STUDI PERANAN SEKTOR INFORMAL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Burhanuddin Kiyai Johny Montolalu Jorrie M. Ruru
Abstract: This study is moved from the initial observation that informal scores, especially the motherhousewife baker government received less attention in terms pemberdayaanya. Thus, this study aims to describe the role of the informal sector in increasing people's income, khsusunya low-income families in the District Tuminting. This research uses descriptive-analytic method. Purposive sample drawn as many as 45 respondents mother-housewife wet cake maker and pastries. Data were collected through surveys and direct observation techniques using instruments Questionnaire. Once the data is collected, and then analyzed using analytical techniques frequency table and cross table. Having analyzed the results obtained as follows: (1) The business of the informal sector, especially baking has an important role in increasing the income of low-income people, especially for mothers of households to help meet the needs of their families. (1) Most businesses informal sector, especially mothers cake makers (wet and dry) to get working capital from a third party (the release of money / loan shark) or cooperative with relatively high interest, because they do not understand the procedures and terms of the loan capital Work through the bank. This reality is a consequence of the lack of socialization of business credit (KUR) channeled government. Thus, the conclusion that can be drawn from these results is that the factors formal education, skills and working capital is a determinant (determinant) increase in operating income in the informal sector, especially the business of making pastries and cakes by the mother-housewife from low-income families in the District Tuminting. Suggestions or recommendations can be given, anatar others: governments need to streamline the dissemination of KUR and provide guidance and empowerment to businesses cake maker, through ease of access memdapatkan scholarship vocational school for the children of the target group, the ease of access to business loans KUR and provide training job skills, especially in the field yeknik cake-making and management of usaaha. Keywords: Informal sector, Cake Makers, family income
semakin
PENDAHULUAN Fenomena
pembangunan
yang
Sistem
terbatasnya pengolahan
lahan tanah
pertanian. dan
hasil
dilaksanakan selama kurang lebih 4 dekade
pertanian yang memanfaatkan teknologi
terakhir telah membawa pergeseran dalam
baru membawa akibat semakin menciutnya
berbagai segi kehidupan, antara lain dalam
tenaga kerja yang terserap di sektor ini.
perolehan
kesempatan
Sementara itu, industri di pinggiran kota
adanya
kian berkembang yang merupakan daya
bidang
tarik tersendiri bagi pencari kerja. Namun
pekerjaan yang berorientasi pertanian ke
demikian, sektor industri dan sektor formal
industri dan pasar. Diduga kuat hal ini
lainnya belum dapat diandalkan guna
dipengaruhi berbagai faktor, antara lain
menampung tenaga kerja yang ada.
kerja,
pendapatan
dan
menampakkan
kecenderungan
pergeseran
dari
1
Namun yang jelas bahwa pusat-pusat industri
dan
khususnya
berbagai
bagi
sektor
golongan
formal,
sektor
yang
efisien
karena
mampu
menyediakan kehidupan murah.
masyarakat
Sehubungan
dengan
asumsi
berpendidikan rendah sulit ditembus karena
tersebut, Breman (1985;377) menyatakan
mereka pada umumnya tidak memenuhi
bahwa terdapat bukti-bukti dari hasil kajian
syarat pendidikan minimum yang ditetapkan.
yang ada menunjukkan bahwa hadirnya
Oleh karena itu langkah yang diambil
sektor informal diterima sebagai fase yang
pemerintah, antara lain dengan menetapkan
harus ada dalam proses pembangunan,
pengembangan usaha mandiri di sektor
utamanya di negara-negara berkembang.
informal sebagai terobosan guna memperluas
Dalam hal ini fungsi sektor informal
kesempatan kerja.
utamanya sebagai penyangga dan katup
Konsep sektor informal mendapat sambutan
yang
sangat
luas
secara
pengaman
perekonomian
bersangkutan.
Aktivitas
negara
di
sektor
ini
internasional dari para pakar ekonomi
memberi pendapatan dan peluang kerja bagi
pembangunan,
mendorong
penduduk walaupun kecil dan tidak tetap.
dikembangknnya penelitian pada beberapa
Seperti halnya di Indonesia aktivitas di
negara berkembang termasuk Indonesia
sektor informal sangat bermanfaat, hanya
oleh
saja
sehingga
berbagai
lembaga
penelitian
menurut
Sethurahman
pemerintah, swasta, swadaya masyarakat
sering
dan universitas. Hal tersebut terjadi akibat
informal
adanya
pembangunan
Karena ada yang sepakat sejumlah aktivitas
ekonomi yang tidak hanya memfokuskan
dikategorikan ke dalam sektor informal
pada pertumbuhan ekonomi makro semata,
tetapi
akan
memasukkannya ke dalam sektor formal.
pergeseran
tetapi
arah
lebih
kearah
pemerataan
pendapatan. Swasono (1987) mengatakan bahwa
adanya
sekedar
sektor
karena
informal
kurangnya
bukan
lapangan
pemberian
definisi
tersebut
kurang
(1976;201)
ada
pula
yang
pada
sektor
memuaskan.
lebih
setuju
Terlepas dari perbedaan persepsi tentang sektor informal, namun usaha disektor
ini
cukup
berperan
pekerjaan, apalagi menampung lapangan
meningkatkan
kerja yang terbuang dari sektor formal akan
khususnya keluarga yang berpenghasilan
tetapi sektor informal adalah sebagai pilar
rendah,
bagi keseluruhan ekonomi sektor formal
berdasarkan
yang terbukti tidak efisien. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa usaha sektor informal
menunjukan bahwa sektor informal telah
memiliki intensitas yang berfluktuasi atau
banyak
formal,
mengalami pasang-surut. Hal ini, selain
merupakan
minimnya modal usaha, juga ada kaitannya
disamping
mensubsidi sektor
sektor
informal
pendapat
dalam
namun hasil
sepanjang
masyarakat,
diketahui
pengamatan
awal
dengan rendahnya tingkat pendidikan dan
2
keterampilan yang dimiliki oleh pelaku
pendidikan formal dan keterampilan yang
usaha sektor informal itu sendiri.
tinggi, dan memerlukan surat-surat izin
Berdasarkan pada
latar
identifikasi
belakang
di
masalah
atas,
maka
serta modal yang besar untuk memproduksi barang dan jasa.
permasalahan dalam penelitian ini dapat
Selanjutnya Sethurahman (1985)
dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana
memberi
peranan sektor informal dalam meningkatkan
sebagai unit-unit usaha berskala kecil yang
pendapatan keluarga berpenghasilan rendah
terlibat
di Kecamatan Tuminting ?.”
distribusi barang-barang, dimasuki oleh
Untuk tersebut,
menjawab
diperlukan
teori
batasan
dalam
sektor
informal
proses
produksi
ini
dan
permasalahan
penduduk kota terutama bertujuan untuk
yang
mencari kesempatan kerja dan pendapatan
dapat
memberikan penjelas ilmiah dan melandasi
dari
konsep sektor informa dan pendapatan
Sedangkan menurut Moser (1978) dalam
keluarga.
Chandrakirana dan Sadoko (1995) bahwa
Berikut
akan
dikemukakan
beberapa pendapat para ahli, diantaranya : Sektor informal itu sendiri, pertama
pada
sektor
memperoleh
informal
ekonomi
yang
keuntungan.
merupakan selama
ini
kegiatan lolos
dari
kali diperkenalkan Keith Hart seorang
pencacahan, pengaturan dan perlindungan
peneliti dari Universitas Manchester di
pemerintah,
Inggris (Harmono, 1983) yang kemudian
ekonomi dengan karakteristik kompetitif,
muncul dalam penerbitan ILO (1972)
padat karya, memakai input dan teknologi
sebagaimana disebutkan di atas. Lebih
lokal, serta beroperasi atas dasar pemilikan
lanjut
sendiri oleh masyarakat lokal.
ILO
dalam
memberikan informal
Sudarsono
(1982)
tentang
sektor
definisi
yang
Rachbini
dan
makna
Hamid
(1994), sektor informal berfungsi sebagai
dimasuki oleh pengusaha pendatang baru,
penyedia barang dan jasa terutama bagi
menggunakan
ekonomi
masyarakat golongan ekonomi menengah
keluarga
ke bawah yang tinggal dikota-kota. Pelaku
berskala kecil, menggunakan teknologi
sektor ini pada umumnya berasal dari desa-
padat karya dan teknologi yang disesuaikan
desa
dengan keterampilan yang dibutuhkan,
keterampilan rendah serta sumber-sumber
tidak diatur oleh pemerintah dan bergerak
terbatas.
negeri,
sektor
Menurut
mempunyai
mudah
dalam
sebagai
tetapi
sumber-sumber dimiliki
oleh
dalam pasar penuh persaingan.
dengan
tingkat
pendidikan
dan
Jadi jelasnya bahwa pengertian
Hutajulu (1985:594) memberikan
sektor informal mempunyai ruang lingkup
batasan tentang sektor informal, adalah
yang sangat luas; artinya bahwa kegiatan
suatu bidang kegiatan ekonomi yang untuk
yang
memasukinya tidak selalu memerlukan
penduduk berpendapatan rendah. Adapun
paling
besar
dijalankan
oleh
3
yang dimaksud dengan sektor informal
(profit) yang lebih banyak dari tempat lain
dalam penelitian ini adalah unit-unit usaha
dan
yang dilaksanakan oleh perorangan maupun
maksimal, suatu kegiatan harus seefisien
rumah
umumnya
mungkin. Richardson (1991) berpendapat
berpendapatan rendah, khususnya dalam
bahwa keputusan-keputusan penentuan lokasi
bidang
yang
tangga
industri
yang
pada
rumahan,
seperti
:
untuk
mencapai
keuntungan
memaksimumkan
yang
penerimaan/
pengolahan atau pembuat kue, khususnya
pendapatan biasanya diambil bila memenuhi
kue basah yang dibutuhkan masyarakat
kriteria-kriteria pokok :
sehari-hari; dan kue kering yang butuhkan
1.
Tempat yang memberi kemungkinan
masyarakat pada iven-iven tertentu, seperti
pertumbuhan
hari
menghasilkan keuntungan yang layak.
ulang tahun, dan hari-hari raya
keagamaan (Natal dan Idul Fitri), yang
2.
banyak terdapat di wilayah Kecamatan
jangka
panjang
yang
Tempat yang luas lingkupnya untuk kemungkinan perluasan unit produksi.
Tuminting. Munculnya sektor informal
Dengan demikian, aktivitas sektor
industri rumah tangga atau disebut pekerja
informal membutuhkan tenpat usaha atau
rumahan
dari
lokasi yang strategis dan representatif agar
adanya fenomena pembangunan selama ini.
usaha mereka bisa berkembang kearah
tidak
Peranan
dapat
yang
yang lebih menguntungkan, karena mudah
dimaksud dalam tulisan ini adalah aktivitas
dijangkau (diakses) oleh konsumen. Selain
ibu-ibu rumah tangga yang mengelola atau
lokasi atau tempat usaha, maka pendidikan
membuat kue (basah dan kering) untuk
dan keterampilan juga merupakan faktor
memperoleh pendapatan guna membantu
yang
kebutuhan hidup keluarga yang rata-rata
sektor
berpenghasilan rendah. Singarimbun (dalam
pendapatan
Effendi,
Keterampilan
1993)
sektor
dipisahkan
informal
mengatakan,
bahwa
dapat
mengoptimalkan
informal
dalam
mereka.
meningkatkan
Pendidikan
merupakan
ekonomi keluarga dalam suatu masyarakat.
pengembangan
Menurut Winardi dalam Kamus Ekonomi
Kualitas sumber daya manusia dapat
(1981), bahwa pendapatan atau penghasilan
dideskripsikan
dalam
segi
fisik
dan
itu sama artinya dengan hasil berupa uang
mental,
nalar,
kecakapan
dan
atau material lainnya yang dicapai dari
keterampilan, dan segi sikap dan perilaku.
penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia
Pengembangan kualitas fisik dan mental
bebas.
sumber daya manusia dapat diupayakan melalui
sumber
peningkatan
erat
aspek
penting
segi
berkaitan
dua
dan
pendapatan, ialah gambaran tentang posisi
Pada dasarnya suatu kegiatan sektor
yang
peranan
daya
dengan manusia.
pembangunan
informal harus memiliki suatu lokasi yang
keluarga sejahtera. Pengembangan kualitas
tepat agar dapat memperoleh keuntungan
nalar, kecakapan dan keterampilan sumber
4
daya
manusia
diupayakan
melalui
keterampilan merupakan dua aspek yang
pendidikan dan latihan sedangkan kualitas
sangat erat kaitannya, dan satu sama lain
sikap dan perilaku, diupayakan melalui
saling mempengaruhi. Makin tinggi atau
disiplin
dan
kerja
dalam
makin baik kualitas pendidikan seseorang,
pembangunan.
Upaya-
maka makin meningkat pula keterampilan
upaya inilah yang dimaksudkan dengan
bekerja, dengan demikian meningkatkan
pengembangan sumber daya manusia.
produktifitas kerja. Dengan meningkatkan
melaksanakan
etos
Program-program
pembangunan
produktifitas, seseorang cenderung akan
sumber daya manusia diarahkan pada dua
dapat
aspek yakni aspek fisik (kualitas fisik) dan
demikian pendidikan dan keterampilan
aspek non fisik (kualitas non fisik) yang
merupakan faktor penunjang yang sangat
menyangkut kemampuan bekerja, berfikir,
penting
dan keterampilan-keterampilan lain. Untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Mengutip
meningkatkan
dapat
pendapat Esmara (1986) tentang konsep
program-program
taraf hidup di atas, mengatakan bahwa
diupayakan kesehatan
kualitas melalui
dan
gizi,
fisik
bagi
hidupnya.
manusia
untuk
Dengan
dapat
untuk
kebutuhan hidup atau taraf hidup dapat
meningkatkan kualitas atau kemampuan
dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat
non fisik, maka upaya pendidikan dan
penting guna kelangsungan hidup manusia
pelatihan adalah yang diperlukan, upaya
seperti
inilah
dengan
pakaian) maupun dalam keperluan sosial
manusia
tertentu (air minum, sanitasi, transportasi,
yang
pemberdayaan
sedangkan
memperbaiki
dimaksud sumber
daya
(Notoatmodjo, 1998:2).
konsumsi
(makan,
perumahan,
kesehatan dan pendidikan) taraf hidup
Bank Dunia mengemukakan bahwa
berkaitan dengan tingkat kebutuhan hidup
dalam hal pengembangan sumber daya
yang layak dimiliki oleh setiap orang. Hal
manusia
terdapat
ini
sehingga
unsur-unsur
komponen-komponen pendidikan
dan
latihan, kesehatan dan gizi, kesempatan kerja,
lingkungan
hidup
kebutuhan
hanya materi
untuk namun
memenuhi juga
untuk
mengangkat kesadaran akan harga diri.
sehat,
Simanjuntak (1981) mengatakan,
pengembangan karir di tempat kerja dan
bahwa pendidikan tidak saja berperan
kehidupan
menambah
politik
yang
yang
bukan
bebas.
Dari
pengetahuan
tetapi
juga
berbagai unsur tersebut di atas, Bank
meningkatkan keterampilan bekerja, dan
Dunia menggarisbawahi unsur pendidikan
dengan
dan
produktifitas kerja yang tinggi, perlunya
latihan
sebagai
unsur
utama
(Vidhyandika, dan Prabowo, 1997). Pendapat-pendapat menjelaskan
bahwa
diatas
pendidikan
demikian
meningkatkan
perluasan pendidikan supaya disatu pihak dapat dan
dapat memperbesar tingkat pertumbuhan ekonomi,
dan
dilain
pihak
dapat
5
meningkatkan
hidup
purposive
sampling,
keluarga. Pendapat-pendapat diatas, dapat
kelurahan
sebagai
dijadikan acuan bagi pelaku usaha yang
masing-masing :
nota
kelurahan
bene
pendapatan/taraf
memiliki
keterampilan
pendidikan
rendah,
khususnya
dan
yakni
dipilih
kelurahan kelurahan
Sumompo
3
sampel,
Tuminting,
dan
kelurahan
yang
Kampung Islam. Selanjutnya dari masing-
bekerja disektor informal untuk dapat
masing kelurahan ditarik sampel sebanyak
meningkatkan
15
kemampuannya
dalam
unit
usaha
sektor
informal
yang
melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang
memiliki usaha pembuatan kue (industri
ditujukan
rumah tangga).
untuk
dapat
meningkatkan
pendapatan/taraf hidup keluarga.
Alat utama yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah peneliti sendiri.
METODE PENELITIAN
Data diperoleh dengan cara :
Metode penelitian yang digunakan
1.
untuk mengkaji masalah Peranan sektor informal dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
(keluarga),
yaitu
yang diamati adalah sebagai berikut: 2.
metode
mengemukakan
metodologi
kualitatif
penelitian
yang
sebagai
prosedur
menghasilkan
peneliti
melakukan dengan untuk
mendapatkan
secara
informan
pemahaman menurut tentang
pandangan aktivitasnya
sehubungan dengan kegiatan usaha
lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dalam upaya meningkakan pendapatan
diamati.
keluarga.
Populasi
adalah
seluruh
rumah
tangga (Kepala Keluarga) yang menggeluti sektor
informal
industri
terdapat
di
wilayah
3.
Pencatatan dari data statistik yang relevan dengan tujuan penelitian.
rumah
tangga pembuatan makanan kecil (kue) yang
melakukan
informan/responden
mendalam
data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
usaha
sambil
wawancara
Menurut Bogman dan Taylor (1975) dalam 2000)
Wawancara, observasi,
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
(Moleong,
Observasi lapangan, di mana hal-hal
Kecamatan
Tuminting Kota Manado. Oleh karena Kecamatan tersebut meliputi 10 kelurahan, sementara jumlah kelurahan yang memiliki
Sesuai metode penelitian ini, maka analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif (tabel frekuensi) berdasarkan data yang
diperoleh
melalui
observasi
dan
wawancara serta data statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian.
usaha sektor informal, khususnya industri rumah tangga
belum
diketahui
(tidak
tersedia data untuk itu), maka sampel area (kelurahan
sampel)
dilakukan
secara
6
2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga yang dimaksud
Deskripsi Karakteristik Responden
dalam penelitian ini ialah ukuran besar-
Karakteristik dari 45 responden Ibu
kecilnya keluarga (batih) dilihat dari jumlah
Rumah Tangga dari keluarga prasejahtera
anggota keluarga yang terdiri dari ayah-ibu
yang diteliti dalam penelitian ini meliputi :
(suami-istri) dan jumlah anak. Semakin besar
1.
ukuran
Umur Dilihat
dari
perspektif
tenaga
kerja, umur atau usia merupakan salah satu batasan atau persyaratan seseorang untuk
dapat
masuk
dalam
kelompok
tenaga kerja atau tidak. Sementara itu, umur
pada
merupakan
tingkat indikasi
tertentu
juga
seseorang
telah
mencapai tingkat kedewasaan berpikir atau tingkat maturitas tertentu. Artinya bahwa salah satu indikasi tingkat maturity seseorang dapat dilihat dari umur atau
keluarga
Untuk
mengetahui
distribusi
disektor
informal,
khususnya
pembuatan kue, menurut usia/umur dapat diketahui bahwa struktur umur/usia responden (IRT), ternyata lebih dari separuh (66.67%) berusia antara 36 tahun sampai dengan 55 tahun atau usia produktivitas tinggi dan berkembang dengan baik; dan hanya sebesar 6.67 % berusia antara 21 tahun sampai dengan 24 tahun atau pada tahapan usia yang cenderung kearah efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia IRT dapat mendukung pekerjaan mereka di sektor informal sebagai pencari nafkah tambahan.
anggota
akan dipakai oleh wanita (ibu rumah tangga) dalam melaksanakan pekerjaannya di rumah atau
pekerjaan-pekerjaan
pada
sektor
domestik, seperti : mengasuh anak, mengatur dan membersihkan rumah dan sebagainya, sehingga kalau waktu yang dipakai di rumah lebih banyak maka wanita atau ibu rumah tanggapun
tidak
dapat
mengalokasikan/
mengatur waktunya untuk kegiatan-kegiatan usaha di luar rumah atau pada sektor publik, mencari
nafkah
tambahan
dan
kegiatan sosial lainnya. Untuk
responden ibu rumah tangga sebagai pelaku usaha
jumlah
keluarga, maka semakin banyak waktu yang
seperti
usianya.
atau
tanggungan rumah
mengetahui
keluarga
tangga
khususnya
jumlah
responden
Kecamatan
di
lokasi
ibu-ibu
Tuminting,
penelitian,
telah
dilakukan pengumpulan data terhadap 45 responden.
Rata-rata
jumlah
anggota
keluarga responden ibu rumah tangga antara 4-5 orang, yakni sebanyak 22 responden atau sebesar 48.89 % dari 45 responden, kurang dari 4 orang anggota keluarga sebesar 37.78%
dan
sisanya
hanya
13.33
%
mempunyai jumlah anggota keluarga lebih 5 orang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
keluarga
responden
mempunyai
anggota keluarga terkategori “sedang”, yakni 4 – 5 orang dalam satu keluarga, yakni 2
7
oarng tua (suami+istri ditambah 2 – 3 anak).
Hasil Analisis Data
Apabila
1.
dibandingkan
dengan
konsep
Pendidikan Responden
NKKBS (norma keluarga kecil bahagia
Bila dikaitkan dengan kehidupan
sejahtera) dari BKKBN, yang membatasi 3
suatu bangsa, maka pendidikan mempunyai
anggota keluarga, maka keluarga responden
peranan yang sangat penting untuk menjamin
di Kecamatan Tuminting, khususnya di
perkembangan
lokasi penelitian tidak termasuk dalam
bangsa yang bersangkutan. Sebagaimana
konsep NKKBS tersebut.
diketahui
3.
berdasarkan
Pengelompokan Jenis Kue
dan
kelangsungan
bahwa
pendidikan
Pancasila
hidup
Nasional
bertujuan
untuk
Hasil pengumpulan data kepada 45
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan
responden ibu-ibu rumah dapat dijelaskan
Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
bahwa dari 45 responden ibu-ibu rumah
mempertinggi budi pekerti, memperkuat
tangga yang diwawancarai, ternyata 21
kepribadian
dan
responden di antaranya memproduksi jenis
kebangsaan
agar
kue basah, dan sisanya 24 responden
manusia-manusia pembangunan yang dapat
memproduksi jenis kue kering.
membangun dirinya sendiri serta bersama-
mempertebal dapat
semangat
menumbuhkan
Hasil penelitian, Dari 21 responden
sama bertanggung jawab atas pembangunan
yang memproduksi jenis kue basah, terdapat
bangsa. Disini telihat betapa besar dan
sekitar 9 responden atau ± 42.86 %
pentingnya
memproduksi “pisang goreng, nogosari dan
seluruh aspek kehidupan manusia.
sejenisnya”, 28.57 % memproduksi “roti
peranan
pendidikan
dalam
Menurut Napitupulu (1979), bahwa
sejenisnya,
pendidikan ialah kegiatan yang dilakukan
masing-masing
dengan sengaja dan teratur dengan tujuan
memproduksi “nasi-jaha” sebesar 23.81 %
untuk mengubah tingkah laku manusia ke
dan kue-kuk, panekuk, balapis hanya sebesar
arah yang diinginkan. Hal ini sejalan dengan
4.76 %.
pendapat Goni (1984), bahwa pendidikan itu
(biapong) sementara
goreng,
donatdan
sisanya,
Kemudian, dari 24 responden yang
dapat merubah mental serta gerak tingkah
memproduksi jenis kue kering, ternyata ada
laku seseorang menuju nilai-nilai baru, yang
dua nama kue yang cukup dominan, yaitu
mungkin
telur rebus dan lapis regal masing-masing
sebelumnya, dan hal ini sangat penting bagi
sebesar 29.17 %, sisanya “good time” sebesar
gerak pembangunan.
25 % dan Fantasi hanya sebesar 16.67 %.
atau
Horton mengemukakan manifestasi
relatif
dan ada
utama
belum
Hunt dua
dimiliki
(1990),
fungsi
pendidikan,
dari yaitu
membentuk orang untuk sanggup mencari nafkah hidup dan menolong orang untuk
8
mengembangkan potensi demi pemenuhan
pembuat kue basah adalah tamatan SD ke
kebutuhan
bawah atau masih berada pada kategori
pribadi
serta
pengembangan
masyarakat. Pendidikan berlangsung
individu
terus-menerus
masyarakat, dan
bagi
rendah,
semntara
ada
kecenderungan
bahwa
responden
ibu
rumah
dalam
pembuat kue kering mempunyai tingkat
karenanya eksistensi individu
pendidikan formal berada pada kategori
masyarakat
Masyarakat
saling
mempengaruhi.
menyediakan
jalur-jalur
pendidikan yang sangat berperan dalam kehidupan manusia dan masyarakat itu
“sedang” atau rata-rata tamatan SMP sampai
dengan
SMA,
2.
dari
pendapat-pendapat
yang sudah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya,
baik pendidikan
formal, non-formal maupun informal adalah lembaga
transmisi
dengan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam usaha
menumbuhkan
pembangunan
yang
membangun
dirinya sendiri, sehingga bertanggung jawab atas pembangunan nasional. Hasil responden
yang
Dari
45
diwawancarai,
ternyata sekitar 3 responden tidak pernah sekolah dan 4 responden lainnya tidak tamat SD, 15 orang atau ± 33.33 % tamatan SD, sementara 12 orang atau sekitar sisanya,
26.67
%
tamatan
masing-masing
cukup
bervariasi.
terdapat
SMP
sebanyak
dan 10
SMA yang kebanyakan sekolah kejuruan dan 1 orang atau sekitar 2.22 % tamatan Perguruan Tinggi (S-1). Gambaran ini
pendidikan
bahwa formal
rata-rata para
Ada
kecenderungan
perbedaan tingkat
keterampilan
antara kelompok responden pembuat kue basah dengan kelompok responden pembuat kue kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 responden ibu rumah tangga pembuat kue
di
tiga
mengikuti
Kelurahan
sampel
yang
IRT
tingkat yang
bergerak di sektor informal, khususnya
latihan/kursus
keterampilan
pembuatan kue sebanyak 1 kali, yakni sekitar 21 orang responden atau sebesar ± 46.67 %, sementara lebih dari 1 kali sebanyak 20 orang atau sebesar ± 44.44 % dan sisanya sebanyak 4 orang responden yang belum pernah mengikuti latihan keterampilan, yakni ibu rumah tangga pembuat kue basah.
responden atau sekitar 22.22 % tamatan
menunjukkan
dimiliki
diwawancarai, ternyata rata-rata yang pernah
penelitian,
(IRT)
yang
responden ibu-ibu rmah tangga pembuat kue
manusia-manusia dapat
kategori
Keterampilan Keterampilan
Bertolak
dan
“tinggi”, yakni tamatan PT (S-1).
sendiri.
merupakan
tangga
Ada
beberapa
alasan
yang
dikemukakan oleh mereka yang belum pernah
atau
hanya
1
kali
mengikuti
latihan/kursus keterampilan pembuatan kue basah, antara lain : (1). Cara pembuatan kue basah
sangat
sehingga
mudah tidak
ditiru
(diadopsi) memerlukan
9
pengetahun/keterampilan khusus yang perlu
3.
Modal Kerja
dipelajari; (2). Keterampilan yang mereka
Sebagaimana diketahui bahwa modal
miliki merupakan pengalaman/warisan turun-
kerja memiliki peran sangat penting dalam
temurun dari orang tua mereka.
suatu usaha. Demikian halnya dengan para
Sementara itu, bagi responden yang
ibu rumah tangga (wanita yang telah
mengikuti lebih dari 1 kali kegitan latihan
menikah) yang bergerak disektor informal,
keterampilan tentang cara/teknik pembuatan
khususnya memproduksi makanan kecil atau
kue, terutama kelompok pembuat kue kering,
kue, baik kue basah maupun kue kering.
mengemukakan alasan bahwa disamping
Hasil pengumpulan data terhadap 45
mereka telah berpengalaman melakukan
responden ibu rumah tangga yang bergerak di
usaha tersebut, juga karena perkembangan
sektor informal, khususnya pembuatan kue di
teknologi
tiga
dan
permintaan
pasar
terus
kelurahan
sampel
dalam
wilayah
berubah, maka diperlukan pengetahuan dan
Kecamatan Tuminting diperoleh gambaran
keterampilan khusus untuk memahami teknik
tentang
dan jenis pembuatan kue kering sesuai
digunakan
permintaan
membangun/mengembangkan usahanya
pasar/pesanan
komsumen,
terutama menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan dan hajatan konsumen.
besarnya
modal
kerja
yang
responden
dalam
Hasil anlisis data dapat dijelaskan lebih lanjut di mana terdapat kecenderungan
Hasil penelitian dapat dijelaskan
bahwa
kelompok
jenis
yang
bahwa lebih dari separuh (51.11 %) dari 45
memproduksi
kue
responden ibu rumah tangga pembuat kue
modal
yang
memiliki pengalaman kerja lebih dari 10
dibanding kelompok jenis usaha kue basah.
tahun, bahkan ada yang lebih dari 20 tahun
Kecenderungan
bekerja sebagai pembuat kue, terutama kue
gambaran data dimana dari 21 responden
kering, sementara 12 responden atau 26.67 %
kelompok jenis usaha kue basah, ternyata
dari 45 responden memiliki pengalaman
terdapat
kerja kurang dari 5 tahun, dan sisanya
membutuhkan modal kerja kurang dari 400
sebanyak 10 responden atau 22.22 %
ribu rupiah untuk mengelola usaha mereka,
mempunyai pengalaman kerja antara 5
sementara dari 23 responden kelompok jenis
sampai 10 tahun.
usaha
Aapabila
dicermati
data
kerja
lebih
kue
ini
dari
kering,
kering
usaha
membutuhkan
relatif
dapat
separuh
lebih
besar
dilihat
(61.9
ternyata
66.67
dari
%)
%
pada
responden membutuhkan modal kerja lebih
lampiran 1, dapat dikatakan bahwa kelompok
dari 700 ribu rupiah untuk mengelola usaha
responden yang memproduksi kue basah
mereka.
memiliki pengalaman kerja yang relatif lebih
Kaitannya hasil
dengan wawancara
sumber
pendek dibanding kelompok responden yang
permodalan,
dengan
memproduksi jenis kue kering.
beberapa informan diketahui bahwa sebagian
10
besar
informan/responden
menjelaskan
Hasil analisis data dapat dijelaskan
bahwa mereka mendapatkan modal melalui
bahwa
pinjaman pihak ketiga (pelepas uang) dengan
responden
bungan yang relatif tinggi, yakni rata-rata 10
diperoleh dari usaha pembuatan kue yang
– 15 % per bulan. Sebagian lagi memperoleh
mereka jalankan masih berada pada kategori
modal dari koperasi primer dengan besar
“sedang”, yakni sebesar 50 ribu s/d 1000 ribu
bunga yang relatif hampir sama, dan
rupiah per hari atau 1.300.000 rupiah s/d
sebagian
2.600.000 rupiah per bulan dihitung 26 hari
kecil
responden
menggunakan
modal sendiri. Modal yang bersumber dari pinjaman, rata-rata mengembalikan/menyicil dengan
sistim
tergantung
harian
dan
kesepakatan
mingguan,
bersama
antara
kreditur dan debitur.
rata-rata
tingkat
ibu-ibu
rumah
pendapatan tangga
yang
kerja. Hasil analisis data tersebut, dapat diamati pula bahwa terdapat kecenderungan perbedaan tingkat pendapatan antara kedua kelompok
jenis
usaha
kue,
di
mana
pendapatan kelompok jenis usaha kue basah 4.
Tingkat Pendapatan/penghasilan Berdasarkan
pengamatan
jauh lebih rendah dibanding dengan rata-rata penulis,
pada umumnya para responden enggan menyampaikan
pendapatan/penghasilan
bersih yang mereka peroleh dengan alasan karena sering terjadi naik-turunnya jumlah pendapatan,
yang
pengeluaran
yang
disebabkan tidak
jumlah
menentu,
dan
ditambah lagi sering terjadi kurangnya jumlah pembeli/pengguna sehingga kadang
pendapatan bersih per hari dari kelompok jenis usaha kue kering. Namun demikian, dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan diperolehnya pendapatan dari usaha pembuatan kue, menunjukkan bahwa usaha sektor informal cukup memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan keluarga pelaku usaha sektor informal itu sendiri.
kala terjadi kerugian. Selain itu, menurut penulis disebabkan pula karena rendahnya tingkat
kemampuan
mereka
membuat
Pembahasan Beranjak
dari
keseluruhan
hasil
administrasi pengelolaan keuangan, seperti
analisis data, maka hal-hal yang akan
pembuatan catatan atau berupa pembukuan
dijelaskan lebih lanjut adalah keterkaitan
sederhana sekalipun.
antara pendidikan, keterampilan dan modal
Namun demikian, atas kemampuan teknik wawancara yang penulis lakukan dapat diperoleh gambaran pendapatan bersih
kerja dengan tingkat pendapatan bersih dari responden yang diperoleh rata-rata perhari. Pembahasan
dilihat
dari
yang diterima responden ibu-ibu rumah
kecenderungan
tangga dari hasil usaha pembuatan kue yang
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
mereka jalankan
sebagaimana telah digambarkan sebelumnya.
jawaban
responden
11
Adapun pembahasannya dapat dilakukan
kategori “tinggi”, yakni lebih dari 100 ribu
secara berurutan sebagai berikut :
rupiah sebanyak 7 orang atau sekitar 70 %
1.
Pendidikan Formal dan Kaitannya Dengan
dari 10 responden tamatan SMA, serta hanya
Tingkat Pendapatan Responden
1 orang responden tamatan S-1 yang
Hasil analisis data mengindikasikan bahwa ada kecenderungan tidak terdapatnya
memperoleh pendapatan rata-rata per hari sebesar lebih dari 100 ribu rupiah.
hubungan antara tingkat/jenjang pendidikan
Realitas
hasil
penelitian
ini
formal yang dimiliki responden ibu-ibu rumah
menunjukkan bahwa tingkat atau jenjang
tangga
pendidikan
formal
responden
sangat
(pembuat kue) dengan besarnya rata-rata
berpengaruh
atau
berhubungan
secara
pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut.
signifikan dengan tingkat pendapatan yang
Kecenderungan ini diperlihat melalui data
diperoleh responden itu sendiri. Artinya
yang
bergerak
disektor
informal
Hubungan
Tingkat
Pendidikan
bahwa semakin tinggi tingkat atau jenjang
Dengan
Tingkat
Pendapatan
pendidikan formal pelaku usaha disektor
bahwa
informal, khususnya ibu-ibu pembuat kue,
responden yang tidak pernah sekolah hanya
maka akan semakin tinggi pula tingkat
memperoleh pendapatan rata-rata per hari
pendapatan yang diperoleh rata-rata per hari
kurang dari 50 ribu rupiah, sementara
dari usaha mereka.
Formal
Responden
mengindikasikan
responden yang tidak tamat SD mempunyai
Hasil
penelitian
ini
seklaigus
pendapatan rata-rata per hari kurang dari 50
menjelaskan bahwa pekerjaan di sektor
ribu rupiah atau sebesar 75 % dari 4
informal pada umumnya dan khusunya
responden yang diwawancarai, dan hanya 1
pembuatan
responden atau sekitar 25 % memperoleh
membutuhan jenajng pendidikan formal yang
pendapatan sebesar 50 – 100 ribu rupiah per
memadai.
hari.
menolak pendapat yang dikemukakan oleh Sementara itu, responden tamatan
Hutajulu
kue,
dewasa
Realitas
hasil
(1985:594)
yang
ini
telah
penelitian
ini
memberikan
SD sebanyak 15 orang, ternyata lebih dari
batasan tentang sektor informal, adalah suatu
setengahnya
bidang
(53,33%)
memperoleh
kegiatan
ekonomi
memasukinya
ribu – 100 ribu rupiah atau berada pada
pendidikan formal dan keterampilan yang
kategori
responden
tinggi, dan memerlukan surat-surat izin serta
tamatan SMP memperoleh pendapatan rata-
modal yang besar untuk memproduksi barang
rata per hari 50 – 100 ribu rupiah sebanyak 6
dan jasa.
Adapun
orang atau 50 % dari 12 responden tamatan SMP,
dan
tamatan
SMA
selalu
untuk
pendapatan bersih rata-rata per hari antara 50 “sedang”.
tidak
yang
memerlukan
Dengan demikian, dapat disimpulkan
memperoleh
bahwa secara empiris, hasil penelitian ini
pendapatan rata-rata per hari berada pada
menolak sebagian teori yang dikemukakan
12
para ahli, di mana sektor informal yang
suatu usaha bisnis. Demikian halnya dengan
dilakukan
oleh
tangga,
kelompok usaha sektor informal, walaupun
khususya
pembuatan
juga
dalam skala modal yang kecil, namun sering
yang
mengalami kesulitan dalam mendapatkan
yang
modal kerja. Kondisi ini disebabkan karena,
sesuai agar mereka memiliki wawasan yang
rata-rata pekerja disektor ini adalah mereka
cukup untuk mengembangkan usaha mereka.
yang berstatus ekonomi lemah.
memerlukan memadai,
2.
ibu-ibu
rumah
kue
pendidikan
disamping
perlu formal
keterampilan
Hasil analisis data terhadap 45
Keterampilan dan Kaitannya dengan
responden
Pendapatan Responden Lain halnya dengan kaitan antara pendidikan formal dan tingkat pendapatan responden,
maka
menunjukkan
faktor
keterampilan
kecenderungan
adanya
hubungan yang cukup signifikan. Hal ini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin sering mengikuti latihan/kursus keterampilan, maka responden memiliki peluang yang besar untuk memperoleh pendapatan lebih besar dibanding responden yang kurang memiliki keterampilan karena atau
kurang
berkerja mereka
disektor yang
maupun kering
rumah
tangga
informal,
memproduksi
yang
khususnya kue
basah
kecenderung penggunaan
modal yang cukup bervariasi, namun apabila dicermati, ternyata kelompok responden yang memproduksi jenis kue kering membutuhkan
ditunjukkan melalui data.
belum
ibu-ibu
mengikuti
letihan
keterampilan, khususnya keterampilan usaha
modal yang lebih besar di banding kelompok jenis kue basah. Sementara itu, hasil analisis data juga memperlihatkan bahwa kelompok jenis kue kering memperoleh pendapatan rata-rata per hari cenderung lebih tinggi dibanding kelompok jenis kue basah. Hasil analisis
data
tersebut
secara
sepintas
memperlihatkan adanya korelasi (hubungan) antara faktor modal kerja dengan tingkat
pembuatan kue. Dengan memiliki keterampilan yang memadai, responden mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan produktivitasnya, termasuk meminimalisir pengeluaran (biaya-biaya) yang tidak perlu (efisiensi) sehingga memperoleh pendapatan
pendapatan
yang
diperoleh.
Ada
kecenderungan bahwa semakin besar modal yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa usaha pembuatan kue yang menggunakan modal kerja kurang dari 400 ribu rupiah
yang lebih besar.
cenderung memperoleh pendapatan kurang 3.
Modal Kerja dan Kaitannya dengan Pendapatan Responden Modal
usaha
atau
dari 50 ribu rupiah rata-rata per hari atau berada pada kategori rendah, yakni sebesar ±
modal
kerja
merupakan faktor utama dalam memulai
83,33% dari 12 responden, sementara 16 responden yang menggunakan modal antara
13
400 – 700 ribu rupiah cenderung memperoleh
program KUR sehingga kami mengalami
pendapatan rata-rata per hari antara 50 – 100
kesulitan untuk memperoleh fasilitas kredit
ribu rupiah atau berada pada kategori
tersebut. Sebagian besar dari kami hanya
“sedang”,
yakni
meminjam modal usaha kepada pelepas uang
sedangkan
17
sebesar
responden
±
68,75%),
lainnya
yang
atau rentenir atau koperasi dengan bunga
menggunakan modal kerja lebih besar dari
lebih dari 10 % per bulan. Hal ini terpaksa
700 ribu rupiah, cenderung memperoleh
kami lakukan untuk mensiasati kekurang
pendapatan lebih dari 100 ribu rupiah rata-
modal usaha kami”.
rata perhari, atau berada pada kategori pendapatan “tinggi”, yakni sebesar 76,47%. Gambaran
hasil
penelitian
ini
Mengacu pada hasil penelitian ini, maka diharapkan agar pemerintah lebih mengefektifkan
program
KUR
untuk
mengindikasikan bahwa ada hubungan yang
memberikan pelayanan permodalan usaha
berarti antara besarnya modal kerja yang
kepada para pelaku usaha disektor informal,
digunakan dengan pendapatan rata-rata per
terutama para ibu rumah tangga pembuat
hari yang diperoleh responden. Atau dengan
kue,
kata lain bahwa semakin besar modal kerja
mendorong produktivitas mereka yang pada
yang digunakan, maka akan semakin besar
gilirannya akan meningkatkan pendapatan
peluang untuk meningkatkan produksi yang
(profit) usaha mereka.
sehingga
pada gilirannya akan mendorong peningkatan
dengan
Beranjak ini
dari maka
demikian
akan
keseluruhan dapat
hasil
pendapatan ibu-ibu rumah tangga yang
penelitian
disimpulkan
bergerak disektor informal itu sendiri.
sementara bahwa usaha disektor informal,
Dengan demikian, hasil penelitian
khususnya pembuatan kue memiliki peran
tersebut berimplikasi penting, bahwa selama
penting dalam meningkatkan pendapatan
ini
masyarakat
pemerintah
kurang
memperhatikan
berpenghasilan
rendah,
perkembangan usaha masyarakat disektor
khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga dalam
informal, khususnya usaha ibu-ibu rumah
membantu memenuhi kebutuhan keluarga
tangga pembuat kue dari sisi permodalan
mereka.
usaha. Dengan adanya kebijakan pemerintah disektor melalui
permodalan
usaha
program Kredit
mikro-kecil
Usaha
para pelaku usaha disektor informal, terutama para ibu rumah tangga pembuat kue. Hal ini tercermin dari hasil wawancara dengan informan
yang
pada
Berdasarkan hasil-hasil analisis data
Rakyat
(KUR), belum sepenuhnya dapat membantu
beberapa
KESIMPULAN DAN SARAN
intinya
menyatakan bahwa “kurangnya sosialisasi
pada
bagian
sebelumnya,
maka
dapat
dikemukakan beberapa butir kesimpulan sebagai berikut : 1.
Usaha
disektor
informal,
khususnya
pembuatan kue memiliki peran penting dalam
meningkatkan
pendapatan
14
masyarakat
berpenghasilan
rendah,
mengefektifkan
khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga dalam membantu memenuhi kebutuhan
2.
sosialisasi
KUR kepada kelompok sasaran. 6.
Mengingat
aspek-aspek
pendidikan
keluarga mereka.
formal, keterampilan dan modal kerja
Sebagian besar pelaku usaha disektor
punya
informal, khususnya ibu-ibu pembuat
meningkatkan pendapatan usaha ibu-ibu
kue (basah dan kering) mendapatkan
pembuat kue, maka diharapkan agar
modal kerja dari pihak ketiga (pelepas
pemerintah
uang/rentenir) atau Koperasi dengan
pembinaan dan pemberdayaan kepada
bunga yang relatif tinggi, karena mereka
pelaku usaha pembuat kue, melalui
belum
dan
kemudahan akses memdapatkan bea
Kerja
siswa sekolah kejuruan bagi anak-anak
melalui bank. Realitas ini merupakan
kelompok sasaran, kemudahan akses
konsekuensi dari minimnya sosialisasi
kredit usaha KUR dan memberikan
program kredit usaha rakyat (KUR)
pelatihan keterampilan kerja, terutama
yang disalurkan pemerintah.
dibidang yeknik pembuatan kue dan
memahami
persyaratan
3.
kegiatan
pinjaman
Faktor-faktor
prosedur Modal
pendidikan
formal,
peran
penting
terkait
dalam
memberikan
manajemen pengelolaan usaaha.
ketrampilan dan modal kerja merupakan penentu
(determinan)
peningkatan
pendapatan usaha di sektor informal, khususnya usaha pembuatan kue kering dan kue basah oleh ibu-ibu rumah tangga dari keluarga berpenghasilan rendah di Kecamatan Tuminting. Saran/Rekomendasi Mengacu pada beberapa temuan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan beberapa saran atau rekomendasi, sebagai berikut : 5.
Untuk
mengefektifkan
program
pemberian modal kerja bagi usaha mikro-kecil, termasuk usaha disektor informal seperti pembuatan kue (kue basah dan kue kering) melalui skim KUR,
maka
pemerintah
DAFTAR PUSTAKA Breman, Jan. 1985. Sistem Tenaga Kerja Dualistik, Suatu Kritik terhadap Sektor Informal, dalam Chris Manning (ed) Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota. Gramedia. Jakarta. Chandrakirana, K, dan I. Sadoko, 1995, Dinamika Ekonomi Informal Di Jakarta – Industri Daur Ulang, Angkutan Becak dan Dagang Kaki Lima, Universitas Indonesia (UIPress), Jakarta Effendi, T N., 1993. Sumber Daya Manusia : Peluang Kerja Dan Kemiskinan. Tiara Wacana Yogyakarta. Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Gramedia. Jakarta. Harmono. 1983. Kebijakan Pengupahan dan Kemiskinana di Pedesaan. Perhepi Jakarta.
perlu
15
Hutajulu, P. I., 1985, Urbanisasi dan Implikasi Sosial Terhadap Migran, Analisis, CSIS, Jakarta. Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung Napitupulu (1979 Notoatmodjo, Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cetakkan Pertama, Rineka Cipta. Rachbini, D.J. dan A. Hamid, 1994, Ekonomi Informal Perkotaan, PT. PustakaLP3ES Indonesia, Jakarta. Richardson, H., 1991, “The Role of The Urban Infor mal Sector: An Overview, di dalam Regional Development Dialogue, Vol.5, No.2, h. 3-40 Sethurahman, SV. 1976. Jakarta Urban Development and Employment. ILO. Genewaa. ------------., 1985, Sektor Informal di Negara Sedang Berkembang, dalam Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal, PT Gramedia, Jakarta. Simanjuntak J. 1981, Pengembangan Teori Dibidang Sumber Daya Manusia. FE-UI. Jakarta. Sudarsono. 1982. Kebijaksanaan Pengupahan dan Kemiskinan di Pedesaan. Perhepi. Jakarta. Swasono, S.E., 1987, Sektor Informal : Pembinaan Masyarakat dan Pembinaan Ekonomi, Warta Demografi, Lembaga demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Vidhyandika, M. dan Probowo, S. 1997. Bidang Pendidikan dan Kesehatan Dalam Pembangunaan Sosial. dalam Majalah CSIS Tahun XXVI No. 1, Januari-Februari 1997. Winardi, 1981. Kamus Ekonomi, Alumni, Bandung.
16