Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
Studi Profesianahsme- Sulaeman
STUDI PROFESIONALISME MELALUI PENGALAMAN KOMUNIKASI JURNALIS PEREMPUAN DI MEDIA MASSA KOTA AMBON Sulaeman Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon Email:
[email protected] ABSTRAK Jurnalis perempuan adalah seorang individu yang melakukan pekerjaan wartawan dalam meliput lapangan. Penelitian ini berkaitan dengan bagaimana bputan berita perempuan jurnalis di bidang media massa di kota Ambon untuk menjadi seorang jurnalis, dan bagaimana mereka telah dibangun arti profesi dan profesionalisme wartawan dibangun melalui pengalaman komunikasi dengan sekitar nya. Penelitian ini didasarkan pada perspektif konstruksi sosial dan memiliki perspektif interaksionis simbolik, dengan metode penelitian terstruktur wawancara mendalam dengan beberapa pengamatan untuk data diperoleh melalui wawancara. Berdasarkan wawancara dan observasi penderita 'pada motivasi. profesi, dan profesionalisme wartawan perempuan dari bidang liputan berita, kami telah mengembangkan tipologi berarti pembangunan dan tema yang berkaitan dengan pengalaman komunikasi mereka. Subyek dianggap wartawan perempuan mereka dalam karena motif dan di-order-to-motif yang bekerja di media, independensi profesi, dan permintaan kesadaran tanggung jawab sosial pada profesionalisme wartawan melaporkan berita. Subyek telah didiskriminasi oleh lingkungan surround dibangun wartawan profesi pekerjaan pria. Memperlakukan lingkungan budaya mereka dengan menciptakan stereotip masalah pengaturan waktu pada pekerjaan dan rumah tangga hal-hal sebagai sifat perempuan. Kata Kunci: Penalaran proporsional, rasio dan proporsi, pemecahan masalah
menjadikan perempuan sebagai objek dan atau
Pendahuluan Penelitian ini berangkat dari fenomena maraknya jurnalisme di dunia media massa sebagai pekerjaan dianggap memiliki resiko cukup berat, pekerjaan ini didominasi oleh laki-laki.
Tidak
ABSTRACT Female journalist is an individual who does the job of journalists in covering the field. This study pertains to how the news coverage of women journalist in the mass media field in the city Ambon to become a journalist, and how they have constructed the meaning the profession and professionalism of journalist built up through experience of communication with its around. The study is based on a social construction perspective and has a symbolic interactjonist perspective, with the research methods of unstructured in-depth interviews with some observations to complement the data gained through the interviews. Based on the sufferers' interviews and observations on the motivation, profession, and professionalism of women journalist of news coverage field, we have developed a typology of meaning the construction and themes related ifb* their communication experiences. The subjects considered their women journalist in because of motive and m-order-to-motive of working in the media, independence of profession, and the demand of social responsibility awareness on the professionalism of journalist reporting news. The subjects have been discriminated against by the surround environment constructed journalist profession a man's job. Treat their cultural environment by creating stereotypes trouble setting time on the job and household matters as the nature of women. Keywords: women journalist, motivation, profession, professionalism, social construction, symbolic interactionist perspective
mengherankan,
media
sekedar komoditi bagi pembaca laki-laki. Namun, posisi jurnalis perempuan dihadapan pemilik media masih cenderung "lemah." Jurnalis tidak cukup memiliki kekuatan tawar (bargaining
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
power)
memadai
ketika 337
Studi Profesianalisme- Sulaeman
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
berhadapan dengan kepentingan pemilik media.
menggunakan informasi dari pihak pemilik
Jurnalis tidak lebih ditempatkan sebagai
media dan sumber-sumber resmi yang sudah
pekerja, mereka belum diposisikan sebagai
tentu telah "diatur" akurasi kebenarannya.
profesional
Tujuan dan Metode Penelitian
dalam menjalankan aktivitas
kejurnalismenya.
Konsekuensinya, imbalan
Penelitian ini bertujuan untuk memahami
secara finansial diterima jurnalis relatif tidak
motivasi
memadai.
perempuan menjadi seorang jurnalis, dan
Jurnalisme dan pesatnya informasi
apakah yang melatarbelakangi
bagaimana mereka mengkonstruksi makna
menjadikan profesi jurnalis sebagai pekerjaan
profesi dan profesionalisme dibangun melalui
menantang, bukan hanya laki-laki menyukai
pengalaman
profesi
lingkungannya.
itu,
perempuan pun banyak
komunikasi
dengan
mengidamkan profesi sebagai penyampai berita
Penelitian ini melibatkan limabelas
tersebut. Setiap hari pekerjaannya berputar
informan perempuan sebagai jurnalis. Usia
dalam pencarian, pengolahan, penulisan berita
mereka berkisar duapuluh lima hingga
untuk di muat di media massa. Atas dasar
empatpuluh tujuh tahun pada saat peneliti
tersebut, standar uji kompetensi bagi jurnalis di
melakukan penelitian.
Indonesia, termasuk di Kota Ambon menjadi
beipendidikan tamat sekolah lanjutan atas,
keharusan bagi para jurnalis dalam menggeluti
lainnya berpendidikan Sarjana dan bukan
profesinya,
dengan basis profesionalisme
akademik ilmu komunikasi-jumahsme. Subyek
didukung oleh standar kompetensi kerja
sebagian besar bekerja pada Media Harian
sebagai instrumen yang dapat diuji dan
Surat Kabar dan selebihnya di Media Stasiun
diapresiasi oleh lingkungan.
TVRI Maluku-Maluku Utara serta Media
Perempuan sebagai pekerja jurnalisme, tugas
utamanya
adalah
Sembilan subjek
Stasiun Televisi Mollucas. Untuk memperoleh data penelitian,
menghadirkan
pengetahuan bagi masyarakat, mengikis
peneliti
ketidaktahuan yang terjadi. Jurnalisme sebagai
mendalam. Awalnya wawancara tidak mudah
institusi media di saat sekarang ini memiliki
dilakukan, mereka kurang memiliki waktu,
fenomena, terutama "jurnalis muda dan baru,"
kecenderungan digunakan untuk peliputan
jurnalis ini memiliki kewalahan mengerjakan
berita lapangan. Ketika mereka bersedia
peliputan begitu membentang dengan memiliki
diwawancarai, awalnya ada kesepakatan
waktu
dengan
sedikit.
Bagi
jurnalis
tidak
telah
melakukan
peneliti.
Peneliti
wawancara
mampu
berpengalaman seringkali mengalami kesulitan
mengumpulkan data dari subjek dengan cara,
memahami sebuah peristiwa komunikasi,
seperti peneliti tatap muka dengan kepala
dengan
pemberitaan
338
kesudahan
menyerahkan
dan
media
massa,
dilanjutkan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
komunikasi
antarpnbadi
lewat
telepon
Studi Frofcsianalisme- Sulaeman
penelitian dari Fadhiliah
(2005) meneliti
genggam dengan kesepakatan waktu dan
"Hubungan Pendidikan dan Penghasilan
tempat pertemuaan untuk berbagi pengalaman
Terhadap Ketaatan Wartawan pada Kode Etik
mereka. Hasil wawancara dimudahkan dengan
Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia."
peneliti
menggunakan bahasa Indonesia
Penelitian kuantitatif-statistik berbeda
campuran lokal mereka, akhirnya wawancara
dengan penelitian bersifat kualitatif. Untuk
dilakukan dengan lancar dan intim. Wawancara
mengeksplorasi individu dengan interpretasi
berlangsung di kantor pemerintahan, tempat
jurnalis perempuan dan pengalaman sosial
media massa, rumah makan dan kopi.
mereka dengan orang-orang di lingkungannya.
Peneliti
melakukan
pengamatan
Peneliti menggunakan perspektif interpretatif
partisipan di saat subjek melakukan peliputan
atau lebih khusus, perspektif konstruksi sosial
berita lapangan. Peneliti mengamati interaksi
dan interaksi simbolik, keduanya hams
dan komunikasi subjek dengan pelaku
dianggap sebagai pelengkap satu sama lainnya.
peristiwa
Kedua perspektif teori ini menjelaskan bahwa
komunikasi
sebagai
sumber
pemberitaan. Penelitian ini dilakukan selama
individu menentukan tujuan mereka sendiri
enampuluh satu hari dari tanggal 22 Juli hingga
memilih jurnalis sebagai pekerjaan profesi di
20 September 2014.
dunia jurnalisme. Tindakan individu dihasilkan
Perspektif Teori
dari pemahaman mereka mengenai situasi
Banyak
penelitian
menggunakan
internal, bukan sebagai akibat dari faktor
perspektif objektif untuk meneliti jurnalisme
eksternal. Konteks realitas ini dianggap sebagai
didasari oleh asumsi bahwa ada keteraturan
intersubjektif, berbagi, dan bernegosiasi. Cukup
dalam realitas sosial dan tindakan jurnalis
dengan berkomunikasi dan aktor menyesuaikan
berhubungan dengan media massa. Penelitian ini
tindakan mereka sendiri untuk penyesuaian diri
bertujuan untuk memprediksi hubungan sebab-
dengan tindakan orang lain.
akibat dan korelasi antara variabel. Seperti
Penggunaan perspektif Berger dan
penelitian menggunakan hipotesis. Dianalisis
Luckmann's (1966), konstruksi realitas sosial
dengan menggunakan data statistik untuk
merupakan interaksi simbolik antara kesadaran
melihat apakah hipotesis diajukan dapat diterima
sendiri seseorang individu dan kesadaran
atau tidak. Metode penelitian ini ternyata
individu lainnya dalam kebersamaan hidup.
memberikan pengetahuan terbatas, kurang
Penggunaan teori interaksi simbolik, tindakan
humanistik dan tidak akurat. Hasil penelitian
individu didasarkan pada pemahaman mereka
tersebut, misalnya Armstrong, Wood, dan
mengenai orang, objek, dan atau lingkungan
Nelson
mereka yang dihadapi, dan mereka dapat
(2003),
Armstrong
(2004).
Di
Indonesia, jenis penelitian ini meliputi hasil
mengubah tindakanya berdasarkan interpretasi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
339
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
mereka atas orang lain (Blumer, 1969). Asumsi
"Praktik Sosial Jurnalis Perempuan di Provinsi
teori
Lampung."
ini,
bagaimana jurnalis perempuan
mengeksplorasi diri mereka memaknai profesi
Berdasarkan perspektif interpretif atau
dan profesionalisme jurnalis. George Herbert
fenomenologis, jurnalis perempuan memiliki
Mead (1863-1932) dan Herbert Blumer (1900-
pengalaman dialami diasumsikan sebagai realitas
1987) menjelaskan profesi dan profesionalisme
subjektif. Hal ini menarik untuk diteliti untuk
jurnalis dimaknai secara simbolis jurnalis
mengetahui bagaimana subjek penelitian adalah
perempuan. Makna dan simbol muncul melalui
perempuan mengkonstruksi motivasi, profesi,
interaksi dan komunikasi melalui pengalaman
dan profesionalisme jurnalis dibangun melalui
komunikasi
pengalaman komunikasi dengan lingkungannya
sekitarnya.
dialami
dengan lingkungan
Pemaknaan diperoleh menjadi
di media massa sebagai tempat bekerja di Kota
landasan bagi pemunculan makna subjektif dari
Ambon.
setiap
Hasil Penelitian
tindakan
diambil
oleh
jurnalis
perempuan.
Motivasi
Aspek perspektif interpretatif, individu sebagai jurnalis perempuan dapat memberikan
Jurnalis
Perempuan
Memilih
Profesi Jurnalis Pengalaman jurnalis
perempuan
makna tertentu mengenai profesionalisme
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
jurnalis. Perspektif interpretatif dianggap sesuai
hari memiliki pemaknaan berbeda-beda.
dan lebih holistik untuk meneliti keunikan
Aktivitasnya dimaknai oleh mereka yang
pengalaman individu mengenai motivasi,
dapat dianggap sebagai sesuatu tindakan
profesi dan profesionalisme mereka secara
motif yang dapat melihat diri jurnalis
subjektif.
perempuan memilih pekerjaan peliputan
Telah banyak penelitian mengenai
berita lapangan. Motif digunakan untuk
jurnalisme berdasarkan teoi konstruksi sosial
mengetahui alasan sebab dan tujuan individu
(dikaitkan dengan teoi fenomenologis dan
memilih menjadi jurnalis perempuan di
interaksi simbolik), seperti hasil penelitian dari
media massa Kota Ambon.
Eyre (1995) meneliti "The Experience of
Motif Sebab. Motif sebab yang mendorong
Female Journalists Working in the British
jurnalis
Newspaper Industry Newspaper London."
tindakan menjadi jurnalis cukup beragam,
Hasil
meliputi:
penelitian
di
Indonesia
mengenai
jurnalisme berdasarkan teori tindakan sosial meliputi
Wibawa
(2009)
meneliti
"Profesionalisme dan ldealisme Wartawan di Kota Bandung"; Firman 340
(2010)
perempuan untuk mengambil
• Cita-cita. "Latar belakang yang dijalani dan mengilhami diri" telah ada sejak kecil memilih pekerjaan jurnalis.
meneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
Studi Frofesianalisme- Sulaeman
• Dukungan Teman. "Sportivitas peneimaan
Motif melandasi tindakan informan memilih
dii" dianggap memiliki kelebihan, keunikan,
jurnalis peliputan lapangan adalah motif
dan kekhasan pada dii dan suka melakukan
yang dilatarbelakangi oleh pengalaman
komunikasi antarpribadi.
sebelumnya atau pengalaman di masa lalu.
• Terinspirasi tokoh idola. "Mengikuti diri individu
lain"
melalui
jejak
idola,
Motif dimiliki perempuan saat memutuskan memilih jurnalis dapat dikategorikan sebagai because motive. Pengkategorian motif ini
pengaguman, dan figur. • Kegemaran menulis. "Kebiasaan tindakan"
merujuk pada identitas khusus yang disebut
dalam pengembangan diri dan penyaluran
oleh Berger dan Luckmann sebagai
hobi diri.
typification untuk menjelaskan konstruksi
• Membutuhkan pekerjaan. "Tuntutan hidup"
sosial dari sebuah tindakan yang sudah menjadi habitual. Hal ini sesuai juga dengan
dilandasi dengan keterdesakan ekonomi. • Menyukai tantangan. "Semangat hidup"
pernyataan "in every genuine because-
melakukan pekerjaan yang memiliki risiko
motivation both motivating and motivated
yang dinikmati sebagai tantangan yang harus
lived experiences
dijalani.
character
• Aktualisasi diri. "Kekuatan diri" sebagai perjalanan kehidupan mendapatkan nilai-
• Kebetulan saja. "Perjalanan kehidupan" secara kebetulan melamar dan diterima
pastnest."
Motif
yang
disebabkan keinginan dan atau cit»>-cita, dukungan, terinspirasi tokoh idola, suka menulis,
nilai luhur dari profesi jurnalis.
of
have the temporal
butuh
pekerjaan,
menyukai
tantangan, aktulisasi diri, dan kebetulan saja dilandasi oleh adanya pengalaman masa lalu jurnalis perempuan memilih jurnalis.
sebagai jurnalis.
Motif Tujuan. Motif teridentifikasi yang mendorong subjek melakukan tindakan ptrjiUfiJiikc-udupiiir n;nda pitkuuiila i-iula
Akiualisas D
KelntnlanSa i>ukusigan TTemaii
Ktltbihiri.keumtm, daa euian, '..-ainpadapnkoloa
,.
I
i"-j
menjadi jurnalis untuk mendapatkan manfaat cukup beragam, meliputi: •
ttiuiukibMcomuntasi
Pembuktian
diri.
"Keinginan
membuktikan diri," dianggap perempuan Jumahiptnuhmiko vitu
'
termarginalisasikan.
Motf Scltiilt .Tnnijilis Perempuan Memilih Profesi Jmlialis
Model
Motif
Sebab
Memilih Profesi Jurnalis
Jurnalis
dianggap memiliki ketidakmampuan dan •
Perempuan
Menunjukkan
Kemampuan.
"Menunjukkan kemampuan pada orang lain" perempuan memiliki kelebihan, tantangan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
341
Studi Profesianalisme- Sulaeman
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
dan menarik perhatian di banding jurnalis
Lovihtaimet^alanj eka?l-jaanB«nnan£aat. 1
Uideaiisi
laki-laki. NfTemsB^tajaTM
•
Bangga. "Kebahagian hidup" di mana
jurnalis
sebagai
Proses pentbelajatandari enambahan pengetahuan
pekerjaan keberanian,
imbalan Material
-JBerseaaiigatl^j
KemandinanmenjaJani kehidupan
P.ciikodalammenjalani peketjaar.
Kelebihan, tantangan. dai kemudatunpergaular.
^Pemb*iktiiut>i3i"
W-ltkemampuan Dirt ^
kl*~Bangg*~>jW
kemudahan pergaulan, dan memperoleh tMollfT^pTi^^iTr^^j^B^rei'empniViV'i Meirulili Piofesi Juiiinlis
penghargaan pekerjaan. Terus belajar. "Rutinitas hidup" sebagai
proses
pembelajaran
dan
Gambar 2 Model Motif Tujuan Jurnalis Perempuan
penambahan pengetahuan.
Memilih Profesi Jurnalis
Imbalan material. "Penghidupan diri"
Kecenderungan yang mendorong subjek
menjadikan perempuan mandiri menjalani
untuk mengambil tindakan memilih pekerjaan
kehidupan.
jurnalis dapat dilihat dari motif yang mereka
•
Bersemangat.
"Tantangan hidup"
memiliki resiko dalam menjalani pekerjaan. Idealisme. dianggap
"Komitmen
sebagai
loyalitas
hidup" menjalani
pekerjaan jurnalis.
miliki. Motif merupakan konfigurasi atau konteks makna yang ada pada diri individu sebagai
landasan dalam bertindak dan
upayanya mendifinisikan diri dan lingkungan. Atau dengan kata lain, motif adalah faktor
Pekerjaan bermanfaat. "Pemahaman
pendorong individu untuk bertindak terhadap
hidup" sebagai inspirasi inspirasi peristiwa
suatu objek. Hal ini sesuai dengan pernyataan
komunikasi.
Schutz bahwa "... Motive is meaningful ground of
Motif yang dilandasi oleh adanya
his behavior." Artinya perempuan memilih
keinginan untuk mendapatkan tujuan dari
pekerjaan jurnalis peliputan lapangan dilandasi
tindakan yang akan dilakukannya dapat
oleh motif tertentu. Dengan mengamati motif
dikategorikan sebagai motif in order to. Hal
subjek dapat diketahui kecenderungan mereka
ini mengacu pada pernyataan bahwa "... The
ketika memilih profesi jurnalis.
act thus projected in the future perfect tense
Makna Profesi Jurnalis Bagi Jurnalis
and in term of which the action receives its
Perempuan
orientation is the in order motive for actor."
Makna profesi
sebagai
jurnalis
Sebab motif ini muncul disertai adanya
perempuan memandang diri mereka memiliki
harapan untuk mewujudkan sebuah proyek
pekerjaan jurnalis berdasarkan kerangka
tertentu yang manfaatnya akan diperoleh
pengalaman dan pengetahuan dimiliki akan
pada masa akan datang apabila proyek
menentukan pada tingkat pendalaman dan
tersebut telah terwujud.
342
Ibid., h. 86. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
pemahaman makna profesi mereka sebagai
Fakta yang disajikan dai sumber yang relevan
jurnalis perempuan.
dan disajikan secara berimbang dengan apa
Menuntut Kejujuran. Sebagai individu
adanya yang dapat dipercaya. (Ahliyawati)
memiliki
Jurnalis itu tidak memihak, tidak subjektif,
profesi
jurnalis
memberikan
gambaran diri "kejujuran" menyajikan berita
namun menyajikan informasi pemberitaan apa
sebagai pekerja peliputan berita lapangan■yang
adanya, orientasinya pada apa yang terjadi,
bertanggung-jawab atas berita disajikan ke
bukan apa yang diharapkan. (Berniyasasti)
publik. Pertanggung-jawaban ini merupakan
Menuntut Kecermatan. Pekerjaan jurnalis bagi
bagian dari objektivitas mereka sebagai pekerja
perempuan, "menuntut kecermatan" untuk
jurnalis, seperti:
mencai sumber peristiwa komunikasi di
Katong orang pekerja lapangan, harus
lapangan dengan "memilih dan memilah fakta-
kumpulkan dan menyajikan berita yang
fakta" peristiwa untuk disajikan sebagai
objektif dengan menemukan fakta apa adanya
informasi pemberitaan.
yang memiliki nilai kesakralan. (Posgawati)
Wartawan mencari sumber berita lapangan, lalu
Pekerjaan beta ini pentih resiko, beta harus
memilih dan memilah fakta-fakta sebagai
menyajikan
berita
ob.iektif
dengan
sumber pembeitaan. (Istiningsih)
mempertanggung-jawabkan berita apa adanya
Fakta itu harus di pilah-pilah dan tidak semua
pada khalayak. (Rismaniyani)
fakta dapat disajikan ke masyarakat. (Coswati)
Membutuhkan Kejelian. Profesi jurnalis bagi
Memerlukan Kreativitas. Jurnalis dalam
jurnalis
menjalankan profesinya diperlukan "persiapan
perempuan
dijuluki
sebagai
kepanjangan tangan dan penyambung lidah
perencanaan, pengetahuan, dan keterampilan"
publik. Pemaknaan setiap individu mengenai
berhubungan dengan berbagai pihak yang
profesi jurnalis tentu berbeda-beda. Begitupula
menjadi sumber berita. Hubungan antar jurnalis
pemaknaan jurnalis mengenai profesinya dan
dengan sumber berita tidak akan menimbulkan
bagaimana mereka memahami dirinya dalam
persoalan apa-apa sepanjang fakta dan atau
menggali,
informasi disampaikan jurnalis akurat dan
mencari,
menganalisis
segala
pemberitaan dari masyarakat yang dibutuhkan
benar. Sebaliknya, akan muncul persoalan bila
untuk "berbagi pengalaman hasil liputan."
fakta diberikan jurnalis dianggap tidak benar.
Pencarian berita "membutuhkan kejelian"
Untuk menghindari masalah tersebut, jurnalis
untuk memperoleh hasil liputan berita lapangan
sebaiknya "memiliki kreativitas" melakukan
diharapkan untuk meningkatkan ide tulisan
peliputan
menjadi berkembang dengan baik.
komunikasi yang telah direncanakan sebelum
pencarian
pelaku
peristiwa
turun melakukan peliputan berita lapangan.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
343
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
Beta ditugaskan wawancara ke Maluku Tengah
Wartawan haruslah lebih berhati-hati dalam
pergi sendirian. Di sana beta ketemu orang
menentukan sumber dan gaya pemberitaan.
baru, wawancara dengan topik yang saya
Kehatian-hatian sebagai proses pembelajaran
sendiri juga masih awam. Wah, ini sulit sekali.
dan wartawan selalu memiliki kesiapan dengan
Disinilah beta sadar ternyata untuk jadi
segala tantangan yang dihadapi di lapangan.
wartawan,
(Nosiyanugrahati)
beta
harus
kreatif
untuk
mewawancarai narasumber, trus gimana caranya bisa ketemu orang penting, yang paling penting, sebelum wawancara, beta juga harus menguasai topik wawancara tersebut. Aduh, kerasa banget bedanya, pas beta gak paham sama sekali tentang topik wawancaranya. Jadi, gak boleh ketemu narasumber dengan tangan kosong. (Yasmin)
Kita memilih profesi sebagai jurnalis, ya pasti harus siap dengan segala tantangannya itu. Justru saya sih jadinya termotivasi ya, misalnya wah ada issue narasumbernya ini susah ditembus loh, susah ketemunya, justru kalau beta sih jadinya semangat ya, termotivasi untuk mendapatkan
berita
sebagai
proses
pembelajaran. (Santiyani)
Jurnalis secara terencana membekali diri
Menuntut Ketegasan. Pekerjaan junalis
dengan pengetahuan yang cukup untuk
sebuah profesi yang membutuhkan kemampuan
membantunya dalam menjalankan tugas.
fisik, ketepatan dan kecepatan berpikir""dalam
(Ibaniyah)
mencari, mengolah, menyebarkan berita.
Pembelajaran Terus-Menerus. Jurnalis perlu
Profesi
"mempersiapkan diri sebaik-baiknya" ' agar
informasi
dapat membaca situasi di mana mereka berada
Pemaknaan ketegasan tersebut menunjukkan
dan bekerja. Pengetahuan dan pemahaman
setiap
terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial-
kemampuan maksimal dalam setiap berita yang
budaya dari kota mana jurnalis akan ■
diliput atau ditulisnya.
menjalankan
Pekerjaan jurnalis sebuah profesi yang
tugasnya
perlu
dimiliki.
jurnalis sebagai
jurnalis
"menuntut fakta
harus,
ketegasan" pemberitaan.
memperlihatkan
Pengetahuan dan pemahaman semacam itu
membutuhkan kemampuan fisik, ketepatan dan
tidak datang sendiri, jurnalislah yang harus
kecepatan berpikir dalam mencari, mengolah,
berupaya mengenali seluruh sisi kehidupannya.
menyebarkan berita. (Aminah Tutupuli)
Jurnalis
harus
memiliki
keahlian
dan
keterampilan yang merupakan dasar kerja profesi, setiap pekerja jurnalisme terutama jurnalis, wajib meningkatkan terus-menerus pengetahuan dan keterampilan.
344
Wartawan perempuan kadang masyarakat memberikan penilaian yang kurang baik. Penilaian itulah kita merasa tertantang untuk membuktikan diri, wartawan sebagai pekerjaan pengabdian
dan
pembuka
informasi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
ketidaktahuan pada
masyarakat.
(Aminah
Studi Profesianalisme- Sulaeman
Keberagaman pemaknaan profesi jurnalis
Tutupuli)
perempuan
Bebas Mengatur Diri. Jurnalis perempuan
pengetahuan yang menghasilkan perspektif
harus memiliki komitmen dalam melaksanakan
tersendiri dalam memandang profesi mereka
pekerjaannya dengan "kemandirian dan tidak
sebagai jurnalis. Keberagaman pengalaman
ada intervensi." Secara langsung maupun tidak
dialami
langsung, kepemilikan media menjadi faktor
pengetahuan. Menurut Rogers dan Buber
penting yang ikut menentukan kebebasan
bahwa "... individu dapat mengenai lingkungan
menentukan diri junalis dalam melakukan
sekitarnya melalui pengalaman. Pengakuan dan
peliputan berita lapangan.
pengungkapan pengalaman individu melalui
Wartawan kerjanya, menyampaikan informasi
proses
kepada masyarakat dan menjalan tugasnya
merupakan
sebagai agen kontrol sosial. (Aquenosiskati)
pengetahuan dimiliki jurnalis perempuan yang
Kepentingan-kepentingan
pemilik
media,
terutama kepentingan politik dan pertemanan
melalui
pengalaman
dan
akan menghasilkan sekumpulan
komunikasi."" sesuatu
Pengalaman yang
ini
melandasi
sesuai dengan pernyataan bahwa: "... all objects of knowledge must conform to
pemilik dengan kolega politik dan ekonomi
experience."' Pengalaman.jurnalis perempuan
memberi mengaruh pada kebebasan jurnalis
akan memunculkan keragaman pemaknaan
melaksanakan profesi peliputan lapangan.
profesi jurnalis bagi jurnalis perempuan,
(Nosiyanugrahati)
terakumulasi menjadi sebuah kesadaran yang
Jurnalis
perempuan memiliki
pengalaman
dan
sejumlah
pengetahuan
yang
menghasilkan perspektif tersendiri dalam memandang profesi mereka sebagai jurnalis memiliki keragaman pengalaman dialami melalui beberapa kategorisasi sudut pandang yang dapat dilihat dai gambar berikut. IMeumitut
kejtijjiiriUM
i Mt?mljutnlikau Kejelimi 1
iKenianditian dan tidak'
»HiW'.'lJ
Memiliki cesiapan diri; In———-nrmriiNTaTTiT-irf—'V
berbentuk persepsi, khayalan, keinginan dan pikiran." Dalam prinsip fenomenologi dijelaskan bahwa fenomenologi merupakan sebuah ilmu
pengalaman luar yang terlihat, namun lebih
""TBerbappeigaiaruan 1
kepada kesadaran jurnalis perempuan yang
-^dajaoana. I'einbelnjaiiui j
sesuatu yang masuk dalam kesadaran, baik
pengetahuan yang tidak diketemukan pada
Apa ad3nya dan pe^tanggung-ja,
Bebns Mengntur Dili j
sejalan dengan pernyataan "... fenomena adalah
PROFESI Jl TIN ALLS
] Menvaitut Kecermatim j
iii|,ii,iti'iui.jtH!.»t'i-.t .i*mJJi-ii^ )u»JtJUi.t[i,ii '
Memilih dan memilah fakta
^Stephen W Littlejohn and Karen A. Foss. 2009. Encyclopedia of Communication Theory. New Mexico: Sage Reference Publication Inc., h. 313. "Clark Moustakas. 1994. Phenomenological li Research Methods. London: Sage Publications., h. 44. 4Engkus Kuswarno. 2004. Duma Simbolik Gambar 3 Pengemis Kota Bandung (Studi Tentang Konstruksi Sosial dan Manajemen Komunikasi Para Pengemis di Model Makna Profesi Jurnalis Bagi Jurnalis Kota Bandung. Disertasi. Pascasarjana Universitas Perempuan Padjadjaran., h.5. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon 345 .Menuntut Ketegasan; jMeinerhiknu Kreativitas | . IIHIWIIW MW.HW W ™~ Kemampuari m\K, j ,§M ketepalan. dan WjM pengetahuan, dan B* | vltejeragipilail^, . I
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
lebih bersifat subjektif, maka makna profesi
yang sering disalahpahami oleh publik.
jurnalis berasal dari pengalaman hidup mereka,
Netralitas hanyalah salah satu sikap atau
sehingga makna profesi jurnalis akan diartikan
pendirian
berbeda-berbeda
redaksional
oleh
setiap
jurnalis
jurnalis
dalam kebijaksanaan
ketika
hendak menyiarkan
perempuan, tergantung dari pengalaman
pemberitaan.
masing-masing yang mereka alami dalam
mengandung makna lebih luas dari netralitas,
kehidupan sehari-hari yang dapat berubah dan
yaitu sikap atau pendirian apa pun termasuk
waktu ke waktu, seiring dengan perubahan
netral dan atau imparsial sesuai dengan
situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial
pertimbangan profesionalisme jurnalis dengan
jurnalis
mengingat
perempuan untuk mencari dan
Independensi
tujuan
pemberitaan
jurnalis
demi
mengumpulkan fakta. Keberhasilan jurnalis
kepentingan umum. Kata lain independensi
melakukan
jurnalis tidak dapat ditekan oleh campur tangan
peliputan
berita
lapangan
ditentukan oleh kemampuannya menggunakan
dari pihak manapun, termasuk dari pemilik
cara pengumpulan fakta, pengenalan terhadap
media itu sendiri.
ragam peristiwa serta bagaimana menghadapi
Informasi dari sumber berita pada masyarakat
objek realitas.
harus melalui
Makna Profesionalisme Jurnalis Perempuan
dipertanggung-jawabkan. Berita asal jadijianya
Pemaknaan profesionalisme melalui sudut
dapat terjadi pada media yang tidak memiliki
pandang individu yang merupakan jurnalis
kredibel. (Bahriani)
perempuan,
Profesionalisme jurnalis, jika memberikan
tentulah
berbeda
dengan
.proses yang akurat dan
pemaknaan profesionalisme yang dihasilkan
fakta tanpa ada pengaruh apa pun, tanpa ada
melalui pemahaman individu yang bukan
subjektivitas pemilik, tanpa ada pengaruh
jurnalis
pemaknaan
narasumber. Kepentingan yang diutamakan
profesionalisme ini turut dibentuk melalui
adalah kebenaran. Setiap isu pasti ada
pengalaman komunikasi ' sebagai peristiwa
kepentingannya, tapi kepentingan bagi seorang
komunikasi dialami jurnalis perempuan.
jurnalis adalah fakta. (Nosiyanugrahati)
perempuan,
Hasil
karena
penelitian
yang
peneliti
ungkapkan ini merupakan bentuk konstruksi dii jurnalis terhadap pengalaman komunikasi jurnalis perempuan berdasarkan kesadaran individu mereka memaknai profesionalisme
Wartawan harus berpihak kepada yang benar. Kebenaran itu bukan kebenaran siapa yang salah atau siapa yang benar, melainkan dalam konteks seseorang yang mengatakan sesuatu. Jadi dalam konsepnya mengenai independen, ia
jurnalis secara subjektif. Independen. Profesionalisme jurnalis dimaknai
tidak menjadi pemutus sesuatu tetapi cukup
"independen" bukan berarti "netral" seperti 346 I
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
menjadi penyampai sesuatu. Jurnalis tidak
Profesionalisme ya berkaitan dengan komitmen
boleh membuat kesimpulan (Ahliyawati)
selama menjadi jurnalis, apa seumur hidup gitu,
Kepentingan
Publik.
Seorang
jurnalis,
atau ada yang pindah haluan. Teman-teman
bahwa
saya juga sama, mereka punya target ya,
jurnalis mengabdi untuk kepentingan publik.
maksimal empatpuluh tahunan lah bekerja
Jurnalis
menghayati
sebagai jurnalis. Karena kita juga mengingat
gerak denyut nadi publik di mana mereka
usianya, yang sudah tidak produktif dan
bertugas. Jurnalis dapat membimbing ke mana
seenergik pas masih muda dulu. Kalau
dan
publik tersebut
perempuan sih ya itu, biasanya terbentur
berubah. Jurnalis yang memiliki kemampuan,
dengan motif keluarga. Kalau seorang jurnalis
tidak
perempuan sudah menikah, ya pasti ada
haruslah memahami
wajib
dan
menyadari
memahami
bagaimana
dan
seharusnya
memiliki
kepentingan
pribadi,
dan
berbuat demi kepentingan publik, memiliki
penyusutan intensitas dari segi waktunya itu.
kecerdasan terlatih untuk mengetahui yang
Apalagi kalau sudah mempunyai anak balita,
benar
pasti waktunya juga lebih concern untuk anak
dan
memiliki
kebenaran,
bisa
mempertahankan nilainya di depan publik. Wartawan
profesional
mengembangkan intelektual
di
memperkenalkan
di tun tut
minat kalangan
kebiasaan
dan suaminya. Ya, walaupun ada juga sih yang untuk
idealis, tetap bertahan sebagai jurnalis, karena
dan
kecintaannya terhadap profesinya untuk
masyarakat, dan
gagasan,
ide,
dan
mengabdikan pada masyarakat. (Ihtiziyawati) Keahlian. Bekerja atas dasar keahlian
kecenderungan baru dalam publik. Wartawan
merupakan
harus mampu memiliki perilaku baik dan
perempuan peliputan berita lapangan di
menyadari dirinya sebagai orang pembuka
media massa. Keahlian sebagai bagian dari
informasi yang tidak terpisah dai lingkungan
profesionalisme jurnalis yang di tunjang
sosial
dengan
dalam pencarian, pengolahan, dan
profesionalisme
penguasaan
pengetahuan
jurnalis
dan
mempublikasikan berita yang kesemuanya
keterampilan yang merupakan salah satu
untuk kepentingan masyarakat sebagai segmen
persoalan utama jurnalisme. Pekerja jurnalis
penerima pemberitaan tersebut. (Rismaniyah)
tidak di mulai atas dasar keahlian jurnalisme.
Wartawan memiliki tugas menginformasikan
Setiap orang pada dasarnya dapat menjadi
kejadian yang terjadi di dalam masyarakat.
jurnalis. Keahlian diperoleh sambil berjalan
Mampu menggali, menganalisis fakta dai
(learning by doing). Memengaruhi banyak hal
masyarakat,
seperti mutu kerja dan hasil kerja, mtegitas
untuk
memenuhi
rasa
keingintahuan masyarakat pada fenomena di
(wartawan bodrex, wartawan abal-abal, dan
luar lingkungannya. Makanya wartawan harus
Iain-lain
pintar, harus serba tahu. (Aquenosiswati)
keahlian dan keterampilan merupakan dasar
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
problem profesional).
Namun,
347
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
kerja profesi,
setiap
pekerja jurnalisme
Studi Frofesianalisme- Sulaeman
kejujuran, dapat dipercaya, bertanggung jawab,
terutama jurnalis, wajib meningkatkan terus
disiplin, dan menghormati orang lain.
menerus pengetahuan dan keterampilan.
Informasi disampaikan wartawan, melalui
Profesional
wartawan ditunjang dengan
proses yang memadai dan akurat bermutu,
penguasaan pengetahuan dan keterampilan
kejujuran, dapat dipercaya, bertanggung jawab,
khusus sebagai dasar kerja profesi. (Yasmin)
disiplin,
Wartawan itu memiliki standard dan ciri-ciri tertentu,
harus
mahir,
terampil
dalam
dan menghormati orang lain.
(Santiyani) Berita itu harus dipertanggung-jawabkan, tidak
melaksanakan tugasnya. (Istiningsih)
ada berita asal jadi. (Ibaniyah)
Dalam meliput berita saya lebih concern pada
Wartawan itu harus pandai menulis, mampu
aspek manusiawinya bukan sekedar informasi
melihat kejadian dan menyajikan dengan
tentang fakta, tapi sekaligus menyajikan
menarik perhatian dan memahami kebutuhan
interpretasi akan arti dan makna peristiwa
informasi masyarakat. (Nolasawati)
tersebut... jurnalis itu harus profesional, serba
Menjunjung Tinggi Etik. Profesionalisme
tahu tapi bukan berarti dia juga sok tau jadinya.
jurnalis yang memandang kejumalisme sebagai
Jurnalis juga harus pintar, dalam artian bukan
profesi yang memiliki harkat, harus turut
sok pintar juga, tapi dia berusaha menguasai
menjaga ancaman erosi , terhadap martabat
topik berita yang diterbitkan tersebut. Jadi, ya
profesi. Jurnalis bekerja untuk kepentingan
kembali lagi pada profesi, dia harus berusaha
yang lebih luas, yaitu publik pembaca dan
menguasai topik yang dia liput tersebut.
bukan untuk kepentingan segelintir pihak saja.
(Coswati)
Jurnalis
Menjaga Integritas.
Profesi
jurnalis
memasuki wilayah pembicaraan
tentang etika profesi kejumalisme. Etika
merupakan suatu proses untuk menjaga
mempersoalkan tindakan yang baik dan buruk.
integritas. Untuk memahami integritas jurnalis,
Kebaikan dan keburukan diukur dari tindakan
tidak
manusia yang berinteraksi dalam dimensi yang
dapat
dilakukan
secara
parsial
(terpenggal). Proses jurnalis dapat dimulai dai pencarian bahan berita, peliputan beita,
sama. Wartawan harus mahir dalam dunianya
penulisan berita, publikasi berita hingga
yang dilandasi kode etik jurnalistik. (Aminah
evaluasi.
Tutupuli)
Jurnalis
sebagai
proses
mengisyaratkan integritas bahwa berita dengan
Ya, kembali lagi pada kodrat sebagai
segala bentuknya dilahirkan harus melalui
perempuan. Dalam agama kan, tugas saya yang
proses yang memadai dan akurat bermutu,
utama adalah mengurus anak dan suami. Sebelum menikah sih memang ya karena kita
348
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
juga punya banyak waktu untuk berkarya
;Menj,Injuns Tbiiii EtiL' Tanggung-javvab dan Komitmen
sebagi jurnalis. Tapi pas sesudah menikah, terus punya anak, saya jadi punya rencana lain, maksimal sepuluh tahun lah saya jadi jurnalis. Jadi, kalau dikatakan berubah, ya memang iya.
'-
-- »
Repeitinimi Publik :
Tidak ada penekanan
Pemenuhan keingintahuan publik
Peninekatan pengetahuan dan kcteiampilan
Keju]utan, akurat berrnu't dan kepercayaan
Terus kalau saya ngobrol sama teman-teman jurnalis
■' ■-
-'
inuepeiiueii
j Meilltig;! Iltteslita
yang lain juga sama, mereka
—
i Piofeitiounlisiiie Jiuimlis
berkomitmen sebagai junalis juga gak berpikir
■ ^
■-■
untuk jangka panjang. Jadi, maksimal sepuluh
Munculnya
tahunan gitu. Karena kan mengingat usia ya,
merupakan
kalau semakin tua kan produktivitas bekerja
pemerintah, dan organisasi profesi junalisme
juga berkurang kan. (Posgawati)
itu
Selama saya bekerja sebagai jurnalis, saya
perannya
harus mentaati kode etik jurnalistik yang ada.
pembangunan
Jadi, kita harus mempunyai komitmen terhadap
informasi,dan pendidikan. Jurnalis profesional,
profesi tersebut. Profesi Jurnalis ini merupakan
disadari oleh para jurnalis sebagai sebuah
tugas mulia buat saya. Peran dia sebagai
pilihan dan jalan yang terjal namun tetap harus
jurnalis, dia harus mencari beita kemudian
dilalui. Jurnalis merupakan sebuah profesi dari
menyebarluaskannya kepada masyarakat luas.
sebuah komunitas
Saya lebih suka teonnya Bill Kovach bahwa media massa seharusnya menjadi guidance bagi
masyarakat
dalam
memecahkan
permasalahan kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab juga harus diperhatikan sebagai jurnalis. Dia juga harus meningkatkan kemampuan ataukeahliannya (Berniyasasti).
sebagai
jurnalis.
tuntutan salah
sendiri
jurnalis
satu
untuk
profesional,
konsekuensi
memenuhi
sebagai
fungsi
motor
dalam
hal
dari
dan
penggerak ini
adalah
yang membangun
makna
subyektif sekaligus obyektif ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Berger dan Luckmann dalam Teori bahwa
Realitas
masyarakat
Sosial
adalah
menyebutkan
suatu
kenyataan
obyektif, dalam arti orang, kelompok dan lembaga-lembaga adalah nyata, terlepas dai pandangan kita terhadap mereka. Akan tetapi, masyarakat juga
suatu
kenyataan
subyektif
dalam arti bagi setiap orang, dan lembagalembaga
lain
tergantung
pada
pandangan
subyektif orang tersebut.
Lihat; Peter Ludwiq Berger and Thomas Luckmann. 1966. The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Knowledge. New York: Anchor Books., h. 17. 349 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
cenderung lemah. Jurnalis perempuan tidak
profesi dan profesionalisme jurnalis yang
cukup memiliki kekuatan tawar (bargaining
dialami dan dibentuk dari pengetahuan yang
power) yang memadai ketika berhadapan
dimiliki,
dengan kepentingan pemilik media. Jurnalis
junalis sebagai profesi, terutama mereka
perempuan tidak lebih ditempatkan sebagai
menganggap jurnalis sebagai profesi yang
pekerja, mereka belum diposisikan sebagai
harus dilakoni secara profesional dalam
profesional
melakukan peliputan berita lapangan.
dalam menjalankan aktivitas
meskipun mereka menganggap
jurnalismenya yang akhirnya, imbalan secara
Penelitian ini telah membahas beberapa
fmansial yang diterima jurnalis perempuan
aspek pemaknaan pengalaman hidup jurnalis
relatif tidak memadai.
perempuan melakukan peliputan berita
Kesimpulan
lapangan. Banyak aspek lain yang masih perlu
Jurnalis perempuan sebagai subjek penelitian
dilakukan penelitian, salah satunya adalah
ini telah mengambil tindakan menjadi jurnalis
bagaimana kinerja jurnalis perempuan dan laki-
peliputan berita lapangan dialami cukup
laki memaknai profesi diri mereka memiliki
beragam. Beberapa temuan menjelaskan bahwa
pekerjaan jurnalis
jurnalis perempuan sebagai subyek dianggap
pengalaman dan pengetahuan dimiliki. Telah
memiliki motif sebab dan tujuan bekerja di
ditemukan, misalnya mereka terus-menerus
media massa, profesi jurnalis yang sebagai
belajar melakukan peliputan berita lapangan.
pekerjaan yang terkait dengan profesionalisme
Jadi
jurnalis
manajemen
dibangun
melalui
pengalaman
dengan
berdasarkan kerangka
menggunakan komunikasi,
perspektif kita
dapat
komunikasi dengan lingkungannya. Sebagian
mengeksplorasi tingkat kemampuan kinerja
dan subjek masih mendapatkan diskriminasi
jurnalis peliputan berita lapangan. Tentu saja
dari lingkungan sekitarnya yang dikonstruksi
topik ini berada di luar diskusi kita saat ini,
profesi jurnalis untuk pekerjaan laki-laki pada
Referensi
saat peneliti melakukan penelitian, dan lainnya
Alwasila, AC.
2003. Pokoknya Kualitatif:
adanya keinginan untuk membuktikan diri
Dasar-Dasar
bahwa perempuan juga bisa melakukan
Melakukan
pekerjaan seperti kaum laki-laki walaupun
Bandung:
memiliki perbedaan jenis kelamin, namun
dengan Pusat Studi Sunda.
mampu bekerja sebagai jurnalis.
Anwar, Rosihan.
Merancang Penelitian
Pustaka
1977.
Jaya
dan Kualitatif.
Bekerjasama
Profil Wartawan
Dalam penelitian ini teori konstruksi
Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan
makna dan interaksi simbolik telah bermanfaat
dan Pengembangan Pers Departemen
dalam mengeksplorasi pengalaman para
Penerangan RI.
jurnalis perempuan. Khususnya memaknai Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
351
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1 829-8169
Studi Profesianalisme- Sulaeman
Berger, Peter Ludwiq and Thomas Luckmann. 1966.
Valley
The Social Construction of
Reality: A Treatise in The Sociology of
Hamid, Fand dan Heri Budianto, 2011. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan
Bogdan, Robert and Steven J. Taylor. 1975.
Masa Depan. Jakarta: Kencana Prenada
Introduction to Qualitative Research A
Phenomenological
Approach to the Social Science. New York: John Wiley and Son.
Models,
Global
Issue.
Foreword by James Curram. New York: Routledge.
Perempuan,
2013.
Perempuan dan
Media. Edisi 28. 1986.
Reliability and Validity in Qualitative Research. London: Sage Publications. Kovach,
Bill
dan
Tom
Rosentiel.
2001.
Development
and
Yayasan Pantau. Kuswarno, Engkus.
2004. Dunia Simbolik
Behavior. London: Longman Group
Pengemis Kota Bandung (Studi Tentang
Limited.
Konstruksi
Sosial
Komunikasi
Para
Interactionism, an Introduction, an
Bandung.
Disertasi.
Interpretation, an Integration. London:
Universitas Padjadjaran.
Charon, Joel M..
2007.
1979.
Symbolic
Prentice-Hall. Inch.
Littlejohn,
Cooley, Charles H. 1983. Human Nature and
Stephen W.
2005.
dan
Communication.^
Transaction Books.
California:
Manajemen
Pengemis
di
Kota
Pascasarjana
and Karen A. Foss.
Theories
the Social Order. New Brunswick:
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry
of
Human
ed.
Belmont
Wadsworth
Publishing
Company.
and Research Design: Choosing Among
2009. Encyclopedia of Communication
Five Traditions. Thousand Oaks: CA.
Theory. New Mexico: Sage Reference
Sage Publication Inc.
Publication Inc.
Ghoneim,
Sarah.
2003.
Investigative
Lindlof,
Thomas
R.
1995.
Qualitative
Journalism as a Safeguard for
Communication
Democracy. Course: Disertation, New
California USA, Sage Publications.
Media Journalism. Faculty: London College of Music and Media. Thames
352
Jurnal
Sembilan Elemen Jurnalisme. Jakarta:
Burns, R.B.. 1979. The Self Concept in Theory, Measurement,
Media Group.
Kirk, Jerome and Marc L, Miller,
Burgh, de Hugo. 2005. Making Journalists. Diverse
10200127.
http://zappa.tvu.ac.uk/00GhoneimS.
Knowledge. New York: Anchor Books.
Methods:
University.
Luviana,
Research
Methods,
2012. Jejak Jurnalis Perempuan:
Pemetaan
Kondisi
Kerja
Jurnalis
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
Studi Profesianahsme- Sulaeman
Jurnal Fikratuna Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2015 ISSN: 1829-8169
Perempuan
di
Indonesia.
Jakarta:
Salim, Agus.
Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Aliansi Junalis Independen. McCann,
Christopher.
1993.
Phenomenological
2006. Teori dan Paradigma
Wacana.
Four
Philosophers:
Schutz, Alfred. 1972. The Phenomenology of
Husserl, Heidegger, Sartre, Merleau-
the Social World. London: Heinemann
Ponty. London: Routledge.
Educational Book. '
McQuail, Denis.
2000. Teori Komunikasi
Siregar, Ashadi.1998. Bagaimana Meliput dan
Massa, Suatu Pengantar. Jakarta:
Menulis
Erlangga.
Massa.Yogyakarta: Kanisius.
Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif:
Paradigma Baru Ilmu
Bandung:
PT.
Remaja
untuk
Media
Sobur, Ales. 2001. Etika Pers, Profesionalisme dengan Nurani. Bandung: Humaniora
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet.V.
Berita
Utama Pers. Sulaeman,
2014.
Konstruksi Makna dan
Rosdakarya.
Perilaku
2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.
Oligodaktili
Remaja Rosdakarya.
Penyandang Oligodaktili di Kampung
Musgrove, Frank. 1977. Margin of The Mind. London: Methuen and Co. Ltd. Moustakas, Clark. Research
Komunikasi Penyandang (Studi
Fenomenologi
Ulutaue Kabupaten Bone). Disertasi.. Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
1994. Phenomenological Methods.
London:
Sage
Publications. Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet.XXIV, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Poloma,
Margaret
M.
Kontemporer. Yasogama.
2007.
Sosiology
Terjemahan Jakarta:
Tim
RajaGrafindo
Persada. Radford, Gary P. 2005. On Hie Philosophy of Communication.
USA:
Thomson
Wadsworth. Rusady,
Ruslan.
2001.
Etika Kehumasan,
Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta:
Raja
Grafindo Persada. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN Ambon
353