri
Kelas 1
: 18 santri
Kelas 2
: 17 santri
Kelas 3
: 21 santri
Kelas 4
: 15 santri
Kelas 5
: 20 santri
Kelas 6
: 10 santri
Kelas 7
: 12 santri
Jumlah
: 132 santri
Adapun kurikulum yang digunakan di Madin Nurul Huda adalah disusun sendiri dan waktu belajarnya adalah kombinasi (pagi dan sore). Waktu belajar santri Madin Nurul Huda adalah : Sore
: Jam 16.00 – 17.30 WIB
Malam
: Jam 18.30 – 21.00 WIB
Pagi
: Jam 05.00 – 06.00 WIB
5. Keuangan Untuk belajar di Madin Nurul Huda tidak dikenakan uang pangkal (awal masuk). Tapi dikenakan biaya bulanan (SPP) sebesar Rp. 5.000,untuk kelangsungan proses belajar mengajar. Dan bagi guru tidak ada honor perbulan jadi Lillahi Ta’ala. Jadi apabila ada suatu acara yang membutuhkan dana yang besar pihak Madin mengadakan musyawarah
41
terhadap wali santri dan meminta dana dari pihak tokoh masyarakat. Dan acara tersebut terjadi pada setiap akhir tahun menjelang bulan ramadhan yaitu penggalian dana untuk akhirussanah santri Madin. 6. Kendala dan keunggulan Madin Nurul Huda Adapun yang menjadi kendala/ hambatan bagi kelangsungan belajar mengajar di Madin adalah orang tua sering kali tidak memperhatikan tentang keaktifan belajar anak dan juga kurang memperhatikan keaktifan dalam pembayaran SPP sehingga menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terhambat karena dalam proses belajar membutuhkan kapur dan peralatan belajar lainya. dan dari pihak santri, seringkali santri tidak hadir dalam proses belajar mengajar karena menganggap enteng bahwa belajar dalam waktu yang singkat mudah dikejar. Dan yang menjadi keunggulan/ kelebihan Madin Nurul Huda adalah Madin mampu menghasilkan qori’-qori’ah karena seminggu sekali ada pelatihan qiro’ah yang mengambil guru dari luar.dan yang pasti mewujudkan generasi yang berakhlakul karimah 7. Struktur kepengurusan organisasi Madin Nurul Huda Adapun struktur kepengurusan organisasi Madin Nurul huda adalah:
42
Diagram Struktur Kepengurusan Madin Nurul Huda Promasan Kumpulrejo Salatiga Pengasuh K. Irfandi Ketua Saikun Abdullah
Sekretaris M.Kholid
Kabag. TPA Nur Hadi
Kabag. Madin Nur Syahid
Bendahara Siti Malikah
Sie. Perlengkapan Mahmudi
Sie. Keamanan Ahmadi
Sie. Humas Daromi
B. Laporan Data Penelitian 1. Data keadaan responden Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang ketekunan belajar siswa dan data tentang perilaku ihsan. Adapun daftar nama-nama siswa yang di Desa Promasan Kumpulrejo Salatiga yang terpilih sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Daftar Nama Responden No 1
Nama Siswa Atina Amalia Sulha
Sekolah SMPN 3 Salatiga
2
Dyah Wahyu Ningsih
SMPN 6 Salatiga
3
Ida Zulfiana
SMPN 6 Salatiga
4
Faradina Febtiyana
SMPN 3 Salatiga
5
Andy Setiawan
MTs Amal Sholeh Sumogawe
6
Irfan Anyorida
SMPN 6 Salatiga
43
No 7
Nama Siswa Eka Wulandari
Sekolah SMPN 6 Salatiga
8
Sri Lestari
MTs Amal Sholeh Sumogawe
9
M. Ibnul Aufa
MTs N Salatiga
10
Eko Fatmawati
SMPN 10 Salatiga
11
Andika Mega saputra
SMPN 2 Getasan
12
Siti Wahyu Murni
MTs Amal Sholeh Sumogawe
13
Mar'atus Sholihah
MTs Amal Sholeh Sumogawe
14
Alviatus Rofi'ah
MTs Amal Sholeh Sumogawe
15
Taufiqurrahman
MTs N Salatiga
16
Yulianto
SMPN 10 Salatiga
17
Fathul Hakim
MTs N Salatiga
18
Fatimah
MAN 1 Salatiga
19
Aminatun Chasanah
SMPN 6 Salatiga
20
Sholihatun
SMK Sultan Fattah Salatiga
21
Aini Afifatun
MTs N Salatiga
22
Latifatul Fadliyah
MTs Amal Sholeh Sumogawe
23
Maftukhan
MAN 1 Salatiga
24
Khoirin Nisa'
SMPN 6 Salatiga
25
Farhan Sabikin
MTs N Salatiga
26
Febi Ramadhani
MTs N Salatiga
27
Meiratul Insiyah
MTs Amal Sholeh Sumogawe
28
Shomi Shahrurrizki
MTs Amal Sholeh Sumogawe
29
Agus Setiawan
SMPN 6 Salatiga
30
Khafidz
MTs Amal Sholeh Sumogawe
31
Tyas Kurniawati
SMPN 10 Salatiga
32
Eka Pratama
SMPN 6 Salatiga
33
Ni'matul Izzah
MTs Amal Sholeh Sumogawe
34
Ariana Sadi Miranda
MTs Amal Sholeh Sumogawe
35
Umi Kamilah
MTs N Salatiga
44
2. Data tentang jawaban angket ketekunan belajar Adapun hasil penyebaran angket tentang ketekunan belajar dapat dilihat dari tabel berikut Tabel 2 Rekapitulasi Jawaban Angket Ketekunan Belajar No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
2
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
3
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
4
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
5
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
6
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
7
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
8
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
9
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
11
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
12
A
A
A
A
A
B
A
A
C
A
13
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
14
A
B
A
B
C
A
A
A
A
A
15
A
A
A
B
C
A
A
A
A
A
16
A
B
B
B
B
A
C
B
C
A
17
A
B
B
B
B
A
B
B
C
A
18
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
19
A
B
A
A
B
A
A
B
A
C
20
B
A
B
A
A
C
B
B
B
B
21
A
C
A
A
A
B
A
A
A
A
22
A
A
A
A
A
A
A
B
C
A
45
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
23
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
24
A
C
B
A
B
B
C
B
C
B
25
A
A
C
A
B
B
B
A
A
A
26
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
27
B
A
B
B
A
B
A
A
A
C
28
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
29
A
C
A
B
A
A
A
A
A
A
30
A
B
B
B
A
B
A
C
B
A
31
A
B
A
A
C
B
B
A
A
A
32
A
A
A
A
A
C
A
A
A
B
33
A
A
A
B
B
C
A
B
B
B
34
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
35
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
3. Data tentang jawaban angket perilaku ihsan Adapun hasil penyebaran angket tentang perilaku ihsan siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Rekapitulasi Jawaban Angket Perilaku Ihsan No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
2
B
A
A
A
A
B
A
A
A
C
3
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
4
A
B
B
A
A
A
A
A
A
C
5
A
A
A
A
A
C
A
A
A
B
6
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
7
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
8
A
A
A
A
A
B
C
B
B
B
46
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
11
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
12
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
13
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
14
A
A
A
A
A
A
A
C
A
C
15
A
A
B
A
A
B
B
A
B
C
16
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
17
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
18
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
19
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
20
A
B
B
B
B
C
B
C
A
C
21
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
22
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
23
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
24
B
B
B
B
A
A
B
A
C
B
25
A
A
A
C
A
A
B
A
A
B
26
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
27
B
A
B
B
B
A
B
A
A
C
28
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
29
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
30
B
B
A
B
A
A
B
B
C
C
31
B
B
A
A
A
B
A
A
A
C
32
A
A
A
A
C
B
B
A
B
B
33
B
B
A
A
B
B
C
A
A
B
34
B
B
A
A
A
A
C
A
A
A
35
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
BAB IV ANALISA DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun yang akan penulis analisis adalah sebagai berikut : 1. Ketekunan belajar santri dalam mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah 2. Perilaku ihsan responden dalam pergaulan sehari-hari 3. Hubungan antara ketekunan belajar di Madin Nurul Huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehai-hari di Promasan Kumpulrejo Salatiga.
A. Analisis Pertama Analisis data mengenai ketekunan belajar santri diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan. Masing-masing pertanyaan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 2. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 3. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Adapun langkah-langkah yang diambil dalam analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale pada variabel korelasi antara ketekunan belajar santri dengan perilaku ihsan responden
47
48
2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Memprosentasikan jawaban 4. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden
Tabel 4 Daftar Hasil Angket Tentang Ketekunan Belajar Santri No Item
No. Resp 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
6
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
8
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
11
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
12
3
3
3
3
3
2
3
3
1
3
13
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
14
3
2
3
2
1
3
3
3
3
3
15
3
3
3
2
1
3
3
3
3
3
16
3
2
2
2
2
3
1
2
1
3
17
3
2
2
2
2
3
2
2
1
3
18
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
19
3
2
3
3
2
3
3
2
3
1
49
No Item
No. Resp 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
2
3
2
3
3
1
2
2
2
2
21
3
1
3
3
3
2
3
3
3
3
22
3
3
3
3
3
3
3
2
1
3
23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
24
3
1
2
3
2
2
1
2
1
2
25
3
3
1
3
2
2
2
3
3
3
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
2
3
2
2
3
2
3
3
3
1
28
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
30
3
2
2
2
3
2
3
1
2
3
31
3
2
3
3
1
2
2
3
3
3
32
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
33
3
3
3
2
2
1
3
2
2
2
34
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
35
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
Tabel 5 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Tentang Ketekunan Belajar Santri No
No Responden
1
001
2
002
3
003
4
004
5
005
Jawaban
Nilai
Total
A
B
C
3
2
1
10
0
0
30
0
0
30
10
0
0
30
0
0
30
9
0
1
27
0
1
28
10
0
0
30
0
0
30
10
0
0
30
0
0
30
50
No
No Responden
6
006
7
007
8
008
9
009
10
010
11
011
12
012
13
013
14
014
15
015
16
016
17
017
18
018
19
019
20
020
21
021
22
022
23
023
24
024
25
025
26
026
27
027
28
028
29
029
30
030
31
031
32
032
33
033
Jawaban
Nilai
Total
A
B
C
3
2
1
10
0
0
30
0
0
30
10
0
0
30
0
0
30
0
10
0
0
20
0
20
10
0
0
30
0
0
30
10
0
0
30
0
0
30
9
0
1
27
0
1
28
8
1
1
24
2
1
27
9
0
1
27
0
1
28
7
2
1
21
4
1
26
8
1
1
24
2
1
27
3
5
2
9
10
2
21
3
6
1
9
12
1
22
9
1
0
27
2
0
29
6
3
1
18
6
1
25
3
6
1
9
12
1
22
8
1
1
24
2
1
27
8
1
1
24
2
1
27
10
0
0
30
0
0
30
2
5
3
6
10
3
19
6
3
1
18
6
1
25
10
0
0
30
0
0
30
5
4
1
15
8
1
24
10
0
0
30
0
0
30
8
1
1
24
2
1
27
4
5
1
12
10
1
23
6
3
1
18
6
1
25
8
1
1
24
2
1
27
4
5
1
12
10
1
23
51
No
No
Responden
34
034
35
035
Jawaban
Nilai
Total
A
B
C
3
2
1
10
0
0
30
0
0
30
9
1
0
27
2
0
29
Dari data di atas dapat dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
i=
Xt − Xr + 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt
: Nilai tertinggi
xr
: Nilai terendah
ki
: Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket ketekunan belajar santri, diperoleh nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 19. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
i=
30 − 19 + 1 3
i=
12 =4 3
Jadi intervalnya adalah : 4
52
Tabel 6 Interval Skor Ketekunan Belajar Santri Interval
Jumlah
Keterangan
Responden 27-30
23
A
23-26
7
B
19-22
5
C
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui : 1. Untuk ketekunan belajar santri yang termasuk dalam kategori baik memperoleh skor antara 27 – 30 sebanyak 23 responden 2. Untuk ketekunan belajar santri yang termasuk dalam kategori cukup memperoleh skor antara 23 – 26 sebanyak 7 responden 3. Untuk ketekunan belajar santri yang termasuk dalam kategori kurang memperoleh skor antara 19 – 22 sebanyak 7 responden
Tabel 7 Data Nominasi Interval Tentang Ketekunan Belajar Santri No
Skor
Nominasi
1
30
A
2
30
A
3
28
A
4
30
A
5
30
A
6
30
A
7
30
A
Responden
53
No
Skor
Nominasi
8
20
C
9
30
A
10
30
A
11
28
A
12
27
A
13
28
A
14
26
B
15
27
A
16
21
C
17
22
C
18
29
A
19
25
B
20
22
C
21
27
A
22
27
A
23
30
A
24
19
C
25
25
B
26
30
A
27
24
B
28
30
A
29
27
A
30
23
B
31
25
B
32
27
A
33
23
B
34
30
A
35
29
A
Responden
54
Setelah diketahui beberapa banyak responden yang menggunakan ketekunan belajar santri baik, cukup dan kurang, kemudian di prosentasekan dengan rumus sebagai berikut :
P=
F X 100% N
1. Untuk ketekunan belajar santri yang dalam kategori baik mendapatkan nilai A dengan jumlah sebanyak 23 responden : P=
23 X 100% 35
= 65,71% 2. Untuk ketekunan belajar santri yang dalam kategori cukup mendapatkan nilai B dengan jumlah sebanyak 7 responden : P=
7 X 100% 35
= 20% 3. Untuk ketekunan belajar santri yang dalam kategori kurang mendapatkan nilai C dengan jumlah sebanyak 5 responden:
P=
5 X 100% 35
= 14,28% Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribudi frekunsi tingkat ketekunan belajar santri
55
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Ketekunan Belajar Santri No
Ketekunan belajar santri
Interval Frekuensi
Prosentase
1
Kategori baik (A)
27 – 30
23
65,71 %
2
Kategori cukup (B)
23 – 26
7
20 %
3
Kategori kurang (C)
19 – 22
5
14,28 %
35
100
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat ketekunan belajar santri kategori baik adalah 65,71% dengan jumlah 23 responden, tingkat ketekunan belajar santri kategori cukup sebanyak 7 responden dengan persentase 20 %, tingkat ketekunan belajar santri dengan kategori kurang 14,28 % dengan jumlah 5 responden. Dengan demikian tingkat ketekunan belajar santri adalah baik.
B. Analisa Kedua Analisis data perilaku ihsan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan. Masing-masing pertanyaan disediakan 3 (tiga) alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 2. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 3. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
56
1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale tentang perilaku ihsan 2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket 3. Memprosentasikan jawaban 4. Menginterprestasikan hasil prosentase jawaban responden
Tabel 9 Daftar Hasil Angket Tentang Perilaku Ihsan No Item
No. Resp 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
2
3
3
3
3
3
3
1
5
3
3
3
3
3
1
3
3
3
2
6
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
7
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
8
3
3
3
3
3
2
1
2
2
2
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
10
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
12
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
13
3
3
3
3
3
3
3
3
1
3
14
3
3
3
3
3
3
3
1
3
1
15
3
3
2
3
3
2
2
3
2
1
16
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
17
3
1
1
3
3
3
3
3
3
3
57
No Item
No. Resp 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
18
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
19
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
20
3
2
2
2
2
1
2
1
3
1
21
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
22
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
23
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
24
2
2
2
2
3
3
2
3
1
2
25
3
3
3
1
3
3
2
3
3
2
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
27
2
3
2
2
2
3
2
3
3
1
28
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
2
2
3
2
3
3
2
2
1
1
31
2
2
3
3
3
2
3
3
3
1
32
3
3
3
3
1
2
2
3
2
2
33
2
2
3
3
2
2
1
3
3
2
34
2
2
3
3
3
3
1
3
3
3
35
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Tabel 10 Daftar Nilai Distribusi Frekuensi Tentang Perilaku Ihsan No
Jawaban
No
Nilai
Total
Responden
A
B
C
3
2
1
1
001
9
1
0
27
2
0
29
2
002
7
2
1
21
4
1
26
3
003
10
0
0
30
0
0
30
58
No
No
Jawaban
Nilai
Total
Responden
A
B
C
3
2
1
4
004
7
2
1
21
4
1
26
5
005
8
1
1
24
2
1
27
6
006
10
0
0
30
0
0
30
7
007
9
0
1
27
0
1
28
8
008
5
4
1
15
8
1
24
9
009
10
0
0
30
0
0
30
10
010
9
1
0
27
2
0
29
11
011
10
0
0
30
0
0
30
12
012
9
0
1
27
0
1
28
13
013
9
0
1
27
0
1
28
14
014
8
0
2
24
0
2
26
15
015
5
4
1
15
8
1
24
16
016
0
10
0
0
20
0
20
17
017
8
0
2
24
0
2
26
18
018
10
0
0
30
0
0
30
19
019
8
2
0
24
4
0
28
20
020
2
5
3
6
10
3
19
21
021
10
0
0
30
0
0
30
22
022
10
0
0
30
0
0
30
23
023
10
0
0
30
0
0
30
24
024
3
6
1
9
12
1
22
25
025
7
2
1
21
4
1
26
26
026
10
0
0
30
0
0
30
27
027
4
5
1
12
10
1
23
28
028
10
0
0
30
0
0
30
29
029
10
0
0
30
0
0
30
30
030
3
5
2
9
10
2
21
31
031
6
3
1
18
6
1
25
59
No
No
Jawaban
Nilai
Total
Responden
A
B
C
3
2
1
32
032
5
4
1
15
8
1
24
33
033
4
5
1
12
10
1
23
34
034
7
2
1
21
4
1
26
35
035
10
0
0
30
0
0
30
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus : i=
Xt − Xr + 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt
: Nilai tertinggi
xr
: Nilai terendah
ki
: Kelas interval (baik, cukup, kurang)
Dari data hasil angket perilaku ihsan, diperoleh nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 19. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui interval kelasnya, yaitu:
i=
30 − 19 + 1 3
i=
12 =4 3
Jadi intervalnya : 4 Kemudian jarak interval tersebut dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui seberapa banyak santri yang memiliki perilaku ihsan.
60
Tabel 11 Interval Skor Perilaku Ihsan Interval
Jumlah
Keterangan
Responden 27-30
19
A
23-26
12
B
19-22
4
C
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui : 1. Untuk perilaku ihsan yang termasuk dalam kategori baik memperoleh skor antara 25 – 30 sebanyak 19 responden 2. Untuk perilaku ihsan yang termasuk dalam kategori cukup memperoleh skor antara 23 – 26 sebanyak 12 responden 3. Untuk perilaku ihsan yang termasuk dalam kategori kurang memperoleh skor antara 19 – 22 sebanyak 4 responden
Tabel 12 Data Nominasi Interval Tentang Perilaku Ihsan No
Skor
Nominasi
1
29
A
2
26
B
3
30
A
4
26
B
5
27
A
6
30
A
7
28
A
Responden
61
No
Skor
Nominasi
8
24
B
9
30
A
10
29
A
11
30
A
12
28
A
13
28
A
14
26
B
15
24
B
16
20
C
17
26
B
18
30
A
19
28
A
20
19
C
21
30
A
22
30
A
23
30
A
24
22
C
25
26
B
26
30
A
27
23
B
28
30
A
29
30
A
30
21
C
31
25
B
32
24
B
33
23
B
34
26
B
35
30
A
Responden
62
Setelah diketahui beberapa banyak responden yang perilaku ihsannya baik, cukup dan kurang, kemudian di prosentasekan dengan rumus sebagai berikut :
P=
F X 100% N
1. Untuk perilaku ihsan yang dalam kategori baik mendapatkan nilai A dengan jumlah sebanyak 19 responden : P=
19 X 100% 35
= 54,28% 2. Untuk perilaku ihsan yang dalam kategori cukup mendapatkan nilai B dengan jumlah sebanyak 12 responden :
P=
17 X 100% 35
= 34,28 % 3. Untuk perilaku ihsan yang dalam kategori kurang mendapatkan nilai C dengan jumlah sebanyak 4 responden: P=
4 X 100% 35
= 11,53 % Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribudi frekunsi tingkat perilaku ihsan
63
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Jawaban Tingkat Perilaku Ihsan No
Perilaku ihsan
Interval Frekuensi
Prosentase
1
Kategori baik (A)
27 – 30
19
54,28 %
2
Kategori cukup (B)
23 – 26
12
34,28 %
3
Kategori kurang (C)
19 – 22
4
11,43 %
35
100
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat perilaku ihsan kategori baik adalah 54,28% dengan jumlah 19 responden, tingkat perilaku ihsan kategori cukup sebanyak 12 responden dengan persentase 34,28 %, tingkat perilaku ihsan dengan kategori kurang 11,43 % dengan jumlah 4 responden. Dengan demikian tingkat perilaku ihsan adalah tinggi.
C. Analisis Ketiga Analisis ketiga untuk menjawab pertanyaan atau untuk mengetahui tujuan yang ketiga untuk mengetahui adakah korelasi antara ketekunan belajar santri dengan prilaku ihsan. Maka untuk mengetahui tujuan tersebut penulis menggunakan rumus statistik korelasi product moment angka kasar dengan langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel persiapan untuk mencari korelasi antara ketekunan belajar santri dengan perilaku ihsan
64
2. Mencari x, y, x2, y2 dan xy dengan cara mengalikannya. 3. Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi
product moment. Tabel 14 Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Ketekunan Bbelajar Santri Dengan Perilaku Ihsan No Responden 1
X
Y
X2
Y2
XY
30
29
900
841
870
2
30
26
900
676
780
3
28
30
784
900
840
4
30
26
900
676
780
5
30
27
900
729
810
6
30
30
900
900
900
7
30
28
900
784
840
8
20
24
400
576
480
9
30
30
900
900
900
10
30
29
900
841
870
11
28
30
784
900
840
12
27
28
729
784
756
13
28
28
784
784
784
14
26
26
676
676
676
15
27
24
729
576
648
16
21
20
441
400
420
17
22
26
484
676
572
18
29
30
841
900
870
19
25
28
625
784
700
20
22
19
484
361
418
21
27
30
729
900
810
65
No Responden 22
X
Y
X2
Y2
XY
27
30
729
900
810
23
30
30
900
900
900
24
19
22
361
484
418
25
25
26
625
676
650
26
30
30
900
900
900
27
24
23
576
529
552
28
30
30
900
900
900
29
27
30
729
900
810
30
23
21
529
441
483
31
25
25
625
625
625
32
27
24
729
576
648
33
23
23
529
529
529
34
30
26
900
676
780
35
29
30
841
900
870
∑
939
938
25563
25500
25439
Diketahui : N
= 35
∑x
= 939
∑y
= 938
∑x 2
= 25563
∑y2
= 25500
xy
= 25439
Selanjutnya dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:
66
rxy =
rxy =
NΣxy − (Σx )(Σy )
{NΣx
2
}{
− (Σx ) NΣy 2 − (Σy ) 2
2
}
35 × 25439 − (939 )(938)
{35 × 25563 − (939) }{35 × 25500 − (938) } 2
rxy =
890365 − 880782 {894705 − 881721}{892500 − 879844}
rxy =
9583 (12984 )(12656 )
rxy =
9583 164325504
rxy =
2
9583 12818,951
rxy = 0,747
D. Analisis Uji Hipotesis Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y di ketahui, maka untuk mengetahui dapat tidaknya hipotesis di terima harus dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa rhitung dengan rtabel signifikan atau tidak. Hal ini dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih besar dari rtabel 5%, maka dikatakan signifikan. Sesuai dengan data responden sebanyak 35 responden maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment adalah pada taraf 5 % = 0,334. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai
67
yang diperoleh ialah : 0,747 > 0,334 pada taraf signifikan 5 % dan pada taraf signifikan 1 % = 0,430. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,747 > 0,430 pada taraf signifikan 1 %. Dari analisis data tersebut maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang positif antara ketekunan belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari" sehingga hipotesis yang penulis ajukan diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian dan menganalisis data yang telah terkumpul, selanjutnya penulis ajukan kesimpulan dari hasil penelitian tentang ketekunan belajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari sebagai berikut: 1. Mengenai ketekunan belajar santri di Desa promasan Kumpulrejo Salatiga adalah bervariasi, yaitu ketekunan belajar santri dengan kategori tinggi memperoleh skor antara 27 – 30 sebanyak 23 santri mencapai presentase 65,71%, untuk kategori cukup memperoleh skor antara 23 – 26 sebanyak 7 santri mencapai presentase 20%, dan untuk kategori kurang memperoleh skor 19 – 22 sebanyak 5 santri mencapai presentase 14,28%. 2. Mengenai perilaku ihsan santri di Desa Promasan Kumpulrejo Salatiga adalah bervariasi, yaitu perilaku ihsan dengan kategori tinggi memperoleh skor antara 27 – 30 sebanyak 19 santri mencapai presentase 54,28%, untuk kategori cukup memperoleh skor antara 23 – 26 sebanyak 12 santri mencapai presentase 34,28%, dan untuk kategori kurang memperoleh skor antara 19 – 22 sebanyak 4 santri mencapai 11,43%. 3. Setelah dianalisis menggunakan product moment untuk mengetahui tujuan penelitian yang ketiga, ternyata ada hubungan positif antara ketekunan belajar santri dengan perilaku ihsan santri dalam pergaulan sehari-hari.
68
69
Terbukti dari analisis statistik bahwa 0,334 empiris 0,747 lebih besar dari batas penolakan 0,430 dalam taraf signifikansi 5% dan 0,747 lebih besar dari batas penolakan 0,334 dalam taraf signifikansi 1%. Dengan demikian hipotesis menyatakan bahwa semakin tinggi ketekunan belajar santri mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah maka semakin tinggi pula peluang perilaku ihsan santri dalam pergaulan sehari-hari dapat diterima secara meyakinkan baik dalam taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan koefisien kontingensi sebesar 0,747.
B. Saran-saran Hasil di atas menunjukkan adanya hubungan antara ketekunan belajar santri di Madrasah Diniyah dengan perilaku ihsan dalam pergaulan sehari-hari bertitik tolak dari penelitian yang penulis lakukan tersebut. Berikut ini penulis akan mencoba untuk memberi sumbangan pemikiran yang mungkin dapat menjadi jembatan sebagai upaya untuk meningkatkan ketekunan belajar santri di Madrasah Diniyah supaya perilaku ihsan santri dalam pergaulan sehari-hari selalu konsisten tidak mudah terpengaruh dengan dunia luar. 1. Kepada Madrasah Diniyah Nurul Huda Salatiga Penulis memberikan argumen bahwa perhatian yang baik terhadap guru itu penting agar dalam mengajar tidak saja hanya memberi materi pelajaran, namun perlu juga diberikan motivasi dalam belajar, supaya anak yang diajar tidak merasa jenuh, sehingga mereka akan merasa lebih aktif dalam mempelajari ilmu Agama dan dapat memberi dampak yang positif terhadap perilakunya sehari-hari.
70
2. Kepada Masyarakat di Desa Promasan Kumpulrejo Salatiga Untuk mewujudkan generasi penerus yang berakhlakul karimah maka sudah sepantasnya seluruh masyarakat mengupayakan anak-anak mereka untuk mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah yang merupakan sarana untuk memperdalam ilmu keagamaan sehingga dapat dijadikan patokan dalam menimbang baik-buruk tingkah lakunya. Oleh karena itu, masyarakat harus saling bekerjasama dengan penuh tanggung jawab untuk memberikan dorongan yang lebih terhadap anak-anaknya supaya tujuan masyarakat tercapai yaitu mewujudkan generasi penerus yang berakhlakul karimah. 3. Kepada para Santri di Desa Promasan Kumpulrejo Salatiga Penulis sangat mengharapkan agar para santri lebih semangat dan lebih tekun lagi dalam memperdalam ilmu agamanya di Madrasah Diniyah karena yang dapat membentuk tingkah laku yang islami adalah berawal dari dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ahcmad, Mudlor. 1997. Etika Dalam Islam. Surabaya. Al-Ikhlas. Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Jakarta. CV. Rineka Cipta. Dahar, R. W. 1989, Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga. Darajat, Zakiah, dkk. 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara. Depag RI. 2003. AL-Qur’an dan Terjamahannya. Bandung. Diponegoro. Djamal, N. H. 2002. Ilmu Jiwa Pendidikan. Salatiga. STAIN Salatiga Press. Cet. 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Hafiah, Abdul. 1992. Mendidik Anak Bersama Rosululloh. Bandung. Al-Bayan. Hasan, Chalidjah. 1994. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya. AlIkhlas. Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Joesef, S. Santoso, S. 1981. Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya. Usaha Nasional. Peorwadarminta, WJS. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Roestiyah, N.K. 1986. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta. Bina Aksara. Salamulloh, Alaika. 2008. Akhlak Hubungan Horizontal. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani. Sudarmanto, Y.B.1993. Tuntunan Metode Belajar. Jakarta. Gramedia. Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-fakror yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta. Tatapangarsa, Humaidi. 1991. Akhlak yang Mulia. Surabaya. Bina Ilmu. Usman, M.U. dan Setiawati, Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Winkel, W,S. 1997. Psikologi Pengajaran. Fakultas Ilmu Pendidikan. IKIP Sanata Dharma. Yogyakarta. Jakarta. Gramedia. Yanti,L.S. 2003. Psikologi Pendidikan ( Suatu Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar ). Salatiga. STAIN Salatiga Press. Cet. 1. Zuhairini, dkk. 1991. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya. Usaha Nasional.