DAFTAR ISI Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
STUDI SISTEM TURBIN-KOMPRESOR DALAM SIKLUS TAK LANGSUNG PADA RGTT200K Sri Sudadiyo PTRKN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK Gd. 80, Tangerang, 15310
ABSTRAK STUDI SISTEM TURBIN-KOMPRESOR DALAM SIKLUS TAK LANGSUNG PADA RGTT200K. Pemanfaatan teknologi nuklir sangat diperlukan dalam upaya memenuhi kebutuhan energi untuk industri di Indonesia. Salah satu pengembangan teknologi nuklir adalah dengan membuat desain reaktor gas temperatur tinggi untuk kogenerasi yang dikenal dengan RGTT200K. Reaktor ini didinginkan oleh helium dengan mensirkulasikannya melalui teras dan penukar kalor perantara. Panas yang diserap helium dipindahkan ke karbon dioksida sebagai pendingin sekunder dalam siklus tak langsung untuk produksi hidrogen, pembangkit listrik, dan desalinasi. Siklus tak langsung ini mempunyai sistem dinamis dengan komponen turbin dan kompresor. Tujuan dari studi adalah untuk menganalisis unjuk kerja sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung pada RGTT200K. Metode yang digunakan yaitu aplikasi kesetimbangan massa dan energi dan menggunakan perangkat lunak ChemCAD. Data masukan berupa daya termal teras reaktor 200 MWth, temperatur helium keluar teras 950 C, dan tekanan helium masuk teras 50 bar. Daya listrik didesain 60 MWe. Hasil yang diperoleh yaitu laju aliran massa helium melalui teras reaktor 107 kg/s, laju aliran massa karbon dioksida melalui sistem turbin-kompresor 287kg/s, daya turbin 166,01 MW, dan daya kompresor 98,96 MW. Operasi sistem turbin-kompresor mempunyai unjuk kerja baik dengan efisiensi termal 34,5 %, cocok untuk RGTT200K. Kata kunci: Turbin, kompresor, siklus tak langsung
ABSTRACT STUDY ON TURBINE-COMPRESSOR SYSTEM WITHIN INDIRECT CYCLE AT RGTT200K. The utilization of nuclear technology is very needed in support to meet energy demand for industries in Indonesia. The one development of nuclear technology was by making design on high temperature gas reactor for cogeneration which be known by RGTT200K. This reactor is cooled by helium by its circulating through the core and intermediate heat exchanger. The absorbed heat of helium was transferred to carbon dioxide as secondary coolant within indirect cycle for hydrogen production, electricity generation, and desalination. This indirect cycle had dynamic system with components of turbine and compressor. The purpose of this study is to analyze the performance of turbine-compressor system in indirect cycle at RGTT200K. Used methods are application for mass and energy balances and employing ChemCAD software. Input data were thermal power of reactor core 200 MWth, outlet helium temperature of core 950 C, and inlet helium pressure of core 50 bars. Power electricity was designed 60 MWe. Obtained results are mass flow rate of helium in reactor core 107 kg/s, mass flow rate of carbon dioxide through turbine-compressor system 287 kg/s, turbine power 166,01 MW, and compressor power 98,96 MW. Operation of turbine-compressor system had good performance with thermal efficiency of 34,5 %, it suitable for RGTT200K. Keywords: Turbine, compressor, indirect cycle
489
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
1. PENDAHULUAN
mempunyai sistem pendingin primer dengan fluida kerja helium dan sistem pendingin sekunder dengan fluida kerja karbon dioksida. Sistem pendingin primer merupakan siklus langsung (direct cycle) dengan komponen utamanya berupa teras, IHX, dan sirkulator. Sistem pendingin sekunder yang merupakan siklus tak langsung (indirect cycle) mempunyai komponen utama yaitu alat penukar kalor, splitter, mixer, turbin, dan kompresor. Energi panas dari IHX diserap oleh gas karbon dioksida dan dialirkan ke dalam splitter untuk dibagi menjadi dua proses yakni pembangkitan listrik dan pembangkitan panas untuk produksi hydrogen dan proses desalinasi air laut. Pada proses pembangkitan listrik, gas karbon dioksida dengan temperatur tinggi (943,9 C) diekspansikan melalui turbin hingga mencapai tekanan untuk proses desalinasi. Selanjutnya, karbon dioksida dengan temperatur terendah (40 C) dikompresikan melalui kompresor hingga mencapai tekanan 50 bar (sama dengan tekanan teras RGTT200K). Gas karbon dioksida yang keluar dari kompresor dicampur dalam mixer dengan gas karbon dioksida yang keluar dari proses produksi hidrogen untuk dialirkan kembali ke dalam IHX. Demikian seterusnya, proses pendinginan pada teras RGTT200K berlangsung secara kontinyu. Unjuk kerja sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung ditunjukkan dengan efisiensi termal. Nilai efisiensi ini merupakan selisih antara daya yang dihasilkan oleh turbin dan daya yang dibutuhkan oleh kompresor dibagi dengan energi panas yang diberikan ke dalam turbin. Proses ideal termodinamika melalui turbin dan kompresor diasumsikan berlangsung secara adiabatis yang berarti tidak terjadi kerugian panas selama proses operasi. Parameter termodinamika yang digunakan untuk menganalisis daya turbin, daya kompresor, dan efisiensi termal sistem yaitu[6,7,8] :
Kebutuhan energi yang semakin besar seiring dengan pertumbuhan industri di Indonesia. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi nuklir sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan energi. Bahasan dalam makalah ini berupa pengembangan teknologi nuklir dengan membuat konsep desain reaktor gas temperatur tinggi[1,2] untuk kogenerasi. Teras reaktornya diberi nama RGTT200K[3,4] yang didesain menggunakan bahan bakar berbentuk bola. RGTT200K beroperasi pada tekanan 50 bar, temperatur keluar 950 C, daya termal yang dihasilkan 200 MWth, dan mempunyai dua sistem pendingin yaitu primer dan sekunder. Sistem pendingin primer merupakan siklus langsung menggunakan helium yang dialirkan melalui teras RGTT200K dan dilewatkan alat penukar kalor yang disebut Intermediate Heat Exchanger (IHX). Sistem pendingin sekunder merupakan siklus tak langsung menggunakan fluida kerja karbon dioksida yang disirkulasikan dengan sistem turbin-kompresor. Dalam IHX, energi panas yang dibawa oleh helium dari teras RGTT200K ditransferkan ke karbon dioksida untuk dimanfaatkan menjadi listrik dan panas. Pembangkitan panas ini digunakan untuk produksi hidrogen dan proses desalinasi untuk penghasil air bersih. Dalam siklus tak langsung, gas karbon dioksida dipilih sebagai fluida kerja karena beberapa alasan sebagai berikut : (a) karena karbon dioksida mampu menurunkan kerja kompresi, (b) karbon dioksida mempunyai berat molekul yang lebih besar dibandingkan helium sehingga mampu untuk mengurangi kebocoran zat-zat radioaktif ke lingkungan. Energi listrik dibangkitkan oleh generator yang dikopel dengan sistem turbin-kompresor. Dalam studi ini dilakukan analisis unjuk kerja dari sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung pada instalasi RGTT200K. Penggunaan perangkat lunak ChemCAD[5] diperlukan untuk memodelkan siklus termodinamika dari instalasi RGTT200K berikut sistem turbin-kompresor agar diperoleh parameter yang sesuai dengan persyaratan desain. Metode yang dipakai yaitu dengan memberikan data masukan seperti tekanan, temperatur, dan daya untuk diolah dengan program ChemCAD dan penyelesaian analitik memakai kesetimbangan massa dan energi.
k
CP Cv
(1)
R C P Cv
RP
2. TEORI
Pout Pin
WC
Gambar 1 memperlihatkan tata letak konsep desain instalasi RGTT200K berikut sistem pendinginnya. Instalasi RGTT200K ini
490
(2)
k 1 k RTin RP k 1 (4) k 1
(3)
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
Gambar 1. Tata letak dari konsep desain instalasi RGTT200K dengan siklus tak langsung
WT
k 1 k RTin 1 RP k k 1
WT WC Qin
th
x100%
3. METODOLOGI (5) Perangkat lunak ChemCAD merupakan paket program komputer yang digunakan untuk memodelkan sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung pada instalasi RGTT200K. Pemodelan ChemCAD ini dilakukan dengan memilih ikon komponen yang tersedia pada palette. Ikon-ikon tersebut dihubungkan satu sama lain sesuai dengan siklus yang dibutuhkan. Data masukan (input data) yaitu tekanan teras reaktor 50 bar, temperatur helium keluar teras 950 C, daya termal yang dihasilkan reaktor 200 MWth, daya listrik yang desain sebesar 60 MWe, dan putaran 3600 rpm. Laju aliran massa gas helium melalui sistem pendingin primer diberikan 107 kg/s[4]. Hasil perhitungan dari perangkat lunak ChemCAD dikomparasi dengan penyelesaian analitis memakai Pers. (1-5). Efisiensi termal dari sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung atau siklus sekunder dihitung dengan Pers. (6).
(6)
dimana : k CP
: :
Cv
:
R RP Pin
: : :
Pout Tin
: :
WT
:
WC
:
Qin
:
th
:
Rasio kapasitas panas jenis Panas jenis pada tekanan tetap, kJ/kg/K Panas jenis pada volume tetap, kJ/kg/K Konstanta gas, kJ/kg/K Rasio tekanan Tekanan masuk turbin / kompresor, bar Tekanan keluar turbin / kompresor, bar Temperatur masuk turbin / kompresor, C Daya per satuan massa yang dihasilkan turbin, MW/kg Daya per satuan massa yang diperlukan kompresor, MW/kg Energi panas yang diberikan ke turbin, MW Efisiensi termal sistem turbinkompresor, %
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada proses aktual, studi parameter termodinamika dilakukan untuk meneliti lebih lanjut kerugian panas dan tekanan dari sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung sebagai sistem pendingin sekunder untuk
491
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
RGTT200K. Dengan diperolehnya nilai kerugian ini maka efisiensi kompresor, efisiensi turbin, rasio tekanan, dan efisiensi termal dari sistem dapat diketahui. Gambar 2 memperlihatkan hasil pemodelan siklus termodinamika memakai perangkat lunak ChemCAD dari setiap komponen dalam instalasi RGTT200K. Titik pengamatan dari setiap aliran gas ditunjukkan pada flowsheet pemodelan ChemCAD. Pemakaian alat IHX untuk membedakan aliran antara pendingin primer dengan gas helium dan pendingin sekunder dengan gas karbon dioksida. Aliran karbon dioksida yang keluar dari IHX dipisahkan dalam splitter dengan rasio aliran gas karbon dioksida antara yang menuju ke sistem turbin-kompresor dan yang dialirkan untuk proses produksi hidrogen. Pada penelitian ini, nilai rasio aliran diberikan 6,5 agar diperoleh daya listrik yang sesuai dengan konsep desain RGTT200K sebesar 60 MWe pada putaran 3600 rpm. Data kondisi operasi yang diperoleh dari perangkat lunak ChemCAD dituliskan dalam Tabel 1, dimana T adalah temperatur, P adalah tekanan, dan m adalah laju aliran massa. Nilai rasio kapasitas panas jenis dari suatu gas sangat berpengaruh terhadap daya yang dihasilkan oleh turbin dan daya yang diperlukan oleh kompresor. Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan parameter termodinamika (termasuk nilai rasio kapasitas panas jenis) dengan menggunakan program komputer
ChemCAD. Terlihat dari Tabel 2 bahwa nilai rasio kapasitas panas jenis untuk helium lebih besar dibandingkan dengan gas karbon dioksida. Begitu juga dengan nilai konstanta gas helium dan nilai panas jenisnya (baik pada tekanan tetap ataupun pada volume tetap). Untuk gas karbon dioksida, nilai konstanta gasnya dan nilai rasio kapasitas panas jenisnya lebih kecil pada kondisi temperatur tinggi dibandingkan dengan nilainya pada temperatur rendah. Oleh karena itu untuk kasus sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung pada RGTT200K ini, proses melalui kompresor didesain dengan rasio tekanan sekitar 33 agar dicapai tekanan tertinggi (50 bar) dalam sistem turbin-kompresor. Tabel 1. Hasil perhitungan kondisi operasi setiap komponen untuk RGTT200K No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
T [C] 591,1 591,8 950 943,9 943,9 943,9 472,1 40 390,8 843,9 454,1
P [bar] 49,9 50 50 49,9 49,9 49,9 1,5 1,4 50 49,8 50
m [kg/s] 107 107 107 331 44 287 287 287 287 44 331
Fluida kerja helium helium helium CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 CO2 CO2
RGTT200K
Proses produksi hidrogen
3 T 9 50 .0 C P 5 0.0 ba r
2
T 5 91 .8 C P 5 0.0 ba r
IHX
T 8 43 .9 C T 9 43 .9 C
T 9 43 .9 C
P 4 9.9 ba r
P 4 9.9 ba r
Sirkulator
5
P 4 9.8 ba r
Mixer
10
4 Splitter
6 9
Kompresor
Turbin T 9 43 .9 C
T 3 90 .8 C
P 4 9.9 ba r
P 5 0.0 ba r
1
11
T 5 91 .1 C
T 4 54 .1 C
P 4 9.9 ba r
P 5 0.0 ba r
T 4 72 .1 C
8
7
P 1 .5 b ar
T 4 0.0 C
Proses desalinasi
P 1 .4 b ar
Gambar 2. Pemodelan termodinamika dengan ChemCAD untuk instalasi RGTT200K
492
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 2. Hasil perhitungan termodinamika dengan ChemCAD
Gambar 4 menunjukkan pengaruh temperatur masuk kompresor (Compressor Inlet Temperature / CIT) terhadap daya turbin dan daya kompresor pada putaran 3600 rpm dengan mempertahankan rasio tekanan. Simulasi model dengan perangkat lunak ChemCAD menggunakan gas karbon dioksida dengan efisiensi turbin 92 % dan efisiensi kompresor 90 %. Dari hasil simulasi dapat diketahui bahwa temperatur masuk turbin (Turbine Inlet Temperature / TIT) hampir konstan untuk variasi CIT dari 40 C sampai dengan 200 C. Hal ini berakibat daya yang dihasilkan turbin juga mendekati tetap, seperti terlihat pada Gambar 4. Pada kondisi CIT di bawah 40 C, dalam Gambar 4 juga dapat dilihat bahwa semakin turun nilai CIT maka nilai daya turbin semakin berkurang. Daya yang diperlukan oleh kompresor semakin naik dengan semakin meningkatnya CIT. Oleh karena itu temperatur masuk kompresor didesain serendah mungkin dengan batasan rasio tekanan yang diberikan. Pada kasus sekarang, nilai optimum CIT sama dengan 40 C untuk memenuhi target kebutuhan daya listrik 60 MWe dari konsep desain RGTT200K. Dari simulasi dengan ChemCAD dapat diketahui bahwa temperatur keluar kompresor 390,8 C, temperatur masuk turbin 943,9 C, temperatur keluar turbin 472,1 C, dan laju aliran massa karbon dioksida sekitar 287 kg/s.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
CP [kJ/kg/K] 5,195 5,196 5,195 1,291 1,291 1,291 1,143 0,887 1,140 1,271 1,010
k 1,667 1,667 1,667 1,178 1,178 1,178 1,178 1,307 1,307 1,178 1,307
Cv kJ/kg/K] 3,117 3,118 3,117 1,097 1,097 1,097 0,971 0,679 0,872 1,079 0,773
parameter
R [kJ/kg/K] 2,078 2,078 2,078 0,195 0,195 0,195 0,172 0,208 0,267 0,192 0,237
Gambar 3 memperlihatkan diagram balok untuk distribusi daya dalam sistem turbinkompresor pada siklus tak langsung dengan rasio tekanan kompresor 33. Gambar 3 ini diperoleh dengan tidak memperhitungkan kerugian panas yang terjadi dalam siklus langsung aliran gas helium selama pendinginan teras RGTT200K. Dari hasil pemodelan dengan perangkat lunak ChemCAD dapat diketahui bahwa daya termal yang dihasilkan oleh teras RGTT200K sebesar 200 MWth didistribusikan ke proses produksi hidrogen sebesar 5,64 MWth. Ini berarti efektivitas termal dari teras reaktor sekitar 97,2 % yang diberikan ke sistem turbinkompresor. Daya termal yang diteruskan ke sistem tak langsung sebesar 194,36 MWth, seperti terlihat pada Gambar 3. Nilai daya termal ini digunakan untuk menghasilkan daya listrik sebesar 60 MWe. Daya yang diperlukan untuk memutar sudu rotor turbin 166,01 MW. Daya poros yang dibutuhkan memutar kompresor 98,96 MW. Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa daya termal yang diperlukan untuk proses desalinasi sebesar 127,27 MWth. Kerugian panas yang terjadi dalam sistem turbin-kompresor pada siklus tak langsung adalah sekitar 0,7 MWth atau sekitar 0,34 % dari daya termal gas karbon dioksida yang dialirkan ke turbin.
Gambar 4. Pengaruh daya terhadap variasi CIT
Gambar 5 memperlihatkan kurva komparasi hasil simulasi ChemCAD antara proses aktual dan proses ideal untuk nilai rasio kapasitas panas jenis (k) gas karbon dioksida dalam proses melalui turbin terhadap nilai CIT yang divariasi dari 40 C hingga 80 C. Rasio tekanan kompresor dan putaran poros turbin dipertahankan konstan yaitu 33 dan 3600 rpm. Temperatur gas karbon dioksida masuk turbin dipertahankan tetap sekitar 943,9 C pada
Gambar 3. Diagram distribusi daya untuk sistem turbin-kompresor pada putaran 3600 rpm
493
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
tekanan 49,9 bar. Pada Gambar 5, nilai k untuk proses aktual terlihat seperti garis lurus dengan nilai konstan. Nilai k pada proses ideal terlihat bergelombang dengan nilai k rata-rata 1,171. Perbedaan nilai k ini adalah sekitar 0,53 % untuk nilai temperatur masuk turbin sama. Selanjutnya analisis dilakukan dengan menggunakan penyelesaian analitik pada Pers. (1-2) untuk menghitung nilai k dan R. Nilai panas jenis pada tekanan tetap (CP) diperoleh sekitar 0,845 kJ/kg/K[7]. Selisih nilai konstanta gas karbon dioksida (R) antara simulasi ChemCAD dan penyelesaian analitik adalah 1,2 % untuk kondisi masuk kompresor dengan nilai temperatur sama. Kedua nilai k dan R ini akan digunakan untuk menghitung besaran daya turbin dan daya kompresor dengan memakai Pers. (4-5).
daya turbin atau daya kompresor. Dari kedua hasil ini dapat diketahui bahwa simulasi dengan menggunakan perangkat lunak ChemCAD memenuhi syarat untuk dipakai dalam membuat konsep desain sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung pada RGTT200K dengan beda rata-rata 5,3 % dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan penyelesaian analitik. Efisiensi termal dari sistem turbin-kompresor ini dihitung dengan menggunakan Pers. (6) dan diperoleh nilai sekitar 34,5 %.
Tabel 3. Komparasi daya turbin dan kompresor
Gambar 5. Komparasi nilai kapasitas panas jenis proses antara aktual dan ideal
Tabel 3 menunjukkan hasil penyelesaian analitik dengan menggunakan Pers. (4-5) untuk memperoleh daya turbin dan daya kompresor. Kisaran CIT ditentukan dari 40 C sampai dengan 80 C. Putaran poros turbin dan kompresor dipertahankan pada 3600 rpm. Unjuk kerja untuk kedua kondisi antara simulasi dengan perangkat lunak ChemCAD dan penyelesaian analitik dibuat sama yaitu untuk turbin 92 % dan untuk kompresor 90 % dengan fluida kerja gas karbon dioksida. Perbedaan nilai rata-rata daya antara hasil ChemCAD dan hasil penyelesaian analitik adalah sekitar 5,09 MW untuk turbin dan 7,85 MW untuk kompresor. Nilai perbedaan daya ini diperoleh karena nilai konstanta panas pada tekanan tetap yang diberikan tidak dihitung berdasarkan perubahan temperatur pada kondisi yang diamati. Pada Gambar 6 diperlihatkan rasio dari selisih daya turbin atau daya kompresor antara hasil yang diperoleh dengan simulasi ChemCAD dan dengan penyelesaian analitik. Nilai rasio ini merupakan besarnya selisih daya dari turbin atau kompresor terhadap nilai terkecil dari selisih
Gambar 6. Rasio dari selisih daya antara ChemCAD dan penyelesaian analitik
5. KESIMPULAN Dalam studi ini, konsep RGTT200K didesain dengan pendingin primer (siklus langsung) dan pendingin sekunder (siklus tak langsung). Fluida kerja yang digunakan dalam siklus langsung adalah gas helium dan siklus tak langsung memakai gas karbon dioksida. Turbin dan kompresor beroperasi dengan laju aliran massa karbon dioksida 287 kg/s, TIT 943,9 C, CIT 40 C, dan tekanan keluar kompresor 50 bar. Turbin mempunyai efisiensi kerja 92 % dan kompresor 90 %. Efisiensi termal dari sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung dihitung sekitar 34,5 %. Sistem turbinkompresor cocok digunakan untuk instalasi RGTT200K.
494
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
6. UCAPAN TERIMAKASIH Kegiatan Penelitian ini merupakan bagian kerja di Bidang Pengembangan Reaktor (BPR), Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) yang didanai DIPA 2013.
4.
7. DAFTAR PUSTAKA 5. 1.
2.
3.
IAEA, “Design and Development of Gas Cooled Reactors With Closed Cycle Gas Turbines” (IAEA-TECDOC-899), IAEA, Vienna (1995). ABRAMS, B., “A Technology Roadmap for Generation IV Nuclear Energy Systems” (U.S. DOE), USA (2002). PURWADI, MD., Reaktor Nuklir Kogenerasi Berbasis RGTT Yang Kemungkinan Akan Dikembangkan di
6.
7.
8.
Indonesia (Laporan Workshop Analisis Sistem Reaktor Kogenerasi Berbasis RGTT, Serpong 1-5 Maret 2010), PTRKN, BATAN, (2010). SUDADIYO, S., Pertimbangan Termodinamika Terhadap Penggunaan Rekuperator Untuk Kelayakan Siklus Turbin Helium Pada RGTT200K (Prosiding SENPEN V), PPEN, BATAN, (2012). ANONYMOUS, ChemCAD Software, Chemstations Inc., (2009). BATHE, WW., “Fundamentals of Gas Turbines”, Edisi ke 2, John Wiley and Sons, New York, (1996). REYNOLD, WC. and PERKINS, HC., “Engineering Thermodynamics”, 2nd Edition, McGraw Hill, (1977). BOYCE, MP., “Gas Turbine Engineering Handbook”, Edisi ketiga, ButterworthHeinemann, (2002).
DISKUSI Jupiter: Terdapat perbedaan sistem pemanfaatan panas dari presentasi terdahulu (pak Joko). Sebenarnya yang bagaimana desain yang akan dirancang tersebut? Usulan kami sebaiknya setiap penelitian dikaitkan dengan spesifikasi konsep desain RGTT200K.
Sri Sudadiyo: Presentasi terdahulu menggunakan sistem turbin-kompresor dalam siklus langsung untuk RGTT200K. Presentasi sekarang menggunakan sistem turbin-kompresor dalam siklus tak langsung sebagai siklus pendingin sekunder pada instalasi RGTT200K. Silus pendingin pada RGTT200K dapat menggunakan turbin-kompresor dalam siklus langsung ataupun siklus tak langsung. Kedua siklus ini masih dalam tahap penelitian untuk mendapatkan keuntungan dan kerugiannya. Desain sistem turbin-kompresor RGTT200K dirancang dengan nilai keuntungan yang lebih besar dibanding nilai kerugiannya. Spesifikasi konsep desain sistem turbin-kompresor RGTT200K sudah dibuat dan dilaporkan setiap tahun berupa “Laporan Teknis” penelitian.
495