Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
STUDI SEMIOTIKA PERANG BANGKAT: ERA TRADISIONAL DAN ERA MODERNISASI Abdul Shomad Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Banyuwangi Email:
[email protected]
Abstrak Upacara adat perang bangkat merupakan salah satu bukti keragaman kebudayaan yang ada di Banyuwangi. Adat ini dilaksanakan dalam acara temu pengantin pada suku Osing, namun tidak semua acara temu pengantin menggunakan Upacara Adat Perang Bangkat. Perang Bangkat digunakan apabila pengantin merupakan anak sulung dan bungsu dalam keluarganya. Maksudnya ialah apabila pengantin pria merupakan putra pertama dari sebuah keluarga dan menikah dengan putri bungsu dari keluarga lain harus dilakukan upacara adat Perang Bangkat, begitu pula sebaliknya. Era modernisasi, menyingkirkan adat ini secara perlahan. Terbukti dengan generasi muda lebih menyukai acara pernikahan yang simple dan kebaratan. Kata kunci: adat, Osing, modernisasi Abstract The traditional ceremony perang bangkat is one proof of the diversity of cultures that exist in Banyuwangi. This traditional gathering held in the bride on Osing tribes, but not all gathering brides use perang Bangkat Ceremony. War Bangkat used when the bride is the eldest and youngest child in his family. The idea is if the groom is the eldest son of a family and is married to the youngest daughter of another family have to do ceremonies perang bangkat, and vice versa. Modernization, gradually get rid of this custom. Evidenced by the younger generation prefers the simple wedding ceremony and westernized. Keywords: adat, Osing, modernisasi
PENDAHULUAN
di
jelaskan
dalam
artikel
Geografi
Banyuwangi merupakan salah satu
Kabupaten Banyuwangi (Maret, 2010)
kabupaten dari Provinsi Jawa Timur
pada salah satu situs resmi pemerintah
yang terletak di ujung timur Pulau
Kabupaten Banyuwangi.
Jawa.
Wilayah
kabupaten
ini
Kabupaten Banyuwangi memiliki
berbatasan langsung dengan beberapa
wilayah
kabupaten lainnya, secara berurutan di
penduduk yang heterogen, terdiri dari
sebelah
yaitu
berbagai suku seperti, Jawa, Madura,
Kabupaten
Sunda, Arab dan suku asli Banyuwangi
Bondowoso dan Kabupaten Situbondo, di
yaitu Suku Osing. Banyaknya suku yang
sebelah
ada
barat
Kabupaten
Samudra sebelah
dan
utara
Jember,
selatan
berbatasan
Indonesia. timur
dengan
Sedangkan
berbatasan
yang
membuat
cukup
luas
Banyuwangi
dengan
memiliki
di
banyak kebudayaan dan adat istiadat
langsung
yang berbeda antara desa satu dengan
dengan Selat Bali yang sekaligus sebagai
desa
batas Provinsi Jawa Timur sebagaimana
biasanya terletak pada jenis adat, tata 103
yang
lainnya.
Perbedaan
ini
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
cara,
pemaknaan
bahkan
waktu
dilakukannya
Perang
Bangkat
dalam
pelaksanaannya. Karena pada dasarnya
acara temu pengantin yang dimaksudkan
kebudayaan merupakan suatu upaya
dapat
yang
dalam
halangan yang sering disebut sebagai
pemenuhan kebutuhan atas penyesuaian
Bala dalam rumah tangga yang akan
dengan
kondisi
dijalani oleh kedua pengantin. Hal ini
dikutip
dari
dilakukan
manusia alam.
Ira
Sebagaimana
Indrawardana
menjauhkan
sengkala
atau
2012
dirasakan perlu karena mereka meyakini
“dikenal suatu konsep bahwa terdapat
upacara ini sebagai penolak bala yang
kaitan erat antara manusia, alam dan
wajib dilakukan. Selain itu mereka
kebudayaan
memahami terdapat pemaknaan dan
sebagai
suatu
relasi
triangulasi”. Dalam kebudayaan relasi
tujuan
triangulasi merupakan hubungan yang
diwariskan oleh leluhurnya.
terjalin antara tiga unsur yaitu manusia,
upacara
adat
yang
Pemahaman terhadap pemaknaan
alam dan Tuhan. Upacara
dalam
suatu adat merupakan hal yang sangat
adat
perang
bangkat
penting baik bagi pengembangan ilmu
merupakan salah satu bukti keragaman
pengetahuan
kebudayaan yang ada di Banyuwangi.
secara
Adat ini dilaksanakan dalam acara temu
komunikasi dan budaya. Dalam suatu
pengantin pada suku Osing, namun tidak
budaya
semua
terkandung didalamnya, baik itu budaya
acara
menggunakan Bangkat. apabila
temu
Upacara
Perang
pengantin Adat
Bangkat
pengantin
maupun
menyeluruh terdapat
pengembangan khususnya makna
pada yang
Perang
tari, basanan maupun upacara adat.
digunakan
Setiap pelaksanaan upacara adat pasti
merupakan
anak
terdapat
perlengkapan-perlengkapan
sulung dan bungsu dalam keluarganya.
yang harus dipenuhi sebagai syarat
Maksudnya ialah apabila pengantin pria
kesakralannya. Tidak lain pula halnya
merupakan putra pertama dari sebuah
dengan upacara adat Perang Bangkat.
keluarga dan menikah dengan putri bungsu
dari
keluarga
perlengkapan
yang
harus
digunakan dalam upacara adat Suku
dilakukan upacara adat Perang Bangkat,
Osing ini yaitu berupa beberapa jenis
begitu pula sebaliknya.
tanaman dan peralatan pertanian serta
Masyarakat
mempercayai
peralatan rumah tangga. Perlengkapan
jika anak sulung menikah dengan anak
inimerupakan tanda yang mengandung
bungsu maka dalam rumah tangganya
makna
kelak akan terjadi banyak masalah atau
disampaikan pada masyarakat umum
godaan
Disinilah
dan khususnya pada kedua pengantin.
perlu
Pesan-pesan itu dimaksudkan sebagai
yang
masyarakat
Osing
lain
Adapun
menerpa.
osing
merasa
104
serta
pesan
yang
berusaha
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
petuah atau wejangan terhadap kedua
mengerti dan memahami bagaimana
pengantin
mengarungi
sejarah, apa makna yang terkandung
kehidupan baru bersama pasangannya.
dan apa tujuan dari Upacara Adat
Selain itu tanda tersebut juga sebagai
Perang
symbol atas tanggung jawab seorang
Ketidakpahaman
suami yang menjadi pemimpin dalam
menumbuhkan sikap acuh tak acuh pada
sebuah keluarga.
setiap individu terhadap salah satu
yang
akan
Suatu kebudayaan tercipta dengan
Bangkat
tersebut.
inilah
yang
dapat
kebudayaan warisan leluhur ini. Hal ini
berbagai latar belakang yang berbeda,
dapat
sesuai
dan
pemaknaan bahkan kemusnahan suatu
menciptakannya.
adat sebagai warisan budaya yang di
dengan
masyarakat
kondisi
yang
alam
Menurut Malinowski, sebagaimana dalam (2012),
bahwa
pergeseran
lakukan secara turun menurun.
Koentjaraningrat yang dikutip dari Ira Indrawardana
mengakibatkan
Pengaruh modernisasi ini tidak
segala
dapat
dielakkan
dan
sangat
kegiatan atau aktifitas manusia dalam
dampaknya
unsur-unsur kebudayaan itu sebenarnya
masyarakat
bermaksud memuaskan suatu rangkaian
kelangsungan suatu budaya. Modernisasi
dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk
yang
manusia
informasi dengan sangat cepat akan
yang
berhubungan
dengan
dalam
terasa
yang
ditandai
kehidupan mempengaruhi
dengan
seluruh kehidupannya. Dari pernyataan
dapat
di atas dapat diketahui bahwa Perang
maupun negatif. Namun yang terjadi
Bangkat sebagai suatu adat memiliki
pada
latar belakang, makna dan tujuan yang
modernisasi telah membetuk karakter
ingin
baru pada generasi muda. Informasi-
dicapai.Yakni
memenuhi
memberikan
penyampaian
dampak
masyarakat
ini
informasi
atas hilangnya bala dalam kehidupan
kebudayaan
sang pengantin. Dengan hilangnya bala
memalingkan perhatian masyarakat dari
dari kehidupan sang pengantin maka
kebudayaan dan kearifan lokal.
akan dapat menghilangkan kekhawatiran
Informasi-informasi dianggap
menghidang
dibutuhkan
sehingga
dapat
ekonomi,
ialah
kebutuhan batin yang berupa keyakinan
atas bencana atau bala yang akan
politik,
saat
positif
lain
lebih
bahkan
telah
tersebut
penting
dalam
dapat
dan
lebih
kelangsungan
menciptakan ketenangan pada diri sang
kehidupan mereka. Sehingga intensitas
pengantin
perhatian mereka terhadap budaya lokal
dalam
mengarungi
rumah
tangganya. Namun
sangatlah pada
era
modern
minim.
Dengan
minimnya
ini
perhatian seperti ini mengakibatkan
banyak sekali masyarakat yang tidak
sedikit sekali generasi muda yang mau 105
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
mempelajari
dan
menggalih
(Sobur, 2004:95). Secara terminologis,
pengetahuan tentang kebudayaan lokal.
semiotik
Pengetahuan dan pemahaman makna
berurusan dengan dengan pengkajian
terhadap suatu adat oleh generasi muda
tanda
dan
segala
sesuatu
berpengaruh
berhubungan
dengan
tanda,
pada
kelestarian
kelangsungan
adat
tersebut.
Jika
keinginan
melestarikannyapun rendah.
akan
Keadaan
seperti
ilmu
yang yang seperti
bagi tanda (Van Zoest, 1993:1).
terhadap suatu budaya sangat minim kemungkinan
cabang
sistem tanda dan proses yang berlaku
pengetahuan dan pemahaman makna maka
adalah
Dalam
Semiotik
Dan
Dinamika
untuk
Sosial Budaya oleh Benny H. Hoed (2014:
sangat
5) dijelaskan bahwa Semiotik adalah
ini
ilmu
tentang
tanda.
Tanda
adalah
mengakibatkan tidak ada generasi yang
segala hal baik fisik maupun mental,
dapat melanjutkan pelaksanaan dan
baik di dunia maupun di jagat raya, baik
melestarikan
seperti
didalam pikiran manusia maupun sistem
perang bangkat. Dengan keadaan di atas
biologi manusia dan hewan, yang diberi
memungkinkan pada saat ini sangat
makna oleh manusia.Jadi, tanda adalah
sedikit
tanda apabila bermakna bagi manusia.
budaya
sekali
lokal
masyarakat
yang
memahami tentang upacara adat perang
Dalam
bangkat.
kehidupan
berbudaya
disadari ataupun tidak manusia telah
Suatu
fokus
menciptakan tanda didalamnya. Tanda
maka
yang diciptakan untuk menghubungkan
penelitian
manusia satu dengan manusia yang lain
dengan jelas. Ruang lingkup ini dapat
serta tanda yang diciptakan sebagai
dibatasi
masalah
usaha untuk menghubungkan manusia
sebagai berikut yang terkait dengan
dengan alam maupun dengan Tuhannya.
modernisasi
Hal ini tercipta atas upaya manusia
terhadap
penelitian
dapat
permasalahan
dibutuhkan
ruang
dengan dan
lingkup rumusan
pemaknaan
perang
bangkat.
untuk menjaga kelangsungsan kehidupan yang selaras. Begitu pula halnya yang
Pengertian Semiotika
terjadi pada Suku Osing di Desa Gumirih
Semiotik atau ada yang menyebut
Kecamatan
Singojuruh.
Masyarakat
dengan semiotika berasal dari kata
memiliki banyak budaya baik yang baru
Yunani semeion yang berarti “tanda”.
tercipta ataupun yang telah diwarisinya
Istilah semeion tampaknya diturunkan
secara turun temurun. Salah satu dari
dari
hasil
kedokteran
hipokratik
atau
asklepiadik dengan perhatiannya pada
kebudayaan
tersebut
upacara adat perang bangkat.
simtomatologi dan diagnostik inferensial 106
adalah
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
Pada upacara adat perang bangkat
kebudayaan manusia tentulah memiliki
ini terdapat tanda-tanda yang berusaha
latar
dikomunikasikan.
yang
macam latar belakang atas terciptanya
terkandung dalam upacara ini berupa
suatu kebudayaan. Latar belakang ini
bahasa
yang
berupa keadaan alam, pengetahuan dan
dilambangkan oleh beberapa tanaman
kepercayaan. Hal ini sesuai dengan
dan
Julian
Tanda-tanda
dan
barang.
simbol-simbol Tanaman,
barang
dan
belakang.
J.
Terdapat
berbagai
Pattipeilohy
bahasa yang digunakan dalam adat
penelitiannya
perang bangkat dapat disebut sebagai
Tradisional Tidore Kepulauan (2013:29)
tanda karena memiliki makna atau arti
yang menjelaskan bahwa suatu adat
bagi manusia khususnya pelaku budaya.
memiliki
Dalam teori Semiotik
kebutuhan sosial, religi dan sebagainya.
terdapat dua
pandangan yaitu semiotik struktural dan
Arsitektur
untuk
adat
memenuhi
Perang
Bangkat
sebagai bentuk salah satu adat memiliki tujuan
Adat Perang Bangkat Sejarah
tujuan
Upacara
semiotik Pragmatis.
tentang
dalam
adat
yaitu
kebutuhan Perang
Bangkat
sebagai
sosial
pemenuhan
dan
religi
bagi
kehidupan masyarakat suku osing.Hal ini
tersaji dalam bentuk sejarah lisan.
terlihat
Sejarah lisan menurut Abdul Syukur
kesakralan
(2006:1) merupakan penyajian sejarah
upacaranya.Pelaksanaan upacara adat
dalam
perang bangkat
bentuk
lisan
yang
diberikan
dari
interaksi
serta
nilai dalam
tidak
terlepas dari
secara turun-temurun. Lisan merupakan
kepercayaan masyarakat yang meyakini
alat komunikasi utama yang digunakan
bahwa upacara ini sebagai penolak bala.
untuk mewariskan pengetahuan dari
Sehingga dengan dilakukannya upacara
zaman
ini maka sang pengantin akan terbebas
dulu
ke
generasi
berikutnya.Namun
seiring
dari bala.
perkembangan zaman, manusia mulai mewariskan ilmu pengetahuan melalui
Era Modernisasi
tulisan pada batu, dinding gua, kayu dan
Modernisasi dan perubahan sosial
sebagainya hingga pada kertas pada
adalah sesuatu yang saling berkaitan
zaman sekarang. Sejarah lisan mulai
dan tidak dapat di pisahkan. Modernisasi
jarang digunakan karena pengetahuan
dan perubahan sosial dalam perjalanan
tertulis dianggap lebih valid dan lebih
perkembangannya
dapat dipercaya.
ideologi. Hal ini tidak terlepas dari
Perang Bangkat sebagai suatu adat yang
merupakan
salah
satu
telah
menjadi
pengaruh kekuasaan dan dukungan dana
hasil
dari negara-negara liberal. Sofjan Alizar 107
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
Sam
dalam
Modernisasi
hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup
Pembangunan di Indonesia (2014:106-
dan masalahnya, mulai dari aspek sosial,
107) menjelaskan bahwasannya bantuan
budaya,
negara maju dalam percaturan ekonomi
seterusnya.
khususnya
Kegagalan
dari
Amerika
tidak
lain
ekonomi,
Soerjono
politik
Soekanto
dan
(2001:89)
dengan maksud untuk mengambil peran
merumuskan bahwa perubahan sosial
yang
adalah segala
dominan
dalam
percaturan
perubahan-perubahan
ekonomi dan politik dunia. Bantuan yang
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
ditawarkan oleh Amerika tidak lain
di
adalah untuk kepentingan politik yaitu
mempengaruhisistem
membendung berkembangnya ideologi
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-
komunis yang pada saat itu berkembang
sikap,
pesat. Hingga modernisasi telah menjadi
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
dalam
ideologi yang mendunia sampai saat ini.
suatu
dan
Dari
masyarakat,
yang
sosialnya,
pola
perilaku
pernyataan
diantara
diatas
dapat
Perubahan merupakan suatu hal
diketahui bahwa perubahan terjadi pada
yang wajar dalam kehidupan, pengaruh
setiap kalangan dan lapisan masyarakat,
perubahan
baik
ini
dapat
menjalar
dan
masyarakat
kota
maupun
dirasakan dengan cepat oleh negara-
masyarakat desa. Masyarakat pedesaan
negara lain di dunia. Keadaan seperti ini
yang
didukung
perubahan
dengan
adanya
sistem
terlihat
tidak
dan
cenderung
statispun
dengan penemuan-penemuan teknologi
perubahan,
baru,
yang
lambat atau bahkan cenderung sangat
kemudian dengan cepat dapat diketahui
lambat. Perubahan ini meliputi berbagai
oleh masyarakat lain yang letaknya jauh
aspek serta makna dan nilai yang ada
dari daerah tersebut.
dalam suatu masyarakat. Hal ini dapat
modernisasi
Ellya Rosana dalam Modenisasi dan Perubahan menjelaskan
Sosial bahwa
ditunjukkan
(2011:3-4) pada
dasarnya
hidup
komunikasi yang modern serta diiringi revolusi,
pada
mengalami
namun
dari
mengalami
perubahan
perubahan
itu
pola
prilaku, perubahan sikap dan karakter
dasarnya
dalam
manusia
sebagai
anggota
bangsa dan masyarakat di dunia ini
masyarakat. Perubahan ini merupakan
senantiasa
dampak dari modernisasi.
terlibat
dalam
proses
modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda antara
METODE PENELITIAN
masyarakat
yang
satu
dengan
Lokasi penelitian dilakukan di Desa
masyarakat
yang
lain.
Proses
Gumirih Kecamatan Singojuruh yang
modernisasi itu sangat luas, hampir-
mana masih terdapat Suku Osing dan 108
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
melaksanakan
adat
bangkat.
perang bangkat yang dilakukan oleh
Penelitian yang dilakukan merupakan
tetua adat. dokumentasi yang dapat
jenis penelitian kualitatif yang mana
digunakan diantaranya adalah rekaman
prosedur
data
dan berbagai tulisan maupun gambar
deskriptif berupa data tertulis atau lisan
yang sesuai dengan permasalahan dalam
di masyararakat.
penelitian.
yang
perang
menghasilkan
Objek dari penelitian ini adalah
Data
yang
diperoleh
kemudian
masyarakat Suku Osing khusunya pelaku
akan dianalisa interkatif melalui tiga
Adat
tahapan reduksi data, sajian data, dan
Perang
Bangkat.Pelaku
Adat
Perang Bangkat yang diambil peneliti
verifikasi
adalah pemangku atau pemuka adat
(Sutopo, 2006: 120). Ketiga komponen
yang kopeten atau orang yang dianggap
analisis di atas dapat saling menjalin
mengetahui serta memahami tentang
secara
Adat Perang Bangkat. Fokus penelitian
maupun
ini diarahkan pada pengkajian tentang
pengumpulan
budaya yang hidup dalam masyarakat
Ketiga komponen tersebut dapat pula
Suku Osing yaitu Adat Perang Bangkat.
aktivitasnya berbentuk interaksi dengan
Sedangkan ruang lingkup yang diteliti
proses pengumpulan data sebagai suatu
adalah makna yang terkandung dalam
proses
upacara
dan
peneliti bergerak di antara keempat
pengaruh modernisasi terhadap upacara
komponen (tiga komponen analisis data)
adat perang bangkat.
selama
adat
perang
Pengumpulan
bangkat
data
dilakukan
dan
baik
menarik
sebelum,
pada
sesudah data
siklus.
berlangsung,
waktu,
pelaksanaan secara
Dalam
proses
kesimpulan
paralel.
penelitian
pengumpulan
kemudian
ini
data
bergerak
di
dengan wawancara, dokumentasi dan
antara reduksi data, sajian data dan
observasi. Wawancara dilakukan dengan
mengambil
cara
verifikasi data.
berkomunikasi
dengan
beberapa
dan
tokoh
berdiskusi adat
gambaran
simpulan
atau
atau
pelaku Adat Perang Bangkat. Data yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh melalui metode penelitian
Berdasarkan
hasil
penelitian,
observasi ini dilakukan dengan mencatat
tradisi Upacara Adat Perang Bangkat
kejadian dan fenomena yang terjadi
yang
serta
yang
masyarakat Suku Osing merupakan salah
sumber
satu warisan budaya leluhur yang masih
mendokumentasikannya
kemudian
akan
menjadi
masih
dilaksanakan
data.Adapun observasi padapenelitian
dipertahankan
ini
secara
Kelestarian budaya ini tidak terlepas
langsung proses jalannya upacara adat
dari sejarah kepercayaan mereka yang
yaitu
peneliti
melihat
109
hingga
oleh
sekarang.
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
telah mendarah daging. Upacara adat
diharuskan melaksanakan tradisi perang
perang bangkat merupakan akulturasi
bangkat ini, ternyata hanya berlangsung
budaya dengan agama Hindu. Hindu
dalam kondisi tertentu saja.Bila kedua
merupakan
pasangan pengantin itu sama-sama anak
agama
masyarakat terhadap
awal
Osing.
dewa
dan
dari
pada
Kepercayaan roh-roh
sulung
nenek
atau
bungsu,
maka
perang
bangkat harus dilaksanakan atau anak
moyang sangat melekat bahkan sampai
sulung
saat
bungsu maka juga harus dilaksanakan
ini.Sehingga
pewayangan
Hindu
cerita-cerita sering
dikaitkan
yang
upacara
menikah
dengan
perang
anak
bangkat.
dalam kehidupan. Seperti dalam kisah
(http://www.academia.edu/4566472/P
perang bangkat yang dijelaskan oleh
ROSESI_PERANG_BANGKAT_DALAMPERNI
bapak Suwito selaku pemuka adat di
KAHAN_SUKU_USING_BANYUWANGI:
Desa Gumirih Kecamatan Singojuruh.
diunduh hari Selasa, 26 Mei 2016 jam
Pasangan pengantin yaitu anak sulung
11:33)
dengan anak bungsu merupakan mangsa dari
betara
kala,
oleh
Namun dalam perkembangannya
karenanya
pada saat ini Bapak Suwito mengatakan
dilakukan ritual perang bangkat untuk
bahwa sudah jarang dilakukan Upacara
menghilangkan sengkala pada pasangan
adat perang bangkat pada pernikahan
pengantin. Kebudayaan merupakan hasil
anak bungsu dengan anak bungsu atau
cipta manusia yang dilakukan untuk
anak sulung dengan anak sulung.Yang
memenuhi
masih
kebutuhannya
kebutuhan
jasmani,
sosial
baik maupun
dijalankan
masyarakat
adalah upacara perang bangkat untuk
rohaninya yang dilakukan secara terus-
pernikahan
menerus
bungsu.
guna
dalam
mempertahankan
hidupnya.
anak
sulung
Pergeseran
dan
anak
pelaksanaan
upacara ini menunjukkan bahwa perang
Upacara Adat Perang Bangkat tidak
bangkat
sebagai
budaya
dilakukan pada setiap temu pengantin.
perubahan.
Sebagaimana
Bapak
dampak dari perubahan manusianya dan
Suwito Bahwa Upacara Adat Perang
pengaruh modernisasi yang masuk dalam
Bangkat dilakukan apabila pengantin
kehidupan masyarakat Suku Osing.
dijelaskan
oleh
Perubahan
mengalami ini
sebagai
merupakan anak sulung dengan anak
Dalam pelaksanaan upacara adat
bungsu atau anak bungsu dengan anak
ini terdapat berbagai perlengkapan yang
bungsu.
digunakan
Hal
ini
selaras
dengan
sebagai
syarat
pernyataan Saif dalam prosesi perang
keskralannya.Adapun
bangkat dalam pernikahan suku using
perlengkapan tersebut memiliki makna
Banyuwangi
dan pesan didalamnya. Selain sebagai
bahwa
Pernikahan
yang 110
setiap
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
ritual
penolak
bala
adat
ini
juga
perkataan yang diucapkannya. Karena
memberikan nasehat
atau
wejangan
perkataan yang tidak hati-hati akan
terhadap
kedua
pengantin
dalam
menimbulkan salah faham yang dapat
menjalani kehidupan. Makna atau pesan
menimbulkan permusuhan.
yang terkandung dalam Perang Bangkat
Wanci
merupakan
menurut
Bapak
Suwito
diantaranya
meletakkan
meliputi
keloso
bantal
(tikar
dirtikan sebagai waktu yang dalam
bantal),
wanci,
bokor,
dan
kendi.
bahasa
jawa
lain
yang
Dalam
kinangan
Adapun
perlengkapan
dan
kinangan.
tempat
kromo
Wanci disebut
terdapat
disini wanci.
beberapa
digunakan dalam Upacara Adat Perang
macam isinya yang diantaranya ada
Bangkat adalah ingkrek atu ongkek,
daun sirih yang disebut dengan suruh
para
para
oleh masyarakat Osing dan kapur yang
Setiap
dikenal dengan sebutan enjet.Suruh
perlengkapan yang digunakan dalam
diartikan dengan kata weruh, yaitu
upacara adat ini memiliki makna.
weruho
bungkil,
gumantung
para
dan
pecah,
singkal.
Keloso bantal menggambarkan alas kehidupan
waktu,
hukum
lan
agama.
kehidupan dan sebagai tempat untuk istirahat.Dalam
maring
Kata weruh berarti tahu atau
tempat
mengetahui. Manusia sebagai mahkluk
istirahat adalah rumah. Rumah yang
yang
dalam hal ini digambarkan oleh keloso
mengetahui
bantal
menjadi
berjalannya waktu, aturan hukum dan
sandaran dalam kehidupan.Untuk itu
aturan agama.Hukum dan agama adalah
pemangku adat selalu berpesan agar
hal
dalam kehidupan manusia harus teliti
manusia. Apabila manusia taat pada
dan hati-hati.Selain itu manusia juga
hukum dan agama maka manusia akan
harus
dan
selamat dan terhindar dari sanksi, baik
nerimo/legowo (tawakal) untuk menuju
sanksi sosial, sanksi hukum maupun
kehidupan yang tentram. Selain itu
sanksi agama. Jika manusia mengetahui
pemangku adat juga menjelaskan bahwa
ketiga hal tersebut maka hidupnya akan
kejujuran digambarkan sebagai jalan
terasa damai. Selain daun sirih dalam
yang lurus yang dalam Bahasa Arab
kinangan juga terdapat enjet.
disebut
diharapkan
bersikap
dengan
dapat
jujur,
sirathal
sabar,
berakal
yang
dan dan
mengatur
berbudaya sadar
dan
harus dengan
mengikat
mustaqim.
Enjet merupakan rendaman kapur
Pelafalan dari akhir kalimat sirathal
yang sudah lama.Kapur memiliki rasa
mustaqim dilakukan dengan menutup
yang pahit, diharapkan kedua pengantin
mulut, hal ini diartikan bahwa manusia
kelak tidak seperti rasa dari kapur yaitu
harus
ojo pahit rundinge. Perempuan dan laki-
berhati-hati
dalam
setiap 111
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
laki yang berasal dari keluarga yang
karenanya kendi harus diisi dengan
berbeda dengan karakter yang berbeda
banyu adem yang dalam hal ini diartikan
pula hidup bersama untuk membina satu
sebagai
keluarga bukanlah hal yang mudah.
diibaratkan sebagai kendi yang harus
Perbedaan pendapat, pandangan dan
selalu diisi dengan air yang dingin yaitu
keinginan akan sering terjadi dan kerap
kalimah-kalimah
kali menjadi pemicu perselisihan. Oleh
senantiasa menjadi tenang.
karenanya diharapkan kedua belah pihak dapat
mengingat
pesan
ojo
kalimah
Allah.
Allah
Manusia
agar
jiwanya
Selain perlengkapan diatas juga
pahit
terdapat
dedaunan
yang
digunakan
rundinge, yang dapat diartikan jangan
sebagai perlengkapan upacara ini yaitu
merasa enggan untuk berunding.Suami
godong opo dan alang-alang.Kedua daun
dan istri harus saling terbuka untuk
ini oleh masyarakat
bermusyawarah agar mendapatkan jalan
dalam kalimat ora ono alangan opo-
keluar
opo.Arti dari kalimat tersebut adalah
yang
baik
atas
setiap
permasalahan yang dihadapi.
tidak ada halangan apa-apa. Maksudnya
Perlengkapan lain adalah bokor. Bokor
merupakan
nampan
tempat
yang
kuningan.Dalam
adalah diharapkan kehidupan yang akan
seperti
dijalani oleh kedua pengantin tidak
dari
mendapatkan halangan atau rintangan
terbuat upacara
ini
bokor
apa-apa.
memiliki makna sebagai harga diri.Hal ini
dikarenakan
logam
bokor
kuningan,
jawa diartikan
terbuat
warnanya
Ingkrek atau disebut juga ongkek
dari
oleh
yang
masyarakat
perlengkpan
Oseng
yang
paling
merupakan menonjol
kekuning-kuningan digambarkan seperti
dalam pelaksanaan upacara adat Perang
emas, dimana emas sebagai logam mulia
Bangkat.Selain karena bentuknya yang
yang
lebih besar dari perlengkapan yang
memiliki
tinggi.Dalam
harga
yang
lainnya,
ingkrek
kekayaan sering diidentikkan dengan
perlengkapan
yang
harga
dalam
diri
kehidupan
sangat
dan
status
masyarakaat, sosial
dari
seseorang.
Upacara
merupakan hanya
digunakan
Adat
Perang
Bangkat.Dalam pelaksanaan upacara ini
Adapun perlengkapan lainnya yaitu
ingkrek di isi dengan berbagai macam
kendi dan banyu adem yang berarti air
benda dan tanaman, yaitu para bungkil,
dingin. Kendi merupakan tempat air
para pecah dan para gumantung.
yang terbuat dari tanah liat.Tempat air
Ingkrek atu ongkek dalam Upacara
ini digunakan masyarakat jawa dari
Adat Perang Bangkat diartikan sebagai
jaman dahulu.Kendi diartikan sebagai
perahu. Dimana kedua pengantin akan
jantung
berlayar bersama mengarungi samudra
hati
dari
manusia.
Oleh 112
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
kehidupan.
Selain
ongkek
juga
itu
ingkrek
atau
yang
menggambarkan
membantu
mengolah
manusia
makanan
guna
untuk
memenuhi
keseimbangan.Ingkrek merupakan alat
kebutuhan pangannya.Para pecah dalam
bantu
rumah
tradisional
yang
akan
tangga
digunakan
untuk
meringankan pekerjaan manusia untuk
mengolah hasil bumi menjadi makanan.
mengankut benda. Ingkrek merupakan
Dalam perang bangkat para pecah ini
alat
dengan
diartikan sebagai ilmu pengetahuan.
seimbang, apabila berat sebelah maka
Manusia sebagai makhluk berakal dan
akan susah untuk digunakan. Dalam
berbudaya
Upcara
Bangkat
pengetahuan agar dapat menjalankan
karakteristik dari ingkrek tersebut di
kodratnya sebagai khalifah di muka
maksudkan
bumi.Ilmu pengetahuan sangat penting
yang
harus
dibawa
Adat
Perang
bahwa
manusia
arus
seimbang dalam menjalani hidup. Begitu
bagi
pula
manusia.
dalam
berumah
tangga
harus
harus
memiliki
berlangsungnya Dengan
ilmu
ilmu
kehidupan pengetahuan
seimbang antara suami dan istri serta
manusia dapat mengolah hasil bumi
antara kedua belah keluarga besarnya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
agar kerukunan dalam keluarga dapat
Singkal
tercapai.
selanjutnya
Dalam
digunakan
dalam
upacara adat ini.Singkal merupakan alat
para
yang digunakan untuk membajak sawah
para
dan mengolah lahan pertanian.Dalam
gumantung merupakan macam-macam
Upacara Adat Perang Bangkat singkal
hasil
digunakan
mengandung pesan moral yang sangat
manusia untuk memenuhi kebutuhan
kuat.Singkal merupakan alat pertanian
pangannya.Hasil bumi ini memiliki peran
yang vital, digunakan pada awal proses
yang sangat penting dalam menjaga
dalam bercocok tanam. Pesan yang
keberlangsungan
manusia,
terkandung dalam symbol singkal ini
sumber
adalah manusia sebagai makhluk hidup
para
gumantung.Para bumi
pecahdan bungkil
yang
karena
makanan
energi
dari
terdapat
yang
peralatan
para
bungkil,
ingkrek
adalah
dan
dapat
kehidupan
pada
merupakn
manusia.Hal
ini
yang
membutuhkan
makanan
harus
menggambarkan bahwa manusia sangat
menanam.Pertanian merupakan sektor
bergantung kepada alam dan diharapkan
yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dapat mengolah hasil bumi
manusia.Apabila manusia tidak bertani
dengan
dan tidak menanam dapat dibayangkan
sebaik-baiknya
serta
dapat
menjaga lingkungan alamnya. Para
pecah
yang
bagaimana jadinya kehidupan. Seluruh merupakan
peralatan rumah tangga merupakan alat 113
manusia
akan
kebingungan
sember
makanan.
Oleh
mencari karenanya
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
manusia tidak boleh melupakan sektor
kebutuhan
pertanian.
Dengan kata lain pengantin pria sebagai
Selain
perlengkapan
batin
dari
pasangannya.
yang
seorang pemimpin dalam keluarga harus
dijelaskan diatas dalam Upacara Adat
siap memberikan nafkah lahir dan batin
Perang Bangkat terdapat juga adat
pada keluarganya. Sak tali berarti satu
ngosek
tali,
ponjen.Ngosek
ponjen
yang
diartikan
pengantin
Suku Osing dalam temu pengantin. Adat
berarti diikat, yakni kedua pengantin
Ngosek Ponjen ini dilakukan apabila
telah diikat dalam satu ikatan suci yang
salah
pengantin
sah menurut agama dan hukum negara.
dalam
Sak suku berarti satu suku, yang berarti
keluarganya. Adat ini dilakukan hanya
bahwa kedua pengantin wes diaku.Yakni
kepada anak bungsu yang menikah.
kedua pengantin telah diakui sebagai
Ponjen merupakan kumpulan uang dan
keluarga baik dari keluarga pengantin
bumbu dapur yang diletakkan dalam
putri
kantung
berwarna
pria.Selain pengakuan dari keluarga,
berwarna
putih
dari
merupakan
sang
anak
bungsu
putih.Kantung
diartikan
maupun
ditaleni.
kedua
merupakan adat yang dilakukan oleh
satu
telah
bahwa
keluarga
Ditaleni
penganti
sebagai
pengantin ini juga sudah diakui oleh
kesucian. Uang dan bumbu dapur yang
masyarakat sebagai keluarga baru.Hal
yang terkumpul dalam kantong putih
ini
tersebut
dari
menjadi suami istri menurut hukum
saudara-saudara sang pengantin. Dalam
agama, hukum Negara maupun adat. Sak
ritualnya
merupakan
pemberian
dikarenakan
mereka
telah
sah
pemuka
adat
akan
ringgit yang berarti satu ringgit. Dalam
bahwa
didalm
kantung
hal ini diartikan bahwa kedua pengantin
tersebut ada pecahan-pecahan uang
kudu biso nganggityang artinya kedua
yaitu
pengantin
menjelaskan
sak sen, setali, sesuku dan
seringgit.
Ini
merupakan
pecahan-
harus
harus
bertanggung
jawab atas kehidupannya.
pecahan uang pada zaman dulu.Setiap
Perlengkapan Upacara Adat Perang
pecahan tersebut mengandung makna
Bangkat
dan pesan.
berbagai jenis perlengkapan yang telah
Sak sen berarti satu sen, yang
dijelaskan
sangat
beragam.
diatas
terdapat
Dengan pula
diartikan pengantin laki-laki sebagai
perlengkapan lain seperti pitik angkrem
kepala rumah tangga harus siap isen-
yaitu ayam yang mengerami telurnya.
isen. Isen isen berarti mengisi, yaitu
Keberagaman perlengkapan upacara ini
mengisi
daringan(tempat
menggambarkan
beras)
maupun
menyimpan
uang)
menyimpan
kantongan(tempat dan
macemeisine
alam
(keberamgaman isi dari pada dunia).
mengisi
Perlengkapan ini sebagai pesan bahwa 114
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
manusia sebagai makhluk yang hidup di
masyarakat Osing dikenal dengan urip
alam
kang toto, titi lan tenrem.
harus
makarti
maring
alam,
makarti maring lahir lan makarti maring
Selain perlengkapan yang sarat
batin. Arti dari tiga kalimat tersebut
akan makna dalam Upacara Adat Perang
adalah megerjakan kewajiban kepada
Bangkat terdapat suluk, pangkur dan
alam, kepada lahir dan kepada batin.
kala.
Maksudnya
dipanjatkan oleh pemuka adat ketika
adalah
manusia
sebagai
Suluk
merupakan
memimpin
menjalankan kewajibannya kepada alam
dipanjatkan dalam bahasa jawa yang
yaitu mengolah hasilnya dan menjaga
dilagukan serta ditujukan untuk kedua
kelestariannya
pengantin.
alam.Hal
ini
tidak
merusak
dilakukan
agar isine
Selain itu mengerjakan kewajiban lahir
maksudnya
Doa
ini
Pangkur diartikan sebagai pangudi
keseimbangan alam tetap terjaga. terhadap
ritual.
yang
makhluk yang hidup di alam harus
serta
jalannya
doa
Qur’an,
yaitu
mengupas
dan
mengkaji isi dari AL-Qur’an. Dalam
adalah
upacara
adat
ini
memberikan
dapat hidup sendiri oleh karenanya
kepada
manusia
hubungan
membacakan ayat-ayat dalam Al-Qur’an
dengan sesamanya. Menjaga hubungan
sebagai cerminan dan tuntunan. Ayat-
baik
ayat
dengan
menjaga sesame
juga
akan
kedua
tersebut
dan
adat
sebagai makhluk sosial manusia tidak harus
pesan
pemuka
gambaran
pengantin
dihubungkan
kehidupan
rejeki
dapat dijadikan sebagai pelajaran.
hidupnya.
memenuhi
Manusia
menjalankan
kebutuhan
juga
kewajibannya
harus
Dari
yang
dengan
memudahkan seseorang dalam mencari untuk
manusia
dengan
pemaparan
diharapkan di
atas
terhadap
membuktikan bahwa ada komunikasi
batin yang berarti manusia sebagai
yang terjalin dalam pelaksanaan perang
makhluk individu yang berkeyaninan
bangkat. Makna yang terkandung dalam
harus
simbol-simbol dan kata khiasan yang
senantiasa
menjalankan
kewajibannya terhadap Tuhannya untuk
dimaksudkan
memenuhi kebutuhan batin yang berupa
pengantin maupun masyarakat umum.
ketenangan.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Ketiga
hal
tersebut
sebagai
pesan
kepada
harus
semiotika dalam upacara adat perang
dilakukan oleh manusia apabila ingin
bangkat sebagaimana penjelasan para
menuju urip muktiyaitu kehidupan yang
ahli yang menerangkan bahwa semiotika
damai sehingga keluarga yang dibinanya
merupakan
akan menjadi keluarga yang sakinah,
tentang tanda dalam kehiupn manusia.
mawadah dan warrahmah yang dalam
Tanda tersebut baik menurut pandangan 115
ilmu
yang
mempelajari
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
struktural yang menitik beratkn pada
Soekanto, Soerjono. 2001. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
bahasa maupun pandangan pragmatis yang menitik beratkan pada bentuk fisik
Geografis Banyuwangi. 2010. Banyuwangipermai.blogspot.com/2010/03/ geografi-kabupatenbanyuwangi.html;online;11 Februari 2015
dari sebuah tanda. Apapun merupakan
bentuk suatu
tanda,
hal
tanda
yang
dapt
digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
sesamanya.Oleh
pemaknaan
pada
karenanya
setiap
H. Hoed, Benny. 2014. Semiotika Dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.
tanda
berdasarkan kesepakatan sosial yang terjadi
dalam
masyarakat
pengguna
Hamzah Irawan, Andjrah. 2011. Perspektif Semiotik Tentang Representasi Budaya Feodal Dalam Iklan A Mild Versi Tanya Kenapa Dengan Tema Belum Tua Belum Boleh Bicara; download.portalgaruda.org/article =3011&at==297;online; 10 Februari 2015.
tanda. PENUTUP Adat perang bangkat yang masih dilestarikan oleh Suku Oseng di Desa Gumirih
Kecamatan
Singojuruh
merupakan suatu bukti dari akulturasi budaya
dengan
tersebut
perlu
Agama
Hindu.
dilestarikan
Indrawardana, Ira. 2012. Kearifan Lokal Adat Masyarakat Sunda Dalam Hubungan Dengan Lingkungan Alam. Jurnal Komunitas Vol. 4 Nol. I. pp 1-8. http://journal.unnes.ac.id/nju/in dex.php/komunitas.
Hal
sebagai
sebuah bentuk cinta terhadap budaya dan pembuktian jati diri Suku Osing. Pada adat perang bangkat baik dari pelaksanaan
dan
barang
yang
Julian.J Pattipeilohy. 2013. Arsitektur Tradisional Tidore Kepulauan. Jurnal Penelitian, Vol. 6, No. 5.
diperlukan, kesemuanya memiliki makna secara semiotika yang terkait dengan
Lexy
kehidupan setelah menikah. DAFTAR PUSTAKA
J. Maleong. 2008.”MetodologiPenelitianKualita tif”. Bandung: RemajaRosdakarya Offset.
Abdulsyani. 1994. Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosana, Ellya. 2013. Hukum Dan Perkembangan Masyarakat. Jurnal TAPIs Vol.9 No.1.
Abdul Syukur. 2005. Ensiklopedi Umum untuk Pelajar. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Rohman, Agus. 2013. Pergeseran tokoh adat dalam social budaya dan pembangunan di kelurahan Timbangan kecamatan Indralaya kabupaten Ogan Ili; journal.universitas.sriwijaya.ac.i
Djajasudarma. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: RinekaCipta. 116
Jurnal HISTORIA Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, ISSN 2337-4713 (e-ISSN 2442-8728)
d/indexphp/view/796; online 10 Februari 2015 Saif_welcomedalam PROSESI PERANG BANGKAT DALAM PERNIKAHAN SUKU USING BANYUWANGI (http://www.academia.edu/45664 72/PROSESI_PERANG_BANGKAT_DA LAM_PERNIKAHAN_SUKU_USING_B ANYUWANGI: diunduhhari Selasa,26, Mei jam 11:33). Sobur, Alex. 2004. AnalisisTeks Media. Bandung: RemajaRosdakarya. Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Sofjan Alizar Sam. 2014. Kegagalan Modernisasi Pembangunan di Indonesia (Sebuah Prespektif). Jurnal UNIERA. Vol. 3 No. 1. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS. Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Van Zoest, Aart. 1993. Semiotika: TentangTanda, Cara Kerjanya dan Apa yang kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.
117
Studi Semiotika Perang Bangkat: Era Tradisional…, Abdul Shomad, 103-118
118