STUDI TENTANG FENOMENA PROSTITUSI PADA DESA.TIRAWUTA KEC.PONDIDAHA KAB.KONAWE SISMAYANA NIM. 12030102003
ABSTRAK Sismayana, 12030102003, Studi tentang Fenomena Prostitusi pada Desa. Tirawuta, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe. Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Institut Agama Islam Negeri Kendari. Pembimbing I. Dr.Faizah Binti Awad., M.Pd, Pembimbing II. Siti Fauziah, S.Pd.I., M.Pd
Penelitian ini mengkaji tentang Fenomena Prostitusi pada Desa. Tirawuta, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang Mucikari dan Pelayan, pandangan masyarakat dan pemerintah Desa Tirawuta terhadap keberadaan tempat prostitusi dan penyebab sampai saat kini masih berlangsungnya prostitusi di desa Tirawuta, kec. Pondidaha. Kab. Konawe. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, tekhnik pengumpulan data menggunakan observasi non partisipasi, wawancara dan dokumentasi, tekhnik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan verifikasi data, penelitian ini metode pengecekan keabsahan data dengan trianggulasi tekhnik, sumber dan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang para mucikari dan pelayan terjerumus pada aktivitas prostitusi adalah kurangnya pemahaman agama, adanya peluang bisnis yang besar, adanya izin pemerintah, dan desakan kebutuhan ekonomi yang belum tercukupi, adapun pandangan masyarakat dan pemerintah dengan keberadaan tempat prostitusi, mayoritas masyarakat dan pemerintah menolak dan keberatan adanya prostitusi yang dinilai merusak moral generasi, rumah tangga dan lingkungan sosial masyarakat. Faktor penyebab prostitusi ini tetap berjalan sampai saat ini karena masih dianggap sebagai bisnis yang menjanjikan, tidak adanya ketegasan hukum dan tidak ada efek jera bagi pelaku
iv
PENDAHULUAN Dalam perkembangan kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Manusia dalam kehidupannya sering mengalami kendala yang membuat manusia merasa kecewa dan tidak menemukan jalan keluar sehingga manusia memilih langkah yang tidak tepat dalam jalan hidupnya. Salah satu jalan pintas dalam perjalanan hidup seseorang wanita mengakibatkan terjun dalam dunia prostitusi dan akibat cobaan hidup yang berat dirasakan wanita. Fenomena prostitusi merupakan masalah sosial yang sangat menarik dan tidak ada habisnya sejak dahulu sampai sekarang masalah prostitusi adalah masalah sosial yang sangat sensitif terkait praturan sosial, moral, etika bahkan agama. Kegiatan prostitusi adalah sebuah kegiatan yang patut ditabukan karena secara moral di anggap bertentangan dengan nilai agama dan kesusilaan. Prostitusi sampai saat ini telah dianggap sebagai momok yang memalukan dan prostitusi yang dilokalisasikan tidak hanya dijumpai di pusat kota tetapi sudah merambah sampai di pelososk desa,. Kehadiran kafe di desa Tirawuta, kecamatan Pondidaha, kabupaten Konawe adalah salah satu bukti, adanya prostitusi yang dilokalisasi oleh pemerintah, praktek pemuas birahi yang ada di tempat tersebut sudah lama berlangsung sejak tahun Sembilan puluhan, yang pada awal berdirinya hanya sebatas warung makan dan warung kopi, akan tetapi tidak lama berdirinya warung tersebut bertambah fungsi menjadi tempat penjualan minuman keras dengan, menjajahkan wanita tuna susila, yang biasa disebut pelayan. Para wanita itu berasal dari luar daerah dan sebagaiannya keluarga dari pemilik kafe tersebut. Para wanita akan mendapatkan upah berdasarkan kinerjanya dalam melayani pengunjung, kemudian mereka juga akan mendapatkan penghasilan tambahan dari lelaki yang mereka layani. Kafe yang ada di desa ini, berjumlah 7 unit yaitu, kafe puncak, kafe bintang, warung kopi meohai, kafe teluk bone 1, kafe teluk bone 2, kafe delmuk
iv
dan kafe sardeja.1 Keberadaan kafe ini telah mendapatkan izin resmi dari pemerintah daerah Kab. Konawe yang seterusnya kepada pihak kepolisian, kepala desa setempat untuk beroperasi dari pagi sampai jam 12:00 Wita malam, hal ini menjadi salah satu penyebab keresahan orang tua karena dapat menyebabkan anak-anak mereka terjerumus didalamnya, hal ini dpaat dilihat berdasarkan hasil observasi awal peneliti bahwa pada desa ini banyak anak yang putus sekolah karena hamil diluar nikah, dan menajdi PSK didaerah lain, selain itu remaja putra ada juga yang bekerja membantu di kafe kemudian meninggalkan sekolah dan terjerumus dengan perilaku menyimpang tersebut. 2 Berdasarkan fenomena prostitusi yang telah terjadi di desa Tirawuta yang sudah sangat meresahkan masyarakat karena dianggap sebagai penyakit sosial, oleh karena itu di pandang perlu untuk diadakan pengkajian yang lebih mendalam terhadap latar belakang Mucikari dan Pelayan Prostitusi di desa Tirawuta, kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe. Pandangan masyarakat dan pemerintah terhadap
keberadaan
tempat
Prostitusi
tersebut
serta
penyebab
masih
berlangsungnya prostitusi di desa Tirawuta kecamatan Pondidaha, kabupaten Konawe. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, tekhnik pengumpulan data menggunakan observasi non partisipasi, wawancara dan dokumentasi, tekhnik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, display data dan verifikasi data, penelitian ini metode pengecekan keabsahan data dengan trianggulasi tekhnik, sumber dan waktu.
1
Rs, warga Masyarakat Desa Tirawuta, Kec. Pondidaha, Kab.Konawe, Sultra. Wawancara oleh penulis di Tirawuta, 28 november 2015 2 Lb, Warga Masyarakat Desa Tirawuta, Kec. Pondidaham Kab. Konawe, Sultra. Wawancara oleh penulis di Tirawuta, 17 Maret 2016
iv
PEMBAHASAN A. Hakekat Prostitusi 1) Pengertian Prostitusi Prostitusi, kata prostitusi berasal dari kata latin ‘prostitution (em)’, kemudian kedalam bahasa Inggris menjadi ‘prostituition’ dan menjadi prostitusi dalam bahasa Indonesia. Dalam kamus Bahasa Indonesia, prostitusi diartikan ‘pelacuran, persundalan, ketunasusilaan dan pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. 3 Pendapat yang sama dikemukakan oleh Kartini Kartono dalam buku Patologi Sosial, menurut istilah prostitusi diartikan sebagai pekerja yang bersifat menyerahkan diri atau menjual jasa kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah sesuai apa yang diperjanjikan sebelumnya.4 Dalam Bahasa Arab Zina ( ) اﻟﺰ ﻧﺎadalah berzina atau persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak memiliki ikatan perkawinan yang sah menurut agama. 5 Islam memandang perzinaan sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan keluarga dan masyarakat. 2) Bentuk-Bentuk Prostitusi Prostitusi atau zina dibagi menajdi dua kategori, yaitu : a.
Zina muhshan, yaitu zian yang dilakukan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang sudah perna menikah. Hukum zian muhshan adalah harus dirajam sampai mati, jika memenuhi saksi sejumlah empat orang.
b.
Zian ghairu muhshan, yaitu zina yang dilakuakn seorang laki-laki atau perempuan yang belum perna menikah atau masih perjaka/gadis, maka
3
Suharso, Ana Retno Ningsi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang : CV. Widyah 3 Karya, 2005 ), h. 392 4
Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1981), h. 177
5
Mahmud Yunus, kamus Arab Indonesia, ( Jakarta: PT Hidakarya Agung, tt), h. 647
iv
hukuman baginya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.6 3) Dampak Negatif Prostitusi Perbuatan zina yang dilakukan manusia dapat menyebabkan dampak negative lainnya dari perbuatan Zina/Prostitusi di luar nikah antara lain : a. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin, AID/HIV, dan kulit. b. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, c. Memberikan pengaruh Demoralisasi kepada lingkungan. d. Berkorelasi atau berkaitan erat dengan kerimalitas dan kecanduang mengkomsumsi narkotika. e. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, dan agama.7
4) Hikmah Pengharaman Perilaku Prostitusi/ Zina Perilaku zina merusak moral masyrakat dan melemahkan sendi-sendi kepribadian bangsa. Adapun hikmah pengharaman perilaku zina adalah sebagai berikut : a. Menjaga keturunan agar terhindar dari ketidak jelasan nasab. b. Dapat menjaga kesucian dan martabat manusia. c. Hukuman berat bagi pelaku zina memberikan pelajaran bagi orang lain berupa rasa takut mendekati zina dan melakukannya. d. Terpelihara dari penyakit berbahaya yang ditimbulkan dari pezinaan seperti penyakit kelamin dan AIDS. e. Terhindar dari kejahatan-kejahatan lain f. Timbulnya rasa kasih sayang terhadap anak yang dilahirkan.8 6
http://almanhaj.or.id/content/2251/slash/o,http://id.wikipedia.org/wiki/Zina, Akses Tanggal 8 Maret 2016 7 Supriatha, Ruhimat & Kosim, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (Yogyakarta, PT: Grafindo Media Pratam, 2006), h 145
iv
5) Faktor-Faktor Yang menyebabkan Terjadinya Prostitusi Adapun faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya Prostitusi antara lain: a.
Tidak adanya pilihan lain akibat kemiskinan dan penganggutran.
b.
Lemahnya posis prempuan akibat Kultur dan Struktur Budaya Partriarkhi.
c.
Lemahnya
komitmen
dan
kebijakan
Negara
untuk
mencegah
dan
menaggulangi kekerasan terhadap perempuan, termasuk pandagangan atau prostitusi. d.
Banyaknya praktik kolusi antara jaringan pelaku dengan aparat Negara, termasuk aparat keamanan.9
6) Upaya Pengurangan Prostitusi Prostitusi adalah persoalan yang rumit dan terkait aspek sosial, budaya, ekonomi, politik serta moral dan agama untuk mencari penyelesaian. Berdasarkan hal ini, maka beberapa cara untuk menghindari perbuatan zina, adalah : 1. Hindari mendekati tempat-tempat maksiat. 2. Jangan mendekati hal-hal yang menjurus kepada perbuatan zina, seperti berpacaran, berciuman, berpelukan dengan lawan jenis, menonton film porno, atau membaca buku-buku yang didalmnya terdapat konten pornografi. 3. Memilih taman bergaul yang saleh dan tidak suka mengunjungi tempattempat maksiat. 4. Menambahkan ilmu pengetahuan agama dengam menghindari majelismajelis taklim.
8
http://gaulgayarasul.wordpress.com/2006/12/30/5-jurus-jurus-penangkal-zina/ Akses tanggal 8 Maret 2016 9
http://www.masbied.com/2010/11/21/makalah-tentang-zina/#more-3887, diakses 20
Maret 2016
iv
5. Membaca buku-buku keislaman. 6. Membaca Al-Quran sambil merenungi tafsirnya.10 B. Prostitusi Dalam Pandangan Agama Islam Islam, melarang dengan tegas mengenai perbuatan zina karena hal tersebut adalah perbuatan kotor dan keji. Dalam hal ini Allah SWT Berfirman dalam QS. Al-isra ayat 32 : Terjemahnya : “Dan janganlah kamu medekati perbuatan zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk’’. 11 C. Landasan Hukum Negara Terdapat Prostitusi Pangkal hukum pidana Indonesia adalah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai apa yang disebut hukum pidana umum. Berkaitan dengan prostitusi KUHP mengaturnya dalam dua pasal, yaitu pasal 296 dan pasal 506. Pasal 296 menyatakan : “Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan, di ancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak lima belas ribu rupiah”. 12 Sedangkan pasal 506 menyatakan’barang siapa mencari
keuntungan
dari
perbauatan
cabul
seorang wanita dan
menjadikannya sebagai pelacur, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun”.13
Penelitian Yang Relevan 10
http://gaulgayarasul.wordpress.com/2006/12/30/5-jurus-jurus-enangkal-zina. Akses tanggal 8 Maret 2006 11 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, Opcit, …… h, 384 12 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, ( Bogor : Politeia, 1967), h, 187. 13
Ibid, h, 283
iv
Beberapa penelitian terdahulu sebagai pembanding antara penelitian yang sudah dilakukan dan penelitian ini, adalah : Anna Dwi Rusdayanti, NIM, B05207026 2011, Prostitusi di sekitar pesantren Desa Awang-awang Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto”. Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ampel Surabaya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah mengenai objek penelitian itu sendiri, objek penelitian yang akan dilakukan adalah latar belakang mucikari dan pelayan prostitusi, pandangan masyarakat dan pemerintah terhadap keberadaan prostitusi dan alasan berlangsungnya prostitusi sampai saat ini di Desa Tirawuta Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe. Sedangkan di lihat dari persamaan penelitian sudah dan akan dilakukan memiliki banyak kesamaan, diantaranya yang pertama adalah fokus penelitian, dimana keduanya lebih difokuskan kepada tanggapan masyarakat dengan fenomena tersebut, selanjutnya di lihat bahwa kedua penelitian ini merujuk pada pandangan masyarakat terhadap agama dan seks. A. Deskripsi Keberadaan Kafe Saat Ini. Awalnya jumlah kafe ada 7 Buah, yang di dirikan sejak tahun 1998 dan sekarang yang beroperasi ada 2 buah, yaitu kafe Delmuk dan kafe Bintang.Kafe saat ini sudah berkurang jumlahnya, termasuk aktivitas di dalamnya, hal ini juga dikuatkan dengan keterangan kepala Desa Tirawuta, meyatakan bahwa: “Keadaan kafe sekarang di desa ini sudah tidak seperti dulu, pengunjungnya rame, tetapi hampir terbilang sudah mati, walaupun masih ada yang menjalankannya secara diam-diam, tetapi kalau pakai izin kami pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat baru-baru ini sepakat untuk tidak memberikan izin lagi kafe beroperasi, hanya membawa mudhorat saja’’.14
14
RM, Kepala Desa Tirawuta, Wawancara 2 November 2016
iv
B. Latar Belakang Mucikari dan Pelayan Prostitusi Pelacuran di Indonesia telah memberikan pengaruh besar terhadap menjamurnya prostitusi di desa-desa sebagai bagian terkecil dari negara ini. Keberadaan Desa Tirawuta sebagai satu kesatuan dari wilayah NKRI tidak dapat dilepaskan dari budaya dan adat istiadat yang berlaku. Berdirinya kafe-kafe yang menyediahkan minuman keras, karaoke, dan para pelayan di desa Tirawuta adalah salah satu bukti bahwa di tengah masyarakat telah berlangsung prostitusi, sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu informan di bawah ini: “Pada tahun 1998, terjadi perbaikan jalan raya yang menghubungkan antara kota Madya Kendari dengan Unaaha, pada saat itu Desa Tirawuta masih bergabung dengan Desa Wawolemo dan Amesiu, maka mulai dirintis kafe satu demi satu mulai dari teluk Bone 1, hingga beberapa masyarakat ada yang termotivasi untuk membuka bisnis kafe antaranya ada kafe Bintang, Sardeja, Delmuk, Mutiara, kafe Deri dan ada juga yang membuka kafe dengan modus warung copi yang lama kelamaan beralih fungsi menjadi tempat prostitusi, selain itu kafe berdiri karena ada izin dari pemerintah dan masyarakat.”15
1) Kurangnya Pemahaman Agama Menjamurnya perilaku menyimpang seperti perselingkuhan, mabukmabukkan, perzinahan dan gaya hidup bebas tidak dapat dilepaskan dari minimnya pemahaman agama yang dimiliki masyarakat hal ini di jelaskan salah seorang informan:
“Sebagai tokoh agama disini saya merasa prihatin dengan adanya kafekafe yang secara terang- terangan telah membuka pintu maksiat, menurut 15
AS, Mantan Kepala Desa Tirawuta, Wawolemo, wawancara 13 Juli 2016
iv
saya hal ini dilatar belakangi oleh minimnya pemahaman agama dan lemahnya keimanan dalam menghadapi berbagai cobaan dunia baik itu para pemilik kafe maupun para pelayan.” 16 Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa rendahnya taraf pendidikan, akan mempengaruhi keterampilan yang dimiliki seseorang, termasuk dalam memilih dan menentukan pilihan hidup yang dijalaninya. 2) Peluang Bisnis Tuntutan kehidupan yang semakin hari bertambah banyak, hal ini telah menjadi penyebab adanya mucikari yang merintis tempat
prostitusi di desa
Tirawuta, sebagaimana hasil wawancara penelliti dengan salah seorang informan yang menyatakan bahwa: “Berdirinya kafe di daerah ini sebenarnya dilatar belakangi oleh peluang besar untuk mendapatkan keuntungan, mengingat pada saat itu banyak para pekerja jalan raya dan peternakan yang tidak memiliki tempat tinggal, bahkan mereka jauh dari keluarga, bagi penduduk lokal ini menjadi kesempatan emas untuk menggaet para lelaki yang kesepian dengan menyediahkan wanita-wanita penghibur sebagai tambahan menu dalam rumah selain menjual miras dan jasa karaoke”.17
3) Adanya izin dari pemerintah
16
A R, Tokoh Agama, Tirawuta, wawancara 15 Juli 2016
17
LB, Tokoh Masyarakat, wawancara, Tirawuta, 11 Juli 2016
iv
Ketegasan hukum dalam sebuah Negara menjadi pondasi utama dalam mengcegah lahirnya berbagai penyimpangan yang dapat merusak bangsa dan generasinya., sebagaimana keterangan informan di bawah ini: “Pada awal pendirian kafe, kami meminta izin resmi dari pemerintah daerah, untuk berjaga-jaga bilamana ada masyarakat yang tidak setuju atau berniat merusak fasilitas maka kami dapat berlindung pada hukum.” 18
Berdasarkan keterangan di atas, maka informan lain menambahkan bahwa: “Pendirian kafe dikampung ini diawali dengan meminta izin kepada pemerintah dan persetujuan tetangga yang ditanda tangani secara resmi.” 19 4) Faktor Ekonomi Keberadaan tempat-tempat prostitusi di desa Tirawuta yang mampu menghasilkan materi berlimpah, tidak bisa dilepaskan dengan posisi wilayahnya yang strategis di jalan poros Kendari-Kolaka sehingga mudah dijangkau oleh para pelanggan, dengan hasil wawancara peneliti pada pemilik kafe Teluk Bone 1, menyatakan bahwa: “Dalam menjalankan kefe ini, saya merekrut pelayan, pelayan yang saya rengkrut memperkenalkan kepada temannya untuk bekerja, kemudian saya ke rumah orang tua calon pelayan saya, di sana saya melihat keadaan mereka yang sangat kekurangan, saat disuguhi makanan sampai-sampai air hujan menetes pada makan tersebut, akhirnya saya pulang ke rumah diskusi bersama suami, kami sepakat untuk membantu orang tua calon pelayan kami dengan membelikan atap, setelah itu orang mengizinkan kami membawa anaknya ke rumah untuk menjadi pelayan, selain itu ada juga 18
ND, pemilik Kafe Teluk Bone 1, Tirawuta, wawancara, 23 Juli 2016
19
MS, Masyarakat desa Tirawuta, Wawancara, Tirawuta, 21 Juli 2016
iv
pelayan yang datang sendiri atau di antar oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka”. 20 Keterangan dari hasil wawancara, menggambarkan bahwa himpitan ekonomi telah menyeret para wanita untuk berupaya memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun harus mengorbankan diri dan kehormatannya di mata masyarakat.
D. Pandangan Masyarakat dan Pemerintah Tirawuta terhadap keberadaan tempat prostitusi di desa Tirawuta, kecamatan Pondidaha kabupaten Konawe Pada umumnya masyarakat senantiasa berusaha menanggulangi masalahmasalah maupun penyakit sosial yang muncul dilingkunganya, seperti prostitusi, Dalam hal ini sangat diperlukan kontrol dari semua elemen, mengingat prostitusi merupakan salah satu masalah sosial yang berpengaruh. Sebagaimana keterangan informan menyatakan bahwa: “Adanya kafe telah membuat remaja di desa ini berani untuk berpakaian mini dan sampai cara mereka berprilaku pun juga terpengaruh. salah satu contohnya adalah gaya berpacaran yang berlebihan sampai ada yang sudah hamil meskipun belum menikah”. 21 Penanggulangan masalah prostitusi sangat sulit dan harus melalui proses dan waktu yang panjang, hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa sebelum mendirikan kafe para pemilik meminta persetujuan kepada para tetangga delapan KK samping kiri kanan dan delapan KK muka belakang, sehingga ini menjadi
20
ND, pemilik kafe Teluk Bone 1, Wawancara 12 Juli 2016
21
JM, Masyarakat, Tirawuta, wawancara 27 Juli 2016
iv
bagian dari faktor yang menghambat upaya-upaya dalam menghentikan praktek prostitusi di desa tersebut. Hasil Observasi peneliti pada 27 Juni 2016, peneliti menemukan bahwa: Berdasarkan hasil pengamatan peneliti Di desa Tirawuta 27 Juni 2016, secara terbuka rumah-rumah prostitusi dapat dibedakan dari rumah warga yang lain, misalnya adanya gambar Bir bintang yang diterangi lampul dan lampu disko yang menghiasi dinding bagian depan rumah.22 Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan informan Salah seorang warga desa Tirawuta, kecamatan Pondidaha, menuturkan bahwa: “Saat ini, sekitar dua tempat lagi yang dinilai dijadikan tempat transaksi seksual di wilayah tersebut. Bahkan dirinya mengaku pernah berkunjung ke salah satu cafe untuk melihat langsung aktifitas di rumah prostitusi itu sendiri. Memang kalau dilihat dari luarnya nampak tidak ada aktifitas di dalamnya karena kondisi rumah yang terlihat tua dan tak terawat tetapi tetap dihiasi dengan lampu disko, namun setelah masuk barulah kita akan tahu apa sebenarnya yang terjadi di dalam, berbagai merek minuman keras (miras) pun dijajakan di tempat itu. Inilah yang ditakutkan oleh kami sebagai orang tua, jangan sampai anak kami terpengaruh, sehingga saya tidak setuju”.23 Dalam kehidupan bermasyarakat pada saat ini banyak sekali di temukan hal yang melanggar aturan agama, dimana mereka melakukan suatu perbuatan tanpa memikirkan apa akibat dan dosa yang akan mereka dapatkan dengan perbuatan mereka itu, akan tetapi sejauh apapun manusia melakukan kesalahan, dan 22
Observasi lingkungan dan interaksi social masyarakat Tirawuta, , Tirawuta, 27 Juni 2016
23
BG, Tokoh Masyarakat desa Tirawuta, Wawancara, Tirawuta, 26 Juli 2016
iv
berupaya untuk meninggalkan perbuatan maksiatnya maka Allah akan membuka jalan baginya untuk mendapatkan Rahmat. E. Penyebab Berlangsungnya Prostitusi Sampai Saat ini Proses pelacuran dalam dunia prostitusi adalah salah satu bentuk penyakit masyarakat yang telah dikenal sejak dulu dan sulit untuk dihentikan. hal ini terbukti dengan keberadaan kafe-kafe di desa Tirawuta telah berdiri sejak lama namun tetap bertahan sampai saat ini. Berdasarkan hasil wawancara peneliti ditemukan beberapa faktor sebagai pendukung langgengnya prostitusi di desa tersebut sampai saat ini, yaitu: 1)
Masih menjadi bisnis yang menjanjikan
Permasalahan ketidakbahagiaan akibat pola hidup yang tinggi dan pemenuhan keinginan yang belum terwujud, menjadi salah satu alasan yang mempengaruhi perempuan menjadi pelacur. Keterlibatan dalam praktek prostitusi sebagai mucikari dan pelayan memang menjanjikan materi yang berlimpah. Faktor inilah yang memicu prostitusi dari waktu ke waktu secara khusus di desa Tirawuta, kecamatan Pondidaha. 2)
Tidak adanya kejelasan sanksi bagi pelaku
Harapan untuk menghasilkan materi yang banyak, hidup dengan kemewahan telah banyak membuat orang gelap mata. Faktanya aktivitas prostitusi yang terjadi di desa Tirawuta seperti mata rantai yang tidak pernah putus, selalu ada banyak pihak yang memanfaatkan untuk mengambil keuntungan dari bisnis tersebut, dalam pandangan Islam prostitusi adalah bagian dari jalan menuju perzinahan. Penjelasan menguraikan bahwa zina adalah hubungan badan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa melalui nikah atau Syubhat An-
iv
Nikah (menyerupai nikah) yang akan menimbulkan kehancuran dengan berbagai dampak yang ditimbulkan akibat tindakan tersebut sangat besar, bukan hanya menyangkut kredibilitas seseorang, melainkan kehidupan rumah tangga bahkan masyarakat. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah swt. melarang hambahambaNya mendekati Zina, yaitu melakukan hal-hal dan sebab-sebab yang mendorong keinginan untuk zina, Segala bentuk yang dapat mengantarkan seseorang pada perbuatan zina dilarang dalam agama Islam, apalagi perbuatan zina itu sendiri.24 Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa al-Qur’an telah memberikan penegasan akan keharaman perbuatan zina sebagai bagian dari aktivitas maksiat dalam prostitusi karena termasuk perbuatan yang keji dan mengantarkan kepada dosa besar. Keinginan untuk menjadi pemimpin masyarakat yang baik adalah predikat yang sangat di idam-idamkan oleh semua orang, akan tetapi sebagai mana gambaran di atas bahwa pemerintah desa dan masyarakat telah melakukan upayaupaya pemberhentian prostitusi, tetapi banyak kendala yang dihadapi mengingat dalam bsnis ini banyak yang terlibat di dalamnya baik itu pemilik kafe, pelayan, penjaga keamanan, pemasuk barang (Miras dan wanita), serta para pelanggan mulai dari profesi rendahan sampai para penjabat, ini adalah fakta yang sulit untuk dihadapi, ditambah lagi dengan adanya surat izin yang membuat mereka merasa bebas berbuat dan ikatan kekeluargaan yang kental menjadi alasan sulitnya penyelesaian prostitusi di desa Tirawuta. Gambaran di atas menunjukan bahwa masalah prostitusi di desa Tirawuta saat ini belum sepenuhnya selesai dan masih membutuhkan kerja sama dan upaya
24
. Ibid, h. 640
iv
besar dari berbagai pihak dalam mewujudkan masyarakat yang bersih dari praktek prostitusi. 3) Tidak ada efek jera bagi pelaku Suatu perbuatan yang memenuhi persyaratan sebagai hal yang akan dijatuhi hukuman pidana dimana hukum pidana itu bertujuan untuk mencegah atau menghalangi pelaku tindak pidana tersebut. Fenomena prostitusi yang terjadi di desa Tirawuta merupakan sebuah penyimpangan sosial, yang dapat merusak masyarakat dan generasinya, akan tetapi teguran langsung, sindiran, sanksi sosial dan dakwah terbuka yang dilakukan tokoh agama untuk menyelesaikan hal tersebut tidak mampu memberikan efek jera bagi para pelaku.
Dari keterangan yang didapatkan dipahami bahwa pemerintah dan masyarakat telah memberikan peringatan, akan tetapi mereka tidak dapat berbuat bebas untuk menindaklanjuti perbuatan tersebut secara hukum mengingat para pemilik ini memiliki izin pendirian kafe dan pihak pengamanan, Sesuai dengan penjelasan informan di bawah ini: Dalam menanggapi sorotan beberapa orang yang tidak suka dengan saya. Terpaksa untuk waktu-waktu tertentu saya menjalankan tempat hiburan disini tidak terang-terangan mempublikasikan bahwa kami menyediakan wanita penghibur, tetapi kami hanya memberi tanda disekitar rumah seperti lampu disko sebagai isyarat kepada pada pelanggan yang sudah mengerti hal itu. Tetapi kalau keadaan normal baru kembali seperti biasa.25 Peranan pemerintah, masyrakat dan tokoh agama tidak membuat efek jera kepada para pengelola usaha haram tersebut, mengingat masih banyaknya politik
25
NK, Pemilik Kafe Bintang, Tirawuta, wawancara 25 Juli 2016
iv
transaksional yang dilakukan pihak pengelola prostitusi dengan oknum-oknum nakal yang mencari kesempatan dari adanya prostitusi tersebut. PENUTUP Latar Belakang yang mempengaruhi keberadaan prostitusi di Desa Tirawuta adalah adanya desakan kebutuhan ekonomi bagi para pelayan yang belum tercukupi, menjadi peluang bisnis yang besar bagi mucikari melalui pendirian kafe dan didukung oleh kurangnya pemahaman agama para mucikari, pelayan, serta adanya izin pemerintah. Faktor pendukung prostitusi tetap berjalan di desa Tirawuta saat ini adalah masih menjadi bisnis yang menjanjikan, tidak ada kejelasan sanksi bagi pelaku, dan tidak adanya efek jera bagi pelaku. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka saran yang dapat diambil adalah, untuk mengurangi atau menekan prostitusi sebaiknya aparat bekerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat bersama-sama untuk mengadakan razia di tempat-tempat yang dicurigai terjadinya prostitusi. Untuk meminimalisasi munculnya
prostitusi
tersebut,
seharusnya
dilakukan
dengan
melakukan
penyempurnaan terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang harus mengatur jelas dan tegas terhadap praktik prostitusi tersebut. Sehingga dengan begitu, aparat penegak hukum di kabupaten Konawe dapat dengan leluasa menindaki pelaku prostitusi tersebut dengan adanya aturan yang jelas sehingga dapat memberantas keberadaan praktik prostitusi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Al-maliki, Abdurrahman. Sistem Sanksi dan Hukum Pembuktian dalam Islam, Bogor. Pustaka Thariqul Izzah, 2011 An-Nabhani Taqyuddin, Nizhomul Islam, Yordan : Darul’Iilmi, 1953
iv
Bachtiar, Bisnis prostitusi. Yogyakarta : Pinus, 2007 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsirna, Semarang; Wicaksana, 1994 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung; Syamil Quran, 2012 http://almanhaj.or.id/content/2251/slash/o,http://id.wikipedia.org/wiki/Zina,
Akses
Tanggal 8 Maret 2016 http://ridwanaz.com/islam/pengertian-zina-dampak-negtif-perzinaan-dan-caramenghindari-zina/ Akses tanggal 8 Maret 2016 http://gaulgayarasul.wordpress.com/2006/12/30/5-jurus-jurus-penangkal-zina/ Akses tanggal 8 Maret 201 http://gaulgayarasul.wordpress.com/2006/12/30/5-jurus-jurus-enangkal-zina. Akses tanggal 8 Maret 2006 Kartono, Kartini. Patologi Sosial Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1981 Muhajir. Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet I Yogyakarta, 2000 Supriatha, Ruhimat & Kosim, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Yogyakarta, PT: Grafindo Media Pratam, 2006 Subhan, Zaitunah. Kekerasan Terhadap Perempuan, Yogyakarta, PT: LKiS Pelangi Aksara, 2004 Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bogor : Politeia, 1967. ww. Kompas.Com,diakses 19 Maret 2016 www.Infobanknews.Com, diakses tnggal 19 Maret 2016
iv
www.H-t or.id/Indonesia Darurat. Pelacuran dan Seks Bebas. Diakses tanggal 22 Maret 2016 www.H-t or.id/Indonesia Darurat. Pelacuran dan Seks Bebas. Diakses tanggal 22 Maret 2016 http://www.e-jurnal.com/2013/09/faktor-faktor-penyebab-pelacuran.html Akses 10 Oktober 2016 Imam Jalaluddin Al-Mahalli,Tafsir Jalalain,( Sinar Baru Algesindo, Bandung,2003 ) jilid 1 Fadhel ilahi, Zina (At-tadaabir al-Waaqiyah minaz- Zina fil Fqhil Islamy), diterjemahkan oleh subhan, cet 6 ( Jakarta : Qisthi Prees, 2001). M. Quraish Shihab, Tfsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol. 9, cet. 9, ( Jakarta: Lentera Hati, 2008). Romi
Widodo,Jarimah
Zina
dan
Jarimah
Qazaf,http://renggomen.blogspot.com/2011/01/tafsir-ayat-al-quran-tentang-zinadan.html, diakses pada tanggal 27 September 2016 Team Ahli Tafsir di Bawah Pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman alMubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2011) http://il-pustakawanhukum.blogspot.co.id/2014/03/pelacuran-sebagaimasalah.html Akses 10 Oktober 2016 Lexy.J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2007.
iv